Id Doc: 589c885781944dbf0f493fe3
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
1. Pengertian Perserpsi
lingkungan sosial maupun fisiknya. Ketika individu dilahirkan, sejak itu pula
secara langsung individu tersebut secara tidak langsung akan berhubungan dengan
dunia sekitarnya. Mulai saat itu pula individu secara langsung menerima stimulus
dari luar dirinya, dan hal ini berkaitan pula dengan persepsi.
pengalaman dan penilaian terhadap sesuatu benda ataupun sesuatu kejadian yang
dialami.
berikut.
Individu akan menggunakan informasi apa saja yang dapat diperoleh guna
membentuk kesan terhadap orang lain, misalnya untuk menilai
kepribadiannya serta hipotesis mereka tentang orang yang bagaimanakah.
mereka itu proses ini dinamakan perspsi, yang dalam bahasa Insonesia
diterjemahkan sebagai penglihatan, pengamatan, pemahaman, atau
tanggapan. persepsi sosial adalah proses yang kita gunakan untuk mencoba
memahami dan mengetahui orang lain. beberapa definisi tentang persepsi
sosial adalah:
a. persepsi adalah suatu proses membuat penilaian (judgemant) atau
membangun kesan (impression) mengenai berbagai macam hal yang
terdapat dalam lapangan menginderakan seseorang. penilaian atau
pembentukan kesan ini adalah dalam upaya pemberian makna kepada
hal-hal tersebut. Havey & Smith; wrigthsman & Deaux dalam wibowo,
(1998:23)
Dicetak pada tanggal 2019-09-09
Id Doc: 589c885781944dbf0f493fe3
yang dengan menyimpulkan informasi dan menafsirkan pesan. dengan kata lain,
persepsi merupakan proses memberikan makna pada stimuli yang ditangkap oleh
inderawi.
(2009:110).
Dicetak pada tanggal 2019-09-09
Id Doc: 589c885781944dbf0f493fe3
dipengaruhi oleh objek yang di persepsi, alat indera, serta perhatian masyarakat
Apa yang ada dalam diri individu akan mempengaruhi individu dalam
mengadakan persepsi. ini merupakan faktor internal. disamping itu, masih
ada faktor lain yang dapat mempengaruhi proses persepsi, yaitu faktor
stimulus itu sendiri dan faktor lingkungan dimana persepsi itu berlangsung
dan ini merupakan faktor eksternal. stimulus dan lingkungan sebagai faktor
eksternal dan individu sebagai faktro internal saling berinteraksi dalam
individu yang mengadakan persepsi.
Keadaan individu yang dapat mempengaruhi hasil persepsi datang
dari dua sumber, yaitu yang berhubungan dengan segi kejasmanian, dan
saling berhubungan dengan segi psikologis. bila sistem fisiologinya
terganggu. hal terebut akan berpengaruh dalam perseosi
seseorang...sedangakan lingkungan atau situasi yang melatarbelakangi
stimulus juga akan berpengaruh dalam persepsi. sedangkan lingkungan
atau situasi yang melatarbelakangi stimulus juga akan berpengaruh dalam
persepsi, lebih-lebih bila objek merupakan kebulatan atau kesatuan yang
sulit dipisahkan. objek yang sama dengan situasi sosial yang berbeda,
dapat menghasilkan persepsi yang berbeda.
c. perhatian”.
Dicetak pada tanggal 2019-09-09
Id Doc: 589c885781944dbf0f493fe3
yang diterimanya, sehingga stimulus tersebut mempunyai arti bagi individu yang
mempengaruhi persepsi adalah alat indera, syaraf, perhatian, serta objek yang
akan di persepsi.
3. Teori-teori Persepsi
a. Teori Heider, adalah teori yang dicetuskan oleh Heider. Teori ini
bersifat umum yaitu tentang hubungan antar pribadi (interpersonal).
Dari sifatnya yang umum tersebut menunjukkan kekayaan dan keluasan
pikiran. Oleh karena itu, teori ini banyak merangsang sumbangan-
sumbangan teori psikolog-psikolog sosial.
b. Teori Jones & Davis adalah teori yang dicetuskan oleh Jones dan Davis.
