Anda di halaman 1dari 101

PERANCANGAN RUMAH KREASI SENI RUPA DI KOTA KUPANG DENGAN

PENDEKATAN ARSITEKTUR KONTEMPORER

KOLOKIUM ARSITEKTUR

OLEH:
NAMA: MARGARETHA AMINDA POTE
NIM: 1906090035

PRODI ARSITEKTUR
FAKULTAS SAINS DAN TEKNIK
UNIVERSITAS NUSA CENDANA
2022
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Seni Rupa merupakan salah satu aliran seni yang sudah cukup berkembang di Kota
Kupang dan kota Kupang sudah banyak menghasilkan seniman-seniman mulai dari
seniman independent maupun seniman-seniman dari komunitas seni rupa seniman-seniman
muda yang berpotensi dalam mengembangkan seni rupa di kota Kupang menjadi lebih baik
pun cukup tinggi jika dilihat dari kegiatan , acara yang di lakukan secara individu maupun
berkelompok. Namun untuk memajukan potensi tersebut tidak hanya membutuhkan bakat
serta minat namun juga apresiasi dari masyarakat umum baik terhadap pelaku seni maupun
karya seni yang dihasilkan serta fasilitas yang dapat mewadahi kegiatan-kegiatan pelaku
seni di kota Kupang. Kondisi fasilitas khusus bagi pelaku seni di kota Kupang tidak
memadai sehingga para pelaku seni hanya mengandalkan fasilitas publik dan fasilitas
pribadi. Misalnya dalam melakukan kegiatan pameran, pelaku seni di kota Kupang
menyewa fasilitas publik, menggunakan area komunal , pagar tembok komersil, sampai
dengan halaman rumah pribadi .
kehidupan pelaku seni sering digadangkan dengan kehidupan yang liar , sendiri, bebas,
hidup hanya untuk seni yang mereka hasilkan . seniman jarang menawarkan kebutuhan dan
solusi , mereka hidup dengan karya tapi tidak bisa menawarkan karya mereka untuk hal-
hal yang dibutuhkan masyarakat. Seniman juga butuh memenuhi kebutuhan hidup mereka
dengan karya yang mereka hasilkan. Sehingga butuh wadah untuk memanajemen jasa dan
karya tersebut untuk lebih bisa di pakai di banyak bidang dan menambah apresiasi dan
dukungan dari masyarakat terhadap seni rupa itu sendiri..
Dengan perencanaan proyek yang berjudul Perencanaan dan Perancangan Rumah
kreasi Seni Rupa di Kota Kupang dalam kancah untuk tempat atau wadah para perupa untuk
dapat berkumpul, sharing, berbagi pengalaman, sarana untuk berkreasi,dll. keberadaan
sebuah Rumah Kreasi Seni Rupa pun dapat membuat masyarakat lokal ikut mengapresiasi
seni itu sendiri dengan keterlibatan langsung terhadap kegiatan seni yang dilakukan oleh
para pelaku seni . Hal ini merupakan salah satu faktor dalam meningkatkan apresiasi
masyarakat yang berdampak baik pada perkembangan seni rupa di kota Kupang.
Dengan tema arsitektur kontemporer akan di dapati desain bangunan yang sangat
ikonik. Melalui makro konsep ramah lingkungan, lalu digunakan mikro konsep pada
tatanan lahan, bentuk bangunan, dan ruang dalam.Dengan mikro konsep tatanan lahan
metamorfosa palet lukis agar di dapati desain sesuai konsep, mikro konsep bentuk
bangunan ikonik modern didapati untuk bentuk bangunan yang mudah di ingat masyarakat
seluruhnya, dan mikro konsep ruang dalam perencanaan natural dan nyaman agar di dapati
nuansa ruang dalam yang mampu memicu pola pikir kreatif dan memberikan ketenangan
pada pengguna fasilitas yang ada di dalam bangunan tersebut.
Perancangan ini menggunakan pendekatan yang sesuai dengan kriteria kebutuhan
seniman yang dibutuhkan, sehingga memiliki bentuk bangunan yang dinamis serta fasilitas
pendukung di dalam lingkungan sangat berguna untuk para seniman yang memanfaatkan
fasilitas di dalamnya, konsep perancangan lingkungan yang memiliki 1 bangunan sebagai
pusat perhatian . Dengan demikian adanya perencanaan Rumah Kreasi Seni Rupa ini
mampu untuk mendukung para seniman mampu berkarya semaksimal mungkin dan juga
memberikan peluang pekerjaan yang besar bagi seniman.

B. Metode Desain
1. Proses Desain/Diagram Pola Pikir Desain
2. Metode Desain
a. Metode Pengumpulan Data & Penelusuran Masalah
a) Jenis Data
1) Data Primer

Merupakan data yang didapat melalui hasil observasi atau


pengamatan langsung di lapangan, wawancara kepada masyarakat
setempat maupun dokumentasi langsung keadaan lokasi. Dalam
perancangan ini data yang didapat berupa keadaan yang ada pada lokasi,
vegetasi, pencapaian, sarana, prasarana, dan juga potensi.

2) Data Sekunder

Merupakan data yang didapat setelah melakukan studi literatur,


jurnal, majalah, foto atau gambar hasil dokumentasi dari orang lain
ataupun pembanding dari penelitian sebelumnya dengan objek yang sama.
Data yang didapat dalam perancangan ini berupa peta lokasi, jumlah
penduduk, iklim, tata guna lahan, standar perancangan, aturan-aturan, dan
pendekatan yang digunakan
b) Teknik Pengumpulan Data
1) Observasi

Merupakan pengamatan atau tinjauan langsung terhadap objek atau


lokasi penelitian/ perancangan. Tujuan observasi adalah mengetahui
kondisi di lapangan dan mengumpulkan data eksisting lokasi.
2) Dokumentasi

Merupakan proses pengambilan gambar keadaan lokasi dengan tidak


memanipulasi gambar tersebut.
3) Studi Literatur

Merupakan suatu proses pengkajian literatur terhadap fungsi dan


pendekatan yang sejenis dengan tujuan mendapatkan pemahaman dan
gambaran dari judul tentang judul perancangan.

b. Metode Pencarian Ide & Pengembangan Desain

1. Analisis perancangan
Analisis perancangan ada dua yaitu:
a) Analisis NonFisik
1) Jenis Kegiatan
Melakukan identifikasi mengenai jenis kegiatan berdasarkan
fungsi bangunan, dikarenakan perancangan ini adalah pusat komunitas
dimana terdapat banyak kegiatan dan pelaku yang berbeda-beda,
pengelompokan jenis kegiatan terlebih dahulu akan mempermudah dalam
menganalisis pelaku dan aktivitas dari pelaku. Data yang digunakan
adalah data sekunder hasil studi literatur dan studi banding, dengan
metode analisis yang digunakan adalah kualitatif.

2) Pelaku Kegiatan
Mengidentifikasi pelaku dari setiap kegiatan yang telah dianalisis.
Data yang digunakan adalah data sekunder hasil studi literatur dan studi
banding, dengan metode analisis yang dilakukan adalah kualitatif.

b. Analisis Fisik
1) Lokasi
Melakukan identifikasi dan analisis terhadap lokasi perancangan,
kemudian mencari berbagai alternative sebagai solusi dari masalah yang
didapat. Lokasi yang akan digunakan sebagai objek perancangan harus
sesuai dengan peruntukan lahan dan rencana tata ruang wilayah.

2) Tapak
Melakukan analisis mengenai data-data tapak seperti topografi
(terkait dengan jenis tanah dan elevasi/kontur), klimatologi (mengenai
iklim, arah angina, dll), vegetasi, akses ke lokasi, dll. Data diolah
menggunakan analisis deskriptif dan analisis dilakukan dengan metode
kualitatif.

2. Sintetis Perancangan
a. Sintesis non fisik/fungsi
1) Studi Kebutuhan Ruang
Melakukan studi mengenai jenis ruang yang dibutuhkan dalam
perancangan sesuai dengan jenis dan pelaku kegiatan yang sudah
dianalisis. Data diperoleh dari data sekunder hasil studi literatur dan studi
banding.

2) Studi Besaran Ruang


Melakukan studi besaran ruang berdasarkan standar ukuran
sebuah ruang dan perhitungan mengenai sirkulasi, ruang gerak dan
prabot di dalam ruang. Tujuannya adalah mendapatkan ruangan dengan
ukuran sesuai standar dan kebutuhan dari pengguna. Data yang
digunakan adalah data sekunder hasil studi literatur dan studi banding

3) Studi Hubungan Dan Organisasi Ruang


Melakukan studi mengenai hubungan dan organisasi antar ruang
berdasarkan aktivitas di dalam bangunan atau kawasan. Tujuannya
adalah menghasilkan suatu ruang atau kawasan yang saling berhubungan
dan terorganisasi dengan baik. Data yang digunakan adalah data
sekunder hasil studi literatur dan studi banding.
2. Analisis perancangan
Analisis perancangan ada dua yaitu:
a) Analisis Non Fisik
1) Jenis Kegiatan
Melakukan identifikasi mengenai jenis kegiatan berdasarkan
fungsi bangunan, dikarenakan perancangan ini adalah pusat komunitas
dimana terdapat banyak kegiatan dan pelaku yang berbeda-beda,
pengelompokan jenis kegiatan terlebih dahulu akan mempermudah dalam
menganalisis pelaku dan aktivitas dari pelaku. Data yang digunakan
adalah data sekunder hasil studi literatur dan studi banding, dengan
metode analisis yang digunakan adalah kualitatif.

2) Pelaku Kegiatan
Mengidentifikasi pelaku dari setiap kegiatan yang telah dianalisis.
Data yang digunakan adalah data sekunder hasil studi literatur dan studi
banding, dengan metode analisis yang dilakukan adalah kualitatif.

b) Analisis Fisik
1) Lokasi
Melakukan identifikasi dan analisis terhadap lokasi perancangan,
kemudian mencari berbagai alternative sebagai solusi dari masalah yang
didapat. Lokasi yang akan digunakan sebagai objek perancangan harus
sesuai dengan peruntukan lahan dan rencana tata ruang wilayah.

2) Tapak
Melakukan analisis mengenai data-data tapak seperti topografi
(terkait dengan jenis tanah dan elevasi/kontur), klimatologi (mengenai
iklim, arah angina, dll), vegetasi, akses ke lokasi, dll. Data diolah
menggunakan analisis deskriptif dan analisis dilakukan dengan metode
kualitatif.

3. Sintetis Perancangan
a. Sintesis non fisik/fungsi
1) Studi Kebutuhan Ruang
Melakukan studi mengenai jenis ruang yang dibutuhkan dalam
perancangan sesuai dengan jenis dan pelaku kegiatan yang sudah
dianalisis. Data diperoleh dari data sekunder hasil studi literatur dan
studi banding.

2) Studi Besaran Ruang


Melakukan studi besaran ruang berdasarkan standar ukuran sebuah
ruang dan perhitungan mengenai sirkulasi, ruang gerak dan prabot di
dalam ruang. Tujuannya adalah mendapatkan ruangan dengan ukuran
sesuai standar dan kebutuhan dari pengguna. Data yang digunakan
adalah data sekunder hasil studi literatur dan studi banding

3) Studi Hubungan Dan Organisasi Ruang


Melakukan studi mengenai hubungan dan organisasi antar ruang
berdasarkan aktivitas di dalam bangunan atau kawasan. Tujuannya
adalah menghasilkan suatu ruang atau kawasan yang saling
berhubungan dan terorganisasi dengan baik. Data yang digunakan
adalah data sekunder hasil studi literatur dan studi banding.

b. Sintesis fisik
Sintesis fisik meliputi sintesis pada tapak dan objek perancangan.

c. Metode Evaluasi Pemilihan Desain

Metode evaluasi desain dilakukan dalam beberapa tahap yaitu:

a. Konsep Dasar
Memuat tentang penggambaran umum perancangan, meliputi
penjelasan apa yang akan dirancang, sampai pada penggambaran bentuk
dasar dari objek rancangan.

b. Konsep prancangan
Konsep perancangan merupakan turunan dari konsep dasar. Memuat
tentang hasil olahan data berdasarkan analisis yang paling sesuai dengan
objek rancangan dan pendekatan. Berdasarkan hasil analisis antara lain,
konsep tapak, konsep kontur, konsep zonasi, konsep kebisingan, konsep
penghawaan dan pencahayaan, konsep view, konsep pencapaian, konsep
utilitas, konsep sirkulasi, konsep hubungan ruang dan konsep bentuk.

c. Pra prancangan
Dalam pra rancangan output yang dihasilkan berupa skematik desain.

d. Rancangan
Merupakan tahapan akhir dari penyusunan penulisan dan kemudian
akan berlanjut pada pengkajian hasil penulisan konsep yang dibuat dalam
bentuk gambar perancangan. Tahap ini memiliki beberapa bagian antara
lain:

1) Gambar Kerja
Merupakan proses menggambar semua yang telah dikonsepkan
sebelumnya. Gambar yang dihasilkan dalam tahap ini adalah gambar 2
Dimensi antara lain, site plan, denah, tampak, potongan, blok plan, lay
out, rencana-rencana dan detail gambar.

2) Gambar 3 Dimensi
Merupakan proses lanjutan dari gambar kerja. Dalam tahap ini semua
gambar kerja dibuat pemodelan dalam bentuk 3D yang memuat seluruh
konsep rancangan.

3) Banner
Merupakan tahap akhir dari rancangan. Dalam tahap ini, gambar
kemudian diolah menggunakan aplikasi editor seperti Adhop
Photoshop dan Illustrator, sebelum akhirnya di cetak.
BAB II PRA DESAIN
A. Tinjauan Pustaka
Judul dari penelitian ini adalah “Perancangan Rumah Kreasi Seni Rupa di Kota
Kupang dengan Pendekatan Arsitektur kontemporer” . Perancangan rumah Kreasi
Seni Rupa di Kota Kupang ini menggunakan pendekatan Arsitektur kontemporer yang
mengikuti perkembangan zaman, dan menerapkan kombinasi dari beberapa pendekatan
sehingga bangunan memiliki bentuk yang dinamis , konsep ramah lingkungan dan konsep
metamorfosa dari palet lukis sehingga memicu imajinasi para seniman untuk berpikir lebih
kreatif.
Menurut John W, 1997 dalam Lutfi Hutama, perancangan adalah usulan pokok
yang mengubah sesuatu yang sudah ada menjadi sesuatu yang lebih baik, melalui tiga
proses: mengidentifikasi masalah-masalah, mengidentifikasi metode untuk pemecahan
masalah, dan pelaksanaan pemecahan masalah. Dengan kata lain adalah pemograman,
penyusunan rancangan, dan pelaksanaan rancangan. (John Wade, 1997)
Secara harafiah rumah kreasi Seni rupa merupakan rumah bagi para pelaku seni
rupa untuk berkreasi. ‘Rumah’ sendiri dalam kamus besar bahasa Indonesia memiliki arti
yaitu bangunan untuk tempat tinggal, ‘Kreasi’ dalam kamus besar bahasa Indonesia
memiliki arti hasil daya cipta dan ciptaan buah pikiran atau kecerdasan akal manusia,
sedangkan ‘Seni Rupa’ adalah cabang seni yang diungkapkan dan diciptakan melalui media
rupa (visual) yang tentunya dapat dilihat oleh mata dan biasanya dapat pula dirasakan
melalui rabaan.
Arsitektur kontemporer merupakan arsitektur abad ke-21 dan dikerjakan sesuai
dengan tren masa kini. Arsitektur kontemporer umumnya dikerjakan dengan gaya yang
berbeda-beda dan tidak ada satu gaya yang dominan. Jenis arsitektur yang satu ini juga
banyak mengadaptasi teknologi canggih dan bahan-bahan bangunan modern.Gaya
arsitektur kontemporer akan selalu berubah dan tidak mengikuti gaya arsitektur
konvensional, meski lama kelamaan gaya ini akan menjadi gaya arsitektur konvensional
juga. Untuk itulah gaya arsitektur yang satu ini bersifat dinamis.
Berdasarkan pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa “Perancangan Rumah
Kreasi Seni Rupa di Kota Kupang dengan Pendekatan Arsitektur kontemporer”
merupakan perancangan rumah bagi para seniman untuk berkarya dan saling terhubung
dengan pendekatan kontemporer yang mengikuti perkembangan zaman sehingga memicu
imajinasi para seniman untuk berpikir kreatif.

