Anda di halaman 1dari 21

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pencahayaan merupakan sebuah elemen penting dalam desain interior. Hal ini

berhubungan dengan peran cahaya sebagai penampil wujud warna, bentuk, tekstur, dan

material benda – benda di sekitarnya. Berdasarkan potensi dari cahaya tersebut yang sangat

berperan dalam masalah rupa, membuat hal penataan cahaya ini menjadi pertimbangan

khusus bagi desainer interior. Mengenai hal penataan cahaya yang baik tentu saja kita selalu

dihadapkan kepada dua unsur, yakni cahaya alami dan cahaya buatan. Kedua hal tersebut

memang selalu menjadi pertimbangan bagi desainer maupun arsitek dalam merancang

sebuah bangunan beserta ruang-ruangnya agar baik secara estetika dan fungsional.

Penulis memilih kafe sebagai objek kajian karena salah satu produk interior yang

sangat mengutamakan aspek pencahayaan adalah kafe. Kemudian penulis memilih Kafe

Ekoffie sebagai objek kajian disebabkan pencapaian yang mudah untuk menuju lokasi objek

kajian, lokasi dari kafe tersebut sesuai dengan kriteria kafe sebagai sarana kuliner dan

relaksasi. Selanjutnya Kafe Ekoffie tersebut termasuk salah satu kafe yang cukup terkenal di

Kota Pontianak sehingga perihal tata pencahayaan sedikit banyak tentu sudah menjadi

prioritas bagi pihak kafe tersebut. Oleh karena itulah penulis memilih Kafe Ekoffie menjadi

objek kajian untuk penelitian ini yang berjudul Kajian Tata Pencahayaan Pada Interior

Kafe.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang tersebut, maka rumusan masalah dalam penelitian

ini adalah:
1. Bagaimana intensitas pencahayaan ruangan pada bangunan rumah tinggal

yang dialihfungsikan sebagai kafe?

2. Bagaimana pengaruh pencahayaan ruangan pada bangunan rumah tinggal

yang dialihfungsikan sebagai kafe tersebut terhadap aktifitas yang berlangsung

di dalamnya?

3. Bagaimana rancangan pencahayaan pada bangunan seperti rumah tinggal yang

dijadikan kafe berdasarkan persepsi konsumen?

1.3 Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah tersebut, tujuan penelitian ini adalah :

1. Menjelaskan intesitas pencahayaan pada bangunan rumah tinggal yang

dialihfungsikan sebagai kafé

2. Menjelaskan pengaruh pencahayaan pada bangunan rumah tinggal yang

dialihfungsikan sebagai kafé

3. Merancang desain pencahayaan buatan pada bangunan rumah tinggal yang

dialihfungsikan sebagai kafé berdasarkan Standar Nasional Indonesia (SNI)

dan persepsi konsumen

1.4 Manfaat Penelitian

Manfaat penelitian terbagi menjadi 2 yaitu, manfaat teoritis dan manfaat

praktis. Adapun manfaat tersebut ialah:

1.4.1 Manfaat Teoritis

a. Penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai sebuah informasi mengenai

kualitas pencahayaan pada bangunan rumah tinggal yang dialihfungsikan

menjadi sebuah kafe dan pengaruhnya terhadap aktivitas didalamnya.


b. Penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai sebuah acuan bagi para

peneliti selanjutnya yang akan mengangkat tema serupa.

1.4.2 Manfaat Praktik

a. Bagi Penjual, dengan adanya penelitian ini diharapkan penjual memahami

pentingnya pengaruh pencahayaan terhadap suasana didalam ruangan

sehingga dapat menjadi daya tarik tersendiri bagi pembeli untuk datang ke

kafe tersebut.

b. Bagi Pembeli, dengan adanya penelitian ini pembeli akan

1.5 Lingkup Pembahasan

Penelitian ini difokuskan pada hal – hal yang berhubungan dengan

pencahayaan alami dan buatan pada bangunan rumah tinggal yang dialihfungsikan

sebagai kafe untuk tempat bersantai dan berkumpul terhadap aktivitas pengguna

didalamnya, yaitu pencahayaan yang sesuai standar dan kenyamanan pengguna.


BAB II

STUDI LITERATUR

2.1 Pencahayaan

2.1.1 Definisi cahaya

Cahaya adalah bagian dari elektromagnetik keadaan yang dirasakan

oleh mata kita, kisaran panjang gelombang adalah antara 380 dan 780 nm

(zumtobel, 2013). Cahaya adalah suatu gejala fisis Suatu sumber cahaya

memancarkan energi, sebagian dari energi ini diubah menjadi cahaya tampak.

