Oleh:
ABSTRAK
Persepsi adalah gambaran atau informasi tentang interaksi lingkungan yang muncul dari
hubungan langsung dengan individu (orang) dengan lingkungan disekitarnya . Dengan
kata lain, keadaan lingkungan tersebut mempengaruhi pandangan suatu individu yang
berinteraksi di lingkungan tersebut. Setiap orang dapat memiliki persepsi yang tak sama,
bahkan terhadap subjek yang mirip. Hal ini dikarenakan daya indera atau tingkat respon
yang tidak sama pada setiap orang yang berhubungan dengan objek. Perbedaan evaluasi
observai dipengaruhi dari tingkat pemahamannya dan pengetahuannya. Melalui
penelitian in, penelitian pokok, membuat menjadi fokus dalam penelitian ini bertujuan
mengidentifikasi persepsi mahasiswa arsitektur terhadap ruang kelas studio (B3.1) .
1. PENDAHULUAN
2. KAJIAN PUSTAKA
2.1 Persepsi
Dari gambar di atas didekripsikan bahwa awal dari persepsi lingkungan diawali
terjadi interaksi individu dengan bentuk fisik lingkungannya. Interaksi tersebut
kemudian memunculkan persepsi tentang dimensi pribadi, didorong oleh
pengalaman, bakat, minat, sikap, dan karakteristik pribadi lainnya. Jika hasil persepsi
objek masih dalam kisaran optimal, maka individu tersebut dapat dianggap berada
dalam homeostasis, yaitu keadaan keseimbangan atau emosi yang sempurna seperti
yang diharapkan. Namun, jika berada di luar kisaran optimal (terlalu besar, terlalu
keras, tidak cukup keras, tidak cukup dingin, dll.) karena sebab itu individu
mengalami stress. Konflik tersebut dapat menimbulkan setiap individu melakukan
tindakan seperti menyesuaikan lingkungan pada kondisi dalam dirinya. Ada dua hal
yang mungkin terjadi akibat perilaku coping. Pertama, perilaku coping ini tidak
membuahkan hasil yang diharapkan (gagal), dampaknya stress berlanjutan dan
tindakan yang berhasil. Dalam kasus ini penyesuaian antara manusia dengan objek
lingkungannya untuk beradaptasi atau penyesuaian diri.
Sarwono (2013) menyatakan bahwa sebelum persepsi berlangsung untuk
manusia, dibutuhkan suatu stimulus yang ditangkap oleh indera baian tubuh, yang
dapat digunakan sebagai sarana untuk memahami lingkungan. Berikut adalah
penjelasan macam-macam indera manusia :
Ruang melingkupi keberadaan kita setiap saat. Kami bergerak dari volume,
ruang, melihat bentuk, mendengar suara, merasakan angin, mencium aroma bunga
mekar. Bentuk visual, dimensi dan skala, kualitas pencahayaan – kualitas ini
bergantung pada persepsi kita tentang batas-batas ruang yang ditentukan oleh elemen-
elemen bentuk. Arsitektur muncul dan menjadi nyata saat ruang ditempati,
diselubungi, dibentuk dan diatur oleh sekelompok orang.
Pada umumnya orang merasa dirinya bebas melakukan suatu hal pada ruang
yang besar dan luas. Halim (2005), menyatakan bahwa secara fisik, setiap orang
membutuhkan jumlah ruang bervariasi sesuai dengan aktifitas suatu individu. Ukuran
dan bentuk menjadi elemen utama ruang, elemen dapat diperbaiki/ditentukan, namun
ukuran dan bentuk ruang tidak dapat lagi diubah, dan dapat menjadi elemen yang
fleksibel ketika ukuran dan bentuknya dapat berubah. Ukuran dan bentuk ruangan
dibuat sesuai peruntukan, ini dapat membuat pengguna puas. Ruang yang terlalu besar
atau terlalu sempit mempengaruhi psikologi dan perilaku pengguna. Ruangan yang
terlalu besar menimbulkan kesan seseorang merasa kecil dan hampa, sedangkan
ruangan yang terlalu sempit menimbulkan suasana sempit dan tidak nyaman
(Setiawan, 2010)..
