Bobby Guntur Adi Putra, Gunawan Madyono2 Program Studi Teknik Industri Jurusan Teknik Industri
Fakultas Teknik Industri Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Yogyakarta Jl. Babarsari 2
Tambakbayan, Yogyakarta, 55281 Telp. (0274) 485363 Fak : (0274) 486256
ABSTRAK
Keselamatan dan kenyamana kerja merupakan hal yang sangat penting untuk diperhatikan, salah
satunya adalah pencahayaan ruangan. Intensitas cahaya adalah banyaknya cahaya ada pada suatu luas
permukaan, merupakan aspek lingkungan fisik yang sangat penting untuk keselamatan dan kenyamanan kerja.
Dalam penelitian ini menggunakan metode ergonomi dengan tujuan menciptakan lingkungan kerja
yang aman dan nyaman sesuai dengan standar yang ditetapkan oleh menteri kesehatan pada tiap area sesuai
dengan jenis kegiatan yang ada. Pengambilan data menggunakan alat pengukur cahaya yaitu luxmeter dan
menentukan tingkat pencahayaan ruangan yang standar sesuai dengan Keputusan Menteri Kesehatan
No.1405/MENKES/SK/XI/2001.
Dari hasil pergukuran langsung intensitas cahaya pada masing-masing area produksi dengan
menggunakan luxmeter bahwa area produksi mendapatkan pencahayaan yang tertinggi yaitu 236 lux, namun
masih tidak sesuai standar yang di tentukan oleh menteri kesehatan yaitu 300 lux. Oleh karena itu intensitas
cahaya diseluruh area produksi untuk saat ini masih kurang baik bagi keamanan dan kenyamanan pekerja.
Untuk meningkatkan intensitas cahaya pada area produksi agar dapat memenuhi standar pencahayaan yaitu
300 lux maka setiap area produksi diperlukan penambahan jumlah lampu atau penggantian jenis lampu di
setiap area produksi.
I. PENDAHULUAN
PT. Lendis Cipta Media Jaya merupakan memadai dapat menyebabkan ganguan
salah satu perusahaan industri yang bergerak kesehatan pada pekerja, salah satunya adalah
dalam bidang percetakan di kota Yogyakarta. kelelahan mata. Selain itu, kelelahan mata
Dengan permintaan produksi yang sangat timbul sebagai stress intensif pada fungsi-
tinggi, PT. Lendis Cipta Media Jaya fungsi mata seperti terhadap otot-otot
mengoperasikan beberapa buah mesin cetak akomodasi pada pekerja yang perlu
berukuran besar di ruang produksinya dari pengamatan secara teliti atau pada retina
pukul 08.00 – 16.00 WIB setiap harinya. sebagai ketidaktepatan kontras (Suma’mur,
Mesin cetak tersebut memiliki operator untuk 2009).
mengoptimalkan pelaksanaan proses produksi Tingkat penerangan yang baik merupakan
cetak. Tugas dan tanggung jawab operator salah satu faktor untuk memberikan suatu
sangatlah penting yaitu memahami bahan baku kondisi penglihatan yang baik karena
yang dipakai seperti kertas, tinta, pelat, dan penerangan dapat mempengaruhi dalam
bahan bantu lainnya. Peran operator sangatlah melihat obyek-obyek. Apabila tingkat
penting dalam proses kerja. Oleh karena itu penerangannya cukup bagus maka obyek akan
setiap proses membutuhkan ketelitian yang terlihat secara jelas dan cepat dalam
tinggi sehingga dibutuhkan lingkungan kerja mencarinya tanpa menimbulkan kesalahan
yang baik salah satunya adalah pencahayaan berarti. Analisa intensitas cahaya perlu
yang memadai. Pencahayaan yang memadai dilakukan sebagai salah satu pendukung
menyebabkan kelainan pada indra penglihatan lingkungan kerja bagi keselamatan dan
dan kesilauan yang dapat menimbulkan kenyamanan kerja
kecelakaan kerja. Pencahayaan yang kurang 1. Pencahayaan (Iluminate)
Jurusan Teknik Industri Fakultas Teknik UPN “Veteran” Yogyakarta 115
Jurnal OPSI Vol 10 No 2 Desember 2017 ISSN 1693-2102
OPSI – Jurnal Optimasi Sistem Industri
1. Pengolahan Data
(Sumber: Observasi lapangan) a. Perhitungan intensitas sumber cahaya
Dari pengukuran di area produksi telah
2) Data sumber cahaya didapatkan data tingkat pencahayaan jenis
Data sumber cahaya diperoleh dengan lampu yang digunakan pada Tabel 5 dan
pengamatan dan pengukuran secara langsung jumlah lampu pada masing-masing area pada
menggunakan Luxmeter. Jenis lampu yang Tabel 6. Sehingga perhitungan intensitas
digunakan dapat dilihat pada Tabel 5. sumber cahaya untuk masing-masing area
Sedangkan jumlah lampu yang digunakan pada dengan menggunakan persamaan (4) dan hasil
tiap-tiap area produksi dapat dilihat pada Tabel perhitungan dapat dilihat pada Tabel 8.