Teori ini terbatas pada atribusi terhadap orang. Tetapi teori ini
menjelaskan juga tentang kondisi-kondisi yang harus ada untuk dapat
terjadinya prediksi.
c. Teori Kelley, adalah teori yang dikemukakan oleh Kelley. Teori ini
terbatas pada atribusi terhadap lingkungan luar. Teori ini masih relatif
baru dan belum mampu merangsang penelitian karena para psikolog
sosial lebih tertarik pada persepsi, atribusi dan keputusan / penilaian
pribadi daripada atribusi lingkungan.
d. Teori Festinger, adalah teori yang ditemukan oleh Festinger. Teori ini
hanya sedikit menyinggung proses atribusi dan persepsi sosial. Secara
khusus, teori ini membicarakan proses yang digunakan oleh seorang
individu untuk menilai keampuhan pendapatnya sendiri dan kekuatan
dari kemampuan-kemampuannya sendiri dalam hubungan dengan
pendapat-pendapat dan kemampuan-kemampuan orang lain yang ada
dalam suatu lingkungan sosial. Hal terpenting menurut teori Festinger
adalah dampak dari perbandingan sosial terhadap perubahan dari
pendapat pada individu itu sendiri.
teori Heider, karena teori ini sifatnya yang umum dan lebih menunjukkan
pentingnya PAUD.
4. Jenis-jenis Persepsi
Menurut Bimo Walgito (2004:192) ada 5 (lima) jenis persepsi, yaitu sebagai
berikut:
a. Persepsi penglihatan
Persepsi penglihatan didapatkan dari indera penglihatan. Persepsi ini
adalah persepsi yang paling awal berkembang dari bayi dan
mempengaruhi bayi dan balita untuk memahami dunianya.
b. Persepsi pendengaran
Persepsi pendengaran didapatkan dari indera pendengaran yaitu
telinga.
Dicetak pada tanggal 2019-09-09
Id Doc: 589c885781944dbf0f493fe3
c. Persepsi pengerabaan
Persepsi pengerabaan didapatkan dari indera taktil yaitu kulit.
d. Persepsi pencium
Persepsi pencium atau olfaktori didapatkan dari indera penciuman
yaitu hidung.
e. Persepsi pengecapan
Persepsi pengecapan atau rasa didapatkan dari indera pengecapan
yaitu lidah.
Individu mengenali suatu objek dari dunia luar dan ditangkap melalui
inderanya. Bagaimana individu menyadari, mengerti apa yang diindera ini
merupakan suatu proses terjadinya persepsi. Proses terjadinya persepsi dapat
dijelaskan sebagai berikut:
a. Proses fisik atau kealaman
Maksudnya adalah tanggapan tersebut dimulai dengan objek yang
menimbulkan stimulus dan akhirnya stimulus itu mengenai alat indera
atau reseptor.
b. Proses fisiologis
Yang dimaksud dengan proses fisiologis yaitu stimulus yang diterima oleh
alat indera kemudian dilanjutkan oleh syarat sensorik ke otak.
c. Proses psikologis
Yang dimaksud dengan proses psikologis adalah proses yang terjadi dalam
otak sehingga seseorang dapat menyadari apa yang diterima dengan
reseptor itu sebagai suatu akibat dari stimulus yang diterimanya.
Jadi proses terjadinya persepsi itu berawal dari objek yang menimbulkan
oleh syaraf sensorik ke otak, dalam otak stimulus itu diproses sehingga
... agar dihasilkan suatu penginderaan yang bermakna, ada ciri-ciri umum
tertentu dalam dunia persepsi:
1. Modalitas: rangsangan-rangsangan yang diterima harus sesuai dengan
modalitas tiap-tiap indera, yaitu sifat sensori dasar dan masing-masing
indera (cahaya untuk penglihatan; bau untuk penciuman; suhu bagi
perasa; bunyi bagi pendengaran; sifat permukaan bagi peraba dan
sebagainya).
2. Dimensi ruang: dunia persepsi mempunyai sifat ruang (dimensi ruang);
kita dapat mengatakan atas bawah, tinggi rendah, luas sempit, latar depan
latar belakang, dan lain-lain.
