Anda di halaman 1dari 11

TUGAS MAKALAH

SISTEM SENSORIK PERSEPSI

DI SUSUN OLEH:

NAMA: LITERA WONDA

NIM: ( 20160811024029)

PROGAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS CENDERAWASIH TAHUN AJARAN 2020/2021
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Persepsi merupakan salah satu aspek kognitif manusia yang sangat penting,
yang memungkinkannya untuk mengetahui dan memahami dunia sekelilingnya.
Istilah persepsi berasal dari bahasa Inggris “perception”, yang diambil dari bahasa
Latin “perceptio”, “perceptio”, yang berarti menerima atau mengambil. Dalam
Kamus Inggris Indonesia, kata perception diartikan dengan
“penglihatan” atau “tanggapan” (Echlos & Shadily dalam Desmita, 2010, hlm.
117). Sementara itu, menurut Wilcox (2013, hlm. 104-106) persepsi adalah
penerjemah otak terhadap informasi yang disediakan oleh semua indera fisik serta
segala sesuatu yang telah ada dalam pikiran kita, semua yang kita inginkan,
kehendaki, sangka, dan dibutuhkan, pengalaman masa lalu, membantu menentukan
persepsi. Pendapat serupa disampaikan oleh Sarwono (2002, hlm. 7) dalam
pandangan konvensional persepsi dianggap sebagai kumpulan penginderaan,
sebagai proses pengenalan objek yang merupakan aktivitas kognisi dimana otak
aktif menggabungkan kumulasi (tumpukan) pengalaman dan ingatan masa lalu
serta aktif menilai untuk memberi makna dan penilaian baik atau buruk.
Berdasarkan beberapa pengertian di atas, dapat dipahami bahwa persepsi
adalah suatu proses mengolah pengetahuan yang telah dimiliki untuk memperoleh
dan menginterpretasi stimulus yang diterima oleh sistem alat indra manusia. Maka,
pada dasarnya persepsi merupakan hubungan antara manusia dengan
lingkungannya, serta bagaimana manusia menggambarkan atau menyampaikan
stimulus yang ada di lingkungannya dengan menggunakan pengetahuan yang
dimilikinya, kemudian memproses hasil pengindraannya itu, sehingga muncullah
makna mengenai objek tersebut (baik atau buruk).
Proses mengenali suatu objek dilakukan oleh setiap manusia, khususnya remaja
yang pada masa ini mereka banyak melihat dan mengadopsi melalui apa yang
mereka lihat atau temukan di sekelilingnya. Proses seperti ini dikatakan proses
meniru. Peniruan yang dilakukan oleh remaja biasanya dalam dunia
mode,penampilan fisik, dan perilaku. Khususnya bagi anak perempuan, mereka
cenderung lebih senang memperhatikan penampilan fisiknya dibandingkan dengan
yang lainnya. Hal tersebut dikarenakan, baginya penampilan fisik merupakan
prioritas utama daripada yang lainnya. Hal demikian disebabkan karena masa
remaja merupakan masa pencarian jati diri (ego identity) dimana proses peniruan
merupakan salah satu faktor interaksi sosial, yang berperan penting dalam
pergaulan hidup manusia dan timbulnya perubahan masyarakat (Wulansari, 2009,
hlm. 37). Perubahan masyarakat dapat dikategorikan kedalam salah satu unsur
terjadinya perubahan sosial. Sebab, salah satu unsur yang meliputi perubahan
sosial adalah pola perilaku dan interaksi sosial. Salah satu konten interaksi sosial
yang dilakukan remaja saat ini adalah melalui media. Saat ini remaja tidak pernah
lepas dari media, baik itu media elektronik maupun media cetak. Dari media
tersebut, remaja membuat persepsi tersendiri dari apa yang ditampilkan di dalam
media.
Media merupakan perantara untuk menyampaikan infromasi kepada
penerima atau penonton, pendengar melalui audio, visual, maupun audio visual.
Media yang digunakan dalam menyampaikan pesan dapat berupa media cetak,
media audio visual (Televisi), media audio (radio) dan lain sebagainya.
Kemunculan media tidak serta merta datang begitu saja. Munculnya media
disebabkan oleh beberapa faktor yakni, perkembangan zaman, perkembangan
manusia, yang akhirnya menuntun pada perkembangan teknologi itu sendiri.
Dalam kamus besar Indonesia, teknologi adalah keseluruhan sarana untuk
menyediakan barang-barang yang diperlukan bagi kelangsungan dan kenyamanan
hidup manusia. Penggunaan teknologi oleh manusia diawali dengan pengubahan
sumber daya alam menjadi alat-alat sederhana. Perkembangan teknologi terbaru,
termasuk di antaranya mesin cetak, telepon, dan internet, telah memperkecil
hambatan fisik terhadap komunikasi dan memungkinkan manusia untuk
berinteraksi secara bebas dalam skala global.

