Anda di halaman 1dari 14

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Salah satu faktor fisik yang dapat menyebabkan kecelakaan kerja dan
penyakit akibat kerja adalah penerangan. Penerangan di tempat kerja menjadi
faktor utama dalam melaksanakan kegiatan produksi, tanpa adanya
penerangan, kegiatan produksi pun akan terganggu. Penerangan yang kurang
ataupun berlebihan juga tidak baik bagi kesehatan mata pekerja, sehingga
intensitas cahaya di tempat kerja juga harus diperhatikan sesuai dengan jenis
pekerjaan yang dilakukan.
Hasil penelitian yang dilakukan oleh Sanders dan Mc Cormick (dalam
Handayani dkk, 2014), pada 15 perusahaan menunjukkan bahwa penggunaan
intensitas penerangan yang sesuai dengan jenis pekerjaan, memberikan
kenaikan hasil kerja antara 4-35%. Sebaliknya, penerangan yang tidak
didesain dengan baik akan menimbulkan gangguan atau kelelahan
penglihatan selama bekerja.
Penerangan yang kurang memenuhi syarat akan mengakibatkan
dampak-dampak negatif, tidak hanya dari kesehatan pekerja melainkan juga
dari hasil produksi yang menurun. Memperhatikan intensitas penerangan di
tempat kerja perlu dilakukan untuk mencegah dan mengatasi kemungkinan-
kemungkinan yang dapat terjadi dan merugikan bagi pekerja.
Oleh karena itu, pada praktikum ini akan dilaksanakan pengukuran
lingkungan kerja terhadap intensitas penerangan di ruangan-ruangan yang ada
di Gedung K lantai 1 PPNS untuk mengetahui apakah penerangan di ruangan-
ruangan tersebut sudah memenuhi persyaratan atau belum. Pemilihan tempat
ini berdasarkan lokasi dari ruangan-ruangan tersebut serta kegiatan yang
dilakukan di sana, seperti merangkai sebuah sistem instalasi listrik yang
tentunya memerlukan pencahayaan yang cukup agar kegiatan yang dilakukan
dapat berjalan dengan baik.

1
1.2 Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah dari praktikum ini adalah sebagai berikut :
a. Bagaimana membuat analisa survey awal pengukuran dan pemetaan
ruangan (mapping)?
b. Bagaimana melakukan pengukuran penerangan dengan menggunakan lux
meter?
c. Bagaimana melakukan analisa hasil pengukuran dengan membandingkan
dengan standar, serta menentukan kondisi ideal sesuai dengan landasan
teori yang benar?

1.3 Tujuan Praktikum


a. Mahasiswa mampu membuat analisa survey awal pengukuran dan
pemetaan ruangan (mapping).
b. Mahasiswa mampu melakukan pengukuran penerangan dengan
menggunakan lux meter.
c. Mahasiswa mampu melakukan analisa hasil pengukuran dengan
membandingkan dengan standar, serta menentukan kondisi ideal sesuai
dengan landasan teori yang benar.

1.4 Ruang Lingkup Praktikum


a. Tempat : Praktikum dilakukan di ruangan-ruangan yang ada di Gedung K
lt 1, Politeknik Perkapalan Negeri Surabaya.
b. Waktu : Praktikum dilakukan pada hari Rabu, 20 Maret 2019 pukul 12.20
WIB.
c. Alat : alat yang digunakan pada praktikum ini adalah lux meter dan
meteran.
d. Yang melakukan praktikum: Firdaus Hanafi (0516040037)
Hanifah Ayu R (0517040029)
Nadya Shintadevi (0517040034)
Rosa Ayu Miranda (0517040043)
Tita Ayu Pradita (0517040045)
Elfa Nafilah M (0517040051)

