BAB II
Pada bab ini akan dipaparkan mengenai tinjauan pustaka, kerangka berpikir,
konsep, landasan teori dan model penelitian. Tinjauan pustaka yang akan
relevan dengan penelitian yang akan dilakukan saat ini. Kerangka berpikir
merupakan hasil abstraksi dan sintesis dari teori yang dikaitkan dengan masalah
teori. Landasan teori merupakan landasan berpikir yang bersumber dari suatu teori
Dalam tinjauan pustaka memuat uraian yang sistematik dan relevan dari fakta
terjadinya plagiasi yang kerap terjadi pada beberapa kasus penelitian. Tinjauan
pustaka juga dijadikan sebagai dasar atau pedoman untuk melakukan penelitian
dijadikan sebagai acuan penelitian ini adalah penelitian yang terkait dengan pola
8
9
akan dipaparkan secara terpisah, sesuai dengan tema penelitian. Penelitian yang
manusia telah banyak dilakukan, ada yang melihat mengenai hubungan interaksi
disekitarnya. Seperti penelitian yang dilakukan oleh Setiawan (1987) dengan judul
kedua, yang dilakukan oleh Najib (2005) dengan judul “Perilaku Pemukim
bahasan yang sama pada kawasan yang berbeda menemukan hasil penelitian yang
semaksimal mungkin dan memanfaatkan ruang publik sebagai kebutuhan lain dari
fungsi utama ruang tersebut. Penggunaan ruang bersama tidak berdasarkan dekat
jauhnya ruang tersebut dengan tempat tinggal karena alasan kecocokan hubungan
sosial. Hubungan sosial suatu masyarakat tidak terlihat dari jauh dekatnya tempat
tinggal, sehingga terkadang orang menggunakan ruang bersama yang jauh dari
rumahnya, tetapi hubungan sosial dengan orang di tempat jauh tersebut sangat
dekat.
menentukan suatu pola ruang dalam suatu kawasan dan metode yang paling
10
efektif digunakan untuk menemukan suatu pola penggunaan ruang pada suatu
wilayah. Seperti yang dilakukan oleh Haryanti (2008) yang berjudul “Kajian Pola
Semarang”; Penelitian kedua, yang dilakukan oleh Kasuma dan Iwan (2011) yang
publik, ruang terbuka hijau, pola pedestrian dan pola jalur lambat lebih. Penelitian
ini condong untuk meneliti pola ruang dalam bidang perkotaan. Penelitian kedua,
melihat kebutuhan ruang yang semakin bertambah dapat mengancam pola ruang
yang seharusnya tetap lestari pada Desa Adat Penglipuran (kajian etnik).
Selain itu, penelitian mengenai pola perilaku juga sering dilakukan untuk
lingkungan tempat tinggalnya. Seperti yang dilakukan oleh Kurniadi, dkk (2002)
Pontianak”; Penelitian kedua mengenai pola perilaku oleh Hisani (2010) dengan
ruang. Dalam penelitian ini, peneliti mengelompokkan teritori dalam tiga jenis,
antara lain; teritorialitas user group invator, teritorialiras user group aggressor
dan teritorialitas user group penderita. Teritorialitas user group invator terdiri dari
pedagang kaki lima, pemilik toko dan tukang parkir. Teritorialitas user group
aggressor terdiri dari pemilik toko, sedangkan teritorialitas user group penderita
adalah pejalan kaki dan pengendara kendaraan. Teori yang digunakan dalam
11
ruang dalam penelitian ini disebabkan oleh adanya upaya pengguna ruang untuk
ini mirip karena sama-sama melihat fenomena yang terjadi di lapangan tanpa
berbekal kerangka berpikir yang jelas. Selain itu, teknik pengumpulan data yang
digunakan oleh kedua peneliti juga sama, yaitu dengan cara observasi, survei, dan
dan melakukan pemetaan lokasi sebelum memetakan pola sirkulasi pejalan kaki
dan pengendara kendaraan. Teknik pengumpulan data dengan tiga cara ini
merupakan teknik yang paling sesuai dengan penelitian mengenai hubungan ruang
dan perilaku.
