Anda di halaman 1dari 7

Tugas.

NAMA : PANJI ANOM

NIM : 042564187

PROGRAM STUDI : METODE PENELITIAN PERPUSTAKAAN

Anda sudah mempelajari materi pada sesi 1 – 3, untuk lebih memahami materi yang sudah
Anda pelajari, silahkan untuk menjawab pertanyaan berikut, sebagai tugas 1 dalam tutorial
online.

1. Uraikan syarat dalam proses penelitian dan paradigma dalam penelitian

2. Buatlah rancangan awal proposal penelitian (tema layanan perpustakaan) di bidang


ilmu perpustakaan maksimal 2 halaman yang terdiri dari :

a. Judul penelitian,
b. latar belakang penelitian penelitian
c. rumusan masalah penelitian
JAWABAN :

1. Ada delapan syarat penting yang harus dimiliki penelitian yaitu :


1. Sistematis dalam penelitian yaitu harus dilakukan dan disusun dengan
menggunakan pola, mulai dari yang paling sederhana hingga yang paling
kompleks.

2. Terencana adalah penelitian harus dilakukan dengan pertimbangan dan rencana


yang matang. Tidak hanya itu, penelitian perlu juga menggunakan metode yang
telah diperhitungkan sebelumnya.

3. Menerapkan Konsep Ilmiah Syarat penelitian terakhir, yakni harus menerapkan


konsep ilmiah yang sesuai dengan bidang ilmu pengetahuan peneliti dari awal
hingga akhir.

4. Logis Karakteristik proses penelitian berikutnya adalah logis. Salah satu kriteria
langkah penelitian yang sistematis, urutannya harus logis pada setiap bagian
sehingga validitas internal secara relatif dapat terpenuhi. Dengan demikian,
kesimpulan penelitian dan generalisasi yang dihasilkan akan mudah dicek kembali
oleh peneliti ataupun oleh pihak lain. Penelitian yang mempunyai validitas internal
maupun eksternal dan disusun secara logis akan sangat berharga bagi pimpinan
dan dapat dijadikan alat untuk mengambil keputusan. Logis dapat diartikan secara
urutan proses penelitian yang dilaksanakan dan penyusunan laporan.
Ketidaklogisan pada proses pelaksanaan penelitian dapat terlacak dari data yang
diperoleh, ketidaksesuaian konsep, atau teori yang diajukan dengan tema ataupun
model penelitian serta proses pengambilan kesimpulan yang mungkin keliru.

5. Empiris Rasional Penelitian harus berkenaan dengan realitas nyata yang dapat
diterima oleh panca indera. Objek dan subjek penelitian harus dapat diterima oleh
indera kita. Dikatakan objektif apabila penelitian ini memiliki objek serta semua
pihak akan memberikan persepsi yang sama terhadap objek tersebut.

6. Bersifat Reduktif Proses reduksi sebenarnya merupakan bagian usaha untuk


menerjemahkan realitas menjadi pernyataan-pernyataan yang bersifat konseptual
sehingga dapat digunakan untuk memahami hubungan kejadian satu dengan yang
lainnya, dan untuk melakukan prediksi bagaimana kejadian itu akan berlangsung.
Proses reduksi dalam penelitian juga harus dapat berperan dalam hal yang lebih
bersifat menjelaskan (explanatory) daripada sekadar mendeskripsikan. Pada sisi
ini kemampuan untuk memilah data yang memang dibutuhkan dengan data yang
harus dikeluarkan sangat diperlukan. Kejelian peneliti dalam memilih data akan
dapat menghasilkan simpulan yang bermakna. Sebaliknya, pemilihan data serta
menganalisis data yang keliru akan sampai pada satu simpulan yang justru
menyesatkan. Reduksi data, baik pada model kuantitatif ataupun kualitatif, tetap
harus dilakukan, terutama pada model pendekatan penelitian kualitatif yang lebih
banyak menggunakan wawancara dan observasi sebagai alat pengumpul data
utama. Dengan dua model pengumpulan data tersebut, seorang peneliti kualitatif
akan banyak mendapatkan data yang mungkin saja tidak saling terkait antara satu
dengan lainnya. Dengan begitu, proses reduksi juga dimaksudkan untuk dapat
melihat secara baik hubungan antara data satu dengan data lainnya sehingga dapat
secara mudah menghilangkan data yang memang tidak memiliki keterkaitan
dengan data lain atau apalagi dengan tema yang sedang diteliti.