1. Tinjauan Pustaka tentang Rumah Kreasi Seni Rupa


a. Tinjauan pustaka Tentang Seni Rupa
a) Pengertian Seni Rupa
Menurut Ki Hajar Dewantara yaitu seni merupakan bagian dari
kebudayaan yang timbul dari hidup perasaan manusia yang bersifat indah
sehingga dapat menggerakkan jiwa dan perasaan manusia.
Seni menurut Soedarso S.P. yaitu karya manusia yang mengkomunikasikan
pengalaman batinnya yang disajikan secara indah dan menarik sehingga
merangsang timbulnya pengalaman batin pula pada manusia lain yang
menghayatinya. Kelahirannya tidak didorong oleh hasrat memenuhi kebutuhan
pokok, melainkan merupakan usaha untuk melengkapi dan menyempurnakan
derajat kemanusiaannya memenuhi kebutuhan yang bersifat spiritual.
Seni pada mulanya adalah proses dari manusia, dan oleh karena itu
merupakan sinonim dari ilmu. Dewasa ini, seni bisa dilihat dalam intisari ekspresi
dari kreativitas manusia. Seni juga dapat diartikan dengan sesuatu yang diciptakan
manusia yang mengandung unsur keindahan. Seni sangat sulit untuk dijelaskan
dan juga sulit dinilai, bahwa masing-masing individu artis memilih sendiri
peraturan dan parameter yang menuntunnya atau kerjanya, masih bisa dikatakan
bahwa seni adalah proses dan produk dari memilih medium, dan suatu set
peraturan untuk penggunaan medium itu, dan suatu set nilai-nilai yang
menentukan apa yang pantas dikirimkan dengan ekspresi lewat medium itu, untuk
menyampaikan baik kepercayaan, gagasan, sensasi, atau perasaan dengan cara
seefektif mungkin untuk medium itu. Sekalipun demikian, banyak seniman
mendapat pengaruh dari orang lain masa lalu, dan juga beberapa garis pedoman
sudah muncul untuk mengungkap gagasan tertentu lewat simbolisme dan bentuk
(seperti bakung yang bermaksud kematian dan mawar merah yang bermaksud
cinta).
Seni rupa adalah cabang seni yang membentuk karya seni dengan media yang bisa
ditangkap mata dan dirasakan dengan rabaan. Kesan ini diciptakan dengan
mengolah konsep garis, bidang, bentuk, volume, warna, tekstur, dan pencahayaan
dengan acuan estetika.
Seni rupa dibedakan ke dalam tiga kategori, yaitu seni rupa murni atau seni
murni, kriya, dan desain. Seni rupa murni mengacu kepada karya-karya yang
hanya untuk tujuan pemuasan eksresi pribadi, sementara kriya dan desain lebih
menitikberatkan fungsi dan kemudahan produksi.
Secara kasar terjemahan seni rupa di dalam Bahasa Inggris adalah fine art.
Namun sesuai perkembangan dunia seni modern, istilah fine art menjadi lebih
spesifik kepada pengertian seni rupa murni untuk kemudian menggabungkannya
dengan desain dan kriya ke dalam bahasan visual arts.

b) Unsur-unsur Seni Rupa


Dalam pembuatan karya seni lukis, ada beberapa pokok yang penting untuk
diperhatikan. Unsur-unsur rupa (plastic elements) merupakan aspek-aspek bentuk
yang terlihat, konkret, yang dalam kenyataannya jalin-menjalin dan tidak mudah
diceraikan satu dengan yang lainnya. Penampilan keseluruhannya menentukan
perwujudan dan makna bentuk itu. Unsur-unsur rupa juga disebut unsur-unsur visual
(visual elements), unsur-unsur formal atau unsur-unsur desain. Unsur-unsur rupa ialah
Garis (line), Raut atau bangun (shape), warna (colour), gelap terang atau nada (light-
dark, tone), tekstur atau barik (texture), dan ruang (space), Sunaryo (2002: 6).

1) Titik
Titik merupakan unsur seni rupa yang paling sederhana. Unsur titik akan tampak
berarti apabila jumlahnya cukup banyak, sehingga gabungan dari banyak titik ini
akan membentuk sebuah garis. Unsur terkecil dari suatu karya, titik digunakan
untuk menciptakan unsur lain dengan cara menderetkannya menjadi suatu garis.
Namun titik juga dapat digunakan apa adanya tanpa garis seperti bagaimana karya
pointilis yang hanya menggunakan titik yang diatur kerapatannya untuk membuat
suatu gambar.

Gambar 2. 1 Unsur Seni Rupa "Titik"


Sumber : www.senibudayaku.com
2) Garis (line)

Gambar 2. 2 unsur Seni Rupa "Garis"


Sumber : www.senibudayaku.com

Garis dalam unsur seni rupa merupakan salah satu unsur dasar yang sangat
penting sebagai media ungkap yang efektif dan efisien sebagai bentuk pengucap
isi dan perasaan manusia serta memberikan gerak/ritme dan menciptakan kotur.
Dengan adanya satu garis maka karya seni dapat terwujud. Kaitannya dengan seni
lukis, Sunaryo (2002: 7) menjelaskan beberapa pengertian tentang garis; pertama,
garis merupakan tanda yang memanjang dan membekas pada suatu permukaan;
kedua, garis merupakan suatu bidang atau permukaan, bentuk dan warna.
Menurut Van Stepat (dalam Taufik 2007: 17) garis berhubungan dengan
perasaan hati, sebagai contoh ketika kita berada di dalam atau saat mencipta garis,
maka terasa oleh kita adalah garis yang berbeda-beda kesannya. Dalam suatu
desain khusus, garis ditimbulkan karena adanya warna, garis cahaya, bentuk, pola,
tekstur, dan ruang (garis ini sebagai pembatas ruang).

Sebagai unsur visual, garis memiliki arti sebagai tanda memanjang yang
membekas pada permukaan, seperti kapur pada papan tulis dan tarikan pena pada
selembar kertas. Dengan beberapa pengertian di atas penulis dapat menarik
kesimpulan bahwa garis memiliki dimensi memanjang dan mempunyai arah.
Maka dapat pula ditarik kesimpulan bahwa garis dapat dibedakan berdasarkan
sifatnya:

a. garis lurus, mempunyai sifat tegas dan kokoh,


b. garis lengkung, mempunyai sifat halus dan lembut,
c. garis zig-zag, mempunyai sifat tajam dan runcing,
d. garis datar, mempunyai sifat mantap,
e. garis silang, mempunyai sifat limbung dan goyah, Sunaryo (2002: 8).

Gambar 2. 3 Unsur Seni "Garis"


Sumber : www.pandaibesi.com
Garis merupakan kesan yang dapat dirasakan serta dilihat melalui
pembentukanya, tebal-tipis, panjang-pendek dan sebagainya. Untuk
memunculkannya bisa menggunakan bantuan berupa alat seperti mistar dan
goresan secara bebas. Garis terdapat di setiap karya lukis yang penulis buat.
Antara lain garis lengkung, lurus, zigzag, tegak, datar maupun silang.

3) Raut atau Bangun (Shape)


Istilah raut dipakai untuk menerjemahkan kata shape dalam bahasa Inggris.
Istilah itu seringkali dipadankan dan dikacaukan dengan kata bangun, bidang, atau
bentuk. Dalam kamus, bangun berarti bentuk, rupa, wajah, perawakan. Selain itu
juga berarti bangkit, berdiri dan struktur atau susunan. Sedangkan kata bidang
berarti permukaan rata dan tentu batasnya. Kata raut atau bangun dapat menunjuk
pada sesuatu yang menggumpal, padat dan sintal. Unsur rupa raut adalah pengenal
bentuk yang utama. Sebuah bentuk dapat dikenali dari rautnya, apakah sebagai
suatu bangun yang pipih datar, yang menggumpal padat atau berongga bervolume,
lonjong, bulat, persegi, dan sebagainya.

Gambar 2. 4 Unsur Seni Rupa "Bidang"


Sumber : www.senibudayaku.com
Dari segi perwujudannya, raut dapat dibedakan menjadi raut geometris, raut
organis, raut bersudut banyak, dan raut tak beraturan. Raut geometris adalah raut
yang berkontur atau dibatasi oleh garis lurus atau lengkung yang mekanis, seperti
bangun yang terdapat dalam geometri atau ilmu ukur. Raut organis atau biomorfis
merupakan raut yang bertepi lengkung bebas, sedangkan raut yang bersudut
banyak memiliki banyak sudut berkontur garis zigzag. Raut tak beraturan
mungkin karena tarikan tangan bebas, terjadi secara kebetulan, atau melalui proses
khusus yang mungkin sulit dikendalikan. Raut yang terdapat pada karya lukis
penulis kebanyakan adalah raut organis, karena objek-objek yang dipilih adalah
benda-benda yang terbentuk dari lengkungan-lengkungan bebas. Sedangkan raut
geometris terdapat pada bentuk gedung-gedung dan beberapa objek yang
berbentuk lingkaran.

4) Warna ( colour)
Warna ialah kualitas rupa yang dapat membedakan kedua obyek atau bentuk
yang identik raut, ukuran, dan nilai gelap terangnya. Warna sangatlah ditentukan
dengan pancaran cahaya, warna benda-benda yang kita lihat sesungguhnya adalah
pantulan dari cahaya yang menimpanya, karena warna merupakan unsur cahaya.
Warna yang bersumber dari cahaya disebut warna aditif. Contohnya adalah warna
yang dipancarkan oleh televisi dan sign lamp. Sedangkan warna-warna pada
benda dedaunan, tekstil, lukisan atau cat termasuk warna pigmen, yakni butir-butir
halus bahan warna. Warna-warna pigmen disebut warna subtraktif. Warna
subtraktif ada yang bersifat bening (transparent) dan buram atau kedap (opaque),
atau semu bening (semi transparent).

Herman Von Helmholtz dan James Clerk Maxwell pada sekitar tahun 1790
mengemukakan teori warna pertama kali yang didasarkan pada teori warna
cahaya. Warna-warna pokok warna cahaya adalah merah, hijau, dan biru. Warna-
warna pokok disebut warna primer, yakni warna yang bebas dari unsur lain. Hasil
percampurannya disebut warna sekunder yakni warna kedua, dan warna tersier
yakni warna ketiga sebagai hasil percampuran yang mengandung ketiga warna
pokok (Rakhman, 2013: 25-26). Warna yang digunakan penulis dalam karya
lukisnya kebanyakan adalah warna komplementer, yakni warna yang berlawanan
pada lingkaran warna. Ditujukan untuk memberi kesan tegas pada subyek yang
dilukis penulis.

Gambar 2. 5 Unsur Seni Rupa "Warna"


Sumber : www.senibudayaku.com

5) Gelap Terang atau nada (light-dark-tone)


Unsur rupa gelap terang juga disebut nada. Ada pula yang menyebut unsur
rupa cahaya. Setiap bentuk baru dapat terlihat jika terdapat cahaya. Cahaya yang
berasal dari matahari selalu berubah-ubah derajat intensitasnya, maupun sudut
jatuhnya. Cahaya menghasilkan bayangan dengan keanekaragaman
kepekatannya, serta menerpa pada bagian benda-benda sehingga tampak terang.
Ungkapan gelap-terang sebagai hubungan pencahayaan dan bayangan dinyatakan
dengan gradasi mulai dari yang paling putih untuk menyatakan yang sangat
terang, sampai kepada yang paling hitam untuk bagian yang sangat gelap
(Sunaryo, 2002: 20). Gelap-terang terdapat di seluruh karya lukis penulis. Karena
jenis lukisan yang diusung adalah realis, maka gelap-terang menjadi unsur pokok
dalam pembentukan karya seni lukis penulis.

Gambar 2. 6 Unsur Seni Rupa "Gelap terang"


Sumber : www.senibudayaku.com

6) Tekstur ( Texture)
Tekstur atau barik merupakan nilai atau sifat permukaan suatu benda, sifat
permukaan benda itu bisa halus, kasap, polos, licin, mengkilap, lunak, keras, dan
sebagainya (Sunaryo 2002: 17). Menurut Sanyoto (2009: 120) tekstur adalah nilai
atau ciri khas suatu permukaan atau raut. Jadi Tekstur adalah nilai atau ciri khas
suatu permukaan yang bisa terasa halus, kasar, licin, dan sebagainya.
Kesan tekstur dapat dicerap melalui indera penglihatan maupun indera
peraba. Oleh karena itu, tekstur dibedakan menjadi tekstur nyata dan tekstur semu.
Tekstur nyata (aktual) menunjukkan adanya kesamaan kesan yang diperoleh dari
hasil penglihatan maupun rabaan. Sedangkan pada tekstur semu (ilusi) tidak
diperoleh kesan yang sama antara hasil penglihatan dan rabaan. Misalnya pelepah
pisang memiliki tekstur yang kasar, tetapi juga ada bagian yang bertekstur halus.
Gambar 2. 7 Unsur Seni Rupa "Texture"
Sumber : www.senibudayaku.com

7) Ruang ( Space)
Unsur rupa ruang lebih mudah dapat dirasakan dari pada dilihat. Kita
bergerak, berpindah, dan berputar dalam ruang. Setiap sosok bentuk menempati
ruang. Jadi ruang adalah unsur atau daerah yang mengelilingi sosok bentuknya.
Ruang sesungguhnya tak terbatas, dapat kosong, sebagian terisi, atau dapat pula
penuh padat terisi. Bentuk dan ukuran ruang baru dapat disadari dan dikenali
justru setelah ada sosok atau bentuk yang mengisinya atau terdapat unsur yang
melingkupinya.
Gambar 2. 8 Unsur Seni Rupa "Ruang"
Sumber : www.yuksinau.id

Dalam karya dwimarta atau bentuk dua dimensi, ruang bersifat maya,
karena itu disebut ruang maya. Ruang maya dapat bersifat pipih, datar, dan rata,
atau seolah jeluk, berkesan trimatra, terdapat kesan jauh dan dekat, yang lazim
disebut kedalaman (depth). Kedalaman merupakan ruang ilusif, bukan ruang
nyata, sebagaimana ruang yang kita rasakan dalam cermin. Ruang nyata dapat
ditempati benda dan bersifat trimatra.
Kesan kedalaman ruang dapat dicapai melalui berbagai cara, antara lain
a. melalui penggambaran gempal
b. penggunaan perspektif
c. peralihan warna, gelap terang, dan tekstur
d. pergantian ukuran
e. penggambaran bidang bertindih
f. pergantian tampak bidang
g. perlengkungan atau pembelokan bidang
h. penambahan bayang-bayang (Sunaryo, 2002: 22).
Unsur ruang pada lukisan ini terdapat pada setiap subjek utama lukisan yang
berkesan volume. Kesan ruang dalam lukisan didapatkan dari peralihan warna,
efek perspektif, overlay atau tumpang tindih antara subyek lukisan serta gelap
terang.

c) Prinsip-Prinsip Seni Rupa


Dalam berkarya seni lukis perlu mempertimbangkan prinsip-prinsip dalam
penyusunan unsur-unsur visual agar karya tersebut memiliki struktur visual yang
menarik. Prinsip-prinsip berkarya seni lukis yang diterapkan pada karya yang dibuat
penulis adalah sebagai berikut.

1) Irama (rhytm)

Gambar 2. 9 Prinsip Seni Rupa "irama"


Sumber : www.haloedukasi.com

Irama (rhytm) merupakan pengaturan unsur atau unsur-unsur rupa secara


berulang dan berkelanjutan, sehingga bentuk yang tercipta memiliki kesatuan arah
dan gerak yang membangkitkan keterpaduan bagian-bagiannya, Sunaryo dalam
Supriyadi (2002: 22). Irama merupakan prinsip desain yang berkaitan dengan
pengaturan unsur-unsur rupa yang sehingga dapat membangkitkan kesatuan rasa
dan gerak, Sunaryo dalam Setiawan (2006: 18).
Irama dapat diciptakan dengan berbagai cara yaitu: (1) Repetitive atau
irama yang diperoleh secara berulang atau monoton, (2) Alternative merupakan
bentuk irama yang tercipta dengan cara perulangan unsur-unsur rupa secara
bergantian, (3) Progresive menunjukkan perulangan dalam perubahan dan
perkembangan secara berangsur-angsur atau bertingkat, dan (4) Flowing
merupakan pengaturan garis-garis berombak, berkelok dan mengalir
berkesinambungan.
Irama adalah penyusunan unsur-unsur rupa secara berulang dan
berkelanjutan sehingga bentuk yang tercipta memiliki kesatuan arah dan gerak
yang bagian-bagiannya memiliki keterpaduan (Sunaryo 2002: 35). Rondhi (2002)
menyatakan bahwa unsur-unsur visual yang ditata dengan cara diulang-ulang bisa
menimbulkan irama. Kartika (2007) menambahkan bahwa irama merupakan
perulangan unsur-unsur pendukung karya seni. Jadi dapat disimpulkan bahwa
irama adalah penyusunan unsur-unsur visual secara berulang dan berkelanjutan
agar tercipta kesatuan arah dan gerak dari setiap bagian dalam suatu karya.
Irama dalam suatu karya dapat diciptakan melalui: (1) repetitif, (2)
alternatif, (3) progresif, dan (4) flowing. Irama repetitif adalah irama yang
diperoleh secara berulang dan menghasilkan irama yang sangat tertib dan
monotone karena unsur-unsurnya memiliki kesamaan bentuk, ukuran, dan warna.
Irama alternatif adalah perulangan unsur-unsur rupa yang berbeda secara
bergantian. Irama progresif adalah irama yang menunjukkan perulangan unsur-
unsur rupa dalam perubahan dan perkembangan secara berangsur-angsur atau
bertingkat. Irama flowing adalah irama yang mengalun, yang terjadi karena
penyusunan unsur-unsur yang berombak, berkelok, mengalir, dan
berkesinambungan.

