Anda di halaman 1dari 41

Dicetak pada tanggal 2019-09-09

Id Doc: 589c885781944dbf0f493fe3

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Pengertian dan Ruang Lingkup Persepsi

1. Pengertian Perserpsi

Kehidupan individu tidak dapat lepas dari lingkungan sekitarnya, baik

lingkungan sosial maupun fisiknya. Ketika individu dilahirkan, sejak itu pula

secara langsung individu tersebut secara tidak langsung akan berhubungan dengan

dunia sekitarnya. Mulai saat itu pula individu secara langsung menerima stimulus

dari luar dirinya, dan hal ini berkaitan pula dengan persepsi.

Istilah persepsi sangat sering digunakan untuk mengungkapkan tentang

pengalaman dan penilaian terhadap sesuatu benda ataupun sesuatu kejadian yang

dialami.

Yeni Widyastuti(2014:34) berpendapat tentnag pengertian persepsi sebagai

berikut.

Individu akan menggunakan informasi apa saja yang dapat diperoleh guna
membentuk kesan terhadap orang lain, misalnya untuk menilai
kepribadiannya serta hipotesis mereka tentang orang yang bagaimanakah.
mereka itu proses ini dinamakan perspsi, yang dalam bahasa Insonesia
diterjemahkan sebagai penglihatan, pengamatan, pemahaman, atau
tanggapan. persepsi sosial adalah proses yang kita gunakan untuk mencoba
memahami dan mengetahui orang lain. beberapa definisi tentang persepsi
sosial adalah:
a. persepsi adalah suatu proses membuat penilaian (judgemant) atau
membangun kesan (impression) mengenai berbagai macam hal yang
terdapat dalam lapangan menginderakan seseorang. penilaian atau
pembentukan kesan ini adalah dalam upaya pemberian makna kepada
hal-hal tersebut. Havey & Smith; wrigthsman & Deaux dalam wibowo,
(1998:23)
Dicetak pada tanggal 2019-09-09
Id Doc: 589c885781944dbf0f493fe3

b. suatu proses melekatkan atau memberikan makna kepada informasi


sensori yang diterima seseorang (verdeber & verdeber dalamwibowo,
1998:23)

Sedangkan Kulsum dan Jauhar (2014:99) mengemukakan penjabaran

mengenai persepsi sebagai berikut.

Dalam Pengertian psikologi persepsi adalah proses pencarian informasi


untuk dipahami. alat untuk memperoleh informasi tersebut adalah
penginderaan. sebaliknya, alat untuk memahaminya adalah kesadaran atau
kognisi. artinya, persepsi merupakan suatu proses yang di dahului oleh
penginderaan. penginderaan adalah suatu proses diterimanya stimulus oleh
individu melalui alat penerimaan yaitu alat indera. namun, proses tersebut
itdak berhenti disitu saja. pada umumnya stimulus tersebut diteruskan oleh
saraf otak sebagai pusat susunan saraf dan proses itu selanjutnya disebut
sebagai proses persepsi.

Jauhar dan umi kalsum (2014:99)mengatakan bahwa persepsi dapat

diartikan sebagai pengalaman tentang objek, peristiwa, atau hubungan-hubungan

yang dengan menyimpulkan informasi dan menafsirkan pesan. dengan kata lain,

persepsi merupakan proses memberikan makna pada stimuli yang ditangkap oleh

inderawi.

Dalam Psikologi sosial dipelajari bagaimana orang merespons rangsang


rangsang sosial dimana rangsang-rangsang sosial ini mencakup:
a. orang atau sekelompok orang berikut ciri-ciri, kualitas, sikap dan
perilakunya
b. peristiwa-peristiwa sosial dalam pengertian peristiwa-peristiwa yang
melibatkan orang-orang, baik secara langsung maupun tidak langsung,
norma-norma dan sebagainya (Wibowo, 1998:25 dalam Yeni Widyastuti
(2014:35) ).

“... Persepsi adalah kemampuan membeda-bedakan, mengelompokkan,

memfokuskan perhatian terhadap suatu objek rangsang. Dalam proses

pengelompokkan dan membedakan ini persepsi melibatkan proses interpretasi

berdasarkan pengalaman terhadap satu peristiwa atau objek”. Rahman Saleh

(2009:110).
Dicetak pada tanggal 2019-09-09
Id Doc: 589c885781944dbf0f493fe3

Dari beberapa pengertian mengenai persepsi diatas, maka dapat penulis

simpulakn bahwa persepsi merupakan sebuah proses membuat penilaian, proses

pemberian makna, serta memfokuskan perhatian terhadap suatu objek rangsang

berdasarkan pengalaman, dan informasi terhadap peristiwa atau objek yang

dipengaruhi oleh objek yang di persepsi, alat indera, serta perhatian masyarakat

terhadap objek tersebut.

2. Faktor-Fator Yang Mempengaruhi Persepsi

Kulsum dan Jauhar (2014:100) berpendapat tentang faktor-faktor yang

mempengaruhi persepsi adalah sebagai berikut.

Apa yang ada dalam diri individu akan mempengaruhi individu dalam
mengadakan persepsi. ini merupakan faktor internal. disamping itu, masih
ada faktor lain yang dapat mempengaruhi proses persepsi, yaitu faktor
stimulus itu sendiri dan faktor lingkungan dimana persepsi itu berlangsung
dan ini merupakan faktor eksternal. stimulus dan lingkungan sebagai faktor
eksternal dan individu sebagai faktro internal saling berinteraksi dalam
individu yang mengadakan persepsi.
Keadaan individu yang dapat mempengaruhi hasil persepsi datang
dari dua sumber, yaitu yang berhubungan dengan segi kejasmanian, dan
saling berhubungan dengan segi psikologis. bila sistem fisiologinya
terganggu. hal terebut akan berpengaruh dalam perseosi
seseorang...sedangakan lingkungan atau situasi yang melatarbelakangi
stimulus juga akan berpengaruh dalam persepsi. sedangkan lingkungan
atau situasi yang melatarbelakangi stimulus juga akan berpengaruh dalam
persepsi, lebih-lebih bila objek merupakan kebulatan atau kesatuan yang
sulit dipisahkan. objek yang sama dengan situasi sosial yang berbeda,
dapat menghasilkan persepsi yang berbeda.

Menurut Kulsum dan Jauhar (2014:100) dapat disimpulkan bahwa

faktor-faktor yang mempengaruhi persepsi, antara lain:

a. “objek yang dipersepsikan

b. alat indera, termasuk syarafdan pusat susunan syaraf

c. perhatian”.
Dicetak pada tanggal 2019-09-09
Id Doc: 589c885781944dbf0f493fe3

“...Persepsi individu mengorganisasikan dan menginterprestasikan stimulus

yang diterimanya, sehingga stimulus tersebut mempunyai arti bagi individu yang

bersangkutan. Dengan demikian dapat dikemukakan bahwa stimulus merupakan

salah satu faktor yang berperan dalam persepsi.” Walgito (2010:101).

Walgito (2010:101) menjelaskan faktor-faktor yang berperan dalam

persepsi sebagai berikut.

a. Objek yang di persepsi


Objek menimbulkan stimulus yang mengenai alat indera atau reseptor.
stimulus dapat datang dari luar individu yang mempersepsi, tetapi juga
dapat datang dari dalam diri individu yang bersangkutan yang langsung
mengenai syaraf penerima yang bekerja sebagai reseptor. Namun,
sebagian terbesar stimulus datang dari luar individu.
b. Alat indera, syaraf dan pusat susunan syaraf
Alat indera atau reseptor merupakan alat untuk menerima stimulus. Di
samping itu juga harus ada syaraf sensoris sebagai alat untuk
meneruskan stimulus yang diterima reseptor ke pusat susunan syaraf,
yaitu otak sebagai pusat kesadaran. Sebagai alat untuk mengedakan
respon diperlukan syaraf motoris.
c. Perhatian
Untuk menyadari atau untuk mengadakan persepsi diperlukan adanya
perhatian, yaitu merupakan langkah pertama sebagai suatu persiapan
dalam rangka mengadakan persepsi. Perhatia merupakan pemusatan
atau konsentrasu dari seluruh aktivitas individu yang ditujukan kepada
sesuatu atau sekumpulan objek.

Dari penjelasan diatas dapat penulis simpulakn bahwa faktor-faktor yang

mempengaruhi persepsi adalah alat indera, syaraf, perhatian, serta objek yang

akan di persepsi.

3. Teori-teori Persepsi

Teori adalah serangkaian hipotesia atau proporsi yang saling berhubungan

tentang suatu gejala (fenomena) atau sejumlah gejala (Sarwono, 2008 : 5)

Menurut Sarlito Wirawan Sarwono (2008 :241-244), terdapat 4 teori

besar persepsi sosial yaitu:


Dicetak pada tanggal 2019-09-09
Id Doc: 589c885781944dbf0f493fe3

a. Teori Heider, adalah teori yang dicetuskan oleh Heider. Teori ini
bersifat umum yaitu tentang hubungan antar pribadi (interpersonal).
Dari sifatnya yang umum tersebut menunjukkan kekayaan dan keluasan
pikiran. Oleh karena itu, teori ini banyak merangsang sumbangan-
sumbangan teori psikolog-psikolog sosial.
b. Teori Jones & Davis adalah teori yang dicetuskan oleh Jones dan Davis.
Teori ini terbatas pada atribusi terhadap orang. Tetapi teori ini
menjelaskan juga tentang kondisi-kondisi yang harus ada untuk dapat
terjadinya prediksi.
c. Teori Kelley, adalah teori yang dikemukakan oleh Kelley. Teori ini
terbatas pada atribusi terhadap lingkungan luar. Teori ini masih relatif
baru dan belum mampu merangsang penelitian karena para psikolog
sosial lebih tertarik pada persepsi, atribusi dan keputusan / penilaian
pribadi daripada atribusi lingkungan.
d. Teori Festinger, adalah teori yang ditemukan oleh Festinger. Teori ini
hanya sedikit menyinggung proses atribusi dan persepsi sosial. Secara
khusus, teori ini membicarakan proses yang digunakan oleh seorang
individu untuk menilai keampuhan pendapatnya sendiri dan kekuatan
dari kemampuan-kemampuannya sendiri dalam hubungan dengan
pendapat-pendapat dan kemampuan-kemampuan orang lain yang ada
dalam suatu lingkungan sosial. Hal terpenting menurut teori Festinger
adalah dampak dari perbandingan sosial terhadap perubahan dari
pendapat pada individu itu sendiri.

Dari penjelasan teori persepsi diatas, penulis lebih memfokuskan kepada

teori Heider, karena teori ini sifatnya yang umum dan lebih menunjukkan

kekayaan dan keluasan pikiran. Penulis meneliti pemahaman masyarakat terhadap

pentingnya PAUD.

4. Jenis-jenis Persepsi

Menurut Bimo Walgito (2004:192) ada 5 (lima) jenis persepsi, yaitu sebagai

berikut:

a. Persepsi penglihatan
Persepsi penglihatan didapatkan dari indera penglihatan. Persepsi ini
adalah persepsi yang paling awal berkembang dari bayi dan
mempengaruhi bayi dan balita untuk memahami dunianya.
b. Persepsi pendengaran
Persepsi pendengaran didapatkan dari indera pendengaran yaitu
telinga.
Dicetak pada tanggal 2019-09-09
Id Doc: 589c885781944dbf0f493fe3

c. Persepsi pengerabaan
Persepsi pengerabaan didapatkan dari indera taktil yaitu kulit.
d. Persepsi pencium
Persepsi pencium atau olfaktori didapatkan dari indera penciuman
yaitu hidung.
e. Persepsi pengecapan
Persepsi pengecapan atau rasa didapatkan dari indera pengecapan
yaitu lidah.

Pada penelitian ini penulis menggunakan seluruh alat penginderaan, jadi

penelitian ini menggunakan semua jenis persepsi.

5. Proses Terjadinya Persepsi

Walgito (2010:90-91) menjelaskan tentang proses terjadinya persepsi

adalah sebagai berikut.

Individu mengenali suatu objek dari dunia luar dan ditangkap melalui
inderanya. Bagaimana individu menyadari, mengerti apa yang diindera ini
merupakan suatu proses terjadinya persepsi. Proses terjadinya persepsi dapat
dijelaskan sebagai berikut:
a. Proses fisik atau kealaman
Maksudnya adalah tanggapan tersebut dimulai dengan objek yang
menimbulkan stimulus dan akhirnya stimulus itu mengenai alat indera
atau reseptor.
b. Proses fisiologis
Yang dimaksud dengan proses fisiologis yaitu stimulus yang diterima oleh
alat indera kemudian dilanjutkan oleh syarat sensorik ke otak.
c. Proses psikologis
Yang dimaksud dengan proses psikologis adalah proses yang terjadi dalam
otak sehingga seseorang dapat menyadari apa yang diterima dengan
reseptor itu sebagai suatu akibat dari stimulus yang diterimanya.

