(Studi Kasus Rumah Kos Dua Lantai di Daerah Gang Delima, Janti)
Pendahuluan
Pencahayaan merupakan salah satu faktor untuk mendapatkan keadaan lingkungan yang
aman dan nyaman serta berkaitan dengan produktivitas manusia. Pada dasarnya cahaya
diperlukan oleh manusia untuk melihat objek secara visual. Dengan cahaya yang dipantulkan
oleh objek-objek tersebut maka kita dapat melihat secara jelas, sehingga akan menimbulkan
kenyamanan visual jika pencahayaan yang didapatkan itu cukup. Jika pencahayaan tersebut
kurang ataupun berlebihan maka akan menganggu kenyamanan penglihatan.
Kost-kostan ialah jenis hunian sewa sementara yang menjadi pilihan bagi sebagian orang.
Desain dari kost-kostan lebih mengutamakan pemaksimalan lahan untuk mendapatkan jumlah
kamar yang banyak. Agar menghemat energi pengeluaran pada bangunan tersebut, salah satu
caranya adalah dengan memaksimalkan pencahayaan alami. Kost-kostan sebagai hunian sewa
membutuhkan tingkat kenyamanan pencahayaan alami yang memadai agar pengguna di
dalamnya dapat melakukan aktivitas dengan lancar dan memiliki produktivitas kerja yang baik.
Kenyamanan visual dapat tercapai jika poin-poin kenyamanan visual teraplikasikan secara
optimal. Penilaian kenyamanan visual dari pencahayaan alami akan tepat jika terdapat
kesesuaian antara hasil terukur dari kesesuaian rancangan dengan teori dan standar dengan
persepsi penggunanya.
Kajian Teori
Pencahayaan alami adalah pemanfaatan cahaya yang berasal dari benda penerang alam
seperti matahari, bulan, dan bintang sebagai penerang ruang. Karena berasal dari alam, cahaya
alami bersifat tidak menentu, tergantung pada iklim, musim, dan cuaca. Di antara seluruh sumber
cahaya alami, matahari memiliki kuat sinar yang paling besar sehingga keberadaanya sangat
bermanfaat dalam penerangan dalam ruang. Cahaya matahari yang digunakan untuk penerangan
interior disebut dengan daylight. (Esa D, Purnama., Firtatwentyna N, Poppy. 2011). Menurut
SNI, pencahayaan alami pada siang hari dapat dikatakan baik apabila pada pukul 08.00-16.00
waktu setempat terdapat cukup banyak sinar matahari yang masuk ke dalam ruangan. Selain itu,
distribusi cahaya dalam ruangan harus merata sehingga tidak menimbulkan kontras yang
mengganggu. Cahaya matahari/ daylight memiliki beberapa keunggulan yang tidak dimiliki oleh
cahaya buatan. keunggulan tersebut antara lain:
- Meningkatkan semangat kerja. Cahaya matahari yang masuk ke dalam ruangan dapat
memebrikan kesan hangat, meningkatkan keceriaan, dan semangat dalam ruang
(Bean, 2004:193).
- Sebagai penanda waktu berada dalam suatu ruang yang tertutup dan tidak mendapat
cahaya matahari dapat mengacaukan orientasi waktu, disorientasi, dan terkucil dari
perubahan kondisi sekitar. Kondisi ini berpengaruh tidak baik terhadap psikologis dan
mengganggu jam biologis manusia (Pilatowicz, 1995: 56-57).
Agar dapat menggunakan cahaya alami secara efektif, perlu dikenali ke beberapa
sumber cahaya utama yang dapat dimanfaatkan :
1. Sunlight, cahaya matahari langsung dan tingkat cahayanya tinggi.
2. Daylight, cahaya matahari yang sudah tersebar dilangit dan tingkat cahayanya rendah.
3. Reflected light, cahaya matahari yang sudah dipantulkan
Faktor pencahayaan alami siang hari adalah perbandingan tingkat pencahayaan pada
suatu titik dari suatu bidang tertentu di dalam suatu ruangan terhadap tingkat pencahayaan
bidang datar di lapangan terbuka, yang merupakan ukuran kinerja lubang cahaya ruangan
tersebut. Faktor pencahayaan alami siang hari terdiri dari 3 komponen meliputi:
1. Komponen langit (faktor langit-f1), komponen pencahayaan yang berasal langsung dari
cahaya langit. Faktor langit selalu lebih kecil dari faktor pencahayaan alami siang hari.
Pemilihan faktor langit sebagai angka karakteristik untuk digunakan sebagai ukuran
keadaan pencahayaan alami siang hari adalah untuk memudahkan perhitungan oleh
karena fl merupakan komponen yang terbesar pada titik ukur.
2. Komponen refleksi luar (faktor refleksi luar-frl), komponen pencahayaan yang berasal
dari refleksi benda-benda yang berada di sekitar bangunan yang bersangkutan.