2) Komposisi

Gambar 2. 10 Prinsip Seni Rupa " Komposisi"


Sumber : www.haloedukasi.com

Prinsip komposisi berupa penyusunan dari beberapa unsur karya seni rupa
agar tersusun sebuah seni yang teratur, serasi, dan juga menarik. Pada dasarnya,
seni akan menjadi indah dengan prinsip ini terutama karena adanya unsur yang
terhubung menjadi lebih estetis.Terdapat tiga kelompok prinsip komposisi antara
lain pola simetri, pola asimetri, dan juga pola bebas.

3) Kontras
Gambar 2. 11 Prinsip Seni Rupa "Kontras"
Sumber : www.haloedukasi.com

Berbanding terbalik dengan keselarasan, prinsip kontras lebih mengacu


pada ketidakselarasan. Ketidakselarasan pada prinsip kontras memberikan kesan
bahwa terdapat dua unsur yang berlawanan satu sama lain.Prinsip kontras
biasanya diterapkan ketika terdapat perbedaan warna, bentuk, hingga ukuran.
Kontras dapat diterapkan mulai dari ukuran besar dan kecil, tekstur atau
permukaan lembut dan kasar, hingga warna terang dan gelap.Prinsip ini
memberikan nilai tambah pada karya seni rupa, karena suatu karya seni akan
menjadi lebih menarik dan terkesan tidak monoton.

4) Gradasi

Gambar 2. 12 Prinsip Seni rupa "Gradasi"


Sumber : www.haloedukasi.com

Unsur yang ke tujuh adalah gradasi. Gradasi tersusun atas dua hingga lebih
unsur warna yang memiliki tingkatan misalnya saja dari terang ke gelap, begitu
juga sebaliknya.Prinsip ini biasanya diterapkan dalam pembuatan lukisan,
terutama dengan konsep naturalisme. Pasalnya, penggunaan gradasi dapat
membuat sebuah karya seni rupa menjadi lebih hidup kelihatannya.
5) Keseimbangan (Balance)

Gambar 2. 13 Prinsip Seni Rupa " Keseimbangan"


Sumber : www.haloedukasi.com

Keseimbangan (balance) merupakan prinsip desain yang berkaitan dengan


pengaturan bobot akibat gaya berat dan letak kedudukan bagian-bagian, sehingga
susunan dalam keadaan seimbang (Sunaryo, 2002: 39). Tidak adanya
keseimbangan dalam suatu komposisi, akan membuat perasaan tak tenang dan
keseutuhan komposisi akan terganggu, sebaliknya, keseimbangan yang baik
memberikan perasaan tenang dan menarik, serta menjaga keutuhan komposisi.
Di dalam karya seni lukis yang dibuat penulis diperlukan penataan subjek
lukisan yang disusun dengan seimbang. Dalam karya seni lukis ini, keseimbangan
yang diterapkan ialah keseimbangan simetri (symmetry balance) dan asimetri
(asyimmetrical balance). Keseimbangan simetri terjadi apabila berat visual dari
elemen-elemen desain terbagi secara merata baik dari segi horizontal, vertikal,
maupun radial. Sedangkan keseimbangan asimetri (asyimmetrical balance)
merupakan keseimbangan yang bertentangan dengan keseimbangan simetri
karena tidak terbagi secara merata.
Prinsip keseimbangan (Sunaryo 2002: 39) merupakan prinsip visual yang
berkaitan dengan pengaturan ‘bobot’ akibat ‘gaya berat’ dan letak kedudukan
bagian-bagian, sehingga susunan dalam keadaan seimbang. Bobot visual ini
ditentukan oleh letak atau kedudukan, warna, ukuran, bentuk dan jumlah bagian-
bagian dalam suatu komposisi. Sedangkan Kartika (2007) menyatakan bahwa
keseimbangan dalam penyusunan adalah keadaan atau kesamaan antara kekuatan
yang saling berhadapan dan menimbulkan adanya kesan seimbang secara visual
ataupun secara intensitas kekaryaan.
Berdasarkan kedua pendapat tersebut dapat ditarik simpulan bahwa
keseimbangan merupakan keadaan bagian-bagian dalam suatu karya yang letak
kedudukannya diatur sedemikian rupa agar susunan menjadi seimbang. Beberapa
bentuk keseimbangan dibedakan menjadi tiga yaitu: (1) keseimbangan setangkup
(symmetrical balance), (2) keseimbangan senjang (asymmetrical balance), dan (3)
keseimbangan memancar (radial balance).
Keseimbangan setangkup (simetris) dapat diperoleh bila bagian belahan kiri
dan kanan, atau atas dan bawah memiliki kesamaan bentuk, ukuran atau jarak.
Sedangkan keseimbangan senjang (asimetris) merupakan keseimbangan yang
letak atau bentuk antara bagian kiri dan kanan, atas dan bawah berbeda, tetapi
tidak berat sebelah. Keseimbangan radial atau memancar merupakan
keseimbangan yang diperoleh melalui penempatan bagian-bagiannya di sekitar
poros gaya berat.

6) Pusat Perhatian (point of interest/vocal point)

Gambar 2. 14 Prinsip seni Rupa "vocal point"


Sumber : www.haloedukasi.com

Pusat perhatian atau dengan kata lain dominasi merupakan pengaturan


peran atau penonjolan bagian atas bagian lainnya dengan suatu keseluruhan.
Dengan adanya sesuatu yang menonjol pada bagian itu maka menjadi sebuah
dominasi atau point of interest. Dengan adanya dominasi unsur-unsur tidak tampil
seragam, atau sama kuat, melainkan memperkuat keseutuhan dan kesatuan bentuk
sehingga tercipta keseimbangan dalam sebuah karya seni.
Pada karya seni lukis yang akan dibuat penulis diberikan suatu penonjolan
suatu bagian atau subyek dengan cara memperhatikan prinsip dominasi.
Penerapan dominasi dilakukan dengan menghadirkan subyek utama yang berbeda
dengan background. Selain itu dilakukan dengan memberi warna yang kontras
antara subjek utama dengan background.

7) Kesatuan (unity)

Gambar 2. 15 Prinsip Seni Rupa "kesatuan"


Sumber : www.haloedukasi.com

Kesatuan merupakan hasil akhir dari penggabungan prinsip-prinsip secara


keseluruhan guna mencari sebuah keharmonisan. Kesatuan adalah
pengorganisasian elemen-elemen visual yang menjadi satu kesatuan organik
sehingga tercipta keharmonisan antar bagian. Kesatuan adalah hasil akhir dari
penerapan prinsip-prinsip keseimbangan, kesebandingan, center of interest, irama
pada sebuah karya seni. Prinsip kesatuan (unity) diterapkan di dalam karya seni
lukis dengan menghadirkan beberapa subyek lukisan yang di dalamnya terdapat
prinsip keseimbangan, irama, dan dominasi yang membentuk satu kesatuan.
Kesatuan merupakan prinsip rupa yang paling mendasar dan merupakan
tujuan akhir dari penerapan prinsip-prinsip komposisi yang lain seperti keserasian,
irama, dominasi, keseimbangan, dan kesebandingan, serta nilai dalam suatu
kesatuan lebih menunjuk pada kualitas hubungan bagian-bagian dalam suatu
bentuk (Sunaryo 2002: 31). Kartika (2007) mengemukakan bahwa kesatuan
adalah kohesi, konsistensi, ketunggalan, atau keutuhan, yang merupakan isi pokok
dari komposisi. Kesatuan dalam arti ini merupakan efek yang dicapai dalam suatu
susunan atau komposisi di antara hubungan unsur pendukung karya, sehingga
secara keseluruhan menampilkan kesan tanggapan secara utuh.
Menurut Rondhi (2002) kesatuan mengandung arti bahwa unsur-unsur
visual harus ditata sedemikian rupa sehingga tampak menyatu sesuai dengan tema
tertentu. Jadi dapat disimpulkan bahwa kesatuan adalah isi pokok dari komposisi
yakni perpaduan dari penerapan prinsip-prinsip komposisi seperti keserasian,
keseimbangan, irama, dominasi, dan kesebandingan.

8) Prinsip keserasian (harmony)

Gambar 2. 16 Prinsip Seni Rupa "keselarasan"


Sumber : www.haloedukasi.com

Keserasian dalam Sunaryo (2002: 32) adalah prinsip yang


mempertimbangkan keselarasan dan keserasian antarbagian dalam suatu
keseluruhan sehingga cocok satu dengan yang lain dan terdapat keterpaduan yang
tidak saling bertentangan. Sementara Kartika (2007) mengartikan harmony
sebagai keselarasan merupakan paduan unsur-unsur yang berbeda dekat, jika
unsur-unsur rupa dipadu secara berdampingan maka akan timbul kombinasi
tertentu dan timbul keserasian. Jadi dengan perkataan lain keserasian dan
keselarasan merupakan kecocokan antarbagian yang saling berdampingan dalam
suatu keseluruhan karya seni dan tidak ada bagian yang saling berlawanan.
Menurut Graves (dalam Sunaryo 2002) keserasian mencakup dua jenis,
yaitu keserasian fungsi dan keserasian bentuk. Keserasian fungsi menunjukkan
adanya kesesuaian antara objek-objek yang berbeda, karena berada dalam
hubungan simbol, atau karena adanya hubungan fungsi. Keserasian bentuk
menunjukkan adanya kesesuaian raut, ukuran, warna, tekstur, dan aspek-aspek
bentuk lainnya.

9) Prinsip Kesebandingan (Proportion)


Gambar 2. 17 Prinsip seni Rupa "Proporsi"
Sumber : www.haloedukasi.com

Kesebandingan atau proporsi (Sunaryo 2002: 40) adalah hubungan


antarbagian dan antara bagian terhadap keseluruhannya. Hal ini ditegaskan oleh
Rondhi (2002) bahwa proporsi mengacu pada perbandingan ukuran antarbagian
atau bagian dengan keseluruhan. Kesebandingan yang dimaksud misalnya ukuran
besar kecilnya bagian, luas sempitnya, panjang pendeknya, atau tinggi rendahnya
bagian.

d) Karakteristik dan Lingkup dalam Seni Rupa


Dalam seni rupa terdapat 2 macam wujud dilihat dari karakteristiknya, yaitu2:
a) 2 Dimensi

2 dimensi atau biasa disingkat 2D atau bidang, adalah bentuk dari benda
yang memiliki panjang dan lebar. Istilah ini biasanya digunakan dalam bidang
seni, animasi, komputer dan matematika.Seni rupa 2 dimensi (dwimatra) adalah
seni rupa yang memiliki panjang dan lebar , namun tidak memiliki volume.
Biasanya berupa gambar dan ukiran, serta hanya dapat dinikmati dari satu sisi
(depan).Contoh : poster, lukisan, photo dan lain-lain

b) 3 Dimensi

3 dimensi atau biasa disingkat 3D atau disebut ruang, adalah bentuk dari
benda yang memiliki panjang, lebar, dan tinggi. Istilah ini biasanya digunakan
dalam bidang seni, animasi, komputer dan matematika.Seni rupa 3 dimensi
(trimatra) adalah seni rupa yang memiliki panjang, lebar dan tinggi, (volume)
dan dapat dinikmati dari segala sisi.Contoh: patung, monument, tugu dan lain-
lain.
Seni rupa itu sendiri terdapat 3 lingkup pembagian menurut pengembanganya,
yaitu:

1) Seni Rupa Murni


a) Seni lukis
Seni lukis adalah salah satu cabang dari seni rupa. Dengan dasar
pengertian yang sama, seni lukis adalah sebuah pengembangan yang lebih
utuh dari menggambar.
Melukis adalah kegiatan mengolah medium dua dimensi atau permukaan
dari objek tiga dimensi untuk mendapat kesan tertentu. Medium lukisan
bisa berbentuk apa saja, seperti kanvas, kertas, papan, dan bahkan film di
dalam fotografi bisa dianggap sebagai media lukisan. Alat yang
digunakan juga bisa bermacam-macam, dengan syarat bisa memberikan
imaji tertentu kepada media yang digunakan.

b) Seni grafis
Seni grafis adalah cabang seni rupa yang proses pembuatan karyanya
menggunakan teknik cetak, biasanya di atas kertas. Kecuali pada teknik
Monotype, prosesnya mampu menciptakan salinan karya yang sama
dalam jumlah banyak, ini yang disebut dengan proses cetak. Tiap salinan
karya dikenal sebagai 'impression'. Lukisan atau drawing, di sisi lain,
menciptakan karya seni orisinil yang unik. Cetakan diciptakan dari
permukaan sebuah bahan , secara teknis disebut dengan matrix. Matrix
yang umum digunakan adalah: plat logam, biasanya tembaga atau seng
untuk engraving atau etsa; batu digunakan untuk litografi; papan kayu
untuk woodcut/cukil kayu. Masih banyak lagi bahan lain yang digunakan
dalam karya seni ini. Tiap-tiap hasil cetakan biasanya dianggap sebagai
karya seni orisinil, bukan sebuah salinan. Karya-karya yang dicetak dari
sebuah plat menciptakan sebuah edisi, di masa seni rupa modern masing-
masing karya ditandatangani dan diberi nomor untuk menandai bahwa
karya tersebut adalah edisi terbatas.
Seni patung adalah cabang seni rupa yang hasil karyanya berwujud tiga
dimensi. Biasanya diciptakan dengan cara memahat, modeling (misalnya
dengan bahan tanah liat) atau kasting (dengan cetakan).

c) Seni instalasi
Seni instalasi (installation = pemasangan) adalah seni yang memasang,
menyatukan, dan mengkontruksi sejumlah benda yang dianggap bisa
merujuk pada suatu konteks kesadaran makna tertentu. Biasanya makna
dalam persoalan-persoalan sosial-politik dan hal lain yang bersifat
kontemporer diangkat dalam konsep seni instalasi ini.Seni instalasi dalam
konteks visual merupakan perupaan yang menyajikan visual tiga
dimensional yang memperhitungkan elemen-elemen ruang, waktu, suara,
cahaya, gerak dan interaksi spektator (pengunjung pameran) sebagai
konsepsi akhir dari olah rupa.

d) Seni pertunjukan
Seni pertunjukan (Bahasa Inggris: performance art) adalah karya seni
yang melibatkan aksi individu atau kelompok di tempat dan waktu
tertentu. performance biasanya melibatkan empat unsur: waktu, ruang,
tubuh si seniman dan hubungan seniman dengan penonton.
Meskipun seni performance bisa juga dikatakan termasuk di dalamnya
kegiatan-kegiatan seni mainstream seperti teater, tari, musik dan sirkus,
tapi biasanya kegiatan-kegiatan seni tersebut pada umumnya lebih
dikenal dengan istilah 'seni pertunjukan' (performing arts). Seni
performance adalah istilah yang biasanya mengacu pada seni konseptual
atau avant garde yang tumbuh dari seni rupa dan kini mulai beralih ke
arah seni kontemporer.

e) Seni keramik
Seni Keramik adalah cabang seni rupa yang mengolah material keramik
untuk membuat karya seni dari yang bersifat tradisional sampai
kontemporer. Selain itu dibedakan pula kegiatan kriya keramik
berdasarkan prinsip fungsionalitas dan produksinya.

f) Seni fotografi

2) Desain
a) Arsitektur
Arsitektur adalah seni dan ilmu dalam merancang bangunan. Dalam artian
yang lebih luas, arsitektur mencakup merancang dan membangun
keseluruhan lingkungan binaan, mulai dari level makro yaitu perencanaan
kota, perancangan perkotaan, arsitektur lansekap, hingga ke level mikro
yaitu desain bangunan, desain perabot dan desain produk. Arsitektur juga
merujuk kepada hasil-hasil proses perancangan tersebut.

b) Desain grafis
Desain grafis adalah suatu bentuk komunikasi visual yang menggunakan
gambar untuk menyampaikan informasi atau pesan seefektif mungkin.
Dalam disain grafis, teks juga dianggap gambar karena merupakan hasil
abstraksi simbol-simbol yang bisa dibunyikan. disain grafis diterapkan
dalam disain komunikasi dan fine art. Seperti jenis disain lainnya, disain
grafis dapat merujuk kepada proses pembuatan, metoda merancang, produk
yang dihasilkan (rancangan), atau pun disiplin ilmu yang digunakan
(disain).

