KOLOKIUM ARSITEKTUR
OLEH:
NAMA: MARGARETHA AMINDA POTE
NIM: 1906090035
PRODI ARSITEKTUR
FAKULTAS SAINS DAN TEKNIK
UNIVERSITAS NUSA CENDANA
2022
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Seni Rupa merupakan salah satu aliran seni yang sudah cukup berkembang di Kota
Kupang dan kota Kupang sudah banyak menghasilkan seniman-seniman mulai dari
seniman independent maupun seniman-seniman dari komunitas seni rupa seniman-seniman
muda yang berpotensi dalam mengembangkan seni rupa di kota Kupang menjadi lebih baik
pun cukup tinggi jika dilihat dari kegiatan , acara yang di lakukan secara individu maupun
berkelompok. Namun untuk memajukan potensi tersebut tidak hanya membutuhkan bakat
serta minat namun juga apresiasi dari masyarakat umum baik terhadap pelaku seni maupun
karya seni yang dihasilkan serta fasilitas yang dapat mewadahi kegiatan-kegiatan pelaku
seni di kota Kupang. Kondisi fasilitas khusus bagi pelaku seni di kota Kupang tidak
memadai sehingga para pelaku seni hanya mengandalkan fasilitas publik dan fasilitas
pribadi. Misalnya dalam melakukan kegiatan pameran, pelaku seni di kota Kupang
menyewa fasilitas publik, menggunakan area komunal , pagar tembok komersil, sampai
dengan halaman rumah pribadi .
kehidupan pelaku seni sering digadangkan dengan kehidupan yang liar , sendiri, bebas,
hidup hanya untuk seni yang mereka hasilkan . seniman jarang menawarkan kebutuhan dan
solusi , mereka hidup dengan karya tapi tidak bisa menawarkan karya mereka untuk hal-
hal yang dibutuhkan masyarakat. Seniman juga butuh memenuhi kebutuhan hidup mereka
dengan karya yang mereka hasilkan. Sehingga butuh wadah untuk memanajemen jasa dan
karya tersebut untuk lebih bisa di pakai di banyak bidang dan menambah apresiasi dan
dukungan dari masyarakat terhadap seni rupa itu sendiri..
Dengan perencanaan proyek yang berjudul Perencanaan dan Perancangan Rumah
kreasi Seni Rupa di Kota Kupang dalam kancah untuk tempat atau wadah para perupa untuk
dapat berkumpul, sharing, berbagi pengalaman, sarana untuk berkreasi,dll. keberadaan
sebuah Rumah Kreasi Seni Rupa pun dapat membuat masyarakat lokal ikut mengapresiasi
seni itu sendiri dengan keterlibatan langsung terhadap kegiatan seni yang dilakukan oleh
para pelaku seni . Hal ini merupakan salah satu faktor dalam meningkatkan apresiasi
masyarakat yang berdampak baik pada perkembangan seni rupa di kota Kupang.
Dengan tema arsitektur kontemporer akan di dapati desain bangunan yang sangat
ikonik. Melalui makro konsep ramah lingkungan, lalu digunakan mikro konsep pada
tatanan lahan, bentuk bangunan, dan ruang dalam.Dengan mikro konsep tatanan lahan
metamorfosa palet lukis agar di dapati desain sesuai konsep, mikro konsep bentuk
bangunan ikonik modern didapati untuk bentuk bangunan yang mudah di ingat masyarakat
seluruhnya, dan mikro konsep ruang dalam perencanaan natural dan nyaman agar di dapati
nuansa ruang dalam yang mampu memicu pola pikir kreatif dan memberikan ketenangan
pada pengguna fasilitas yang ada di dalam bangunan tersebut.
Perancangan ini menggunakan pendekatan yang sesuai dengan kriteria kebutuhan
seniman yang dibutuhkan, sehingga memiliki bentuk bangunan yang dinamis serta fasilitas
pendukung di dalam lingkungan sangat berguna untuk para seniman yang memanfaatkan
fasilitas di dalamnya, konsep perancangan lingkungan yang memiliki 1 bangunan sebagai
pusat perhatian . Dengan demikian adanya perencanaan Rumah Kreasi Seni Rupa ini
mampu untuk mendukung para seniman mampu berkarya semaksimal mungkin dan juga
memberikan peluang pekerjaan yang besar bagi seniman.
B. Metode Desain
1. Proses Desain/Diagram Pola Pikir Desain
2. Metode Desain
a. Metode Pengumpulan Data & Penelusuran Masalah
a) Jenis Data
1) Data Primer
2) Data Sekunder
1. Analisis perancangan
Analisis perancangan ada dua yaitu:
a) Analisis NonFisik
1) Jenis Kegiatan
Melakukan identifikasi mengenai jenis kegiatan berdasarkan
fungsi bangunan, dikarenakan perancangan ini adalah pusat komunitas
dimana terdapat banyak kegiatan dan pelaku yang berbeda-beda,
pengelompokan jenis kegiatan terlebih dahulu akan mempermudah dalam
menganalisis pelaku dan aktivitas dari pelaku. Data yang digunakan
adalah data sekunder hasil studi literatur dan studi banding, dengan
metode analisis yang digunakan adalah kualitatif.
2) Pelaku Kegiatan
Mengidentifikasi pelaku dari setiap kegiatan yang telah dianalisis.
Data yang digunakan adalah data sekunder hasil studi literatur dan studi
banding, dengan metode analisis yang dilakukan adalah kualitatif.
b. Analisis Fisik
1) Lokasi
Melakukan identifikasi dan analisis terhadap lokasi perancangan,
kemudian mencari berbagai alternative sebagai solusi dari masalah yang
didapat. Lokasi yang akan digunakan sebagai objek perancangan harus
sesuai dengan peruntukan lahan dan rencana tata ruang wilayah.
2) Tapak
Melakukan analisis mengenai data-data tapak seperti topografi
(terkait dengan jenis tanah dan elevasi/kontur), klimatologi (mengenai
iklim, arah angina, dll), vegetasi, akses ke lokasi, dll. Data diolah
menggunakan analisis deskriptif dan analisis dilakukan dengan metode
kualitatif.
2. Sintetis Perancangan
a. Sintesis non fisik/fungsi
1) Studi Kebutuhan Ruang
Melakukan studi mengenai jenis ruang yang dibutuhkan dalam
perancangan sesuai dengan jenis dan pelaku kegiatan yang sudah
dianalisis. Data diperoleh dari data sekunder hasil studi literatur dan studi
banding.
2) Pelaku Kegiatan
Mengidentifikasi pelaku dari setiap kegiatan yang telah dianalisis.
