Anda di halaman 1dari 16

Banyak pengertian persepsi yang diketengahkan oleh berbagai ahli, masing-masing ahli memaknai

sesuai disiplin keilmuannya. konsepsi mengenai persepsi itu sendiri seyogianya telah lama
dikembangkan dalam berbagai teori psikologi. dan suatu teori khusus mengenai persepsi yang cukup
berpengaruh adalah teori atribusi. teori atribusi menurut saparinah (1976:52) adalah teori mengenai
bagaimana orang membuat penjelasan kausal atau mengenai bagaimana mereka menjawab
pertanyaaan yang dimulai dengan mengapa? teori tersebut menekankan pada informasi yang
dipergunakan orang dalam menarik kesimpulan kausal, dan apa yang dilakukan dengan informasi
tersebut untuk menjelaskan pertanyaan kausal.

menurut mulyana (2000:168) persepsi adalah inti komunikasi, sedangkan penafsiran (interpretasi)
adalah inti persepsi, yang identik dengan penyandian-balik(decoding) dalam proses
komunikasi.selanjutnya mulyana mengemukakan persepsilah yang menentukan kita memilih suatu
pesan dan mengabaikan pesan lian.

persepsi adalah proses internal yang memungkinkan kita memilih, mengorganisasikan, dan menafsirkan
rangsangan dari lingkungan kita, dan proses tersebut mempengaruhi perilaku kita (robert a. baron dan
paul b. paulus, understanding human relations; a practical guide to people at work, 1991:34).

persepsi timbul karena adanya dua faktor baik internal maupun eksternal. faktor internal tergantung
pada proses pemahaman sesuatu termasuk di dalamnya sistem nilai, tujuan, kepercayaan dan
tanggapannya terhadap hasil yang dicapai. faktor eksternal berupa lingkungan. kedua faktor ini
menimbulkan persepsi karena didahului oleh suatu proses yang dikenal dengan komunikasi.

persepsi pada hakekatnya adalah proses kognitif yang dialami oleh setiap orang di dalam memahami
informasi tentang lingkungannya, baik lewat penghlihatan, pendengaran, penghayatan, persaan, dan
penciuman. kunci untuk memahami persepsi adalah terletak pada pengenalan bahwa persepsi itu
merupakan suatu penafsiran yang untik terhadap situasi, dan bukannya suatu pencatatan yang benar
terhadap situasi.

dalam buku mulyana ( 2000:167) john r.wenburg dan william w.wilmot : persepsi dapat didefinisikan
sebgai cara organisme memberi makna. rudolph. f.verderber mendefinisikan persepsi adalah proses
menafsirkan informasi indrawi. sedangkan j. cohen mengemukakan persepsi adalah adalah sebgai
interprestasi bermakna atas sensasi sebgai representatif objek eksternal; persepsi adalah pengetahuan
yang tampak mengenai apa yang diluar sana (mulyana:

rakhmat dalam psikologi komunikasi mengemukakan, persepsi merupakan bagian dari komunikasi intra
personal. menurutnya pengolahan informasi komunikasi intra personal meliputi, sensasi, persepsim
memori, dan berpikir. sensasi adalah proses menangkap stimuli. persepsi ialah proses memberi makna
pada sensai sehingga manusia memperoleh pengetahuan baru, dengan kata lain, persepsi mengubah
sensasi menjadi informasi.

memori adalah proses penyimpanan informasi dan memanggilnya kembali. desiderato (19769:129)
dalam rakhmat (1996:51) mengemukakan bahwa persepsi adalah pengamatan tentang objek, peristiwa,
atau hubungan yang diperoleh dengan menyimpulkan informasi dan menafsirkan pesan. persepsi ialah
memberi makna pada stimuli inderawi(sensory stimuli). hubungan sensasi dengan persepsi sudah jelas.
sensasi adalah bagian dari persepsi. walaupun begitu, menafsirkan makna informasi inderwai tidak
hanya melibatkan sensasi, tapi juga atensi, ekspektasi, motivasi, dan memori.

atensi (perhatian) adalah proses mental ketika stimuli atau rangkaian stimuli menjadi menonjol dalam
kesdaran pada saat stimuli lainnya melemah (kenneth e. anderson, 1972:46) dalam rakhmat (1996:52).
atensi sangat dipengaruhi oleh faktor eksternal dan faktor internal penarik perhatian. faktor eksternal
penarik perhatian ditentukan oleh faktor-faktor situasional dan personal. stimuli diperhatikan karena
mempunyai sifat-sifat yang menonjol antara lain: gerakan, intensitas stimuli, kebaruan, dan perulangan.
sedangkan ataensi yang disebabkan faktor internal penaruh perhatian adalah faktor-faktor biologis dan
faktor-faktor sosiopsikologis.

