Anda di halaman 1dari 18

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Pengertian Cahaya Dan Sejarah Sumber Cahaya


Seperti yang telah dikemukakan oleh James Maxwel pada tahun 1861, bahwa
arus listrik yang mengalir pada kawat penghantar akan menimbulkan medan
elektromagnetik yang mempunyai kecepatan rambat sama dengan kecepatan
rambat gelombang cahaya. Jadi cahaya merupakan energi yang dipancarkan dalam
bentuk gelombang elektromagnetik pada frekuensi dan panjang gelombang
tertentu. Contoh gejala-gejala gelombang elektromagnetik tersebut ada pada
gelombang panas, gelombang televisi, gelombang radio, gelombang telepon dan
sebagainya. Masing-masing gelombang tersebut sama bentuknya, hanya berbeda
pada frekuensi dan panjang gelombangnya.
Kecepatan rambat gelombang elektromagnetik yang berada di udara bebas
sama dengan 3 x 105 Km/detik. Kecepatan rambat gelombang merupakan hasil kali
antara frekuensi dengan panjang gelombang, dalam bentuk rumus dapat ditulis :
V x f (2-1)
Dimana :
V = kecepatan rambat gelombang dalam satuan m/dt
λ = panjang gelombang dalam satuan meter
F = frekuensi gelombang dalam satuan hertz
Gambar berikut ini merupakan salah satu contoh bentuk gelombang cahaya
atau gelombang elektromagnetik.

Gambar 2.1. Bentuk gelombang cahaya/elektromagnetik

5
2.1.1. Spektrum Gelombang Elektromagnetik
Spektrum gelombang elektromagnetik merupakan susunan bagian-bagian
dari radiasi gelombang elektromagnetik yang didasarkan pada panjang gelombang
dan frekuensinya. Gelombang radio dan gelombang cahaya merupakan bagian dari
radiasi gelombang elektromagnetik. Gelombang radio akan merambat dengan
kecepatan 3 x 108 meter/detik atau 106 x 10³ mil/detik pada daerah frekuensi
radio mulai dari 0,01 MHz sampai dengan 30.000 MHz, sedangkan gelombang
cahaya merambat dengan kecepatan yang sama seperti gelombang radio pada
daerah panjang gelombang antara 380 – 780 nanometer (nm). Pada daerah
panjang gelombang cahaya tersebut terbagi atas beberapa bagian yang tersusun
menurut panjang gelombang tertentu dengan warna cahaya yang berbeda-beda.
Susunan gelombang cahaya yang demikian itu disebut dengan spektrum
gelombang elekktromagnetik atau spektrum gelombang cahaya.

Gambar 2.2. Spektrum gelombang elektromagnetik

2.1.2. Jenis-Jenis Gelombang Elektromagnetik


Berdasarkan spektrum gelombang elektromagnetik seperti yang
ditunjukan dalam gambar 1.2 di bawah terdapat beberapa jenis gelombang
elektromagnetik. Jika diperhatikan dapat dipahami bahwa band (pita daerah)
panjang gelombang cahaya tampak merupakan salah satu mata rantai panjang
gelombang elektromagnetik tersebut. Yang paling dekat dengan band (pita
daerah) cahaya tampak adalah sinar infra merah dan sinar ultra violet.

6
Gambar 2.3. Band gelombang elektromagnetik

2.2. Cahaya
Cahaya putih adalah cahaya yang dapat diuraikan dengan menggunakan kaca
prisma yang sinar-sinarnya akan dibiaskan sedemikian rupa, sehingga akan terjadi
suatu spektrum. Warna-warna spektrum tersebut dinamakan cahaya satu warna atau
cahaya monokrom. Contoh warna-warna tersebut seperti yang terlihat pada pelangi,
yang terjadi karena pembiasan cahaya oleh titik-titik air hujan
Cahaya hanya merupakan satu bagian dari berbagai jenis gelombang
elektromagnetis yang terbang ke angkasa. Gelombang tersebut memiliki panjang
dan frekuensi tertentu, yang nilainya dapat dibedakan dari energi cahaya lainnya
dalam spektrum elektromagnetisnya.