C. Rumusan Masalah
Memahami latar belakang di atas maka hal tersebut dirumuskan dalam rumusan
masalah sebagai berikut:
1. Faktor apa yang menimbulkan persepsi pencitraan ideal pada remaja putri di

SMP Yayasan Atikan Sunda (YAS) Bandung?


2. Hal apa yang membuat remaja putri di SMP Yayasan Atikan Sunda (YAS)

Bandung menganggap dirinya tidak ideal?


3. Seperti apa remaja putri yang ideal menurut perspektif siswi di SMP Yayasan

Atikan Sunda (YAS) Bandung?


D. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah di atas maka tujuan diadakannya penelitian
adalah:
1. Mengetahui faktor-faktor yang menimbulkan persepsi pencitraan ideal remaja

putri
2. Mengetahui sebab-sebab remaja putri merasa tidak ideal
3. Mengetahui perempuan ideal berdasarkan perspektif remaja putri

E. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat yang diharapkan dari penelitian ini yaitu:
1. Peneliti berharap penelitian ini bermanfaat bagi penelitian selanjutnya, dan
dapat dijadikan referensi.
2. Dapat menjadi manfaat bagi masyarakat luas, khususnya remaja putri agar
mampu mengetahui berbagai potensi yang dimilikinya tanpa harus merubah
seperti orang lain. Menjadi diri sendiri lebih baik daripada menjadi orang lain.
BAB II

LANDASAN TEORI

A. Persepsi

1. Pengertian Persepsi

Persepsi merupakan suatu proses yang didahului oleh pengindraan, yaitu proses
diterimanya stimulus oleh individu melalui alat indra atau bisa disebut proses
sensoris. Namun proses itu tidak berhenti begitu saja, melainkan stimulus tersebut
diteruskan dan proses selanjutnya disebut proses persepsi. Proses tersebut
mencakup pengindraan setelah informasi diterima oleh alat indra, informasi
tersebut diolah dan diinterpretasikan menjadi sebuah persepsi yang sempurna.

Menurut Stanton sebagaimana yang dikutip dalam buku prilaku konsumen yang di
tulis oleh nugroho : “ Persepsi dapat di definisikan sebagai makna yang kita
pertalikan berdasarkan pengalaman masa lalu dan stimulus (rangsangan-
rangsangan) yang kita terima melalui panca indra
(pengelihatan,pendengaran,perasa,dll).2

Menurut kamus besar bahasa Indonesia, persepsi adalah tanggapan, penerimaan


langsung dari suatu serapan, atau merupakan proses seseoarang mengetahui
beberapa hal melalui panca indranya. Philip kottler memberikan definisi persepsi
sebagai proses Seorang individu memilih, mengorganisasikan dan
Menginterpretasikan masukan-masukan informasi untuk menciptakan gambaran
yang memiliki arti. Persepsi disini tidak hanya tergantung pada hal fisik, tetapi
juga berhubungan dengan lingkungan sekitar dan keadaan individu tersebut.
Sedangkan dalam proses memperoleh atau menerima informasi tersebut adalah
juga berasal dari objek lingkungan. Suatu rangsangan dipandang sebagai kejadian-
kejadian yang ada di dalam lingkungan eksternal individu yang ditangkap dengan
menggunakan alat sel syaraf yang selanjutnya akan terjadi proses pengolahan
sensasi. Ketika sejumlah sensasi masuk ke dalam struktur yang lebih dalam dari
sistem susunan syaraf, maka sensasi inilah yang disebut sebagai persepsi.
Berdasarkan definisi tersebut dapat dilihat bahwa persepsi di timbulkan oleh
adanya rangsangan dari dalam diri individu maupun dari lingkungan yang diproses
di dalam susunan syaraf dan otak.