Persamaan antara penelitian yang dilakukan oleh Setiawan dan Najib dengan
penelitian Pola Perilaku Wisatawan Pada Monumen Ground Zero Legian Kuta
adalah materi yang dibahas. Materi yang dihasilkan oleh Setiawan dan Najib sama
dengan materi yang ingin ditemukan di Monumen Ground Zero, yaitu ditemukan
suatu ruang atau pembentukan ruang dalam suatu area monumen dipengaruhi oleh
12
aktivitas dan pola perilaku wisatawan. Persamaan penelitian yang dilakukan oleh
Fery Kurniadi dan Dika Hisani dengan penelitian Pola Perilaku Wisatawan Pada
batas wilayah penggunaan ruang. Selain itu kesimpulan yang didapat dari tinjauan
pustaka yang telah ada ini adalah penggunaan metode untuk kasus yang serupa
Tahapan-tahapan yang terjadi, dimulai dari ide dasar yang bertujuan untuk
studi teoritik dengan proses berpikir dedukatif dan studi empirik yang merupakan
kunjungan yang meningkat. Hal ini tidak lepas dari suatu perencanaan wilayah
(users). Sarana dan prasarana penunjang kegiatan pariwisata tentunya juga harus
memadai untuk memfasilitasi semua aktivitas yang ada sehingga, yang direncakan
ISU
Didirikan ruang publik baru di Legian Kuta yaitu
Monumen Ground Zero untuk mengenang para korban
ledakan bom Pada Tanggal 12 Oktober 2002.
Idealnya, fungsi utama fasilitas ruang publik Realitanya, dimanfaatkan fasilitas ruang
di area Monumen Ground Zero dalam hal ini publik yaitu trotoar untuk aktivitas duduk-
yaitu trotoar difungsikan untuk pejalan kaki. duduk oleh wisatawan di area Monumen
Ground Zero.
1. Seperti apa aktivitas wisatawan domestik dan mancanegara pada area Monumen Ground
Zero Legian, Kuta?
2. Dimana spot-spot yang menjadi tempat berkumpul wisatawan domestik dan mancanegara di
area Monumen Ground Zero?
3. Apakah ada perbedaan aktivitas yang dilakukan wisatawan domestik dan mancanegara
berdasarkan dimensi waktu di area monumen Ground Zero Legian, Kuta?
1. Memahami dan mengetahui aktivitas wisatawan domestik dan mancanegara pada area
Monumen Ground Zero Legian, Kuta.
2. Mengetahui dimana spot-spot yang menjadi tempat berkumpul dari wisatawan domestik dan
mancanegara di area monumen Ground Zero.
3. Mengetahui jenis aktivitas yang dilakukan wisatawan domestik dan mancanegara
berdasarkan dimensi waktu di area monumen Ground Zero Legian, Kuta.
TINJAUAN PUSTAKA
1. Kajian tentang hubungan ruang dengan perilaku
2. Kajian tentang penggunaan ruang publik
3. Kajian tentang pola perilaku
KONSEP PENELITIAN
Pola Perilaku Wisatawan Pada Monumen Ground Zero
di Legian, Kuta
LANDASAN TEORI
METODELOGI PENELITIAN
ANALISIS PENELITIAN
2.2.2 Konsep
Dalam penelitian konsep dapat berupa bagian untuk menjelaskan arti dari
potongan kalimat yang terdapat dalam judul penelitian atau rumusan masalah.
Sama halnya dalam penelitian ini konsep berasal dari penggalan kata judul
persepsi antara peneliti dengan pembaca, sehingga maksud peneliti atau penulis
dapat tersampai dengan benar terhadap pembaca dan tidak keluar dari lingkup
A. Pola Perilaku
Suatu pola perilaku bisa terdiri dari beberapa perilaku secara bersamaan,
motorik, interaksi interpersonal dan manipulasi objek. Kombinasi dari perilaku ini
membentuk suatu pola perilaku, terjadi pada lingkungan fisik tertentu, atau pada
milieu-nya. Teori yang berorientasi pada lingkungan dalam psikologi lebih banyak
yang akan membentuk karakteristik perilaku manusia. Adapun jenis dan faktor-
1. Jenis Perilaku
15
alami (innate behavior) dan perilaku operan (operant behavior). Perilaku alami
yang berupa reflek dan insting adalah perilaku yang dibawa manusia sejak
(Skinner, 1976:20). Pada manusia perilaku operan atau perilaku psikologis lebih
a. Faktor Lingkungan
bahkan sering kekuatan lebih besar dari faktor individu (Azwar, 1998:11).
b. Faktor Individu
16
Faktor individu yang menentukan perilaku manusia antara lain adalah tingkat
14).
