Anda di halaman 1dari 13

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Cahaya adalah bagian dari spektrum radiasi gelombang elektromagnetik yang


dapat dilihat oleh mata manusia. Sinar putih yang biasa terlihat (disebut juga
cahaya tampak atau visible light) terdiri dari semua komponen warna dari
spektrum cahaya. Spektrum cahaya terbagi berdasarkan atas range (batasan
wilayah) panjang gelombang. Panjang gelombang yang berbeda - beda
diinterpretasikan oleh otak manusia sebagai warna (Pamungkas dkk, 2015).

Cahaya sudah menjadi salah satu bagian yang penting dalam kehidupan
manusia. Salah satu konsep dalam ilmu fisika yaitu bahwa cahaya dapat
diperlakukan sama dengan gelombang elektromagnetik. Cahaya dapat
melintas melalui medium hampa dan medium tidak hampa. Bila cahaya
melintas melalui medium tidak hampa, kecepatannya lebih kecil dari pada
dalam medium hampa. Kecepatan cahaya dalam medium hampa yaitu

2,99792458 m/s (Sears dan Zemansky, 1982).

Salah satu contoh nyata dari intensitas cahaya dapat dilihat pada saat
penyinaran suatu ruangan dengan sebuah lilin. Pada jarak tertentu dan pada
posisi yang jauh dari sumber cahaya, maka cahaya akan semakin redup. Oleh
karena itu, untuk lebih mengetahui hubungan intensitas cahaya terhadap jarak
dari sumber cahaya seperti pada penjelasan tersebut, maka dilakukanlah
percobaan ini.

1.1 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas, maka rumusan masalah percobaan ini yaitu
bagaimana hubungan intensitas cahaya terhadap jarak dari sumber cahaya ?
1.2 Tujuan Percobaan

Adapun tujuan dilakukannya percobaan ini yaitu untuk memahami hubungan


intensitas cahaya terhadap jarak dari sumber cahaya.

1.3 Manfaat Percobaan

Adapun manfaat dari percobaan ini yaitu dapat memahami hubungan


intensitas cahaya terhadap jarak dari sumber cahaya.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Cahaya

Cahaya merupakan gelombang elektromagnetik yang dapat dilihat dengan


mata. Suatu sumber cahaya memancarkan energi, sebagian dari energi ini
diubah menjadi cahaya tampak (visible light). Perambatan cahaya di ruang
bebas dilakukan oleh gelombang elektromagnetik. Kecepatan rambat (v)
gelombang elektromagnetik di ruang bebas sama dengan 3 x 108 meter per
detik. Jika frekuensi (f) dan panjang gelombang l, maka berlaku :

λ = 𝑣.𝑓 (2.1)

Keterangan:
λ = panjang gelombang, dengan satuan meter (m)
v = kecepatan cahaya, dengan satuan meter per detik (m/s)
f = frekuensi, dengan satuan hertz (Hz)

Panjang gelombang cahaya tampak berkisar antara 340 nanometer (nm)


hingga 700 nano meter (nm), dimana jika diuraikan cahaya ini akan terdiri
atas beberapa daerah warna seperti yang terlihat pada Gambar 2.1 berikut ini
(Wanto, 2008).

Gambar 2.1 Warna - warna Spektrum (Pamungkas dkk, 2015)


2.2 Intensitas Cahaya dari Sebuah Sumber Titik

Intensitas dan kuat penerangan dari suatu sumber titik cahaya akan
memancarkan fluks cahaya (dU) dengan sudut ruang sebesar (d) maka akan
memiliki intensitas penerangan yang dapat dinyatakan dengan formula
berikut:


I= (2.2)

Dengan I adalah intensitas penerangan dengan satuan (Cd), dϕ adalah fluks


cahaya dengan satuan lumen (lm), dω adalah sudut ruang dengan satuan
steradian (st). Untuk sumber penerangan dalam ruang terang (brightness)
adalah

dA
B= (2.3)
dI

Dimana B adalah ruang terang, dengan satuan (Cd/cm2), dI adalah intensitas


penerangan dengan satuan Candela (Cd), dA adalah luas permukaan dengan
satuan cm2, Bila suatu daerah dengan luas dA diterangi dengan fluks
penerangan d, maka kuat penerangan E (lux) adalah

dA
E= (2.4)
dF

dimana E adalah kuat penerangan, dengan satuan lux. Kuat penerangan E


adalah

1
E= 2 (2.5)
r

Persamaan ini biasa dikenal dengan hokum kuadrat terbalik. Hukum kuadrat
terbalik mendefinisikan hubungan antara pencahayaan dari sumber titik jarak.
Rumus ini menyatakan bahwa intensitas cahaya per satuan luas berbanding
terbalik dengan kuadrat jarak dari sumbernya yang dapat dituliskan:
E=I/d2 (2.6)

Dimana:
E = Emisi cahaya (lumen)
I = Intensitas cahaya (candela)
d = Jarak (meter)

Bentuk lain persamaan (2.6), dapat dituliskan menjadi :

E1d12 = E1d12 (2.7)

Dari persamaan (2.6) dan (2.7) dapat dilihat bahwa hubungan intensitas cahaya
berbanding terbalik dengan jarak kuadrat dari sumber cahaya tersebut
(Silasbury FB,1995).

