Anda di halaman 1dari 16

PERSEPSI

KELOMPOK MAHASISWA AMBIS


MAWAR RAHMA (Kelas A)
FIRMANSYAH (Kelas A)
ULFATUL KARIMAH (Kelas A)
RAHMA ALIA (Kelas A)
NOVRA AULIA KARDINAL (Kelas B)

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS PAHLAWAN TUANKU TAMBUSAI
T.A 2022/2023
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI......................................................................................................................2

BAB I..................................................................................................................................3

A. Latar Belakang.........................................................................................................3

BAB II.................................................................................................................................4

A. Tinjauan Teoritis......................................................................................................4
B. Pengertian Persepsi Dan Proses Terjadinya Persepsi..............................................4
C. Faktor Faktor Yang Mempengaruhi Persepsi..........................................................5
D. Bentuk Bentuk Persepsi...........................................................................................6
E. Gangguan Gangguan Persepsi.................................................................................7

BAB III...............................................................................................................................9

A. Kesimpulan..............................................................................................................9

DAFTAR PUSTAKA........................................................................................................10
BAB I

A. LATAR BELAKANG
Persepsi adalah aspek kognisi manusia yang sangat penting yang memungkinkan
mereka untuk mengenali dan memahami dunia di sekitar mereka. Kata Persepsi berasal
dari bahasa Inggris “perception”, diambil dari bahasa latin “perceptio”, “perceptio”, yang
berarti menerima atau mengambil. Dalam kamus bahasa Indonesia-Inggris, kata persepsi
diartikan sebagai “penglihatan” atau “reaksi” (Echlos & Shadily dalam Desmita, 2010,
hlm. 117). Sementara itu, menurut Wilcox (2013, hlm. 104-106), persepsi adalah
terjemahan otak dari informasi yang diberikan oleh semua indra fisik, dan segala sesuatu
yang sudah ada dalam pikiran kita, segala sesuatu yang kita inginkan, kehendaki, sangka,
pikirkan, kebutuhan, dan pengalaman masa lalu yang membantu menentukan persepsi.

Sarwono (2002, hlm. 7) mengungkapkan pandangan yang sama, pandangan


konvensioal persepsi adalah bahwa persepsi dianggap sebagai kumpulan indera, proses
pengenalan objek, dan kombinasi aktif otak dari akumulasi (tumpukan) aktivitas kognitif,
pengalaman masa lalu dan ingatan yang secara aktif mengevaluasi untuk memberi makna
dan penilaian baik atau buruk. Menurut beberapa definisi di atas, dapat dipahami bahwa
persepsi adalah proses pengolahan pengetahuan yang ada untuk memperoleh dan
menginterpretasikan rangsangan yang diterima oleh sistem indra manusia. Jadi, secara
mendasar, persepsi adalah hubungan antara manusia dengan lingkungannya dan
bagaimana manusia menggunakan pengetahuan yang dimilikinya untuk mendeskripsikan
atau mengkomunikasikan rangsangan yang ada di lingkungannya, kemudian mengolah
hasil persepsinya tersebut untuk menghasilkan informasi tentang objek (baik atau buruk)
yang berarti.
BAB II