krech dan crutchfield dalam rakhamt mengemukakan bahwa faktor-faktor yang menentukan persepsi
adalah persepsi bersifat selektif secara fungsional. faktor fungsional yang mempengaruhi persepsi
adalah kerangka rujukan yang dimulai persepsi objek, kemudian persepsi sosial.

lebih lanjut gibson, ivancevich dan donelly (1996:134) mengemukakan bahwa persepsi membantu
individu dalam memilih, mengatur, menyimpan dan menginterpretasikan rangsangan menjadi gambaran
dunia yang utuh dan berarti. oleh sebab itu, persepsi berperan dalam penerimaan rangasangan,
mengaturnya, dan menterjemahkan atau menginterpretasikan rangsangan yang sudah teratur itu untuk
mempengaruhi perilaku dan membentuk sikap.

senada dengan itu, davidoff (1981:253) mengatakan bahwa dalam kehidupan sehari-hari, nampak
bahwa daya persepsi manusia mempunyai kemampuan menyesuaikan diri dengan baik terhadap
lingkungannya, sementara itu gito sudarmo dan sudita (2000:16) menyebutkan persepsi adalah suatu
proses memperhatikan dan menyeleksai, mengorganisasikan dan menafsirkan stimulus lingkungan.
proses memperhatikan dan menyeleksi terjadi karena setiap saat panca indera kita(indera pendengar,
perasa, penghlihata, penciuman dan indera peraba) dihadapkan kepada begitu banyak stimulus
lingkungan.

winardi(1992:42) mengemukakan bahwa konsp persepsi merupakan proses kognitif, di mana seseorang
individu memebrikan arti pada lingkungan. mengingat bahwa masing-masing orang memberi artinya
sendiri terhadap stimuli maka dapat dikatakan bahwa individu-indivdiu yang berbdeda, melihat hal yang
sama dengan cara yang berbeda. lebih lanjut winardi (1992:44) mengemukakan bahwa persepsi meliputi
aktivitas menerima stimuli, mengorganisir stimuli tersebut, dan menterjemahkan atau menafsirkan
stimuli yang terorganisir tersebut sedemikian rupa, sehingga ia dapat mempengaruhi perilaku dan
membentuk sikap.

dalam kenyataannya persepsi merupakan suatu penafsiran yang unik terhadap sistuasi dan ukan suatu
pendatatan yang benar dan objektif karena dilatrbelakangi oleh kepentingan yang berlainan
sehubungan dengan hal itu maka persepsi itu sebetulnya suatu proses.

roucek (1987:22) persepsi merupakan proses menyadari adanya sesuatu hal dan memebrikan suatu
tanggapan, ;azim disebut persepsi. kesadaran itu diperoleh berkat penggunaan panca indera. akan
tetapi saran sensoris manusia saja tidak menjelaskan proses pemahaman. panca idera hanya merupakan
alat fisik yang menerima kesan terhadap objek yang dijumpai manusia dalam kehidupan sehari-hari.

mulyana(2000:171) persepsi terbagi dua yaitu persepsi terhadap objek (lingkungan fisik dan persepsi
terhadap manusia). persepsi terhadap manusia lebih sulit dan kompleks, karena manusia bersifat
dinamis. persepsi terhadap manusia sering dijumpai persepsi sosial, meskipun kadang-kadang manusia
disebut juga objek. perbedaan kedua tersebut yaitu : 1. persepsi terhadap objek melalui lambang-
lambang fisik, sedangkan persepsi terhadap orang melalui lambang-lambang verbal dan non verbal.
orang lebih aktif daripada kebanyak objek dan lebih sulit diramalkan. 2. persepsi terhadap objek
menanggapi sifat-sifat lura, sedangkan persepsi terhadap orang menanggapi sifat-sifat luar dan dalam
(perasaan, motif, harapan dan sebagainya). kebanyakan oebjek tidak mempersepsi anda, ketika anda
mempersepsi objek itu, akan tetapi orang mempersepsi anda pada saat anda mempersepsi mereka.
dengan kata lain persepsi terhadap manusia bersifat interaktif.