2.4 Intensitas Cahaya sebagai Penerangan

Menurut Ilham (2013), Intensitas cahaya ini dibuat sebagai besaran dari
penerangan dan dituliskan ke dalam persamaan yang ada pada intensitas
cahaya diantaranya adalah :

I = F/W (2.8)

F=WxT (2.9)

Satuan-satuan dan notasi cahaya dari intensitas cahaya ini disebut dengan
Candela (Cd) dengan simbol huruf (I) yang berasal dari kata intensitas. Untuk
F = fluks diukur dalam lumen dan W (omega) dalam steradian. Intensitas
cahaya monokromatik pada panjang gelombang λ adalah :

I v =683 I y ( λ) (2.10)
Dimana :
Iv = Intensitas cahaya (Candela)
I = Intensitas radian dalam unit (W/sr)
I y = Fungsi intensitas standar
BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Waktu dan Tempat

Hari / Tanggal : Senin, 09 Desember 2019


Waktu : Pukul 13.30 WITA - Selesai
Tempat : Laboratorium Fisika Eksperimen Jurusan Fisika Fakultas
Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas
Tadulako.

3.2 Alat dan Bahan

1. Bangku optik berfungsi sebagai tempat untuk memasang alat agar sejajar.
2. Sumber cahaya berfungsi untuk menghasilkan cahaya
3. Aperture Bracket berfungsi sebagai pelindung pada sensor cahaya dan
untuk menentukan resolusi cahaya
4. Benang berfungsi sebagai penghubung antara sensor cahaya, sensor gerak
rotasi maupun sumber cahaya dan tempat beban digantungkan.
5. Beban 70 gram berfungsi sebagai pemberat pada sensor gerak rotasi dan
dapat menentukan berhentinya gerak dari sensor cahaya.
6. Sensor cahaya berfungsi untuk menangkap intensitas cahaya yang
dihasilkan oleh sumber cahaya.
7. Sensor gerak rotasi berfungsi sebagai sensor gerak untuk mengubah posisi
cahaya pada sensor.
8. 850 Universal Interface UI-5000 berfungsi untuk menghubungkan sensor
gerak rotasi dan sensor cahaya terhadap komputer.
9. PASCO Capstone UI-5400 berfungsi untuk membaca hasil yang diperoleh
pada sensor cahaya.
10. Aperture disk berfungsi untuk mengendalikan jumlah cahaya yang berasal
dari sumber cahaya.

3.2 Prosedur Kerja

A. Prosedur Rangkaian Alat

1. Mengatur peralatan seperti yang ditunjukkan pada Gambar 3.1.


Benang melekat pada Aperture Bracket dan melewati katrol besar di
sensor gerak rotasi dan menggantung beban di ujung benang sebesar
70 gram. Benang harus cukup panjang sehingga Aperture Disk berada
pada jarak 15 cm dari sumber cahaya, tetapi beban yang terikat pada
tali tidak sampai ke lantai ketika Aperture Bracket dipindahkan
menjauhi sumber cahaya. Benang harus horizontal dan sejajar dengan
bangku optik.
2. Memasang Light Sensor ke Aperture Bracket menggunakan sekrup
batang.
3. Memasang sensor gerak rotasi dan sensor cahaya ke dalam 850
Universal Interface.

B. Prosedur Pengambilan Data

1. Memastikan kondisi ruangan berada pada intensitas cahaya yang


rendah
2. Menempatkan sumber cahaya di titik nilai tertinggi bangku optic dan
sensor gerak rotasi di titik nilai terendah bangku optik.
3. Meletakkan sensor cahaya yang telah dihubungkan dengan katrol pada
sensor gerak rotasi dengan benang yang salah satu ujungnya diberikan
beban 70 gram. Memposisikan sensor cahaya pada jarak 10 cm dari
sumber cahaya.
4. Membuka Software Pasco Capstone. Menampilkan tabel dan plot
grafik dengan variabel bebasnya jarak dari variable terikatnya
intensitas cahaya.
5. Menggeser sensor cahaya menjauhi sumber cahaya sehingga posisinya
berada pada 10 cm dari sensor gerak rotasi.
6. Melakukan percobaan 1 sampai 5 dengan mengubah jarak dari sumber
cahaya untuk 20 cm, 30 cm, 40 cm dan 50 cm.

Gambar 3.1 Rangkaian alat percobaan.