Data yang digunakan adalah data sekunder hasil studi literatur dan studi
banding, dengan metode analisis yang dilakukan adalah kualitatif.
b) Analisis Fisik
1) Lokasi
Melakukan identifikasi dan analisis terhadap lokasi perancangan,
kemudian mencari berbagai alternative sebagai solusi dari masalah yang
didapat. Lokasi yang akan digunakan sebagai objek perancangan harus
sesuai dengan peruntukan lahan dan rencana tata ruang wilayah.
2) Tapak
Melakukan analisis mengenai data-data tapak seperti topografi
(terkait dengan jenis tanah dan elevasi/kontur), klimatologi (mengenai
iklim, arah angina, dll), vegetasi, akses ke lokasi, dll. Data diolah
menggunakan analisis deskriptif dan analisis dilakukan dengan metode
kualitatif.
3. Sintetis Perancangan
a. Sintesis non fisik/fungsi
1) Studi Kebutuhan Ruang
Melakukan studi mengenai jenis ruang yang dibutuhkan dalam
perancangan sesuai dengan jenis dan pelaku kegiatan yang sudah
dianalisis. Data diperoleh dari data sekunder hasil studi literatur dan
studi banding.
b. Sintesis fisik
Sintesis fisik meliputi sintesis pada tapak dan objek perancangan.
a. Konsep Dasar
Memuat tentang penggambaran umum perancangan, meliputi
penjelasan apa yang akan dirancang, sampai pada penggambaran bentuk
dasar dari objek rancangan.
b. Konsep prancangan
Konsep perancangan merupakan turunan dari konsep dasar. Memuat
tentang hasil olahan data berdasarkan analisis yang paling sesuai dengan
objek rancangan dan pendekatan. Berdasarkan hasil analisis antara lain,
konsep tapak, konsep kontur, konsep zonasi, konsep kebisingan, konsep
penghawaan dan pencahayaan, konsep view, konsep pencapaian, konsep
utilitas, konsep sirkulasi, konsep hubungan ruang dan konsep bentuk.
c. Pra prancangan
Dalam pra rancangan output yang dihasilkan berupa skematik desain.
d. Rancangan
Merupakan tahapan akhir dari penyusunan penulisan dan kemudian
akan berlanjut pada pengkajian hasil penulisan konsep yang dibuat dalam
bentuk gambar perancangan. Tahap ini memiliki beberapa bagian antara
lain:
1) Gambar Kerja
Merupakan proses menggambar semua yang telah dikonsepkan
sebelumnya. Gambar yang dihasilkan dalam tahap ini adalah gambar 2
Dimensi antara lain, site plan, denah, tampak, potongan, blok plan, lay
out, rencana-rencana dan detail gambar.
2) Gambar 3 Dimensi
Merupakan proses lanjutan dari gambar kerja. Dalam tahap ini semua
gambar kerja dibuat pemodelan dalam bentuk 3D yang memuat seluruh
konsep rancangan.
3) Banner
Merupakan tahap akhir dari rancangan. Dalam tahap ini, gambar
kemudian diolah menggunakan aplikasi editor seperti Adhop
Photoshop dan Illustrator, sebelum akhirnya di cetak.
BAB II PRA DESAIN
A. Tinjauan Pustaka
Judul dari penelitian ini adalah “Perancangan Rumah Kreasi Seni Rupa di Kota
Kupang dengan Pendekatan Arsitektur kontemporer” . Perancangan rumah Kreasi
Seni Rupa di Kota Kupang ini menggunakan pendekatan Arsitektur kontemporer yang
mengikuti perkembangan zaman, dan menerapkan kombinasi dari beberapa pendekatan
sehingga bangunan memiliki bentuk yang dinamis , konsep ramah lingkungan dan konsep
metamorfosa dari palet lukis sehingga memicu imajinasi para seniman untuk berpikir lebih
kreatif.
Menurut John W, 1997 dalam Lutfi Hutama, perancangan adalah usulan pokok
yang mengubah sesuatu yang sudah ada menjadi sesuatu yang lebih baik, melalui tiga
proses: mengidentifikasi masalah-masalah, mengidentifikasi metode untuk pemecahan
masalah, dan pelaksanaan pemecahan masalah. Dengan kata lain adalah pemograman,
penyusunan rancangan, dan pelaksanaan rancangan. (John Wade, 1997)
Secara harafiah rumah kreasi Seni rupa merupakan rumah bagi para pelaku seni
rupa untuk berkreasi. ‘Rumah’ sendiri dalam kamus besar bahasa Indonesia memiliki arti
yaitu bangunan untuk tempat tinggal, ‘Kreasi’ dalam kamus besar bahasa Indonesia
memiliki arti hasil daya cipta dan ciptaan buah pikiran atau kecerdasan akal manusia,
sedangkan ‘Seni Rupa’ adalah cabang seni yang diungkapkan dan diciptakan melalui media
rupa (visual) yang tentunya dapat dilihat oleh mata dan biasanya dapat pula dirasakan
melalui rabaan.
Arsitektur kontemporer merupakan arsitektur abad ke-21 dan dikerjakan sesuai
dengan tren masa kini. Arsitektur kontemporer umumnya dikerjakan dengan gaya yang
berbeda-beda dan tidak ada satu gaya yang dominan. Jenis arsitektur yang satu ini juga
banyak mengadaptasi teknologi canggih dan bahan-bahan bangunan modern.Gaya
arsitektur kontemporer akan selalu berubah dan tidak mengikuti gaya arsitektur
konvensional, meski lama kelamaan gaya ini akan menjadi gaya arsitektur konvensional
juga. Untuk itulah gaya arsitektur yang satu ini bersifat dinamis.
Berdasarkan pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa “Perancangan Rumah
Kreasi Seni Rupa di Kota Kupang dengan Pendekatan Arsitektur kontemporer”
merupakan perancangan rumah bagi para seniman untuk berkarya dan saling terhubung
dengan pendekatan kontemporer yang mengikuti perkembangan zaman sehingga memicu
imajinasi para seniman untuk berpikir kreatif.
1) Titik
Titik merupakan unsur seni rupa yang paling sederhana. Unsur titik akan tampak
berarti apabila jumlahnya cukup banyak, sehingga gabungan dari banyak titik ini
akan membentuk sebuah garis. Unsur terkecil dari suatu karya, titik digunakan
untuk menciptakan unsur lain dengan cara menderetkannya menjadi suatu garis.
Namun titik juga dapat digunakan apa adanya tanpa garis seperti bagaimana karya
pointilis yang hanya menggunakan titik yang diatur kerapatannya untuk membuat
suatu gambar.