menurut mulyana(2000:75) persepsi sosial adalah sebgai berikut :”proses menangkap arti objek-objek
sosial dan kejadian-kejadian yang kita alami dalam lingkungan kita. setiap orang memiliki gambaran yang
berbeda mengenai realitas disekelilingnya. beberapa prinsip mengenai persepsi sosial sebgaimana
dikemukan oleh mulyana(2000:75) sebagai berikut :
a. persepsi berdasarkan pengalam yaitu persepsi manusia terhadap seseorang, objek atau kejadian dan
reaksi mereka terhadap hal-hal itu berdasarkan pengalaman dan pembelajaran masa lalu mereka
berkaitan dengan orang, objek atau kejadian serupa
b. persepsi bersifat selektif. setiap manusia sering mendapat rangsangan indrawi sekaligus, untuk itu
perlu selektif dari rangsangan yang penting. untuk ini atensi suatu rangsangan merupakan faktor utama
menentukan selektivitas kita atas rangsangan tersebut.
c. persepsi bersifat dugaan. persepsi bersifat dugaan terjadi oleh karena data yang kita peroleh
mengenai objek lewat penginderaan tidak pernah lengkap. persepsi merupakan loncatan langung pada
kesimpulan.
d. persepsi bersifat evaluatif. persepsi bersifat evaluatif maksudnya adalah kadangkala orang
menafsirkan pesan sebgai usatu proses kebenaran, akan tetapi terkadang alat indera dan persepsi kita
menipu kita, sehingga kita juga ragu seberapa dekat persepsi kita dengan realitas yang sebenarnya.
untuk itu dalam mencapai suatu tingkat kebenaran perlu evaluasi-evaluasi yang seksama
e. persepsi bersifat kontekstual. persepsi bersifat kontekstual merupakan pengaruh paling kuat dalam
mempersepsi suatu objek. konteks yang melingkungi kita ketika melihat seseorang, sesuatu objek atau
sesuau kejadia sangat mempengaruhi struktur kognitif, pengharapan prinsipnya yaitu : 1. kemiripin atau
kedekatan dan kelengkapan 2. kita cenderung mempersepsi suatu rangsangan atau kejadia yang terdiri
dari struktur dan latar belakangnya.

konsep-konsep persepsi yang dikemukankan itu memebrikan gambaran babtasan dan raung lingkup
persepsi, mulai dari adanya stimuls, dan seterusnya. menurut rakhmat (1999:51-67) terdapat beberapa
unsur dalam persepsi yaitu : perhatian, fungsional, struktural dan memori. perhatian yaitu proses
mental ketika stimuli atau rangkaian stimuli menjadi menonjol dalam kesadaran pada saat stimuli
lainnyamelemah. perhatian dibentuk oleh faktor eksternal atau faktor internal. faktor eksternal adalah
stimuli diperhatikankarena mempunyai sifat-sifat yang menonjol antara lain : gerakan, internsitas
stimuli, kebaruan, dan perulangan. gerakan, seperti organisme yang lain manusia secara visual tertarik
pada objek-objek yang bergerak. intensitas stimuli. kita akan memperhatikan stimuli yang lebihmenonjol
dari stimuli yang lain. kebaruan )(novelty) adalah hal-hal yang baru, yang luar biasa, yang berbeda, akan
menarik perhatian. perulangan adalah hal-hal yang disajikan berkali-berkali, bila disertai dengan sedikit
variasi akan menarik perhatian. disini unsur familiarity (yang sudah kita kenal) berpadu dengan unsur
novelty (yuang baru kita kenal). perulangan juga mengandung unsur sugesti : mempengaruhi bawah
sadar kita. faktor internal meliputi faktor biologis (kebutuhan dasar manusia), faktor sosiopsikologis, dan
motif sosiogenis (sikap, kebiasaan dan kemauan).

unsur fungsional menurut rakhmat (1999:55) berasal dari kebutuhan, pengalaman masa lalu dan hal-hal
lain yang termasuk apa yang kita sebut sebgai fakto-faktor personal. unsur struktural menurut rakhmat
(1999:58) semata-mata dari sifat stimuli fisik, memori menurut schlessinger dan groves (dalam rakhmat,
1999:62) adalah sistem yang berstruktur, yang menyebabkan organisme sanggup merekam fakta-fakta
tentang dunia dan menggunakan pengetahuannya untuk membimbing perilakunya. mussen dan
roxenzweig (dalam rakhmat, 1999:63) mengemukakan bahwa secara singkat memori melewati tiga
proses yakni perekaman, penyimpanan, pemanggilan sebgai berikut :
1. perekaman (disebut encoding) adalah pencatatan informasi melalui reseptor indera dan sirkuit saraf
internal
2. penyimpanan (storage), proses yang kedua adalah menentukan berapa lama informasi itu berada
beserta kita, dalam bentuk apa dan dimana. penyimpanan bias aktif atau pasif. kita menyimpan secara
aktif, bila kita menambahkan informasi tambahan kita mengisi informasi tidak lengkap dengan
kesimpulan kita sendiri (inilah yang menyebabkan desas-desus menyebar lebih banyak dari volume yang
asal) mungkin secara pasif terjadi tanpa penambahan.
3. pemanggilan (retrieval) dalam bahasa sehari-hari, mengingat lagi adalah menggunakan informasi yang
disimpan.