3. Pembentukan Perilaku
manusia agar seperti yang diharapkan (Bimo, 1990: 18) antara lain dengan:
memberikan pengertian.
dimana seorang mempelajari perannya dan peran orang lain dalam kontak sosial
lakunya sesuai dengan peran sosial yang telah dipelajarinya (Sarwono, 2002: 23).
Jadi pola perilaku yang dimaksud dalam penelitian yang berjudul “Pola Perilaku
Wisatawan Pada Monumen Ground Zero Legian, Kuta” adalah suatu aksi-reaksi
17
manusia yang melakukan kunjungan pada suatu objek dalam hal ini adalah
B. Aktivitas
keaktifan, jadi segala sesuatu yang dilakukan atau kegiatan-kegiatan yang terjadi
Sriyono aktivitas adalah segala kegiatan yang dilaksanakan baik secara jasmani
C. Wisatawan
atau negara, biasanya mereka disebut sebagai pengunjung yang terdiri dari
menyebutkan, pengunjung yaitu setiap orang yang datang ke suatu negara atau
tempat tinggal lain dan biasanya dengan maksud apapun kecuali untuk melakukan
yaitu:
dengan wisatawan adalah seseorang yang melakukan kunjungan pada objek dan
daya tarik wisata yang dalam hal ini adalah objek Monumen Ground Zero baik itu
ratusan orang tak berdosa dari berbagai belahan dunia. Monumen peringatan
tersebut kemudian diberi nama Monumen Ground Zero yang terletak tepat di
bekas kejadian, yakni di Legian Kuta. Kawasan ini merupakan kawasan teramai
dan terpadat di Bali karena menjadi ikon pariwisata Bali. Di sepanjang jalan ini
terdapat banyak café, club,toko-toko dan hotel tempat menginap para turis.
Monumen ini dibangun dengan tujuan untuk mengenang para korban ledakan
bom Sari Club dan Paddy’s Café. Gagasan awal pembuatan monumen ini berasal
dari Ketua Persatuan Tourist Attraction Indonesia Bali yaitu Nyoman Rudana.
dibangun dan selesai pada tahun 2003 dengan diberi nama “Monumen Panca
Benua”.
yang ada dalam penelitian. Untuk mengkaji permasalahan dalam penelitian ini,
diperlukan berbagai teori yang relevan. Beberapa teori yang digunakan dalam
Perilaku manusia merupakan hasil dari pada segala macam pengalaman serta
respon/reaksi seorang individu terhadap stimulus yang berasal dari luar maupun
dari dalam dirinya. Respon ini dapat bersifat pasif (tanpa tindakan : berpikir,
pengetahuan dan sikap tentang pemanfaatan ruang publik. Perilaku aktif dapat
atau motivasi. Beberapa ahli membedakan bentuk perilaku dalam tiga domain
yaitu pengetahuan, sikap dan tindakan atau sering kita dengar dengan istilah
lingkungan adalah sesuatu yang dapat diamati secara langsung. Arsitek dan
perencanaan kota umumnya lebih menaruh perhatian pada perilaku secara mikro,
mulai dari ruangan hingga lingkungan atau distrik dalam kota. Pendekatan
dan image-nya tentang dunia di luar persepsinya langsung dan makna citra
dan sosial yang berbeda, mempunyai motivasi yang berbeda, melihat dan
hierarki kontrol, diikuti oleh kelompok sosial, kepribadian dan terakhir subsistem
yang merupakan kepercayaan, tata nilai, simbol dan gaya yang menjadi
mudah terjadi adalah pada unsur sistem peralatan hidup dan teknologi. Sedangkan
21
unsur yang paling sulit berubah adalah unsur religi. Berikut merupakan 7 unsur
hidup.