Garis dalam unsur seni rupa merupakan salah satu unsur dasar yang sangat
penting sebagai media ungkap yang efektif dan efisien sebagai bentuk pengucap
isi dan perasaan manusia serta memberikan gerak/ritme dan menciptakan kotur.
Dengan adanya satu garis maka karya seni dapat terwujud. Kaitannya dengan seni
lukis, Sunaryo (2002: 7) menjelaskan beberapa pengertian tentang garis; pertama,
garis merupakan tanda yang memanjang dan membekas pada suatu permukaan;
kedua, garis merupakan suatu bidang atau permukaan, bentuk dan warna.
Menurut Van Stepat (dalam Taufik 2007: 17) garis berhubungan dengan
perasaan hati, sebagai contoh ketika kita berada di dalam atau saat mencipta garis,
maka terasa oleh kita adalah garis yang berbeda-beda kesannya. Dalam suatu
desain khusus, garis ditimbulkan karena adanya warna, garis cahaya, bentuk, pola,
tekstur, dan ruang (garis ini sebagai pembatas ruang).
Sebagai unsur visual, garis memiliki arti sebagai tanda memanjang yang
membekas pada permukaan, seperti kapur pada papan tulis dan tarikan pena pada
selembar kertas. Dengan beberapa pengertian di atas penulis dapat menarik
kesimpulan bahwa garis memiliki dimensi memanjang dan mempunyai arah.
Maka dapat pula ditarik kesimpulan bahwa garis dapat dibedakan berdasarkan
sifatnya:
4) Warna ( colour)
Warna ialah kualitas rupa yang dapat membedakan kedua obyek atau bentuk
yang identik raut, ukuran, dan nilai gelap terangnya. Warna sangatlah ditentukan
dengan pancaran cahaya, warna benda-benda yang kita lihat sesungguhnya adalah
pantulan dari cahaya yang menimpanya, karena warna merupakan unsur cahaya.
Warna yang bersumber dari cahaya disebut warna aditif. Contohnya adalah warna
yang dipancarkan oleh televisi dan sign lamp. Sedangkan warna-warna pada
benda dedaunan, tekstil, lukisan atau cat termasuk warna pigmen, yakni butir-butir
halus bahan warna. Warna-warna pigmen disebut warna subtraktif. Warna
subtraktif ada yang bersifat bening (transparent) dan buram atau kedap (opaque),
atau semu bening (semi transparent).
Herman Von Helmholtz dan James Clerk Maxwell pada sekitar tahun 1790
mengemukakan teori warna pertama kali yang didasarkan pada teori warna
cahaya. Warna-warna pokok warna cahaya adalah merah, hijau, dan biru. Warna-
warna pokok disebut warna primer, yakni warna yang bebas dari unsur lain. Hasil
percampurannya disebut warna sekunder yakni warna kedua, dan warna tersier
yakni warna ketiga sebagai hasil percampuran yang mengandung ketiga warna
pokok (Rakhman, 2013: 25-26). Warna yang digunakan penulis dalam karya
lukisnya kebanyakan adalah warna komplementer, yakni warna yang berlawanan
pada lingkaran warna. Ditujukan untuk memberi kesan tegas pada subyek yang
dilukis penulis.
6) Tekstur ( Texture)
Tekstur atau barik merupakan nilai atau sifat permukaan suatu benda, sifat
permukaan benda itu bisa halus, kasap, polos, licin, mengkilap, lunak, keras, dan
sebagainya (Sunaryo 2002: 17). Menurut Sanyoto (2009: 120) tekstur adalah nilai
atau ciri khas suatu permukaan atau raut. Jadi Tekstur adalah nilai atau ciri khas
suatu permukaan yang bisa terasa halus, kasar, licin, dan sebagainya.
Kesan tekstur dapat dicerap melalui indera penglihatan maupun indera
peraba. Oleh karena itu, tekstur dibedakan menjadi tekstur nyata dan tekstur semu.
Tekstur nyata (aktual) menunjukkan adanya kesamaan kesan yang diperoleh dari
hasil penglihatan maupun rabaan. Sedangkan pada tekstur semu (ilusi) tidak
diperoleh kesan yang sama antara hasil penglihatan dan rabaan. Misalnya pelepah
pisang memiliki tekstur yang kasar, tetapi juga ada bagian yang bertekstur halus.
Gambar 2. 7 Unsur Seni Rupa "Texture"
Sumber : www.senibudayaku.com
7) Ruang ( Space)
Unsur rupa ruang lebih mudah dapat dirasakan dari pada dilihat. Kita
bergerak, berpindah, dan berputar dalam ruang. Setiap sosok bentuk menempati
ruang. Jadi ruang adalah unsur atau daerah yang mengelilingi sosok bentuknya.
Ruang sesungguhnya tak terbatas, dapat kosong, sebagian terisi, atau dapat pula
penuh padat terisi. Bentuk dan ukuran ruang baru dapat disadari dan dikenali
justru setelah ada sosok atau bentuk yang mengisinya atau terdapat unsur yang
melingkupinya.
Gambar 2. 8 Unsur Seni Rupa "Ruang"
Sumber : www.yuksinau.id
Dalam karya dwimarta atau bentuk dua dimensi, ruang bersifat maya,
karena itu disebut ruang maya. Ruang maya dapat bersifat pipih, datar, dan rata,
atau seolah jeluk, berkesan trimatra, terdapat kesan jauh dan dekat, yang lazim
disebut kedalaman (depth). Kedalaman merupakan ruang ilusif, bukan ruang
nyata, sebagaimana ruang yang kita rasakan dalam cermin. Ruang nyata dapat
ditempati benda dan bersifat trimatra.
Kesan kedalaman ruang dapat dicapai melalui berbagai cara, antara lain
a. melalui penggambaran gempal
b. penggunaan perspektif
c. peralihan warna, gelap terang, dan tekstur
d. pergantian ukuran
e. penggambaran bidang bertindih
f. pergantian tampak bidang
g. perlengkungan atau pembelokan bidang
h. penambahan bayang-bayang (Sunaryo, 2002: 22).
Unsur ruang pada lukisan ini terdapat pada setiap subjek utama lukisan yang
berkesan volume. Kesan ruang dalam lukisan didapatkan dari peralihan warna,
efek perspektif, overlay atau tumpang tindih antara subyek lukisan serta gelap
terang.
1) Irama (rhytm)
2) Komposisi
Prinsip komposisi berupa penyusunan dari beberapa unsur karya seni rupa
agar tersusun sebuah seni yang teratur, serasi, dan juga menarik. Pada dasarnya,
seni akan menjadi indah dengan prinsip ini terutama karena adanya unsur yang
terhubung menjadi lebih estetis.Terdapat tiga kelompok prinsip komposisi antara
lain pola simetri, pola asimetri, dan juga pola bebas.