7. Bersifat Replicable Mengingat penelitian bersifat ilmiah maka harus dapat


diulangi oleh orang lain atau peneliti lain sebagai upaya untuk mengecek
kebenarannya. Laporan penelitian harus dibuat secara sistematis dan jelas agar
dapat diterima dengan mudah oleh orang lain. Komponennya mulai dari variabel
yang diteliti, populasi, dan sampelnya, prosedur mendapatkan sampel, instrumen
penelitian, teknik pengumpulan data, uji hipotesis (jika ada), pembahasan, dan
kesimpulan yang dihasilkan. Dengan demikian, dalam setiap laporan penelitian
sosial perlu dilampirkan instrumen penelitian. Apabila peneliti menggunakan
instrumen tertentu maka harus disebutkan dari mana, kapan instrumen tersebut
pernah digunakan, oleh siapa, dan bagaimana hasilnya, serta bagaimana instrumen
tersebut diujikan pada objek penelitian.

8. Bersifat Transmittable Penelitian harus bersifat transmittable, dalam arti


penelitian harus mampu memecahkan masalah-masalah sehingga berguna bagi
berbagai pihak yang memerlukan. Jadi, hasil penelitian itu tidak hanya untuk
penelitian saja, tetapi juga dapat ditransfer ke orang lain yang memerlukan. Sifat
transmittable dalam penelitian ini dapat berperan dalam pengembangan keilmuan
maupun untuk bahan pengambilan keputusan. Namun demikian, harus dipahami
bahwa ada perbedaan yang kuat antara sifat transmittable dalam penelitian seperti
penelitian eksak dengan penelitian sosial. Penelitian eksak memiliki ukuran yang
pasti tentang kontribusi pragmatis hasil penelitiannya bagi kehidupan, sementara
ukuran bagi penelitian sosial erat kaitannya dengan situs dan konteks.

Secara umum, terdapat dua kelompok paradigma yang sering digunakan oleh para
peneliti. Dimana paradigma yang kerap digunakan oleh para peneliti adalah
paradigma kuantitatif dan kualitatif. Kedua paradigma tersebut mempunyai
kriteria dan juga metode tersendiri. Baik itu paradigma penelitian kuantitatif
ataupun kualitatif. Keduanya mempunyai karakteristik dan juga kelebihan serta
kekurangannya sendiri.

Selain kedua paradigma itu, ada juga paradigma penelitian lainnya yang
mendasari. Beberapa paradigma itu antara lain paradigma positivisme, paradigma
konstruktivisme, paradigma pragmatisme, paradigma kritis, dan juga paradigma
subjektivisme.

– Konstruktivisme: Artinya adalah percaya bahwa tidak ada kebenaran atau


realitas yang sifatnya tunggal. Realitas tersebut harus ditafsirkan dan setia
penafsiran pasti berbeda. Pendekatan yang ada di dalam paradigma ini memakai
pendekatan kualitatif.
– Positivisme: Percaya bahwa ada kebenaran tunggal dari suatu kejadian ataupun
pandangan. Realitas yang ada di positivisme dapat diukur dengan metode yang
valid dan terpercaya. Pendekatan yang dipakai pada paradigma tersebut adalah
pendekatan kuantitatif.
– Pragmatis: Itu artinya adalah percaya bahwa kenyataan ataupun realitas yang
ada dapat diperdebatkan dan diinterpretasikan. Oleh karena itu, cara yang paling
baik yang bisa digunakan dalam penelitian adalah menemukan solusi dari setiap
masalah yang datang. Pendekatan pada paradigma pragmatis merupakan
perpaduan dari kuantitatif dan kualitatif.
– Subjektivisme: percaya bahwa kenyataan merupakan apa yang dipercaya
peneliti sebagai sebuah realita yang nyata. Sehingga subjektivis berpendapat
bahwa pengetahuan merupakan perkara sudut pandang. Dimana paradigma
subjektivis memakai pendekatan arkeologis, dekonstruktif, dan juga analisis
wacana.
– Kritis: Percaya bahwa kenyataan merupakan wujud yang dikonstruksikan
sehingga selalu di bawah hubungan kuasa yang berkelanjutan. Paradigma tersebut
umumnya menggunakan cara kritik ideologi, etnografi, kritis, dan analisis wacana.

