Anda di halaman 1dari 20

TUGAS

RISET MANAJEMEN STRATEGIK

Dosen Pengampu Mata Kuliah:


Dr. USUP RIASSY CHRISTA, MM

Disusun Oleh :

NAMA : SITI ZAKIYAH


NIM : BBA 216 021
SEMESTER : TIGA / GANJIL
KONSENTRASI : MANAJEMEN STRATEGIK
PROGRAM STUDI : MAGISTER SAINS MANAJEMEN

KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI


UNIVERSITAS PALANGKA RAYA
PROGRAM PASCA SARJANA
PROGRAM STUDI MAGISTER SAINS MANAJEMEN
TAHUN 2017
TUGAS UTS

1. Ceritakan apa yang Anda pahami tentang tahapan proses riset ilmiah yang baik?
Jawaban :
Sebuah riset ilmiah dapat dikategorikan sebagai riset yang baik bila memenuhi
syarat-syarat tersebut di bawah ini.
1) Tujuan yang didefinisikan secara jelas. Tujuan riset harus dapat dirumuskan dengan
jelas dan dapat dipahami oleh banyak orang.
2) Proses riset yang dirinci dengan jelas. Proses yang dirinci dengan jelas akan sangat
membantu periset untuk melakukan riset dengan benar. Bila terjadi kegagalan riset
maka akan sangat mudah ditelusuri penyebab kegagalan tersebut. Rincian ini juga
sangat diperlukan oleh pembaca hasil riset. Rincian yang tidak jelas akan
menyebabkan keraguan akan keabsahan hasil penelitian. Rincian ini juga akan sangat
berguna bila periset maupun periset lainnya ingin melakukan melakukan riset lanjutan
atau riset yang sama namun dengan obyek yang berbeda.
3) Desain riset direncanakan secara tuntas. Desain prosedural riset harus direncanakan
secara cermat untuk memberikan hasil yang seobyektif mungkin. Obyektif artinya riset
dapat memberikan gambaran yang benar tentang obyek yang diriset dan simpulan
yang diambil peneliti merupakan hasil kajian yang multidisipliner (berbagai jenis
disiplin ilmu) dan multidimensional (berbagai sudut pandang logis).
4) Menerapkan standar etika yang tinggi. Seorang periset umumnya adalah pribadi yang
unik karena memiliki karakter khas yang berbeda dari orang kebanyakan. Namun
bukan berarti seorang periset dapat mengabaikan etika yang menjadi standar moral
dalam dunia keilmuan. Etika tertinggi adalah adanya jaminan dari periset bahwa
risetnya akan dapat berguna bagi orang lain di luar dirinya dan lingkungan
keilmuannya. Bila periset melibatkan manusia sebagai mitra maupun obyek maka
periset harus dapat menjamin privasi, keamanan, kenyamanan dan kesejahteraannya.
5) Keterbatasan riset diungkapkan secara terus terang. Ada banyak pilihan metode dan
alat bantu riset, demikian juga dengan rancangan prosedural riset secara baku telah
banyak diciptakan. Pilihan-pilihan tersebut memiliki keunggulan masing-masing,
namun juga memiliki kelemahan. Karena itu keterbatasan riset perlu diungkapkan.
Periset akan mampu mengantisipasi keleemahan dari hasil risetnya. Pembaca hasil
riset juga akan mampu menentukan batas kepercayaannya terhadap suatu hasil riset.
6) Analisis yang memadai untuk kebutuhan pengambil keputusan. Hasil riset seringkali
digunakan sebagai dasar kebijakan bagi pengambil keputusan. Karena itu riset harus
dibuat dengan data yang lengkap dan handal dan metode yang multidisipliner. Riset
seperti ini umumnya memberikan banyak alternatif pemecahan masalah dengan kajian
obyektinya untuk masing-masing alternatif. Namun bila harus memberikan pilihan
maka wujudnya adalah suatu rekomendasi yang didasari oleh kajian multidimensional
dan jumlahnya sebaiknya lebih dari satu rekomendasi.
7) Temuan disajikan tanpa ambigu. Sebuah riset sering kali menghasilkan sebuah
temuan baru baik berupa bentuk fisik yang dapat menimbulkan penafsiran baru
maupun temuan baru yang dapat menggugurkan teori sebelumnya. Temuan –temuan
ini sebaiknya disajikan secara rinci, sistematis dan menggunakan bahasa yang mudah
dipahami oleh orang kebanyakan sehingga tidak menimbulkan kesalahan penafsiran
dari pembacanya. Periset juga tidak mempunyai tujuan terselubung untuk
mempengaruhi opini dari pembaca hasil risetnya.
8) Kesimpulan yang benar. Kesimpulan disesuaikan dengan bahan riset. Semakin luas
ruang lingkup bahan dan semakin besar jumlah bahan maka kesimpulan yang
dihasilkan juga akan semakin dapat mengeneralisasikkan suatu fenomena. Misalnya
suatu riset yang dilakukan dengan ruang lingkup Provinsi Bali maka akan
menghasilkan kesimpulan yang hanya dapat diterima dan diterapkan di Provinsi Bali.
9) Pengalaman periset direfleksikan. Pengalaman periset merupakan salah satu
penjamin kehandalan hasil riset dan batas kepercayaan dapat diberikan oleh pembaca
hasil risetnya. Karena itu profil periset sebaiknya dapat ditampilkan pada setiap
laporan riset.