3. Sistem pengetahuan yang meliputi flora dan fauna, waktu, ruang dan
5. Kesenian yaitu seni patung/pahat, relief, lukisan dan gambar, ragam hias,
6. Sistem mata pencaharian atau sistem ekonomi yang meliputi berburu dan
perdagangan.
terjadinya perilaku.
22
tersebut.
2007) :
subjek.
Apabila terjadi inovasi, maka yang sering terjadi adalah sebagian masyarakat
dapat dengan cepat menerima perubahan dan sebagian lagi dapat dengan
Teori perubahan perilaku berperan sebagai tolak ukur dalam melihat bentuk
perubahan perilaku yang terjadi terhadap wisatawan pada Monumen Ground Zero
pola perilaku yang kemudian mulai memanfaatkan ruang publik di area Monumen
Ground Zero.
1. Faktor Lingkungan
bahkan sering kekuatannya lebih besar dari faktor individu (Azwar, 1998:11).
(Sumaatmaja, 1998:21).
2. Faktor Individu
Faktor individu yang menentukan perilaku manusia antara lain adalah tingkat
Pembentukan Perilaku
manusia agar seperti yang diharapkan (Bimo, 1999:18), antara lain dengan:
memberikan pengertian.
perilaku dengan model atau contoh dan biasanya didasarkan atas bentuk-
dimana seorang mempelajari perannya dan peran orang lain dalam kontak sosial
lakunya sesuai dengan peran sosial yang telah dipelajarinya (Sarwono, 2002:23).
terlepas dari keadaan individu dan lingkungan dimana individu itu berada (Bimo
yang diyakini baik dan dianggap benar oleh masyarakat yang ada disekitarnya.
Keyakinan ini menjadi panutan bagi masyarakat secara umum. Keyakinan ini
dapat bersumber dari agama atau nilai-nilai luhur yang ada didalamnya, dalam hal
ini, agama dan budaya telah menyatu menetapkan norma-norma, nilai dan tujuan
26
kehidupan yang harmonis. Ruang lingkup perilaku manusia sangat luas dan
perilaku terdiri dari domain kognitif, domain afektif dan domain psikomotor.
domain tersebut dapat diukur melalui aspek pengetahuan, sikap dan tindakan
(Notoatmodjo, 1993).
stimulus/rangsangan dari luar. Oleh karena perilaku ini terjadi melalui proses
adanya organisme. Kemudian organisme tersebut merespon, maka teori Skiner ini
menambahkan, bahwa perilaku dapat dibedakan menjadi dua jika dilihat dari
bentuk respon terhadap stimulus, yaitu: (1) Perilaku tertutup, Respon seseorang
terhadap stimulus dalam bentuk terselumbung atau tertutup. Respon atau reaksi
kesadaran dan sikap yang terjadi pada orang yang menerima stimulus tersebut dan
belum dapat diamati secara jelas; (2). Perilaku terbuka, Respon seseorang
terhadap stimulus tersebut sudah jelas dalam bentuk tindakan nyata atau terbuka.
Respon terhadap stimulus tersebut sudah jelas dalam bentuk tindakan atau praktek
Dari pemaparan teori perilaku diatas dapat disimpulkan bahwa teori ini dapat
perilaku baru akan terjadi apabila ada sesuatu yang diperlukan untuk
pedoman dasar.
Istilah behavioral setting atau dalam bahasa Indonesia disebut dengan seting
perilaku, pertama kali diperkenalkan oleh Roger Barker, pelopor kajian ecological
psychology, sekitar tahun 1950-an bersama dengan Wright dalam studi mereka
tentang perilaku anak-anak di berbagai lokasi yang berbeda. Penelitian studi oleh
Berker dan Wright menemukan pola perilaku yang unik dan spesifik terkait secara
khusus dengan unsur-unsur fisik atau seting yang ada. Berdasarkan studi ini,
kaitan antara perilaku dan sistem seting. Hasil-hasil kajian ini dituangkan oleh
Barker dalam suatu buku yang cukup monumental di bidang kajian arsitektur
lingkungan dan perilaku, yaitu Ecological Psychology yang terbit pada tahun
1969. Dalam buku ini dijelaskan penekanan dalam kajian seting perilaku adalah
berkala muncul pada suatu tempat atau seting tersebut (Haryadi, 2010:28).