2
BAB II
DASAR TEORI

2.1 Penerangan atau Pencahayaan


Pencahayaan merupakan salah satu faktor penting dalam perancangan
ruang. Ruang yang telah dirancang tidak dapat memenuhi fungsinya dengan
baik apabila tidak disediakan akses pencahayaan. Pencahayaan di dalam
ruang memungkinkan orang yang menempatinya dapat melihat benda-benda.
Tanpa dapat melihat benda-benda dengan jelas maka aktivitas di dalam ruang
akan terganggu. Sebaliknya, cahaya yang terlalu terang juga dapat
mengganggu penglihatan. Kualitas penerangan yang tidak memadai berefek
buruk bagi fungsi penglihatan, psikologis serta aktivitas kerja (dalam Atmam
dan Zulfahri, dalam Sukawi, 2013).
Bila kuat penerangan berkurang maka suasana kerja menjadi kurang
nyaman dan untuk pekerjaan-pekerjaan yang membutuhkan ketelitian tinggi
menjadi sulit untuk dikerjakan (dalam Atmam dan Zulfahri, dalam Haryanto,
2008).
Penggunaan sistem pencahayaan yang tidak efektif dan efisien dapat
menurunkan produktifitas, kenyamanan, serta menyebabkan pemborosan
energi pada ruang (dalam Atmam dan Zulfahri, dalam Dewi, 2011).
Perancangan sistem kontrol pencahayaan dalam ruang mampu
mengidentifikasi kuat penerangan dalam ruang terhadap pembacaan iluminasi
ruang (dalam Atmam dan Zulfahri, dalam Nur S, 2011).
Kecukupan nilai intensitas cahaya dalam ruangan dapat dipenuhi dari
penerangan alami dan penerangan buatan (lampu penerangan). Pemenuhan
nilai kecukupan berdasarkan peraturan menteri perburuhan No. 7 Th. 1964
tentang standar Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3), standar kecukupan
intensitas cahaya berkisar antara 250 – 300 lux untuk ruang administrasi dan
kegiatan laboratorium halus antara 500 - 1000 LUX (dalam Atmam dan
Zulfahri, dalam Wasono, 2012).
Flux cahaya adalah cahaya yang dipancarkan oleh suatu sumber
cahaya dalam satu detik. Satuan untuk flux cahaya adalah lumen. Flux cahaya

3
per satuan sudut ruang yang dipancarkan ke suatu arah tertentu disebut
dengan intensitas cahaya.

2.2 Perhitungan Intensitas Cahaya


Desain intensitas cahaya ditulis dengan persamaan :

Keterangan :
N = Jumlah fitting atau titik
E = Tingkat Lux
A = Luas ruangan
F = Flux total lampu dalam satu fitting/titik (lumen)
UF = Utility Factor (0,66)
LLF = Faktor kehilangan cahaya (kantor AC=0,8, industri bersih 0,7 dan
industri kotor 0,6)

2.3 Indeks Ruangan atau Indeks Bentuk


Indeks ruangan diperlukan untuk mengetahui seberapa besar kebutuhan
pencahayaan ruang. Indeks ruangan atau indeks bentuk k menyatakan
perbandingan antara ukuran-ukuran utama ruangan yang berbentuk bujur
sangkar, rumus:

Keterangan:
p = panjang ruangan (meter)
l = lebar ruangan (meter)
h = tinggi sumber cahaya diatas bidang kerja (meter)
Bidang kerja ialah suatu bidang horizontal khayalan, umumnya 0,80 m
di atas lantai. Jika nilai k yang diperoleh tidak terdapat dalam tabel, efisiensi
pencahayaan dapat ditentukan dengan interpolasi.

4
2.4 Distribusi Cahaya
Distribusi cahaya atau penyebaran cahaya pada suatu ruangan dikenal
beberapa istilah antara lain pencahayaan langsung, pencahayaan tidak
langsung, pencahayaan semi langsung, pencahayaan semi tak langsung, serta
pencahyaan baur. Distribusi cahaya ini ditentukan oleh arah pencahayaan dan
efek dari tempat lampu (armature/luminer) lampu (Parera, 2018). Secara rinci
distribusi cahaya dapat dilihat pada tabel berikut :
Tabel 2.1 Jenis-jenis Distribusi Cahaya
Distribusi Cahaya Keterangan
90-100% sinar ke
Langsung bawah dan 0-10%
sinar ke atas
60-90% sinar ke
Semi Langsung bawah dan 10-
40% sinar ke atas
90-100% sinar ke
Tidak Langsung atas dan 0-10 %
sinar ke bawah
60-90% sinar ke
Semi Tidak
atas dan 10-40 %
Langsung
sinar ke bawah
Pencahayaan tak
langsung dengan
armature/luminar
Baur
bahan tembus
pandang secara
merata
Sumber : Abdillah, 2015

Berkaitan dengan fungsi distribusi cahaya dikenal beberapa istilah yaitu :