Sukmana menjelaskan, persepsi timbul selain akibat


rangsangan Dari lingkungan, perspesi juga lebih merupakan proses yang terjadi
pada struktur fisiologi dalam otak. Penangkapan tersebut biasanya dalam bentuk
sensasi dan memori atau pengalaman dimasa

Lalu.

2. Faktor yang Mempegaruhi Persepsi

Faktor-faktor yang mempengaruhi persepsi bisa terletak dalam diri pembentuk


persepsi, dalam diri objek atau target yang di artikan, atau dalam konteks situasi
dimana persepsi tersebut dibuat.

Gifford dalam Ariyanti, juga menyebutkan bahwa persepsi manusia dipengaruhi


oleh beberapa hal sebagai berikut :

a. Personal Effect

Dalam hal ini disebutkan bahwa karakteristik dari individu akan dihubungkan
dengan perbedaan persepsi terhadap lingkungan. Hal tersebut, sudah jelas akan
melibatkan beberapa faktor antara lain kemampuan perseptual dan pengalaman
atau pengenalan terhadap kondisi lingkungan. Kemampuan perseptual masing-
masing individu akan berbeda-beda dan melibatkan banyak hal yang berpengaruh
sebagai latar belakang persepsi yang keluar.

Proses pengalaman atau pengenalan individu terhadap kondisi lingkungan lain


yang dihadapi, pada umumnya mempunyai orientasi pada kondisi lingkungan lain
yang telah dikenal sebelumnya dan secara otomatis akan menghasilkan proses
perbandingan yang menjadi dasar persepsi yang dihasilkan. Pembahasan terhadap
hal-hal yang berpengaruh sebagai latar belakang terbentuknya persepsi dan
mencakup pembahasan yang sangat luas dan kompleks.
b. Cultural Effect

Giffrod memandang bahwa konteks kebudayaan yang dimaksud berhubungan


dengan tempat asal atau tempat tinggal seseorang. Budaya yang dibawa dari
tempat asal dan tinggal seseorang akan membentuk cara yang berbeda bagi setiap
orang tersebut dalam “melihat dunia”. Selain itu, Gifford menyebutkan bahwa
faktor pendidikan juga dapat mempengaruhi persepsi seseorang terhadap
lingkungan dalam konteks kebudayaan.

c. Physical Effect

Kondisi alamiah dari suatu lingkungan akan mempengaruhi persepsi seseorang


yang mengamati, mengenal dan berada dalam lingkungan tersebut. Lingkungan
dengan atribut dan elemen pembentuknya yang menghasilkan karakter atau tipikal
tertentu akan menciptakan identitas bagi lingkungan tersebut. Misalnya ruang kelas
secara otomatis akan dikenal bila dalam ruang tersebut terdapat meja yang diatur
berderet, dan terdapat podium atau mimbar dan papan tulis di bagian depannya.

Untuk itu dapat disimpulkan bahwa persepsi selain terjadi akibat rangsangan dari
lingkungan eksternal yang di tangkap oleh suatu individu, juga di pengaruhi oleh
kemampuan individu tersebut dalam menangkap dan menterjemahkan rangsangan
tersebut menjadi sebuah informasi yang tersimpan menjadi sensasi dan memori
atau pengalaman masa lalu. Oleh karna itu, persepsi yang terbentuk dari masing
masing individu dapat berbeda beda.

Selanjutnya menurut laurens, dikemukakan bahwa persepsi sangat diperlukan oleh


perencana dalam menentukan apa saja yang dibutuhkan oleh masyarakat baik
secara personal maupun sebagai kelompok penguna. Sebagian besar arsitektur
dibentuk oleh persepsi manusia. Oleh karna itu, dalam menciptakan karya-karya
arsitektur faktor persepsi sebagai salah satu bentuk respon yang keluar secara
personal setelah menangkap, merasakan dan mengalami karya-karya tersebut
menjadi salah satu pertimbangan yang cukup penting.

