Anda di halaman 1dari 16

PARAMETER SISTEM PENERANGAN I

Kompetensi Umum:
1. Mahasiswa mampu memahami dan mengerti dasar-dasar instalasi Penerangan.

Kompetensi Khusus:
1. Mahasiswa mampu dan bisa menjelaskan dasar-dasar instalasi penerangan
2. Mahasiswa mampu menjelaskan dan menghitung flux cahaya yang diperlukan untuk
suatu bidang kerja pada instalasi penerangan.
3. Mahasiswa mampu menjelaskan dan menghitung Effisiensi atau rendemen armatur pada
suatu instalasi penerangan.
4. Mahasiswa mampu menjelaskan Intensitas penerangan.

A. Penyajian Materi
I. Pengantar
Penyebaran cahaya dari suatu sumber cahaya tergantung pada konstruksi sumber
cahaya itu sendiri dan pada konstruksi armatur yang digunakan.
Konstruksi armaturnya antara lain ditentukan oleh ;
a. Cara pemasangannya pada dinding dan langit-langit.
b. Cara pemasangan fiting atau fiting-fiting di dalam armatur.
c. Perlindungan sumber cahayanya .
d. Penyesuaian bentuknya dengan lingkungan.
e.Penyebaran cahayanya.

Sebagian besar dari cahaya yang ditangkap oleh mata, tidak datang langsung dari
sumber cahaya, tetapi setelah dipantulkan oleh lingkungan.
Sumber cahaya biasanya akan menyilaukan mata. Karena itu bahan-bahan armatur harus
dipilih demikian rupa sehingga sumber cahayanya terlindung dan cahayanya terbagi secara
tepat.

Instalasi Listrik I
PARAMETER SISTEM PENERANGAN I

B. Pencahayaan

1. Tingkat penerangan yang diperlukan untuk tingkat visual tertentu, disesuaikan


dengan :
 Jenis dan kegunaan dari gedung atau ruangan tersebut.
 Efek warna dari dinding, lantai dan langit-langit sangat mempengaruhi tingkat
pemantulan cahaya yang ditimbulkan.
 Disamping itu juga diperhatikan sistem penerang lampu yang digunakan
 Efek warna dan menyilaukan juga harus diperhatikan, sehingga kenyamanan visual
pada ruangan tersebut dapat dipenuhi.

2. Jumlah cahaya yang diperlukan untuk mendapatkan tingkat penerangan tertentu.


Tingkat penerangan dari suatu sumber cahaya dibedakan atas :
a. Penerangan alami (siang hari)
b. Penerangan buatan
c. Penerangan campuran

3. Sumber cahaya yang dapat menghasilkan sejumlah cahaya alam dan cahaya buatan.

Macam-macam armature.

Armatur-armatur dapat dibagi menurut beberapa cara, yaitu:


1. Berdasarkan sifat penerangannya, atas armatur penerangan langsung, sebagian besar
langsung, difus, sebagian besar tak langsung dan tak langsung.
2. Berdasarkan konstruksinya, atas armatur biasa, kedap tetes air, kedap letupan debu dan
kedap letupan gas.
3. Berdasarkan penggunaannya, atas armatur untuk penerangan dalam, penerangan luar,
penerangan industri, penerangan dekorasi, dan armatur yang ditanam di dinding atau
langit-langit dan yang tidak di tanam.
4. Berdasarkan bentuknya, atas armatur balon, pinggan, “ rok”, gelang, armatur pancaran
lebar dan pancaran terbatas.Kemudian armatur kandil, palung, dan armatur-armatur jenis
lain untuk lampu-lampu bentuk tabung.
Instalasi Listrik I
PARAMETER SISTEM PENERANGAN I

5. Berdasarkan cara pemasangannya, atas armatur langit-langit, dinding, gantung, berdiri,


armatur gantung memakai pipa dan armatur gantung memakai kabel.

Sistem Penerangan.