Jadi proses terjadinya persepsi itu berawal dari objek yang menimbulkan

stimulus kemudian stimulus itu mengenai alat indera, kemudian dilanjutkan

oleh syaraf sensorik ke otak, dalam otak stimulus itu diproses sehingga

seseorang dapat menyadari apa yang diterima dengan reseptor itu.

6. Ciri-ciri Umum Dunia Persepsi


Dicetak pada tanggal 2019-09-09
Id Doc: 589c885781944dbf0f493fe3

Penginderaan terjadi dalam suatu konteks tertentu, konteks ini disebut

sebagai dunia persepsi. Abdul Rahman Saleh (2009:111)

Abdul Rahman Saleh (2009:111) menjelaskan tentang ciri-ciri umum dunia

persepsi sebagai berikut.

... agar dihasilkan suatu penginderaan yang bermakna, ada ciri-ciri umum
tertentu dalam dunia persepsi:
1. Modalitas: rangsangan-rangsangan yang diterima harus sesuai dengan
modalitas tiap-tiap indera, yaitu sifat sensori dasar dan masing-masing
indera (cahaya untuk penglihatan; bau untuk penciuman; suhu bagi
perasa; bunyi bagi pendengaran; sifat permukaan bagi peraba dan
sebagainya).
2. Dimensi ruang: dunia persepsi mempunyai sifat ruang (dimensi ruang);
kita dapat mengatakan atas bawah, tinggi rendah, luas sempit, latar depan
latar belakang, dan lain-lain.
3. Dimensi waktu: dunia persepsi mempunyai dimensi waktu, seperti cepat
lambat, tua muda, dan lain-lain.
4. Struktur konteks: keseluruhan yang menyatu:objek-objek atau gejala-
gejala dalam dunia pengamatan mempunyai struktur yang menyatu
dengan konteksnya. Struktur dan konteks ini merupakan keseluruhan
yang menyatu.
5. Dunia pernuh arti: dunia persepsi adalah dunia penuh arti. Kita cenderung
melakukan pengamatan atau persepsi pada gejala-gejala yang
mempunyai makan bagi kita, yang ada hubungannya dalam diri kita.

Dalam penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa ciri umum dunia

persepsi adalah modalitass, dimensi ruang dan waktu, konteks, serta dunia.

B. Pendidikan Anak Usia Dini

1. Pengertian Pendidikan Anak Usia Dini

Imam Musbikin (2010:35-37) berpendapat tentang pendidikan anak usia

dini sebagai berikut.

Pendidikan anak usia dini (PAUD) adalah suatu upaya pembinaan yang
ditujukan kepada anak sejak lahir sampai dengan usia enam tahun yang
dilakukan melalui pemberian rangsangan pendidikan untuk membantu
Dicetak pada tanggal 2019-09-09
Id Doc: 589c885781944dbf0f493fe3

pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan ruhani agar anak memiliki


kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut.
Pengertian pendidikan anak usia dini seperti ini mengacu dalam
undang-undang Sisdiknas Tahun 2003 pasal 1 ayat 14. disamping istilah
pendidikan anak usia dini, terdapat pula terminologi pengembangan anak
usai dini, yaitu upaya yang dilakukan oleh masyarakat dan atau pemerintah
untuk membantu anak usia dini dalam mengembangkan potensinya secara
holistic, baik aspek pendidikan, gizi, maupun kesehatan.
Sementara itu, dalam undang-undang sisdiknas tahun 2003 pasal 28
dinyatakan bahwa pendidikan anak usia dini dapat diselenggarakan melalui
jalur pendidikan formal (taman kanak-kanak, raudatul athfal, atau bentuk
lain yang sederajat), jalur pendidikan nonformal (kelompok bermain, taman
penitipan anak, atau bentuk lain yang sederajat), dan/atau jalur pendidikan
informal yang berbentuk pendidikan keluarga atau pendidikan yang
diselenggarakan oleh lingkungan.
Sehubungan dengan kenyataan yang telah disebutkan sebelumnya,
maka anak-anak yang tersentuh pendidikan dini yang diselenggarakan
melalui jalur pendidikan formal massih sangat minim jumlahnya. berkenaan
dengan hal tersebut, maka sewajarnya bila peran pendidikan luar sekolah
yang mencakup pendidikan non formal dan informal memberikan pelayanan
pendidikan dini pada anak-anak yang tidak memperoleh pendidikan dijalur
pendidikan formal sangatlah penting dan mendesak.
Berdasarkan karakteristik tersebut, maka pendidikan prasekolah telah
diakui sebagai pendidikan sepanjang hayat. hal saam juga diungkapkan oleh
W.H Worth yang mengemukakan bahwa pendidikan tidak boleh menolah
anak dibawah umur 6 tahun danmenganjurkan pendidikan anak-anak awal
disebut early ed. ia mengemukakan tiga tujuan pokok early ed yang meliputi
perlengkapan stimulasi, membantu pemahaman identitass, dan menciptakan
pengalaman sosialisasi yang tepat.
A.J. Cropley, dalam bukunya, Life long education: A Psychological
Analysis, ketika mengomentari pendapat Worth tersebut, dia menyatakan
bahwa aspek terpenting anjuran Worth ialah pendidikan anak usia dini
sebagai fase pertama sistem pendidikan sseumur hidup. ia menyarankan
bahwa tujuannya harus memuat perkembangan keterampilan untuk
mendayagunakan informasi dan simbol-simbol, meningkatkan apresiasi
bermacam-macam mode ekspresi dir, memelihara keinginan dan
kemampuan berpikir, menanamkan keyakinan setiap anak tentang
kemampuannya untuk belajar, membantu perasaan harga diri, dan akhirnya
meningkatkan kemampuan utnuk hidup dengan orang lain.

Wiyani dan Barnawi (2012:36-37) menjelaskan pendapat para ahli

pendidikan anak sebagai berikut.

Pendidikan anak usia dini (PAUD) merupakan pendidikan yang dapat


membantu menumbuh-kembnagkan anak dan pendidikan dapat membantu
Dicetak pada tanggal 2019-09-09
Id Doc: 589c885781944dbf0f493fe3

perkembangan anak secara wajar. jadi, pada hakikatnya pendidikan anak


usia dini (PAUD) adalah pemberian upaya untuk menstimulasi,
membimbing, mengasu, dan menyediakan kegiatan pembelajaran yang akan
menghasilkan kemampuan dan keterampilan pada anak usia dini.

Pendidikan anak usia dini (PAUD) pada hakikatnya ialah pendidikan yang

diselenggarakan dengan tujuan untuk memfasilitasi pertumbuhan dan

perkembangan anak secara menyeluruh atau menekan pada pengembangan

seluruh aspek kepribadian anak. Suyadi dan Maulidya Ulfah (2013:17)

Novan Ardi Wiyani (2016:3-4) menjelaskan pengertian PAUD sebagai

berikut.

PAUD merupakan peletak dasar pertama dan utama dalam pengembangan


pribadi anak, baik yang berkaitan dengan karakter, kemampuan fisik,
kognitif, bahasa, seni, sosial emosional, spiritual, disiplin diri, konsep diri,
maupun kemandirian. Keberhasilan anak di PAUD merupakan cermin untu
kmelihat keberhasilan anak dimasa mendatang. Anak yang mendapatkan
layanan yang baik sejak dini memiliki harapan lebih besar untuk meraih
kesuksesan dimasa depannya. Sebaliknya, anak yang tidak mendapatkan
pendidikan yang tidak memadai membutuhkan perjuangan yang cukup berat
untuk mengembangkan kehidupan selanjutnya.

Kemudian Imam Musbikin dalam Novan Ardi Wiyani (2016:4)

menjelaskan tentang pendidikan anak usia dini sebagai berikut.

...dalam Undang-Undang RI No 20 Tahun 2003 pada pasal 1 tentang Sistem


Pendidikan Nasional disebutkan bahwa PAUD adalah suatu upaya
pembinaan yang ditujukan kepada anak-anak sejak lahir hingga usia enam
tahun yang dilakukan melalui pemberian rangsangan pendidikan untuk
membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani serta ruhaninya agar
anak memiliki kesiapan dalam memasuki jenjang pendidikan lebih lanjut.

Selanjutnya Novan Ardi Wiyani (2016:4) menjelaskan pendapatnya

terhadap Undang-Undang diatas sebagai berikut.

Berdasarkan pengertian PAUD dalam Undang-Undang tersebut diperoleh


informasi bahwa penyelenggaraan PAUD bukan hanya untuk menumbuh-
kembangkan kecerdasan intelektual anak saja tetapi juga kecerdasan sosial
emosional serta agama dan moral agar anak menjadi individu yang
Dicetak pada tanggal 2019-09-09
Id Doc: 589c885781944dbf0f493fe3

berkarakter sehingga nantinya akan lahir generasi bangsa yang tumbuhdan


berkembang dengan karakter yang bernafaskan nilai-nilai luhur bangsa serta
agama.

Pendidikan anak usia dini merupakan wahana pendidikan yang

fundamental dalam memberikan kerangka dasar terbentuk dan berkembangnya

dasar-dasar pengetahuan, sikap, dan keterampilan pada anak. Keberhasilan proses

pendidikan pada masa dini tersebut menjadi dasar untuk proses pendidikan

selanjutnya. Mursid (2015:4)

...PAUD dapat diartikan sebagai upaya membentuk karakter,

mengembangkan berbagai kecerdasan, dan memberikan berbagai keterampilan

bagi anak usia lahir hingga enam tahun melalui oemberian stimulasi edukatif

secara sadar dan terencana oleh pendidik pada suatu lembaga PAUD. Novan Ardi

Wiyani (2016:5)

Wiyani dan Barnawi (2012:34) mengatakan pendapat para ahli pendidikan

tentang hakikat pendidikan anak usia dini sebagai berikut.

Para ahli pendidikan sepakat bahwa periode keemasan tersebut hanya


berlangsung satu kali sepanjang rentang kehidupan manusia. hal ini
menunjukkan bahwa betapa meruginya suatu keluarga, masyarakat, dan
bangsa jika mengabaikan masa-masa penting yang berlangsung pada anak
usia dini. ada berbagai kajian tentang hakikat anak usia dini diantaranya oleh
Bredecam dan Copple, Brener,serta Kellough sebagai berikut:
a. anak bersifat unik
b. anak mengekspresikan perilakunya secara relatif spontan.
c. anak bersifat ektif dan enerjik
d. anak itu egosentris
e. anak memiliki rasa ingin tahu yang kuat dan antusias terhadap banyak
hal
f. anak bersifat eksploratif dan berjiwa petualang
g. anak umunya kaya dengan fantasi
h. anak masih mudah frustasi
i. anak masih kurang pertimbangan dalam bertindak
j. anak memiliki daya perhatian yang pendek
k. masa anak merupakan masa belajar yang paling potensial
Dicetak pada tanggal 2019-09-09
Id Doc: 589c885781944dbf0f493fe3

l. anak semakin menunjukkan minat terhadap teman.

Sangat banyak pengertian berkenaan tentang Pendidikan Anak Usia Dini,

dari penjabaran diatas, dapat penulis simpulkan bahwa pendidikan anak usia dini

adalah pendidikan yang diberikan untuk mengembangkan dan menstimulus aspek-

aspek perkembangan anak usia dini (0-6 tahun) untuk persiapan pra sekolah dan

dunia nyatanya kelak.

2. Tujuan Pendidikan Anak Usia Dini

Suyadi dan Maulidya Ulfah (2013:17) mengatakan pendidikan anak usia

dini (PAUD) pada hakikatnya ialah pendidikan yang diselenggarakan dengan

tujuan untuk memfasilitasi pertumbuhan dan perkembangan anak secara

menyeluruh atau menekankan pada pengembangan seluruh aspek kepribadian

anak.

Wiyani dan Barnawi (2012:78) berpendapat tentang tujuan pendidikan anak

usia dini sebagai berikut

Secara umum, tujuan pendidikan anak usia dini adalah mengembangkan


berbagai potensi anak sejak dini sebagai persiapan untuk hidup dan dapat
menyesuaikan diri dengan lingkungannya.
Secara khusus, tujuan pendidikan anak usia dini antara lain adalah
sebagai berikut.
a. agar anak percaya akan adanya Tuhan dan mampu beribadah serta
mencintai sesamanya.
b. agar anak mampu mengelolah keterampilan tubuhnya, termasuk
gerakan motorik kasar dan motorik halus, serta mampu menerima
rangsangan sensorik.
c. anak mampu menggunakan bahasa untuk pemahaman bahasa pasif dan
dapat berkomunikasi secara efektif sehingga dapat bermanfaat untuk
berpikir dan belajar.
d. anak mamapu berpikir logis, kritis, memberikan alasan, memecahkan
masalah, dan menemukan hubungan sebab-akibat.
Dicetak pada tanggal 2019-09-09
Id Doc: 589c885781944dbf0f493fe3

e. anak mampu mengenal lingkungan alam, lingkungan sosial, peranan


masyarakat, mengahargai keragaman sosial dan budaya, serta mampu
mengembangkan konsep diri yang positif dan kontrol diri.
f. anak memiliki kepekaan terhadap irama, nada, berbagai bunyi serta
menghargai karya kreatif.