Cahaya dipancarkan dari suatu benda dengan fenomena sebagai berikut:

a. Pijar padat dan cair memancarkan radiasi yang dapat dilihat bila
dipanaskan sampai suhu1000 K. Intensitas meningkat dan penampakan
menjadi semakin putih jika suhu naik.
b. Muatan Listrik: Jika arus listrik dilewatkan melalui gas maka atom dan
molekul memancarkan radiasi dimana spektrumnya merupakan
karakteristik dari elemen yang ada.
c. Electro luminescence: Cahaya dihasilkan jika arus listrik dilewatkan
melalui padatantertentu seperti semikonduktor atau bahan yang
mengandung fosfor.

7
d. Photoluminescence: Radiasi pada salah satu panjang gelombang diserap,
biasanya oleh suatu padatan, dan dipancarkan kembali pada berbagai
panjang gelombang. Bila radiasi yang dipancarkan kembali tersebut
merupakan fenomena yang dapat terlihat maka radiasi tersebut disebut
fluorescence atau phosphorescence

Cahaya nampak, seperti yang dapat dilihat pada spektrum elektromagnetik,


diberikan dalam Gambar 2.3., menyatakan gelombang yang sempit diantara cahaya
ultraviolet (UV) dan energi inframerah (panas). Gelombang cahaya tersebut
mampu merangsang retina mata, yang menghasilkan sensasi penglihatan yang
disebut pandangan.

Gambar 2.4. Radiasi Tampak


2.2.1. Besaran Gelombang Cahaya
Panjang gelombang cahaya seperti yang telah dijelaskan di atas berkisar
antara 380 – 780 nm. Oleh karena sangat kecilnya panjang gelombang cahaya
tersebut maka dihitung dalam satuan mikron atau nano, dimana 1 mikron
(μ) = 10-3 mm dan 1 nano (n) = 1 millimikron (mμ) = 10-6 mm.
Dalam gambar 2.1 di atas cahaya tampak terbagi menjadi beberapa warna
dan masing-masing warna tersebut akan mempunyai nilai panjang gelombang yang
berbeda-beda seperti tertuang dalam tabel 2.1 di bawah ini :
Tabel 2.1 Panjang gelombang warna cahaya tampak
Warna Frekuensi Panjang Gelombang
Nila – Ungu 668-798 THz 380-450 nm
Biru 606-668 THz 450-495 nm
Hijau 526-606 THZ 459-570 nm
Kuning 508-526 THz 570-590 nm
Jingga 484-508 THz 590-620 nm
Merah 400-484 THz 620-750 nm

8
2.2.2. Sensitivitas Mata Terhadap Gelombang Cahaya
Selain memiliki warna tertentu, setiap panjang gelombang juga memberikan
kesan intensitas tertentu terhadap mata manusia. Mata manusia sangat sensitif
terhadap perbedaan panjang gelombang dan paling peka terhadap bagian tengah
dari spektrum cahaya tampak, terutama cahaya dengan panjang gelombang 555 μm,
sedangkan warna lain yang ekstrim ungu (violet) atau ekstrim merah tampak kurang
terang dan hingga akhirnya gelombang ultra violet dan infra merah tidak tampak
lagi oleh mata manusia.
Hubungan antara sensitivitas atau kepekaan mata terhadap panjang
gelombang dapat dilihat pada gambar 2.4 di bawah ini.

Gambar 2.5. Grafik sensitivitas mata terhadap spektrum cahaya


Dari gambar di atas dapat dibaca bahwa faktor sensitivitas mata adalah sama dengan
1 pada panjang gelombang cahaya 555 μm, sedangkan untuk panjang gelombang
yang lainnya (dalam spektrum cahaya) faktor sensitivitas mata kurang dari 1 ( >1 ).