Perambatan cahaya di ruang bebas dilakukan oleh gelombang-gelombang

elektromagnetik. Jadi cahaya itu suatu gejala getaran, Gejala-gejala getaran

yang sejenis dengan cahaya ialah gelombang-gelombang panas, radio, televisi,

radar dan sebagainya. Gelombanggelombang ini hanya berbeda frekuensi saja.

(Departemen Kesehatan R.I, 1992)

2.1.2 Pengertian Pencahayaan Buatan (Artificial Lighting)

Cahaya buatan ialah pencahayaan yang berasal dari buatan manusia.

Lampu atau pencahayaan bisa mempunyai dua fungsi yaitu sebagai sumber

cahaya untuk kegiatan sehari-hari dan untuk memberikan keindahan dalam

desain suatu ruang. Pencahayaan buatan secara umum terbagi atas 4 tipe:

(Steffi Julia Soegandhi, 2015)

1. General Lighting atau ambient lighting adalah tipe penerangan yang

berasal dari sumber cahaya yang cukup besar dan sinarnya mampu

menerangi keseluruhan ruangan.

2. Accent Lighting dalam sebuah ruangan bisanya digunakan untuk

menampilkan unsur estetika ruangan melalui benda-benda seni yang

diterangi.
3. Task Lighting merupakan penerangan yang dibutuhkan untuk

mempermudah atau memperjelas pekerjaan spesifik yang dilakukan

dalam suatu ruangan.

4. Decorative Lighting memiliki bentuk tertentu yang menarik dan

sengaja dipilih untuk menghiasi ruang.

2.1.3 Jenis – Jenis Pencahayaan Buatan

2.1.3.1 Jenis Pencahayaan Menurut Arah Penyinarannya

1. Sistem Pencahayaan Langsung

Sistem pencahayaan langsung (direct lighting) adalah suatu

sistem yang memungkinkan 90-100 persen penyinaran diarahkan

langsung ke obyek yang ingin diterangi. Kelebihan sistem ini yaitu

pencahayaan menjadi lebih efektif karena semua sinar berfungsi

sebagaimana mestinya. Namun kekurangannya, sistem ini acapkali

mengakibatkan silau yang menganggu dan berisiko menimbulkan

bahaya. Sistem pencahayaan langsung akan terlihat lebih optimal jika

ruangan dicat dengan warna yang cerah.

2. Sistem Pencahayaan Semi Langsung

Pencahayaan semi langsung (semi-direct lighting) mengalirkan

60-90 persen sinar ke obyek pada suatu waktu. Sedangkan 10-40

persen sisa sinarnya dipantulkan ke dinding dan plafon. Sistem

pencahayaan ini seringkali dipakai untuk menutupi kekurangan yang

dimiliki sistem pencahayaan langsung. Warna yang paling bagus

memantulkan sinar adalah putih karena mampu meneruskan 90 persen

cahaya yang mengenainya.


3. Sistem Pencahayaan Difus

Sistem pencahayaan difus (General Difus Lighting) merupakan

sistem pencahayaan di mana 40-60 persen sinar diarahkan ke obyek

yang dituju serta sisanya diarahkan ke dinding dan langit-langit. Jadi

sistem ini termasuk direct-indirect lighting karena separuh cahaya

diarahkan ke bawah dan setengahnya lagi dipancarkan ke atas.

Sayangnya, permasalahan akan bayangan dan kesilauan masih ditemui

di sistem pencahayaan difus ini.

4. Sistem Pencahayaan Semi Tidak Langsung

Sistem pencahayaan semi tidak langsung (semi-indirect

lighting) dilakukan dengan mengarahkan 60-90 persen sinar ke langit-

langit dan dinding bagian atas, serta sisanya dipancarkan ke bawah.

Oleh sebab itu, kondisi bagian langit-langit memegang peranan penting

dalam sistem ini. Kelebihan pencahayaan semi-indirect adalah tidak

ada masalah akan bayangan dan kesilauan dapat diminimalisir.

5. Sistem Pencahayaan Tidak Langsung

Sistem pencahayaan tidak langsung (indirect lighting) ialah

suatu sistem pencahayaan yang bekerja dengan mengarahkan 90-100

pencahayaan ke langit-langit dan dinding bagian atas untuk selanjutnya

dipantulkan ke seluruh ruangan. Berbanding terbalik dengan

pencahayaan langsung, pencahayaan tidak langsung unggul pada tidak

adanya pembentukan bayangan dan kesilauan. Hanya saja tingkat

efisiensi pencahayaan totalnya sangat rendah.