Secara garis besar, tahapan-tahapan yang ditempuh dalam melaksanakan riset


ilmiah ada tiga tahap, yaitu:
a. Tahap Perencanaan
Kegiatan yang dilakukan dalam tahap perencanaan diantaranya ialah:
- Mengidentifikasi Masalah/Mencari Permasalahan
Pada riset ilmiah harus berangkat dari adanya permasalahan yang ingin
pecahkan. Sebelum melaksanakan riset ilmiah perlu dilakukan identifikasi masalah.
Tahap ini, peneliti harus terlebih dahulu mencari apa masalah yang hendak diteliti.
Proses identifikasi masalah penting dilakukan sebagai bentuk data awal bahwa
dalam riset ilmiah tersebut memang dibutuhkan pemecahan masalah melalui
penelitian. Identifikasi masalah dirumuskan bersesuaian sebagaimana latar
belakang masalah, berdasarkan fakta dan data yang ada di lapangan. Identifikasi
masalah pada umumnya dirumuskan dalam bentuk kalimat deklaratif.
- Merumuskan Masalah
Dimana pada tahap ini merupakan kelanjutan dari penemuan masalah yang
kemudian peneliti membuat rumusan masalah berdasarkan masalah-masalah yang
akan diteliti. Rumusan masalah dibuat secara operasional dan membuat batasan-
batasan masalahnya terutama dalam menentukan ruang lingkup masalah yang
diteliti. Rumusan masalah ditulis dalam bentuk kalimat tanya (berbentuk
pertanyaan).
- Mengadakan Studi Pendahuluan
Hal ini dilakukan dengan tujuan untuk mengumpulkan informasi-informasi
berkaitan dengan masalah yang akan diteliti. Sehingga dapat dapat diketahui
keadaan atau kedudukan masalah tersebut baik secara teoritis maupun praktis.
Pengetahuan yang diperoleh dari studi pendahuluan sangat berguna untuk
menyusun kerangka teoritis tentang pemecahan masalah dalam bentuk hipotesis
yang akan diuji kebenarannya melalui pelaksanaan penelitian lapangan. Studi
pendahuluan dapat dilakukan dengan studi dokumenter, kepustakaan dan studi
lapangan. Sebuah riset dikatakan bagus apabila didasarkan pada landasan teori
yang kukuh dan relevan. Banyak teori yang bersesuaian dengan riset, namun
ternyata kurang relevan. Oleh karenanya, perlu dilakukan usaha memilah-milah
teori yang sesuai. Selain itu studi pendahuluan yang dilakukan peneliti melalui
pengkajian kepustakaan akan dapat membuat riset lebih fokus pada masalah yang
diteliti sehingga dapat memudahkan penentuan data apa yang nantinya akan
dibutuhkan.
- Merumuskan Hipotesis
Hipotesis merupakan dugaan sementara yang akan dibuktikan kebenarannya
melalui penelitian di lapangan. Hipotesis perlu dirumuskan dalam sebuah riset
ilmiah, lebih-lebih penelitian kuantitatif. Dengan menyatakan hipotesis, maka riset
ilmiah yang dilakukan peneliti akan lebih fokus terhadap masalah yang diangkat.
Selain itu dengan rumusan hipotesis, seorang peneliti tidak perlu lagi direpotkan
dengan data-data yang seharusnya tidak dibutuhkannya, karena data yang
diambilnya melalui instrumen penelitian hanyalah data-data yang berkaitan
langsung dengan hipotesis. Data-data ini sajalah yang nantinya akan dianalisis.
Hipotesis erat kaitannya dengan anggapan dasar. Anggapan dasar merupakan
kesimpulan yang kebenarannya mutlak sehingga ketika seseorang membaca suatu
anggapan dasar, tidak lagi meragukan kebenarannya.
- Menentukan Sampel Penelitian
Pada tahap ini, ditentukan obyek yang akan diteliti. Keseluruhan obyek yang
akan diteliti disebut populasi penelitian. Bila dalam riset hanya menggunakan
sebagian saja dari populasi, maka dalam hal ini cukup menggunakan sampel.
- Mengidentifikasi Variabel dan Definisi Operasional Variabel
Sebuah variabel dalam penelitian ilmiah adalah fenomena yang akan atau
tidak akan terjadi sebagai akibat adanya fenomena lain. Variabel penelitian sangat
perlu ditentukan agar masalah yang diangkat dalam sebuah penelitian ilmiah
menjadi jelas dan terukur. Dalam tahap selanjutnya, setelah variabel penelitian
ditentukan, maka peneliti perlu membuat definisi operasional variabel itu sesuai
dengan maksud atau tujuan penelitian. Definisi operasional variabel adalah definisi
khusus yang dirumuskan sendiri oleh peneliti. Definisi operasional tidak sama
dengan definisi konseptual yang didasarkan pada teori tertentu.
- Menentukan dan Mengembangkan Instrumen Penelitian
Apakah yang dimaksud dengan instrumen penelitian? Instrumen penelitian
merupakan alat yang digunakan oleh peneliti untuk mengumpulkan data yang
dibutuhkannya. Beragam alat dan teknik pengumpulan data yang dapat dipilih
sesuai dengan tujuan dan jenis riset ilmiah yang dilakukan. Setiap bentuk dan jenis
instrumen penelitian memiliki kelebihan dan kelemahannya masing-masing. Karena
itu sebelum menentukan dan mengembangkan instrumen penelitian, perlu
dilakukan pertimbangan-pertimbangan tertentu. Salah satu kriteria pertimbangan
yang dapat dipakai untuk menentukan instrumen penelitian adalah kesesuaiannya
dengan masalah penelitian yang ingin dipecahkan. Tidak semua alat atau
instrumen pengumpul data cocok digunakan untuk penelitian-penelitian tertentu.
- Menentukan Subjek Penelitian
Orang yang terlibat dalam penelitian ilmiah dan berperan sebagai sumber
data disebut subjek penelitian. Seringkali subjek penelitian berkaitan dengan
populasi dan sampel penelitian. Apabila penelitian ilmiah yang dilakukan
menggunakan sampel penelitian dalam sebuah populasi penelitian, maka peneliti
harus berhati-hati dalam menentukannya. Hal ini dikarenakan, penelitian yang
menggunakan sampel sebagai subjek penelitian akan menyimpulkan hasil
penelitian yang berlaku umum terhadap seluruh populasi, walaupun data yang
diambil hanya merupakan sampel yang jumlah jauh lebih kecil dari populasi
penelitian. Pengambilan sampel penelitian yang salah akan mengarahkan peneliti
kepada kesimpulan yang salah pula.Sampel yang dipilih harus merepsentasikan
populasi penelitian.
- Menyusun Rencana Riset atau Menentukan Rancangan / Desain Riset
Tahap ini merupakan pedoman selama melaksanakan riset. Sebagai suatu
pola perencanaan harus dapat mengungkapkan hal-hal yang berhubungan dengan
kegiatan pelaksanaan riset, dan memuat hal-hal sebagai berikut:
 Masalah yang diteliti dan alasan dilakukannya penelitian;
 Bentuk atau jenis data yang dibutuhkan;
 Tujuan dilakukannya penelitian;
 Manfaat atau kegunaan penelitian;
 Dimana dilakukannya penelitian;
 Jangka waktu pelaksanaan penelitian;
 Organisasi kegiatan dan pembiayaan;
 Hipotesis yang diajukan;
 Teknik pengumpulan data dan pengolahan data;
 Sistematik laopran yang direncanakan;
 Menentukan dan merumuskan alat penelitian atau teknik pengumpulan data.