6. Tabel 8 Intensitas sumber cahaya
Tabel 5 Jenis lampu yang digunakan di area
produksi
(Sumber: www.philips.com)
Tabel 6 jumlah lampu di masing-masing area b. Perhitungan Light Loss Factor (LLF)
produksi
Berdasarkanmaintenancecategory,
diketahui bahwa nilai LDD untuk lampu
tersebut adalah 0,90. Jenis pencahayaanya
adalah pencahayaan langsung, berdasarkan
Tabel 2 nilai RSDD adalah 0,92.
Jenis lampu yang digunakan adalah
fluorescent serta penggantiannya berdasarkan
Tabel 3 diperoleh nilai LDD 0,85 untuk
(Sumber: Observasi lapangan) fluorescent dengan nilai LBO= 1,0. Dengan
menggunakan persamaan (1) dapat dihitung
3) Data pencahayaan dalam area produksi nilai LLF fluorescent sebagi berikut :
Untuk pengukuran kuat penerangan di LLF = (1,0)(RSDD x LLD x LBO x LDD)
masing-masing area, dilakukan di 5 (lima) titik = (1,0)(0,92 x 0,85 x 1,0 x 0,90)
pengukuran dengan menggunakan luxmeter. = 0,70 ≈ 0,7
Hasil pengukuran di masing-masing area dapat
dilihat pada Tabel 7.
Jurusan Teknik Industri Fakultas Teknik UPN “Veteran” Yogyakarta 119
Jurnal OPSI Vol 10 No 2 Desember 2017 ISSN 1693-2102
OPSI – Jurnal Optimasi Sistem Industri
perusahaan memerlukan penambahan lampu TL-D 80 (36 watt) dengan lampu usulan yaitu
pada setiap ruang produksi dan otomatis juga philips TL 90 (58 watt).
menambah jumlah fitting lampu pada setiap Jenis lampu usulan juga membutuhkan
area produksi. Akan tetapi jika mengganti jenis biaya per tahunnya lebih rendah dibandingkan
lampu sesuai usulan, perusahaaan tidak perlu dengan jenis lampu sekarang. Dengan
menambah jumlah fitting tetapi dengan rendahnya kebutuhan biaya maka dapat
mengganti jenis lampu yang lama yaitu philips membantu meminimalis pengeluaran
perusahaan.
4. KESIMPULAN Handayani, D., 2013, Analisis Pencahayaan
Berdasarkan hasil pengamatan dan Ruang Kerja, Universitas Islam
pengukuran kuat penerangan rata-rata yang Indonesia, Yogyakarta.