2.3. Defenisi dan Istilah pada Cahaya


2.3.1. Luminasi
Luminansi adalah suatu ukuran untuk terang suatu benda. Luminansi yang
terlalu besar akan menyilaukan mata. Luminansi A suatu sumber cahaya atau
permukaan yang memantulkan cahaya yaitu intensitas cahayanya dibagi luas semu
permukaan. Yang dimaksud dengan luas semu permukaan adalah luas proyeksi
sumber cahaya pada suatu bidang rata yang tegak lurus pada arah pandang, dan
bukan luas permukaan seeluruhnya. Faktor refleksi suatu permukaan ikut
menetukan luminansi terhadap terang suatu benda yang diterangi oleh lampu.
1
L cd / m 2 (2-2)
As

9
Dimana :
L = luminansi dengan satuan candela/ m2
As = luas semu dengan satuan m2

2.3.2. Fluks Cahaya


Fluks cahaya adalah jumlah cahaya yang jatuh pada setiap sudut ruangan.
Satu watt cahaya kira-kira sama dengan 680 lumen. Angka perbandingan 680 ini
dinamakan ekivalen pancaran foto metris. Persamaan fluks cahaya dilambangkan
Φ dengan satuan lumen (lm).

2.3.3. Intensitas Penerangan


Intensitas penerangan, yaitu fluks cahaya yang jatuh Pada dari bidang itu.
Satuan untuk intesitas penerangan adalah lux (lx), dengan lambang E, maka 1 lux =
1 lumen per . Intensitas pencahayaan E dinyatakan dalam satuan lux atau lumen/m2.
Jadi flux cahaya yang diperlukan untuk bidang kerja seluas A m2 ialah:
  E x A l umen atau

Erata rata  lux (2-3)
A
Dimana :
A = luas bidang (m2)
Φ = fluks cahaya (lumen atau lux/m2)
E = intensitas pencahayaan (lux)

2.3.4. Efisiensi Cahaya


Sumber cahaya buatan biasanya dievaluasi dalam hal keefektifitasan
cahaya dari sumber, juga dapat disebut keefektifitasan cahaya secara keseluruhan.
Hal ini merupakan perbandingan antara fluks cahaya total yang dipancarkan
oleh perangkat dan jumlah total input daya listrik. Fungsi cahaya keseluruhan
adalah ukuran efisiensi perangkat dengan output disesuaikan untuk menjelaskan
kurva respons spektral (dari fungsi luminositas). Bila dinyatakan dalam bentuk
berdimensi (misalnya, sebagai fraksi dari keefektifitasan cahaya maksimum), nilai
ini dapat disebut efisiensi cahaya keseluruhan atau efisiensi pencahayaan.

10
Perbedaan utama antara efektivitas radiasi cahaya dan efektivitas sumber cahaya
adalah bahwa keadaan akhir untuk energi input yang hilang sebagai panas yang
keluar atau sumber cahaya sebagai energi selain dari radiasi elektromagnetik.
Efisiensi sebuah sumber radiasi, dalam hal ini lampu, adalah properti dari
radiasi yang dipancarkan oleh sumber. Efisiensi mencakup keseluruhan
sumber,dengan bahasa yang lebih mudah dipahami, bahwa efektivitas sebuah
lampu bergantung pada rasio daya yang dipancarkan secara keseluruhan(cahaya
tampak dan tidak tampak) dibanding dengan daya yang dikonsumsi. Efektivitas
suatu lampu dapat di tulis dalam persamaan berikut.
Flux cahaya yang dipancarkan lampu tidak semuanya mencapai bidang kerja
sebagian dipancarkan ke dinding, lantai dan langit-langit sehingga perlu
diperhitungkan faktor efisiensi.
Qg
 x 100 % (2-4)
Qg

Keterangan : :
Qg = flux cahaya yang dipancarkan sumber
cahaya (lux.m2 )
Qo = flux cahaya berguna (lux.m2 )
Selanjutnya didapatkan rumus flux cahaya:
ExA
Qo  lumen

Keterangan:
  =fluxs cahaya
A = luas bidang kerja dalam m2
E = intensitas pencahayaan yang diperlukan bidang kerja (lux)
Efisiensi pencahayaan juga dipengaruhi oleh penempatan sumber cahaya
pada ruangan dan umur lampu. Jika intensitas pencahayaan lampu menurun
hingga 20% dibawahnya maka perlu diganti atau dibersihkan.
Disain intensitas cahaya ditulis dengan persamaan :
( E x A)
N
( F x UF x LLF )