Untuk tujuan efisiensi, kenyamanan dan keindahan, maka tipe-tipe penerangan


digolongkan dalam :
a. Penerangan langsung
b. Terutama penerangan langsung
c. Penerangan campuran atau penerangan baur ( difus )
d. Penerangan tak langsung
e. Terutama penerangan tak langsung.
Berdasarkan pembagian flux cahayanya oleh sumber cahaya dan armatur yang
digunakan, dapat dibedakan sistem-sistem penerangan di bawah ini:

Tabel 1. Pembagian fluxs cahaya pada sistem-sistem penerangan


LANGSUNG KE BIDANG
SISTEM PENERANGAN
KERJA
Penerangan langsung 90 – 100 %
Terutama penerangan langsung 60 – 90 %
Penerangan difus 40 – 60%
Terutama penerangan tak langsung 10 – 40 %
Penerangan tak langsung 0 – 10 %

Sumber-Sumber Cahaya

Sumber-sumber cahaya modern dapat dibagi atas dua kelompok utama sebagai berikut:
1. Pancaran suhu
2. Lampu tabung gas
Lampu tabung fluorecent
a. Tabung Fluorecent.
b. Kumparan hambat ( balast )
Instalasi Listrik I
PARAMETER SISTEM PENERANGAN I

c. Starter dan penyalaan.

Lampu air raksa tekanan amat tinggi (high pressure mercury lamp)
a. Konstruksi.
b. Cara kerja
c. Kedudukan nyala dan penggunaan

C. Keperluan Instalasi Penerangan.

Intensitas penerangan harus ditentukan tempat dimana pekerjaannya akan dilakukan.


Bidang kerja umumnya diambil SO cm diatas lantai. Bidang kerja ini mungkin sebuah meja
atau bangku kerja, atau jjuga suatu bidang horizontal khayalan, SO cm diatas lantai.
Intensitas penerangan yang diperlukan ikut ditentukan oleh sifat pekerjaan yang harus
dilakukan. Suatu bagian mekanik halus misalnya, akan memerlukan intensitas penerangan
yang jauh lebih besar dari pada yang diperlukan suatu galangan kapal.
Juga panjang waktu kerja mempengaruhi intensitas penerangan yang diperlukan,
pekerjaan yang lama dengan penerangan muatan, juga memerlukan intensitas penerangan
yang lebih besar.
Tabel 3.1 mencatumkan intensitas penerangan yang diperlukan untuk penerangan yang
baik. Jadi flux cahaya yang diperlukan untuk suatu bidang kerja seluas A m2 ialah :
Q = E x A 1m .......................................................................(3.1)

Flux cahaya yang dipancarkan lampu-lampu tidak semuanya mencapai bidang kerja.
Sebagian dari flux cahaya itu akan dipancarkan kedinding dan langit-langit. Karena itu untuk
menentukan flux cahaya yang diperlukan harus diperhitungkan efisiensi atau rendemennya.
Φg
n = ...............................................................................(3.2)
Φo
dimana :
Φ g = flux cahaya yang dipancarkan oleh semua sumber cahaya yang ada didalam
ruangan
Φ o = flux cahaya berguna yang mencapai bidang kerja, langsung atau pun tidak

Instalasi Listrik I
PARAMETER SISTEM PENERANGAN I

langsung setelah dipantulkan oleh dinding dan langit-langit.

Bagian cahaya flux yang hilang menerangi ruangan atau diserap oleh dinding langit-
langit, gorden dan sebagainya.

• Effesiensi armartur

Effisiensi atau rendemen armatur V ialah :

V = flux cahaya yang dipancarkan oleh armatur ..............................(3.3)


flux cahaya yang dipancarkan oleh sumber cahaya

Effisiensi ini dibagi atas bagian flux cahaya diatas dan dibawah bidang horizontal. Effisiensi
sebuah bidang armatur ditentukan oleh konstruksinya dan oleh bahan yang digunakan. Dalam
effisiensi penerangan selalu sudah diperhitungkan effisiensi armaturnya.
Faktor perbandingan cahaya keluaran (Light Output Ratio) dari fitting. Light Output
Ratio dari fitting merupakan luminous yang dipancarkan oleh sumber cahaya, biasanya
dinyatakan dengan proses.
Besarnya Light Output Ratio ini ditentukan oleh kosntruksi dan bahan yang
dipancarkan oleh sumber cahaya, biasanya dinyatakan dengan proses. Besarnya Light Output
Ratio ini ditentukan oleh konstruksi dan bahan yang digunakan pada sistem penerangan.
Dalam keadaan bari, harganya : 60 – 80%.