(Sumber: arafuru.com , akses 2022)


2.1.3.2 Jenis Pencahayaan Menurut Jenis Lampu

1. Lampu Pijar

Lampu pijar menghasilkan cahayanya dengan pemanasan listrik

dari kawat filamennya pada temperatur yang tinggi, temperatur ini

memberi radiasi dalam II-18 daerah tampak dari spektrum radiasi yang

dihasilkan. Komponen utama lampu pijar terdiri dari filamen, bola

lampu, gas pengisi dan kaki lampu (fitting).

Gambar.2. 1 Lampu Pijar


(sumber: Katadata.co.id , akses 2022)

2. Lampu Fluoresen

Lampu fluoresen tabung dimana sebagian besar cahayanya

dihasilkan oleh bubuk fluoresen pada dinding bola lampu yang

diaktifkan oleh energi ultraviolet dari pelepasan energi elektron.

Umumnya lampu ini berbentuk panjang yang mempunyai elektroda

pada kedua ujungnya, berisi uap merkuri pada tekanan rendah dengan

gas inert untuk penyalaannya. Jenis fosfor pada permukaan bagian

dalam tabung lampu menentukan jumlah dan warna cahaya yang

dihasilkan.

Lampu fluoresen meggunakan prinsip dari proses berpindahnya

mineral fluoresen dimana bahan mineral diexpos terhadap sinar

ultraviolet kemudian bereaksi dengan gas di dalam lampu, yang

menghasilkan cahaya ultraviolet. Cahaya ultraviolet kemudian beraksi


dengan fosfor, yang merupakan campuran mineral yang melapisi

bagian dalam dari bola lampu.

Gambar.2. 2 Lampu Fluoresen


Sumber : Gagastekno,2022

3. Lampu Halogen

Lampu halogen adalah lampu pijar biasa yang mempunyai

filamen temperatur tinggi dan menyebabkan partikel tungsten akan

menguap serta berkondensasi pada dinding bola lampu yang

selanjutnya mengakibatkan penghitaman, lampu halogen berisi gas

halogen (iodine, chlorine, chromine) yang dapat mencegah

penghitaman lampu. Cara kerja dari lampu halogen yaitu adanya

yodium dalam lampu akan terjadi suatu reaksi kimia, yang

mengembalikan wolfram yang telah menguap ke kawat pijar lampu.

4. Lampu LED Gambar.2. 3 Lampu Halogen


Sumber : PhilipsLighting,2022
Cahaya pada LED adalah energi elektromagnetik yang

dipancarkan dalam bagian spektrum yang dapat dilihat, cahaya yang

tampak merupakan hasil kombinasi panjang-panjang gelombang yang

berbeda dari energi yang dapat terlihat, mata bereaksi melihat pada

panjang-panjang gelombang energi elektromagnetik dalam daerah

antara radiasi ultraviolet dan inframerah.

Cahaya terbentuk dari hasil pergerakan elektron pada sebuah

atom, dimana pada sebuah atom, elektron bergerak pada suatu orbit

yang mengelilingi sebuah inti atom. Elektron pada orbit yang berbeda

memiliki jumlah energi yang berbeda, elektron yang berpindah dari

orbit dengan tingkat energi lebih tinggi ke orbit dengan tingkat energi

lebih rendah perlu melepas energi yang dimilikinya.

Gambar.2. 4 Lampu LED


(Sumber: Kompasiana.com , akses 2022)
Energi

menghasilkan cahaya, semakin besar energi yang dilepaskan, semakin

besar energi yang terkandung dalam foton. Dari mana kita tahu sebuah

produk memiliki kualitas yang baik tentunya dari hasil pengujian yang

dilakukannya, hal yang sama juga berlaku untuk LED. Sebelum

dipasarkan lampu–lampu LED melalui tahap pengujian, untuk

memastikan kualitasnya. Tahap pengujian tersebut dinamakan binning

process, pada LED ada empat hal yang harus dibuktikan melalui proses
binning, yaitu konsistensi warna, colour rendering, usia pakai

(lifetime), dan efikasi (jumlah cahaya per daya) yang dinyatakan dalam

satuan lumen perwatt (LPW). Fungsi binning adalah memastikan setiap

LED yang dihasilkan memenuhi standar tersebut.

(Sumber : digilib.polban.ac.id)

2.1.4 Standar Pencahayaan Ruangan

standar pencahayaan ruangan yang baik menurut

KEPMENKES RI. No. 1405/MENKES/SK/XI/02 antara lain :

1. Ruangan yang berfungsi sebagai tempat pekerjaan kasar dan tidak

terus-menerus membutuhkan tingkat pencahayaan minimal 100 lux.