b. Tahap Pelaksanaan Penelitian


Dalam tahap ini, ada beberapa kegiatan yang harus dilaksanakan dengan baik.
Diantara kegiatan dalam pelaksanaan riset diantaranya:
- Pengumpulan Data : Kegiatan ini harus didasarkan pada pedoman yang sudah
dipersiapkan dalam rancangan riset. Data yang dikumpulkan melalui kegiatan riset
dijadikan dasar dalam menguji hipotesis yang diajukan.
- Analisis Data : Pengolahan data atau analisis ini dilakukan setelah data terkumpul
semua yang kemudian dianalisis, dan dihipotesis yang diajukan diuji kebenarannya
melalui analisis tersebut. Jika jenis data yang dikumpulkan itu berupa data kualitatif,
maka pengolahan datanya dilakukan dengan cara menarik kesimpulan deduktif-
induktif, namun jika data yang dikumpulkan berupa jenis data kuantitatif atau
berbentuk angka-angka, maka analisis yang digunakan menggunakan analisis
kuantitatif atau statistika sebelum menarik kesimpulan secara kualitatif.
- Merumuskan Hasil Penelitian dan Pembahasan
Pada hakekatnya merumuskan hasil riset dan melakukan pembahasan adalah
kegiatan menjawab pertanyaan atau rumusan masalah penelitian, sesuai dengan hasil
analisis data yang telah dilakukan. Pada saat melakukan pembahasan, berarti peneliti
melakukan interpretasi dan diskusi hasil riset. Hasil penelitian dan pembahasannya
merupakan inti dari sebuah riset ilmiah. Pada riset ilmiah dengan pengajuan hipotesis,
maka pada langkah inilah hipotesis itu dinyatakan diterima atau ditolak dan dibahas
mengapa diterima atau ditolak. Bila hasil penelitian mendukung atau menolak suatu
prinsip atau teori, maka dibahas pula mengapa demikian. Pembahasan riset harus
dikembalikan kepada teori yang menjadi sandaran riset ilmiah yang telah dilakukan.
c. Laporan Penelitian dan Desiminasi
Untuk kepentingan publikasi, maka penelitian harus dilaporkan kepada orang-orang
yang berkepentingan. Bentuk dan sistematik laporan penelitian dapat berupa artikel
ilmiah, laporan, skripsi, thesis atau disertasi. Penyusunan laporan dan desiminasi hasil
penelitian merupakan langkah terakhir dalam pelaksanaan riset ilmiah. Format laporan
ilmiah seringkali telah dibakukan berdasarkan institusi atau pemberi sponsor di mana
riset itu dilakukan. Desiminasi dapat dilakukan dalam bentuk seminar atau
menuliskannya dalam jurnal-jurnal penelitian. Ini penting dilakukan agar hasil riset
diketahui oleh masyarakat luas (masyarakat ilmiah) dan dapat dipergunakan bila
diperlukan.
2. Terkait dengan soal no. 1 diatas, buat Draft proposal Anda yang terdiri dari:
a. Judul
b. BAB I. Pendahuluan
c. BAB II. Tinjaun Pustaka
d. BAB III. Metode Penelitian
e. Daftar Pertanyaan