berkaitan dengan pemanggilan rakhmat (1999:64) mengemukakan ada empat cara proses pemanggilan,
yaitu :
1, peringatan (recall), yaitu proses aktif untuk menghasilkan kembali fakta dan informasi secara
verbatim (kata demi kata) tanpa petunjuk yang jelas
2. pengenalan(recognition), yaitu kesuksesan untuk mengingat kembali sejumlah fakta, lebih mudah
mengenalnya kembali
3. belajar lagi(relearning), yaitu menguasai kembali pelajaran yang sudah pernah kita peroleh termasuk
pekerjaan memori
4. redintegrasi(redintegration), yaitu merekonstruksi seluruh masa lalu

persepsi mengacu pada mekanisme yang menjadi alat kita menyadari dan memproses informasi tentang
dunia luar. aristoteles dalam kuper dan kuper (2000:960) mengklasifikasikan panca indra menjadi lima
keategori yaitu penghlihatan (vision), pendengaran (audition), penciuman (olfaction), perasa (gustation)
dan perabaan. adalah biasa pada saat ini untuk membagi lebih jauh perabaan menajdi kategori yang
terpisah yaitu, sakit, sentuha, kehangatan, dingin, dan sensasi organis. selain itua da dua indera yang
biasanya tidak kita sadari, yaitu, kinestesis, indra tentang posisi tungkai kita dan indera verstibula yang
memberikan informasi tentang gerakan dan posisi kepala.

kuper dan kuper (2000:961) nilai penting teoritis dari sensasi dan persepsi berasal dari sudut pandang
empiris dalam filsafat yang berusaha menjaga pengetuhan diperantarai oleh panca indera. dalam
konteks ini, keterbatasan sistem sensorik, ilusi, dan distorsi akibat pengalaman masa lalu biasa yang
berkaitan dengan faktor-faktor motivasional memainkan suatu peran sangat penting, karena
menentukan isi pikiran. keunggulan dari pandangan empiris adalah bertanggung jawab terhadap
penekanan atas kajian terhadap sensasi dan persepsi selama sejarah awal psikologi eksperimental.
sistem sensorik bisa bertindak secara mandiri atau bersama dengan indra yang lain.

dalam kasus psikologi gestalt, dalam konteks teori yang menekankan peran perhatian atau motivasi, si
pengamat hanya memilih aspek –aspek tertneu dari lingkungan untuk memproses dengan kata lian, kita
cenderung meilhat dan mendengar apa yang ingin kita lihat dan dengan dan secara aktif menolak
informasi yang mempunyai potensi untuk memalukan atau tidak menyenangkan. fenomena persepsi
sektif ini diilustrasikan melalui reaksi kepada stimuli kesakitan yang mungkin bisa diminimalisasi atau
diabaikan jika dikatikan dengan peristiwa-peristiwa yang menyenangkan seperti kemenangan dalam
perlombaan atletik, tapi bisa dilamporkan sebgai sangat menyakitakan dalam kondisi-kondisi yang
menyenangkan. karena kajian tentang persepsi manusia sering bergantung pada laporan verbal dari
seorang pengamat, sehingga tidak bisa dievaluasi secara langsung dan karena itu tunduk pada modifikasi
melalui keadaan-keadaan motivasional.

Persepsi ; Pengertian, Definisi dan Faktor


yang Mempengaruhi
February 16, 2012

Persepsi merupakan suatu proses yang didahului oleh penginderaan, yaitu suatu stimulus yang
diterima oleh individu melalui alat reseptor yaitu indera. Alat indera merupakan penghubung
antara individu dengan dunia luarnya. Persepsi merupakan stimulus yang diindera oleh individu,
diorganisasikan kemudian diinterpretasikan sehingga individu menyadari dan mengerti tentang
apa yang diindera.

Dengan kata lain persepsi adalah proses yang menyangkut masuknya pesan atau informasi
kedalam otak manusia. Persepsi merupakan keadaan integrated dari individu terhadap stimulus
yang diterimanya. Apa yang ada dalam diri individu, pikiran, perasaan, pengalaman-pengalaman
individu akan ikut aktif berpengaruh dalam proses persepsi.