Behavioral setting didefinisikan oleh Roger Barker pada tahun 1968 dalam
antara aktivitas, tempat dan kriteria sebagai berikut: (1) Terdapat suatu aktivitas
yang beruang, berupa suatu pola perilaku. Dapat terdiri atas satu atau lebih pola
pergaulan) ini berkaitan dengan pola perilaku; (3) Membentuk suatu hubungan
yang sama antar keduanya; (4) Dilakukan pada periode waktu tertentu (Laurens,
2004:175).
antara kegiatan dengan tempat dan waktu yang spesifik. Dengan demikian,
sesuatu kegiatan aktivitas atau perilaku dari sekelompok orang tersebut dan
tempat serta waktu dimana kegiatan tersebut dilaksanakan. Manusia dan objek
adalah komponen primer. Manusia adalah bagian yang paling utama bagi
setting tidak akan terwujud. Meskipun demikian, hubungan antara manusia dan
dijabarkan dalam dua istilah, yaitu system of setting dan system of activity,
keterkaitan antara kedua istilah ini membentuk suatu behavioral setting tertentu.
System of setting atau sistem ruang diartikan sebagai rangkaian unsur-unsur fisik
atau spasial yang mempunyai hubungan tertentu dan terkait sehingga dapat
dipakai untuk suatu kegiatan tertentu. System of activity atau sistem aktivitas
diartikan sebagai rangkaian perilaku yang secara sengaja dilakukan oleh satu atau
beberapa orang. Kedua istilah ini menegaskan bahwa di antara beberapa unsur
29
ruang atau di antara beberapa kegiatan tersebut, terdapat suatu struktur atau
makna, terlepas dari apakah makna ini dapat diartikan oleh orang lain yang tidak
Behavioral setting mempunyai spectrum yang sangat luas, mulai dari sesuatu
yang mikro seperti kamar hingga yang berskala makro dalam hal ini contohnya
adalah kota. Setiap spectrum mempunyai batas area tersendiri yang dikenal
dalam aspek spasialnya. Dengan teknik ini akan didapat sekaligus atau bentuk
yang biasanya dipetakan adalah pola perjalanan, migrasi, kegiatan rumah tangga
dalam situasi waktu dan tempat tertentu. Dengan kata lain, perhatian dari teknik
ini adalah salah satu tempat yang spesifik, baik kecil maupun besar. Dalam teknik
ini langkah pertama yang harus dilakukan adalah membuat sketsa dari tempat atau
pengguna ruang tersebut. Berikutnya membuat daftar perilaku yang akan diamati
serta menentukan simbol atau tanda sketsa atas setiap perilaku. Kemudian, dalam
kurun waktu tertentu, peneliti mencatat perilaku yang terjadi dalam tempat
disiapkan.
Dengan demikian, teknik ini akan berkaitan dengan beberapa tempat atau lokasi.
Pada pengamatan ini peneliti hanya mengamati seseorang yang telah ditentukan
sebelumnya. Tahap pertama yang harus dilakukan adalah memilih seseorang yang
akan diamati perilakunya lalu mulai mengikuti pergerakan atau aktivitas yang
dilakukan oleh seseorang atau sekelompok orang yang diamati. Pengamatan dapat
dilakukan secara berlanjut atau hanya pada waktu-waktu tertentu tergantung dari
tujuan penelitian.
31
teori ini akan membantu dalam meneliti bagaimana pola perilaku wisatawan yang
penelitian ini ingin melihat suatu aktivitas dan wadah dari aktivitas tersebut serta
sehingga ini merupakan salah satu teori yang baik digunakan untuk menemukan
perilaku wisatawan di suatu seting yang ada di area Monumen Ground Zero ini,
seperti pada fasilitas umum berupa jalan, trotoar dan fasilitas umum yang ada.
terbalik, yaitu untuk melihat bagaimana seting yang ada di area monumen tersebut
dapat diketahui bagaimana pola ruang yang terjadi di area Monumen Ground
Zero.