3. Dimensi waktu: dunia persepsi mempunyai dimensi waktu, seperti cepat
lambat, tua muda, dan lain-lain.
4. Struktur konteks: keseluruhan yang menyatu:objek-objek atau gejala-
gejala dalam dunia pengamatan mempunyai struktur yang menyatu
dengan konteksnya. Struktur dan konteks ini merupakan keseluruhan
yang menyatu.
5. Dunia pernuh arti: dunia persepsi adalah dunia penuh arti. Kita cenderung
melakukan pengamatan atau persepsi pada gejala-gejala yang
mempunyai makan bagi kita, yang ada hubungannya dalam diri kita.
persepsi adalah modalitass, dimensi ruang dan waktu, konteks, serta dunia.
Pendidikan anak usia dini (PAUD) adalah suatu upaya pembinaan yang
ditujukan kepada anak sejak lahir sampai dengan usia enam tahun yang
dilakukan melalui pemberian rangsangan pendidikan untuk membantu
Dicetak pada tanggal 2019-09-09
Id Doc: 589c885781944dbf0f493fe3
Pendidikan anak usia dini (PAUD) pada hakikatnya ialah pendidikan yang
berikut.
pendidikan pada masa dini tersebut menjadi dasar untuk proses pendidikan
bagi anak usia lahir hingga enam tahun melalui oemberian stimulasi edukatif
secara sadar dan terencana oleh pendidik pada suatu lembaga PAUD. Novan Ardi
Wiyani (2016:5)
dari penjabaran diatas, dapat penulis simpulkan bahwa pendidikan anak usia dini
aspek perkembangan anak usia dini (0-6 tahun) untuk persiapan pra sekolah dan
anak.
juga berpendapat tentang tujuan pendidikan anak usia dini sebagai berikut.
Kamil atau manusia sempurna. Untuk menjadi manusia sempurna atau utuh,
harus terpelihara fitrah dalam dirinya. Fitrah adalah konsep Islam tentang
anak dimana anak dipandang sebagai makhluk unik yang berpotensi positif.
Atas dasar ini, anak dapat dipandang sebagai individu yang baru mengenal
dunia. Ia belum mengetahui tatakrama, sopan santun, aturan, norma, etika,
dan berbagai hal tentang dunia. Ia juga sedang belajar berkomunikasi
dengan orang lain dan belajar memahami orang lain. Oleh karena itu, anak
perlu dibimbing agar mampu memahami berbagai haltentang dunia dan
isinya. Ia juga perlu dibimbing agar memahami berbagai fenomena alam dan
dapat melakukan keterampilan-keterampilan yang dibutuhkan untuk hidup
dimasyarakat.
(Early Childhood Care and Education) dalam Suyadi dan Maulidya Ulfah
pertama untuk membentuk anak Indonesia yang berkualitas, yaitu anak yang
dasar, tujuan pendidikan anak usia dini adalah untuk meningkatkan dan
(2016:8) menyebutkan:
...Selain itu, fungsi lain dari penyelenggaraan layanan PAUD antara lain:
1. Untuk mengembangkan seluruh kemampuan yang dimiliki anak sesuai
dengan tahap perkembangannya. Setiap anak memiliki potensi yang
bervariasi. PAUD difungsikan untuk mengembangkan berbagai potensi
tersebut agar lebih terarah dan berkembang secara optimal, yang
selanjutnya akan memberikan dampak positif terhadap kehidupan sehari-
harinya.
2. Untuk mengenalkan anak dengan dunia sekitar. Anak merupakan bagian
dari masyarkat. Masyarakat menyangkup setiap lingkungan sekitar
dimana anak berada dan anak tidak bisa terlepas dari masyarakat. Fungsi
PAUD disini dalam rangka mempersiapkan anak untuk mengenal dunia
sekitar, mulai dari yang tearkeacail (keluarga) hingga yang lebih luas
(masyarakat umum).
3. Untuk mengenalkan berbagai peraturan dan menanamkan kedisiplinan
pada anak. Peraturan merupakan sesuatu yang mutlak ada dalam
kehidupan manusia. Peraturan dibuat dalam rangka menciptakan
kedisiplinan seseorang. Namun, untuk membentuk kedisiplinan tidaklah
mudah, diperlukan proses panjang. Disinlah PAUD difungsikan sebagai
layanan pendidikan yang mengenalkan berbagai peraturan dalam diri
anak sehingga kedisiplinan akan tertanam di dalam dirinya.