• Faktor refleksi

Faktor refleksi r w dan r p masing-masing dinyatakan bagian yang dipantulkan dari flux
cahaya yang diterima oleh dinding dan langit-langit, kemudian mencapai bidang kerja.
Faktor refleksi semu bidang pengukuran atau bidang kerja r m, ditentukan oleh refleksi
lantai dan refleksi bagian dinding antara bidang kerja dan lantai. Umumnya untuk r m ini
diambil 0,1 . langit-langit dan dinding berwarna terang memantulkan 50 – 70% dan yang
berwarna gelap 10 – 20%.

Instalasi Listrik I
PARAMETER SISTEM PENERANGAN I

Tabel 3.1 Intensitas Penerangan

No Sifat Pekerjaan Penerangan


sangat baik
1. Kantor
Ruang gambar 2000 lux
Ruangan kantor (untuk pekerjaan kantor biasa, pembukuan, mengetik, 1000 lux
surat menyurat, membaca, melayani mesin-mesin kantor)
Ruangan yang tidak digunakan terus menerus untuk pekerjaan
(ruangan arip, tangga, gang, ruangan tunggu) 250 lux
Ruangan sekolah
2. Ruangan kelas 500 lux
Ruangan gambar 1000 lux
Ruangan untuk pelajaran jahit-menjahit 1000 lux
Industri
3. Pekerjaan sangat halus (pembuatan jam tangan, instrumen kecil dan
halus, mengukir) 5000 lux
Pekerjaan halus (pekerjaan , pemasangan halus,menyetelan mesin
bubut halus, kempa halus, poles) 2000 lux
Pekerjaan biasa (pekerjaan bor, bubut kasar, pemasangan biasa) 1000 lux
Pekerjaan kasar (menempa dan penggiling) 500 lux
4. Toko
Ruangan jual dan pamer 1000 lux
Toko-toko besar 500 lux
Toko-toko lain
etalase: 2000 lux
Toko-toko besar 1000 lux
Toko-toko lain
5. Mesjid, gereja, dan sebagainya 250 lux
6. Rumah tinggal
Kamar tamu 1000 lux

Instalasi Listrik I
PARAMETER SISTEM PENERANGAN I

Penerangan setempat (bidang kerja) 100 lux


Penerangan umum, suasa
Dapur 500 lux
Penerangan setempat 250 lux
Penerangan umum
Ruangan-ruangan lain 500 lux
Kamar tidur, kamar mandi, kamar rias (penerangan setempat) 250 lux
Gang, tangga, gudang, garasi
Penerangan setempat, untuk pekerjaan-pekerjaan ringan (hobby, dan 500 lux
sebagainya)
Penerangan umum 250 lux

Pengaruh dinding dan langit-langit pada sistem penerangan langsung jauh lebih kecil
dari pada pengaruhnya pada sistem-sistem penerangan lainnya. Sebab cahaya yang jauh
dilangit-langit dan dinding hanya sebagian kecil saja dari flux cahaya.
Untuk faktor refleksi dinding r w ini dipilih suatu nilai rata-rata, sebab pengaruh gorden
dan sebagainya sangat besar. Silau karena cahaya yang dipantulkan dapat dihindari dengan
cara-cara berikut ini :
a. menggunakan bahan yang tidak mengkilat untuk bidang kerja
b. menggunakan sumber-sumber cahaya yang permukaannya luas dan luminasinya rendah
c. penempatan sumber cahaya yang tepat.

• Indek bentuk

Indeks ruangan atau indeks bentuk k menyatakan perbandingan antara ukuran-ukuran


utama suatu ruangan berbentuk bujur sangkar
p.l
k = ..........................................................................................(3.4)
h( p + l )

dimana :
p = panjang ruangan didalam m
l = lebar ruangan dalam m

Instalasi Listrik I
PARAMETER SISTEM PENERANGAN I

h = tinggi sumber cahaya diatas bidang kerja dinyatakan dalam m

bidang kerja adalah suatu bidang horizontal khayalan, umumnya 0,8 meter diatas lantai.