Puskur dalam Suyadi dan Maulidya Ulfah (2013:19) menjelaskan tentang

tujuan pendidikan anak usia dini adalah sebagai berikut.

Secara umum tujuan Pendidikan Anak Usai Dini ialah memberikan


stimulasi atau rangsangan begi perkembangan potensi anak agar menjadi
manusia beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak
mulia, sehat, berilmu,cakap, kritis, kreatif, inovatif, mandiri, percaya diri,
dan menjadi warga negara yang demokratis dan bertanggung jawab. Dalam
hal ini posisi Pendidikan Nasional berfungsi mengembangkan kemampuan
dan membentuk karakter serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam
rangka mencerdaskan kehidupan berbangsa dan bernegara, yang bertujuan
untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang
beriman dan bertaqwa kepada tuhan Yang Maha Esa , berakhlak mulia,
sehat, berilmu, dan cakap.

Sedangkan Solehudin dalam Suyadi dan Maulidya Ulfah (2013:19)

berpendapat tentang tujuan pendidikan anak usia dini sebagai berikut.

...tujuan pendidikan anak usia dini ialah memfasilitasi pertumbuhan dan


perkembangan anak seccara optimal dan menyeluruh sesuai dengan norma
dan nilai-nilai kehidupan yang dianut. Melalui pendidikan anak usia dini,
anak diharapkan dapat mengembangkan segenap potensi yang dimilikinya–
-intelektual (kognitif), sosial, emosi, dan fisik-motorik). Selain itu, satu
aspek yang tidak boleh ditinggalkan adalah perkembangan rasa beragama
sebagai dasar-dasar akidah yang lurus sesuai dengan ajaran agama yang
dianutnya, memiliki kebiasaan atau perilaku yang diharapkan, menguasai
sejumlah pengetahuan dan keterampialn dasar sesuai dengan kebutuhan dan
tingkat perkembangannya serta memiliki motivasi dan sikap belajar yang
positif.

Sementara itu, Suyanto dalam Suyadi dan Maulidya Ulfah (2013:19-20)

juga berpendapat tentang tujuan pendidikan anak usia dini sebagai berikut.

...tujuan PAUD adalah untuk mengembangkan seluruh potensi anak (the


whole child) agar kelak dapat berfungsi sebagai manusia yang utuh sesuai
falsafah suatu bangsa. Manusia utuh dalam pandangan Islam disebut Insan
Dicetak pada tanggal 2019-09-09
Id Doc: 589c885781944dbf0f493fe3

Kamil atau manusia sempurna. Untuk menjadi manusia sempurna atau utuh,
harus terpelihara fitrah dalam dirinya. Fitrah adalah konsep Islam tentang
anak dimana anak dipandang sebagai makhluk unik yang berpotensi positif.
Atas dasar ini, anak dapat dipandang sebagai individu yang baru mengenal
dunia. Ia belum mengetahui tatakrama, sopan santun, aturan, norma, etika,
dan berbagai hal tentang dunia. Ia juga sedang belajar berkomunikasi
dengan orang lain dan belajar memahami orang lain. Oleh karena itu, anak
perlu dibimbing agar mampu memahami berbagai haltentang dunia dan
isinya. Ia juga perlu dibimbing agar memahami berbagai fenomena alam dan
dapat melakukan keterampilan-keterampilan yang dibutuhkan untuk hidup
dimasyarakat.

Suyadi dan Maulidya Ulfah (2013:20) menjelaskan tentang tujuan

pendidikan anak usia dini adalah sebagai berikut.

...tujuan pendidikan anak usia dini adalah sebagai berikut:


a. kesiapan anak memasuki pendidikan lebih lanjut;
b. mengurangi angka mengulang kelas;
c. mengurangi angka putus sekolah;
d. mempercepat pencapaian Wajib Belajar Pendidikan Dasar 9 tahun;
e. menyelamatkan anak dari kelalaian didikan wanita karier dan ibu
berpendidikan rendah;
f. meningkatkan mutu pendidikan;
g. mengurangi angka buta huruf muda;
h. memperbaiki derajat kesehatan dan gizi anak usia dini;
i. meningkatkan Indeks Pembangunan Manusia (IPM)

Selain dari pemaparan diatas, tujuan PAUD menurut UNESCO ECCE

(Early Childhood Care and Education) dalam Suyadi dan Maulidya Ulfah

(2013:20) adalah sebagai berikut.

...tujuan PAUD antara lain sebagai berikut.


1. PAUD bertujuan untuk membangun fondasi awal dalam meningkatkan
kemampuan dalam meningkatkan kemampuan anak untuk menyelesaikan
pendidikan lebih tinggi, menurunkan angka mengulang kelas dan angka
putus sekolah.
2. PAUD bertujuan menanam investasi SDM yang menguntungkan, baik bagi
keluarga, bangsa, negara, maupun agama.
3. PAUD bertujuan untuk menghentikan roda kemiskinan.
4. PAUD bertujuan turut serta aktif menjaga dan melindungi hak asasi setiap
anak untuk memperoleh pendidikan yang dijamin oleh undang-undang.
Dicetak pada tanggal 2019-09-09
Id Doc: 589c885781944dbf0f493fe3

Imam Musbikin (2010:47-48) menjelaskan tentang tujuan

diselenggarakanya PAUD adalah sebagai berikut.

...tujuan diselenggarakanya PAUD adalah sebagai berikut:


1. memberikan pengasuhan dan pembibingan yang memungkinkan anak usia
dini tumbuh dan berkembang sesuai dengan usia dan potensinya.
2. mengidentifikasi penyimpangan yang mungkin terjadi pada anak sehingga
tidak terjadi penyimpangan pada anak dan dapat dilakukan intervensi dini.
3. menyediakan berbagai pengalaman yang beraneka ragam dan
mengasyikkan bagi anak usia dini yang memungkinkan mereka
mengembangkan potensi dalam berbagai bidang sehingga siap untuk
mengikuti pandidikan pada jenjang Sekolah Dasar (SD) atau Madrasah
Ibtidaiyah (MI).
4. membangun landasan bagi berkembangnya potensi anak agar menjadi
manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa,
berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, inovatif, mendiri, percaya
diri, serta menjadi warga negara yang demokratis dan bertanggung jawab.
5. mengembangkan potensi kecerdasan spiritual, intelektual, emosional, dan
sosial anak pada masa emas pertumbuhannya dalam lingkungan bermain
edukatif dan menyenangkan.

Partini dalam Mursid (2015:80) mengatakan bahwa tujuan PAUD adalah:

pertama untuk membentuk anak Indonesia yang berkualitas, yaitu anak yang

tumbuh dan berkembang sesuai dengan tingkat perkembangannya sehingga

memiliki kesiapan yang optimal didalam memasuki pendidikan dasar serta

mengarungi kehidupan dimasa dewasa. Kedua untuk membantu anak menyiapkan

anak mencapai kesiapan belajar akademik di sekolah.

Jadi, selain mempersiapkan anak untuk memasuki pendidikan ke jenjang

dasar, tujuan pendidikan anak usia dini adalah untuk meningkatkan dan

mengembangkan aspek-aspek perkembangan anak dan mengembangkan potensi

serta bakat yang ada pada diri anak usia dini.

3. Fungsi Pendidikan Anak Usia Dini


Dicetak pada tanggal 2019-09-09
Id Doc: 589c885781944dbf0f493fe3

Peraturan Pemerintah Nomor 17 Tahun 2010 dalam Novan Ardi Wiyani

(2016:8) menyebutkan:

Pada Peraturan Pemerintah Nomor 17 Tahun 2010 tentang Pengelolaan dan


Penyelenggaraan Layanan Pendidikan disebutkan bahwa fungsi PAUD
adalah membina, menumbuhkan, dan mengembangkan suluruh potensi anak
secara optimal sehingga terbentuk perilaku dan kemampuan dasar sesuai
dengan tahap perkembangannya agar memiliki kesiapan untuk memasuki
jenjang pendidikan selanjutnya.

Suyadi dan Dahlia dalam Novan Ardi Wiyani (2016:8) berpendapat

tentang fungsi dari penyelenggaraan PAUD adalah sebagai berikut.

...Selain itu, fungsi lain dari penyelenggaraan layanan PAUD antara lain:
1. Untuk mengembangkan seluruh kemampuan yang dimiliki anak sesuai
dengan tahap perkembangannya. Setiap anak memiliki potensi yang
bervariasi. PAUD difungsikan untuk mengembangkan berbagai potensi
tersebut agar lebih terarah dan berkembang secara optimal, yang
selanjutnya akan memberikan dampak positif terhadap kehidupan sehari-
harinya.
2. Untuk mengenalkan anak dengan dunia sekitar. Anak merupakan bagian
dari masyarkat. Masyarakat menyangkup setiap lingkungan sekitar
dimana anak berada dan anak tidak bisa terlepas dari masyarakat. Fungsi
PAUD disini dalam rangka mempersiapkan anak untuk mengenal dunia
sekitar, mulai dari yang tearkeacail (keluarga) hingga yang lebih luas
(masyarakat umum).
3. Untuk mengenalkan berbagai peraturan dan menanamkan kedisiplinan
pada anak. Peraturan merupakan sesuatu yang mutlak ada dalam
kehidupan manusia. Peraturan dibuat dalam rangka menciptakan
kedisiplinan seseorang. Namun, untuk membentuk kedisiplinan tidaklah
mudah, diperlukan proses panjang. Disinlah PAUD difungsikan sebagai
layanan pendidikan yang mengenalkan berbagai peraturan dalam diri
anak sehingga kedisiplinan akan tertanam di dalam dirinya.
4. Untuk memberikan kesempatan pada anak untuk menikmati masa
bermainnya. Masa usia dini merupakan masa bermain. Maka tidaklah
mengherankan jika prinsif utama dalam pembelajaran PAUD adalah
bermain dan belajar. Ini berarti, pembelajaran dapat dilakukan dengan
berbagai permainan yang mengasyikkan dan menyenangkan sehingga
anak dapat bermain layaknya anak-anak seusianya sesuai dan materi
pembelajaran dapat diserap oleh anak. Disini PAUD berfungsi
memberikan kesempatan pada anak untuk menikmati masa bermainnya.

Menurut Imam Musbikin (2010:47), Pendidikan anak usia dini (PAUD)


memiliki fungsi utama mengambangkan semua aspek perkembangan anak,
Dicetak pada tanggal 2019-09-09
Id Doc: 589c885781944dbf0f493fe3

meliputi perkembangan kognitif, bahasa, dan emosional. PAUD berfungsi


membina, menumbuhkan, dan mengembangkna seluruh potensi anak usia
dini secara optimal sehingga terbentuk perilaku dan kemampuan dasar sesuai
dengan tahap perkembangannya agar memiliki kesiapan untuk memasuki
pendidikan selanjutnya.

Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa fungsi dari pendidikan anak

usia dini adalah upaya untuk membina, menumbuhkan, dan mengembangkan

suluruh potensi anak secara optimal agar siap menghadapi pendidikan selanjutnya

serta kesiapan mengahdapi masa depannya kelak.

4. Prinsip-prinsip Pendidikan Anak Usia Dini

Mursid dalam dalam Mursid (2015:10) menjelaskan beberapa prinsif

pendidikan anak usia dini sebagai berikut.