4. Untuk memberikan kesempatan pada anak untuk menikmati masa
bermainnya. Masa usia dini merupakan masa bermain. Maka tidaklah
mengherankan jika prinsif utama dalam pembelajaran PAUD adalah
bermain dan belajar. Ini berarti, pembelajaran dapat dilakukan dengan
berbagai permainan yang mengasyikkan dan menyenangkan sehingga
anak dapat bermain layaknya anak-anak seusianya sesuai dan materi
pembelajaran dapat diserap oleh anak. Disini PAUD berfungsi
memberikan kesempatan pada anak untuk menikmati masa bermainnya.
suluruh potensi anak secara optimal agar siap menghadapi pendidikan selanjutnya
pendidikan anak usia dini adalah berorientasi pada kebutuhan dan perkembangan
anak dapat dilihat dari segi pertumbuhan fisik otak dan perkembangan intelektual
otak.
kebanyakan anak memiliki 100 miliar sel otak aktif, dan mereka menjalin sekitar
50 triliun hubungan dengan sel-sel otak lain dan bagian-bagian tubuh lain.
(1). 0-4 tahun = 50% ; (2). 4-8 tahun = 80 % ; (3). 8-18 tahun = 100%.
Dalam buku The Learning Revolution menyebutkan bahwa otak manusia sangat
sebagai benda paling kompleks dan misterius di alam semesta ini karena terdiri
dari miliaran sel dan triliunan jaringan syaraf. Jumlah tersebut mengalahkan
Secara spesifik biasanya disebut angka 100 miliar sel syaraf yang disebut
dengan neuron. setia neuron dapat mengembangkan ribuan sampai ratusan ribu
keseluruhan otak bisa memiliki 1000 triliun sinapsis. Tingkat kecerdasan antar
oleh banyak dan rumitnya jaringan neuron (sinapsis) yang terhubung antar neuron.
Pada saat bayi berusia 3 tahun, jumlah hubungan sinapsis akan mencapai
1000 triliun, lebih banyak dari jumlah sinapsis pada usia dewasa. Jumlah sinapsis
yang sangat besar tersebut sangat penting untuk menunjang dan mempertajam
stimulus yang diberikan kepada anak dimasa peka dan tentunya pemberian
rangsangan atau stimulus tersebut harus sesuai dengan perkembangan anak. itulah
sebabnya, pendidik PAUD ataupun orang tua harus mengetahui lebih dalam
sebagai berikut
berkaitan dengan struktur otak, sedangkan struktur otak itu sendiri dipengaruhi
oleh stimulasi, kesehatan, dan gizi yang diberikan oleh lingkungan. sehingga
peran pendidikan yang sesuai bagi anak usia dini sangat diperlukan.” Musbikin
(2010:44)
pendidikan anak usai dini (PAUD). Masa usia dini tersebut merupakan masa yang
sosial-emosi, bahasa, moral, dan agama yang optimal dapat membantu anak usia
tertentu dalam rentang kehidupan individu yang jika tugas tersebut dapat berhasil
dengan sikap, perilaku, atau keterampilan yang seyogyanya dimiliki oleh individu
Dicetak pada tanggal 2019-09-09
Id Doc: 589c885781944dbf0f493fe3
1. Belajar berjalan, hal ini dilakukan pada saat anak berada pada usia 9-15
bulan karena pada usia tersebut tulang kaki, otot, dan susunan syarafnya
telah matang untuk belajar berjalan.
2. Belajar makan-makanan padat, hal ini terjadi pada tahun kedua karena
pada umur tersebut sistem alat pencernaan makanan dan alat pengunyah
pada mulut sudah matang.
3. Belajar berbicara, dengan mengeluarkan suara bermakna serta
menyampaikannya kepada orang lain dengan perantaraan suara tersebut.
4. Belajar buang air kecil dan buang air besar, sebelum usia 4 tahun anak
pada umunya belum bisa menahan “ngompol” karena perkembangan
syaraf yang mengatur pembuangan belum sempurna.