11
Keterangan : N = Jumlah fitting atau titik
E = Tingkat Lux
A = Luas ruangan
F = Flux total lampu dalam satu fitting/titik (lumen)
UF = Utility Factor (0,66)
LLF = Faktor kehilangan cahaya (kantor AC=0,8, industri bersih 0,7 dan industri
kotor 0,6)

2.4. Distribusi Cahaya


Distribusi cahaya atau penyebaran cahaya pada suatu ruangan dikenal
beberapa istilah antara lain pencahayaan langsung, pencahayaan tidak langsung,
pencahayaan semi langsung, pencahayaan semi tak langsung, serta pencahyaan
baur. Distribusi cahaya ini ditentukan oleh arah pencahayaan dan efek dari tempat
lampu ( armature/luminer) lampu. Secara rinci distribusi cahaya dapat dilihat
pada tebel berikut :

12
Tabel 2.2. Jenis-jenis distribusi cahaya
Distribusi Cahaya Keterangan
Langsung 90-100% sinar ke bawah dan 0-10
% sinar ke atas
Semi Langsung 60-90% sinar ke bawah dan 10-40
% sinar ke atas
Tidak Langsung 90-100% sinar ke atas dan 0-10 %
sinar ke bawah
Semi Tidak Langsung 60-90% sinar ke atas dan 10-40 %
sinar ke bawah
Baur Pencahayaan tak langsung dengan
armature/luminar bahan tembus
pandang secara merata

Berkaitan dengan fungsi distribusi cahaya dikenal beberapa istilah yaitu :


a. Pencahayaan umum ( general lighting), fungsi untuk penerangan umum secara
merata dalam ruangan. Misalnya penerangan untuk ruang kerja atau ruang
kelas.
b. Pencahayaan setempat ( local lighting), fungsi untuk penerangan setempat
khususnya pada lokasi konsentrasi kerja seperti penerangan untuk
menggambar, belajar atau untuk kerja khusus seperti tukang jam.
c. Pencahayaan aksen ( accent lighting), funsi untuk memberikan aksen pada
ruangan untuk kepentingan estesis pada interior suatu ruangan. Misalnya
penempatan lampu pada dinding atau pada kolom suatu ruangan untuk
memperindah ruangan.
d. Pencahayaan gabungan (ambient lighting), merupakan pencahayaan
keseluruhan dalam ruang yang merupakan gabungan berbagai model
pencahayaan yang berfungsi untuk memberikan kesan ruang.

2.5. Lampu

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, arti kata lampu adalah alat untuk
menerangi. Perkembangan lampu berawal dari sebuah lampu pijar yang selalu
dicari inovasi kumparan sumber cahaya yang paling efisien. Pada tahun 1870-an,
Thomas Alva Edison dari Menlo Park, negara bagian New Jersey, Amerika
Serikat, mendapatkan paten pertamanya pada bulan April 1879 untuk lampu pijar.

13
Tahun 1933 filamen karbon diganti dengan filamen tungsten atau Wolfram
(Wo) yang dibuat membentuk lilitan kumparan sehingga dapat meningkatkan
Eficacy lampu menjadi + 20 Lumen/W. Sistem pembangkitan cahaya buatan ini
disebut sistem pemijaran (Incondescence). Revolosi teknologi perlampuan
berkembang dengan pesatnya.Pada tahun 1910 pertama kali digunakan lampu
pendar (discharge) tegangan tinggi. Prinsip kerja lampu ini menggunakan sistem
emisielektron yang bergerak dari Katoda menuju Anoda pada tabung lampu akan
menumbuk atom-atom media gas yang ada di dalam tabung tersebut, akibat
tumbukan akan menjadi pelepasan energi dalam bentuk cahaya. Sistem
pembangkitan cahaya buatan ini disebut Luminescence (berpendarnya energi
cahaya keluar tabung). Media gas yang digunakan dapat berbagai macam.