5
a. Pencahayaan umum (general lighting), fungsi untuk penerangan umum
secara merata dalam ruangan. Misalnya penerangan untuk ruang kerja
atau ruang kelas.
b. Pencahayaan setempat (local lighting), fungsi untuk penerangan
setempat khususnya pada lokasi konsentrasi kerja seperti penerangan
untuk menggambar, belajar atau untuk kerja khusus seperti tukang jam.
c. Pencahayaan aksen (accent lighting), funsi untuk memberikan aksen
pada ruangan untuk kepentingan estesis pada interior suatu ruangan.
Misalnya penempatan lampu pada dinding atau pada kolom suatu
ruangan untuk memperindah ruangan.
d. Pencahayaan gabungan (ambient lighting), merupakan pencahayaan
keseluruhan dalam ruang yang merupakan gabungan berbagai model
pencahayaan yang berfungsi untuk memberikan kesan ruang.

2.5 Dasar Teknik Penerangan


Setiap pekerjaan memerlukan tingkat pencahayaan pada permukaannya.
Pencahayaan yang baik menjadi penting untuk menampilkan tugas yang
bersifat visual. Pencahayaan yang lebih baik akan membuat orang bekerja
lebih produktif. Membaca buku dapat dilakukan dengan 100 to 200 lux. Hal
ini merupakan pertanyaan awal perancang sebelum memilih tingkat
pencahayaan yang benar. CIE (Commission International de l’Eclairage) dan
IES (Illuminating Engineers Society) telah menerbitkan tingkat pencahayaan
yang direkomendasikan untuk berbagai pekerjaan. Nilai-nilai yang
direkomendasikan tersebut telah dipakai sebagai standar nasional dan
internasional bagi perancangan pencahayaan (Tabel diberikan dibawah).

6
Tabel 2.2 Jenis-jenis Pencahayaan
Tingkat
Contoh-contoh
Penerangan
Area Kegiatan
(lux)
Pencahayaan Layanan
umum untuk penerangan yang
ruangan dan minimum dalam
area yang area sirkulasi luar
jarang 20 ruangan,
digunakan pertokoan di
dan/atau tugas daerah terbuka,
tugas visual halaman tempat
sederhana penyimpanan
Tempat pejalan
50
kaki dan panggung
70 Ruang Boiler
Halaman trafo,
100
ruang tungku dll.
Area sirkulasi di
industri, pertokoan
150
dan ruang
penyimpanan
Layanan
Pencahayaan penerangan yang
200
untuk interior minimum dalam
tugas
Meja dan mesin
kerja ukuran
sedang, proses
umum dalam
300
industri kimia dan
makanan, kegiatan
membaca dan
membuat arsip
450 Gantungan baju,

7
pemeriksaan
kantor untuk
menggambar,
perakitan mesin
dan bagian yang
halus, pekerjaan
warna.
Sumber : Abdillah, 2015
Proses rancangan pencahayaan dapat dilakukan dengan 4 tahap diantaranya :
a. Tahap 1 : Tentukan penerangan yang diperlukan pada bidang kerja, jenis
lampu dan luminer Pengkajian awal harus dibuat terhadap jenis
pencahayaan yang dibutuhkan, seringkali keputusan dibuat sebagai fungsi
dari estetika dan ekonomi. Untuk pekerjaan kantor yang normal,
dibutuhkan pencahayaan 200 lux. Untuk ruang kantor yang ber AC,
dipilih lampu neon 36 W dengan tabung kembar. Luminernya berlapis
porselen yang cocok untuk lampu yang diletakkan diatas. Penting untuk
memperoleh tabel faktor penggunaan untuk luminer ini dari pembuatnya
untuk perhitungan lebih lanjut.
b. Tahap 2 : Kumpulkan data ruangan dalam format seperti dibawah ini :

8
Tabel 2.3 Data Ruangan
Ukuran Ruangan Panjang L1 10 m
Lebar L2 10 m
Luas
L3 100 m2
lantai
Tinggi
langit- L4 3,0 m
langit
Pantulan Langit-
L5 0,7 p.u
permukaan langit
Dinding L6 0,5 p.u
Lantai L7 0,2 p.u
Tinggi bidang
L8 0,9 p.u
kerja dari lantai
Tingi luminer
L9 2,9 p.u
dari lantai
Sumber : Abdillah, 2015

c. Tahap 3 : Perhitungan Indeks Ruangan


d. Tahap 4 : Perhitungan jumlah fitting yang diperlukan

2.6 Penentuan Titik Pengukuran


a. Penerangan setempat : obyek kerja, berupa meja kerja maupun peralatan.
Bila merupakan meja kerja, pengukuran dapat dilakukan di atas meja
yang ada.
b. Penerangan umum : titik potong garis horizontal panjang dan lebar
ruangan pada setiap jarak tertentu setinggi satu meter dari lantai.