• Faktor depresiasi

Faktor penyusutan atau faktor depresiasi d adalah :

d = E dalam keadaan dipakai ...............................................................(3.5)


E dalam keadaan baru

Intensitas penerangan E dalam keadaan dipakai ialah intensitas penerangan rata-rata suatu
instalasi dengan lampu-lampu dan armatur-armatur, yang daya kurangnya telah berkurang
karena kotor, sudah lama dipakai,atau karena sebab-sebab lain.
Effisiensi penerangan yang dipaparkan pada tabel 3.1 berlaku untuk instalasi dalam
keadaan baru memberi 250 lux, dan akan memberi hanya 200 lux saja dalam keadaan sudah
dipakai. Jadi untuk memperoleh effisiensi penerangannya dalam keadaan dipakai, nilai
rendemen yang didapat dari tabel masih harus dikalikan dengan faktor depresiasinya. Faktor
depresiasi ini dibagi atas tiga golongan utama yaitu untuk :
a. pengotoran ringan
b. pengotoran biasa
c. pengotoran berat
Masing-masing golongan utama dibagi lagi atas tiga kelompok, tergantung pada masa
pemeliharaan lampu-lampu dan armatur-armaturnya, yaitu setelah 1, 2 atau 3 tahun.
Pengotoran ringan terjadi ditoko-toko, kantor-kantor dan gedung-gedung sekolah yang berada
didaerah-daerah yang hampir tidak berdebu.
Pengotoran berat akan terjadi diruangan-ruangan dengan banyak debu atau pengotoran
lain, misalnya diperusahaan-perusahaan cor, pertambangan, pemintalan dan sebagainnya.
Pengotoran biasa terjadi diperusahaan-perusahaan laninya. Kalau tingkat pengotorannya tidak
diketahui, digunakan faktor depresiasi 0,8.

Instalasi Listrik I
PARAMETER SISTEM PENERANGAN I

Tabel 3.2 Faktor refleksi beberapa warna permukaan untuk cahaya putih

Warna bidang Faktor refleksi


Plasteran putih (baru, kering) 0,70 – 0,80
Plasteran putih (lama) 0,30 – 0,60
Cat air putih 0,65 – 0,75
Cat minyak putih 0,75 – 0,85
Cat alumunium 0,60 – 0,75
beton (lama) 0,40 – 0,50
Beton (baru) 0,05 – 0,15
Batu bata (baru) 0,10 – 0,30
Batu bata (lama) 0,05 – 0,10
Papan serat kayu (kuning gading, baru) 0,50 – 0,60
Papan serat kayu (kunung gading, lama) 0, 30 – 0,40
Kayu berk dan esdorn, warna muda 0,55 – 0,65
Kayu iek, diberi lak warna muda 0,40 – 0,50
Kayu iek diberi lak warna gelap 0,15 –0,40
Kayu mahoni 0,15 – 0,40
Gorden kuning 0,30 – 0,45
Gorden merah 0,10 – 0,20
Gorden biru 0,10 – 0,20
Gorden perak kelabu 0,15 – 0,25
Gorden coklat tua 0,10 – 0.25
Beludru hitam 0,005 – 0,01
Reflectal 0,95 – 0,98
Perak (dipoles) 0,88 – 0,93
Email (putih) 0,65 – 0,75
Nikel (dipoles) 0,53 – 0,63
Nikel (buram) 0,48 – 0,52
Aluminimum (dipoles) 0,65 – 0,75
Aluminimum (buram) 0,55 – 0,60
Aluminimum (alzac) 0,80 – 0,85
Tembaga 0,48 – 0,50
Krom (dipoles) 0,60 – 0,70
Krom (buram) 0,52 – 0,55
Kaleng 0,68 – 0,70

Selanjutnya keadaan yang cukup bersih mantenance faktornya = 0,8. Untuk ruang
laboratorium dengan AA. Maintenance faktornya = 0,6 - 0,5
Absortion factor (faktor penyerap). Bila cahaya jatuh pada permukaan suatu bidang, maka
sebagian cahaya tersebut tidak dipantulkan kembali tetapi diserap (absoebed)