Seni disain grafis mencakup kemampuan kognitif dan keterampilan visual,


termasuk di dalamnya tipografi, ilustrasi, fotografi, pengolahan gambar, dan
tata letak.
• Desain interior
• Desain busana
• Desain produk
Desain Produk / Desain industri (bahasa Inggris: Industrial design)
adalah seni terapan di mana estetika dan usability (kemudahan dalam
menggunakan suatu barang) suatu barang disempurnakan. Desain industri
menghasilkan kreasi tentang bentuk, konfigurasi, atau komposisi garis atau
warna atau garis dan warna atau gabungannya, yang berbentuk 3 atau 2
dimensi, yang memberi kesan estetis, dapat dipakai untuk menghasilkan
produk, barang, komoditas industri atau kerajinan tangan. Sebuah karya
desain dianggap sebagai kekayaan intelektual karena merupakan hasil buah
pikiran dan kreatifitas dari pendesainnya, sehingga dilindungi hak ciptanya
oleh pemerintah melalui Undang-Undang No. 31 tahun 2000 tentang Desain
Industri. Kriteria desain industri adalah baru dan tidak melanggar agama,
peraturan perundangan, susila, dan ketertiban umum. Jangka waktu
perlindungan untuk desain industri adalah 10 tahun terhitung sejak tanggal
penerimaan permohonan Desain Industri ke Kantor Ditjen Hak Kekayaan
Intelektual.

3) Kriya
a. Kriya tekstil
b. Kriya kayu
c. Kriya keramik
d. Kriya rotan

b. Tinjauan Pustaka tentang seni Rupa yang ada di Kota Kupang.


Dari sekian banyaknya jenis seni rupa di nusantara, diantaranya tumbuh dan berkembang
di Kota Kupang yaitu: seni lukis, seni patung, seni dekorasi, seni ilustrasi, seni reklame,
seni kaligrafi, seni grafis, seni graffiti,Seni Body Painting.
1. Seni Lukis
Adalah Karya seni dua dimensi yang merupakan ungkapan rasa estetis dan
didalamnya terdapat unsur seni rupa, yaitu garis, bidang, bentuk, warna,
tekstur dan gelap terang.
Seni lukis sudah ada sejak zaman prasejarah, terbukti dengan adanya lukisan cap
tangan didinding gua leang-leang Sulawesi Selatan. Begitu pula dengan
penemuan lukisan babi hutan, cecak, kadal dan biawak.

gambar 2.1 pelukis Obby Tukan


sumber: dokumentasi Pribadi

2. Seni Patung
Adalah benda tiga dimensi karya manusia yang diakui secara khusus sebagai suatu
karya seni. Orang yang menciptakan patung disebut pematung. Tujuan penciptaan
patung adalah untuk menghasilkan karya seni yang dapat bertahan selama mungkin.
Karenanya, patung biasanya dibuat dengan menggunakan bahan yang tahan lama
dan sering kali mahal, terutama dari perunggu dan batu seperti marmer , kapur , dan
granit. Kadang, walaupun sangat jarang, digunakan pula bahan berharga seperti
emas, perak, jade, dan gading. Bahan yang lebih umum dan tidak terlalu mahal
digunakan untuk tujuan yang lebih luar , termasuk kayu , keramik dan logam.
Dimasa lalu patung dijadikan sebagai berhala , simbol Tuhan atau dewa yang
disembah. Tapi seiring dengan makin rasionalnya cara berpikir manusia , maka
patung tidak lagi dijadikan berhala melainkan hanya sebagai karya seni belaka.
Fenomena pemberhalaan patung ini terjadi pada agama-agama atau kepercayaan-
kepercayaan yang politheisme seperti terjadi di arab sebelum munculnya agama
samawi. Lihat juga arca. Mungkin juga dalam Hindu kuno di India dan Nusantara,
dalam agama Buddha di Asia, Konghucu, kepercayaan bangsa Mesir kuno dan
bangsa Yunani kuno.

Gambar 2.A.1. rangka patung


sumber : dokumentasi pribadi
Gambar 2.A.2 Patung
Sumber : dokumentasi Pribadi
3. Seni dekorasi
Adalah: seni yang memperhatikan tata letak (posisi),untuk memperoleh sudut
pandang yang bagus (bila dilihat dari sudut manapun), serta merupakan tindakan
perupaan pada obyek dua dimensi maupun tiga dimensi, yang dikerjakan
secara masal maupun tunggal.
Gambar 2.A.3. Dekorasi Jelajah Nada timor
Sumber : dokumentasi Pribadi
4. Seni reklame
Adalah sebagai suatu kegiatan untuk mengajak seseorang atau kelompok orang
mengikuti isi reklame tersebut. Reklame dapat juga diartikan sebagai suatu sarana
yang memiliki tujuan menjajakan produknya atau membuat barangnya laku
dipasaran (promosi). Begitu juga di kota Malang banayak dipajang bermacam-
macam produk yang ditawarkan, dipampang diberbagai tempat-tempat umum.
5. Seni Kaligrafi
Cara menulis indah dalam bentuk tulisan arab, dengan berbagai bentuk khot, atau
seni menulis dengan indah dengan pena sebagai hiasan. Tulisan dalam bentuk
kaligrafi biasanya tidak untuk dibaca dengan konsentrasi tinggi dalam waktu lama,
karena sifatnya yang membuat mata cepat lelah.
6. Seni Grafis
Adalah cabang seni rupa yang proses pembuatan karyanya menggunakan teknik
cetak, biasanya di atas kertas. Kecuali pada teknik Monotype, prosesnya mampu
menciptakan salinan karya yang sama dalam jumlah banyak, ini yang disebut dengan
proses cetak. Tiap salinan karya dikenal sebagai 'impression'. Lukisan atau drawing,
di sisi lain, menciptakan karya seni orisinil yang unik.
Gambar 2.A.4. gambar hari tenun
Sumber : Instagram @obbytukan
7. Seni Grafitti
Adalah coretan-coretan pada dinding yang menggunakan komposisi warna, garis,
bentuk, dan volume untuk menuliskan kata, simbol, atau kalimat tertentu. Alat yang
digunakan pada masa kini biasanya cat semprot kaleng. Sebelum cat semprot
tersedia, graffiti umumnya dibuat dengan sapuan cat menggunakan kuas atau kapur.
Gambar 2.A.5. Grafitti di Kota Lama
Sumber : Instagram @_themostbeautifulthing
8. Seni Body Painting
Body painting adalah suatu karya seni lukis yang digoreskan bukan di atas kanfas
tapi ditubuh manusia yang diambil untuk karya seninya. Karya seni body painting
sangat bagus seperti tato, tetapi body painting ini bisa dihapus kalau tato tidak bisa.
karya seni Body panting ini juga menyimpang dari ajaran agama di karenakan body
peinting ini menanggalkan busana, dan kebanyakan obyek lukisan body painting
ini adalah tubuh seorang wanita.
Gambar 2.A.6. gambar body painting
Sumber : instagram @Obbytukan
9. Seni Ilustrasi
Adalah hasil visualisasi dari suatu tulisan dengan teknik drawing, lukisan,
fotografi, atau teknik seni rupa lainnya yang lebih menekankan hubungan subjek
dengan tulisan yang dimaksud dari pada bentuk. Tujuan ilustrasi adalah untuk
menerangkan atau menghiasi suatu cerita, tulisan, puisi, atau informasi tertulis
lainnya. Diharapkan dengan bantuan visual, tulisan tersebut lebih mudah dicerna.

Gambar 2.A.7. Ilustrasi Petinju


Sumber : Instagram @_themostbeautifulthing

c. Tinjauan Fasilitas dan Standar Rumah Kreasi Seni di Kota Kupang


Standar kebutuhan ruang disini mencakup ruang apa saja uang nantinya diperlukan
dan dipergunakan pada perancangan arsitektur ini. Dengan meninjau pola kegiatan serta
aktivitas secara garis besar akan muncul ruang-ruang yang nantinya akan dibangun pada
perancangan. Berikut standar kebutuhan ruang apa saja yang nantinya akan diperlukan
dalam perancangan menurut komponen pokok rumah kreasi Seni Rupa sebagai berikut:
a) Kantor Pengelola
Merupakan salah satu fasilitas yang ada pada Rumah Kreasi Seni Rupa ini berupa uang
yang nantinya akan dipakai pengelola untuk mengatur dan mengoperasikan segala
bentuk kegiatan yang ada di dalam Rumah Kreasi Seni Rupa Tersebut.

Gambar 2. 18Kursi Pengunjung


Sumber : Neufert,1991
Gambar 2. 19 Ukuran Denah Administras
Sumber : Neufert,1991
i

Gambar 2. 20 Ukuran Denah


Sumber : Neufert,1991
Gambar 2. 21 ukuran Denah
Sumber : Neufert,1991

Gambar 2. 22 Ukuran Denah


Sumber : Neufert,1991

b) Fasilitas Galery seni


1) Ruang pameran karya Seni

Ruang pameran untuk karya seni haruslah:


a. Terlindung dari gangguan, pencurian, kelembaban, kering, dan debu. Kondisi
termal harus terjaga.
b. Mendapatkan cahaya alami yang terang dan peletakan lampu, merupakan
bagian yang penting untuk pameran yang baik.
c. Tempat penyimpanan lemari untuk lukisan. Ukuran kedalaman lemari 80 cm
dan ketingginya 6m.
d. Penyusunan ruangan dibatasi dan perubahan dan kecocokan dengan bentuk
ruangan.
e. Dapat dilihat publik tanpa merasa lelah.
f. Sudut pandang normal adalah 16.2, pada sisi bagian dinding lukisan yang
diberikan cahaya yang cukup dari 10 m = 4,9 m

g. Kebutuhan luas tempat lukisan 3-5 m2 tempat hiasan gantung.


h. Tempat untuk menggantung lukisan yang menguntungkan adalah antara 9m
pada ketinggian ruangan 6.70 m dan 2.13 m untuk lukisan yang panjangnya
3.04 sampai 3.65 m.

Gambar 8 .Sudut Pandang Dengan Jarak Pandang Ruang Museum


Sumber: Data Arsitek jilid 2, Neuferst, Ernst

Gambar 9. Penerangan Ruangan Museum


Sumber: Data Arsitek jilid 2, Neuferst, Ernst

gambar 10.Sudut Pandang Dengan Jarak Pandang Ruang Museum


Sumber: Data Arsitek jilid 2, Neuferst, Ernst
gambar 11.Ukuran dan Bukaan Skylighting Ruangan Museum
Sumber: Data Arsitek jilid 2, Neuferst, Ernst

gambar 12.Sorotan Lampu Museum


Sumber: Data Arsitek jilid 2, Neuferst, Ernst

2) Studi jarak pengamat terhadap objek lukisan

gambar 13.Daerah visual manusia


(Sumber: Dimensi Manusia dan Ruang Interior, Julius Panero, 2003)
Berdasarkan Gambar , disimpulkan bahwa pandangan yang nyaman
ke arah objek (gambar) adalah pandangan di dalam daerah visual 30° ke
arah atas, 30° ke arah bawah, 30° ke arah kanan, dan 30° ke arah kiri. Hal
tersebut dikarenakanpada daerah tersebut merupakan dimana mata kita
dapat mengenali warna atau membedakan warna dengan baik.
a) Jarak pengamat dan jarak antar gambar jarak pengamat
= ½ x (t.gambar) / tg30° Jarak
antar gambar
= (j.pengamat) x tg45° - ½ x (t.lukisan)
(Sumber: Studi Data Arsitek, Julius Panero, 1979)

b) Studi modul ruang gerak para difabel

Para penyandang cacat tentulah memerlukan alat


bantuuntuk membantu mereka sehari-hari, seperti kursi roda dan
kruk bagi para tuna daksa misalnya. Alat bantu tersebut
memerlukan jarak bersih guna pergerakannyadan memerlukan
akses yang khusus agar dapat digunakan. Berikut ini adlaah modul
ruang gerak para difabel (khususnya bagi tuna daksa) :

gambar 14. dimensi kursi roda


(Sumber: Dimensi Manusia dan Ruang Interior, Julius Panero, 2003)
gambar 15. Jarak bersih kursi roda, para pengguna kruk, dan pengguna walker
(Sumber: Dimensi Manusia dan Ruang Interior, Julius Panero, 2003)

3) Restrooms

Toilet umum ini harus bisa diakses dari lobi. Toilet ini pun harus dapat
melayani fasilitas lainnya yang terdapata pada museum/galeri,
termasuk fasilitas tambahan seperti auditorium, ruang teater, toko
cinderamata, dan kantin. Untuk kenyamanan, fasilitas toilet lainnya
mungkin diletakkan pada lantai atas, namun pengairan dapat
memberikan kerusakan yang disebabkan oleh air tersebut ke koleksi
pada pameran atau tempat penyimpanan.

4) Standar temperature
Beberapa museum/galeri memperbolehkan transisi yang lambat utnuk temperatur
dan pengaturan titik kelembababn.museum/galeri koleksi biasanya lebih mentolerir
untuk variasi temperatur daripada variasi RH. Bagaimanapun juga, RH adalah
temperatur ekstrim yang sensitif dan karenanya temperatur haruslah diseting lebih
dari konstan daripada RH— sehingga RH dapat diatur dengan jarak yang sangat
rendah (2 persen) dari titik pengaturan pada desain. Hal ini sangat jelas dari literatur,
dimana temperatur rendah lebih baik untuk koleksi yang dikonservasikan.
Walaupan masyarakat lebih merasa nyaman pada tingkatan 22 sampai 24°C. 20
sampai 21°C adalah jarak yang biasanya direkomendasikan untuk ruang pameran
yang digunakan untuk umum. Titik pengaturan A ada pada jarak 15 sampai 20°C
direkomendasikan bagi ruang penyimpanan koleksi.

5) Standar ukuran kelembaban

Biasanya, pernyataan museum merekomendasikan secara


secara konstan, RH level per tahun yaitu 50%. RH yang konstan
dibutuhkan karena material dari koleksi dibuat secara khas sangat
sensitif akan perubahan sedikit saja pada RH.pada kondisi yang tidak
membantu, karya tersebut dibuat dengan material yang berbeda yang
akan memanjang (tiap material bergerak pada angka yang berbeda),
penggosokkan, pengasaman, dll., itulah yang menyebabkan
kemerosotan material.
50 persen RH ini, ±2 persen (selama setahun, 24 jam per hari)
adalah standar tinggi yang ekstrim yang mana arsitek dan insinyur sipil
harus mempunyai pengetahuan tentang desain. Secara arsitektural,
utnuk mempunyai kemungkinan dari pertemuan pada tahap daya kerja
ini, desain harus menggunakan ruang lainnya (seperti sirkulasi utama
publik dan ruang pada lobi) seperti penahan antara koleksi pameran-
berisikan ruang dan eksterior. Untuk pekerjaan desain insinyur, hal ini
membutuhkan perawatan untuk volume udara single dengan kebocoran
minimum. Titik ini ditekan untuk keuntungan si arsitek seperti harus
mengubah desain arsitektural. Kebutuhan akan sistem HVAC
melayani ruang yang kritis pada museum/galeri, dimana hal ini tidak
standar untuk prektek pada bangunan.

6) Tatanan Sistem HV AC

Ruang dan lokasi yang ekonomis membutuhkan sistem HVAC


yang harus dipertimbangkan lebih dulu sebelum proses desain. Lokasi
dari unit pengatur udara akan beresiko besar pada desain. Pengaliran
utama harus mengalir diatas ruang yang tidak terlalu kritis dari segi
fungsi. Pertimbangan harus diberikan pada kemungkinan
pengembangan pada masa yang akan datang dan penambahan
peralatan. Seperti fleksibilitas sangat dianjurkan dalam mendesain
museum/galeri ini.
Lokasi dari pemasok udara sangat sigifikan. Pemasok udara ini
harus jauh dari tempat bongkar-muat barang, jalanan, exhaust restoran,
exhaust bangunan, exhaust peralatan dan kimiawi, dan lubang angin
dari sistem plumbing bangunan.
Sistem HVAC yang kritis, termasuk kontrol kelembaban, harus
mempunyai tenaga listrik darurat untuk mengoperasikan pada saat tidak
ada pemasok tenaga. Desain ini seharusnya menyediakan kegagalan
komponen dalam sistem dengan alarm pada saat terjadi kegagalan
komponent.