Contohnya yaitu ruang penyimpanan, ruang peralatan, dan ruang

instalasi yang memerlukan pekerjaan secara kontinyu.

2. Ruangan yang berguna sebagai tempat pekerjaan kasar dan terus-

menerus membutuhkan tingkat pencahayaan minimal 200 lux. Di

antaranya ruang pekerjaan kasar dengan mesin dan ruang perakitan

kasar.

3. Ruangan yang bermanfaat sebagai tempat pekerjaan rutin memerlukan

tingkat pencahayaan minimal 300 lux. Misalnya ialah ruang

administrasi, ruang kontrol, ruang pekerjaan mesin, ruang perakitan,

dan ruang penyusunan.

4. Ruangan yang berperan sebagai tempat pekerjaan agak halus

membutuhkan tingkat pencahayaan minimal 500 lux. Antara lain ruang

pembuatan gambar, ruang pekerjaan pemeriksaan, dan ruang pekerjaan

dengan mesin.
5. Ruangan yang dipakai sebagai tempat pekerjaan halus memerlukan

tingkat pencahayaan minimal 1.000 lux. Sebagai contoh yakni ruang

pemilihan warna, ruang pekerjaan mesin halus, dan ruang perakitan

halus.

6. Ruangan yang berfungsi sebagai tempat pekerjaan amat halus

membutuhkan tingkat pencahayaan minimal 1.500 lux dan tidak

menimbulkan bayangan. Contohnya adalah ruang pengukiran tangan,

ruang pemeriksaan pekerjaan mesin, dan ruang perakitan yang sangat

halus.

7. Ruangan yang berguna sebagai tempat pekerjaan terinci memerlukan

tingkat pencahayaan minimal 3.000 lux dan tidak menimbulkan

bayangan. Di antaranya ruang pemeriksaan pekerjaan dan ruang

perakitan sangat halus.


BAB III

ISI

3.1. Jenis dan Pendekatan Penelitian

Jenis penelitian ini adalah penelitian lapangan (field research) yaitu

memperoleh data dari penelitian lapangan langsung tentang Pencahayaan Buatan di

Kafe Ekoffie yang berada di Kota Pontianak, penelitian ini menggunakan pendekatan

deskriptif yaitu ingin mencari jawaban secara mendasar tentang pencahayaan buatan

yang terdapat di Kafe Ekoffie.

Pendekatan penelitian lapangan ini bertujuan untuk memperoleh jawaban dari

permasalahan yang tertuang dalam rumusan masalah pada bab I untuk nantinya

disajikan dan dianalisis secara mendalam .

3.2. Objek dan Subjek Penelitian, Lokasi serta Sumber Data

3.2.1 Objek dan Subjek Penelitian

Objek penelitian ini adalah pengaruh pencahayaan buatan terhadap rumah

tinggal yang dialihfungsikan sebagai kafe. Subjek penelitian ini adalah

konsumen.

3.2.2 Lokasi dan Waktu Penelitian

Lokasi penelitian berada di Jalan Karya Baru Komplek Taman Spain Nomor

1, Pontianak, Indonesia. adapun waktu penelitian ini dari siang hingga malam.

3.2.3 Sumber Data

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder.

3.2.3.1 Data Primer

1. Informan (subjek)

agar data yang diperoleh menjadi valid dan lengkap, maka peneliti

menggunakan informan yang sekaligus sebagai konsumen.


2. Dokumen

yaitu setiap bahan tertulis berupa data yang ada, yang berhubungan

dengan keperluan penelitian.

3.2.3.2 Data Sekunder

Data sekunder terdiri dari: buku-buku yang terkait dengan penulisan

penelitian ini, artikel ilmiah, kamus, jurnal, surat kabar lokal dan arsip-arsip

yang pendukung lainnya.

3.3. Metode Penelitian

Terdapat 2 metode penilitian yang di pakai untuk penelitian pada hari ini, yaitu

sebagai berikut :

1. Metode Survei Lapangan : Menulis hal hal atau kejadian kejadian yang ada di

lapangan secara langsung.

2. Metode Dengan Lituratur : Melakukan Riset melalui membaca literatur yang ada

di Buku ataupun internet sebagai bahan pembandingan anatara Teori dan kondisi

yang ada di Lapangan .


