Anda di halaman 1dari 24

 Konservasi di Indonesia dimulai pada tahun

1985 oleh DOE (Departemen of Energy, USA)


oleh Departemen Pekerjaan Umum.
 Namun perkembangan selanjutnya nyaris
tidak terdengan sampai tahun 1987.
 ASEAM (A Simplified Energy Analysis
Methode) terbentuk sejak ASEAN bekerja
sama dengan USAID sehingga terangkatlah
masalah konservasi energi di Indonesia.
 Petunjuk teknik tentang pencahayaah pada
bagunan kemudian di SNI kan karenan
perkembangan usaha untuk meningkatkan
usaha konservasi energi oleh berbagai
lembaga – lembaga tinggi.
 Sehingga terbitlah berbagai buku yang salah
satunya “ konservasi energi sistem
pencahayaan pada bangunan”
 Bangunan merupakan salah satu
sektor konsumsi energi yang besar
sehingga jika tidak dikonservasi
maka akan boros energi.
 ketentuan pedoman pencahayaan
pada bangunan gedung untuk
memperoleh sistem pencahayaan
dengan pengoperasian yang
optimal sehingga penggunaan
energi dapat efisien tanpa harus
mengurangi dan atau mengubah
fungsi bangunan, kenyamanan dan
produktivitas kerja penghuni.
Bentuk
pencahayaan
bangunan
alami

Bentuk pencahayaan
buatan
 Konservasi energi sistem pencahayaan pada
bangunan gedung bertujuan mengidentifikasi
dan mencari peluang penghematan energi
dari sektor sistem pencahayaan.
1. Pencahayaan Alami
Yaitu pencahayaan yang
terjadi atau bersumber
dari cahaya alami
seperti cahaya
matahari.
2. Pencahayaan Buatan
yaitu pencahayaan yang
terjadi atau bersumber
dari cahaya buatan
seperti cahaya lampu.
Persyaratan umum:
1. Cahaya alami harus
dimanfaatkan dengan baik.
2. Radiasi matahari harus
seminimal mungkin,
dengan mengutamakan
cahaya langit dari pada
cahaya matahari langsung.
3. Harus memenuhi standar
SNI 03-2396-1991 tentang
“Tata cara perancangan
pencahayaan alami siang
hari untuk rumah dan
gedung.
Pencahayaan siang hari dikatakan
baik apabila:
1. Pada siang hari antara pukul
08.00-16.00 wst terdapat
cukup banyak cahaya yang
masuk dalam ruangan.
2. Distribusi cahaya dalam ruang
cukup merata atau tidak
menimbulkan kontras yang
cukup mengganggu.
3. Jendela-jendela yang besar
atau pun dinding kaca
sekurang-kurangnya 1/6 dari
pada luas lantai.
Tingkat pencahayaan alami
dalam ruang dapat
ditentukan oleh:
1. Ukuran dan posisi lubang
cahaya
2. Distribusi terang langit
Faktor pencahayaan alami siang hari
Komponen pencahayaan alami
meliputi:
1. Komponen langit [faktor langit
(fl)],
2. Komponen refleksi luar [faktor
refleksi luar (frl)], dan
3. Komponen refleksi dalam [faktor
refleksi dalam (frd)].
Persyaratan umum :
1. Tingkat pencahayaan
minimal tidak boleh
kurang dari tingkat
pencahayaan pada Tabel 1
2. Daya listrik/m² tidak
boleh melebihi nilai yang
tercantum pada Tabel 2.
3. Penggunaan energi
sehemat mungkin dengan
mengurangi daya
terpasang
Perhitungan pada pencahayaan
berbeda tergantung beberapa
kondisi :
1. Prosedur perhitungan dan
optimasi pemakaian daya
listrik.
2. Kualitas warna cahaya :
a. Warna cahaya lampu,
b. Renderasi warna.
3. Perhitungan tingkat
pencahayaan alami siang
hari.
 Pengoperasian
 Penempatan alat kendali.
 diletakkan pada tempat yang mudah dijangkau
dan dilihat.
 Pemeliharaan
• Diharuskan memiliki buku manual
pengoperasian sistem pencahayaan
bangunan gedung.
• Pemeliharaan instalasi pencahayaan
agar diperoleh pemakaian energi
listrik yang effisien.
1. Pada siang hari lebih utamakan penggunaan
pencahayaan alami daripada pencahayaan
buatan,
2. Menggunakan warna-warna terang pada cat
dinding agar cahaya dapat terpantul secara
maksimal,
3. Memanfaatkan pencahayaan buatan
seoptimal mungkin bukan semaksimal
mungkin,
4. Menempatkan alat pengendali pencahayaan
ditempat yang mudah dijangkau, dan
5. Lakukan pemeliharaan secara berkala pada
alat pencahayaan.

Anda mungkin juga menyukai