Beberapa prinsip yang perlu diperhatikan dalam pelaksanaan

kegiatan/pembelajaran pada anak usia dini meliputi:

a. Berorientasi pada perkembangan anak


Dalam melakukan kegiatan, pendidik perlu memberikan kegiatan
yang sesuai dengan tahapan perkembangan anak. Anak merupkan
individu yang unik, maka perlu memperhatikan perbedaan secara
individual. Dengan demikian dalam kegiatan yang disiapkan perlu
diperhatikan cara belajar anak yang dimulai dari cara sederhana
kerumit, konkret ke abstrak, gerakan ke verbal, dan ke-aku-an ke rasa
sosial.
b. Berorientasi pada kebutuhan anak
Kegiatan pembelajaran pada anak harus senantiasa berorientasi pada
kebutuhan anak. Anak pada usia dini sedang membutuhkan proses
belajat untuk mengoptimalkan semua aspek perkembangannya.
Dengan demikian berbagai jenis kegiatan pembelajaran hendaknya
dilakukan berdasarkan pada perkembangan dan kebutuhan masing-
masing anak.
c. Bermain sambil belajar atau belajar seraya bermain.
Bermain merupakan pendekatan dalam melaksanakan pembelajaran
pada anak usia dini. Kegiatan pembelajaran yang disiapkan oleh
pendidik hendaknya dilakukan dalam situasi yang menyenangkan
dengan menggunakan strategi, metode, materi atau bahan, dan media
yang menarik serta mudah diikuti oleh anak. Melalui bermain, anak
diajak untuk bereksplorasi, menemukan dan memanfaatkan objek-
Dicetak pada tanggal 2019-09-09
Id Doc: 589c885781944dbf0f493fe3

objek yang dekat dengan anak, sehingga pembelajaran menjadi


bermakna bagi anak. Ketika bermain anak membangun pengertian
yang berkaitan dengan pengalamannya.
d. Stimulasi terpadu
Perkembangan anak bersifat sistematis, progresif dan
berkesinambungan antara aspek kesehatan, gizi, dan pendidikan. Hal
ini berarti kemajuan perkembangan satu aspek akan memengaruhi
aspek perkembangan lainnya. Karakteristik anak memandang segala
sesuatu sebagai suatu keseluruhan, bukan bagian demi bagian.
Stimulasi harus diberikan secara terpadu sehingga seluruh aspek
perkembangan dapat berkembang secara berjelanjutan, dengan
memperhatikan kematanagn dan konteks sosial, dan budaya setempat.
e. Lingkungan kondusif
Lingkungan pembelajaran harus diciptakan sedemikian menarik dan
menyenangkan dalam lingkungan bermain baik didalam maupun
diluar ruangan. Lingkungan fisik hendaknya memperhatikan
keamanan dan kenyamanan anak dalam bermain. Penatan ruang
belajar harus disesuaikan dengan ruang gerak anak dalam bermain
sehingga anak dapat berinteraksi dengan mudah, baik dengan
pendidik, maupun dengan temannya. Lingkungan bermain hendaknya
tidak memisahkan anak dari nilai-nilai budayanya, yaitu tidak
membedakan nilai-nilai yang dipelajari dirumah dengan tempat
bermain ataupun lingkungan sekitar. Pendidik harus peka terhadap
karakteristik budaya masing-masing anak.
f. Menggunakan pendekatan tematik
Kegiatan pembelajaran dirancang dengan menggunakan pendekatan
tematik. Tema sebagai wadah mengenalkan berbagai konsep untuk
mengenal dirinya dan lingkungan sekitarnya. Tema dipilih dan
dikembangkan dari hal yang paling dekat dengan anak, sederhana,
serta menarik minat.
g. Aktif, kreatif, inovatif, dan menyenangkan.
Proses Pembelajaran yang aktif, kreatif, inovatif, dan menyenangkan
dapat dilakukan oleh anak yang disiapkan oleh pendidik melalui
kegiatan-kegiatan menarik, menyenangkan untuk membangkitkan
rasa ingin tahu anak, memotivasi anak untuk berpikir kritis, dan
menemukan hal-hal baru. Pengelolaan pembelajaran hendaknya
dilakukan secara demokratis, mengingat anak merupakan subjek
dalam proses pembelajaran.
h. Menggunakan media dan sumber belajar.
Setiap kegiatan untuk menstimulasi perkembangan potensi anak, perlu
memanfaatkan berbagai media dan sumber belajar, antara lain
dilingkungan alam sekitar atau bahan-bahan yang sengaja disiapkan
oleh pendidik. Penggunaan berbagai media dan sumber belajar
dimaksudkan agar anak dapat bereksplorasi dengan benda-benda
dilingkungan sekitarnya.
i. Mengembangkan kecakapan hidup.
Dicetak pada tanggal 2019-09-09
Id Doc: 589c885781944dbf0f493fe3

Proses pembelajaran harus diarahkan untuk mengembangkan


kecakapan hidup melalui penyiapan liingkungan belajar yang
menunjang berkembangnya menolong diri sendiri, disiplin dan
sosialisasi serta memperoleh keterampilan dasar yang berguna untuk
kelangsungan hidupnya.
j. Pemanfaatan teknologi informasi
Pelaksanaan stimulus pada anak usia dini dapat memanfaatkan
teknologi untuk kelancaran kegiatan, misalnya tape, radio, televisi,
komputer. Pemanfaatan teknologi informasi dalam kegiatan
pembelajaran dimaksudkan untuk mendorong anak menyenangi
belajar.

Sedangkan menurut Imam Musbikin (2010:54), Prinsip yang perlu

diperhatikan dalam pelaksanaan kegiatan/pembelajaran pada anak usia dini

meliputi beberapa hal.

Pertama, berorientasi pada perkembangan anak. Dalam melakukan


kegiatan, pendidik perlu memberikan kegiatan yang sesuai dengan tahapan
perkembangan anak. Anak merupakan individu yang unik, maka perlu
memperhatikan perbedaan secara individual. Dengan demikian, dalam kegiatan
yang disiapkan perlu memperhatikan cara belajar anak yang dimulai dari cara
sederhana ke rumit, konkret ke abstrak, gerakan ke verbal, dan dari ke-aku-an ke
rasa sosial.
Kedua, berorientasi pada kebutuhan anak. Kegiatan pembelajaran pada
anak harus senantiasa berorientasi pada kebutuhan anak. Anak usia dini adalah
anak yang sedang membutuhkan upaya-upaya pendidikan untuk mencapai
optimalisasi semua aspek perkembangan fisik maupun psikis, yaitu intelektual,
bahasa, motorik, dan sosial emosional.
Ketiga, bermain sambil belajar atau belajar seraya bermain. Bermain
merupakan prinsif pembelajaran di PAUD. Melalui bermain, anak diajak untuk
bereksplorasi untuk mengenal lingkungan sekitar, menemukan dan memanfaatkan
objek-objek yang dekat dengan anak, sehingga pembelajaran menjadi bermakna
bagi anak. Ketika bermain, anak memperoleh pengalaman, sehingga anak akan
dapat membangun pengertian/pemahaman tentang hal-hal yang dialaminya.
Keempat, berpusat pada anak. Pembelajaran di PAUD hendaknya
menempatkan anak sebagai subjek pendidikan. Oleh karena itu, semua kegiatan
pembelajaran diarahkan atau berpusat pada anak. Dalam pembelajaran berpusat
pada anak, anak diberi kesempatan untuk menentukan pilihan, mengemukakan
pendapat, dan aktif melakukan atau mengalami sendiri. Pendidik bertindak
sebagai pembimbing atau pasilitator.
Kelima, Lingkungan yang kondusif. Lingkungan harus diciptakan
sedemikian rupa sehingga menarik dan menyenangkan dengan memperhatikan
keamanan serta kenyamanan yang dapat mendukung kegiatan bermain anak.
Dicetak pada tanggal 2019-09-09
Id Doc: 589c885781944dbf0f493fe3

Keenam, menggunakan pembelajaran terpadu. Pembelajaran pada


pendidikan anak usia dini menggunakan pembelajaran terpadu, dimana setiap
kegiatan pembelajaran mencakup pengembangan seluruh aspek perkembangan
anak. Hal ini dilakukan karena antara satu aspek perkembangan dengan aspek
perkembangan lainnya saling terkait. Pembelajaran terpadu dilakukan dengan
menggunakan tema sebagai wahana untuk mengenalkan berbagai konsep dengan
anak secara utuh.
Ketujuh, mengembangkan berbagai kecakapan hidup. Proses pembelajaran
diarahkan untuk mengembangkan berbagai kecakapan hidup agar anak dapat
menolong diri sendiri, mandiri dan bertanggung jawab, memiliki disiplin diri,
serta memperoleh keterampilan yang berguna bagi kelangsungan hidupnya.
Kedelapan, menggunakan berbagai media edukatif dan sumber belajar.
Media dan sumber pembelajaran memanfaatkan lingkungan sekitar, nara sumber
dan bahan-bahan yang sengaja disiapkan oleh pendidik/guru.
Kesembilan,dilaksanakan secara bertahap dan berulang-ulang.
Pembelajaran bagi anak usia dini hendaknya dilakukan secara bertahap, dimulai
dari konsep yang sederhana dan dekat dengan anak. Untuk mencapai pemahaman
konsep yang optimal, maka penyampaiannya dapat dilakukan secara berulang.
Kesepuluh, aktif, kreatif, inovatif, efektif, dan menyenangkan. Proses
pembelajaran yang aktif, kratif,inovatif, efektif dan menyenangkan dapat
dilakukan oleh anak yang disiapkan oleh pendidik melalui kegiatan-kegiatan yang
menarik, menyenangkan untuk membangkitkan rasa ingin tahu anak, serta
memotovasi anak untuk berfikir kritis dan menemukan hal-hal baru. Pengelolaan
pembelajaran hendaknyaa dilakukan secara demokratis, mengingat anak
merupakan subjek dalam proses pembelajaran.
Kesebelas, pemanfaatan teknologi informasi. Pelaksanaan stimulasi pada
anak usia dini dapat memanfaakan teknologi untuk kelancaran kegiatan, misalnya
tape, radio, televisi, komputer. Pemanfaatan teknologi informasi dalam kegiatan
pembelajaran dimaksudkan untuk memudahkan anak memenuhi rasa ingin
tahunya
.
Sedangkan menurut Wiyani dan Barnawi (2012:76-77) pelaksanaan

pendidikan anak usia dini menggunakan prinsip-prinsip sebagai berikut:

a. Berorientasi pada kebutuhan anak. Kegiatan pembelajaran pada anak


harus senantiasa berorientasi kepada kebutuhan anak. Anak usia dini
adalah anak yang sedang membutuhkan upaya-upaya pendidikan
untuk mencapai optimalisasi semua aspek perkembangan baik
perkembangan fisik maupun psikis, yaitu intelektual, bahasa, motoric,
dan sosio-emosional.
b. Belajar melalui bermain. Bermain merupakan sarana belajar anak usia
dini. Melalui bermain, anak diajak untuk bereksplorasi, menemukan,
memanfaatkan, dan mengambil kesimpulan mengenai benda
disekitarnya.
Dicetak pada tanggal 2019-09-09
Id Doc: 589c885781944dbf0f493fe3

c. Menggunakan lingkaran yang kondusif. Lingkaran harus diciptakan


sedemikian rupa sehingga menarik dan menyenangkan dengan
memerhatikan keamanan serta kenyamanan yang dapat mendukung
kegiatan belajar melalui bermain.
d. Menggunakan pembelajaran terpadu. Pembelajaran anak usia dini
harus menggunakan konsep pembelajaran terpadu yang dilakukan
melalui tema. Tema yang dibangun harus menarik dan dapat
membangkitkan minat anak dan bersifat kontekstual. Hal ini
dimaksudkan agar anak mampu mengenal berbagai konsep secara
mudah dan jelas sehingga pembelajaran menjadi mudah dan bermakna
bagi anak.
e. Mengembangkan berbagai kecakapan hidup. Pengembangan
keterampilan hidup dapat dilakukan melalui berbagai proses
pembiasaan. Hal ini dimaksudkan agar anak belajar untuk menolong
diri sendiri, mandiri, dan bertanggung jawab serta memiliki disiplin
diri.
f. Menggunakan berbagai media edukatif dan sumber belajar. Media dan
sumber pembelajaran dapat berasal dari lingkungan alam sekitar atau
bahan-bahan yang sengaja disiapkan oleh pendidik/guru. Pembelajaran
bagi anak usia dini hendaknya dilakukan secara bertahap, dimulai dari
konsep yang sederhana dan dekat dengan anak. Agar konsep dapat
dikuasai dengan baik, hendaknya guru menyajikan kegiatan-kegiatan
yang berulang.

Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa prinsip-prinsip

pendidikan anak usia dini adalah berorientasi pada kebutuhan dan perkembangan

anak, belajar seraya bermain, mengunakan pembelajaran terpadu, aktif, kreatif,

efektif, dan menyenangkan, serta pembelajaran terpusat yang pada anak.

5. Fakta Tentang Otak Anak

Anwar dkk dalam mursid (2015:62-64) mengatakan perkembangan otak

anak dapat dilihat dari segi pertumbuhan fisik otak dan perkembangan intelektual

otak.

a. Pertumbuhan fisik otak


Dicetak pada tanggal 2019-09-09
Id Doc: 589c885781944dbf0f493fe3

Perkembangan otak pada tahun-tahun awal: Pertama, menjelang kelahiran

kebanyakan anak memiliki 100 miliar sel otak aktif, dan mereka menjalin sekitar

50 triliun hubungan dengan sel-sel otak lain dan bagian-bagian tubuh lain.