5. Belajar mengenal perbedaan jenis kelamin, melalui pengamatan yang
dilakukan oleh anak, ia dapat membedakan dari fisik, tingkah laku, dan
pakaian yang dipakai yang mencerminkan adanya perbedan jenis kelamin.
6. Mencapai kestabilan jasmaniah fisiologis, keadaan jasmani anak sangat
labil dibandingkan dengan orang dewasa sehingga anak dengan cepat akan
merasakan perubahan suhu sehingga temperatur tubuhnya berubah. Untuk
mencapai kestaabilan jasmaniah bagi anak diperlukan waktu usia lima
tahun.
7. Pembentukan konsep sederhana mengenai realitas fisik dan sosial, pada
mulanya duia ini merupakan hal yang membingungkan bagi anak. Dengan
melakukan pengamatan dan pemahaman terhadap benda-benda dan orang-
orang disekitarnya anak mulai memahami dan dapat menyimpulkan suatu
keadaan bahwa setiap benda dan orang yang berada disekitarnya memiliki
ciri-ciri khusus.
8. Belajar menciptakan hubungan dirinya secara emosi dengan orang tua,
saudara,dan orang lain. Anak mengadakan hubungan dengan orang
disekitarnya menggunakan berbagai cara, yaitu dengan isyarat, menirukan
(imitasi), dan menggunakan bahasa. Cara yang diperoleh dalam belajar
mengadakan hubungan emosi dengan orang lainsedikitbanyak akan
menentukan sikapnya dikemudian hari.
9. Belajar mengadakan hubungan baik dan buruk, yang berarti
mengembangkan kata hati. Anak kecil dikuasai oleh hedoisme naif yang
yang mana kenikmatan menurutnya dianggap baik, sedangkan penderitaan
dianggapnya buruk. Jika anak bertambah besar, anak harus belajar baik
dan buruk, serta benar dan salah.
Jadi dapatlah ditegaskan kembali bahwa upaya stimulasi sejak dini kepada
anak yang berusia 0 hingga 6 tahun sangatlah penting, karena pada masa tersebut
Dicetak pada tanggal 2019-09-09
Id Doc: 589c885781944dbf0f493fe3
perkembangan otak mereka dapat berlangsung optimal dan itu sangat berpengaruh
dan kebutuhan layanan pendidikan anak usia dini pada saat ini cenderung semakin
meningkat.
yang berkaitan dengan seluruh jenjang pendidikan, mulai dari pendidikan anak
usia dini (PAUD) sampai dengan jenjang pendidikan tinggi. Pada pasal 28,
ditetapkan bahwa pendidikan anak usia dini dapat diselenggarakan melalui jalur
Pendidikan anak usia dini dalam jalur nonformal berbentuk kelompok bermain
(KB), taman penitipan anak (TPA), atau bentuk lain yang sederajat. Sedangkan,
Dicetak pada tanggal 2019-09-09
Id Doc: 589c885781944dbf0f493fe3
pendidikan anak usia dini dalam jalur pendidikan informal berbentuk pendidikan
Selebihnya, ketiga jalur pendidikan itu dapat kita jelaskan sebagai berikut.
Pertama, satuan pendidikan anak usia dini pada jalur formal. Pada jalur ini, ada
a. Taman kanak-kanak, yakni salah satu bentuk pendidikan anak usia dini
b. Raudhatul athfal, yaitu salah satu bentuk satuan pendidikan anak usia dini
umum dan pendidikan keagamaan Islam bagi anak usia 4 sampai 6 tahun.
c. Satuan pendidikan anak usia dini jalur formal yang sederajat. Salah satu
bentuk pendidikan anak usai dini pada jalur pendidikan formal selain
taman kanak-kanak dan raudhatul athfal yaitu tarbiyatul athfal (TA), taman
Kedua, satuan pendidikan anak usia dini peda jalur non formal. Hal ini
a. Kelompok bermain, yaitu salah satu bentuk pendidikan anak usia dini pada
b. Taman penitipan anak. Salah satu bentuk pendidikan anak usia dini pada
c. Satuan pendidikan anak usia dini sederajat. Salah satu bentuk pendidikan
anak usia dini pada jalur pendidikan non formal selain taman penitipan
1) Pos pendidikan anak usia dini (Pos PAUD), yakni salah satu bentuk
2) Taman asuh anak muslim (TAAM), yakni salah satu bentuk satuan
satu bentuk satuan PAUD pada jalur pendidikan non formal yang
minggu.