3) Kontras
Gambar 2. 11 Prinsip Seni Rupa "Kontras"
Sumber : www.haloedukasi.com
4) Gradasi
Unsur yang ke tujuh adalah gradasi. Gradasi tersusun atas dua hingga lebih
unsur warna yang memiliki tingkatan misalnya saja dari terang ke gelap, begitu
juga sebaliknya.Prinsip ini biasanya diterapkan dalam pembuatan lukisan,
terutama dengan konsep naturalisme. Pasalnya, penggunaan gradasi dapat
membuat sebuah karya seni rupa menjadi lebih hidup kelihatannya.
5) Keseimbangan (Balance)
7) Kesatuan (unity)
2 dimensi atau biasa disingkat 2D atau bidang, adalah bentuk dari benda
yang memiliki panjang dan lebar. Istilah ini biasanya digunakan dalam bidang
seni, animasi, komputer dan matematika.Seni rupa 2 dimensi (dwimatra) adalah
seni rupa yang memiliki panjang dan lebar , namun tidak memiliki volume.
Biasanya berupa gambar dan ukiran, serta hanya dapat dinikmati dari satu sisi
(depan).Contoh : poster, lukisan, photo dan lain-lain
b) 3 Dimensi
3 dimensi atau biasa disingkat 3D atau disebut ruang, adalah bentuk dari
benda yang memiliki panjang, lebar, dan tinggi. Istilah ini biasanya digunakan
dalam bidang seni, animasi, komputer dan matematika.Seni rupa 3 dimensi
(trimatra) adalah seni rupa yang memiliki panjang, lebar dan tinggi, (volume)
dan dapat dinikmati dari segala sisi.Contoh: patung, monument, tugu dan lain-
lain.
Seni rupa itu sendiri terdapat 3 lingkup pembagian menurut pengembanganya,
yaitu:
b) Seni grafis
Seni grafis adalah cabang seni rupa yang proses pembuatan karyanya
menggunakan teknik cetak, biasanya di atas kertas. Kecuali pada teknik
Monotype, prosesnya mampu menciptakan salinan karya yang sama
dalam jumlah banyak, ini yang disebut dengan proses cetak. Tiap salinan
karya dikenal sebagai 'impression'. Lukisan atau drawing, di sisi lain,
menciptakan karya seni orisinil yang unik. Cetakan diciptakan dari
permukaan sebuah bahan , secara teknis disebut dengan matrix. Matrix
yang umum digunakan adalah: plat logam, biasanya tembaga atau seng
untuk engraving atau etsa; batu digunakan untuk litografi; papan kayu
untuk woodcut/cukil kayu. Masih banyak lagi bahan lain yang digunakan
dalam karya seni ini. Tiap-tiap hasil cetakan biasanya dianggap sebagai
karya seni orisinil, bukan sebuah salinan. Karya-karya yang dicetak dari
sebuah plat menciptakan sebuah edisi, di masa seni rupa modern masing-
masing karya ditandatangani dan diberi nomor untuk menandai bahwa
karya tersebut adalah edisi terbatas.
Seni patung adalah cabang seni rupa yang hasil karyanya berwujud tiga
dimensi. Biasanya diciptakan dengan cara memahat, modeling (misalnya
dengan bahan tanah liat) atau kasting (dengan cetakan).
c) Seni instalasi
Seni instalasi (installation = pemasangan) adalah seni yang memasang,
menyatukan, dan mengkontruksi sejumlah benda yang dianggap bisa
merujuk pada suatu konteks kesadaran makna tertentu. Biasanya makna
dalam persoalan-persoalan sosial-politik dan hal lain yang bersifat
kontemporer diangkat dalam konsep seni instalasi ini.Seni instalasi dalam
konteks visual merupakan perupaan yang menyajikan visual tiga
dimensional yang memperhitungkan elemen-elemen ruang, waktu, suara,
cahaya, gerak dan interaksi spektator (pengunjung pameran) sebagai
konsepsi akhir dari olah rupa.
d) Seni pertunjukan
Seni pertunjukan (Bahasa Inggris: performance art) adalah karya seni
yang melibatkan aksi individu atau kelompok di tempat dan waktu
tertentu. performance biasanya melibatkan empat unsur: waktu, ruang,
tubuh si seniman dan hubungan seniman dengan penonton.
Meskipun seni performance bisa juga dikatakan termasuk di dalamnya
kegiatan-kegiatan seni mainstream seperti teater, tari, musik dan sirkus,
tapi biasanya kegiatan-kegiatan seni tersebut pada umumnya lebih
dikenal dengan istilah 'seni pertunjukan' (performing arts). Seni
performance adalah istilah yang biasanya mengacu pada seni konseptual
atau avant garde yang tumbuh dari seni rupa dan kini mulai beralih ke
arah seni kontemporer.
e) Seni keramik
Seni Keramik adalah cabang seni rupa yang mengolah material keramik
untuk membuat karya seni dari yang bersifat tradisional sampai
kontemporer. Selain itu dibedakan pula kegiatan kriya keramik
berdasarkan prinsip fungsionalitas dan produksinya.
f) Seni fotografi
2) Desain
a) Arsitektur
Arsitektur adalah seni dan ilmu dalam merancang bangunan. Dalam artian
yang lebih luas, arsitektur mencakup merancang dan membangun
keseluruhan lingkungan binaan, mulai dari level makro yaitu perencanaan
kota, perancangan perkotaan, arsitektur lansekap, hingga ke level mikro
yaitu desain bangunan, desain perabot dan desain produk. Arsitektur juga
merujuk kepada hasil-hasil proses perancangan tersebut.
b) Desain grafis
Desain grafis adalah suatu bentuk komunikasi visual yang menggunakan
gambar untuk menyampaikan informasi atau pesan seefektif mungkin.
Dalam disain grafis, teks juga dianggap gambar karena merupakan hasil
abstraksi simbol-simbol yang bisa dibunyikan. disain grafis diterapkan
dalam disain komunikasi dan fine art. Seperti jenis disain lainnya, disain
grafis dapat merujuk kepada proses pembuatan, metoda merancang, produk
yang dihasilkan (rancangan), atau pun disiplin ilmu yang digunakan
(disain).
3) Kriya
a. Kriya tekstil
b. Kriya kayu
c. Kriya keramik
d. Kriya rotan
2. Seni Patung
Adalah benda tiga dimensi karya manusia yang diakui secara khusus sebagai suatu
karya seni. Orang yang menciptakan patung disebut pematung. Tujuan penciptaan
patung adalah untuk menghasilkan karya seni yang dapat bertahan selama mungkin.
