Anda di halaman 1dari 5

Persepsi Lingkungan, Kognisi dan Sikap Persepsi adalah dasar evaluasi dari sikap dan berbagai respon perilaku

terhadap dunia. Oleh sebab itu, untuk memahami hubungan perilaku-lingkungan dibutuhkan pembahasan yang rinci tentang persepsi. Cara di mana pengetahuan tentang lingkungan dibangun dan diorganisasikan (yaitu pada proses kognisi lingkungan) juga dibahas, dan berbagai respon afektif dan evaluatif sebagai mediator perilaku dibahas. Terakhir, karena respon kognitif, afektif dan perilaku terhadap lingkungan termasuk dalam konsep sikap, bab ini diakhiri dengan pembahasan tentang proses susunan sikap lingkungan dan hubungan antara sikap dan perilaku. Elemen-elemen Psikofisik Untuk mulai memahami proses dari persepsi, dibutuhkan suatu pengetahuan tentang psikofisik (hal-hal yang berkaitan dengan deteksi, rekognisi, diskriminasi dan skaling). Untuk memahami lingkungan dengan efektif, maka ada beberapa pertanyaan yang harus dijawab: apa yang ada di dalamnya? (deteksi), apa itu? (rekognisi), apa perbedaan stimulus ini dengan stimulus yang lain? (diskriminasi) dan terakhir berapa jumlahnya? (scaling). Pertanyaan-pertanyaan ini adalah dasar dari proses sensasi dari persepsi dan merupakan subjek penelitian awal psikologi. Deteksi Stimulus Sebagian besar tugas dasar sistem sensorik adalah untuk mendeteksi kemunculan perubahan energi dalam lingkungan. Berbagai perubahan ini bisa berupa energi elektromagnetik (cahaya), energi mekanik (suara, sentuhan, gerakan dan regangan otot), energi kimiawi (rasa, bau) dan energi thermal (panas). Deteksi berpusat di sekitar pertanyaan tentang seberapa banyak perubahan dari tingkat nol energi yang dibutuhkan bagi organisme untuk merealisasikan kemunculannya (misalnya seberapa nyaring suara agar bisa didengar). Banyak penelitian awal psikologi, oleh karena itu, berkaitan dengan penetapan ambang batas absolut dari berbagai ragam stimulus, atau tingkat intensitas yang memungkinkan stimulus dapat terdeteksi dan di mana individu tidak bisa mendeteksi kemunculannya.

Rekognisi Stimulus Rekognisi adalah fase kedua dari proses persepsi. Masalah deteksi dan rekognisi sehari-hari biasanya didapat dengan mudah dan cepat. Disebabkan oleh stimulus yang begitu kuat (sehingga deteksi menjadi mudah) dan berisi informasi yang cukup memadai dan itu tidak menjadi masalah dari proses rekognisi. Sebagai contoh, kebisingan biasanya sangat keras dan cukup unik, bau menyengat dan cukup berbeda, dan objek itu disinari dan cukup luas. Maka kita tidak mempunyai masalah dalam mendeteksi dan rekognisi stimulus. Diskriminasi Stimulus Sebagai tambahan dalam ambang batas absolut, penelitian awal psikologi berkonsentrasi pada konsep Just Noticeable Difference (JND). JND didefinisikan sebagai peningkatan intensitas stimulus di atas tingkat keasliannya yang membutuhkan individu untuk memperhatikan perbedaan tingkat intensitas. Tepatnya, salah satu aturan yang telah ditemukan psikologi adalah apa yang disebut dengan hukum Weber, di mana stimulus dengan intensitas tinggi membutuhkan secara proporsional intensitas yang lebih besar untuk memproduksi JND dibanding stimulus dengan intensitas rendah. Seperti perubahan temperatur kecil dari 75 fahrenheit akan terdeteksi sedangkan perubahan yang sama dari 95 derajat Fahrenheit tidak terdeteksi. Pengaruh keadaan stabil adalah memelihara kondisi tetap stimulus di dalam tingkat adaptasi organisme. Adakalanya di luar ruang lingkup tersebut, pengaruh tidak selamanya dalam keadaan stabil. Organisme harus terus memutuskan apakah stimulasi lingkungan masih dalam tingkat yang ditetapkan adaptasi atau apakah itu telah berubah di mana harus dilakukan sesuatu tentang hal itu (apakah adaptasi atau pengaturan yang dibutuhkan?). Hal ini dengan jelas termasuk proses dari diskriminasi stimulus. Jika organisme mempersepsikan bahwa lingkungan telah melampaui ruang lingkup yang dapat diadaptasi, maka organisme harus mengerahkan pertahanan dan sumber daya untuk membuat hubungan kembali stabil. Tapi berapa banyak cara dari sumber daya yang dibutuhkan?, jawabannya yaitu dengan mengetahui ukuran perubahan dari keadaan stabil tersebut.