Kedua, dalam bulan-bulan awal, saat indera bayi bereaksi terhadap


lingkungannya, ia mengembangkan hubungan sinaptik baru dengan kecepatan
yang menakjubkan hingga 3 miliar per detik.
Ketiga, dalam enam bulan pertama bayi akan berbicara dengan
menggunakan semua suara di semua bahasi dunia, namun, ia kemudian akan
belajar berbicara dengan cara menggunakan suara dan kata-kata yang dia contoh
dari lingkungan, khususnya dari orang tuanya, otaknya akan membuang
keterampilan berbicara dalam bahasa yang tidak dia dengar.
Keempat, menjelang usia 8 bulan, otak bayi memiliki sekitar 1000 triliun
hubungan, sesudah itu jumlah hubungan mulai menurun kecuali anak tersebut
dihadapkan pada rangsangan lewat semua inderanya.
Kelima, menjelang usia 10 tahun, sekitar separuh hubungan telah mati
pada kebanyakan anak, masih meninggalkan sekitar 500 triliun yang akan
bertahan sepanjang hidup.
Keenam, pada usia 12 tahun otak kini melihat debagai spon super yang
paling banyak menyerap sejak kelahiran hingga usia sekitar 12 tahun. Selama
masa inilah, dan khususnya bagi tiga tahun pertama, dasar-dasar berpikir, bahasa,
pandangan, tingkah laku, bakat, dan karakteristik lain diletakkan, kemudian
jendela ditutup, dan kebanyakan arsitektur fundamental otak sudah sempurna.

b. Perkembangan intelektual otak

Perkembangan otak anak sangat luar biasa, seperti disampaikan hasil

penelitian beberapa pakar yang berkesimpulan sebagai berikut:

(1). 0-4 tahun = 50% ; (2). 4-8 tahun = 80 % ; (3). 8-18 tahun = 100%.

Dalam buku The Learning Revolution menyebutkan bahwa otak manusia sangat

menakjubkan. Otak dianalogikan pula sebagai computer terhebat didunia yang

memiliki perincian sebagai berikut:

1) Memiliki satu triliun sel otak, terdiri atas:


a) 100 miliar sel saraf aktif atau neuron
b) 900 miliar sel lain yang merekatkan, memlihara serta menyelubungi sel-
sel aktif
2) Setiap satu dari 100 miliar neuron tersebut dapat tumbuh bercabang hingga
sebanyak 20.000
Dicetak pada tanggal 2019-09-09
Id Doc: 589c885781944dbf0f493fe3

3) Memiliki empat bagian orak yang berbeda:


a) Otak naluriah
b) Otak penyeimbang
c) Otak emosional
d) Korteks yang mengagumkan
4) Memiliki dua sisi yang bekerja secara harmonis:
a) Otak kiri yang bersifat akademis,
b) Otak kanan yang bersifat kreatif
5) Menjalankan pertukaran telepon yang mengirimkan jutaan pesan perdetik
antara sisi kiri dan kanan.
6) Memiliki berbagai pusat kecerdasan
7) Beroperasi dengan sedikitnya empat jenis panjang gelombang
8) Mengendalikan system transisi yang mengirimkan pesan kimiawi-elektris
dengan cepat keseluruh bagian tubuh.
9) Berperan kunci dalam revolusi pembelajaran pribadi.

Novan Ardi Wiyani (2014:26-28) mengatakan bahwa otak manusia diakui

sebagai benda paling kompleks dan misterius di alam semesta ini karena terdiri

dari miliaran sel dan triliunan jaringan syaraf. Jumlah tersebut mengalahkan

jumlah bintang gemnintang pada gugus galaksi bima sakti.

Secara spesifik biasanya disebut angka 100 miliar sel syaraf yang disebut

dengan neuron. setia neuron dapat mengembangkan ribuan sampai ratusan ribu

sambungan/jaringan/koneksi jalinan yang disebut sinapsis sehingga secara

keseluruhan otak bisa memiliki 1000 triliun sinapsis. Tingkat kecerdasan antar

manusia bukanlah dipengaruhi oleh banyaknya jumlah neuron, tetapi dipengaruhi

oleh banyak dan rumitnya jaringan neuron (sinapsis) yang terhubung antar neuron.

Pada saat bayi berusia 3 tahun, jumlah hubungan sinapsis akan mencapai

1000 triliun, lebih banyak dari jumlah sinapsis pada usia dewasa. Jumlah sinapsis

yang sangat besar tersebut sangat penting untuk menunjang dan mempertajam

kemampuan otak melalui berbagai pengalaman yang didapatkan anak . Tumbuh-

kembang sinapsis tersebut sangat tergantung dengan pemberian rangsangan atau


Dicetak pada tanggal 2019-09-09
Id Doc: 589c885781944dbf0f493fe3

stimulus yang diberikan kepada anak dimasa peka dan tentunya pemberian

rangsangan atau stimulus tersebut harus sesuai dengan perkembangan anak. itulah

sebabnya, pendidik PAUD ataupun orang tua harus mengetahui lebih dalam

mengenai konsep psikologi perkembangan anak usai dini.

Wiyani dan Barnawi (2012:38) berpendapat tentang fakta otak anak

sebagai berikut

Pada hakikatnya, belajar harus berlangsung sepanjang hayat. untuk


menciptakan generasi yang berkualitas, pendidikan harus dilakukan sejak
usia dini---dalam hal ini melalui pendidikan anak usia dini (PAUD), yaitu
pendidikan yang ditujukan bagi anak sejak lahir hingga usia 6 tahun.
Sejak dipublikasikannya hasil-hasil riset mutahir di bidang
neuroscience dan psikologi, maka fenomena pentingnya PAUD merupakan
keniscayaan. PAUD menjadi sangat penting mengingat potensi kecerdasan
dan dasar-dasar perilaku sesorang terbentuk pada rentan usia ini, sehingga
usia dini sering disebut the golden age (usia emas).

Dihalaman yang berbeda, Wiyani dan Barnawi (2012:40-41) juga

mengemukakan tentang fakta otak anak sebagai berikut

Hasil-hasil studi dibidang neurologi mengungkap, antara lain, bahwa ukuran


otak anak pada usia dua tahun telah mencapai 75% dari ukuran otak ketika
dia dewasa, dan ada usia 5 tahun telah mencapai 90% dari ukuran otak
setelah ia dewasa.
Ini berarti pada usia dinilah, bahkan sejak dalam kandungan, terjadi
perkembangan otak, kecerdasan, dan kemampuan belajar yang signifikan.
sementara itu, para ahli gizi menyimpulkan bahwa pembentukan kecerdasan
pada masa dalam kendungan dan usia dini ternyata sangat tergantung pada
asupan gizi yang diterima. makin tinggi asupan gizi yang diterima, makin
tinggi pula status kesehatan anak. dan tinggi-rendahnya status kesehatan
anak yang berpengaruh terhadap pertumbuhan dan kemampuan belajar .
Sementara itu, hasil penelitian longitudinal dibidang psikologi
perkembangan manunjukan bahwa kondisi kehidupan awal memiliki
pengaruh perilaku pada usia dewasa. perilaku ini bersifat positif maupun
negatif, yaitu berupa perilaku prososial maupun antisosial. Dibidang
pendidikan, hasil penelitian menunjukkan bahwa keterlibatan orang tua
dalam memberikan alat permainan yang sesuai dengan usia anak dan
pemberian stimulasi yang bervariasi dalam aktivitas keseharian menjadi
prediktor terhadap perkembangan IQ anak.
Dicetak pada tanggal 2019-09-09
Id Doc: 589c885781944dbf0f493fe3

“...Dengan demikian, perkembangan kemampuan berpikir manusia sangat

berkaitan dengan struktur otak, sedangkan struktur otak itu sendiri dipengaruhi

oleh stimulasi, kesehatan, dan gizi yang diberikan oleh lingkungan. sehingga

peran pendidikan yang sesuai bagi anak usia dini sangat diperlukan.” Musbikin

(2010:44)

Novan Ardi Wiyani (2014:29-31) mengatakan …betapa meruginya suatu

keluarga, masyarakat, dan bangsa jika mengabaikan praktik penyelenggaraan

pendidikan anak usai dini (PAUD). Masa usia dini tersebut merupakan masa yang

paling tepat dalam mengembangkan aspek fisik-motorik, kognitif, sosial-emosi,

bahasa, moral, dan agama. Pengembangan berbagai aspek fisik-motorik, kognitif,

sosial-emosi, bahasa, moral, dan agama yang optimal dapat membantu anak usia

dini dalam menyelesaikan berbagai tugas perkembangannya. Tugas

perkembangan tersebut berhubungan dengan kematangan, persekolahan,

pekerjaan, dan pengalaman beragamanya yang merupakan prasyarat untuk

pemenuhan dan kebahagiaan hidupnya.

Tugas perkembangan sendiri merupakan tugas yang muncul pada periode

tertentu dalam rentang kehidupan individu yang jika tugas tersebut dapat berhasil

dituntaskan akan membawa kebahagiaan dan kesuksesan, sedangkan jika gagal

akan menyebabkan ketidakbahagiaan pada diri individu yang bersangkutan,

menimbulkan penolakan masyarakat, dan mengalami berbagai kesulitan dalam

menuntaskan tugas-tugas berikutnya. Tugas perkembnagan ini berhubungan

dengan sikap, perilaku, atau keterampilan yang seyogyanya dimiliki oleh individu
Dicetak pada tanggal 2019-09-09
Id Doc: 589c885781944dbf0f493fe3

sesuai dengan usia atau fase perkembangannya. Tugas-tugas perkembangan pada

usia dini adalah sebagai berikut :

1. Belajar berjalan, hal ini dilakukan pada saat anak berada pada usia 9-15
bulan karena pada usia tersebut tulang kaki, otot, dan susunan syarafnya
telah matang untuk belajar berjalan.
2. Belajar makan-makanan padat, hal ini terjadi pada tahun kedua karena
pada umur tersebut sistem alat pencernaan makanan dan alat pengunyah
pada mulut sudah matang.
3. Belajar berbicara, dengan mengeluarkan suara bermakna serta
menyampaikannya kepada orang lain dengan perantaraan suara tersebut.
4. Belajar buang air kecil dan buang air besar, sebelum usia 4 tahun anak
pada umunya belum bisa menahan “ngompol” karena perkembangan
syaraf yang mengatur pembuangan belum sempurna.
5. Belajar mengenal perbedaan jenis kelamin, melalui pengamatan yang
dilakukan oleh anak, ia dapat membedakan dari fisik, tingkah laku, dan
pakaian yang dipakai yang mencerminkan adanya perbedan jenis kelamin.
6. Mencapai kestabilan jasmaniah fisiologis, keadaan jasmani anak sangat
labil dibandingkan dengan orang dewasa sehingga anak dengan cepat akan
merasakan perubahan suhu sehingga temperatur tubuhnya berubah. Untuk
mencapai kestaabilan jasmaniah bagi anak diperlukan waktu usia lima
tahun.
7. Pembentukan konsep sederhana mengenai realitas fisik dan sosial, pada
mulanya duia ini merupakan hal yang membingungkan bagi anak. Dengan
melakukan pengamatan dan pemahaman terhadap benda-benda dan orang-
orang disekitarnya anak mulai memahami dan dapat menyimpulkan suatu
keadaan bahwa setiap benda dan orang yang berada disekitarnya memiliki
ciri-ciri khusus.
8. Belajar menciptakan hubungan dirinya secara emosi dengan orang tua,
saudara,dan orang lain. Anak mengadakan hubungan dengan orang
disekitarnya menggunakan berbagai cara, yaitu dengan isyarat, menirukan
(imitasi), dan menggunakan bahasa. Cara yang diperoleh dalam belajar
mengadakan hubungan emosi dengan orang lainsedikitbanyak akan
menentukan sikapnya dikemudian hari.
9. Belajar mengadakan hubungan baik dan buruk, yang berarti
mengembangkan kata hati. Anak kecil dikuasai oleh hedoisme naif yang
yang mana kenikmatan menurutnya dianggap baik, sedangkan penderitaan
dianggapnya buruk. Jika anak bertambah besar, anak harus belajar baik
dan buruk, serta benar dan salah.

Jadi dapatlah ditegaskan kembali bahwa upaya stimulasi sejak dini kepada

anak yang berusia 0 hingga 6 tahun sangatlah penting, karena pada masa tersebut
Dicetak pada tanggal 2019-09-09
Id Doc: 589c885781944dbf0f493fe3

perkembangan otak mereka dapat berlangsung optimal dan itu sangat berpengaruh

terhadap kehidupannya kelak. Novan Ardi Wiyani (2014:29)

Dari gambaran tersebut, jelaslah bahwa PAUD merupakan satu tahap

pendidikan yang tidak dapat diabaikan karena ikut menentukan perkembangan

dan keberhasilan anak. seiring dengan perkembangan pemikiran tersebut, tuntutan

dan kebutuhan layanan pendidikan anak usia dini pada saat ini cenderung semakin

meningkat.