3.4. Layout Denah dan Titik Lampu

Gambar.3. 1 Denah Layout


(Sumber : Dokumentasi Pribadi 2022)

Gambar.3. 2 Denah Titik Lampu


(Sumber : Dokumentasi Pribadi 2022)
3.5. Data Amatan

3.5.1 Identifikasi Fungsi


Sebagai tempat yang menyediakan barang dan jasa, seperti minuman,makanan

ringan,dan makanan berat

3.5.2 Identifikasi Ruang

ruang
makan

dapur

Gambar.3. 3 Denah
(Sumber : Dokumentasi Pribadi 2022)
3.5.3 Sistem Penerangan Buatan
Pemanfaatan dan penerapan cahaya buatan pada bangunan ini cenderung menerapkan

pola grid pada penataan titik lampu sehingga pencahayaan untuk malam hari terasa lebih

optimal dengan penyesuaian titik lampu yang diterapkan.

Gambar.3. 4 Suasana pada Siang Hari

(Sumber: Dokumentasi Pribadi 2022)

Gambar.3. 5 Suasana pada Siang Hari

(Sumber: Dokumentasi Pribadi 2022)


Gambar.3. 6 Suasana pada Malam Hari

(Sumber: Dokumentasi Pribadi 2022)

3.6.3 Analisis
Dalam rumusan masalah serta pengumpu;an data yang sudah diberikan. Kita bisa

melakukan proses penelitian yang akan dilakukan yaitu dengan cara menganalisa

sebagai berikut :

1. Jenis Lampu yang digunakan

untuk jenis lampu yang digunakan pada lokasi amatan adalah

lampu LED dengan 3 jenis warna yakni putih, ungu, dan kuning

2. Tipe Pencahayaan Buatan yang digunakan

untuk tipe pencahayaan buatan yang digunakan pada lokasi amatan

yakni ada 3 tipe:

 General Lighting :

perletakan beberapa titik lampu pada ruangan

mengandalkan 1 buah lampu yang ditujukan untuk menerangi 1


area,terdapat 11 area yang menggunakan tipe pencahayaan

general lighting.

 Task Lighting

perletakan beberapa titik lampu pada ruangan juga

menggunakan tipe Task Lighting dengan menggunakan lampu

sorot di beberapa titik penerangan,yakni ada 4 titik yang

menggunakan tipe pencahayaan Task Lighting.

 Decorative Lighting

penggunaan lampu yang bertujuan sebagai unsur

dekoratif dengan menggunakan lampu gantung di beberapa titik

penerangan. Ada 3 area yang menggunakan lamou gantung yakni

salah satunya berada diarea Bar.

3. Intensitas Cahaya

Intensitas cahaya di lokasi amatan cukup terang pada malam

hari namun tidak menimbulkan efek silau akibat sinar yang terlalu

terang,pencahayaan di tempat tersebut sudah disesuaikan dengan

fungsinya,yakni sebagai tempat bersantai.

4. pengaruh pencahayaan terhadap aktivitas di dalamnya

jenis lampu yang digunakan di lokasi amatan telah disesuaikan

dengan fungsinya seperti diarea makan dengan intensitas cahaya yang

cukup terang karena aktivitas di area tersebut lebih dominan digunakan

sebagai tempat untuk bersantai, dan untuk di area bar,jenis dan tipe

lampu yang digunakan juga disesuaikan dengan intensitas cahaya yang

lebih terang karena di area tersebut terdapat aktvitas barista di dalamnya.


5. Rancangan Pencahayaan Pada Bangunan Berdasarkan Persepsi

Konsumen

perancangan pencahayaan pada Kafé ini cukup baik dan tepat

sasaran sehingga membuat suasana di dalam ruangan menjadi nyaman

untuk bersantai ataupun melakukan aktivitas lainnya seperti berkumpul

dan mengerjakan tugas.


BAB IV

KESIMPULAN

Dari semua hasil yang didapat, kami menggunakan 2 metode dalam melakukan pengerjaan

untuk penyelesaian ini yaitu dengan cara mencari literatur dan mensurvei langung tempat

yang menjadi objek untuk penelitian. Beberapa hal yang kami teliti mulai dari lampu yang

digunakan pada bangunan café tersebut banyak menggunakan lampu – lampu LED untuk

pencahayaan buatannya. Lampu – lampu tersebut memiliki 2 fungsi, yang pertama untuk

penerangan utama dan yang kedua untuk penerangan tambahan/hiasan.


DAFTAR PUSTAKA

http://digilib.polban.ac.id/files/disk1/67/jbptppolban-gdl-giligretar-3326-3-bab2--6.pdf

https://arafuru.com/sipil/sistem-dan-standar-pencahayaan-ruangan-yang-baik.html

Anda mungkin juga menyukai