3. Komponen refleksi dalam (faktor refleksi dalam-frd), komponen pencahayaan yang
berasal dari refleksi permukaan-permukaan dalam ruangan, dari cahaya yang masuk ke
dalam ruangan akibat refleksi benda-benda di luar ruangan maupun dari cahaya langit.
(Peraturan Instalasi SNI 03-6575-2001).
Faktor pencahayaan alami siang hari ditentukan oleh persamaan berikut ini:
Dengan:
L : lebar lubang cahaya efektif
H : tinggi lubang cahaya efektif
D : jarak titik ukur ke lubang cahaya
Dalam artikel yang ditulis oleh Prabu (2009), beliau mengutip dari Grandjen (2000),
beliau memaparkan data bahwa kebutuhan manusia saat membaca ialah sebesar 300 lux. Dan
kegiatan bekerja menggunakan komputer ialah minimal 400 lux. Kemudian untuk kegiatan
komputer dengan sumber dokumen yang tidak terbaca jelas 400 lux – 500 lux.
Metode
1. Membuat gambar simulasi ruang pada hunian (3D, denah, potongan) dengan mengamati
posisi jendela pada salah satu fasad.
2. Melakukan install apps Lightmeter/Luxmeter
3. Melakukan pengukuran dengan apps tersebut pada 3 titik di dalam ruang dengan jarak
yang ditentukan pada gambar simulasi (poin 1). Memilih titik yang terdekat dari jendela
hingga yang terjauh.
4. Melakukan MODIFIKASI jendela
5. Mencatat data pengukuran (nilai lux pada 3 titik dengan luasan jendela utuh dan pada saat
dilakukan modifikasi)
6. Percobaan Perbandingan data.
7. Melakukan evaluasi terhadap Feasibility Factor (FF) terhadap jendela. Kemudian analisis
hasilnya.
2. KONDISI RUANG
a. 3D Ruang Kamar
a. Plafon
Plafon Bermateri-
alkan tripleks de-
ngan frame kayu.
b. Dinding
c. Pintu
Pintu kayu
Kamper dengan
finishing cat pernis
dark brown.
d. Jendela
Kondisi terang langit diluar ruangan dilakukan pengukuran sebanyak 3 kali diwaktu
yang sama yaitu pada pukul 01:00-01:36 WIB, dan diukur pada hari berbeda sebanyak 3
kali, dengan mengambil value/angka tertinggi dari Lux Light Meter sehingga di dapatkan
pengukuran yaitu:
HARI ke-1 : 19432 Lux (Kondisi Langit Cerah Berawan)
HARI ke-2 : 17372 Lux (Kondisi Langit Berawan Mendung)
HARI ke-3 : 18539 Lux (Kondisi Langit Berawan)
1 2 3
. . .
Dari Ruangan kamar diambil 3 point/titik pengambilan data dari aplikasi Lux Light
Meter. Setiap titik diperkirakan berjarak ±80cm. Data yang diperoleh merupakan data
yang dihitung sebanyak 3 kali, yang merupakan data yang di ukur perhari, dan di
dapatkan 3 variabel yang berubah ubah terhadap kondisi Luar ruangan. Berikut
merupakan data yang diambil pada HARI ke-1 dimana kondisi Langit Cerah Berawan
(Variabel tertinggi.)
a. Bukaan 100% ( Pukul 02:00-2:45 WIB )
POINT 1 : 543 Lux
POINT 2 : 718 Lux
POINT 3 : 856 Lux
b. Bukaan 30% ( Pukul 02:00-2:45 WIB )
POINT 1 : 145 Lux
POINT 2 : 352 Lux
POINT 3 : 415 Lux
1 2 3
. . .
5. PENGUKURAN WWR PADA KAMAR
a. WWR
Diketahui:
Ukuran jendela = 42 x 70 cm
Lebar dinding = 3 m
Tinggi dinding = 3 m
Ditanyakan: WWR = ?
Jawab:
Luas = 0,3 m²
- Menghitung WWR
WWR = 0,05 = 5%
b. FF
Diketahui:
Dinding = 3 x 3 m
WWR = 5 %
OF (30%) = 1
Ditanya : FF = ?
Jawab:
1.) FF = WWR x VT x OF
FF = 5% x 0,35 x 1
FF = 0,018
KESIMPULAN
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan dapat disimpulkan beberapa hal, antara lain:
- Tingkat pencahayaan alami di dalam ruangan ditentukan oleh tingkat pencahayaan langit
pada bidang datar di lapangan terbuka pada waktu yang sama
- Area pancaran sinar yang masuk melalui kaca jendela memilika intensitas yang berbeda
beda tidap titik yang ada dalam grid suatu ruangan
- Dalam pencahayaan alami, yang sangat mempengaruhi kualitas pencahayaan adalah
terjadinya penyilauan
- Sinar matahari yang masuk ke dalam ruangan terdiri atas beberapa unsur, yaitu sinar
matahari langsung tanpa penghalang, sinar matahari yang berasal dari pantulan-pantulan
awan, sinar matahari refleksi luar, serta sinar matahari refleksi dalam.