2. Niken Sabaety Kamil 30318063 3. Nofia Auliatul Faizah 30318064 4. Novi Fitrianingsih 30318065 5. Oka Herdiana 30318066 6. Parinda Dilla Oktaviani 30318067 7. Pramesti Tyas Palupi 30318068 8. Putri Azkiyatul Ummah 30318069 9. Putri Fauziah 30318070 Persepsi dan Pemahaman Sosial Persepsi sosial
Moskowitz dan Ogel (dalam Walgito, 2003:54) persepsi merupakan
proses yang integrated dari individu terhadap stimulus yang diterimanya. Dengan demikian dapat dikemukakan bahwa persepsi itu merupakan proses pengorganisasian, penginterpretasian terhadap stimulus yang diterima oleh organisme atau individu sehingga merupakan sesuatu yang berarti dan merupakan aktivitas yang integrated dalam diri individu. Persepsi berlangsung saat seseorang menerima stimulus dari dunia luar yang ditangkap oleh organ-organ bantunya yang kemudian masuk ke dalam otak. Di dalamnya terjadi proses berpikir yang pada akhirnya terwujud dalam sebuah pemahaman. Proses terjadinya persepsi dapat dimulai dari objek yang menimbulkan stimulus mengenai alat indera atau reseptor. Proses stimulus mengenai alat indera merupakan proses fisik. 1. Stimulus yang diterima oleh alat indera diteruskan oleh syarat sensoris ke otak (proses fisiologis). 2. Kemudian proses di otak sebagai pusat kesadaran sehingga individu meyadari apa yang dilihat, atau apa yang didengar atau apa yang diraba. Persepsi sosial kadang-kadang serupa, sama atau seragam, sementara kadang-kadang juga berbeda. Ada perbedaan antara persepsi tentang orang (person perception), yaitu 1. objeknya lebih abstrak, (lebih hipotetis) sehingga orang cenderung memberi persepsi yang sama; 2. objeknya lebih konkret atau merupakan pengalaman pribadi. Persepsi sosial berbeda dari persepsi pada umumnya, yaitu persepsi sosial sangat menggantungkan diri pada komunikasi (Verbal dan NonVerbal). Faktor yang mempengaruhi Persepsi Sosial
Menurut Stephen P. Robbin (1989) faktor penerima (the perceiver),
situasi (the situation), dan objek sasaran (the target). Faktor Penerima Seseorang yang memiliki konsep diri (self concept) yang tinggi dan selalu merasa diri secara mental dalam keadaan sehat, cenderung melihat orang lain dari sudut tinjauan yang bersifat positif dan optimistic, dibandingkan seseorang yang memiliki konsep diri rendah. Pengalaman di masa lalu sebagai bagian dasar informasi juga menentukan pembentukan persepsi seseorang Macam Persepsi Sosial
A. Persepsi Objek (lingkungan fisik) Persepsi terhadap objek (lingkungan
fisik) merupakan sebuah proses persepsi yang menggunakan benda sebagai objek, bukan manusia. Stimulus yang ditangkap bukan dari komunikasi nonverbal, melankan dari gelombang cahaya, gelombang suara, temperatur, dll. B. Persepsi terhadap manusia (interpersonal) Persepsi terhadap manusia merupakan proses presepsi dimana manusia merupakan objeknya. Stimulus disampaikan melalui lambang-lambang verbal maupun nonverbal. Pemahaman Sosial
Pemahaman sosial merupakan kemampuan untuk mempersepsi
orang lain/kelompok lain secara akurat dan menafsirkan perilaku mereka. Meskipun tak seorangpun memiliki waktu atau energi yang tak terbatas untuk mengevaluasi secara cermat suatu individu atau kelompok masyarakat tertentu. Teori ini bertujuan sekaligus sebagai ilmu dinamika psychososial didalam melancarkan perilaku kesehatan dan sebagai metode untuk mempromosikan perubahan yang berhubungan dengan perilaku. Dalam teori ini, perilaku manusia merupakan penjelasan terminology dari sebuah tritunggal, ilmu dinamika, dan model timbal balik dalam perilaku, faktor personal, serta pengaruh dari lingkungan. (Bandura,1997) Faktor personal sangat penting karena ia merupakan kemampuan dari setiap individu untuk melambangkan perilaku, untuk mengharapkan hasil dari perilaku, untuk belajar dari berbagai pengamatan, untuk memiliki kepercayaan dalam menunjukkan sebuah perilaku, untuk menentukan diri sendiri atau untuk mengatur perilaku diri sendiri, dan untuk reflek serta menganalisa pengalaman (Bandura, 1997). Teori pemahaman sosial dikembangkan oleh Bandura (West dan Wicklund, 1980) yang pada dasarnya menguraikan ide bagaimana belajar dan merubah perilaku, dan awalnya muncul sebagai kritik terhadap teori tradisional terhadap berbagai masalah yang kurang dapat diselesaikan. Teori Belajar Sosial (Social Learning Theory) dari Bandura didasarkan pada 3 konsep: 1. Determinis Resiprokal (reciprocal determinism) adalah pendekataan yang menjelaskan tingkah laku manusia dalam bentuk interaksi timbal-balik yang terus menerus antara determinan kognitif, behavioral dan lingkungan. 2. Tanpa Renfoesemen (beyond reinforcement) menurutnya, reforsement penting dalam menentukan apakah suatu tingkah laku akan terus terjadi atau tidak, tetapi itu bukan satu-satunya pembentuk tingkah laku. Orang dapat belajar melakukan sesuatu hanya dengan mengamati dan kemuduian mengulang apa uyang dilihatnya. Belajar melalui observasi tanpa ada renforsemen yang terlibat, berarti tingkah laku ditentukan oleh antisipasi konsekuensi. 3. Kognisi dan Regulasi diri (self-regulation/cognition) adalah teori belajar tradisional sering terhalang oleh ketidaksenangan atau ketidakmampuan mereka untuk menjelaskan proses kognitif. Konsep bandura meneempatkan manusia sebagai pribadi yang dapat mengatur diri sendiri (self-regulation), mempengaruhi tingkah laku dengan cara mengatur lingkungan, menciptakan dukungan kognitif, mengadakan konsekuensi bagi tingkah lakunya sendiri.