2.5.1. Lampu Fluoresen


Lampu memiliki teknologi yang bertahap selalu mengalami
perkembangan. Tingkat peningkatan kemampuan sebuah lampu dalam rangka
meningkatkan efisiensi sebuah lampu. Abad XX produksi sudah fokus ke
penggunaan lampu fluoresent lampu pendar. Pada awalnya perkembangan lampu
fluorescent dimulai sejak ditemukannya neon tahun 1910 oleh Georges Claude.
Cara kerjanya berbeda dengan lampu pijar. Prinsip kerja lampu ini menggunakan
sistem emisi-elektron yang bergerak dari Katoda menuju Anoda pada tabung
lampu akan menumbuk atom-atom media gas yang ada di dalam tabung tersebut,
akibat tumbukan akan menjadi pelepasan energi dalam bentuk cahaya. Lampu
pendar ini digunakan di penerangan umum Perancis hingga tahun 1930, namun
tidak ada peningkatan efisiensi dari lampu pijar biasa. Di lain tempat
pengembangan dilakukan dengan variasi gas argon dan merkuri.
Perkembangan yang signifikan dari lampu neon ini adalah pelapisan
menggunakan fluorescent. Tahun 1926 Jacques Risler menerima hak paten di
Perancis atas penggunaan fluorescent sebagai pelapis tabung lampu neon.
Edmund Germer, Friedrich Meyer, dan Hans Spanner kemudian mematenkan
lampu gas bertekanan tinggi tahun 1927. Georgen Inman bersama tim General
Electric menciptakan lampu fluorescent praktis yang dijual tahun 1938 dan
dipatenkan 1941. Tahun 1973 lampu fluorescent dengan triphosphor pertama

14
kalinya dikembangkan. Sistem ini meningkatkan produksi output kecerahan 50%
dan memberikan umur yang lebih panjang.Hal ini melahirkan teknologi yang
kemudian disebut compact fluorescent lamp(CFL) atau lampu hematenergi
(LHE).

Gambar 2.6. Lampu fluorescent PL

2.5.2. Ballast Listrik


Sebuah ballast lampu elektronik menggunakan rangkaian sebuah
rangkaian elektronik untuk memberikan awal yang tepat dan mengoperasikan
kondisi listrik untuk menyalakan satu atau lebih lampu neon dan akhir ini juga
lampu HID. Ballast elektronik biasanya mengubah frekuensi daya dari listrik
standar (misalnya, 60 Hz di AS) menjadi frekuensi 20.000 Hz atau lebih tinggi,
secara substansial menghilangkan efek stroboskopik dari flicker (produk dari
frekuensi garis) yang berhubungan dengan lampu fluorescent. Hasil observasi
berbagai sumber menyatakan flicker ada hubungannya dengan pusing dan
epilepsi.
Banyaknya gas tetap terionisasi dalam sudut arus, lampu sebenarnya
beroperasi pada sekitar efikasi 9% lebih tinggi 10 kHz. Efikasi meningkat tajam
sekitar 10 kHz dan terus meningkatkan sampai sekitar 20 kHz. Hal itu disebabkan
efisiensi yang lebih tinggi dari ballast itu sendiri dan peningkatan keberhasilan
lampu oleh beroperasi pada frekuensi yang lebih tinggi, ballast elektronik
menawarkan efikasi sistem yang lebih tinggi untuk rendah tekanan lampu seperti
lampu neon. Pada lampu HID tidak ada peningkatan efikasi yang signifikan dalam
menggunakan frekuensi yang lebih tinggi, tapi untuk lampu ini kerugian ballast
dapat dikurangi pada frekuensi tinggi dan juga penyusutan cahaya yang lebih
rendah, berarti waktu operasi meningkat hingga 10 000 jam.

15
Gambar 2.7. Lampu ballast listrik

2.6. Dasar Teknik Penerangan

Setiap pekerjaan memerlukan tingkat pencahayaan pada permukaannya.