Gibson, dkk (1989) dalam buku Organisasi Dan Manajemen Perilaku, Struktur;
memberikan definisi persepsi adalah proses kognitif yang dipergunakan oleh
individu untuk menafsirkan dan memahami dunia sekitarnya (terhadap obyek).
Gibson juga menjelaskan bahwa persepsi merupakan proses pemberian arti
terhadap lingkungan oleh individu. Oleh karena itu, setiap individu memberikan
arti kepada stimulus secara berbeda meskipun objeknya sama. Cara individu
melihat situasi seringkali lebih penting daripada situasi itu sendiri.

Dari pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa pengertian persepsi merupakan suatu proses
penginderaan, stimulus yang diterima oleh individu melalui alat indera yang kemudian
diinterpretasikan sehingga individu dapat memahami dan mengerti tentang stimulus yang
diterimanya tersebut. Proses menginterpretasikan stimulus ini biasanya dipengaruhi pula oleh
pengalaman dan proses belajar individu.

Faktor-faktor yang mempengaruhi persepsi pada dasarnya dibagi menjadi 2 yaitu Faktor
Internal dan Faktor Eksternal.

1. Faktor Internal yang mempengaruhi persepsi, yaitu faktor-faktor yang terdapat dalam diri
individu, yang mencakup beberapa hal antara lain :

 Fisiologis. Informasi masuk melalui alat indera, selanjutnya informasi yang diperoleh ini
akan mempengaruhi dan melengkapi usaha untuk memberikan arti terhadap lingkungan
sekitarnya. Kapasitas indera untuk mempersepsi pada tiap orang berbeda-beda sehingga
interpretasi terhadap lingkungan juga dapat berbeda.
 Perhatian. Individu memerlukan sejumlah energi yang dikeluarkan untuk memperhatikan
atau memfokuskan pada bentuk fisik dan fasilitas mental yang ada pada suatu obyek.
Energi tiap orang berbeda-beda sehingga perhatian seseorang terhadap obyek juga
berbeda dan hal ini akan mempengaruhi persepsi terhadap suatu obyek.
 Minat. Persepsi terhadap suatu obyek bervariasi tergantung pada seberapa banyak energi
atau perceptual vigilance yang digerakkan untuk mempersepsi. Perceptual vigilance
merupakan kecenderungan seseorang untuk memperhatikan tipe tertentu dari stimulus
atau dapat dikatakan sebagai minat.
 Kebutuhan yang searah. Faktor ini dapat dilihat dari bagaimana kuatnya seseorang
individu mencari obyek-obyek atau pesan yang dapat memberikan jawaban sesuai dengan
dirinya.
 Pengalaman dan ingatan. Pengalaman dapat dikatakan tergantung pada ingatan dalam arti
sejauh mana seseorang dapat mengingat kejadian-kejadian lampau untuk mengetahui
suatu rangsang dalam pengertian luas.
 Suasana hati. Keadaan emosi mempengaruhi perilaku seseorang, mood ini menunjukkan
bagaimana perasaan seseorang pada waktu yang dapat mempengaruhi bagaimana
seseorang dalam menerima, bereaksi dan mengingat.

2. Faktor Eksternal yang mempengaruhi persepsi, merupakan karakteristik dari linkungan dan
obyek-obyek yang terlibat didalamnya. Elemen-elemen tersebut dapat mengubah sudut pandang
seseorang terhadap dunia sekitarnya dan mempengaruhi bagaimana seseoarang merasakannya
atau menerimanya. Sementara itu faktor-faktor eksternal yang mempengaruhi persepsi adalah :

 Ukuran dan penempatan dari obyek atau stimulus. Faktor ini menyatakan bahwa semakin
besrnya hubungan suatu obyek, maka semakin mudah untuk dipahami. Bentuk ini akan
mempengaruhi persepsi individu dan dengan melihat bentuk ukuran suatu obyek individu
akan mudah untuk perhatian pada gilirannya membentuk persepsi.
 Warna dari obyek-obyek. Obyek-obyek yang mempunyai cahaya lebih banyak, akan
lebih mudah dipahami (to be perceived) dibandingkan dengan yang sedikit.
 Keunikan dan kekontrasan stimulus. Stimulus luar yang penampilannya dengan
latarbelakang dan sekelilingnya yang sama sekali di luar sangkaan individu yang lain
akan banyak menarik perhatian.
 Intensitas dan kekuatan dari stimulus. Stimulus dari luar akan memberi makna lebih bila
lebih sering diperhatikan dibandingkan dengan yang hanya sekali dilihat. Kekuatan dari
stimulus merupakan daya dari suatu obyek yang bisa mempengaruhi persepsi.
 Motion atau gerakan. Individu akan banyak memberikan perhatian terhadap obyek yang
memberikan gerakan dalam jangkauan pandangan dibandingkan obyek yang diam.