Respon tersebut mencerminkan sesuatu yang diinginkan oleh individu pengguna


dan penikmat hasil karya yang ada. Respon yang keluar berdasarkan pengalaman
ruangnya, pengetahuan akan bentuk dan simbolisasi yang di dapat dari
pendidikanya. Istilah yang digunakan oleh Laurens bagi pengalaman ruang,
pengetahuan akan bentuk dan simbolisasi adalah peta mental (mental image), dan
sekali lagi menurut Laurens bahwa peta mental tersebut akan berbeda-beda antara
individu yang satu dengan yang lain.

Bebrapa pendapat ahli yang dirangkum oleh Laurens menyebutkan beberapa


faktor yang membedakan peta mental

Seseorang adalah sebagai berikut:

a. Gaya Hidup

Gaya hidup seseorang menyebabkan timbulnya selektivitas dan distorsi peta


mental. Hal tersebut erat kaitanya dengan tempat (jenis, kondisi, jumlah, dan lain
sebagainya) yang pernah dikunjungi sesuai dengan gaya hidup yang dimiliki.

b. Keakraban Dengan Lingkungan

Hal ini menyangkut pada sebarapa baik seseorang mengenal lingkunganya.


Semakin kuat seseorang mengenal lingkunganya, semakin luas dan rinci peta
mentalnya.

c. Keakraban Sosial

Semakin luas pergaulanya, semakin luas wilayah yang dikunjungi, dan semakin ia
tahu akan kondisi wilayah tertentu maka semakin baik peta mentalnya.

d. Kelas Sosial

Semakin terbatas kemampuan seseorang, semakin terbatas pula daya geraknya dan
semakin sempit peta mentalnya.

e. Perbedaan Seksual

Laki-laki biasanya mempunyai peta mental yang lebih baik dan terinci dari pada
perempuan karena kesempatan pergaulan dan ruang geraknya juga lebih luas.
Terlebih lagi, dalam kondisi masyarakat yang ada pada umumnya akan lebih
memberi peluang pada kaum pria untuk bergerak dengan berbagai aktivitas.
Hal-hal inilah yang akan memberikan pengertian bagaimana menciptakan
bangunan atau lingkungan yang mudah dilihat dan diingat, sekaligus
membangkitkan kekayaan pengalaman orang yang memakainya terutama pada
fasilitas publik. Berdasarkan hal tersebut, maka dalam penelitian ini disertakan
persepsi masyarakat sekitar, dalam hal ini adalah masyarakat santri yang tinggal
dan beraktivitas di Pondok Pesantren Bumi Solawat.

Penelitian jenis masyarakat tersebut dikarnakan bahwa dengan tinggal ataupun


beraktivitas di lingkungan atau objek penelitian dapat diartikan bahwa mereka
mengenal kondisi lingkungannya. Selain itu, berdasarkan dari faktor yang
membedakan peta mental seseorang, perlu juga diketahui karakteristik masyarakat
tersebut meliputi jenis kelamin, tingkat pendidikan, mata pencaharian untuk
mengetahui aktivitas utama sehari-hari dan tingkat pendapatan. Pengambilan
karakteristik masyarakat berdasaarkan jenis kelamin, tingkat pendidikan, mata
pencaharian untuk mengetahui aktivitas sehari-hari dan tingkat pendapatan tersebut
merupakan pendekatan terhadap kemungkinan terbentuknya persepsi yang
dipengaruhi oleh faktorfaktor yang telah diterangkan di atas.

3. Proses Terbentuknya Persepsi

Proses persepsi dimulai dari proses menerima rangsangan, menyeleksi,


mengorganisasi, menafsirkan, mengecek dan reaksi terhadap rangsangan.
Rangsangan dari proses persepsi dimulai dari penangkapan indera terhadap objek
persepsi.

Ada dua jenis proses persepsi, yaitu :

a. Proses fisik

Proses persepsi dimulai dari pengindraan yang menimbulkan stimulus dari reseptor
yang dilanjutkan dengan pengolahan data pada syaraf sensorik ota
BAB III

PENUTUP

Anda mungkin juga menyukai