Pencahayaan yang baik menjadi penting untuk menampilkan tugas yang bersifat
visual. Pencahayaan yang lebih baik akan membuat orang bekerja lebih produktif.
Membaca buku dapat dilakukan dengan 100 to 200 lux. Hal ini merupakan
pertanyaan awal perancang sebelum memilih tingkat pencahayaan yang benar.
CIE (Commission International de l’Eclairage) dan IES (Illuminating Engineers
Society) telah menerbitkan tingkat pencahayaan yang direkomendasikan untuk
berbagai pekerjaan. Nilai-nilai yang direkomendasikan tersebut telah dipakai
sebagai standar nasional dan internasional bagi perancangan pencahayaan (Tabel
diberikan dibawah). Pertanyaan kedua adalah mengenai kualitas cahaya. Dalam
kebanyakan konteks, kualitas dibaca sebagai perubahan warna.
Tergantung pada jenis tugasnya, berbagai sumber cahaya dapat dipilih
berdasarkan indeks perubahan warna. Seperti yang ditunjukkan pada tabel
dibawah ini
Tabel 2.3. Jenis-jenis pencahayaan
Tingkat
Penerangan Contoh-contoh Area Kegiatan
(lux)
Pencahayaan umum untuk Layanan penerangan yang
ruangan dan area yang minimum dalam area sirkulasi
jarang digunakan dan/atau 20 luar ruangan, pertokoan di daerah
tugas-tugas visual terbuka, halaman tempat
sederhana penyimpanan
50 Tempat pejalan kaki dan
panggung
70 Ruang Boiler

16
100 Halaman trafo, ruang tungku dll.
150 Area sirkulasi di industri,
pertokoan dan ruang penyimpanan
Pencahayaan untuk 200 Layanan penerangan yang
interior minimum dalam tugas
300 Meja dan mesin kerja ukuran
sedang, proses umum dalam
industri kimia dan makanan,
kegiatan membaca dan membuat
arsip
450 Gantungan baju, pemeriksaan
kantor untuk menggambar,
perakitan mesin dan bagian yang
halus, pekerjaan warna.
1500 Pekerjaan mesin dan di atas meja
yang sangat halus, perakitan meja
presisi kecil dan instrumen,
komponen elektronik, pengukuran
& pemeriksaan bagian kecil yang
rumit diberikan oleh tugas
pencahayaan setempat
Pencahayaan tambahan 3000 Pekerjaan berpresisi dan rinci
setempat untuk tugas sekali, misal instrumen yang
visual yang tepat sangat kecil, pembuatan jam
tangan, pengukiran

Proses rancangan pencahayaan tahap demi tahap digambarkan dibawah


dengan bantuan contoh.

Gambar 2.8. Ruangan dengan ukuran

Tahap 1 : Tentukan penerangan yang diperlukan pada bidang kerja, jenis lampu
dan luminer Pengkajian awal harus dibuat terhadap jenis pencahayaan yang
dibutuhkan, seringkali keputusan dibuat sebagai fungsi dari estetika dan
ekonomi. Untuk pekerjaan kantor yang normal, dibutuhkan pencahayaan

17
200 lux. Untuk ruang kantor yang ber AC, dipilih lampu neon 36 W dengan tabung
kembar. Luminernya berlapis porselen yang cocok untuk lampu yang diletakkan
diatas. Penting untuk memperoleh tabel faktor penggunaan untuk luminer ini dari
pembuatnya untuk perhitungan lebih lanjut.
Tahap 2 : Kumpulkan data ruangan dalam format seperti dibawah ini :
Panjang L1 10 m
Ukuran Ruangan Lebar L2 10 m
Luas lantai L3 100 m2
Tinggi langit-langit L4 3,0 m
Langit-langit L5 0,7 p.u
Pantulan permukaan Dinding L6 0,5 p.u
Lantai L7 0,2 p.u
Tinggi bidang kerja dari lantai L8 0,9 p.u
Tingi luminer dari lantai L9 2,9 p.u

Tahap 3 : Perhitungan Indeks Ruangan


lenght x width
Room Index  (2-5)
hight x (length  width)

Tahap 4 : Perhitungan jumlah fitting yang diperlukan dengan penerapan rumus :