Instalasi Listrik I
PARAMETER SISTEM PENERANGAN I

• Kofesiensi daya guna

Bila illumination E merupakan jumlah luminous flux yang mempengaruhi bidang kerja
A, (baik secara langsung bidang kerja A), maka yang dimaksud dengan coefficient of
utilization adalah perbandingan antara luminous flux effective, Fn (yaitu bagian luminous flux
Fo yang diterima oleh warking plane dari sumber cahaya, baik langsung maupun tidak
langsung. Dengan demikian dapat dinyatakan :

Cu = Fn ............................................................................(3.6)
Fo

Luminous flux effective (Fn) yang diterima oelh bidang kerja + ilumination rata-rata
(E) dikalikan dengan luas bidang kerja (m2).

D. Jenis penerangan

• Penerangan untuk indoor lighting


Penerangan didalam rumah (indoor lighting) yang dimaksud adalah untuk memberikan
penerangan didalam kamar-kamar, ruangan-ruangan dan lainya. Penerangan didalam ruangan
(indoor lighting) yang termasuk jenis beban dalam indoor lighting ini adalah :
a. Penerangan kantor
b. Laboratorium
c. Ruang kamar mandi
d. Ruang dapur
e. Ruang tengah untuk santai
f. Ruang kamar
g. Ruang makan
h. Ruang tamu
i. Dan lain-lain, yang semuanya ada dalam ruangan yang terlindung atap dan
dindinng.
Untuk memperhitungkan penerangan pada penggunaan indoor, hal yang perlu diperhatikan
antara lain :

Instalasi Listrik I
PARAMETER SISTEM PENERANGAN I

a. Menentukan cooficient of utilzation (Cu) ruangan sesuai dengan keadaan ruangan dimana
instalasi penerangan akan dipasang. Cu ditentukan dari tabel dengan urutan-urutan sebagai
berikut :
• dipilih macam fitting dan lampu yang akan dipakai
• menentukan reflection factor dari dinding
• mennghitung room indek (K)
b. Menentukan illumination yang diperlukan pada dinding kerja sesuai macam pekerjaan dan
fungsinya (ruang baca, ruang gambar, ruang tamu, dan sebagainya).
c. Menghitung luminous flux yang akan dipasang dengan rumus :
Untuk lampu dalam keadaan baru :

Luminous flux = illumination rata-rata x luas bidang kerja


Coefficient of utilizatioan

Jadi F = E x A lumen ………………………………..(3.7)


Cu

Akibat pengaruh pengotoran dalam ruangan oleh debu dan lain-lain, maka harus
diperhitungkan maintenence factornya, sehingga persamaan diatas menjadi :

F = E x A x d-1 lumen
Cu

d. Menghitung jumlah lampu dan fitting yang akan dipasang sesuai dengan ruangan.
1. Jumlah lampu yang akan dipasang :

N lampu = Total flux yang akan dipasang …………………..(3.8)


Luminous flux tiap lampu

2. Jumlah fitting yang akan dipasang :

= Jumlah lampu yang akan dipasang……..........……………..(3.9)


Jumlah lampu setiap fitting
Atau

Instalasi Listrik I
PARAMETER SISTEM PENERANGAN I

= Total Luminous flux yang akan dipasang……………....…..(3.10)


minuos flux tiap lampu per fitting

e. Menghitung beban dari instalasi penerangan dengan rumus :


Beban = Jumlah lampu x daya tiap lampu……………...........…..(3.11)

f. Menentukan kerapatan beban penerangan dalam VA/M2. Keraptan beban ini digunakan
sebagai standar untuk masing-masing ruangan yang sesuai dengan macam-macam
pekerjaan dan fungsi : macam lampu dan mounting heigth.