Karenanya, patung biasanya dibuat dengan menggunakan bahan yang tahan lama
dan sering kali mahal, terutama dari perunggu dan batu seperti marmer , kapur , dan
granit. Kadang, walaupun sangat jarang, digunakan pula bahan berharga seperti
emas, perak, jade, dan gading. Bahan yang lebih umum dan tidak terlalu mahal
digunakan untuk tujuan yang lebih luar , termasuk kayu , keramik dan logam.
Dimasa lalu patung dijadikan sebagai berhala , simbol Tuhan atau dewa yang
disembah. Tapi seiring dengan makin rasionalnya cara berpikir manusia , maka
patung tidak lagi dijadikan berhala melainkan hanya sebagai karya seni belaka.
Fenomena pemberhalaan patung ini terjadi pada agama-agama atau kepercayaan-
kepercayaan yang politheisme seperti terjadi di arab sebelum munculnya agama
samawi. Lihat juga arca. Mungkin juga dalam Hindu kuno di India dan Nusantara,
dalam agama Buddha di Asia, Konghucu, kepercayaan bangsa Mesir kuno dan
bangsa Yunani kuno.
3) Restrooms
Toilet umum ini harus bisa diakses dari lobi. Toilet ini pun harus dapat
melayani fasilitas lainnya yang terdapata pada museum/galeri,
termasuk fasilitas tambahan seperti auditorium, ruang teater, toko
cinderamata, dan kantin. Untuk kenyamanan, fasilitas toilet lainnya
mungkin diletakkan pada lantai atas, namun pengairan dapat
memberikan kerusakan yang disebabkan oleh air tersebut ke koleksi
pada pameran atau tempat penyimpanan.
4) Standar temperature
Beberapa museum/galeri memperbolehkan transisi yang lambat utnuk temperatur
dan pengaturan titik kelembababn.museum/galeri koleksi biasanya lebih mentolerir
untuk variasi temperatur daripada variasi RH. Bagaimanapun juga, RH adalah
temperatur ekstrim yang sensitif dan karenanya temperatur haruslah diseting lebih
dari konstan daripada RH— sehingga RH dapat diatur dengan jarak yang sangat
rendah (2 persen) dari titik pengaturan pada desain. Hal ini sangat jelas dari literatur,
dimana temperatur rendah lebih baik untuk koleksi yang dikonservasikan.
Walaupan masyarakat lebih merasa nyaman pada tingkatan 22 sampai 24°C. 20
sampai 21°C adalah jarak yang biasanya direkomendasikan untuk ruang pameran
yang digunakan untuk umum. Titik pengaturan A ada pada jarak 15 sampai 20°C
direkomendasikan bagi ruang penyimpanan koleksi.
6) Tatanan Sistem HV AC
7) Struktur
8) Exterior
Material untuk eksterior harusnya dipilih dengan keawetan dan penampilan
yang sesuai dengan museum/galeri. Dinding eksterior dan atap harus sesuai dengan
standart dari konservasi tenaga.
Konstruksi dinding dan atap harus menghindari dari menjembatani panas termal.
Pelindung berkelanjutan dari uap air sangat dibutuhkan oleh dinding eksterior, atap,
dan lantai terbawah.
Jendela dan skylights harus dapat mengurangi sinar ultraviolet dan sinar
infrared dari cahaya matahari di luar. Penghalang cahaya yang tidak baik juga harus
terdapat pada museum/galeri atau mekanisme yang dapat menyinari museum/galeri
dengan pencahayaan alami yang baik di setiap ruangan. Jendela yang dapat
dikendalikan harus terdapat dan dapt digunakan. Area yang tidak menampilkan
karya pameran harus memiliki cahaya alami yang melimpah.
11) Akustika
Koridor mengapit ruang seni yang ditunjukkan pada Gambar 101 yang berkembang
sebagai unit inti interior terkait dengan ruang kelas tipikal di sepanjang koridor. Kaca
di atas meja kerja memungkinkan kegiatan kreatif terlihat dari koridor, menampilkan
pusat minat yang menarik.
a. Ruang Visual Arts membutuhkan tempat penyimpanan barang yang strategis
sehingga mampuh mengakomodasikan setiap teknik pekerjaan dan kebutuhan
seni yang berbeda-beda seperti melukis, plastisin dan menggambar, ( fotografi
dan media )
b. Permukaan kerja seperti kounter dan meja yang besar adalah kebutuhan belajar
seni bersama.
c. Tempat penyimpanan lemari sebanyak-banyaknya. Lemari barang tajam harus
dijauhkan dari anak-anak. Dinding dan bawah meja kounter sebagai tempat
lemari.
d. Dinding atau drying rack untuk tempat penamilan karya.
e. Didalam ruang seni sangat umum untuk mempunyai tempat wastafel persegi di
meja counter .
f. Ruang seni harus memiliki setidaknya 5.1m2 luas ruang kerja untuk setiap
murid.
g. Harus memiliki jendela dan akses ke kebun atau keluar.
h. Jalur sirkulasi ke ruang menjadi tempat untuk tampilan karya seni
i. Area basah harus memakai lantai granit, memiliki saluran air dan tempat tungku
pembakaran dan penjemuran. Satu tungku bakar untuk setiap dua ruang seni.
d) Fasilitas Penunjang
1) Ruang serbaguna : Tempat Pertemuan dan Kafetaria
Ruang serbaguna didesain untuk dua atau lebih kegiatan kelompok yang
menggunakan area yang luas. Tempat pertemuan dan kafeteria merupakan
kombinasi ruangan yang sering digunakan.
Tempat tersebut harus memiliki :
a. Suasana yang menyenangkan untuk makan dan berkumpul/ berupacara.
b. Dilengkapi dengan furnitur, kursi dan meja lipat yang dap at dengan cepat
dipindah ke tempat penyimpanan atau gudang di dekatnya.
c. Memiliki panggung, tirai panggung, latar belakang panggung dan lampu
panggung.
d. Arus sirkulasi harus lancar, mengkurangi sirkulasi bersilang.
2) Bangunan
Bangunan Rumah Seni Cemeti ini bergaya arsitektur vernakular. Hal ini
bangunan tradisional jawa. Dari ruang penerima ini pengunjung digiring
menuju ke ruang pamer melewati sebuah ruang selasar dengan salah satu sisi
yang terbuka. Terdapat sebuah tanaman hijau kecil berukuran kurang lebih 25
m2 pada sebelah sisi yang terbuka pada selasar. Di sisi sebelah kanan terdapat
ruang penunjang berupa lavatory dan pantry serta stockroom.