6. Kebijakan Pemerintah Tentang PAUD

Pusat Kurikulum Direktorat Pendidikan Anak Usia Dini, Direktorat

Pembinaan TK dan SD & Universitas Negeri Jakarta dalam Imam Musbikin

(2010:48-49) mengatakan untuk membangun dan mengembangkan PAUD,

berbagai kebijakan telah dikeluarkan oleh pemerintah, mulai dari sistem

perundang-undangan sampai dengan hal-hal yang bersifat teknis operasional.

Berbagai ketentuan tentang pendidikan anak usia dini termuat dalam UU RI

No.20/2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, khususnya ketentuan-ketentuan

yang berkaitan dengan seluruh jenjang pendidikan, mulai dari pendidikan anak

usia dini (PAUD) sampai dengan jenjang pendidikan tinggi. Pada pasal 28,

ditetapkan bahwa pendidikan anak usia dini dapat diselenggarakan melalui jalur

pendidikan formal, non formal, dan informal.

Imam musbikin (2010:49) menjelaskan pendidikan anak usia dini dalam

pendidikan formal berbentuk taman kanak-kanak/raudhatul athfal (TK/RA).

Pendidikan anak usia dini dalam jalur nonformal berbentuk kelompok bermain

(KB), taman penitipan anak (TPA), atau bentuk lain yang sederajat. Sedangkan,
Dicetak pada tanggal 2019-09-09
Id Doc: 589c885781944dbf0f493fe3

pendidikan anak usia dini dalam jalur pendidikan informal berbentuk pendidikan

keluarga atau pendidikan yang diselenggarakan oelh lingkungan.

Selebihnya, ketiga jalur pendidikan itu dapat kita jelaskan sebagai berikut.

Pertama, satuan pendidikan anak usia dini pada jalur formal. Pada jalur ini, ada

beberapa institusi pendidikan yang jamak dikenal. Berikut diantaranya:

a. Taman kanak-kanak, yakni salah satu bentuk pendidikan anak usia dini

jalur pendidikan formal yang menyelenggarakan program pendidikan bagi

anak usia 4 sampai 6 tahun.

b. Raudhatul athfal, yaitu salah satu bentuk satuan pendidikan anak usia dini

pada jalur pendidikan formal yang menyelenggarakan program pendidikan

umum dan pendidikan keagamaan Islam bagi anak usia 4 sampai 6 tahun.

c. Satuan pendidikan anak usia dini jalur formal yang sederajat. Salah satu

bentuk pendidikan anak usai dini pada jalur pendidikan formal selain

taman kanak-kanak dan raudhatul athfal yaitu tarbiyatul athfal (TA), taman

kanak-kanak Al-Qur’an (TKQ), taman pendidikan Al-Qur’an (TPQ), adi

sekha, TK-SD satu atap, TK asuh, TK anak pantai, TK bina anaprasa, TK

dilingkungan tempat kerja, TK keliling,; TK mahasiswa KKN, atau TK

dilingkungan tempat ibadah.

Kedua, satuan pendidikan anak usia dini peda jalur non formal. Hal ini

meliputi beberapa hal seperti berikutL

a. Kelompok bermain, yaitu salah satu bentuk pendidikan anak usia dini pada

jalur pendidikan non formal yang menyelenggarakan program pendidikan

bagi anak usia 2 sampai 4 tahun.


Dicetak pada tanggal 2019-09-09
Id Doc: 589c885781944dbf0f493fe3

b. Taman penitipan anak. Salah satu bentuk pendidikan anak usia dini pada

jalur pendidikan non formal yang menyelenggarakan program

kesejahteraan social, perawatan, pengasuhan, dan pendidikan sejak lahir

sampai dengan usia 6 tahun.

c. Satuan pendidikan anak usia dini sederajat. Salah satu bentuk pendidikan

anak usia dini pada jalur pendidikan non formal selain taman penitipan

anak dan kelompok bermain diantaranya, yaitu:

1) Pos pendidikan anak usia dini (Pos PAUD), yakni salah satu bentuk

satuan PAUD pada jalur pendidikan non formal yang

menyelenggarakan program pendidikan dan pengasuhan bagi anak

sejak lahir sampai dengan berusia 6 (enam) tahun yang

penyelenggaraannya dapat diintegrasikan dengan program bina

keluarga balita (BKB) dan/atau pos pelayanan terpadu (Posyandu).

2) Taman asuh anak muslim (TAAM), yakni salah satu bentuk satuan

PAUD pada jalur pendidikan non formal yang menyelenggarakan

program pendidikan dan mengasuhan bagi anak berusia 2 tahun sampai

dengan 6 tahun yang berbasis taman pendidikan Al-Qur’an.

3) Pendidikan anak usia dini sekolah minggu (PAUD-SM), yakni salah

satu bentuk satuan PAUD pada jalur pendidikan non formal yang

menyelenggarakan program pendidikan keagamaan Kristen bagi anak

berusia 2 tahun sampai denga usia 6 tahun yang berbasis sekolah

minggu.
Dicetak pada tanggal 2019-09-09
Id Doc: 589c885781944dbf0f493fe3

4) Pendidikan anak usia dini bina iman anak (PAUD-BIA), adalah salah

satu bentuk satuan PAUD pada jalur pendidikan non formal yang

menyelenggarakan program pendidikan keagamaan Katolik bagi anak

berusia 2 tahun sampai denga usia 6 tahun yang berbasis bina iman

anak Katolik.

Program pembelajaran pada anak usia dini di TK/RA dan bentuk lain yang

sederajat menggunakan beban belajar datu tahun dalam bentuk perencanaan

semester, perencanaan mingguan, dan perencanaan harian. Perencananaa program

pembelajaran di TK/RA dan bentuk lain yang sederajat adalah perencanan

mingguan efektif dalam satu tahun pelajaran (2 semester) ada 34 minggu, dengan

jam belajar efektif 2,5 jam (150 menit); per minggu adalah 15 jam (900 menit);

dan pertahun adalah 510 jam (30.600 menit).

Sementara itu, perencanaan pembelajaran pada kelompok bermain

adalah—untuk usia 2-4 tahun—kegitan bermain per minggu minimal tiga kali

pertemuan ideal selam 4 jam. Sedangkan, untuk perencanaan program

pembelajaran pada taman penitipan anak adalah sebagai berikut:

1) Full day care. Anak dititipkan sehari penuh, dari jam 08.00 sampai

dengan jam 17.00.

2) Semi day care. Anak dititipkan hanya setengah hari, dari jam 08.00

sampai dengan jam 12.00. atau jam 12.00 sampai jam 17.00.

3) Incidental day care. Anak hanya dititipkan sewaktu-waktu sesuai

dengan kebutuhan orang tua.


Dicetak pada tanggal 2019-09-09
Id Doc: 589c885781944dbf0f493fe3

Adapun untuk perencanaan program pembelajaran pada satuan pendidikan

anak usai dini sejenis adalah layanan minimal yang hanya dilakukan 1-2

kali/minggu. Tiap pertemuan minimal selama 2 jam dengan pertemuan idela

selama 6 jam. Sementara itu, berkaitan tentang kalender pendidikan, maka

kalender pendidikan anak usia dini mencakup permulaan tahun ajaran, minggu

efektif, waktu pembelajaran efektif, dan hari libur. Kalender pendidikan tersebut

disesuaikan dengan kondisi daerah setempat.

Selanjutnya, sebagai implementasi dari undang-undang diatas (UU RI No.

20/2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional), pemerintah juga telah

mengeluarkan PP No.19/2005 tentang Standar Nasional Pendidikan dan UU

No.14/2006 tentang Guru dan Dosen, dimana salah satu ketentuannya

menyebutkan bahwa pendidikan anak usia dini wajib memiliki kualifikasi

akademik pendidikan minimum D-IV atau S1 serta kompetensi sebagai pendidik.

Imam Musbikin (2010:53)

Para calon guru yang telah memiliki kualifikasi akademik S1 dan

kompetensi sebagai pendidik selanjutnya harus mengikuti uji kompetensi untuk

mendapatkan sertifikat pendidik. Selain perundang-undangan, telah ditetapkan

pula kebijakan pemerintah berkenaan dengan tugas dan ekspektasi kinerja guru

PAUD. (Dirjen Dikti, 2006 dalam Imam Musbikin 2010:53)

Dari penjabaran diatas dapat disimpulkan bahwa pendidikan anak usia dini

terbagi dari pendidikna formal, non formal, dan informal. Dan guru pendidikan

anak usia dini hendaknya memiliki kualifikasi akademik pendidikan minimum D-

IV atau S1.
Dicetak pada tanggal 2019-09-09
Id Doc: 589c885781944dbf0f493fe3

7. Urgensi Pendidikan Anak Usia Dini

Hurlock, 1993 dalam Suyadi dan Maulidya Ulfah (2013:47) menyatakan

bahwa kenakalan remaja bukanlah fenomena baru dari masa remaja melainkan

suatu lanjutan dari pola perilaku asosiasi yang mulai pada masa kanak-kanak.

Semenjak usia 2-3 tahun ada kemungkinan mengenali anak yang kelak menjadi

remaja nakal.

Ahmad Tafsir, 2003 dalam Suyadi dan Maulidya Ulfah (2013:47) juga

menyatakan bahwa anak yang tidak bisa dikembangkan aspek moral-

keagamaannya kelak dimasa dewasa akan menjadi orang yang relative sulit untuk

dididik moralitas dan keagamaannya.

Najib, dkk (2016:101-102) mengatakan ada beberapa fakta yang dapat

menunjukkan betapa urgent atau pentingnya PAUD.

Pertama, proses perkembangan manusia secara utuh telah dimulai sejak


janin dalam kandungan ibunya dan memasuki usia emas (the golden age) hingga
usia 6 tahun. Usia 0-6 tahun merupakan masa peka bagi anak sehingga para ahli
menyebutnya the golden age, karena perkembaangan kecerdasannya mengalami
peningkatan yang sangat signifikan. Mengingat masa ini merupakan usia emas,
maka perlu ditulis dengan tinta emas, dengan berbagai tulisan yang menghasilkan
emas dimasa mendatang. Ini penting, karena pada masa ini terjadi pematangan
berbagai fungsi fisik dan psikis yang siap merespon stimulasi yang dating dari
lingkungannya.
Kedua, temuan neorosains mengungkapkan bahwa ketika lahir sel-sel otak
bayi berjumlah sekita 100 miliar, tetapi belum saling berhubungan kecuali hanya
sedikit, yaitu hanya sel-sel otak yang mengendalikan jantung, pernapasan, gerak
refleks, pendengaran dan nalusi hadup. Ketika anak berusia 3 tahun, sel otak telah
membentuk sekitar 1000 triliun jaringan koneksi/sinapsis. Jumlah ini dua kali
lebih banyak dari yang dimiliki oleh dewasa. Sebuah sel otak dapat berhubungan
dengan 15.000 sel lain. Sinaps-sinaps yang jarang digunakan akan mati,
sedangkan yang sering digunakan akan msemakin kuat dan permanen.
Ketiga, program pertama Lee Kwan Yu (Perdana Menteri Singapura)
dalam membangun Singapura hingga akhirnya Singapura dengan segala
keterbatasan alamnya menjadi Negara maju di kawasan ASEAN adalah dengan
memprioritaskan penyelenggaraan PAUD. Ia menyadari bahwa focus peningkatan
SDM ada pada anak usia dini. Anak pada usia dini diberikan inovasi. Mereka
Dicetak pada tanggal 2019-09-09
Id Doc: 589c885781944dbf0f493fe3

dibentuk dengan berbagai aktivitas dan kreativitas, serta yang lebih utama
dibentuk karakter dan sikap kemandiriannya.
Keempat, masa usia dini merupakan masa paling penting untuk sepanjang
kehidupanna, sebab masa usia dini adalah masa pembentukan pondasi dan dasar
kepribadian yang akan menentukan pengalaman selanjutnya. Demikian
pentingnya usia dini maka kebutuhan anak usia dini mutlak dipenuhi. Perubahan
para ahli yang menilai bahwa periode 5 tahun sejak kelahiran akan menentukan
perkembangan selanjutnya. Baik ahli pendidikan, pakar psikolgi anak maupun
kalangan ahli gizi melihat betapa pentingnya pemberian pengasuhan dan
pemenuhan kebutuhan bagi anak usia dini.