7) Struktur

Untuk fleksibilitas, museum/galeri biasanya didisain dengan


lebih dari batas kapasitas minimum muatan pada lantai. Museum/galeri
memprogram berbeda-beda, antara 125 pon per kaki kuadrat untuk
semua ruangan dan 200 pon per kaki kuadrat untuk ruang pameran. Hal
ini tentu saja diatas rata- rata minimum dari penyediaan fleksibilitas.
Objek yang individu pada tempat penyimpanan koleksi dan
ruang pameran mungkin terlalu berat. Kapadatan yang tinggi pada
penyimpanan kadang-kadang berguna. Barang seni yang berat dan
material instalasi pameran digerakkan dengan alat, dapat mencapai
berat per objek hingga 8.000 sampai 10.000 pon. Museum harusnya
menyarankan untuk mengantisipasi instalasi-instalasi yang sangat
berat.

8) Exterior
Material untuk eksterior harusnya dipilih dengan keawetan dan penampilan
yang sesuai dengan museum/galeri. Dinding eksterior dan atap harus sesuai dengan
standart dari konservasi tenaga.
Konstruksi dinding dan atap harus menghindari dari menjembatani panas termal.
Pelindung berkelanjutan dari uap air sangat dibutuhkan oleh dinding eksterior, atap,
dan lantai terbawah.
Jendela dan skylights harus dapat mengurangi sinar ultraviolet dan sinar
infrared dari cahaya matahari di luar. Penghalang cahaya yang tidak baik juga harus
terdapat pada museum/galeri atau mekanisme yang dapat menyinari museum/galeri
dengan pencahayaan alami yang baik di setiap ruangan. Jendela yang dapat
dikendalikan harus terdapat dan dapt digunakan. Area yang tidak menampilkan
karya pameran harus memiliki cahaya alami yang melimpah.

9) Pencahayaan alami dan buatan

Untuk kebutuhan fleksibilitas, museum/galeri didesain secara


tipikal dengan lebih dari batas minimum kapasitas pencahayaan,
khususnya ruang pameran.

Pencahayaan dibutuhkan dan sistem ini akan berbeda fungsi tiap


ruangnya dan tipe dari display. Pada bagian eksterior, pencahayaan
dan ruang pencahayaan eksterior dapat digunakan untuk
mendramatisir dan membuat museum/galeri terlihat megah.
Pencahayaan yang terlihat adalah kombinasi dari merah, jingga,
kuning, hijau, biru, dan violet. Cahaya ini memiliki panjang
gelombang 400-700 nanometer (nm). Cahaya pada jangkauan dari
biru sampai ultraviolet sebagai akhir dari spektrum memiliki energi
yang berlebihan dan dapat merusak karya-karya yang dipamerkan.
Pada kebanyakan museum/galeri, semua instalasi pencahayaan pada
ruang pameran dan ruang koleksi lainnya harus dapat melindungi
dari sinar UV kurang dari 75 mikrowatt per lumen dan dan
mengelilingi untuk menghindari kerusakan pada objek pada suatu
acara pada saat kerusakan lampu.
Pada umumnya, pencahayaan di museum/galeri sesuai dengan
jumlah iluminasi yang diberikan oleh Illuminating Engineers
Society of North America (IESNA), Lighting Handbook for General
Use. Bagaimana pun juga, pada area koleksi, tingkat pencahayaan
sangat penting dagi permukaan dari koleksi itu sendiri. Pada
permukaan dari karya yang sangat sensitif, termasuk sesuatu yang
berhubungan dengan kertas (seperti cetakan dan hasil foto), tingkat
pencahayaan tidak boleh melampaui 5 footcandles (fc).
Kebutuhan pencahayaan pameran sangat berbeda dari barang-barang
pamer, tipe, dan ukuran dari karya, dan tatanan dari tiap pameran (Tabel
II.3). Tujuannya adalah untuk pencahayaan objek individual, bukan ruangan
secara keseluruhan. Lokasi dari alat pencahayaan yang berhubungan dengan
material pameran sangat kritis, membutuhkan lokasi lintasan yang berlapis
yang sama dengan instalasi permanen, lampu, filter, pintu, dan gril.

Tabel tingkat kebutuhan cahaya


Ruang Material Pameran Tingkat Pencahayaan
(fc)
Pameran (sangat sensitif) Karya dalam kertas, cetakan, 5-10
kain, kulit dengan pewarna

Pameran (sensitif) Lukisan minyak dan 15-20


tempera, kayu

Pameran (tidak sensitif) Kaca, batu, keramik, metal 30-50

Tempat Penyimpanan Koleksi 5

Tempat Perawatan Koleksi 20-50


(sumber: Time Saver Standards, for Building Types, 690)

Ruang pamer biasanya mempunyai grid yang fleksibeldari kualitas yang


baik dari pencahayaan. Tatanan akhir harus mempertimbangkan lokasi dari
dinding permanen.tatanan lintasan harus menampung sebab akibat dari
lokasi dinding permanen dan dinding tomporari:
1) Ukuran sudut dari dinding dan 5 kaki-4 inci di atas lantai (dimana rata-rata
tingkat penglihatan dari orang dewasa) harus di antara 45 sampai 75 derajat
(ke atas) dari posisi tegak lurus instalasi lampu.
2) Untuk dinding permanen, sudut yang biasa dipakai adalah 65 sampai 70
derajat.karya yang sensitif , pencahayaan yang tidak berlebihan sangat
dibutuhkan.
Pencahayaan alami dapat digunakan sebagai efek dari mendramatisir dan
menghidupkan desain dari sebuah bangunan. Beberapa arsitek

gambar 16. Teknis pencahayaan artifisial


(Sumber: Time-Saver Standards for Building Types)

gambar 17. Teknis Pencahayaan alami


(Sumber: Time-Saver Standards for Building Types)

10) Sistem Komunikasi

Sistem komunikasi dapat terdiri dari:


o Sistem keamanan
o Sistem menejemen bangunan
o Informasi teknologi (suara dan data)
o Sistem Audio-visual

Teknologi harus dengan mudah tesedia untuk fleksibilitas pada


operasional sebaik pemograman pameran. Teknologi harus dapat dengan
mudah tersedia bagi ruangan yang digunakan publik, termasuk lobi dan
sirkulasi utama, auditorium/ruang teater, ruang konferensi, dan sebagian
ruang eksterior (misalnya, halaman, teras atap, halaman depan dan kios).
Sistem ini juga dapat dikembangkan dan digabungkan dengan website dari
museum/galeri dan sistem operasional lainnya, seperti e-mail, alat
komunikasi personal, sistem keamanan, sistem penyuratan.

11) Akustika

Akusitika pada tiap ruangan harus dengan nyaman bagi pengunjung


individu atau berkelompok. Hal ini sangat penting bagi dosen
memimpin tur dan dapat didengar oleh kelompoknya tanpa
mengganggu pengunjung lainnya. Pada beberapa ruangan dan fungsi
seperti ruang konferensi, orientasi, auditorium harus didesain oleh
spesialis dalam bidang akustika.
Pada ruangan lain, seperti jalur sirkulasi utama dan ruang pameran
sangat membutuhkan perawatan akustika untuk mencegah dari
kecacatan akustikan pada ruangan tersebut.

12) Sistem Keamanan

Sistem keamanan pada museum/galeri harus dibuat sangat


aman, bukan hanya mengandalkan sistem aktif dari penjaganya dan
sistem keamanan digital, tapi juga dari segi desain dan tatanan dari
museum/galeri itu sendiri. Semua aspek dari museum/galeri harus
didesain untuk menjaga keamanan dari koleksinya sendiri. Koleksi
ini harus dilindungi dari kerusakan, maling, dan basah.
Museum/galeri ini harus memiliki satu pintu masuk dan pemisah
tipikal untuk pintu masuk pengelola (tergantung dari ukuran dari
museum/galeri). Prioritas dari keamanan koleksi, dimana hal ini
berbeda dari standar keamanan bangunan.
Lima zona keamanan yang harus diamati adalah:
• Zona #1: Keamanan Tertinggi Tempat Penyimpanan Koleksi
• Zona #2: Keamanan Tinggi Koleksi yang tidak dapat diakses publik
• Zona #3: Keamanan Tinggi Koleksi yang dapat diakses publik
Zona #4: Aman Bukan akses publik, tidak ada koleksi
• Zona #5: Aman Akses publik, tidak ada koleksi
Dalam desain arsitektural, harus menyediakan pemisah yang tersusun
pada zona utnuk keamanan dan kinerja yang efisien. Aspek yang
berbeda dari desain bangunan dan konstruksi juga memerlukan sistem
keamanan yang baik. Hal ini memerlukan desain dari HVAC, pintu
dan perangkat keras, konstruksi dinding, dan konstruksi atap dan
skylight.

13) Sistem Pemadam kebakaran

Pengawetan dan pengawasan dari koleksi museum/galeri


membutuhkan pendeteksi kebakaran dan sistem penghenti yang mana
menggunakan alat pendeteksi peringatan pertama untuk keamanan
maksimal. Seperti keamanan dan perlindungan sangat dibutuhkan
untuk misi dari museum/galeri.
Sistem ini harus digabungkan dengan sistem keamanan untuk
mengaktifkan alarm pada saat kondisi , dimana dapat mendahului
waktu perngatan untuk tindakan yang harus dilakukan oleh pengelola.
Sistem keamanan yang paling efektif adalah sistem pemadam
kebakaran yang otomatis (sprinkler).

14) Sistem Pemipaan


Sistem pemipaan, termasuk dalam penglokasian arsitektural
dari toilet, yang mana harus menghindari kerusakan yang disebabkan
oleh kebocoran dan penguapan.Semua sistem pemipaan harus diatur
naik dan turun melalui dan di atas koridor atau area yang tidak terdapat
koleksi. Tidak ada pemipaan yang mengalir dan drainasi hujan dan atap
harus dialirkan melalui atau berada di atas koleksi yang dipamerkan.
Seharusnya tidak ada pengaliran air yang dialirkan melalui area
penyimpanan koleksi karya.

c) Studio Seni/ workshop

Koridor mengapit ruang seni yang ditunjukkan pada Gambar 101 yang berkembang
sebagai unit inti interior terkait dengan ruang kelas tipikal di sepanjang koridor. Kaca
di atas meja kerja memungkinkan kegiatan kreatif terlihat dari koridor, menampilkan
pusat minat yang menarik.
a. Ruang Visual Arts membutuhkan tempat penyimpanan barang yang strategis
sehingga mampuh mengakomodasikan setiap teknik pekerjaan dan kebutuhan
seni yang berbeda-beda seperti melukis, plastisin dan menggambar, ( fotografi
dan media )

b. Permukaan kerja seperti kounter dan meja yang besar adalah kebutuhan belajar
seni bersama.
c. Tempat penyimpanan lemari sebanyak-banyaknya. Lemari barang tajam harus
dijauhkan dari anak-anak. Dinding dan bawah meja kounter sebagai tempat
lemari.
d. Dinding atau drying rack untuk tempat penamilan karya.
e. Didalam ruang seni sangat umum untuk mempunyai tempat wastafel persegi di
meja counter .
f. Ruang seni harus memiliki setidaknya 5.1m2 luas ruang kerja untuk setiap
murid.
g. Harus memiliki jendela dan akses ke kebun atau keluar.
h. Jalur sirkulasi ke ruang menjadi tempat untuk tampilan karya seni
i. Area basah harus memakai lantai granit, memiliki saluran air dan tempat tungku
pembakaran dan penjemuran. Satu tungku bakar untuk setiap dua ruang seni.

Gambar 2.13: Ruang Kelas Seni Rupa


Sumber : Time Saver Standard 4th edition. DeChiara&Crosbie

d) Fasilitas Penunjang
1) Ruang serbaguna : Tempat Pertemuan dan Kafetaria

Ruang serbaguna didesain untuk dua atau lebih kegiatan kelompok yang
menggunakan area yang luas. Tempat pertemuan dan kafeteria merupakan
kombinasi ruangan yang sering digunakan.
Tempat tersebut harus memiliki :
a. Suasana yang menyenangkan untuk makan dan berkumpul/ berupacara.
b. Dilengkapi dengan furnitur, kursi dan meja lipat yang dap at dengan cepat
dipindah ke tempat penyimpanan atau gudang di dekatnya.
c. Memiliki panggung, tirai panggung, latar belakang panggung dan lampu
panggung.
d. Arus sirkulasi harus lancar, mengkurangi sirkulasi bersilang.

gambar 18.: Ruang Serbaguna, Kafeteria dan Pertemuan


Sumber : Time Saver Standard 4th edition. DeChiara&Crosbie

d. Standar Perancangan Rumah Kreasi seni.


e. Studi Kasus
b) Rumah Seni Cemeti
1) Lokasi
Rumah Seni Cemeti/Cemeti Art House terletak di Jln. Panjaitan no.41
Yogyakarta. Galeri seni kontemporer ini dikelola oleh Yayasan Seni Cemeti yang
aktif mengadakan berbagai pameran seni kontemporer yang diadakan secara
periodik.
Bangunan Rumah Seni Cemeti didesain oleh arsitek Eko Agus Prawoto.
Lokal-global, tradisional-modern, seni-bukan seni, individual-kolektif, industri-
kerajinan, konvensional-inovatif adalah paradoks yang tercermin pada
konstruksi arsitekturalnya. Rumah Seni Cemeti ini adalah satu-satunya galeri
seni di Yogyakarta yang memperoleh penghargaan dari Ikatan Arsitek Indonesia
[IAI].

2) Bangunan

Gambar 2.9 : perspektif cemeti art house


sumber : Alambina.net

Bangunan Rumah Seni Cemeti ini bergaya arsitektur vernakular. Hal ini
bangunan tradisional jawa. Dari ruang penerima ini pengunjung digiring
menuju ke ruang pamer melewati sebuah ruang selasar dengan salah satu sisi
yang terbuka. Terdapat sebuah tanaman hijau kecil berukuran kurang lebih 25
m2 pada sebelah sisi yang terbuka pada selasar. Di sisi sebelah kanan terdapat
ruang penunjang berupa lavatory dan pantry serta stockroom.
Terdapat ceruk dinding yang berisi display buku dokumentasi seniman dan
kegiatan yang dilakukan oleh Rumah Seni Cemeti yang berada di sisi kanan dan
kiri pitu stockroom. Ruang Pamer berukuran 105 m2 dengan konsep ruang yang
semi terbuka yang salah satunya menghadap selasar yang menghubungkannya
ke ruang lobby penerima. Ruang pamer dilengkapi dengan sistem pencahayaan
alami dari bukaan atap dan system pencahayaan artifisial dari lampu sorot. Selain
itu juga terdapat suplay listrik dari stop-kontak untuk suplay listrik karya seni
instalasi yang membutuhkan listrik sebagai energi penggerak mekanik atau pada
Kasusus video art Finishing dinding ruang pamer menggunakan warna putih
netral tanpa ornamentasi.
Plafond dibiarkan tanpa finishing untuk pencahayaan alami yang merata pada
seluruh ruang pamer. Sedangkan finishing lantai dari ubin dengan warna krem
merata dari ruang penerima hingga ruang pamer.

Gambar 2.10 : interior cemeti art house


sumber : Alambina.net
Terdapat ruang kegiatan penunjang yang terletak disisi depan massa
bangunan yang digunakan untuk kegiatan pengelolaan yang terhubung pada
ruang lobby dan ruang penerima. Selain itu terdapat pula 2 ruang lainnya yaitu
ruang storage peralatan dan ruang studio konsep mini yang keduanya terhubung
pada selasar yang menghubungkan ruang penerima dengan ruang pamer dan
taman mini yang berada di tengah massa bangunan.

3) Aktifitas dan Fasilitas

Berikut ini tabel aktivitas dan fasilitas yang ada di Rumah Seni Cemeti :
Tabel 2.1 Aktivitas Dan Fasilitas
No Aktifitas Fasilitas
Pameran/eksebisi Ruang pamer temporer
1 12mx14m dengan
kapasitas 150 orang
2 Perawatan karya seni Stockroom
meliputi :
a. penyimpanan
b. konservasi dan
penjualan
3 Eksperimen Studio konsep dan
homestay seniman
4 Kegiatan pengelolaan Ruang pengelola

5 Kegiatan informasi Lobby

6 Kegiatan penunjang Storage


Lavatory Taman mini

4) Data Jumlah Pengunjung


Untuk satu periode pameran dengan lama rata-rata 20-30 hari, jumlah
pengunjung berkisar antara 450-650 orang. Sedangkan jumlah pengunjung
paling banyak dalam satu hari pameran sekitar 100-150 orang. Frekuensi
pengunjung paling banyak terjadi pada saat event pembukaan pameran. (sumber
: data jumlah pengunjung Cemeti Art House)

c) Selasar Sunaryo Art space


Nama Selasar Sunaryo Art Space diambil dari nama seniman yang memiliki galeri
seni tersebut. Istilah selasar mengacu pada filosofi bahwa karya seninya adalah suatu
proses kreatif yang terus berjalan.