Dicetak pada tanggal 2019-09-09
Id Doc: 589c885781944dbf0f493fe3
4) Pendidikan anak usia dini bina iman anak (PAUD-BIA), adalah salah
satu bentuk satuan PAUD pada jalur pendidikan non formal yang
berusia 2 tahun sampai denga usia 6 tahun yang berbasis bina iman
anak Katolik.
Program pembelajaran pada anak usia dini di TK/RA dan bentuk lain yang
mingguan efektif dalam satu tahun pelajaran (2 semester) ada 34 minggu, dengan
jam belajar efektif 2,5 jam (150 menit); per minggu adalah 15 jam (900 menit);
adalah—untuk usia 2-4 tahun—kegitan bermain per minggu minimal tiga kali
1) Full day care. Anak dititipkan sehari penuh, dari jam 08.00 sampai
2) Semi day care. Anak dititipkan hanya setengah hari, dari jam 08.00
sampai dengan jam 12.00. atau jam 12.00 sampai jam 17.00.
anak usai dini sejenis adalah layanan minimal yang hanya dilakukan 1-2
kalender pendidikan anak usia dini mencakup permulaan tahun ajaran, minggu
efektif, waktu pembelajaran efektif, dan hari libur. Kalender pendidikan tersebut
pula kebijakan pemerintah berkenaan dengan tugas dan ekspektasi kinerja guru
Dari penjabaran diatas dapat disimpulkan bahwa pendidikan anak usia dini
terbagi dari pendidikna formal, non formal, dan informal. Dan guru pendidikan
IV atau S1.
Dicetak pada tanggal 2019-09-09
Id Doc: 589c885781944dbf0f493fe3
bahwa kenakalan remaja bukanlah fenomena baru dari masa remaja melainkan
suatu lanjutan dari pola perilaku asosiasi yang mulai pada masa kanak-kanak.
Semenjak usia 2-3 tahun ada kemungkinan mengenali anak yang kelak menjadi
remaja nakal.
Ahmad Tafsir, 2003 dalam Suyadi dan Maulidya Ulfah (2013:47) juga
keagamaannya kelak dimasa dewasa akan menjadi orang yang relative sulit untuk
dibentuk dengan berbagai aktivitas dan kreativitas, serta yang lebih utama
dibentuk karakter dan sikap kemandiriannya.
Keempat, masa usia dini merupakan masa paling penting untuk sepanjang
kehidupanna, sebab masa usia dini adalah masa pembentukan pondasi dan dasar
kepribadian yang akan menentukan pengalaman selanjutnya. Demikian
pentingnya usia dini maka kebutuhan anak usia dini mutlak dipenuhi. Perubahan
para ahli yang menilai bahwa periode 5 tahun sejak kelahiran akan menentukan
perkembangan selanjutnya. Baik ahli pendidikan, pakar psikolgi anak maupun
kalangan ahli gizi melihat betapa pentingnya pemberian pengasuhan dan
pemenuhan kebutuhan bagi anak usia dini.
Menurut Wiyani (2016:6-8) ada empat fakta yang dapt menunjukkan betapa
kepribadian anak. Anak yang mendapatkan pembinaan yang tepat dan efektif
sejak usia dini akan dapat meningkatkan kesehatan serta kesejahteraan fisik dan
mental, yang berdampak pada peningkatan prestasi belajar anak, etos kerja anak,
Ihsana (2015:40)
yang dihadapi dalam setiap langkah kehidupan sangat ditentukan oleh pengalaman
berikut:
koneksi/sinapsis. Jumlah ini 2 kali lebih banyak dari yang dimiliki orang
dewasa. Sebuah sel otak dapat berhubung dengan 15000 sel lain. Sinaps-sinaps
yang jarang digunakan akan mati, sedangkan yang sering digunakan akan
semakin kuat dan permanen.