Selain itu, paradigma juga memiliki beberapa terminologi filosofis yaitu


epistemologi, ontologis, metodologis, dan juga aksiologis.

a. Epistemologi: artinya bagaimana sesuatu itu bisa diketahui.


b. Ontologi: artinya apa yang ingin diketahui, umumnya berhubungan dengan
realita yang ada.
c. Aksiologi: artinya menjelaskan mengenai sebuah nilai dari penelitian.
d. Metodologi: artinya bagaimana para ilmuwan mencari tahu.
Proposal Penelitian Layanan Bagi Pemustaka
Disabilitas Di Perpustakaan

A. Latar Belakang Penelitian


Perpustakaan sebagai sarana penunjang pembelajaran, penelitian, dan pengabdi
masyarakat serta bertugas menyebarkan informasi secara cepat dan tepat demi
terciptanya literasi informasi. perpustakaan juga berperan seagai wadah yang
menghimpun dan mengelola koleksi karya tulis, karya cetak dan karya rekamsecara
profesional. Hal tersebut juga menjadi perhatian demi menjaga eksistensi mengenai
fungsi perpustakaan tanpa menghadirkan hambatan bagi seluruh pemustakanya.
Begitu pula hak untuk mendapatkan informasi merupakan milik semuaorang tanpa
adanya batasan bagi orang normal ataupun yang berkebutuhan khusus. Hal ini juga
berhubungan dengan hak asasi manusia yang telah diatur oleh undang-undang.
Menurut Undang-Undang Republik Indonesia nomor 39 tahun 1999 tentang hak asasi
manusia, dijelaskan pada pasal lima ayat tiga bahwa setiap orang yang termasuk
kelompok masyarakat yang rentan berhak memperoleh perlakuan dan perlindungan
lebih berkenaan dengan kekhususannya.

Selain itu dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 43 Tahun2007 tentang


perpustakaan pada pasal 4 dijelaskan bahwa tujuan perpustakaan bertujuan untuk
memberikan layanan kepada pemustaka, meningkatkan kegemaran membaca, serta
memperluas wawasan dan pengetahuan untuk mencerdasarkan kehidupan bangsa.
Dalam undang-undang yang sama pasal 5 ayat ke menjelaskan bahwa masyarakat
yang memiliki cacat dan/atau kelainan fisik, emosional, mental, intelektual, dan/atau
sosial berhak memperoleh layanan perpustakaan yang disesuaikan dengan
kemampuan dan keterbatasan masing-masing.

Perpustakaan seperti halnya perpustakaan umum, sangat perlu memperhatikan


layanan, fasilitas, dan aksesibilitas bagi seluruh pemustakanya tanpa terkecuali bagi
yang berkebutuhan khusus atau dengan kata lain disabilitas. Oleh karena itu
pemberian layanan dan penyediaan fasilitas serta aksesibilitas harus dapat dijangkau
dan diterima dengan baik oleh pemustaka berkebutuhan khusus tersebut.

B. Rumusan Masalah Penelitian


Berdasarkan permasalahan diatas, maka rumusan masalah yang diajukan dalam
penulisan ini adalah sebagai berikut :

1. Bagaimana bentuk pelayanan yang diterpakan oleh Perpusatkaan Umum dalam


memenuhi kebutuhan pemustaka disabilitas ?

2. Apa saja kendaa yang dihadapi oleh Perpusatkaan Umum dalam memenuhi
kebutuhan pemustaka disabilitas ?

3. Bagaimana upaya Perpusatkaan Umum dalam memenuhi kebutuhan pemustaka


disabilitas ?

Anda mungkin juga menyukai