Terdapat ceruk dinding yang berisi display buku dokumentasi seniman dan
kegiatan yang dilakukan oleh Rumah Seni Cemeti yang berada di sisi kanan dan
kiri pitu stockroom. Ruang Pamer berukuran 105 m2 dengan konsep ruang yang
semi terbuka yang salah satunya menghadap selasar yang menghubungkannya
ke ruang lobby penerima. Ruang pamer dilengkapi dengan sistem pencahayaan
alami dari bukaan atap dan system pencahayaan artifisial dari lampu sorot. Selain
itu juga terdapat suplay listrik dari stop-kontak untuk suplay listrik karya seni
instalasi yang membutuhkan listrik sebagai energi penggerak mekanik atau pada
Kasusus video art Finishing dinding ruang pamer menggunakan warna putih
netral tanpa ornamentasi.
Plafond dibiarkan tanpa finishing untuk pencahayaan alami yang merata pada
seluruh ruang pamer. Sedangkan finishing lantai dari ubin dengan warna krem
merata dari ruang penerima hingga ruang pamer.
Berikut ini tabel aktivitas dan fasilitas yang ada di Rumah Seni Cemeti :
Tabel 2.1 Aktivitas Dan Fasilitas
No Aktifitas Fasilitas
Pameran/eksebisi Ruang pamer temporer
1 12mx14m dengan
kapasitas 150 orang
2 Perawatan karya seni Stockroom
meliputi :
a. penyimpanan
b. konservasi dan
penjualan
3 Eksperimen Studio konsep dan
homestay seniman
4 Kegiatan pengelolaan Ruang pengelola
1) Lokasi
Selasar Sunaryo terletak di propinsi Jawa Barat tepatnya di Daerah
tingkat II Bandung, Kecamatan Lembang. Letaknya sendiri berada
di kawasan perbukitan alami di jl. Bukit Pakar Timur, Dago,
Bandung.
2) Bangunan
keterangan :
Wing Space
Kopi Selasar
Central Space
Cinderamata Selasar
Audio Visual Space
Amphitheatre
I. Bale Handap
J. Bamboo House
(sumber :
www.SelasarSunaryo
.net)
Jika gaya arsitektur pada umumnya mengambil pola garis lurus, maka dalam
arsitektur kontemporer, terutama pada bagian eksterior, justru lebih sering
menggunakan garis melengkung. Namun, tidak sedikit yang akhirnya memilih
untuk mengombinasikan antara garis lurus dan lengkung, ke dalam bagian
arsitektur agar terlihat menarik.
Karena penggunaan garis lengkung yang dominan, tampilan gaya ini terlihat
sangat dinamis dan mengalir secara visual. Arsitektur kontemporer
memungkinkan terciptanya komposisi ruang yang berbeda dari umumnya
berbidang datar.Ruangan dibiarkan terbuka dan terlihat lapang dengan sekat-
sekat yang minimal.
4) Material Anti-Mainstream
Gambar 2. 28 Ruang Interior
Sumber : www.PropertyGuru.com
Bahan-bahan yang digunakan dalam bangunan seperti kaca dan logam lebih
sering ditemukan dalam bangunan arsitektur kontemporer, terutama pada
bagian atap dan dinding.
Material kaca ini juga mampu menciptakan kesan transparan dan
keterbukaan, sangat sesuai dengan konsep kehidupan saat ini. Jenis material
yang dikategorikan baru di sini adalah material yang terbuat dari teknologi
mutakhir, berbahan ramah lingkungan serta berkelanjutan.
Unsur material kaca yang mendominasi membuat sistem bukaan yang lebar
pada bangunan. Selain dipasang di posisi yang unik, ukuran jendela yang besar
Hal ini memaksimalkan sistem pencahayaan alami serta sirkulasi udara sebagai
langkah efisiensi energi.
7) Animated Architecture
Keterangan :
1. Lobby
2. Ruang souvenir
3. Ruang rapat
4. Toilet wanita
5. Toilet pria
a. Ruang audio visual
Gambar 2. 33 Ruang Utama Museum Tsunami Aceh
Sumber : /docplayer.info/71606708-Makna-arsitektur-teori-
b. Ruang pamer temporer
estetika-dan-perilaku.html c. Ruang pamer tetap
d. Exit
1) Ruang Renungan
2) Memorial Hill
3) Ruang “The Light of God”
4) Lorong Cerobong
5) Jembatan Harapan
6) Ruang Multimedia
7) Ruang Geologi, Perpustakaan, Souvenir
8) Ruang Penyelamatan
Berikut ini merupakan bangunan Museum Tsunami Aceh yang dikaji berdasarkan
7 prinsip arsitektur kontemporer menurut Egon Schirmbeck, diantaranya sebagai berikut :
Tabel 2.3 Arsitektur Kontemporer Bangunan Museum Tsunami Aceh
Bangunan berdiri
dengan kokoh dan
1 Bangunan kokoh menyerupai bentuk
kapal
Pada lanskap
mengoptimalkan
penghijauan dengan
menanam vegetasi secara
tertata untuk memberikan
Eksplorasi elemen penegasan terhadap site.
7 lansekap Menata perkerasan pada
site dengan pola yang
menarik
Bentuk dan penempatan tampaknya yang acak dengan abstraksi dari pola yang diciptakan
dari aktivitas Kaum Yahudi yang tak memiliki arah dan tujuan hidup, kemudian gambaran
tersebut diproyeksikan ke bangunan sehingga menciptakan garis-garis yang terkesan tidak
beraturan (Hermanto 2013).
Dari kedua sumber tersebut, dapat disimpulkan bahwa Arsitek Jewish Museum Berlin yaitu
Daniel Libeskind memiliki ekspresi dan imajinasi tersendiri dalam desain museum
tersebut. Tidak sekadar menggubah sebuah bentuk massa bangunan, namun juga mengisi
sebuah makna dan cerita ke dalam ide dan rancangannya. Perspektif keseluruhan bentuk
bangunan museum dapat dilihat pada gambar
Fragmentasi bentuk diperlihatkan secara jelas pada Jewish Museum Berlin, karya
Libeskind. Unsur paling jelas dari eksterior bangunan adalah Bintang Daud yang terfragmentasi
dari mana rencana itu berasal. Libeskind menyatakan, “Satu adalah garis lurus, tetapi dipecah
menjadi banyak fragmen, yang lain adalah garis berliku-liku, tetapi terus tanpa batas”. Tema
fragmentasi dapat dilihat dalam keseluruhan garis “berliku-liku” dari rencana tersebut, tetapi
juga di penempatan jendela. Fragmentasi bangunan jelas di jendela bergerigi dan balok saling
silang di atas ruang tampilan (Ashadi 2019).