ExA
N (2-6)
F x UF x LLF

Dimana :
N = Jumlah fitting
E = Tingkat lux yang diperlukan pada bidang kerja
A = Luas ruangan (L x W)
F = Flux total (Lumens) dari seluruh lampu dalam satu fitting
UF = Faktor penggunaan dari tabel untuk peralatan yang digunakan
LLF = Faktor kehilangan cahaya. Kehilangan ini disebabkan oleh penurunan
keluaran lampu yang sudah lama dan penumpukan kotoran pada peralatan
dan dinding bangunan
LLF = Lumen lampu MF x Luminer MF x Permukaan ruangan MF

18
2.7. Alat ukur kuat pencahayaan
Alat ukur pencahayaan adalah alat yang digunakan pada pengukuran suatu
benda-benda yang dapat menghasilkan cahaya. Berikut adalah beberapa jenis alat
ukur yang sering digunakan pada pengukuran cahaya.
2.7.1. Luxmeter
Luxmeter merupakan instrumen portabel untuk mengukur penerangan sebuah
jenis fotometer. Lux meter paling sederhana terdiri dari foto sel selenium yang
mengubah energi cahaya ke energi dari sebuah arus listrik, yang diukur oleh
microammeter pointer-tipe dengan skala dikalibrasi di luxes(Ix). Skala yang
berbeda-beda sesuai dengan rentang yang berbeda dari cahaya yang sedang diukur,
perubahan skala yang dibuat oleh switch bahwa perubahan hambatan di sirkuit
listrik. Misalnya, Iu-16 lux meter memiliki tiga rentang pengukuran: sampai 25,
hingga 100, dan sampai 500 Iux. Iluminansi yang lebih tinggi bisa diukur dengan
menggunakan lampiran cahaya menyebar di photocell, yang melemahkan insiden
radiasi dengan faktor tertentu yang konstan melalui berbagai panjang gelombang.
Kurva untuk sensitivitas spektral relatif dari selenium photocell dan mata manusia
rata-rata tidak sama, akibatnya pembacaan lux meter adalah fungsi dari komposisi
spektral radiasi. Instrumen biasanya dikalibrasi dengan lampu pijar, dan ketika
luxmeter sederhana digunakan untuk mengukur cahaya yang dihasilkan oleh radiasi
dengan komposisi spektral yang berbeda, seperti siang hari atau lampu fluorescent,
suatu faktor koreksi yang ditentukan oleh perhitungan. dibawah ini merupakan
gambar luxmeter.

Gambar 2.9. Luxmeter

19
2.7.2. Fotometer
Fotometer dalam pengertian umum, fotometer adalah alat yang digunakan
untuk mengukur pencahayaan atau penyinaran. Seperti penerapan di
fotometri industri, suatu "fotometer" adalah kata umum yang meliputi alat-
alat untuk mendeteksi:
a. Intensitas cahaya hamburan
b. Penyerapan
c. Fluoresensi
Kebanyakan fotometer berlandaskan pada sebuah fotoresistor atau
otodioda. Masing-masing mengalami perubahan sifat kelistrikan ketika
disinari cahaya, yang selanjutnya dapat dideteksi dengan suatu rangkaian
elektronik tertentu.

Gambar 2.10. Fotometer


2.8. Efikasi Cahaya
Efikasi cahaya merupakan rasio kecerahan cahaya tiap watt daya dapat
berupa fluks cahaya dari output sumber, atau dapat menjadi daya listrik total yang
digunakan oleh sumber. Efektivitas sumber cahaya adalah ukuran efisiensi dengan
sumber yang memberikan cahaya dari listrik, efikasi pancaran cahaya
menggambarkan seberapa baik sejumlah pancaran elektromagnetik tertentu dari
sumber yang menghasilkan cahaya tampak. Rasio fluks cahaya tidak mencakup
semua panjang gelombang karena tidak semua spektrum efektif dalam
merangsang penglihatan manusia. Kepekaan spektral mata manusia, di bagian
radiasi inframerah dan ultraviolet dari spektrum berguna untuk penerangan.
Efektivitas sumber cahaya keseluruhan adalah hasil dari seberapa baik