Jawaban :

Pengaruh E-Money Terhadap Peningkatan Penggunaan


Alat Pembayaran Non Tunai Pada Masyarakat dan Strategi Peningkatan
Penggunaan Alat Pembayaran Non Tunai pada Bank Umum di Palangka Raya

Abstrak
Dalam upaya mengurangi tingkat penggunaan pembayaran tunai yang pada gilirannya
dikhawatirkan akan menimbulkan beban terhadap perekonomian maka upaya-upaya
peningkatan pembayaran non tunai terus dikembangkan. Saat ini dirasakan bahwa
instrumen pembayaran non tunai yang paling tepat untuk digunakan adalah e-money yang
merupakan stored value facility instrument. E-money sebagai instrumen pembayaran mikro
didesain untuk melayani pembayaran yang bernilai sangat kecil dengan frekuensi
penggunaan yang tinggi dengan proses pembayaran yang sangat cepat. Dengan adany e-
money diharapkan berdampak positif dalam upaya peningkatan pembayaran non tunai
terutama di Palangka Raya.
Keywords : pembayaran non tunai, stored value facility, e-money
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Sistem pembayaran dalam transaksi ekonomi mengalami kemajuan yang pesat
seiring dengan perkembangan teknologi yang canggih. Kemajuan teknologi dalam
sistem pembayaran telah menggantikan peranan uang tunai (currency) yang dikenal
masyarakat sebagai alat pembayaran pada umumnya ke dalam bentuk pembayaran
non tunai yang lebih efektif dan efisien. Hal ini didukung dengan semakin banyaknya
perusahaan - perusahaan ataupun pusat perbelanjaan di Indonesia yang menerima
transaksi pembayaran dengan menggunakan sistem pembayaran non tunai. Cepat,
aman, nyaman, mudah dan efesien dalam bertransaksi merupakan alasan masyarakat
Indonesia memiliki respon yang besar terhadap sistem pembayaran non tunai dan
sistem pembayaran non tunai ini telah dikembangkan oleh pihak bank maupun non
bank sebagai lembaga penyelenggara sistem pembayaran di Indonesia.
Perkembangan teknologi informasi yang diikuti dengan tingkat persaingan bank
yang semakin tinggi mendorong sektor perbankan atau non bank untuk semakin inovatif
dalam menyediakan berbagai alternatif jasa pembayaran non tunai berupa sistem
transfer dan alat pembayaran menggunakan kartu elektronis (electronic card payment)
yang aman, cepat dan efisien, serta bersifat global (Santomero dan Seater,1996).
Sistem pembayaran yang efisien dapat diukur dari kemampuan dalam
menciptakan biaya yang minimal untuk mendapatkan manfaat dari suatu kegiatan
transaksi. Pengguna jasa alat pembayaran akan menggunakan jasa alat pembayaran
yang memiliki harga yang relatif lebih rendah sehingga biaya transaksi yang harus
dikeluarkan juga rendah. Melalui penurunan biaya transaksi dan peningkatan kecepatan
transaksi, inovasi pembayaran elektronik membuat sistem pembayaran non tunai lebih
efektif (Snellman dan Vesalla, 1999).
Saat ini pemenuhan kebutuhan masyarakat Indonesia berupa barang dan jasa
dapat diimbangi dengan kemajuan teknologi dalam sistem pembayaran non tunai yang
bersifat elektronik. Menurut Listfield dan Montes-Negret (1994), sistem pembayaran
yang tanpa kertas ini tidak hanya efektif untuk transaksi bernilai besar, melainkan juga
untuk pembayaran rutin (seperti listrik, air ledeng, serta gaji) serta pembayaran yang
sensitif terhadap waktu (seperti, pembayaran bunga).
Bank Indonesia sebagai pemegang otoritas yang mengatur bidang sistem
pembayaran di Indonesia telah mencanangkan Grand Desain Upaya Peningkatan
Penggunaan Pembayaran Non Tunai atau sering disebut dengan Toward a Less Cash
Society (LCS). Perkembangan transaksi pembayaran menuju Less Cash Society
merupakan arah perubahan yang tidak dapat dihindari. Transaksi dengan pembayaran
uang secara fisik sudah mulai digantikan oleh sistem pembayaran non tunai. Dengan
keuntungan yang diperoleh negara melalui penghematan biaya transaksi, diharapkan
adanya kecenderungan arah perubahan transaksi tunai menuju transaksi non tunai.
Less cash society dapat didefinisikan sebagai budaya atau tren yang berkembang di
masyarakat dalam melakukan transaksi pembayaran menggunakan media pembayaran
non tunai (Van Hove, 2006:21).
Sejak berkembangnya sistem pembayaran non tunai elektronik memerlukan biaya
hanya sepertiga sampai setengah dari sistem pembayaran non tunai berbasis kertas
(paper based) maka jelaslah bahwa biaya sosial dalam sistem pembayaran dapat
dikurangi dengan mengimplementasikan sistem pembayaran elektronik (Humphrey,
2001).
Beberapa instrument pembayaran non tunai yang berkembang di masyarakat
sekarang ini, selain yang umum diketahui seperti kartu kredit, kartu debit, kartu ATM,
kartu prabayar, kartu klub serta e-banking (Bank Indonesia, 2004). Isu paling sentral
dalam studi mengenai sistem pembayaran elektronis dewasa ini adalah inovasi sistem
pembayaran elektronik berbasis kartu, terutama Alat Pembayaran dengan
Menggunakan Kartu (APMK) dan uang elektronik (e-money).
Dalam perkembangannya, beberapa negara telah menemukan dan menggunakan
produk pembayaran elektronis yang dikenal sebagai uang elektronik (e-money), yang
karakteristiknya berbeda dengan pembayaran elektronis yang telah disebutkan
sebelumnya APMK (kartu ATM, kartu debit dan kartu kredit). E-money tidak
memerlukan proses otorisasi dan keterkaitan langsung (on-line) dengan rekening
nasabah di bank karena e-money merupakan produk stored value yaitu penyimpan nilai
dana tertentu (monetary value) telah tersimpan dalam alat pembayaran yang
digunakan.
Bank for International Settlement (BIS, 1996) mendefinisikan uang elektronik (e-
money) sebagai produk stored-value atau prepaid card dimana sejumlah nilai uang
(monetary value) disimpan secara elektronis dalam suatu peralatan elektronis. Bank
Indonesia mencatat telah ada penerbit uang elektronik sebanyak 17 penerbit yaitu terdiri
dari sembilan bank dan delapan lembaga non bank.
Pengembangan instrumen sistem pembayaran non tunai berbasis kartu elektronik
di Indonesia memiliki potensi yang besar. Hal ini dapat dilihat dari peningkatan transaksi
dengan menggunakan APMK (kartu kredit, kartu ATM, kartu debit) dan e-money yang
sangat signifikan dalam beberapa tahun terakhir, adanya kemudahan dalam
penggunaan dan pengembangan teknologi, kecenderungan dan tuntutan masyarakat
untuk bertransaksi dengan menggunakan instrumen yang lebih efisien dan aman, serta
beberapa keunggulan instrumen pembayaran elektronik dibandingkan dengan
penggunaan uang tunai telah mendorong Bank Indonesia untuk lebih mengupayakan
terciptanya masyarakat yang berkecenderungan non tunai.
Meskipun relatif masih dalam tahap perkembangan awal, e-money mempunyai
potensi dalam menggeser peran uang tunai untuk pembayaran-pembayaran yang
bersifat retail sebab transaksi retail tersebut dapat dilakukan dengan lebih mudah dan
murah baik bagi konsumen maupun pedagang (merchant). Pengembangan e-money di
berbagai negara telah melahirkan berbagai issue implikasi pengembangan e-money
terhadap kebijakan Bank Sentral khususnya yang berkaitan dengan fungsi pengawasan
sistem pembayaran dan efektifitas kebijakan moneter (Anita: 2013).