Menurut Wiyani (2016:6-8) ada empat fakta yang dapt menunjukkan betapa

urgent atau pentingnya PAUD, antara lain:

1. Anak usia dini hidup pada masa peka.


Proses perkembangan manusia secara utuh telah dimulai sejak janin
dalam kandungan ibunyadan memasuki usia emas (golden age) hingga
usia 6 tahun. Usia 0 sampai 6 tahun merupakan masa peka bagi anak
sehingga para ahli menyebutnya the golden age, karena perkembangan
kecerdasannya mengalami signifikan. Mengingat masa ini usia emas,
maka perlu ditulis dengan tinta emas, dengan berbagai tulisan yang
menghasilkan emas dimasa mendatang. Ini penting, karena pada masa ini
terjadi pematangan berbagai fungsi fisik dan psikis yang siap merespon
stimulasi yang dating dari lingkungannya.
2. Anak usia dini memiliki sel – sel otak yang harus dikembangkan.
Temuan neorosains mengungkapkan bahwa ketika lahir, sel – sel otak
bayi berjumlah sekitar 100 miliar, tetapi belum saling berhubungan kecuali
hanya sedikit, yaitu hanya sel – sel otak yang mengendalikan jantung,
pernafasan, gerak refleks, pendengaran dan naluri hidup. Ketika anak
berusia 3 tahun, sel otak telah membentuk 1000 triliun jaringan koneksi
atau sinapsis. Jumlah ini dua kali lebih banyak dari yang dimiliki orang
dewasa. Sebuah sel otak dapat berhubungan dengan 15000 sel lain.
Sinaps–sinaps yang jarang digunakan akan mati, sedangkan yang sering
digunakan akan semakin kuat dan permanen. Setiap rangsangan atau
stimulasi yang diterima anak akan melahirkan sambungan baru atau
memperkuat sambungan yang sudah ada. Semakin banyaknya dan
semakin kuatnya sinaps – sinaps tersebut akan menjadikan otak berfungsi
optimal. Hal ini berguna bagi perkembangan sensori anak. Kompleksitas
dan kuatnya jaringan sel otak anak secara otomatis akan memacu aspek –
aspek perkembangan seperti kognetif, sosial, emosional, kreatifitas,
bahasa, dan lain sebagainya.
3. Anak usia dini merupakan generasi emas suatu bangsa
Program lee kwan yu (perdana menteri singapur) dalam membangun
singapura dan akhirnya singapura dengan segala keterbatasan alamnya
menjadi negara maju dikawasan ASEAN adalah dengan memprioritaskan
Dicetak pada tanggal 2019-09-09
Id Doc: 589c885781944dbf0f493fe3

penyelenggaraan PAUD. Ia menyadari bahwa focus peningkatan SDM ada


pada usia dini. Anak pada usia dini diberikan berbagai stimulasi edukatif.
Mereka dibentuk dengan berbagai aktifitas dan kreatifitas, serta yang lebih
utama dibentuk karakter dan sikap kemandiriannya.
4. Anak di usia dini sedang melewati masa yang sangat menentukan masa
depannya.
Masa usia dini merupakan masa yang paling penting untuk sepanjang
kehidupannya, sebab masa usia dini adalah masa pembentukan pondasi
dan dasar kepribadian yang akan menentukan pengalaman selanjutnya.
Demikian pentingnya usia dini kebutuhan anak usia dini mutlak dipenuhi.
Perubahan dalam satu demensi akan mempengaruhi dimensi lainnya.
Banyak para ahli yang menilai bahwa periode 5 tahun sejak kelahiran akan
menentukan perkembangan selanjutnya. Baik ahli pendidikan, pakar
psikologi anak maupun kalangan ahli gizi melihat betapa pentingnya
pemberian pengasuhan dan pemenuhan kebutuhan bagi anak usia dini.
Deskripsi diatas telah menunjukan betapa urgent penyelenggaraan PAUD
bagi suatu bangsa. Teramat meruginya suatu bangsa yang mengabaikan
praktek mpenyelenggaraan PAUD. Bahkan dapatlah disimpulkan bahwa
keberhasilan pembangunan nasional kita kedepan akan sangat dipengaruhi
oleh keberhasilan kita dalam penyelenggaran layanan PAUD ynag
berkualitas
PAUD memegang peranan yang sangat penting dan menentukan bagi

sejarah perkembangan anak selanjutnya karena merupakan pondasi bagi dasar

kepribadian anak. Anak yang mendapatkan pembinaan yang tepat dan efektif

sejak usia dini akan dapat meningkatkan kesehatan serta kesejahteraan fisik dan

mental, yang berdampak pada peningkatan prestasi belajar anak, etos kerja anak,

produktivitas sehingga mampu mandiri dan mengoptimalkan potensi dirinya.

Ihsana (2015:40)

Menurut Ihsana (2015:41), PAUD sangat menentukan kesuksesan

seseorang dimasa depan; bagaimana seseorang merespons berbagai permasalahan

yang dihadapi dalam setiap langkah kehidupan sangat ditentukan oleh pengalaman

dan pendidikan yang diperoleh pada saat usia dini.


Dicetak pada tanggal 2019-09-09
Id Doc: 589c885781944dbf0f493fe3

Pada halaman yang sama, Ihsana (2015:41-42) juga berpendapat sebagai

berikut:

PAUD yang positif akan mendorong seseorang untuk merespons berbagai


permasalahan kehidupan secara positif, sebaliknya pengalaman negatif dapat
mendorong seseorang melakukan sesuatu yang tidak sesuai dengan kehidupan
yang seharusnya. Jangan-jangan kondisi kehidupan masyarakat kita yang carut
marut dewasa ini pun, merupakan akibat dari cermin kegagalan PAUD 15-20
tahun yang lalu.
Pendidikan bagi PAUD adalah menerima pengajaran berbagai hal
kebaikan serta membiasakan seperti makan yang baik, minum yang baik, tidur
yang baik, menerapkan tata krama pergaulan yang baik dan sebagainya. Sampai
kebaikan itu dehayatinya maka akan menjadi orang yang dewasa dan hidup
bahagia di dunia dan akhirat. Namun sebaliknya jika memiliki karakter buruk
karena telah terbiasa sejak usia dini dengan berbagai perilaku buruk maka laksana
bintang, kehidupannya tanpai kendali bahkan pada hakikatnya kecelakaan di dunia
dan di akhirat yang diperolehnya.
Hasil kajian menunjukkan bahwa daya imajinasi, kreativitas, inovatif, dan
proaktivitas lulusan PAUD, berbedan dengan yang tidak melaluinya. Oleh sebab
itu, PAUD terus ditumbuhkembangkan pemerintah kedepan sudah bisa ditawar-
tawar lagi lembaga ini harus dikembangkan samoai kepelosok pedesaan sebab
dalam era globalisasi sekarang kita membutuhkan sumber daya manusia yang
berkualitas dan memiliki daya saing tinggi. Kita tidak ingin terus menerus
teritnggal oleh negara lain, apalagi oleh negara yang dulu pernah belajar dari kita,
seperti Malaysia. Oleh sebab itu, perlu disiapkan SDM handal, melalui pendidikan
yang berkualitas sejak dini dengan menumbuhkembangkan PAUD.

Suyadi dan Maulidya Ulfa (2013:2-16) mengemukakan mengenai alasan-

alasan pentingnya PAUD tersebut dari berbagai perspektif keilmuan yang

diakumulasikan menjadi beberapa poin sebagai berikut:

1. fakta tentang otak anak


Sejak dipublikasikannya temuan-temuan di bidang neurosains, khususnya
fakta mengenai otak anak, pertumbuhan PAUD di Indonesia berkembang
pesat. Terlebih lagi temuan di bidang neuro-sains tersebut turut mengantarkan
para psikolog untuk sampai pada kesimpulan bahwa usia dini merupakan usia
emas (golden age).
Temuan neuro-sainis yang dimaksud menyatakan bahwa ketika lahir,, sel-
sel otak bayi berjumlah sekitar 100 miliar , tetapi belum saling berhubungan
kecuali hanya sedikit, yaitu hanya sel-sel otak yang mengendalikan detak
jantung , pernafasan, gerak reflex, pendengaran, dan naluri hidup. Saat anak
usia 3 tahun, sel otak telah membentuk sekitar 1000 triliun jaringan
Dicetak pada tanggal 2019-09-09
Id Doc: 589c885781944dbf0f493fe3

koneksi/sinapsis. Jumlah ini 2 kali lebih banyak dari yang dimiliki orang
dewasa. Sebuah sel otak dapat berhubung dengan 15000 sel lain. Sinaps-sinaps
yang jarang digunakan akan mati, sedangkan yang sering digunakan akan
semakin kuat dan permanen.
Setiap rangsangan atau stimulasi yang diterima anak akan melahirkan
sambungan baru atau memperkuat sambungan yang sudah ada. Gambar
berikut ini mengilustrasikan perbandingan antara otak anak dengan stimulasi
dan otak anak tanpa stimulasi.
2. Antisipasi dini anak putus sekolah (DO)
Penelitian yang dilakukan world bank 1997 sebagaimana dikutip
menyatakan bahwa terdapat pengaruh yang signifikan anatara anak-anak yang
pernah masuk PAUD dengan resiko Drop Out di pendidikan dasar maupun
menengah, terlebih lagi perguruan tinggi. Bahkan pengaruh tersebut mencapai
angka 20%. Artinya, dari sekian banyak siswa dan mahasiswa yang DO, 20%
diantaranya disebabkan karena pada usia dini tidak mendapat stimulasi
edukatif dilembaga PAUD.
Namun demikian, hal ini bukan berarti bahwa PAUD hanya diperuntukkan
guna menyiapkan anak-anak masuk SDdan jenjang pendidikan berikutnya.
Jika ini terjadi, PAUD tidak ubahnya menjadi lembaga kursus belajar. Oelh
karena itu yang terpenting adalah mengobarkan semangat belajar anak agar
terus terpelihara sehingga semakin tinggi jenjang pendidikan yang ditempuh
semakin tinggi semangat belajarnya.
Selama ini, PAUD kurang mengembangkan semangat belajar anak, hanya
berorientasi pada hasil (kemampuan calistung). Akibatnya, ketika anak-anak
dilembaga PAUDtersebut masuk Perguruan Tinggi, semangat belajarnya
turun drastis karena ketika di PAUD hingga SMA anak sudah dibebani untuk
menguasai materi pelajaran dengan berat. Akibatnya, anak menjadi jenuh
belajar ketika masuk Perguruan Tinggi. Padahal, di Perguruan Tinggilah
mereka seharusnya memeras seluruh kemampuan untuk belajar lebih keras.
3. Pendidikan Investasi Peradaban
Alasan lain mengenai pentingnya PAUD adalah alasan investasi. Istilah
“investasi” sebenarnya kurang tepat digunakan dalam konteks ini, tetapi
karena memang belum ada istilah lain, maka istilah investasi bisa dipakai.
Investasi yang dimaksud di sini ialah investasi masa depan anak.
Jika dicermati, biaya PAUD khususnya di kota-kota besar dan telah
menyandang predikat “elite” biayanya lebih mahal dibandingkan sekolah
menengah unggulan atau setara dengan RSBI. Walaipun demikian, orang tua
tidak segan-segan merogoh koceknya yang terdalam demi buah hati belahan
jiwa, yakni anaknya yang masih berusia dini. Sekedar contoh, orang tua tidak
keberatan memasukkan anaknya di PAUD dengan biaya di atas Rp.5.000.000
(lima juta rupiah). Biaya ini jauh diatas rata-rata pendidikan dasar (SD/MI dan
SMP/MTs). Bahkan, orang tua juga bersedia membayar SPP anaknya
dilembaga PAUD sebesar Rp.250.000 (dua ratus lima puluh ribu ribu rupiah).
Dicetak pada tanggal 2019-09-09
Id Doc: 589c885781944dbf0f493fe3