20
mengkonversi energi radiasi elektromagnetik, dan seberapa baik radiasi yang
dipancarkan terdeteksi oleh mata manusia dibandingkan daya yang ditangkapnya.
Satuan yang digunakan adalah dalam Lumen/Watt. Efikasi maksimum yang
mungkin yaitu sebesar 683 lm/W. persamaan efikasi sebagai berikut
besar cahaya yang dihasilkan
Efikasi   lumen / watt (2-7)
daya yang digunakan

2.8.1. Penerapan Standar Efisiensi Lampu Hemat Energi


Standar merupakan salah satu titik ukur dalam menjamin suatu produk.
Standar memuat persyaratan minimum yang harus terpenuhi guna menjamin
kualitas suatu produk. Termasuk lampu hemat energi (lampu swabalast). Kualitas
produk lampu hemat energi. Kualitas produk lampu hemat energi bukan hanya
ditinjau dari keselamatan saat pemakaian dan ketahanan dalam penggunaan dalam
penggunaan. Efisiensi lampu biasanya diukur dengan tingkat efikasi.
Tingkat efisiensi energi, atau energi eficiensi standards levels,ditentukan
berbeda-beda tergantung dari negaranya. Di Eropa misalnya, digunakan
pendekatan stastik. Sebagai dasar perhitungan digunakan nilai kinerja peralatan
rata-rata yang ada di pasaran. Dari nilai tersebut, kemudian ditentukan standar
sedemikian rupa sehingga di perkirakan akan diperoleh perbaikan kinerja sekitar
10-15% untuk peralatan yang baru.

2.8.2. Kriteria tingkat hemat energi


Kriteria tingkat hemat energi merupakan ukuran yang dijadikan dasar untuk
menentukan jumlah bintang yang harus dicantumkan dalam label tingkat hemat
energi. Kriteria tingkat hemat energi didasarkan pada keluaran pemanfaatan tenaga
listrik yang dimanfaatkan konsumen dibandingkan dengan masukan tenaga
listrik yang dikonsumsi pemanfaat tersebut, atau penggunaan tenaga listrik untuk
periode tertentu. Kriteria tingkat hemat ini didasarkan atas hasil pengujian yang
mengikuti standar dan prosedur uji yang baku (SNI). Dalam hal belum ada SNI,
dapat digunakan standar dan prosedur pengujian dari IEC atau standar negara lain
yang tidak bertentangan dengan IEC. Tingkat hemat energi ditunjukkan dengan
jumlah bintang yang didasarkan atas data hasil pengujian. Contoh label dengan
tingkat hemat energi 1 (satu) bintang (gambar kiri), dan label dengan tingkat

21
hemat energi 4 (empat) bintang (gambar kanan). Penerapan label tingkat hemat
energi pada pemanfaat tenaga listrik untuk rumah tangga memmbantu konsumen
memilih peralatan yang lebih efisien. Hal ini akan mendorong produsen untuk
memproduksi peralatan lebih hemat dalam konsumsi energi listrik. Sehingga
secara nasional penggunaaan energi dapat ditekan. Untuk mencapai itu semua
maka diperlukan standar tingkat hemat energi pada lampu hemat energi dan
prosedur uji efisiensi energi peralatan rumah tangga untuk memudahkan dalam
penandaan. Hal ini haruslah sesuai dengan Peraturan Menteri Energi dan Sumber
Daya Mineral Nomor 06 Tahun 2011 tentang kriteria tanda hemat energi lampu
swabalast dengan pemberian tanda bintang pada Lampu Swabalast. Sebagimana
akan ditunjukkan sebagai berikut :
Tabel 2.4. Kriteria pemberian tanda bintang pada lampu hemat energi
Daya Nilai Efikasi (lumen/watt)
(watt) * ** *** ****
5-9 45-49 >49-52 >52-55 >55
10-15 46-51 >51-54 >54-57 >57
16-26 47-53 >53-56 >56-59 >59
≤ 26 48-55 >55-58 >58-61 >61

22

Anda mungkin juga menyukai