4.2 Pembahasan

Intensitas cahaya sangat berpengaruh dengan jarak benda, daya cahaya dan
luasnya penyinaran oleh cahaya. Salah satu contoh nyata intensitas cahaya
dapat dilihat pada saat penyinaran suatu ruangan dengan sebuah lilin, dimana
pada jarak tertentu dan pada posisi yang jauh dari sumber cahaya, maka
cahaya akan semakin redup pada jarak tersebut. Dapat dikatakan bahwa
intensitas cahaya yang diterima menurun. Namun, jika daya cahaya pada
sumber cahaya dinaikkan, maka intensitas cahaya pada jarak tersebut akan
meningkat (Ilham, 2013).

Pada percobaan ini menggunakan beberapa alat yaitu berupa bangku optik,
aperture bracket, sensor cahaya, sensor gerakrotasi, 850 universal interface
UI-5000, PASCO capstone UI-5400 serta aperture disk. Metode yang
digunakan pada percobaan ini yaitu memastikan kondisi ruangan berada pada
intensitas cahaya yang rendah, menempatkan sumber cahaya di titik nilai
tertinggi bangku optik dan sensor gerak rotasi di titik nilai terendah bangku
optik, meletakkan sensor cahaya yang telah dihubungkan dengan katrol pada
sensor gerak rotasi dengan benang yang salah satu ujungnya diberikan beban
10 gram, memposisikan sensor cahaya pada jarak 12 cm dari sumber cahaya,
membuka Software Pasco Capstone. Menampilkan tabel dan plot grafik
dengan variabel bebasnya jarak dari variabel terikatnya intensitas cahaya,
menggeser sensor cahaya menjauhi sumber cahaya sehingga posisinya berada
pada 12 cm dari sensor gerak rotasi, kemudian mengubah jarak dari sumber
cahaya untuk 12 cm ke 24 cm , 24 cm ke 36 cm, 36 cm ke 48 cm, dan 48 cm
ke 60 cm.

Berdasarkan percobaan yang telah dilakukan, untuk perlakuan pertama dengan


jarak 12 cm ke 24 cm, diperoleh nilai intensitas rata-rata yaitu 695,1 % dan
nilai rata – rata jarak yaitu -10,54 m dan nilai regresinya yaitu 0,941 ,
selanjutnya untuk perlakuan kedua dengan jarak 24 cm ke 36 cm, diperoleh
nilai intensitas rata-rata yaitu 1,823469 % dan jarak rata-rata yaitu 0,0666 m
dan nilai regesinya yaitu 0,992 . Sedangkan untuk perlakuan ketiga dengan
jarak 36 cm ke 48 cm, diperoleh nilai intensitas rata-rata yaitu 58,9 % dan
jarak rata-rata yaitu -43,8 m dan nilai regresinya yaitu 0,992 . Kemudian untuk
perlakuan terakhir dengan jarak 48 cm ke 60 cm, diperoleh nilai intensitas
rata-rata yaitu -6,2861875 % dan jarak rata-rata yaitu -11,3568 m dan nilai
regresinya yaitu 0,003 . Tanda mines (-) pada hasil nilai ntensitas rata-rata dan
jarak menunjukkan terjadinya penurunan nilai.

Jika dilihat dari grafik yang dihasilkan untuk masing-masing jarak dapat
dilihat bahwa grafiknya yang terbentuk adalah eksponensial yang semakin
menurun terhadap jarak. Hal ini dapat menjelaskan bahwa hubungan antara
jarak dan intensitas cahaya adalah berbanding terbalik dimana jika semakin
dekat jarak suatu benda dari sumber cahaya maka intensitas cahaya yang
dihasilkan akan semakin besar dan semakin jauh jarak benda dari sumber
cahaya maka intensitas cahaya yang dihasilkan akan semakin kecil atau
berkurang. Hasil ini jika dibandingkan dengan literatur menurut Francis
Weston (1948), percobaan ini sudah sesuai dimana dalam literatur dikatakan
bahwa intensitas cahaya berbanding terbalik terhadap jarak yang sama dengan
percobaan.
BAB V

PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Dari percobaan yang dilakukan maka dapat disimpulkan bahwa grafik


hubungan antara intensitas cahaya terhadap jarak adalah berbanding terbalik
dimana semakin besar nilai jarak suatu benda atau semakin jauh benda maka
intensitas cahayanya akan semakin berkurang dan apabila semakin kecil jarak
suatu benda atau semakin dekat benda maka intensitas cahayanya akan
semakin bertambah.

5.2 Saran

Sebaiknya alat yang dipergunakan dalam percobaan perlu ditambahkan


komponen-komponen lain yang berhubungan dengan percobaan ini agar
praktikum selanjutnya data yang diperoleh lebih sesuai dengan literatur yang
ada.

Anda mungkin juga menyukai