Peran ruang publik sebagai salah satu elemen kota dapat memberikan
karakter tersendiri, dan pada umumnya memiliki fungsi interaksi sosial bagi
langsung nilai komersial yang ditawarkan tidak begitu menjanjikan bagi investor
menggunakan ruang publik untuk usaha atau kegiatan sosial lainnya tidak
memungkinkan ditarik pajak terlalu tinggi karena daya beli yang relatif rendah,
sehingga tidak dapat diandalkan untuk pengembalian modal bagi investor secara
ruang publik yang harus disediakan semakin berkembang, baik dari segi kualitas
a. External public space, Ruang publik ini berbentuk ruang luar yang dapat
diakses oleh semua orang seperti taman kota, alun-alun, jalur pejalan kaki,
b. Internal public space. Ruang publik ini berupa sebuah bangunan fasilitas
umum yang dikelola pemerintah dan dapat diakses oleh warga secara
bebas tanpa ada batasan tertentu, seperti kantor pos, kantor polisi, dan
c. External and internal “quasi” public space. Ruang publik ini berupa
fasilitas umum yang dikelola oleh sektor privat dan ada batasan atau
aturan yang harus dipatuhi warga, seperti mall, restoran dan lain
sebagainya.
Salah satu fungsi public space adalah sebagai simpul kegiatan. Oleh
karenanya, publik space yang memiliki fungsi ini harus memperhatikan aspek
Ketersediaan jalur sirkulasi dan area parkir merupakan elemen penting bagi suatu
kota dan merupakan suatu alat ampuh untuk menata lingkungan perkotaan.
Sirkulasi dapat menjadi alat kontrol bagi pola aktivitas penduduk kota dan
experiencenya (Davit dan Kulash dalam Naupan, 2007). Dan sirkulasi yang baik
merupakan kelanjutan dari pasal 28, bahwa porsi ruang terbuka hijau pada
wilayah kota paling sedikit 30% dari luas wilayah kota, dan proporsi ruang
terbuka hijau publik pada wilayah kota paling sedikit 20%. Karena pentingnya
fungis ruang publik dalam perencanan kota perlu diuraikan sebagai berikut:
(Darmawan, 2003).
seperti upacara bendera, Sholat Ied pada Hari Raya Idul Fitri dan peringatan-
kelompok masyarakat dalam acara santai dan rekreatif seperti konser musik
kearah ruang terbuka publik tersebut dan ruang pengikat dilihat dari struktur
serta ruang untuk transit bagi masyarakat yang akan pindah ke arah tujuan
lain.
pakaian, souvenir dan jasa entertainment seperti tukang sulap, tarian kera dan
Konsep lain dalam menilai kualitas ruang publik kota terdapat 8 elemen
yakni: aktivitas dan fungsi campuran; ruang publik dan khusus; pergerakan dan
dalam memilih ruang publik. Masyarakat kota dalam melakukan aktifitasnya lebih
berbagai kota di dunia mendesain kotanya dengan Mixed Use konsep. Ruang
35
publik dan ruang khusus adalah ruang publik dengan pengertian yang luas
tempat apresiasi, dan rekreasi, area kemersial, pedagang kaki lima, tempat demo
faktor penting untuk membuat ruang kota menjadi hidup (lively). Pengadaan
ruang publik perkotaan sangat diperlukan untuk sarana kegiatan sosial, ekonomi,
faktor penting untuk mengatisifasi pergerakan orang dari satu fasilitas publik ke
tempat lainnya. Fasilitas ini dulu diabaikan, sekarang sudah mulai di perhitungkan
karena mengandung nilai kualitas lingkungan yang baik dan harus didesain sesuai
kualitas ruang publik. Suatu desain harus memikirkan skala manusia agar lebih
yang lebih menarik, utilitas kota yang berfungsi dengan baik. Intinya semua aspek
Kepadatan merupakan kondisi yang tidak seimbang antara fasilitas yang tersedia
integral, wajib mengenali struktur kawasan kota yang akan dirancang, daerah
mana yang perlu dikembangkan, ruang terbuka mana yang bisa dipakai sebagai
36
penting yang dapat menarik perhatian di kawasan revitalisasi, karena orang akan
mudah terkesan dan selalu ingat apa yang pernah dilihat. Kerapian, keamanan,
kota merupakan faktor penting yang sering diabaikan oleh pengelola kota,
sehingga banyak keluhan masyarakat karena merasa tidak nyaman, terganggu dan
tidak aman.