Tinjauan Teori tentang Persepsi


Posted by suwito on 04/06/2012
Posted in: Bahan Kuliah. Tagged: Ilmiah, kajian pustaka, persepsi, tesis, tinjauan teori. Leave a Comment

Persepsi merupakan proses dimana seseorang memperoleh stimulus atau rangsangan dari
lingkungannya yang ditangkap melalui alat indera yang melibatkan faktor pikiran dan emosi sehingga
menjadi sesuatu yang bermakna dan menimbulkan respon tertentu. Menurut Atkinson et.al. (1997: 201)
persepsi adalah suatu proses dimana terjadi pengorganisasian dan penafsiran pola stimulus dalam
lingkungan. Prosesnya adalah, stimulus yang diindera oleh individu kemudian diorganisasikan dan
diintepretasikan, sehingga individu menyadari/mengerti tentang apa yang diindera tersebut.

Menurut Thoha (2002: 123) persepsi didefinisikan sebagai proses kognitif yang dialami oleh setiap orang
di dalam memahami informasi tentang lingkungannya, baik lewat penglihatan, pendengaran,
penghayatan, perasaan, dan penciuman. Sedangkan Irwanto (2002: 71) menyatakan persepsi adalah
proses diterimanya rangsangan (objek, kualitas, hubungan antar gejala, maupun peristiwa) sampai
rangsangan itu disadari dan dimengerti karena persepsi bukan sekedar penginderaan. Dengan demikian
dalam pembentukan persepsi terjadi proses penerimaan dan penafsiran terhadap stimulus yang
diindera oleh individu yang bertujuan memberikan arti terhadap stimulus tersebut. Robbins (2001: 124)
menyatakan bahwa tujuan dari penginterpretasian atau penafsiran stimulus adalah ketika individu
mempersepsikan sesuatu agar stimulus itu dapat memberi makna kepada lingkungan mereka.

Proses pemberian arti melalui pengorganisasian dan penafsiran rangsangan akan mempengaruhi
perilaku individu sebagai bentuk respon terhadap rangsangan yang diterima dari lingkungannya.
Semakin baik pengorganisasian yang dilakukan dan semakin komprehensif penafsiran yang diperoleh
maka akan semakin baik pula respon terhadap rangsangan tersebut dan begitu juga sebaliknya.

Dari pengertian di atas dapat diuraikan bahwa proses pembentukan persepsi melalui tahapan-tahapan
sebagai berikut :

1. Penerimaan rangsangan

Pada proses ini seseorang menerima rangsangan dari luar (objek, situasi maupun peristiwa) yang
diterima oleh inderanya baik itu penglihatan, pendengaran, perasaan maupun penciuman.

2. Proses menyeleksi rangsangan


Rangsangan yang diterima oleh seseorang terkadang begitu banyak dan bervariasi. Pada proses ini
rangsangan yang diterima diseleksi berdasarkan seberapa menariknya rangsangan tersebut untuk
diberikan perhatian yang lebih.

3. Proses pengorganisasian

Rangsangan yang sudah diseleksi kemudian diorganisasikan dalam bentuk yang mudah dipahami untuk
kemudian dilakukan proses selanjutnya.

4. Proses Penafsiran

Pada proses ini dilakukan penafsiran terhadap rangsangan yang sudah diseleksi untuk mendapatkan arti
dan informasi.

5. Proses Pengecekan

Setelah diperoleh arti atau makna dari informasi yang ditafsirkan, kemudian dilakukan pengecekan yang
intinya adalah melakukan review terhadap kebenaran informasi tersebut.

6. Proses reaksi

Proses ini sudah mengarah pada bagaimana seseorang akan bereaksi terhadap informasi yang
diperolehnya.

Sesuai dengan teori dan tahapan persepsi dapat disimpulkan bahwa pembentukan persepsi sangat
dipengaruhi oleh pengamatan dan penginderaan terhadap proses berpikir yang dapat mewujudkan
suatu kenyataan yang diinginkan oleh seseorang terhadap suatu obyek yang diamati. Dengan demikian
persepsi merupakan proses transaksi penilaian terhadap suatu obyek, situasi atau peristiwa.