Gambar 1 : Data Transaksi Penggunaan e-money pada tahun 2014


Sumber : Bank Indonesia dan diolah penulis

Berdasarkan uraian di atas, ternyata studi mengenai sistem pembayaran non


tunai sangat menarik. Isu paling sentral dalam studi mengenai alat pembayaran
elektronik dewasa ini adalah bagaimana pengaruh sistem pembayaran elektronik
dengan e-money terhadap peningkatan alat pembayaran non tunai pada masyarakat
maupun terhadap strategi upaya peningkatan alat pembayaran non tunai khususnya
pada Bank Umum di Palangka Raya.

1.2 Rumusan Masalah


Permasalahan yang akan menjadi fokus pembahasan, yaitu:
1. Apakah penggunaan e-money berpengaruh terhadap peningkatan alat pembayaran
non tunai pada masyarakat di Palangka Raya?
2. Apakah penggunaan e-money berpengaruh terhadap strategi peningkatan alat
pembayaran non tunai pada Bank Umum di Palangka Raya?
1.3 Tujuan Penelitian
Berdasarkan latar belakang dan perumusan masalah di atas, terungkap bahwa
kajian empiris antara sistem pembayaran elektronik dengan kartu yaitu e-money yang
dilaksanakan di Indonesia. Oleh karena itulah, maka tujuan dari penelitian ini dapat
diuraikan sebagai berikut:
1. Mengukur dan menganalisis pengaruh penggunaan e-money terhadap peningkatan
alat pembayaran non tunai pada masyarakat di Palangka Raya.
2. Mengukur dan menganalisis pengaruh penggunaan penggunaan e-money terhadap
strategi peningkatan alat pembayaran non tunai pada Bank Umum di Palangka Raya.