Keseluruhan komposisi bangunan adalah Bintang Daud yang terdistorsi, dengan
kekosongan “lurus” yang menjalar di sepanjang bangunan. Berat dengan simbolisme dan
metafora, bangunan ini menggunakan fragmentasi, kekosongan, dan disorientasi untuk
mencerminkan tiga aspek sejarah Yahudi yang disebutkan di atas. (Ashadi 2019). Denah dan
tata ruang bangunan museum dapat dilihat pada gambar
Meskipun muncul sebagai bangunan yang terpisah, bangunan tersebut tidak memiliki
pintu masuk formal ke dalam gedung. Untuk memasukinya, seseorang harus masuk dari
Baroque Museum (bangunan museum pertama) dari koridor bawah tanah. Pengunjung harus
dapat bertahan dari kecemasan, kesunyian dan kehilangan arah sebelum tiba pada
persimpangan tiga rute. Tiga rute tersebut hadir untuk menyaksikan pengalaman orang-orang
Yahudi dahulu melalui perjalanan panjang sejarah Jerman, salahsatunya Holocaust.
Libeskind menciptakan tempat pejalan kaki untuk mengikuti bentuk zig-zag bagi
pengunjung untuk yang berjalan melewati dan merasakan pengalaman dari ruang dalam
(Pavka 2010). Interior bangunan museum dapat dilihat pada gambar
Gambar 2. 36 Interior Museum
Sumber : https://www.archdaily.com/91273/ad- classics-jewish-museum-berlin-daniel-libeskind
Dari luar bangunan, interiornya tampak seolah-olah mirip dengan perimeter luar.
Namun, ruang interior sangatlah kompleks. Libeskind memformulasikan promenade pejalan
kaki melalui galeri, ruang kosong, dan ruang buntu. Bagian dalam terdiri dari komposisi
beton yang memperkuat kehampaan ruang dan jalan buntu. Hal tersebut akan
memperlihatkan hanya ada sebuah cahaya abu-abu yang seakan memasuki ruang.
Pengalaman tersebutlah yang dihadirkan Libeskind sebagai makna dari momen mengerikan
dan kegelapan saat Perang Dunia 2 yang membuat kita tidak punya harapan dan tidak bisa
melarikan diri (Pavka 2010). Konsep interior bangunan museum tergambar pada suasana
ruang yang dapat dilihat pada gambar
Gambar 2. 37 Konsep Interior Museum
Sumber : https://www.archdaily.com/91273/ad- classics-jewish-museum-berlin-daniel-libeskind
3. Data
a. Deskripsi Umum Proyek (Fasilitas, lokasi proyek, dll)
a) Lokasi perancangan
Lokasi perencanaan dan perancangan galeri seni budaya Nusa Tenggara Timur berada
pada Kota Kupang yang mana merupakan ibukota dari Provinsi Nusa Tenggara Timur.
Kota Kupang terletak di pesisir teluk Kupang, bagian barat laut pulau Timor dengan
luas 180,27 km. daerah ini terbagi menjadi 6 kecamatan dan 51 kelurahan.
b) Tapak Perancangan
1) Tapak Perancangan.
Bangunan yang akan dibuat merupakan bangunan yang memiliki fungsi sebagai
tempat untuk rekreasi dan edukasi Seni rupa serta rumah bagi para seniman
untuk berkarya, Lokasi Tapak yang dipakai pada perancangan Rumah Kreasi
seni Rupa ini Yaitu :
a. Jl. RA Kartini
Tapak ini merupakan tapak yang berada di JL. RA kartini , Kelurahan
Kelapa Lima, Kecamatan Kelapa Lima, Kabupaten Kota Kupang. Tapak
merupakan lahan kosong dengan luasan 6.576,29 m².
b. Pembagian Wilayah
1. sebagian Kecamatan Kota Lama sebagian Kecamatan Oebobo, sebagian
Kecamatan Alak dan sebagian Kecamatan Maulafa dengan Pusat BWK
terletak di Kelurahan Naikoten I;
2. BWK II meliputi sebagian Kecamatan Kelapa Lima dan sebagian
Kecamatan Oebobo dan sebagian Kecamatan Kota Lama dengan Pusat
BWK terletak di sekitar kawasan Pasar Oebobo Kelurahan Fatululi;
3. BWK III meliputi sebagian Kecamatan Kelapa Lima, sebagian Kecamatan
Maulafa dan sebagian wilayah Kelurahan Liliba di Kecamatan Oebobo
dengan Pusat BWK terletak di Pertigaan Kelurahan Oesapa dan Oesapa
Barat (Bundaran Undana);
4. BWK IV meliputi sebagian Kecamatan Alak dan sebagian kecil
Kecamatan Maulafa dengan Pusat BWK terletak di Kelurahan Alak;
5. BWK V meliputi sebagian Kecamatan Maulafa serta sebagian Kelurahan
Liliba dan Kelurahan Oebufu Kecamatan Oebobo dengan Pusat BWK di
Kelurahan Kolhua;
6. BWK VI meliputi Kelurahan Naioni Kecamatan Alak dan Kelurahan
Fatukoa Kecamatan Maulafa dengan Pusat BWK terletak di Kelurahan
Naioni; dan
7. BWK VII meliputi sebagian Kelurahan Sikumana, sebagian Kelurahan
Bello, dan sebagian Kelurahan Kolhua di Kecamatan Maulafa dan
sebagian Kecamatan Alak dengan Pusat BWK terletak di Kelurahan Bello.
2) Peraturan-Peraturan Bangunan
Peraturan peraturan bangunan merupakan sebuah acuan dalam penataaan
dan pembangunan sebuah kota sesuai dengan rencana dan prospek kota tersebut di
masa yang akan datang khususnya Kota Kupang. peraturan peraturan tersebut
terdapat pada Perda 42 Kota Kupang nomor 11 tahun 2011 tentang RTRW dan
Perda Kota Kupang nomor 12 tahun 2011 tentang RDRTK yang diantaranya
mengatur Zonasi wilayah Kota Kupang dan Peraturan Garis Sempadan Bangunan
(GSB), Koefisien Dasar Bangunan (KDB),Koefisien Lantai Bangunan (KLB) serta
Sistem Parkiran :
a. Koofisien Dasar Bangunan (KDB)
Kedua lokasi alternatif perencanaan berada pada ruas jalan arteri primer
dengan RUMIJA 20 meter sehingga ditetapkan kdb sebagai berikut:
a) Perkantoran maksimum 50 % (lima puluh persen)
b) Supermarket 60 % (enam puluh perseratus);
c) Minimarket 60 % (enam puluh perseratus);
d) Pertokoan 60 % (enam puluh perseratus);
e) Hotel 60 % (enam puluh perseratus); dan
f) Pasar 60 % (enam puluh perseratus);
g) Fasilitas umum maksimum 60 % (enam puluh perseratus).