Walgito (1991) mengemukakan terdapat 3 (tiga) aspek utama dari persepsi, yaitu :

1. Kognisi

Aspek kognisi menyangkut komponen pengetahuan, pandangan, pengharapan cara


berpikir/mendapatkan pengetahuan, dan pengalaman masa lalu serta segala sesuatu yang diperoleh
dari hasil pikiran individu pelaku persepsi.

2. Afeksi
Aspek afeksi menyangkut komponen perasaan dan keadaan emosi individu terhadap objek tertentu
serta segala sesuatu yang menyangkut evaluasi baik buruk berdasarkan faktor emosional seseorang.

3. Konasi atau psikomotor

Aspek konasi/psikomotor menyangkut motivasi, sikap, perilaku atau aktivitas individu sesuai dengan
persepsinya terhadap suatu objek atau keadaan tertentu.

Persepsi bersifat tidak statis melainkan berubah-ubah atau dengan perkataan lain sifatnya relatif atau
tidak absolut, tergantung pada pengalaman sebelumnya, sehingga akan menghasilkan suatu gambaran
unik tentang kenyataan yang barangkali sangat berbeda dari kenyataannya. Hal ini sejalan dengan
pendapat Luthans (2006: 194) yang menyatakan persepsi merupakan proses kognitif kompleks yang
menghasilkan gambaran dunia yang unik, yang mungkin agak berbeda dengan realita.

Proses pembentukan persepsi pada individu dipengaruhi oleh berbagai faktor. Robbins (2001: 89)
mengatakan bahwa faktor-faktor yang berperan dalam membentuk persepsi seseorang dapat berada
pada pihak pelaku persepsi (perceiver), dalam obyeknya atau target yang dipersepsikan, atau dalam
konteks situasi dimana persepsi itu dilakukan. Secara ringkas ketiga faktor tersebut, dilihat dalam
gambar berikut.

Gambar 1: Faktor-faktor yang mempengaruhi persepsi

Sumber: Robbins (2001: 90)

1. Pelaku Persepsi/Pemersepsi
Bila seorang individu memandang pada suatu objek dan mencoba menafsirkan apa yang dilihatnya,
penafsiran itu sangat dipengaruhi oleh karakteristik pribadi dari pelaku persepsi individu itu. Faktor-
faktor yang dikaitkan pada pelaku persepsi mempengaruhi apa yang dipersepsikankannya. Di antara
karakteristik pribadi yang lebih relevan yang mempengaruhi persepsi adalah sikap, motif, kepentingan
atau minat, pengalaman masa lalu, dan pengharapan (ekspektasi).

2. Target/Objek Persepsi

Karakteristik-karakteristik dari target yang akan diamati dapat mempengaruhi apa yang dipersepsikan.
Hal baru, gerakan, bunyi, ukuran, dan atribut-atribut lain dari target membentuk cara kita
memandangnya. Karakteristik-karakteristik tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut (Thoha: 2002:
126); dari faktor hal baru, prinsip ini menyatakan bahwa baik situasi eksternal yang baru maupun yang
sudah dikenal dapat dipergunakan sebagai penarik perhatian. Obyek atau peristiwa baru dalam tatanan
yang baru akan menarik perhatian pengamat.

Gerakan (moving), prinsip gerakan ini menyatakan bahwa orang akan memberikan banyak perhatian
terhadap obyek yang bergerak dalam jangkauan pandangannya dibandingkan dari obyek yang diam. Dari
gerakan suatu obyek yang menarik perhatian seseorang ini akan timbul suatu persepsi. Sementara dari
faktor ukuran, menyatakan bahwa semakin besar ukuran suatu obyek, maka semakin mudah untuk bisa
diketahui atau dipahami. Bentuk ukuran akan mempengaruhi persepsi sesorang dan dengan melihat
bentuk ukuran suatu objek orang akan mudah tertarik perhatiannya yang pada gilirannya dapat
membentuk persepsinya.

3. Situasi

Situasi yang meliputi waktu, keadaan/tempat kerja, keadaan sosial dapat mempengaruhi persepsi kita.
Seperti yang dikemukakan oleh Walgito (2002: 47), bahwa lingkungan atau situasi khususnya yang
melatarbelakangi stimulus juga akan berpengaruh dalam persepsi, lebih-lebih bila objek persepsi adalah
manusia. Objek dan lingkungan yang melatarbelakangi objek merupakan kebulatan atau kesatuan yang
sulit dipisahkan. Objek yang sama dengan situasi yang berbeda, dapat menghasilkan persepsi yang
berbeda.
Persepsi pada masing-masing individu memiliki kecenderungan berbeda satu dengan yang lainnya.
Pareek (1984: 13) mengemukakan ada 4 (empat) faktor utama yang menyebabkan terjadinya perbedaan
persepsi, yaitu :

1. Perhatian

Terjadinya persepsi pertama kali diawali oleh adanya perhatian. Tidak semua stimulus yang ada di
sekitar dapat ditangkap semuanya secara bersamaan. Perhatian biasanya hanya tertuju pada satu atau
dua objek yang menarik bagi kita.