1.4 Manfaat Penelitian


Dengan adanya penelitian ini, hasil yang diperoleh diharapkan dapat memberikan
manfaat sebagai berikut :
1. Manfaat bagi ilmu pengetahuan
Penelitian ini diharapkan dapat memberi sumbangan pengetahuan terkait fungsi dan
manfaat e-money sebagai alat pembayaran non tunai terhadap masyarakat dan
Bank Umum di Palangka Raya.
2. Bagi pengambil keputusan
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat kepada Pemerintah maupun
Bank Umum dalam menentukan program dan kegiatan lebih lanjut terkait e-money
dalam upaya menunjang alat pembayaran non tunai.
3. Bagi penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan dan pengetahuan bagi peneliti,
sekaligus dapat digunakan sebagai referensi untuk penelitian mendatang melalui
pengembangan model teoritis dan empiris oleh peneliti lain.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Kajian Teori


2.1.1 Pengertian Bank
Pengertian Bank Menurut UU No.10 Thn 1998 ialah badan usaha yang
menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan juga
menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit atau juga bentuk-bentuk
lainnya dalam rangka untuk meningkatkan taraf hidup rakyat banyak.

2.1.2 Pengertian E-Money


E-money adalah instrumen pembayaran non tunai. Produk ini menyimpan
sejumlah nilai uang yang tersimpan dalam peralatan elektronis. Nominal uang
yang tersimpan secara elektronis dilakukan dengan menukarkan sejumlah uang
atau melalui pendebitan rekening bank yang kemudian disimpan dalam peralatan
elektronis.
Menurut BI yang dimaksud uang elektronik (e-money) adalah uang yang
digunakan dalam transaksi Internet dengan cara elektronik. Transaksi uang
elektronik melibatkan penggunaan jaringan komputer seperti sistem penyimpanan
harga digital, salah satu contoh uang elektronik misalnya adalah Electronic Funds
Transfer (EFT).
Bank for International Settlement (BIS, 1996) mendefinisikan e-money
sebagai produk stored-value atau prepaid card dimana sejumlah nilai uang
(monetary value) disimpan secara elektronis dalam suatu peralatan elektronis.
Nilai elektronis dapat diperoleh dengan menyetorkan sejumlah uang tunai atau
dengan pendebetan rekeningnya di bank untuk kemudian disimpan dalam
peralatan elektronis yang miliknya. Dengan peralatan tersebut,pemiliknya dapat
melakukan pembayaran atau menerima pembayaran, dimana nilainya akan
berkurang pada saat digunakan untuk melakukan pembayaran atau bertambah
jika menerima pembayaran atau pada saat pengisian kembali. Definisi e-money
lebih difokuskan pada suatu jenis prepaid card yang dapat digunakan untuk
berbagai keperluan pembayaran (multi purpose) bukan pada suatu single prepaid
card yang hanya dapat digunakan untuk keperluan tertentu seperti kartu telepon
sebagaimana yang berlaku di Indonesia. Rivai (2001) dalam Bahri(2010)
menjelaskan bahwa uang elektronik adalah alat pembayaran elektronik yang
diperoleh dengan menyertorkan terlebih dahulu sejumlah uang kepada penerbit,
baik secara langsung maupun melalui agen-aen penerbit atau dengan
pendebetan rekening di bank, dan nilai uang tersebut dimasukkan menjadi nilai
uang dalam media uang elektronik, yang dinyatakan dalam satuan Rupiah, yang
digunakan untuk melakukan transaksi pembayaran dengan cara mengurangi
secara langsung nilai uang pada media elektronik tersebut.
Peraturan Bank Indonesia No.11/12/PBI/2009 tanggal 13 April 2009 tentang
Uang Elektronik (e-money), uang Elektronik harus memenuhi unsur-unsur sebagai
berikut:
1. Diterbitkan atas dasar nilai uang yang disetor terlebih dahulu oleh pemegang
kepada penerbit.
2. Nilai uang disimpan secara elektronik dalam suatu media seperti server atau
chip.
3. Digunakan sebagai alat pembayaran kepada pedagang yang bukan
merupakan penerbit uang elektronik tersebut.
4. Nilai uang elektronik yang disetor oleh pemegang dan dikelola oleh penerbit
bukan merupakan simpanan sebagaimana dimaksud dalam undang-undang
yang mengatur mengenai perbankan.

Di bawah ini adalah manfaat dari alat pembayaran non-tunai menurut


Warjiyo (2006) :
1. Memberikan tingkat kepuasan yang bertambah kepada konsumen dengan
berkurangnya biaya transaksi,
2. Adanya sumber pendapatan bagi penyedia jasa pembayaran non tunai,
3. Peningkatan kecepatan transaksi,
4. Pertumbuhan ekonomi dan tingkat kesejahteraan

Di samping itu, resiko yang ditimbulkan akibat penggunaan e-money adalah


sebagai berikut :
1. Peningkatan resiko default terutama pada instrumen kartu kredit dan kartu
pasca bayar
2. Peningkatan resiko sistemik
3. Peningkatan resiko teknologi yang timbul karena kekeliruan
4. Peningkatan resiko dalam instabilitas sistem keuangan
2.1.3 Daftar Pengeluar Produk E-Money
Beberapa bank yang mengeluarkan produk e-money di antaranya PT Bank
Central Asai Tbk dengan produknya, Flazz, PT Bank Mandiri Tbk melalui
Indomaret Card, Gaz Card, dan e-Toll. Sementara itu, PT Bank Mega Tbk dengan
Studio Pass Card dan Smart Card, serta PT Bank Negara Indonesia Tbk
mengeluarkan Java Jazz Card dan Kartuku. Selain itu, PT Bank Rakyat Indonesia
Tbk mengeluarkan BRIZZI, BPD DKI Jakarta dengan produk Jak Card, PT Indosat
Tbk mengeluarkan Dompetku, PT Skye Sab Indonesia dengan produk Skye Card,
dan PT Telekomunikasi Indonesia Tbk mengeluarkan Flexy Card serta i-Vas Card.
Selanjutnya, PT Telkomsel dengan produk T-Cash, PT XL Axiata Tbk
mengeluarkan XL Tunai, PT Finnet Indonesia dengan produknya FinChannel dan
BBM Money (produk uang elektronik kerjasama antara Produsen BlackBerry™
dengan Bank Permata). Selain itu tiga operator seluler tanah air, yaitu Telkomsel,
Indosat dan XL Axiata, berkolaborasi dengan inovasi layanan “e-Money
Interoperability” atau pengiriman uang elektronik lintas operator yang diluncurkan
di Gedung Thamrin, Bank Indonesia, Jakarta.