1) Lokasi
Selasar Sunaryo terletak di propinsi Jawa Barat tepatnya di Daerah
tingkat II Bandung, Kecamatan Lembang. Letaknya sendiri berada
di kawasan perbukitan alami di jl. Bukit Pakar Timur, Dago,
Bandung.
2) Bangunan

Gambar 2.11.Siteplan Selasar Sunaryo Art


www.SelasarSunaryo.net

keterangan :
Wing Space
Kopi Selasar
Central Space
Cinderamata Selasar
Audio Visual Space
Amphitheatre
I. Bale Handap
J. Bamboo House
(sumber :
www.SelasarSunaryo
.net)

Gambar 2. 23 Denah Lantai 1 dan 2 Selasar Sunaryo Art Space


Sumber.www.SelasarSunaryo.net
Keterangan :
Stone
Main space

Letak Selasar Sunaryo yang berada di kawasan perbukitan sangat


menentukan pola peletakan fungsi massa bangunan yang mengisi ruang seluas
5000m2 dengan tingkat kemiringan sekitar 20-40%. Maka dalam
perancangannya dilakukan pemisahan massa bangunan berdasarkan
pengelompokan fungsi aktifitas. Berikut pengelompokan massa bangunan di
Selasar Sunaryo berdasarkan fungsinya :
c) Fungsi Bangunan Utama, dengan dimensi sekitar 8,4x22 m2 yang terdiri
atas tiga lantai yang berbeda dengan split level yang memanfaatkan pola
kontur eksisting.
d) Fungsi Bangunan Penunjang, yang terdiri atas dua lantai yang berbeda
dengan split level.
e) Ruang Amphiteater terbuka berbentuk setengah lingkaran dengan diameter
sekitar 20m dari lingkar luar amphiteater dan 10m dari lingkar luar
panggung.

Gambar 2. 24. Interior Selasar Sunaryo Art Space


Sumber :www.SelasarSunaryo.net
3) Aktifitas dan Fasilitas
Selain aktifitas utama galeri seni yaitu memamerkan, merawat dan
mengapresiasikan karya seni Selasar Sunaryo tentunya juga berfungsi sebagai
studio kerja mengingat galeri seni ini adalah milik personal.
Berikut ini tabel Aktifitas dan Fasilitas yang ada di Selasar Sunaryo Art Space di
Bandung :
Tabel 2.2 Aktifitas dan fasilitas
NO AKTIFITAS FASILITAS

1 Pameran tetap karya-karya milik Ruang pamer tetap Ruang


Sunaryo dan pameran temporer pamer temporer
Ruang pamer outdoor
2 Produksi karya seni Studio seni
3 Konvensi dan diskusi seni Ruang pertemuan
4 Performance seni Amphiteatre
5 Kegiatan komersial Artshop
Café
6 Kegiatan informasi Lobby
7 Kegiatan pengelolaan Ruang pengelola
8 Kegiatan service Lavatory
Dapur
Ruang mekanikal elektrikal
Storage dan stock room

Dari studi preseden diatas dapat di ambil contoh dalam penataan


masa bangunan, kejelasan tata letak bangunan dan fasilitas-fasilitas lain
yang ada di dalam Selasar Sunaryo Art Space ini.
2. Tinjauan Pustaka tentang Pendekatan Arsitektur kontemporer
a. Arsitektur Kontemporer
a) Definisi Tema
Secara umum, arsitektur kontemporer didefinisikan sebagai seni rupa terapan yang
berkiblat pada masa kini. Jika diuraikan secara sederhana, istilah yang berasal dari dua
kata, yaitu “co” (bersama) dan “tempo” (waktu) ini mengacu pada hal-hal yang terjadi
pada “saat ini” atau bersifat kekinian.
Kalau menilik Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), kata kontemporer memiliki
arti “pada waktu yang sama; semasa; sewaktu; pada masa kini; dewasa ini”. Istilah
kontemporer sebenarnya baru ada di pertengahan abad ke-20. Pada era sebelumnya,
istilah ini sama sekali belum populer.Inilah alasan istilah kontemporer sering
disalahartikan sebagai definisi gaya seni modern. Padahal, keduanya memiliki
perbedaan yang cukup signifikan, meskipun sekilas terlihat identik satu sama lain.
Arsitektur kontemporer merupakan arsitektur abad ke-21 dan dikerjakan sesuai
dengan tren masa kini. Arsitektur kontemporer umumnya dikerjakan dengan gaya yang
berbeda-beda dan tidak ada satu gaya yang dominan. Jenis arsitektur yang satu ini juga
banyak mengadaptasi teknologi canggih dan bahan-bahan bangunan modern.
Gaya arsitektur kontemporer akan selalu berubah dan tidak mengikuti gaya
arsitektur konvensional, meski lama kelamaan gaya ini akan menjadi gaya arsitektur
konvensional juga. Untuk itulah gaya arsitektur yang satu ini bersifat dinamis.
Gaya kontemporer mulai berkembang sekitar awal 1920-an yang dimotori oleh
sekumpulan arsitek Bauhaus School of Design di Jerman. Mereka merespons
kemajuan teknologi dan perubahan sosial masyarakat akibat perang dunia.
Gaya kontemporer dalam seni bangunannya mulai berkembang pesat pada tahun 1940
hingga 1980-an. Dari waktu ke waktu, desain kontemporer menampilkan gaya yang
selalu lebih baru, segar, dan berbeda.
Gaya ini berangkat dari keinginan untuk merancang dan membangun hal-hal yang
berbeda dari yang dilakukan di masa lalu dan hal yang biasa dilakukan hari ini.
Arsitektur kontemporer juga memiliki kecenderungan untuk berevolusi atau
berkembang menjadi sesuatu yang baru Gaya kontemporer memiliki tujuan untuk
melepaskan atau memisahkan diri dari proses dan cara berpikir yang telah menjadi
standar umum (yang kurang lebih mengacu pada gaya desain modern).
Arsitektur kontemporer telah diakui sebagai salah satu pendekatan dalam merancang
secara internasional sehingga banyak ahli yang mengemukakan pendapat mengenai
definisi dari arsitektur kontemporer, diantaranya yaitu :
8) Menurut F. Asencio Cerver, arsitektur Kontemporer adalah suatu gaya arsitektur
yang bertujuan untuk mendemonstrasikan suatu kualitas tertentu terutama dari
segi kemajuan teknologi dan juga kebebasan dalam mengekspresikan suatu gaya
arsitektur, berusaha menciptakan suatu keadaan yang nyata-terpisah dari suatu
komunitas yang tidak seragam. (The World of Contemporary Architecture
XX,2000)
9) Menurut Y. Sumalyo, kontemporer adalah bentuk-bentuk aliran arsitektur yang
tidak dapat dikelompokkan dalam suatu aliran arsitektur atau sebaliknya
berbagai arsitektur tercakup di dalamnya.( Arsitektur Modern Akhir Abad XIX
dan Abad XX. 1996)
10) Menurut L. Hilberseimer, arsitektur kontemporer adalah suatu gaya aliran
arsitektur pada zamannya yang mencirikan kebebasan berekspresi, keinginan
untuk menampilkan sesuatu yang berbeda, dan merupakan sebuah aliran baru
atau penggabungan dari beberapa aliran arsitektur. Arsitektur kontemporer AR
2211 | Teori Desain Arsitektur 2 mulai muncul sejak tahun 1789 namun baru
berkembang pada abad 20 dan 21 setelah perang dunia. (Comtemporary
Architecture,1964)

b) Ciri dan Prinsip Arsitektur Kontemporer


Arsitektur kontemporer merupakan bentuk konstruksi yang mewujudkan ragam
gaya desain bangunan yang berasal dari berbagai pengaruh. Banyak variasi yang bisa
dikreasikan melalui desain arsitektur kontemporer. Gaya arsitektur ini bisa
memodifikasikannya dengan gaya lain sebagai inspirasi desain, misalnya gaya
modern, eklektik, minimalis, futuristik, atau natural, hingga tercipta suatu masterpiece
yang benar-benar baru. Arsitektur Kontemporer memiliki ciri dan prinsip dalam
merancang sebuah bangunan yang menjadi identitas dari gaya tersebut. Menurut Egon
Schirmbec (1988) dalam buku Gagasan, Bentuk, dan Arsitektur : Prinsip - prinsip
Perancangan dalam Arsitektur Kontemporer, ciri dan prinsip arsitektur kontemporer
yaitu :
1) Lekuk atau melengkung

Gambar 2. 25 Gambar 8. Rumah barbie


Sumber : www.PropertyGuru.com

Jika gaya arsitektur pada umumnya mengambil pola garis lurus, maka dalam
arsitektur kontemporer, terutama pada bagian eksterior, justru lebih sering
menggunakan garis melengkung. Namun, tidak sedikit yang akhirnya memilih
untuk mengombinasikan antara garis lurus dan lengkung, ke dalam bagian
arsitektur agar terlihat menarik.

2) Palet warna netral dan Tegas


Secara umum, arsitektur kontemporer lebih condong memakai warna-warna
netral seperti putih, hitam, atau abu-abu. Hampir serupa dengan palet warna
yang biasa ditemukan pada desain minimalis.
Untuk memberi aksentuasi desain yang memenuhi spesifikasi gaya
kontemporer, jangan ragu untuk tonjolkan elemen desain dengan warna solid
seperti merah, kuning, jingga.
Gambar 2. 26 Rumah Minimalis
Sumber : www.PropertyGuru.com

3) Komposisi Ruang Mengalir


Gambar 2. 27 Ruang Interior
Sumber : www.PropertyGuru.com

Karena penggunaan garis lengkung yang dominan, tampilan gaya ini terlihat
sangat dinamis dan mengalir secara visual. Arsitektur kontemporer
memungkinkan terciptanya komposisi ruang yang berbeda dari umumnya
berbidang datar.Ruangan dibiarkan terbuka dan terlihat lapang dengan sekat-
sekat yang minimal.

4) Material Anti-Mainstream
Gambar 2. 28 Ruang Interior
Sumber : www.PropertyGuru.com

Bahan-bahan yang digunakan dalam bangunan seperti kaca dan logam lebih
sering ditemukan dalam bangunan arsitektur kontemporer, terutama pada
bagian atap dan dinding.
Material kaca ini juga mampu menciptakan kesan transparan dan
keterbukaan, sangat sesuai dengan konsep kehidupan saat ini. Jenis material
yang dikategorikan baru di sini adalah material yang terbuat dari teknologi
mutakhir, berbahan ramah lingkungan serta berkelanjutan.

5) Jendela Super Besar


Gambar 2. 29 Interior Ruang Tidur
Sumber : www.PropertyGuru.com

Unsur material kaca yang mendominasi membuat sistem bukaan yang lebar
pada bangunan. Selain dipasang di posisi yang unik, ukuran jendela yang besar
Hal ini memaksimalkan sistem pencahayaan alami serta sirkulasi udara sebagai
langkah efisiensi energi.

6) Memperlihatkan Aspek Lingkungan


Gambar 2. 30 Exterior HomeStay
Sumber : www.PropertyGuru.com

Dengan mengadopsi fitur ramah lingkungan dalam konstruksi perumahan,


arsitektur kontemporer memiliki tujuan untuk menambahkan karakter hunian
yang ergonomis bagi para penghuninya dengan cara mengintegrasikan
bangunan rumah dengan alam sekitarnya.

7) Animated Architecture

Gambar 2. 31 Gedung Kaca


Sumber : www.PropertyGuru.com
Sifat kreatif dan dinamis yang melekat pada arsitektur kontemporer membuat
desain bangunan yang pada dasarnya merupakan benda mati, menjadi terasa
lebih hidup. Hal ini juga membuat bagian luarnya terlihat lebih hidup, seolah
memiliki unsur animasi alias bergerak.

b. Studi Kasus Pendekatan


a) Museum Tsunami Aceh
Studi banding berdasarkan tema perancangan yang diambil dari bangunan dalam
negeri yaitu Museum Tsunami Aceh.

Gambar 2. 32 Museum Tanah Aceh


Sumber : kebudayaan.kemdikbud.go.id/

Arsitek : Ridwan Kamil

Lokasi : Jl. Sultan Iskandar Muda, Sukaramai, Kec. Baiturrahman, Kota


Banda Aceh, Aceh
Tipe Proyek : Bangunan Fasilitas Umum (Museum)
Tahun :2009
Luas Bangunan : 2500 m2
Museum tsunami merupakan museum yang dirancang oleh salah satu arsitek
terkenal Indonesia yaitu Ridwan Kamil dengan gaya arsitektur kontemporer. Museum
ini dibangun sebagai salah satu cara untuk mengenang kejadian tsunami di Aceh pada
tanggal 26 Desember 2004. Museum Tsunami Aceh diresmikan pada tahun 2009.
Bangunan ini dibuat menyerupai sebuah kapal yang memiliki cerobong besar ditengah
bangunan dengan menggunakan material kaca pada fasade bangunan yang ditutup oleh
secondary skin yang merupakan salah satu ciri khas dari arsitektur kontemporer.
Bangunan ini memiliki beberapa fasilitas yang dibagi berdasarkan zoning seperti pada
gambar ,

Keterangan :
1. Lobby
2. Ruang souvenir
3. Ruang rapat
4. Toilet wanita
5. Toilet pria
a. Ruang audio visual
Gambar 2. 33 Ruang Utama Museum Tsunami Aceh
Sumber : /docplayer.info/71606708-Makna-arsitektur-teori-
b. Ruang pamer temporer
estetika-dan-perilaku.html c. Ruang pamer tetap
d. Exit

Bangunan ini memiliki ruang - ruang utama diantaranya sebagai berikut :

1) Ruang Renungan
2) Memorial Hill
3) Ruang “The Light of God”
4) Lorong Cerobong
5) Jembatan Harapan
6) Ruang Multimedia
7) Ruang Geologi, Perpustakaan, Souvenir
8) Ruang Penyelamatan

Berikut ini merupakan bangunan Museum Tsunami Aceh yang dikaji berdasarkan
7 prinsip arsitektur kontemporer menurut Egon Schirmbeck, diantaranya sebagai berikut :
Tabel 2.3 Arsitektur Kontemporer Bangunan Museum Tsunami Aceh

No Teori Gamb Keterangan


Schirmbeck ar

Bangunan berdiri
dengan kokoh dan
1 Bangunan kokoh menyerupai bentuk
kapal

Gubahan massa tidak


kaku karena berbentuk
2 Gubahan
oval yang dianalogikan
ekspresif dan
dari bentuk kapal
dinamis

Pada tengah bangunan


dibuat void yang
ditutup oleh atap
Konsep ruang
transparan (skylight)
3 terkesan
sehingga memberikan
terbuka
kesan terbuka.

Lantai dasar bangunan


dibuat terbuka yang
dijadikan area komunal
Harmonisasi
agar terjadi
4 ruang luar dan
harmonisasi dengan
ruang dalam
ruang luar
Fasad bangunan
menggunakan curtain
Memiliki fasad wall yang dilapisi
5
yang secondary skin
transparan

No Teori Schirmbeck Gambar Keterangan

Ruang yang dirancang


nyaman bagi pengunjung
6 Kenyamanan dan ramah terhadap
Hakiki difabel

Pada lanskap
mengoptimalkan
penghijauan dengan
menanam vegetasi secara
tertata untuk memberikan
Eksplorasi elemen penegasan terhadap site.
7 lansekap Menata perkerasan pada
site dengan pola yang
menarik

b) Jewish Museum Berlin


Libeskind merancang bangunan museum ini terkoneksi dengan bangunan bergaya Baroque
di sebelahnya, yang merupakan Gedung Courthouse bersejarah. Jalan masuk ke dalam
bangunan museum dicapai melalui gedung tersebut yang dibuat menurun hingga ke bawah
tanah dengan pintu masuk di sebuah menara yang menerus ke atas membentuk void yang
menciptakan kesan kedalaman yang semakin mengubur atau mendalam ketika pengunjung
menempuh tangga yang menurun hingga ke bawah tanah (Libeskind, The Space Of
Encounter 2005).

Bentuk dan penempatan tampaknya yang acak dengan abstraksi dari pola yang diciptakan
dari aktivitas Kaum Yahudi yang tak memiliki arah dan tujuan hidup, kemudian gambaran
tersebut diproyeksikan ke bangunan sehingga menciptakan garis-garis yang terkesan tidak
beraturan (Hermanto 2013).