kualitas ruang publik. Manajemen suatu kota sering tidak jelas siapa yang harus
dalam manajeman kota, karena beban ini tidak dapat sepenuhnya diberikan pada
pemerintah kota karena berbagai keterbatasan. Beragam visual menarik yang ada
(vista) yang dapat meningkatkan daya tarik dan nilai estetika kawasan menjadi
berkualitas. Supaya nilai kawasan tersebut lebih positif maka dalam perencanaan
untuk menunggu bus dan sebagainya. Kenyamanan juga bisa dicapai dengan
Faktor pencapaian sangat penting terutama bagi pejalan kaki atau pemakai
bahwa ruang publik seharusnya lebih diramaikan dengan adanya cafe, pedagang
kaki lima, dan kegiatan lain yang menggunakan ruang publik misalnya festival-
festival yang akan menghidupkan suatu kawasan. Image dapat diciptakan sesuai
Menurut Carr dalam Sunaryo (2004) terdapat nilai kualitas yang seharusnya
dimiliki oleh ruang publik agar menjadi ruang publik yang baik, yaitu sebagai
berikut:
dalam Carmona (2003) mengatakan terdapat lima kebutuhan utama yang harus
dipenuhi, yaitu kenyamanan, relaksasi, dan keterlibatan pasif dan aktif serta
1. Kenyamanan
38
lamanya waktu orang tinggal di ruang publik. Dimensi rasa nyaman yaitu
psikologis.
2. Relaksasi
langit sehingga dapat membuat mudah untuk santai dan menyegarkan pikiran.
3. Keterlibatan Pasif
Bentuk dari keterlibatan pasif adalah melihat atau menonton. Hal yang menarik
adalah orang lain dengan kehidupan dan aktivitas yang mereka lakukan.
Biasanya tempat duduk yang sering digunakan adalah yang berdekatan dengan
jalur pejalan kaki. Bisa juga dengan melihat air mancur dan pertunjukkan seni
4. Keterlibatan Aktif
5. Penemuan Baru
39
untuk seseorang menemukan hal yang baru, bisa melalui seni pameran, teater
Ruang publik dapat dipakai atau dinikmati oleh semua kalangan dan
aturan. Meskipun bebas melakukan aktivitas, namun tetap ada norma yang
menumbuhkan rasa rindu kepada para pemakai atau wisatawan untuk datang
lokasi ini menjadi ramai, sehingga berpotensi menjadi peluang usaha bagi para
b. Ruang yang diadakan, dikelola dan dikontrol secara bersama baik oleh
kebutuhan publik.
c. Ruang yang terbuka dan akses secara visual maupun fisik bagi semua tanpa
kecuali.
adalah pada kebebasan ekspresi dan aktualisasi diri dan kelompok, meski
demikian bukan kebebasan tanpa batas. Kontrol norma, aturan dan regulasi
lebih luas tentang bentuk variasi dan karakternya. Pengertian ruang publik secara
masyarakat yang berkaitan dengan sosial, ekonomi, dan budaya. Sikap dan
terhadap tipologi ruang kota yang direncanakan. Asesoris ruang publik yang harus
disediakan semakin berkembang, baik dari segi kualitas desain, bahan dan
perawatannya. Tipologi ruang publik ini memiliki banyak variasi yang kadang-
Menurut Stephen Carr (1992) ruang publik dibagi menjadi beberapa tipe dan
sesuai dengan fungsinya. Bentuknya berupa zona ruang terbuka yang memiliki
empat macam tipe, yaitu: Taman Nasional (National Parks), Taman Pusat
Taman Kecil (Mini Parks), Tempat bermain (play ground), Ruang komunitas
(community open space), jalan hijau dan jalan taman (greenway and
parkways).