2.2 Penelitian Terdahulu


Terdapat beberapa penelitian yang hampir sama dengan penelitian yang ingin
diteliti penulis, antara lain adalah :
1. Ni Nyoman Anita Candrawati (2013) dengan judul Perlindungan Hukum Bagi
Pemegang Uang Elektronik Dalam Melakukan Transaksi E-Money. Penelitian ini
dilakukan untuk mengkaji dua permasalahan yaitu bentuk pengaturan bagi
pemegang kartu uang elektronik dalam melakukan transaksi e-money dan
perlindungan hukum bagi pemegang kartu dalam melakukan transaksi e-money.
Penelitin ini menemukan pembayaran menggunakan uang elektronik (e-money)
dalam melakukan transaksi e-money termasuk diatur melalui perjanjian antara
penerbit dan pemegang kartu, bentuk pengaturan uang elektronik (e-money) ini
belum tepat dan belum memadai karena hanya mengatur mengenai tata cara dan
syarat penyelenggaraan kegiatan uang elektronik dari sisi penyelenggara namun
belum mengatur perlindungan terhadap pemegang kartu. Perlindungan hukum bagi
pemegang kartu dalam kegiatan pembayaran menggunakan uang elektronik (e-
money) dilakukan melalui upaya perlindungan hukum secara preventif yaitu melalui
aturan-aturan yang ditetapkan oleh Bank Indonesia dan dalam bentuk perjanjian
antara penerbit dan pemegang kartu dan melalui upaya represif yaitu penyelesaian
sengketa melalui pengadilan maupun alternatif penyelesaian sengketa.
2. Undung Permatasari (2016) dengan judul Dampak Evolusi Alat Pembayaran Non-
Tunai pada Sistem Perbankan dan Perekonomian Nasional. Penelitian ini dilakukan
untuk mengetahui bagaimana evolusi sistem pembayaan terjadi dan alasan
mengapa Bank Indonesia bekerjasama dengan Bank – Bank di Indonesia untuk
menerbitkan e-money dan seberapa besar e-money mempengaruhi perekonomian
nasional serta sistem perbankan pada umumnya. Temuan dalam penelitian ini
adalah secara umum kebijakan e-money sebagai salah satu jenis pembayaran non
tunai telah memberikan beberapa dampak pada sektor moneter dan perekonomian
nasional. Dampak dan implikasinya pun terjadi di beberapa aspek, seperti hukum,
teknis, dan mekanisme operasionalnya.

.
BAB III
METODE PENELITIAN

3.1 Ruang Lingkup Penelitian


Penelitian ini dilakukan di beberapa Bank Umum di Palangka Raya untuk
mengetahui dan menganalisis pengaruh penggunaan e-money terhadap peningkatan
alat pembayaran non tunai pada masyarakat di Palangka Raya dan pengaruh
penggunaan penggunaan e-money terhadap strategi peningkatan alat pembayaran non
tunai pada Bank Umum di Palangka Raya.

3.2 Populasi dan Sampel Penelitian


Populasi dalam penelitian ini adalah masyarakat yang berdomisili di Kota
Palangka Raya dan Bank Umum di Palangka Raya.
Sampel penelitian ini ditentukan dengan menggunakan Rumus Slovin :

dimana
n: jumlah sampel
N: jumlah populasi
e: batas toleransi kesalahan (error tolerance)
Jumlah sampel berdasarkan populasi yang ada dan dihitung dengan menggunakan
Rumus Slovin dengan tingkat toleransi kesalahan sebesar 10%.

3.3 Variabel Penelitian


Pada kerangka pikiran teoritis seperti pada gambar di atas, terlihat bahwa E-
money ditempatkan sebagai variabel independen (endogen). Sedangkan penggunaan
alat pembayaran non tunai pada masyarakat dan strategi peningkatan peningkatan
penggunaan alat pembayaran non tunai pada Bank Umum di Palangka Raya sebagai
variabel dependen (endogen).