Dari kedua sumber tersebut, dapat disimpulkan bahwa Arsitek Jewish Museum Berlin yaitu
Daniel Libeskind memiliki ekspresi dan imajinasi tersendiri dalam desain museum
tersebut. Tidak sekadar menggubah sebuah bentuk massa bangunan, namun juga mengisi
sebuah makna dan cerita ke dalam ide dan rancangannya. Perspektif keseluruhan bentuk
bangunan museum dapat dilihat pada gambar

Gambar 2. 34 Perspektif Jewish Museum Berlin


Sumber : https://www.inexhibit.com/case- studies/daniel-libeskind-jewish-museum-berlin/

Fragmentasi bentuk diperlihatkan secara jelas pada Jewish Museum Berlin, karya
Libeskind. Unsur paling jelas dari eksterior bangunan adalah Bintang Daud yang terfragmentasi
dari mana rencana itu berasal. Libeskind menyatakan, “Satu adalah garis lurus, tetapi dipecah
menjadi banyak fragmen, yang lain adalah garis berliku-liku, tetapi terus tanpa batas”. Tema
fragmentasi dapat dilihat dalam keseluruhan garis “berliku-liku” dari rencana tersebut, tetapi
juga di penempatan jendela. Fragmentasi bangunan jelas di jendela bergerigi dan balok saling
silang di atas ruang tampilan (Ashadi 2019).
Keseluruhan komposisi bangunan adalah Bintang Daud yang terdistorsi, dengan
kekosongan “lurus” yang menjalar di sepanjang bangunan. Berat dengan simbolisme dan
metafora, bangunan ini menggunakan fragmentasi, kekosongan, dan disorientasi untuk
mencerminkan tiga aspek sejarah Yahudi yang disebutkan di atas. (Ashadi 2019). Denah dan
tata ruang bangunan museum dapat dilihat pada gambar

Gambar 2. 35 Denah Museum


Sumber : https://www.archdaily.com/91273/ad- classics-jewish-museum-berlin-daniel-libeskind

Meskipun muncul sebagai bangunan yang terpisah, bangunan tersebut tidak memiliki
pintu masuk formal ke dalam gedung. Untuk memasukinya, seseorang harus masuk dari
Baroque Museum (bangunan museum pertama) dari koridor bawah tanah. Pengunjung harus
dapat bertahan dari kecemasan, kesunyian dan kehilangan arah sebelum tiba pada
persimpangan tiga rute. Tiga rute tersebut hadir untuk menyaksikan pengalaman orang-orang
Yahudi dahulu melalui perjalanan panjang sejarah Jerman, salahsatunya Holocaust.
Libeskind menciptakan tempat pejalan kaki untuk mengikuti bentuk zig-zag bagi
pengunjung untuk yang berjalan melewati dan merasakan pengalaman dari ruang dalam
(Pavka 2010). Interior bangunan museum dapat dilihat pada gambar
Gambar 2. 36 Interior Museum
Sumber : https://www.archdaily.com/91273/ad- classics-jewish-museum-berlin-daniel-libeskind

Dari luar bangunan, interiornya tampak seolah-olah mirip dengan perimeter luar.
Namun, ruang interior sangatlah kompleks. Libeskind memformulasikan promenade pejalan
kaki melalui galeri, ruang kosong, dan ruang buntu. Bagian dalam terdiri dari komposisi
beton yang memperkuat kehampaan ruang dan jalan buntu. Hal tersebut akan
memperlihatkan hanya ada sebuah cahaya abu-abu yang seakan memasuki ruang.
Pengalaman tersebutlah yang dihadirkan Libeskind sebagai makna dari momen mengerikan
dan kegelapan saat Perang Dunia 2 yang membuat kita tidak punya harapan dan tidak bisa
melarikan diri (Pavka 2010). Konsep interior bangunan museum tergambar pada suasana
ruang yang dapat dilihat pada gambar
Gambar 2. 37 Konsep Interior Museum
Sumber : https://www.archdaily.com/91273/ad- classics-jewish-museum-berlin-daniel-libeskind

Penerapan ciri-ciri Arsitektur Kontemporer


a. Bangunan Memiliki Gubahan Massa yang Ekspresif, Imajinatif, Dinamis
Pada Gambar 2.38 terlihat bahwa, bentuk gubahan massa yang ekspresif
ditunjukkan pada bentuk yang asimetris melawan garis sumbu horizontal dan
vertikal. Komposisi garis-garis yang terbentuk merupakan ekspresi sang arsitek
untuk menciptakan bangunan dengan membawa sebuah pesan dan makna, terutama
dari kejadian Holocaust Kaum Yahudi oleh Nazi, Jerman.
Bentuk gubahan massa yang imajinatif juga ditunjukkan pada bentuk yang berliku-
liku dan membuat ruangan di dalamnya juga memiliki kelok-kelok. Hal tersebut
merupakan imajinasi sang arsitek dalam penggambaran keadaan Kaum Yahudi
yang tidak memiliki harapan dan kebingungan saat peristiwa Holocaust silam.
Dan bentuk gubahan massa yang dinamis ditunjukkan pada bentuk bangunan
museum yang seakan bergerak dilihat dari bentuknya yang memiliki banyak sudut
dan siku. Bentuk tersebut seakan mengalir dan tidak diam di tempat.
Gambar 2. 38 Gubahan Massa Bangunan Museum
Sumber : jurnal.umj.ac.id/index.php/semnastek

b. Memiliki Bentuk Geometris Sederhana


Pada Gambar 7, dapat terlihat terdapat empat bentuk geometris sederhana
yang diterapkan pada bentuk museum. Bentuk trapesium (warna merah), bentuk
jajargenjang (warna biru), bentuk persegi panjang (warna hijau), dan bentuk
setengah jajargenjang (warna kuning). Dari keempat bentuk sederhana tersebut,
terciptalah sebuah bentuk baru akibat mixing composition yang terjadi.

Gambar 2. 39 Bentuk Geometris Sederhana pada Bentuk Dasar Museum.


Sumber : jurnal.umj.ac.id/index.php/semnastek

c. Bangunan yang Kontras dengan Lingkungan di Sekitarnya


Pada Gambar 2.40, bentuk massa bangunan Jewish Museum memiliki
perbedaan mencolok diantara bentuk massa bangunan di sekitar museum. Selain
dari bentuk, ukuran massa bangunan museum juga dapat terbilang besar jika
dibandingkan pada sekeliling ukuran massa bangunan lainnya.

Gambar 2. 40 Gubahan Massa di Sekeliling Museum


Sumber : jurnal.umj.ac.id/index.php/semnastek

Pada Gambar 2.41, menjelaskan kekontrasan bangunan dari segi tampak


bangunan. Tampak bangunan museum memiliki kekontrasan dengan tampak
bangunan di sekitarnya sehingga sangat menonjol dan terlihat berbeda.

Gambar 2. 41 Tampak Museum dengan Tampak Bangunan Sekitarnya


Sumber : jurnal.umj.ac.id/index.php/semnastek

d. Memiliki Harmonisasi Ruang Dalam dan Ruang Luar


Pada Gambar 2.42, harmonasi antar ruang dalam dan ruang luar tidak
terlihat secara nyata jika dilihat dari secara kasat mata. Harmonisasi tersebut dapat
terlihat di beberapa bagian museum yang dibuat menyatu dengan unsur ruang luar
bangunan. Salah satunya terdapat pada bagian tampak dan lanskap bangunan
(warna kuning dan merah) yang terlihat memiliki konsep berliku yang sama dengan
bentuk berliku ruang dalam bangunan itu sendiri.

Gambar 2. 42 Harmonisasi Ruang Dalam dan Ruang Luar pada Museum


Sumber : jurnal.umj.ac.id/index.php/semnastek

e. Memiliki Fasad yang Transparan dan Bukaan yang Besar


Pada Gambar 2.43 , Jewish Museum tidak terlihat menerapkan
ciri arsitektur kontemporer yang satu ini. Pada bangunan tersebut hanya
memiliki fasad yang tertutup dengan bukaan jendela yang berukuran
kecil memanjang (warna biru) pada setiap sisi bangunan. Jadi, fasad
yang transparan dan bukaan yang besar tidak dapat ditemukan pada
bangunan ini.

Gambar 2. 43 Fasad Bangunan Museum


Sumber : jurnal.umj.ac.id/index.php/semnastek

f. Material Bangunan yang Tidak Konvensional


Pada Gambar 2.44, material utama penyusun bangunan museum terdiri atas
baja dan beton. Material tersebut dipadukan dengan bentuk bukaan jendela yang
kecil memanjang dengan penempatan yang tidak beraturan. Selanjutnya, sisi luar
bangunan menggunakan material cladding dan material beton polos pada
interiornya. Bentuk dan material yang digunakan merupakan material dan bentuk
yang tidak konvensional digunakan pada bangunan. Terutama dalam penyusunan
dan bentuk material yang di buat sedemikian rupa sesuai keinginan desain sang
arsitek Jewish Museum.
Gambar 2. 44 Material Bangunan
Sumber : jurnal.umj.ac.id/index.php/semnastek

3. Rangkuman Studi banding Pendekatan


Kriteria Museum Tsunami Aceh Jewish Museum Berlin

4. Rangkuman Studi Kasus


Kriteria Rumah Seni Cemeti Selasar Sunaryo Art Space
Lokasi Jln. Panjaitan no.41 Yogyakarta Jln Bukit Pakar Timur, Dago,
Bandung.
Aktifitas dan Dimulai dari ruang penerimaan ,Dari Memiliki 3 ruang pameran
Fasilitas ruang penerima ini pengunjung untuk karya-karya milik
digiring menuju ke ruang pamer Sunaryo dan Pameran
melewati sebuah ruang selasar dengan Temporer yaitu ruang pamer
salah satu sisi yang terbuka. Terdapat tetap, ruang pamer temporer
sebuah tanaman hijau kecil berukuran dan ruang pamer Outdoor.
kurang lebih 25 m2 pada sebelah sisi Terdapat studio Seni untuk
yang terbuka pada selasar. Di sisi produksi karya seni, Ruang
sebelah kanan terdapat ruang pertemuan untuk konvensi
penunjang berupa lavatory dan pantry dan diskusi seni ,
serta stockroom. amphiteatre untuk
Terdapat ceruk dinding yang berisi performance seni , Artshop
display buku dokumentasi seniman dan dan cafe untuk kegiatan
kegiatan yang dilakukan oleh Rumah komersial, Lobby untuk
Seni Cemeti yang berada di sisi kanan sumber informasi , Ruang
dan kiri pitu stockroom. Ruang Pamer pengelola Untuk
berukuran 105 m2 dengan konsep pengelolaan dan Ruang-
ruang yang semi terbuka yang salah ruang penunjang untuk
satunya menghadap selasar yang kegiatan servis seperto
menghubungkannya ke ruang lobby Lavatory , Dapur, Ruang
penerima. mekanikal elektrikal,
Terdapat ruang kegiatan penunjang Storage dan Stock Room.
yang terletak disisi depan massa
bangunan yang digunakan untuk
kegiatan pengelolaan yang terhubung
pada ruang lobby dan ruang penerima.
Selain itu terdapat pula 2 ruang lainnya
yaitu ruang storage peralatan dan ruang
studio konsep mini yang keduanya
terhubung pada selasar yang
menghubungkan ruang penerima
dengan ruang pamer dan taman mini
yang berada di tengah massa bangunan.
Pencahayaan Ruang pamer dilengkapi dengan sistem
pencahayaan alami dari bukaan atap
dan system pencahayaan artifisial dari
lampu sorot. Selain itu juga terdapat
suplay listrik dari stop-kontak untuk
suplay listrik karya seni instalasi yang
membutuhkan listrik sebagai energi
penggerak mekanik atau pada Kasus
video art Finishing dinding ruang
pamer menggunakan warna putih
netral tanpa ornamentasi.Plafond
dibiarkan tanpa finishing untuk
pencahayaan alami yang merata pada
seluruh ruang pamer

5. Rangkuman Studi Literatur


No. Kriteria Sasaran yang dipelajari Literatur
1 Tinjauan Seni Rupa  Pengertian Seni Rupa  Perancangan
 Unsur-unsur Seni Rupa Rumah
 Prinsip-prinsip Seni Rupa Kreasi Seni
 Karakteristik dan Lingkup Jalanan
dalam Seni Rupa
2 Tinjauan Seni Rupa  Seni Rupa yang ada di Kota  Wawancara
di Kota Kupang Kupang Seniman
3 Tinjauan fasilitas  Fasilitas dan Standar Ruang  Data Arsitek
Standar Ruang Galery Seni  Time saver
untuk Rumah  Fasilitas dan Standar Ruang
Kreasi Seni Rupa Studio Seni/Workshop
 Standar Ruang Kelas Seni
 Standar Ruang Pengelola
 Fasilitas dan standar Ruang
Penunjang
4 Tinjauan Penerapan  Definisi Tema
Arsitektur  Ciri dan Prinsip Arsitektur
Kontemporer Kontemporer

B. Program Desain (Programming)


1. Tujuan Desain
Tujuan yang ingin di capai dalam perancangan ini adalah:
a. Merancang Rumah Kreasi Seni Rupa yang dapat mendukung dan memaksimalkan
potensi Seniman/pekerja kreatif di kota Kupang.
b. Merancang Rumah Kreasi Seni Rupa di Kota Kupang sesuuai dengan pendekatan
Arsitektur Kontemporer.

2. Fokus / Sasaran Desain


Sasaran dari perancangan Rumah Kreasi Seni rupa di Kota Kupang adalah
menciptakan desain gedung yang dapat mewadahi seluruh aktivitas Seniman dalam
melalukan pekerjaan seni mereka sesuai dengan standar yang telah di tetapkan.

3. Data
a. Deskripsi Umum Proyek (Fasilitas, lokasi proyek, dll)
a) Lokasi perancangan
Lokasi perencanaan dan perancangan galeri seni budaya Nusa Tenggara Timur berada
pada Kota Kupang yang mana merupakan ibukota dari Provinsi Nusa Tenggara Timur.
Kota Kupang terletak di pesisir teluk Kupang, bagian barat laut pulau Timor dengan
luas 180,27 km. daerah ini terbagi menjadi 6 kecamatan dan 51 kelurahan.

b) Tapak Perancangan
1) Tapak Perancangan.
Bangunan yang akan dibuat merupakan bangunan yang memiliki fungsi sebagai
tempat untuk rekreasi dan edukasi Seni rupa serta rumah bagi para seniman
untuk berkarya, Lokasi Tapak yang dipakai pada perancangan Rumah Kreasi
seni Rupa ini Yaitu :
a. Jl. RA Kartini
Tapak ini merupakan tapak yang berada di JL. RA kartini , Kelurahan
Kelapa Lima, Kecamatan Kelapa Lima, Kabupaten Kota Kupang. Tapak
merupakan lahan kosong dengan luasan 6.576,29 m².

c) Tinjauan Tata Ruang


a. Dasar Hukum
a) UU No.26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang
b) Peraturan Daerah Kota Kupang Nomor 11 Tahun 2011 tentang Rencana
Tata Ruang Wilayah Kota Kupang Tahun 2011 – 2031

b. Pembagian Wilayah
1. sebagian Kecamatan Kota Lama sebagian Kecamatan Oebobo, sebagian
Kecamatan Alak dan sebagian Kecamatan Maulafa dengan Pusat BWK
terletak di Kelurahan Naikoten I;
2. BWK II meliputi sebagian Kecamatan Kelapa Lima dan sebagian
Kecamatan Oebobo dan sebagian Kecamatan Kota Lama dengan Pusat
BWK terletak di sekitar kawasan Pasar Oebobo Kelurahan Fatululi;
3. BWK III meliputi sebagian Kecamatan Kelapa Lima, sebagian Kecamatan
Maulafa dan sebagian wilayah Kelurahan Liliba di Kecamatan Oebobo
dengan Pusat BWK terletak di Pertigaan Kelurahan Oesapa dan Oesapa
Barat (Bundaran Undana);
4. BWK IV meliputi sebagian Kecamatan Alak dan sebagian kecil
Kecamatan Maulafa dengan Pusat BWK terletak di Kelurahan Alak;
5. BWK V meliputi sebagian Kecamatan Maulafa serta sebagian Kelurahan
Liliba dan Kelurahan Oebufu Kecamatan Oebobo dengan Pusat BWK di
Kelurahan Kolhua;
6. BWK VI meliputi Kelurahan Naioni Kecamatan Alak dan Kelurahan
Fatukoa Kecamatan Maulafa dengan Pusat BWK terletak di Kelurahan
Naioni; dan
7. BWK VII meliputi sebagian Kelurahan Sikumana, sebagian Kelurahan
Bello, dan sebagian Kelurahan Kolhua di Kecamatan Maulafa dan
sebagian Kecamatan Alak dengan Pusat BWK terletak di Kelurahan Bello.