Setiap rangsangan atau stimulasi yang diterima anak akan melahirkan
sambungan baru atau memperkuat sambungan yang sudah ada. Gambar
berikut ini mengilustrasikan perbandingan antara otak anak dengan stimulasi
dan otak anak tanpa stimulasi.
2. Antisipasi dini anak putus sekolah (DO)
Penelitian yang dilakukan world bank 1997 sebagaimana dikutip
menyatakan bahwa terdapat pengaruh yang signifikan anatara anak-anak yang
pernah masuk PAUD dengan resiko Drop Out di pendidikan dasar maupun
menengah, terlebih lagi perguruan tinggi. Bahkan pengaruh tersebut mencapai
angka 20%. Artinya, dari sekian banyak siswa dan mahasiswa yang DO, 20%
diantaranya disebabkan karena pada usia dini tidak mendapat stimulasi
edukatif dilembaga PAUD.
Namun demikian, hal ini bukan berarti bahwa PAUD hanya diperuntukkan
guna menyiapkan anak-anak masuk SDdan jenjang pendidikan berikutnya.
Jika ini terjadi, PAUD tidak ubahnya menjadi lembaga kursus belajar. Oelh
karena itu yang terpenting adalah mengobarkan semangat belajar anak agar
terus terpelihara sehingga semakin tinggi jenjang pendidikan yang ditempuh
semakin tinggi semangat belajarnya.
Selama ini, PAUD kurang mengembangkan semangat belajar anak, hanya
berorientasi pada hasil (kemampuan calistung). Akibatnya, ketika anak-anak
dilembaga PAUDtersebut masuk Perguruan Tinggi, semangat belajarnya
turun drastis karena ketika di PAUD hingga SMA anak sudah dibebani untuk
menguasai materi pelajaran dengan berat. Akibatnya, anak menjadi jenuh
belajar ketika masuk Perguruan Tinggi. Padahal, di Perguruan Tinggilah
mereka seharusnya memeras seluruh kemampuan untuk belajar lebih keras.
3. Pendidikan Investasi Peradaban
Alasan lain mengenai pentingnya PAUD adalah alasan investasi. Istilah
“investasi” sebenarnya kurang tepat digunakan dalam konteks ini, tetapi
karena memang belum ada istilah lain, maka istilah investasi bisa dipakai.
Investasi yang dimaksud di sini ialah investasi masa depan anak.
Jika dicermati, biaya PAUD khususnya di kota-kota besar dan telah
menyandang predikat “elite” biayanya lebih mahal dibandingkan sekolah
menengah unggulan atau setara dengan RSBI. Walaipun demikian, orang tua
tidak segan-segan merogoh koceknya yang terdalam demi buah hati belahan
jiwa, yakni anaknya yang masih berusia dini. Sekedar contoh, orang tua tidak
keberatan memasukkan anaknya di PAUD dengan biaya di atas Rp.5.000.000
(lima juta rupiah). Biaya ini jauh diatas rata-rata pendidikan dasar (SD/MI dan
SMP/MTs). Bahkan, orang tua juga bersedia membayar SPP anaknya
dilembaga PAUD sebesar Rp.250.000 (dua ratus lima puluh ribu ribu rupiah).
Dicetak pada tanggal 2019-09-09
Id Doc: 589c885781944dbf0f493fe3
Biaya ini juga jauh diatas rata-rata sekolah dasar dan menengah. Tetapi, lagi-
lagi orang tua bersedia membayarnya bahkan tidak merasa keberatan
sedikitpun.
Salah satu alasan orang tua rela mengeluarkan biaya besar hanya untuk
sekolah yang selama ini dipandang “kurang penting” adalah menginginkan
anaknya menjadi shalis dan shalihah, berbakti kepada orang tua cerdas,
berprestasi berguna bagi nusa, bangsa, negara, dan agama. Fondasi anak yang
demikian adalah pada usia dini melalui PAUD. Atas dasar alasan ini, orang
tua merasa bahwa sebesar apapun biaya yang dikeluarkan untuk pendidikan
anak merupakan investasi yang nilainya terus bertambah, bahkan berlipat
hingga tak ternilai harganya.