Merupakan bagian dari perkembangan sejarah ruang publik kota, plaza atau
3) Peringatan (Memorial)
penting bagi umat manusia atau masyarakat ditingkat lokal atau nasional.
Ruang publik tipe ini biasanya berbentuk tugu dan bentuk lainya yang
4) Pasar (Markets)
Pasar (markets) sebagai ruang terbuka atau ruang jalan yang dipergunakan
pelayanan pasar ini ada yang beberapa lingkup. Lingkup pelayanan pasar
budaya setempat. Waktu beraktifitas bervariasi ada yang buka pasarnya pagi
5) Jalan (Streets)
dan Rubeinstein. H (1992) tipe ini dibedakan menjadi Pedestrian Sisi Jalan
Transit), Jalur Lambat (Traffic Restricted Street) dan Gang Kecil Kota (Town
Trail).
tempat manusia (komunitas) berada (tanah, air, ruangan, udara, pohon, makhluk
hidup lainnya), yaitu untuk mengetahui tempat dan situasi dengan apa mereka
berhubungan sebab situasi yang berbeda mempunyai tata letak yang berbeda pula.
Dalam konteks ruang, seting dapat dibedakan atas seting fisik dan seting aktifitas.
1982):
1. Elemen fixed, merupakan elemen yang pada dasarnya tetap atau perubahannya
ukuran, lokasi, urutan dan susunan. Tetapi dalam suatu kasus fenomena,
43
2. Elemen semi fixed, merupakan elemen-elemen agak tetap tapi tetap berkisar
dari susunan dan tipe elemen, seperti elemen jalan, tanda iklan, etalase toko
tingkah laku atau perilaku yang ditujukan oleh manusia itu sendiri yang selalu
tidak tetap, seperti posisi tubuh dan postur tubuh serta gerak anggota tubuh,
dan dipengaruhi oleh tatanan (seting) fisik yang terdapat dalam ruang yang
dengan kepemilikan atau hak seseorang atau sekelompok orang atas suatu
tempat. Pola tingkah laku ini mencakup personalisasi dan pertahanan terhadap
6. Keamanan, menyangkut rasa aman terhadap berbagai gangguan yang ada baik
aktivitas yang terjadi dalam suatu ruang akan teridentifikasi pula sistem setingnya
memanfaatkan fungsi ruang publik di area monumen Ground Zero. Karena pada
teori seting ini dijelaskan mengenai suatu interaksi yang terjadi antara manusia
situasi yang berbeda mempunyai tata letak yang berbeda pula. Selain itu, pada
teori seting ini juga dijelaskan unsur-unsur yang harus dipenuhi karena ruang
utama dalam penulisan tesis ini adalah melihat fenomena pola perilaku wisatawan
Ground Zero. Dua hal inilah menjadi permasalahan utama yang terdapat dalam
penelitian ini. Fenomena pola perilaku wisatawan di penelitian ini adalah aktivitas
dan interaksi yang dilakukan wisatawan di area monumen, untuk mencari perilaku
dijadikan tempat parkir bersama. Fenomena perilaku penunjung yang akan diteliti
Zero.
kedua dan begitu pula pada rumusan masalah ketiga dapat dijawab dengan
mengetahui jawaban dari rumusan masalah pertama dan kedua, dapat dilihat dari
Diagram 2.2.
46
akhirnya didapatkan suatu temuan atau kesimpulan. Keempat teori tersebut adalah
teori perilaku, teori behavior setting, teori ruang publik dan teori seting.
pertama dan kedua, yaitu untuk memahami dan mengetahui aktivitas dan spot-
spot yang menjadi tempat berkumpul dari wisatawan, dalam hal ini yang
Zero. Teori kedua, yaitu teori behavior setting digunakan untuk mengetahui
Teori ruang publik dan teori seting yang digunakan untuk membantu peneliti
mancanegara dan domestik yang terjadi di area Monumen Ground Zero terhadap
Monumen Ground Zero. Dengan demikian, teori ini digunakan untuk dijadikan
Temuan