• Penerangan untuk outdoor lighting


Sedangkan penerangan diluar (outdoor lighting) adalah penerangan yang terletak diluar
ruangan, misalnya taman, kebun, dan halaman. Untuk suatu bangunan gedung, outdoor
lighting biasanya lebih berfungsi dekoratif atau untuk mengamankan sudut-sudut tertentu dari
kegelapan, agar memudahkan pengamat bila terjadi gangguan yang bersifat kriminal. Pada
penerangan seperti ini terjadi efek silau (glare) biasanya tidak diperhitungkan.

a. Perkiraan beban total


Perkiraan beban total ini dapat diketahui dengan cara menjumlahkan perkiraaan
kebutuhan beban penerangan ditambah perkiraan kebutuhan beban tenaga. Untuk mengetahui
besar tenaga listrik yang harus disupply kesuatu daerah beban, perlu diketahui besarnya
Demand faktor, sedangkan untuk menentukan besarnya tenaga listrik yang harus diberikan
pada suatukelompok beban maka perlu diketahui besarnya deversity Faktor dari kelompok
beban tersebut.
Demand faktor adalah suatu faktor yang menyatakan perbandingan antara tenaga listrik
maksimum yang dapat diberikan oleh suatu sistim pada suatu beban, dengan kebutukhan
tenaga listrik maksimum beban tersebut.
Deversity faktor adalah perbandingan antara jumlah kebutuhan tenaga listrik maksimum
suatu kelompok beban, dengan tenaga listrik maksimum yang dapat harus diberikan pada
kelompok beban tersebut.
Digunakan faktor-faktor tersebut dalam perhitungan kebutuhan penyediaan daya,
adalah dalam rangka efisiensi sistrm, agar daya listrik yang diberikan kedalam suatu
kelompok beban tidak berlebihan, tetapi secara efektif mendekati jumlah kebutuhan yanng
Instalasi Listrik I
PARAMETER SISTEM PENERANGAN I

sebenarnya. Perhitungan tersebut didasarkan pada kenyataan, suatu kelompok beban yang
totalnya memperhitungkan kebutuhan daya 100 KVA misalnya, pada keadaan sesungguhnya
tidak mungkin, seluruh beban beroperasi dalam waktu bersamaan, sehingga total daya 100
KV terpakai semua.
Apabila kapasitas beban terpasang sudah diketahui, maka dapat ditentukan besar
kebutuhan dayanya sebagai berikut :

Power Demand = Total beban terpasang x Demand faktor


Dersity faktor

Untuk menghitung power supply listrik suatu kebutuhan beban maka terlebih dahulu
dihitung beban total berdasarkan jumlah beban penerangan dan beban tenaga pada setiap unit
rumah. Dalam hal ini diasumsikan seluruh titik beban dalam keadaan terpakai/terpasang.
Dengan diketahuinya kapasitas beban terpasang (beban total), maka dapat ditentukan pula
power demandnya.

• Demad factor (faktor kebutuhan)

Berdasarkan perhitungan perkiraan bahwa peralatan listrik yang terpasang didalam


rumah atau sistem beban lain tidak mungkin akan bekerja secara serentak dalam waktu yang
bersamaan, maka beban total maksimum kenyataannya akan lebih kecil dari total dari
kapasitas beban terpasang. Hal ini berarti bahwa besarnya daya listrik terpakai adalah
tergantung pada besarnya faktor kebutuhan,dan tidak terlalu tergantung pada besarnya daya
yang tersedia (terpasang).
Dengan demikian faktor kebutuhan atau demand faktor ini didefinisikan sebagai :

Demand factor = Demand power maximum x 100%


Kapasitas beban terpasang

Demand faktor ini umumnya lebih kecil dari satu dan dinyatakan dalam proses. Pada
suatu keadaan harga demand faktor sama dengan satu, berarti berada dalam kodisi mencapai
beban pucak dimana seluruh daya terpasang dipakai oleh beban. Kalau demand faktor lebih
besar dari satu, berarti unit pembangkit tenaga listrik itu mendapat beban lebih (over Load),