Namun demikian, konsep “anak sebagai investasi peradaban” ini banyak
disalah pahami sebagai penerus cita-cita orang tua. Misalnya, jika orang tua
bercita-cita menjadi dokter tapi gagal, anaknyalah (khususnya anak pertama)
yang harus meneruskan cita-citanya tersebut. Akibatnya, anak dieksploitasi
untuk mengikuti berbagai lesa (tidak memandang potensi alamiah anak) yang
mengarah pada profesi kedokteran.
4. Data-data Kecerdasan Anak Di Bawah Pengelolaan PAUD
Alasan selanjutnya mengenai betapa pentingnya PAUD adalah temuan di
bidang psikologi yang menyatakan bahwa terdapat perbedaan yang sangat
signifikan antara anak-anak yang masuk di lembaga PAUD dengan tidak baik.
Setidaknya terdapat tiga perbedaan mencolok antara anak-anak yang masuk di
lembaga PAUD dengan yang tidak. Tiga perbedaaan tersebut adalah sebagai
berikut.
Pertama, penelitian yang dilakukan oleh Hunt (dalam Aswardi Sudjud,
1997) menyatakan bahwa lingkungan pada tahun-tahun permulaan anak (0-6
tahun) akan memberikan efek belajar yang lama (long term effects). Artinya,
anak-anak yang belajar pada masa ini akan diingat dalam jangka waktu yang
panjang sehingga usia dewasa kelak. Hasil penelitian ini bersesuaian dengan
pepatah yang menyatakan bahwa “belajar di usia belia bagaikan mengukir
diatas batu.”
Kedua, Bloom (dalam Aswardi Sudjud, 1997) menganalisis studi-studi
terdahulu tentang belajar yang sudah dipublikasikan, kemudian dikonklusikan
dan hasilnya menyatakan bahwa sekitar 70% sikap intelektal (intellectual
attitude) yang diukur melalui tes IQ dan sekitar 50% keterampilan membaca
(reading skill) orang dewasa terbina antara umur 4 dan 9 tahun. Hal ini
membuktikan bahwa kecerdasan IQ anak dapa dipicu pada usia dini. Oleh
karena itu, kecerdasan intelektual bukanlah “pemberian tuhan” yang tak boleh
di ganggu gugat, melainkan proses berkembang yang tak henti, dan
berkembangan kecerdasan IQ tersebut memuncak pada usia dini.
Ketiga, riset yang dilakukan oleh Piaget mencatat bahwa system kognitif
dan proses intelektual (intellectual processing) pada anak-anak sangat berbeda
jika dibandingkan dengan anak yang lebih tua dan orang dewasa. Banyak
perubahan-perubahan terjadi selama melewati akhir masa anak dan remaja
(adolescent), ikut kontibusi dalam pola perkembangan individu. Dengan
demikian, dapat disimpulkan bahwa pada dasarnya anak yang mengalami
Dicetak pada tanggal 2019-09-09
Id Doc: 589c885781944dbf0f493fe3
4. Anak usia dini sedang melewati masa yang sangat menentukan masa
depannya.
Penelitian yang Relevan adalah penelitian yang hampir sama dilakukan oleh
peneliti sebelumnya atau penelitian yang hampir sejenis, sehingga dapat dijadikan
acuan dalam pengajuan penelitian. Penelititan yang relevan dengan penelitian ini
adalah:
pendidikan anak usia dini sangat penting bagi perkembangan sikap anak,
orang tua sangat senang dengan PAUD sebagai sentra pendidikan, orang
bahwa nilai rata-rata ideal persepsi orang tua adalah 89,33, yang terletak
3. Rini Ana Wati, Skripsi yang berjudul “Persepsi Orang Tua Terhadap
pendidikan formal anak dan apa faktor yang mempengaruhi persepsi orang
bahwa persepsi orang tua terhadap pendidikan formal anak adalah positif
dan penting untuk anak, namun orientasi prioritas orang tua dalam
faktor pendidikan orang tua, pekerjaan orang tua, dan penghasilan orang
tua.
penelitian yang dapat digunakan, ada yang meggunakan metode deskriptif dengan
data dalam penelitian ini adalah masyarakat Kecamatan Danau Teluk Kota Jambi