Jarak tertentu tersebut dibedakan berdasarkan luas ruangan sebagai


berikut:
a. Luas ruangan kurang dari 10 meter persegi : titik potong garis
horizontal panjang dan lebar ruangan adalah pada jarak setiap 1(satu)
meter. Contoh denah pengukuran intensitas penerangan umum untuk
luas ruangan kurang dari 10 meter persegi seperti Gambar 2.1

9
Sumber : Badan Standarisasi Nasional, 2004
Gambar 2.1 Penentuan titik dengan luas kurang dari 10 m

b. Luas ruangan antara 10 meter persegi sampai 100 meter persegi : titik
potong garis horizontal panjang dan lebar ruangan adalah pada jarak
setiap 3 (tiga) meter. Contoh denah pengukuran intensitas penerangan
umum untuk luas ruangan antara 10 meter sampai 100 meter persegi
seperti Gambar 2.2

Sumber : Badan Standarisasi Nasional, 2004


Gambar 2.2 Penentuan titik dengan luas kurang dari 10 m2-100 m2

c. Luas ruangan lebih dari 100 meter persegi : titik potong horizontal
panjang dan lebar ruangan adalah pada jarak 6 meter. Contoh denah
pengukuran intensitas penerangan umum untuk ruangan dengan luas
lebih dari 100 meter persegi seperti Gambar 2.3

10
Sumber : Badan Standarisasi Nasional, 2004
Gambar 2.3 Penentuan titik dengan luas lebih dari 100 m2

11
BAB III
METODOLOGI PRAKTIKUM

3.1 Diagram Alir Praktikum

Mulai

Mengubah power pada posisi “ON”

Memilih range yang sesuai pada “range switch”

Melakukan “zero adjustment untuk meyakinkan


posisi “zero value”

Memegang “light sensor” dengan tangan


setinggi ±0,85 – 0,90 cm dari lantai dan
dihadapkan pada sumber cahaya sampai display
menunjukkan nilai yang terbaca

Sebelum melakukan pengukuran, “light sensor”


harus terpapar cahaya selama 5 menit

Melakukan pengukuran sesuai dengan petunjuk


praktikum

Mencatat data-data yang dibutuhkan

Selesai

12
3.2 Alat dan Bahan
Alat yang digunakan untuk mengukur penerangan ada bemacam-
macam, misalnya photo-electric photometer baik berupa pocket light meter
atau light meter yang dilengkapi dengan elemen kosinus. Selain itu, ada juga
lux meter seperti yang akan digunakan dalam prkatikum kali ini. Satuan ukur
sebagai hasil dari pengukuran lux meter ini adalah lux atau lumen per meter
kuadrat.
Setiap akan digunakan lux meter harus dikalibrasi terlebih dahulu atau
tiap satu tahun sekali agar dalam pengukuran diperoleh hasil dengan
ketelitian yang maksimal. Pada praktikum ini, juga menggunakan meteran
untuk mengetahui ukuran dari ruangan dan mempermudah pengambilan data
per meter.

13
DAFTAR PUSTAKA

Abdillah, Margiono. 2015. Desain dan Instalasi Penerangan Lampu Jalan.


Pontianak : Yayasan Kemajuan Teknik.

Atmam dan Zulfahri. 2015. Analisis Intensitas Penerangan dan Penggunaan


Energi Listrik di Laboratorium Komputer Sekolah Dasar Negeri 150
Pekanbaru. Jurnal Sains, Teknologi dan Industri, Vol. 13, No.1, Desember
2015, pp.1-8 ISSN 1693-2390 print/ISSN 2407-0939 online.

Badan Standarisasi Nasional (BSN). 2004. Pengukuran Intensitas Penerangan di


Tempat Kerja. SNI 16-7062-2004.

Parera, Lory Marcus dkk. 2018. Pengaruh Intensitas Penerangan pada


laboratorium dan Bengkel Jurusan Teknik Elektro. Politeknik Negeri
Ambon.

Anda mungkin juga menyukai