3.4 Jenis dan Sumber Data Penelitian


3.4.1 Jenis Penelitian
Penelitian ini adalah penelitian kuantitatif dengan pendekatan korelasi.
Menurut Sugiyono, metode penelitian kuantitatif dapat diartikan sebagai metode
penelitian yang berlandaskan pada filsafat positivisme, digunakan untuk meneliti
pada populasi atau sampel tertentu. Teknik pengambilan sampel pada umumnya
dilakukan secara random, pengumpulan data menggunakan instrumen penelitian,
analisis data bersifat kuantitatif/statistik dengan tujuan untuk menguji hipotesis
yang telah ditetapkan (Sugiyono, 2012: 7)
Penelitian korelasi atau korelasional adalah suatu penelitian untuk
mengetahui hubungan dan tingkat hubungan antara dua variabel atau lebih tanpa
ada upaya untuk mempengaruhi variabel tersebut sehingga tidak terdapat
manipulasi variabel (Faenkel dan Wallen, 2008:328). Adanya hubungan dan
tingkat variabel ini penting karena dengan mengetahui tingkat hubungan yang
ada, peneliti akan dapat mengembangkannya sesuai dengan tujuan penelitian.
Jenis penelitian ini biasanya melibatkan ukuran statistik/tingkat hubungan yang
disebut dengan korelasi (Mc Millan dan Schumacher, dalam Syamsuddin dan
Vismaia, 2009:25). Penelitian korelasional menggunakan instrumen untuk
menentukan apakah, dan untuk tingkat apa, terdapat hubungan antara dua
variabel atau lebih yang dapat dikuantitatifkan. Penelitian ini dilakukan untuk
mengetahui pengaruh e-money terhadap peningkatan alat pembayaran non tunai
pada masyarakat di Palangka Raya maupun terhadap strategi upaya peningkatan
alat pembayaran non tunai khususnya pada Bank Umum di Palangka Raya.

3.4.2 Sumber Data Penelitian


Berdasarkan sumbernya, data dibedakan menjadi dua, yaitu data primer
dan data sekunder (Sugiyono, 2010). Data primer adalah data yang mengacu
pada informasi yang diperoleh dari tangan pertama oleh peneliti yang berkaitan
dengan variabel minat untuk tujuan spesifik studi. Sumber data primer adalah
responden individu, kelompok fokus, internet juga dapat menjadi sumber data
primer jika koesioner disebarkan melalui internet (Uma Sekaran, 2011).
Data sekunder adalah data yang mengacu pada informasi
yang dikumpulkan dari sumber yang telah ada. Sumber data sekunder adalah
catatan atau dokumentasi perusahaan, publikasi pemerintah, analisis industri oleh
media, situs Web, internet dan seterusnya (Uma Sekaran, 2011).

3.5 Teknik Pengumpulan Data


Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini dilakukan dengan :
1. Kuesioner
Menurut (Sugiyono, 2008). Kuesioner merupakan teknik pengumpulan data
yang dilakukan dengan cara memberi seperangkat pertanyaan atau pernyataan
tertulis kepada responden untuk dijawab.
2. Wawancara
Menurut Esterberg dalam Sugiyono (2013:231) wawancara merupakan
pertemuan dua orang untuk bertukar informasi dan ide melalui tanya jawab, sehingga
dapat dikontruksikan makna dalam suatu topik tertentu.

3.6 Teknik Analisis Data


3.6.1 Uji Validitas dan Uji Reliabilitas
1. Uji Validitas
Uji validitas digunakan untuk mengukur sah atau valid tidaknya suatu
kuesioner. Uji signifikansi dilakukan dengan cara membandingkan nilai r hitung
dengan r table untuk degree of freedom (df)=n-2, daalam hal ini n adalah
jumlah sampel. Jika r hitung lebih besar dari r table dan nilai positif, maka
pertanyaan tersebut dinyatakan valid (Ghozali, 2013).

2. Uji Reliabilitas
Reliabilitas merupakan alat untuk mengukur suatu kuesioner merupakan
indikator dari variabel atau konstruksi. Suatu kuesioner dikatakan reliabel atau
handal jika jawaban seseorang terhadap pertanyaan adalah konsisten atau
stabil dari waktu ke waktu. Pengukuran reliabilitas dapat dilakukan dengan dua
cara (Ghozali, 2013), yaitu :
a. Pengukuran ulang (repeated measure)
b. Pengukuran sekali saja (one shot). Cara ini dapat dilakukan dengan
program SPSS dengan uji statistic cronbach alpha. Suatu konstruk
dikatakan reliabel jika nilai cronbach alpha > 0,70.

3.6.2 Analisis Jalur


Analisis data pada penelitian ini dilakukan dengan menggunakan analisi
jalur (path analysis). Path analysis merupakan perluasan dari regresi linier
berganda, yang memungkinkan analisiss model - model yang lebih kompleks
(Streiner, 2015).
Daftar Pertanyaan
1. Seberapa besar penggunaan e-money berpengaruh terhadap peningkatan alat
pembayaran non tunai pada masyarakat di Palangka Raya?
2. Seberapa besar penggunaan e-money berpengaruh terhadap strategi peningkatan alat
pembayaran non tunai pada Bank Umum di Palangka Raya?
3. Faktor-faktor apakah yang berhubungan dengan peningkatan penggunaan transaksi non
tunai?
4. Apakah tingkat penggunaan e-money dipengaruhi oleh tingkat pengetahuan masyarakat
tentang transaksi non tunai?
5. Apa aja strategi yang dipakai Bank Umum dalam meningkatkan penggunaan transaksi
non tunai?
6. Bagaimana pengaruh strategi yang dipakai Bank Umum dalam meningkatkan
penggunaan transaksi non tunai terhadap kepatuhan masyarakat?

Anda mungkin juga menyukai