telah dilakukan dapat diambil kesimpulan : Haryono, D., 2008, Kuat Penerangan
a. Berdasarkan hasil observasi lapangan (Iluminasi) Ruang Kendali Utama Untai Uji
dengan menggunakan luxmeter, besar Termohidrolika, Pusat Teknologi Reaktor
intensitas cahaya pada masing-masing dan Keselamatan Nuklir, Batan. Kristanto,
area produksi masih kurang dari L., 2004, Penelitian Terhadap
standaryangditentukanoleh Kekuatan Penerangan dan
KeputusanMenteriKesehatan Hubungannya Dengan Angka
Republik Indonesia Reflektansi Warna Dinding, Universitas
No.1405/MENKES/SK/XI/2002 pada Kristen Petra, Surabaya.
jenis kegiatan pekerjaan rutin adalah Menkes, RI., 2002, Persyaratan Kesehatan
300 lux. Besar intensitas cahaya pada Lingkungan Kerja Perkantoran dan
masing-masing area produksi yaitu Industri, Keputusan Menteri Kesehatan
pada area sakura 258 sebesar 219 lux, RI Nomor 1405/Menkes/SK/XI/2002,
area sakura 52E sebesar 211 lux, area Jakarta.
sakura 458 Ep II sebesar 226 lux, area Muhaimin, M., 2001, Teknologi
pond sebesar 236 lux, dan area mand Pencahayaan, PT Refika Aditama,
roland sebesar 187 lux. Bandung.
b. Untuk menghasilkan tingkat
pencahayaan yang sesuai standar, Nurmianto, E., 1998, Ergonomi Konsep
masing-masing area produksi Dasar dan Aplikasinya, Edisi Pertama
membutuhkan penambahan jumlah Guna Widya, Jakarta.
lampu, yaitu untuk area sakura 258 Purwanti, I., 2013, Analisis Pengaruh
membutuhkan penambahan 2 lampu, Pencahayaan Terhadap Kelelahan Mata
area sakura 52E membutuhkan Operator di Ruang Kontrol PT. XYZ,
penambahan 2 lampu, area sakura 458 Universitas Sumatera Utara, Medan.
Ep II membutuhkan penambahan 2 Sastrowinito, S., 1985, Meningkatkan
lampu, area pond membutuhkan Produktivitas dengan Ergonomi, PT
penambahan 1 lampu, dan area mand Pustaka Bina Mandiri Presindo, Jakarta.
roland membutuhkan penambahan 5 Schiler, M., 1992, Simplified Design of
lampu. Building Lighting, John Wiley & Sons,
Inc., New York.
Stein, S., 1986, Penyelidikan Spetrometrik
DAFTAR PUSTAKA Senyawa Organik, Edisi keempat
Adiputra, N., 2004, Ergonomi, Erlangga, Jakarta.
http://www.balihesg.org diakses Juli Suma’mur, 2009, Hiegiene Perusahaan dan
2012. Keselamatan Kerja, CV Sagung Seto,
Aloysius, L., 2012, Pengujian Intensitas Jakarta.
Pencahayaan Buatan Pada Ruang Suma’mur, 1989, Keselamatan Kerja dan
Laboratorium Fakultas dan Teknik Pencegahan Kecelakaan, PT. Gunung
(FST) Dengan Software Calculux V.5.0, Agung, Jakarta.
Universitas Nusa Cendana, Nusa Sutalaksana, I., 1979, Teknik Tata Cara
Tenggara Timur. Kerja, Departemen Teknik Industri –
ITB, Bandung.
Swasti, R., 2009, Intensitas Pencahayaan Yusuf, 2015, Efek Pencahayaan Terhadap
dengan Pendekatan Permanent Prestasi dan Kelelahan Kerja Operator,
Supplementary Artificial Lighting Institut Sain & Teknologi AKPRIND,
Installation (PSALI), Universitas Yogyakarta.
Pembangunan Nasional “Veteran”, Zulfahri, 2016, Analisis Intensitas
Yogyakarta. Penerangan dan Penggunaan Energi
Wignjosoebroto, S., 1995, Ergonomi, Studi Listrik di Laboratorium Komputer
Gerak dan Waktu, Prima Printing, Sekolah Dasar Negeri 150 Pekanbaru,
Surabaya. Universitas Lancang Kuning,
Pekanbaru.
Jurusan Teknik Industri Fakultas Teknik UPN “Veteran” Yogyakarta 116 124