Instalasi Listrik I
PARAMETER SISTEM PENERANGAN I

dan keadaan demikian tentunya tidak dikehendaki. Besarnya demand faktor untuk kelas atau
kelompok beban yang sama biasanya tidak jauh berbeda, karenanya dapat dibuat kelompok-
kelompok macam beban dalam golongan demand faktor tertentu.
Dengan memperhitungkan demand faktor dalam perhitungan penyediaan kebutuhan
biaya, maka diharapkan terjadinya pemanfaatan penggunaan daya secara efektif dan effisien,
sebab distribusi daya berlebihan akan menimbulkan kerugian daya dan kerugian tegangan
yang lebih besar bila kapasitas daya yang tersedia ternyata jauh lebih besar dari pada yang
digunakan, maka terjadi pemborosan dan kerugian ekonomis dan daya yang diproduksi
(dibangkitkan) menjadi tidak seimbang (jauh lebih besar) dibandingkan dengan daya yang
terjual. Disini perlu diperhitungkan kebutuhan adanya demand faktor, jadi kalau misalnya
suatu kelompok beban diperhitungkan kebutuhan daya total terpasangnya sama dengan 200
KVA, dan demand faktor dari kelompok beban ini sama dengan 60% x 200 VA = 120
KVA, dengan perkiraan bahwa tidak mungkin beban 200 KVA akan beroperasi serentak.

• Diversity factor (faktor perbedaan /keseragaman)

Dalam suatu kelompok atau komplek beban, tidak selalu terdiri dari satu jenis beban,
tidak jarang terdapat bermacam-macam jenis beban dan masing-masing beban mencapai
harga maksimum pada saat yang berbeda-beda. Bila suatu susunan sitem distribusi terdiri atas
feeder 1, 2, 3 dan 4 mensupply beban A, B, C, dan D, mempunyai karakteristik pembebanan
sistem. Diversity faktor didefinisikan sebagai perbandingan antara jumlah besarnya tenaga
listrik maksimum yang harus diberikan kepada kelompok beban tersebut.

kVA

A
D
C
B

Jam

Gambar 3.1 Karakteristik beban kelompok A, B,C, D

Instalasi Listrik I
PARAMETER SISTEM PENERANGAN I

A B C D

Gambar 3.2. Single lain beban A, B, C dan D

Tabel 3.3 Harga Demand Faktor untuk bermacam-macam


Macam beban Demand faktor (%)
Rumah kecil ( 60 -250) VA 80 sampai 100
Rumah sedang (200 – 2000) VA 40 sampai 70
Rumah besar (3 – 23) KVA 35 sampai 55
Daerah komersil 50 samapi 90
Pabrik baja 80
Pabrik tekstil 70 sampai 90
Toko 60 sampai 90
Hotel 50 sampai 70
Restoran 60 sampai 80
Kantor (hanya buka siang hari) 30 sampai 50
sekolah 50

Deversity faktor = Masing-masing kelompok


Demand power maksimum seluruh kelompok

Instalasi Listrik I
PARAMETER SISTEM PENERANGAN I

Pada umumnya deversity faktor harganya lebih besar dari satu dan dinyatakan dalam
%. Bila kapasitas beban terpasang dan faktor-faktor yang berpengaruh diketahui., maka
kebutuhan daya listrik dapat diketahui juga, yaitu :
Demand power = total beban terpasang x demand faktor
Deversity faktor

E. Rangkuman

Modul ini menjelaskan jenis-jenis penerangan, dan aplikasinya pada instalasi rumah tinggal.

F. Rujukan

[1] McGuinness, Sten, Reynolds ; Mecanical and Equipment for Building


[2] P. Van Harten, Ir.E. Setiawan, 1995, Instalasi listrik arus kuat 2, Bina Cipta, Bandung.
[3] Persyaratan Umum Instalasi Listrik Indonesia 2000 (PUIL).
[4] M. Natsir ; Perancangan Instalasi Listrik I dan II, PENS-ITS, Surabaya.
[5] Trevor Linsley, 2002, Instalasi Listrik Dasar , Edisi III, Erlangga, Jakarta.
[6] F. Suryatmo, September 2002, Teknik Listrik Instalasi Penerangan , Edisi VI Rineka
Cipta, Jakarta.
[7] SUMARDJATI, Prih, Teknik Pemanfaatan Tenaga Listrik Jilid 1 untuk SMK/oleh
Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan, Direktorat Jenderal Manajemen Pendidikan
Dasar dan Menengah, Departemen Pendidikan Nasional, 2008.

Instalasi Listrik I

Anda mungkin juga menyukai