B. Perabotan
Perabotan dan tata letak harus sesuai dengan penggunaannya. Pengaturan simetris
memberikan kesan terlalu formal dan kaku sedangkan pengaturan asimetris
memberikan kesan lebih dinamis dan tidak terlalu formal. Selain itu, perabotan
membuat penilaian dan pandangan (persepsi) orang terhadap sebuah ruangan.
Semakin beragam perabotan, semakin kecil kesan ruangan dan sebaliknya (Setiawan,
2010).
(1) Susunan berbentuk U menciptakan suasana lebih hangat, (2) Susunan berbentuk
L membuat kesan ruangan lebih luas. Ching (2008) menyatakan bahwa bentuk L
memiliki ciri khas stabil dan gampang dipadukan dengan elemen lainnya. Sedangkan
bentuk U berciri khas kuat sehingga banyak ruang daripada ruang perlu dialokasikan.
C. Penghawaan Ruangan
Dari sudut pandang fisiologis, manusia memiliki suhu tubuh 37˚C disesuaikan
dengan iklim yang dialaminya. Semakin keras seseorang bekerja, semakin besar
pertukaran panasnya. Ini membuat kenyaman dan Kesehatan suatu individu
bersumber dari suhu dan lembabnya suatu udara. Namun , pandangan manusia
terhadap ruangan yang sedikit gelap adalah ruangan yang nyaman, padahal di suatu
ruangan mata harus melihat cahaya yang cukup untuk bekerja, yang bertentangan
pada persepsi orang – orang (Frick, 1998; 2006).
Dari penjabaran diatas, bau juga dapat bersumber dari knalpot pembakaran, emisi
transien, emisi uap, kerusakan atau kebocoran pembakaran, dll. Aditama (2002)
menjelaskan pencemaran udara disebabkan oleh gangguan ventilasi, yaitu udara yang
masuk kurang dan distribusi udara yang buruk serta kurangnya pemeliharaan sistem
ventilasi.
E. Bahan Bangunan
Warna termasuk bagian utama untuk menciptakan keadaan yang berbeda pada
ruangan dan mewujudkan suasan tersebut. Efek warna-warna tersebut pada setiap
manusia berbeda-beda, bergantung pada usia, jenis kelamin, asal budaya, atau kondisi
mental. Umumnya orang merefleksikan warna menurut suhu, sehingga warna yang
dihasilkan dari spektrum warna merah (kuning, jingga, merah) diniliai mengandungan
pemanasan, sedangkan biru atau hijau memiliki efek sejuk dan dingin. Pengaruh suhu,
warna juga dapat membuat suuasana berbeda pada suatu ruang, seperti warna cerah
dapat terlihat ruangan tampak lebih luas dan jika warna kontras tampak lebih sempit.
Selain itu, warna juga dapat memberitahukan tingkatan dalam bersosial manusia.
Ruang dan cahaya termasuk dua hal terpenting. Jika cahaya dalam ruangan terlalu
redup akan membuat ruangan menjadi gelap dan dingin, sedangkan kalau cahaya yang
diberikan keterangan akan merasakan silau dan tidak baik untuk mata. Kualitas
pencahayaan yang tidak sesuai menyebabkan kinerja yang buruk. Menurut
Wicaksono (2014) warna cerah menyebabkan ruangan yang berkesan secara visual,
sedangkan warna gelap menciptakan ruangan terkesan santai. Selain itu, Ching
(2008) menyatakan bahwa warna dan pencahayaan yang cerah menciptakan suasana
riang pada ruangan dan cahaya alami yang redup secara bertahap dapat menimbulkan
rasa ketenangan di dalam ruangan.
G. Studi Kasus
3. PENUTUP
3.1 Kesimpulan
3.2 Saran
Masih terdapat kurangnya fasilitas gedung fakultas teknik, maka dari itu saran
dari penulis untuk kualitas sarana dan prasarana Fakultas Teknik Universitas
Udayana perlu ditingkatkan untuk memberikan kesadaran lingkungan yang baik
kepada mahasiswa.
DAFTAR PUSTAKA
Jakarta.
Sarlito Wirawan Sarwono. 2010. Psikologi Remaja. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.
Umi Amalia. 2003. Pengaruh Persepsi Mahasiswa Tentang Profesi Guru Teknik Sekolah
Bandung