Biaya ini juga jauh diatas rata-rata sekolah dasar dan menengah. Tetapi, lagi-
lagi orang tua bersedia membayarnya bahkan tidak merasa keberatan
sedikitpun.
Salah satu alasan orang tua rela mengeluarkan biaya besar hanya untuk
sekolah yang selama ini dipandang “kurang penting” adalah menginginkan
anaknya menjadi shalis dan shalihah, berbakti kepada orang tua cerdas,
berprestasi berguna bagi nusa, bangsa, negara, dan agama. Fondasi anak yang
demikian adalah pada usia dini melalui PAUD. Atas dasar alasan ini, orang
tua merasa bahwa sebesar apapun biaya yang dikeluarkan untuk pendidikan
anak merupakan investasi yang nilainya terus bertambah, bahkan berlipat
hingga tak ternilai harganya.
Namun demikian, konsep “anak sebagai investasi peradaban” ini banyak
disalah pahami sebagai penerus cita-cita orang tua. Misalnya, jika orang tua
bercita-cita menjadi dokter tapi gagal, anaknyalah (khususnya anak pertama)
yang harus meneruskan cita-citanya tersebut. Akibatnya, anak dieksploitasi
untuk mengikuti berbagai lesa (tidak memandang potensi alamiah anak) yang
mengarah pada profesi kedokteran.
4. Data-data Kecerdasan Anak Di Bawah Pengelolaan PAUD
Alasan selanjutnya mengenai betapa pentingnya PAUD adalah temuan di
bidang psikologi yang menyatakan bahwa terdapat perbedaan yang sangat
signifikan antara anak-anak yang masuk di lembaga PAUD dengan tidak baik.
Setidaknya terdapat tiga perbedaan mencolok antara anak-anak yang masuk di
lembaga PAUD dengan yang tidak. Tiga perbedaaan tersebut adalah sebagai
berikut.
Pertama, penelitian yang dilakukan oleh Hunt (dalam Aswardi Sudjud,
1997) menyatakan bahwa lingkungan pada tahun-tahun permulaan anak (0-6
tahun) akan memberikan efek belajar yang lama (long term effects). Artinya,
anak-anak yang belajar pada masa ini akan diingat dalam jangka waktu yang
panjang sehingga usia dewasa kelak. Hasil penelitian ini bersesuaian dengan
pepatah yang menyatakan bahwa “belajar di usia belia bagaikan mengukir
diatas batu.”
Kedua, Bloom (dalam Aswardi Sudjud, 1997) menganalisis studi-studi
terdahulu tentang belajar yang sudah dipublikasikan, kemudian dikonklusikan
dan hasilnya menyatakan bahwa sekitar 70% sikap intelektal (intellectual
attitude) yang diukur melalui tes IQ dan sekitar 50% keterampilan membaca
(reading skill) orang dewasa terbina antara umur 4 dan 9 tahun. Hal ini
membuktikan bahwa kecerdasan IQ anak dapa dipicu pada usia dini. Oleh
karena itu, kecerdasan intelektual bukanlah “pemberian tuhan” yang tak boleh
di ganggu gugat, melainkan proses berkembang yang tak henti, dan
berkembangan kecerdasan IQ tersebut memuncak pada usia dini.
Ketiga, riset yang dilakukan oleh Piaget mencatat bahwa system kognitif
dan proses intelektual (intellectual processing) pada anak-anak sangat berbeda
jika dibandingkan dengan anak yang lebih tua dan orang dewasa. Banyak
perubahan-perubahan terjadi selama melewati akhir masa anak dan remaja
(adolescent), ikut kontibusi dalam pola perkembangan individu. Dengan
demikian, dapat disimpulkan bahwa pada dasarnya anak yang mengalami
Dicetak pada tanggal 2019-09-09
Id Doc: 589c885781944dbf0f493fe3

perkembangan social dan akademik secara baik akan berperilaku dan


bertindak secara baik pula pada akhir masa anak-anak, bahkan dewasa dan usia
tua. Agar anak mengalami perkembangan social yang baik, diperlukan
stimulasi social yang baik pula. Stimulasi sosial, termasuk stimulasi yang lain,
aling efektif diberikan oleh lembaga PAUD.
5. Perkembangan PAUD
Sejak dipublikasikannnya temuan-temuan di bidang psikologi dan neuro-
sains, pertumbuhan lembaga PAUD di Indonesia berkembang pesat. Tentu,
hal ini bukan semata-mata mengikuti tren perkembangan PAUD di seluruh
dunia, melainkan telah dirancang para filsuf sejak lama. Hal ini dapat dilihat
dalam sejarah pendidikan bahwa sebelum abad ke-19 bahkan pada zamn
Yunani, seperti Aristoteles dan Comenius, para filsuf dan ahli pendidikan telah
memikirkan hal-hal yang berhubungan dengan pendidikan anak atau dalam
istilah sekarang disebut PAUD.
6. Tuntutan Masyarakat
Masyarakat modern didominasi oleh persamaan hak antara laki-laki dan
perempuan yang berimplikasi pada melonjaknya jumlah wanita karier. Imbas
dari ini semua adalah kurangnya pola asah, asih, dan asuh orang (khususnya
ibu) kepada anaknya.
Disisi lain, pengaruh globalisasi dengan ditandai keterbukaan media
informasi semakin membanjiri anak-anak sehingga anak terpengaruh olehnya.
Dampaknya banyak anak-anak yang kurang pola asih, asah, dan asuhnya
dirumah menjadi korban tontonan pornografi atau tayangan-tayangan lain
yang tidak mendidik.
Di satu sisi, globalisasi dengan ditandai keterbukaan media informasi
menjadikan anak semakin cerdas karena dapat belajar dari berbagai sumber
termasuk bermain (game online). Namun, disisi lain efek yang ditimbulkan
tidak sederhana, sehingga anak bukan menjadi cerdas, tetapi justru menjadi
culas dan beringas.
7. Catatan Kritis Untuk Direspons Secara Edukatif, Akademis, dan Politis
Berdasarkan enam alasan pentingnya PAUD dan hakekat PAUD
sebagaimana dikemukakan diatas, terdapat beberapa problem actual yang
sesungguhnya dapat direspons dengan cepat. Beberapa problem tersebut
adalah sebagai berikut.
a. Biaya PAUD sangat mahal, tetapi gaji guru PAUD sangat kecil.
b. Guru PAUD disyaratkan bergelar S-1 PG-PAUD atau D-4 PAUD.
c. Keberadaan PAUD dapat mengantisipasi sejak dini ancama putus sekolah
sekaligus menyiapkan anak untuk memasuki pendidikan dasar.
d. Pada dekade ini Kemendikbud mewacanakan isu wajib belajar 12 tahun.
Hanya saja, wacana.
e. Pada saat yang bersamaan, Kemendikbud membuat gerakan nasional
berupa pendidikan karakter.
Berdasarkan persoalan tersebut, tidak ada salahnya mengubah wacana
wajib belajar 12 tahun yang sekarang masih dalam proses pengkajian ini
dimulai dari jenjang PAUD. Jika hal ini terjadi, problem-problem
sebagaimana dikemukakan sebelumnya dapat diminimalisir. Setidaknya,
Dicetak pada tanggal 2019-09-09
Id Doc: 589c885781944dbf0f493fe3

terdapat beberapa persoalan yang diatasi jika PAUD diwajibkan. Pertama,


sifat wajib akan berimplikasi pada “gratisnya” biaya PAUD karena seluruh
biaya pendidikan ditanggung oleh negara. Kedua, akan banyak sarjana
pendidikan yang menaruh minat pada S-1 PAUD sehingga guru-guru PAUD
yang selama ini masih didominasi oleh inu RT maupun ibu RW yang belum
S-1 dapat diminimalisir. Ketiga, adanyapersamaan hak (gaji) antara guru
PAUD dan guru non-PAUD. Catatan kritis ini akan semakin mengukuhkan
betapa pentingnya PAUD.

Sangat banyak alasan mengapa PAUD itu penting. Dari banyaknya

pemaparan tentang urgensi PAUD diatas, penulis mengadopsi teori Urgensi

PAUD dari Novan Ardy Wiyani , sebagai berikut:

1. Anak usia dini hidup pada masa peka

2. Anak usia dini memiliki sel-sel otak yang harus dikembangkan

3. Anak usia dini merupakan generasi emas suatu bangsa

4. Anak usia dini sedang melewati masa yang sangat menentukan masa

depannya.

C. Penelitian yang Relevan

Penelitian yang Relevan adalah penelitian yang hampir sama dilakukan oleh

peneliti sebelumnya atau penelitian yang hampir sejenis, sehingga dapat dijadikan

acuan dalam pengajuan penelitian. Penelititan yang relevan dengan penelitian ini

adalah:

1. Hamini Asfarina, skripsi yang berjudul “Persepsi Orang Tua Terhadap

Pendidikan Anak Usia Dini di PAUD Ceria Desa Sesela Kabupaten

Lombok Barat 2013/2014”. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif

dengan pendekatab kuantitatif, teknik pengumpulan data menggunakan

angket, dokumentasi dan observasi. Teknik analisis data menggunakan


Dicetak pada tanggal 2019-09-09
Id Doc: 589c885781944dbf0f493fe3

statistif deskriptif. Dalam penelitian ini aspek-aspek yang dinilai meliputi

pendidikan anak usia dini sangat penting bagi perkembangan sikap anak,

orang tua sangat senang dengan PAUD sebagai sentra pendidikan, orang

tua ingin anaknya mendapatkan pandidikan yang bermanfaat dengan

adanya PAUD, pendidikan anak usia dini sangat penting bagi

perkembangan sikap. Sedangkan hasil penelitian ini dapat disimpulkan

bahwa nilai rata-rata ideal persepsi orang tua adalah 89,33, yang terletak

pada kriteria 82,36 sampai 96,27 dan dapat diartikan “sedang”.

2. Nur Hidayah, Skripsi yang berjudul “Persepsi Orang Tua Terhadap

Pentingnya Pendidikan di Kelompok Bermain Ditinjau dari Pekerjaan

Orang Tua di Kelurahan Gemolong Kecamatan Gemolong Kabupaten

Sragen Tahun Pelajaran 2013/2014”. Penelitian ini bertujuan untuk

mengetahui sejauh mana perbedaan persepsi oeang tua terhadap

pentingnya pendidikan di kelompok bermain ditinjau dari pekerjaan orang

tua di kelurahan gemolong kecamatan gemolong kabupaten sragen tahun

pelajaran 2013/2014. Desain penelitian ini adalah deskriptif kuantitatif.

Data persepsi orang tua dikumpulakn melalui angket, sedangkan data

tentang pekerjaan orang tua melalui dokumentasi buku induk dimasing-

masing lembaga. Hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa ada

perbedaan persepsi orang tua terhadap pentingnya pendidikan di

Kelompok Bermain ditinjau dair pekerjaan orang tua.

3. Rini Ana Wati, Skripsi yang berjudul “Persepsi Orang Tua Terhadap

Pendidikan Formal Anak (Studi Padaa Jenjang Pendidiakn SD Ke SMP Di


Dicetak pada tanggal 2019-09-09
Id Doc: 589c885781944dbf0f493fe3

Desa Rantau Alih Kecamatan Lintang Kanan Kabupaten Emapat

Lawang)”. Permasalahan penelitian ini adalah bagaimana persepsi orang

tua terhadap pendidikan formal anak dan faktor apakah yang

mempengaruhi persepsi orang terhadap pendidikan formal anak. Tujuan

penelitian ini adalah untuk mengetahui persepsi orang tua terhadap

pendidikan formal anak dan apa faktor yang mempengaruhi persepsi orang

tua terhadap pendidikan formal anak di Desa Rantau Alih Kecamatan

Lintang Kanan Kabupaten Empat Lawang. Penelitian ini merupakan

penelitian deskriptif kualitatif. Pengumpulan data diperoleh melalui

observasi, wawancara, dan dokumentasi. Hasil penelitian ini menunjukkan

bahwa persepsi orang tua terhadap pendidikan formal anak adalah positif

dan penting untuk anak, namun orientasi prioritas orang tua dalam

memandang pendidikan formal anak hanya diperlukan sebagai sarana

untuk mendapatkan pekerjaan yang baik. Faktor-faktor yang

mempengaruhi persepsi orang tua terhadap pendidikan formal anak adalah

faktor pendidikan orang tua, pekerjaan orang tua, dan penghasilan orang

tua.

Dari ketiga penelitian diatas, dapat disimpulkan bahwa banyak metode

penelitian yang dapat digunakan, ada yang meggunakan metode deskriptif dengan

pendekatan kuantitatif, ada yang menggunakan pendekatan kualitatif. Teknik

pengumpulan datanya juga bermacam-macam, ada yang menggunakan angket,

teknik wawancara, dokumentasi serta pbservasi. Dan semuanya mempunyai

populasi dan sampel serta tempat penelitian yang berbeda.


Dicetak pada tanggal 2019-09-09
Id Doc: 589c885781944dbf0f493fe3

Sementara penelitian yang akan penulis lakukan adalah peenelitian

deskriptif dengan pendekatan kuantitatf. Penelitian ini bertujuan untuk

mendeskripsikan persepsi masyarakat Kecamatan Danau Teluk Kota Jambi

terhadap urgensi PAUD dalam bentuk presentatif. Teknik pengumpulan data

dalam penelitian ini menggunakan angket, observasi, serta dokumentasi. Sumber

data dalam penelitian ini adalah masyarakat Kecamatan Danau Teluk Kota Jambi

yang mengikuti program PAUD. Terdapat 10 PAUD yang berada di lingkungan

Kecamatan Danau Teluk Kota Jambi.

Anda mungkin juga menyukai