Stimulus Scaling Proses perubahan stimulus, bagaimanapun, merupakan proses yang lebih rumit daripada contoh yang pernah diajukan sebelumnya, dan yang paling kurang dipahami. Namun seperti contoh ilustrasi di atas, hal itu adalah proses yang sangat penting bagi pengelolaan lingkungan yang efektif. Dan kita akan lihat di bab selanjutnya bahwa banyak isu krusial tentang lingkungan yang dapat dibingkai dalam hal scaling. Sebagai contoh, apakah individu menganggap kebisingan bandara adalah masalah tergantung seberapa intensif individu menganggap kebisingan itu. Begitu juga, apakah seseorang percaya bahwa pengukuran yang memadai mampu mengontrol polusi udara dapat dipahami dalam hal persepsi individu dari ukuran masalah. Persepsi Ketika kita berpikir tentang persepsi, kita biasanya berpikir terlebih dahulu tentang persepsi visual. Kemungkinan ini karena kita mengumpulkan banyak informasi dari lingkungan melalui sistem sensorik ini. Dengan pengecualian mendengar untuk berbicara, mayoritas kegiatan keseharian kita dipandu oleh penglihatan. Gambar memandu perilaku motorik kita (membuat kita berlari sambil menghindari hal-hal yang ada di jalan) dan memberikan kita informasi tentang apa yang ada di sana? dan di mana itu?. Sebagai tambahan, banyak perilaku interpersonal kita yang dipandu oleh informasi visual yang kita terima. Penilaian kita terhadap keadaan emosional orang lain (dan diri kita sendiri, untuk masalah ini), niat kita, suka/tidak suka, ditentukan dalam bagian yang baik dengan apa yang kita lihat. Tidak heran kita sangat mengandalkan panca indera kita untuk mendapatkan informasi dari dunia yang kita tempati ini. Persepsi lingkungan bukan hanya ringkasan dari berbagai input sensorik. Itu juga mencakup proses labeling, deskripsi, dan melekatkan makna kepada dunia di sekitar kita. Proses persepsi menjadi sensorik merupakan proses kognitif yang tinggi. Dasar Kognitif dari Persepsi Penilaian kita tentang lingkungan didapat dari 3 konteks yang luas, namun tidak selalu sama dalam melihat dunia. Pertama, kita mengembangkan sikap sebagai hasil dari suatu kebudayaan dan berbagai sikap ini menentukan, sebagian, apakah kita melihat lautan apel yang harum yang sedang berbuah atau apakah kita melihatnya sebagai bahan mentah di mana lebah akan membuat

ratusan pon madu. Kedua, kita juga mempersepsikan dan menilai lingkungan dalam hal kecenderungan dan kebutuhan instan/sesaat kita. Pandangan ini mewakili para fungsionalis, yaitu mereka yang melihat alam sebagai subjek bagi eksploitasi manusia, yang hanya dibatasi oleh kemampuan teknologi untuk mengolahnya. Ketiga, kita mengamati dan mengenali lingkungan dari masa depan lingkungan itu sendiri dan masa depan kita semua. Bukan hanya apa yang ada di dalamnya untuk saya? tapi juga dampak apa yang akan muncul dan interaksi lingkungan seperti apa yang akan dilihat? jika pohon-pohon dilihat dalam hal apelnya saja yang menghasilkan buah dan serta dilakukan perawatan terhadapnya tidaklah menjamin

kelestariannya, karena tidak lama lagi itu semua malah akan punah. Ada keteraturan dan konsistensi persepsi dalam pengaturan fisik pada waktu dan tempat, karena persepsi berkaitan erat dengan konstruksi sosial, organisasi dan sistem kebudayaan yang melingkupi kehidupan sehari-hari manusia. Dasar Sosial dan Kontekstual Persepsi Persepsi tidak terlepas dari konteks. Sosial, budaya, gender dan perbedaan individu semuanya mempengaruhi apa yang kita lakukan dan tidak kita jumpai dalam lingkungan kita secara langsung. Contohnya beberapa studi menunjukkan bahwa orang dewasa yang tumbuh hanya dengan satu bahasa asli mempunyai kesulitan dalam membedakan suatu bahasa yang bukan bahasa aslinya sedari kecil dengan kontras (Strange & Jenkins, 1978) dan perbedaan gender dalam persepsi terdapat dalam gambar, rasa, sensitifitas sentuhan, pendengaran dan kemampuan gambar ruang (Ippolitov, 1973; Linn & Peterson, 1986; McGuinnes, 1976; Money, 1965; Weinsten & Sersen, 1961). Sebagai tambahan, perbedaan umur dan pekerjaan menentukan juga beberapa variasi dalam persepsi. Perbedaan latar belakang individu, pengalaman, nilai dan tujuan mempunyai pengaruh mendalam pada hasil akhir dalam memproses informasi dari dunia di sekitar kita. Berbagai perbedaan ini, tidak mengurangi fakta bahwa persepsi adalah proses fundamental psikologi di mana manusia terlibat di dalamnya.

Proses Persepsi yang Kompleks Perhatian utama dari psikologi lingkungan adalah untuk memahami bagaimana masyarakat mempersepsikan aspek moral dari lingkungan. Hal itu, sebagai tambahan dalam memahami bagaimana objek dan stimulus yang berlainan dipersepsikan. Psikologi lingkungan berusaha memahami proses di mana lingungan secara keseluruhan dipersepsikan. Dalam artian, yang menarik adalah hutan bukan pohon secara individual.

Anda mungkin juga menyukai