b. Koofisien Lantai Bangunan
Koofisien lantai bangunan pada kedua lokasi berada pada ruas jalan
arteri primer sehingga memiliki peraturan klb sebagai berikut:
a) kawasan khusus 2-3 lantai dan KLB 0,6; dan
b) perumahan 1 – 3 lantai dan KLB 0,6.
c. Garis Sempadan
Kedua lokasi berada pada jalan arteri primer sehingga memiliki garis
sempadan bangunan sebagai berikut:
Jl. Timor Raya Garis Sempadan Bangunan (GSB) 20 m
d. Sistem Parkiran
Ada 2 (dua) sistem perparkiran yang dapat dikembangkan di wilayah Kota
Kupang yaitu parkir sisi jalan (on street parking) dan parkir dalam areal
khusus parkir (off street parking). Gambaran masing-masing-masing jenis
sistem perparkiran tersebutdapat jelaskan sebagai berikut:
1. Sistem off street parking (Areal khusus parkir), yaitu penyediaan areal
parkir diluar ruang milik jalan (ROW), sehingga lokasi parkir
ditempatkan pada halaman bangunan. Penerapan sistem ini dapat
dilakukan untuk semua halaman bangunan gedung baik halaman depan
maupun belakang. Ketentuan off street parking adalah sebagai berikut :
a) Pada penataan halaman parkir harus menggupayakan adanya pohon-
pohon peneduh dan untuk jumlah parkir>20 mobil harus disediakan
ruang duduk/tunggu untuk sopir dengan ukuran minimum 2 x 3 m2
b) Perkerasaan landasan parkir harus menggunakan material resap air
Pengaturan parkir pada ruang terbuka di antara GSJGSB dapat diatur
dengan posisi sejajar (0°), sudut miring (30°), sudut miring (45°) dan
tegak lurus (90°) Pintu keluar/masuk ke daerah perencanaan
minimum 20m dari tikungan dan khusus untuk hunian (rumah
tinggal) dapat menggunakan satu pintu.
c) Bagi persil yang tidak dapat memenuhi ketentuan tersebut di atas,
letak pintu keluar /masuk ke daerah perencanaan diletakkan pada
ujung sisi muka (frontage) yang paling jauh dari tikungan tersebut.
d) Semua lokasi kegiatan yang menimbulkan bangkitan dan tarikan lalu
lintasmtinggi, seperti pasar, kawasan perkantoran, sekolah dan lain-
lain harus menyediakan lapangan parkir secara memadai sesuai
dengan skala dan kapasitasmpelayanan yang diberikannya. Pada
tempat dimana parkir dikendalikan, ruang parkir harus diberi marka
pada permukaan jalan.
2. Sistem on street parking (Parkir sisi jalan), yaitu penyediaan areal parkir
di dalam ruang manfaat jalan. Penempatan parkir berada pada bahu jalan
namun tidak semua jalur diperkenankan menerapkan sistem ini. Parkir
pada badan jalan (on street parking), diarahkan pada jalur jalan dengan
tingkat kepadatan arus lalu-lintasnya rendah sehingga tidak
menimbulkan kemacetan. Pengembangan parkir sisi jalan dapat
dilakukan pada jaringan jalan yang memiliki lebar perkerasan minimal
8 m, dengan sudut parkir yang sejajar bahu jalan, sehingga dengan
ketentuan tersebut pengembangan parkir sisi jalan diharapkan tidak
menimbulkan permasalahan lalu lintas. Sedangkan parkir pada
lingkungan perumahan masih diperbolehkan menggunakan badan jalan,
tetapi untuk setiap penghuni tetap menyediakan parkir di tiap-tiap rumah
yang bersangkutan.
e) Iklim
1) Musim
Kota Kupang hanya memiliki dua musim saja yakni musim
kemarau (Juni-September) dan musim hujan (Desember- Maret)
2) Suhu dan kelembaban udara
c) Fasilitas Perancangan
1. Analisis Fasilitas Perancangan
Fasilitas perancangan didapat berdasarkan hasil studi literatur dan studi kasus
fungsi bangunan yang sejenis. Fasilitas yang didapat kemudian dikelempokan
berdasarkan fungsi dari objek perancangan antara lain:
1) Fasilitas Primer/Utama
Fasilitas utama adalah fasilitas untuk seniman menghasilkan karya seni karya
dan memanajemen para seniman serta menyediakan jasa terkait seni rupa.
2) Fasilitas Sekunder/Pendukung
Fasilitas sekunder atau pendukung dalam perancangan antara lain:
a. Fasilitas untuk menaruh semua hasil karya seni terbaik dan di pamerkan.
b. Fasilitas edukasi terkait seni rupa.
c. Pengelola (fasilitas untuk pengelola dalam produksi perikanan)
3) Fasilitas Tersier
Fasilitas tersier atau penunjang dalam perancangan antara lain:
a. Fasilitas rekreasi untuk para pelaku dan penikmat seni.
4) Fasilitas Pelayanan/Servis
Fasilitas pelayanan atau servis dalam perancangan antara lain:
a. Parkiran (disediakan parkiran untuk distribusi produksi pengolahan ikan)
b. Parkiran (disediakan mobil dan motor untuk pengelola dan juga
pengunjung).
c. Pos Satpam (Bagian yang bertugas untuk keamanan)
a. Seniman
c. Pengelola
Cafetaria
b. Pengunjung
Melakukan
aktivitas Galery Seni
Datang dan parkir
Melakukan administrasi
Melihat pameran
Belajar Seni Rupa Ruang
Memesan makanan kelas seni
Buang air besar/kecil
Cafetaria
Melakukan
aktivitas
DAFTAR PUSTAKA
Deni Basuki Kurniawan, A. D. (2021). Perancangan Creative Center dengan Penerapan Arsitektur
Kontemporer di Ciputat, Tangerang Selatan. Tangerang Selatan: Deni Basuki Kurniawan.
https://serupa.id/seni-rupa-pengertian-fungsi-wujud-dsb/. (n.d.).
https://www.rumah.com/panduan-properti/mari-mengenal-arsitektur-kontemporer-139 (Tri Andini
Putri, 2. (n.d.).
Nugraha, S. (2011). Gedung Pameran Seni Rupa di Yogyakarta. Yogyakarta: Sapta Nugraha.
sep, M., & Rianto, M. S. (2016). Perancangan Rumah Kreasi Seni Rupa dan Seni Pertunjukkan Anak
Jalanan (Tema ; Association With Performing Art). Malang.
Tri Andini Putri, K. T. (2020). Perancangan Pusat Seni Rupa di Provinsi Gorontalo. Jurnal Arsitektur, 6-10.