c. Fungsi Sistem Wilayah Kota


1. BWK I memiliki arah pengembangan sebagai kawasan perdagangan,
Pangkalan Pendaratan Ikan (PPI), kawasan pemerintahan provinsi,
kawasan pelayanan kesehatan dan kawasan permukiman, kawasan
pariwisata dan reklamasi pantai dengan intensitas kegiatan tinggi;
2. BWK II memiliki arah pengembangan sebagai kawasan pelayanan
pemerintahan kota, perdagangan, pariwisata kawasan pariwisata dan
reklamasi pantai dan permukiman dengan intensitas kegiatan tinggi;
3. BWK III memiliki arah pengembangan sebagai kawasan pengembangan
pendidikan tinggi, perdagangan dan jasa, pusat pelayanan transportasi
udara dan darat, kawasan pariwisata, reklamasi pantai, dan kawasan
permukiman kepadatan sedang;
4. BWK IV memiliki arah pengembangan sebagai kawasan pengembangan
industri, pergudangan, kawasan strategis Monapolitan, pelabuhan
perikanan, pariwisata, reklamasi pantai, permukiman, dan Pusat Listrik
Tenaga Diesel Tenau serta tempat pembuangan akhir sampah;
5. BWK V memiliki arah pengembangan sebagai kawasan pengembangan
permukiman kepadatan sedang, perdagangan dan jasa;
6. BWK VI memiliki arah pengembangan permukiman terbatas, kawasan
agropolitan, kawasan pekuburan dan kawasan konservasi untuk
kepentingan resapan air; dan
7. BWK VII memiliki arah pengembangan sebagai kawasan pengembangan
permukiman terbatas, kawasan agropolitan dan kawasan konservasi untuk
kepentingan pengamanan daerah tangkapan air rencana Bendungan
Kolhua.

d) Ekonomi Sosial dan Budaya


a. Ekonomi
Pendapatan asli daerah (pad) Kota Kupang dalam 5 tahun terahkir terus
mengalami peningkatan dengan pajak daerah sebagai sumber pendapatan terbesar
berupa 74,560,637
b. Sosial budaya
Secara umum masyarakat Kota Kupang merupakan perkumpulan dari
bermacam-macam kelompok etnis baik etnis daerah lokal maupun daerah luar.
kelompok-kelompok etnis yang mendiami kota kupang antara lain terdiri dari
etnis daerah lokal yakni suku Timor, Rote, Sabu, Flores, Sumba, Alor dan etnis
daerah luar seperti Bugis, Ambon dan Tionghoa.
Dengan berbagai macam kelompok etnis yang ada di Kota Kupang secara
tidak langsung menjadikan Kota Kupang menjadi multicuture city dimana setiap
kelompok etnis selalu menjunjung tinggi dan berusaha menunjukan budaya
mereka masing-masing melalui berbagai cara seperti lewat tarian, pakaian adat,
belis nikah dan sebagainya. sistem kemas budaya seperti ini dapat menguntungkan
penduduk setempat seperti halnya dapat melestarikan budaya leluhurnya dan juga
peningkatan wisata budaya akan mendatangkan keuntungan secara historis karena
dengan demikian berbagai peninggalan budaya bisa kembali diperlihatkan kepada
generasi penerus. Ada beberapa pengaruh positif pariwisata dipandang dari sudut
sosial budaya terhadap penduduk di Kota Kupang seperti halnya:
a. Pelestarian budaya masyarakat setempat dengan menampilkan beberapa jenis
budaya tradisional yang ada seperti halnya: pakaian tradisional (tenun ikat),
dari berbagai daerah karena Kota Kupang sebagai pusat kegiatan budaya Nusa
Tenggara Timur.
e) Tinjauan Khusus Lokasi Perancanaan
1) Kondisi dan Potensi Lahan
i. Letak Administratif Dan Geografis
Secara adminsitratif kelurahan Kelapa Lima terletak pada Kecamatan Kelapa
Lima Kota Kupang.
a. Sebelah Utara berbatasan dengan Teluk Kupang
b. Sebelah Timur berbatasan dengan Kelurahan Oesapa Barat
c. Sebelah Selatan berbatasan dengan Kelurahan Kayu Putih
d. Sebelah Barat berbatasan dengan Kelurahan Pasir Panjang

ii. Potensi Lahan


a. Lahan yang ada merupakan lahan kosong.
b. Letak lokasi berada di area perkantoran dan tdi walikota.
c. Lokasi berada di pusat kota.
d. Lokasi termasuk dalam bwk ii yang memiliki arah pengembangan sebagai
kawasan pelayanan pemerintahan kota, perdagangan, pariwisata kawasan
pariwisata dan reklamasi pantai dan permukiman dengan intensitas kegiatan
tinggi.
e. Infrastruktur jalan yang baik dan lebar dengan aspal yang mulus serta
merupakan jalan negara trans timor.
f. Tersedianya jaringan listrik, air dan sarana prasarana yang memadai.

2) Peraturan-Peraturan Bangunan
Peraturan peraturan bangunan merupakan sebuah acuan dalam penataaan
dan pembangunan sebuah kota sesuai dengan rencana dan prospek kota tersebut di
masa yang akan datang khususnya Kota Kupang. peraturan peraturan tersebut
terdapat pada Perda 42 Kota Kupang nomor 11 tahun 2011 tentang RTRW dan
Perda Kota Kupang nomor 12 tahun 2011 tentang RDRTK yang diantaranya
mengatur Zonasi wilayah Kota Kupang dan Peraturan Garis Sempadan Bangunan
(GSB), Koefisien Dasar Bangunan (KDB),Koefisien Lantai Bangunan (KLB) serta
Sistem Parkiran :
a. Koofisien Dasar Bangunan (KDB)
Kedua lokasi alternatif perencanaan berada pada ruas jalan arteri primer
dengan RUMIJA 20 meter sehingga ditetapkan kdb sebagai berikut:
a) Perkantoran maksimum 50 % (lima puluh persen)
b) Supermarket 60 % (enam puluh perseratus);
c) Minimarket 60 % (enam puluh perseratus);
d) Pertokoan 60 % (enam puluh perseratus);
e) Hotel 60 % (enam puluh perseratus); dan
f) Pasar 60 % (enam puluh perseratus);
g) Fasilitas umum maksimum 60 % (enam puluh perseratus).
b. Koofisien Lantai Bangunan
Koofisien lantai bangunan pada kedua lokasi berada pada ruas jalan
arteri primer sehingga memiliki peraturan klb sebagai berikut:
a) kawasan khusus 2-3 lantai dan KLB 0,6; dan
b) perumahan 1 – 3 lantai dan KLB 0,6.
c. Garis Sempadan
Kedua lokasi berada pada jalan arteri primer sehingga memiliki garis
sempadan bangunan sebagai berikut:
Jl. Timor Raya Garis Sempadan Bangunan (GSB) 20 m
d. Sistem Parkiran
Ada 2 (dua) sistem perparkiran yang dapat dikembangkan di wilayah Kota
Kupang yaitu parkir sisi jalan (on street parking) dan parkir dalam areal
khusus parkir (off street parking). Gambaran masing-masing-masing jenis
sistem perparkiran tersebutdapat jelaskan sebagai berikut:

1. Sistem off street parking (Areal khusus parkir), yaitu penyediaan areal
parkir diluar ruang milik jalan (ROW), sehingga lokasi parkir
ditempatkan pada halaman bangunan. Penerapan sistem ini dapat
dilakukan untuk semua halaman bangunan gedung baik halaman depan
maupun belakang. Ketentuan off street parking adalah sebagai berikut :
a) Pada penataan halaman parkir harus menggupayakan adanya pohon-
pohon peneduh dan untuk jumlah parkir>20 mobil harus disediakan
ruang duduk/tunggu untuk sopir dengan ukuran minimum 2 x 3 m2
b) Perkerasaan landasan parkir harus menggunakan material resap air
Pengaturan parkir pada ruang terbuka di antara GSJGSB dapat diatur
dengan posisi sejajar (0°), sudut miring (30°), sudut miring (45°) dan
tegak lurus (90°) Pintu keluar/masuk ke daerah perencanaan
minimum 20m dari tikungan dan khusus untuk hunian (rumah
tinggal) dapat menggunakan satu pintu.
c) Bagi persil yang tidak dapat memenuhi ketentuan tersebut di atas,
letak pintu keluar /masuk ke daerah perencanaan diletakkan pada
ujung sisi muka (frontage) yang paling jauh dari tikungan tersebut.
d) Semua lokasi kegiatan yang menimbulkan bangkitan dan tarikan lalu
lintasmtinggi, seperti pasar, kawasan perkantoran, sekolah dan lain-
lain harus menyediakan lapangan parkir secara memadai sesuai
dengan skala dan kapasitasmpelayanan yang diberikannya. Pada
tempat dimana parkir dikendalikan, ruang parkir harus diberi marka
pada permukaan jalan.
2. Sistem on street parking (Parkir sisi jalan), yaitu penyediaan areal parkir
di dalam ruang manfaat jalan. Penempatan parkir berada pada bahu jalan
namun tidak semua jalur diperkenankan menerapkan sistem ini. Parkir
pada badan jalan (on street parking), diarahkan pada jalur jalan dengan
tingkat kepadatan arus lalu-lintasnya rendah sehingga tidak
menimbulkan kemacetan. Pengembangan parkir sisi jalan dapat
dilakukan pada jaringan jalan yang memiliki lebar perkerasan minimal
8 m, dengan sudut parkir yang sejajar bahu jalan, sehingga dengan
ketentuan tersebut pengembangan parkir sisi jalan diharapkan tidak
menimbulkan permasalahan lalu lintas. Sedangkan parkir pada
lingkungan perumahan masih diperbolehkan menggunakan badan jalan,
tetapi untuk setiap penghuni tetap menyediakan parkir di tiap-tiap rumah
yang bersangkutan.

f) Administrasi Deskripsi Tapak Perancangan


1) Administrasi dan Geografis
a. Administratif
Kota kupang memiliki luas 260,127 km² berupa 180,27 km luas daratan dan
94,79 km luas lautan yang terdiri dari 6 kecamatan serta meliputi 51
kelurahan.
Adapun batas-batas wilayah kota kupang sebagai berikut:
a) Sebelah Utara : Berbatasan dengan Teluk Kupang
b) Sebelah Selatan : Berbatasan dengan Kecamatan Kupang Barat
(Kabupaten Kupang)
c) Sebelah Timur : Berbatasan dengan Kecamatan Kupang Tengah
dan Kupang Barat Kabupaten Kupang
d) Sebelah Barat : Berbatasan dengan Kecamatan Kupang
Tengah,Kabupaten Kupang dan Selat Semau.
b. Geografis
Secara geografis Kota Kupang terletak antara: 10º 36’ 14” - 10º 39’ 58”
Lintang Selatan 123º 32’ 23” - 123º 37’ 01” Bujur Timur.

2) Kondisi Fisik Dasar


a. Topografi
a) Daerah tertinggi diatas permukaan laut bagian selatan: 100 - 350m
b) Daerah terendah diatas permukaan laut di bagian utara: 0 - 50m
c) Tingkat kemiringannya: 15%
d) Geologi
Pembentukan tanah terdiri dari bahan keras dan bahan non
vulkanis. Bahan-bahan mediteran/rencina/liotsol terdapat di Kecamatan
Alak, Maulafa, Oebobo, Kota Raja, Kelapa Lima dan Kota Lama.
Permukaan terdiri dari batu karang dan tidak rata serta tanah berwarna
merah dan hitam.

e) Iklim
1) Musim
Kota Kupang hanya memiliki dua musim saja yakni musim
kemarau (Juni-September) dan musim hujan (Desember- Maret)
2) Suhu dan kelembaban udara

Pada tahun 2015 temperatur udara terendah adalah 21,1 yang


terjadi pada bulan September sedangkan temperatur tertinggi adalah
34,8 pada bulan November.
3) Curah hujan
curah hujan tertinggi adalah 469,7 mm pada bulan Januari.

c) Fasilitas Perancangan
1. Analisis Fasilitas Perancangan
Fasilitas perancangan didapat berdasarkan hasil studi literatur dan studi kasus
fungsi bangunan yang sejenis. Fasilitas yang didapat kemudian dikelempokan
berdasarkan fungsi dari objek perancangan antara lain:
1) Fasilitas Primer/Utama
Fasilitas utama adalah fasilitas untuk seniman menghasilkan karya seni karya
dan memanajemen para seniman serta menyediakan jasa terkait seni rupa.
2) Fasilitas Sekunder/Pendukung
Fasilitas sekunder atau pendukung dalam perancangan antara lain:
a. Fasilitas untuk menaruh semua hasil karya seni terbaik dan di pamerkan.
b. Fasilitas edukasi terkait seni rupa.
c. Pengelola (fasilitas untuk pengelola dalam produksi perikanan)
3) Fasilitas Tersier
Fasilitas tersier atau penunjang dalam perancangan antara lain:
a. Fasilitas rekreasi untuk para pelaku dan penikmat seni.
4) Fasilitas Pelayanan/Servis
Fasilitas pelayanan atau servis dalam perancangan antara lain:
a. Parkiran (disediakan parkiran untuk distribusi produksi pengolahan ikan)
b. Parkiran (disediakan mobil dan motor untuk pengelola dan juga
pengunjung).
c. Pos Satpam (Bagian yang bertugas untuk keamanan)

b. Data Non Fisik, Data Fisik, dan Data Literatur.


1. Analisis Non Fisik
a) Analisis Pelaku

a. Seniman

adalah orang yang mempunyai bakat seni dan banyak


menghasilkan karya seni.₁₃ Pelukis di dalam galeri seni lukis
bertugas memberikan pengarahan tentang lukisan dan mepraktekan
langsung kegiatan melukis [dalam workshop], dan tidak menutup
kemungkinan terdapat seniman yang memiliki keterbatasan fisik
[difabel].

b. Pengunjung [penikmat seni]


adalah penggemar Seni Rupa pengunjung berasal dari semua
kalangan, wisatawan domestik maupun mancanegara, baik para
difable maupun orang normal (galeri seni tidak membatasi
pengunjung, rumah kreasi adalah milik semua orang).

c. Pengelola

d. Sekelompok orang yang bertugas mengelola [mengatur]


tentang semua kegiatan yang berlangsung dan yang akan
berlangsung di Rumah Kreasi Seni Rupa.
b) Alur Kegiatan
a. Seniman

Datang Parkiran Pulang

Melakukan Galery Seni


 Datang dan parkir
aktivitas  Membuat karya seni
 Menampilkan karya seni di galery
 Berolahraga
 Membeli makanan dan minuman
 Berdiskusi
Kelas Seni

Studio Seni Studio Seni

Cafetaria

b. Pengunjung

Datang Parkiran Pulang

Melakukan
aktivitas Galery Seni
 Datang dan parkir
 Melakukan administrasi
 Melihat pameran
 Belajar Seni Rupa Ruang
 Memesan makanan kelas seni
 Buang air besar/kecil
Cafetaria

c. Pengelolah dan servis

Datang Parkiran Pulang

 Melakukan penerimaan tamu


 Mengurus administrasi dan finansial di
dalam kantor pengelola
 Menerima tamu

 Mengamati pekerjaan seniman
 Mengontrol pelaksanaan dimasing-
Kantor
Workshop

Melakukan
aktivitas

DAFTAR PUSTAKA

Deni Basuki Kurniawan, A. D. (2021). Perancangan Creative Center dengan Penerapan Arsitektur
Kontemporer di Ciputat, Tangerang Selatan. Tangerang Selatan: Deni Basuki Kurniawan.

https://serupa.id/seni-rupa-pengertian-fungsi-wujud-dsb/. (n.d.).
https://www.rumah.com/panduan-properti/mari-mengenal-arsitektur-kontemporer-139 (Tri Andini
Putri, 2. (n.d.).

Nugraha, S. (2011). Gedung Pameran Seni Rupa di Yogyakarta. Yogyakarta: Sapta Nugraha.

Revondya, F. P. (2011). STREET ART GALLERY DI YOGYAKARTA. YOGYAKARTA: FEBRIAN PRATAMA.

sep, M., & Rianto, M. S. (2016). Perancangan Rumah Kreasi Seni Rupa dan Seni Pertunjukkan Anak
Jalanan (Tema ; Association With Performing Art). Malang.

Tri Andini Putri, K. T. (2020). Perancangan Pusat Seni Rupa di Provinsi Gorontalo. Jurnal Arsitektur, 6-10.

Anda mungkin juga menyukai