PENDAHULUAN
Cahaya sudah menjadi salah satu bagian yang penting dalam kehidupan
manusia. Salah satu konsep dalam ilmu fisika yaitu bahwa cahaya dapat
diperlakukan sama dengan gelombang elektromagnetik. Cahaya dapat
melintas melalui medium hampa dan medium tidak hampa. Bila cahaya
melintas melalui medium tidak hampa, kecepatannya lebih kecil dari pada
dalam medium hampa. Kecepatan cahaya dalam medium hampa yaitu
Salah satu contoh nyata dari intensitas cahaya dapat dilihat pada saat
penyinaran suatu ruangan dengan sebuah lilin. Pada jarak tertentu dan pada
posisi yang jauh dari sumber cahaya, maka cahaya akan semakin redup. Oleh
karena itu, untuk lebih mengetahui hubungan intensitas cahaya terhadap jarak
dari sumber cahaya seperti pada penjelasan tersebut, maka dilakukanlah
percobaan ini.
Berdasarkan latar belakang diatas, maka rumusan masalah percobaan ini yaitu
bagaimana hubungan intensitas cahaya terhadap jarak dari sumber cahaya ?
1.2 Tujuan Percobaan
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Cahaya
λ = 𝑣.𝑓 (2.1)
Keterangan:
λ = panjang gelombang, dengan satuan meter (m)
v = kecepatan cahaya, dengan satuan meter per detik (m/s)
f = frekuensi, dengan satuan hertz (Hz)
Intensitas dan kuat penerangan dari suatu sumber titik cahaya akan
memancarkan fluks cahaya (dU) dengan sudut ruang sebesar (d) maka akan
memiliki intensitas penerangan yang dapat dinyatakan dengan formula
berikut:
dϕ
I= (2.2)
dω
dA
B= (2.3)
dI
dA
E= (2.4)
dF
1
E= 2 (2.5)
r
Persamaan ini biasa dikenal dengan hokum kuadrat terbalik. Hukum kuadrat
terbalik mendefinisikan hubungan antara pencahayaan dari sumber titik jarak.
Rumus ini menyatakan bahwa intensitas cahaya per satuan luas berbanding
terbalik dengan kuadrat jarak dari sumbernya yang dapat dituliskan:
E=I/d2 (2.6)
Dimana:
E = Emisi cahaya (lumen)
I = Intensitas cahaya (candela)
d = Jarak (meter)
Dari persamaan (2.6) dan (2.7) dapat dilihat bahwa hubungan intensitas cahaya
berbanding terbalik dengan jarak kuadrat dari sumber cahaya tersebut
(Silasbury FB,1995).
Menurut Ilham (2013), Intensitas cahaya ini dibuat sebagai besaran dari
penerangan dan dituliskan ke dalam persamaan yang ada pada intensitas
cahaya diantaranya adalah :
I = F/W (2.8)
F=WxT (2.9)
Satuan-satuan dan notasi cahaya dari intensitas cahaya ini disebut dengan
Candela (Cd) dengan simbol huruf (I) yang berasal dari kata intensitas. Untuk
F = fluks diukur dalam lumen dan W (omega) dalam steradian. Intensitas
cahaya monokromatik pada panjang gelombang λ adalah :
I v =683 I y ( λ) (2.10)
Dimana :
Iv = Intensitas cahaya (Candela)
I = Intensitas radian dalam unit (W/sr)
I y = Fungsi intensitas standar
BAB III
METODE PENELITIAN
1. Bangku optik berfungsi sebagai tempat untuk memasang alat agar sejajar.
2. Sumber cahaya berfungsi untuk menghasilkan cahaya
3. Aperture Bracket berfungsi sebagai pelindung pada sensor cahaya dan
untuk menentukan resolusi cahaya
4. Benang berfungsi sebagai penghubung antara sensor cahaya, sensor gerak
rotasi maupun sumber cahaya dan tempat beban digantungkan.
5. Beban 70 gram berfungsi sebagai pemberat pada sensor gerak rotasi dan
dapat menentukan berhentinya gerak dari sensor cahaya.
6. Sensor cahaya berfungsi untuk menangkap intensitas cahaya yang
dihasilkan oleh sumber cahaya.
7. Sensor gerak rotasi berfungsi sebagai sensor gerak untuk mengubah posisi
cahaya pada sensor.
8. 850 Universal Interface UI-5000 berfungsi untuk menghubungkan sensor
gerak rotasi dan sensor cahaya terhadap komputer.
9. PASCO Capstone UI-5400 berfungsi untuk membaca hasil yang diperoleh
pada sensor cahaya.
10. Aperture disk berfungsi untuk mengendalikan jumlah cahaya yang berasal
dari sumber cahaya.
Intensitas cahaya sangat berpengaruh dengan jarak benda, daya cahaya dan
luasnya penyinaran oleh cahaya. Salah satu contoh nyata intensitas cahaya
dapat dilihat pada saat penyinaran suatu ruangan dengan sebuah lilin, dimana
pada jarak tertentu dan pada posisi yang jauh dari sumber cahaya, maka
cahaya akan semakin redup pada jarak tersebut. Dapat dikatakan bahwa
intensitas cahaya yang diterima menurun. Namun, jika daya cahaya pada
sumber cahaya dinaikkan, maka intensitas cahaya pada jarak tersebut akan
meningkat (Ilham, 2013).
Pada percobaan ini menggunakan beberapa alat yaitu berupa bangku optik,
aperture bracket, sensor cahaya, sensor gerakrotasi, 850 universal interface
UI-5000, PASCO capstone UI-5400 serta aperture disk. Metode yang
digunakan pada percobaan ini yaitu memastikan kondisi ruangan berada pada
intensitas cahaya yang rendah, menempatkan sumber cahaya di titik nilai
tertinggi bangku optik dan sensor gerak rotasi di titik nilai terendah bangku
optik, meletakkan sensor cahaya yang telah dihubungkan dengan katrol pada
sensor gerak rotasi dengan benang yang salah satu ujungnya diberikan beban
10 gram, memposisikan sensor cahaya pada jarak 12 cm dari sumber cahaya,
membuka Software Pasco Capstone. Menampilkan tabel dan plot grafik
dengan variabel bebasnya jarak dari variabel terikatnya intensitas cahaya,
menggeser sensor cahaya menjauhi sumber cahaya sehingga posisinya berada
pada 12 cm dari sensor gerak rotasi, kemudian mengubah jarak dari sumber
cahaya untuk 12 cm ke 24 cm , 24 cm ke 36 cm, 36 cm ke 48 cm, dan 48 cm
ke 60 cm.
Jika dilihat dari grafik yang dihasilkan untuk masing-masing jarak dapat
dilihat bahwa grafiknya yang terbentuk adalah eksponensial yang semakin
menurun terhadap jarak. Hal ini dapat menjelaskan bahwa hubungan antara
jarak dan intensitas cahaya adalah berbanding terbalik dimana jika semakin
dekat jarak suatu benda dari sumber cahaya maka intensitas cahaya yang
dihasilkan akan semakin besar dan semakin jauh jarak benda dari sumber
cahaya maka intensitas cahaya yang dihasilkan akan semakin kecil atau
berkurang. Hasil ini jika dibandingkan dengan literatur menurut Francis
Weston (1948), percobaan ini sudah sesuai dimana dalam literatur dikatakan
bahwa intensitas cahaya berbanding terbalik terhadap jarak yang sama dengan
percobaan.
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
5.2 Saran