2. Kebutuhan

Setiap orang mempunyai kebutuhan yang harus dipenuhi, baik itu kebutuhan yang sifatnya menetap
maupun kebutuhan yang sifatnya hanya sesaat, dimana masing-masing orang memiliki kebutuhan yang
tidak sama antara satu dengan yang lainnya.

3. Kesediaan

Kesediaan adalah harapan seseorang terhadap suatu stimulus yang muncul, agar memberikan reaksi
terhadap stimulus yang diterima lebih efisien sehingga akan lebih baik apabila orang tersebut telah siap
terlebih dahulu.

4. Sistem Nilai

Sistem nilai yang berlaku dalam diri seseorang atau masyarakat akan berpengaruh terhadap persepsi
seseorang.

Pengertian persepsi menurut para ahli :

Menurut Kotler (2000) menjelaskan persepsi sebagai proses bagaimana seseorang menyeleksi,
mengatur dan menginterpretasikan masukan-masukan informasi untuk menciptakan gambaran
keseluruhan yang berarti.
Gibson, dkk (1989) dalam buku Organisasi Dan Manajemen Perilaku, Struktur; memberikan definisi
persepsi adalah proses kognitif yang dipergunakan oleh individu untuk menafsirkan dan
memahami dunia sekitarnya (terhadap obyek). Gibson juga menjelaskan bahwa persepsi
merupakan proses pemberian arti terhadap lingkungan oleh individu. Oleh karena itu, setiap
individu memberikan arti kepada stimulus secara berbeda meskipun objeknya sama. Cara
individu melihat situasi seringkali lebih penting daripada situasi itu sendiri.

Walgito (1993) mengemukakan bahwa persepsi seseorang merupakan proses aktif yang memegang
peranan, bukan hanya stimulus yang mengenainya tetapi juga individu sebagai satu kesatuan
dengan pengalaman-pengalamannya, motivasi serta sikapnya yang relevan dalam menanggapi
stimulus. Individu dalam hubungannya dengan dunia luar selalu melakukan pengamatan untuk
dapat mengartikan rangsangan yang diterima dan alat indera dipergunakan sebagai
penghubungan antara individu dengan dunia luar. Agar proses pengamatan itu terjadi, maka
diperlukan objek yang diamati alat indera yang cukup baik dan perhatian merupakan langkah
pertama sebagai suatu persiapan dalam mengadakan pengamatan. Persepsi dalam arti umum
adalah pandangan seseorang terhadap sesuatu yang akan membuat respon bagaimana dan
dengan apa seseorang akan bertindak.

Persepsi berarti analisis mengenai cara mengintegrasikan penerapan kita terhadap hal-hal di
sekeliling individu dengan kesan-kesan atau konsep yang sudah ada, dan selanjutnya mengenali benda
tersebut

Dari pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa pengertian persepsi merupakan suatu proses
penginderaan, stimulus yang diterima oleh individu melalui alat indera yang kemudian diinterpretasikan
sehingga individu dapat memahami dan mengerti tentang stimulus yang diterimanya tersebut. Proses
menginterpretasikan stimulus ini biasanya dipengaruhi pula oleh pengalaman dan proses belajar
individu.

 Gibson, dkk. 1997. Organisasi (Perilaku, Stuktur, Proses). Jild I, Edisi ke 8 (Alih Bahasa :
nunuk Adriani). Jakarta : Bina Rupa Aksara.
 Gibson, Ivancevich, Donnelly. 1997. Organisasi, Perilaku, Struktur, Proses. Jilid 1. Jakarta:
Binarupa Aksara
 Gitosudarmo, Indriyo. 1990 . Prinsip Dasar Manajemen. Yogyakarta: BPFE
Gibson, James, L Invacevich John M, dan Donnely, James H. 1993. Organisasi dan Manajemen:
Perilaku Struktur dan Proses (alih bahasa Djoerben Wahid ). Jakarta: Erlangga

Mulyana, Deddy. 2000. Ilmu Komunikasi: Suatu Pengantar. Bandung:Remaja Rosdakarya.

Anda mungkin juga menyukai