A. Tinjauan Teoritis
1. Menurut Sarlito Wirawan Sarwono (1983:89), persepsi adalah kemampuan
seseorang untuk mengatur pengamatan, dan kemampuan tersebut meliputi:
pembedaan, klasifikasi, dan konsentrasi. Oleh karena itu, meskipun objeknya
sama, seseorang dapat mempersepsikannya secara berbeda. Hal ini dimungkinkan
karena adanya perbedaan sistem nilai dan sifat kepribadian dari individu yang
terlibat. Sedangkan menurut Leavit, 1978 yang dikutip dari Faradina, Triska
(2007:8), persepsi memiliki pengertian yang sempit dan pengertian yang luas.
Persepsi sempit, yaitu penglihatan bagaimana seseorang melihat sesuatu, persepsi
luas, yaitu penglihatan atau pemahaman bagaimana seseorang memandang atau
menafsirkan sesuatu.
2. Sondang P. Siagian (1989) menganggap persepsi sebagai suatu proses di mana
seseorang mengorganisasikan dan menginterpretasikan kesan-kesan indranya
dalam upaya memberikan suatu makna pada lingkungannya. Indrajaya (1986)
dalam Prasilika, Tiara H. (2007:10) berpendapat bahwa persepsi adalah proses
dimana seseorang mengorganisasikan, menggunakan, mengalami dan mengolah
dalam pikirannya perbedaan-perbedaan atau apapun yang terjadi di
lingkungannya.
3. Menurut Robins (1999:124), persepsi adalah proses dimana individu mengatur
dan menginterpretasikan kesan indrawi mereka untuk memberi makan lingkungan
mereka. Sedangkan menurut Thoha (1999:123-124), persepsi pada hakekatnya
adalah proses kognitif yang dilalui setiap orang untuk memahami segala informasi
tentang lingkungannya melalui penglihatan, pendengaran, penghayatan, perasaan
dan penciuman. Pandangan Robbins menyatakan bahwa persepsi adalah proses
dimana setiap orang mengorganisasikan dan menginterpretasikan kesan-kesan
dari panca indranya untuk memberi makna pada lingkungan sekitarnya. Banyak
faktor yang mempengaruhi persepsi, mulai dari peserta persepsi, objek yang
dipersepsikan, dan situasi yang ada.
4. Menurut Gibson (1999) Gibson menjelaskan dalam bukunya yang berjudul
Organisasi dan Manajemen Perilaku, Struktur jika persepsi merupakan proses
kognitif yang mana digunakan oleh seseorang untuk dapat menafsirkan serta
memahami dunia yang ada di sekitarnya terhadap sebuah objek. Gibson juga
menjelaskan jika proses pemberian makna terhadap lingkungan yang dilakukan
oleh individu. Oleh sebab itu, setiap orang akan memberikan definisi yang
berbeda satu sama lainnya meskipun objek nya adalah sama. Cara individu dalam
melihat sebuah situasi akan lebih penting dibandingkan dengan situasi yang ada
sendiri.
B. Pengertian Persepsi dan Proses Terjadinya Persepsi
Persepsi adalah hasil dari pemikiran seseorang mengenai apa saja yang
dirangsang oleh indra normal kita, namun hasil dari persepsi ini sangat berpengaruh pada
beberapa hal penting seperti faktor pengalaman dan masa lalu seseorang.
Proses persepsi mencakup adanya objek yang ditangkap melalui panca indra, baik
pengucapan, pendengaran perasa serta peraba yang diteruskan ke otak. Semua informasi
yang ditangkap oleh otak akan di proses interpertasi atau pemaknaan, sehingga proses
persepsi itu sendiri meliputi stimulus atau objek, perhatian, panca indra, dan saraf
sensorik yang berfungnsi untuk meneruskan informasi dari stimulus ke otak dengan
tujuan untuk merespon stimulus.
Stimulus didapat dari pengindraan dunia luar atau dunia nyata yang didalamnya
mencakup objek, pristiwa, hubungan-hubungan antar gejala sehingga stimulus ini
diproses otak yang akhirnya disebut kognitif.
Persepsi penting untuk individu yang berguna untuk mengatur dan
meninterpretasikan kesan-kesan sensorik yang berguna untuk memberikan arti bagi
lingkungannya, dikarenakan prilaku individu sering kali didasari pada persepsi tentang
kenyataan bukan tentang kenyataan itu sendiri.
Rangsangan/ sensasi Seleksi input Proses
 pengorganisasian

lingkungan persepsi Interpretasi

pengalaman Proses belajar

GAMBAR I. Skema pembentukan persepsi

Namun ada teori yang bertentangan tentang proses pesepsi, yaitu menurut Gibson
(1966) dengan teori persepsi direci (persepsi langsung) yang disebutnya sebagai'bottom-
up' theory, (1970), hal ini berlawanan dengan teori persepsi constructilist (indirect theorl
dari Gregory (1970) yaitu persepsi manusia yang di strukturkan. Para Psikolog
membedakan proses dari bawah ke atas dan dari atas ke bawah.
Proses bottom-up adalah proses yang dimulai dari reseptor sensorik merekam
informasi dari lingkungan dan mengirimkannya ke otak untuk dianalisis dan
diinterpretasikan contoh: saat mendengarkan lagu baru untuk pertama kali, anda harus
mendengarkannya yah, hanya "merasa" proses pengolahan informasi tugas dari bawah ke
atas rasakan dan rasakan bersama dari atas ke bawah memungkinkan kita untuk berfungsi
secara akurat dan efisien (Hegarty, Canham, & Pabrikan, 2010). Misalnya, telinga kita
hanya memberikan informasi dari suara dari lingkungan saja kapan kita pikirkan baik-
baik tentang apa yang didengar telinga anda (bawah- pemrosesan ke atas) dan apa yang
ditafsirkan otak (pemrosesan top-down) bisakah kita sepenuhnya memahami persepsi
suara.
C. Faktor Yang Mempengaruhi Persepsi
Faktor-faktor yang mempengaruhi persepsi manusia tidak tercipta begitu saja, dan
tentu saja ada faktor-faktor yang mempengaruhinya. David krech dan Richard s.
Crutchfield (1977) menyebutnya sebagai faktor fungsional, situasional, struktural, dan
personal.

1. Faktor fungsional adalah faktor personal. Seperti kebutuhan pribadi, usia,


pengalaman masa lalu, kepribadian, jenis kelamin dan faktor subyektif lainnya.
Faktor fungsional yang mempengaruhi persepsi ini sering disebut kerangka acuan,
dan dalam komunikasi, kerangka acuan mempengaruhi bagaimana orang memberi
arti pada informasi yang mereka terima. Misalnya, ketika seorang ahli medis
berbicara tentang otak, hati, atau jaringan jantung, seorang ahli komunikasi tidak
akan memberikan arti apapun karena ahli komunikasi tidak memiliki kerangka
acuan untuk memahami terminologi medis. Dari perspektif fungsional, bukan tipe
atau bentuk stimulus yang menentukan persepsi, melainkan karakteristik orang
yang merespons stimulus tersebut. Dari sudut pandang Krech dan Crutchfield
dikemukakan proposisi persepsi yang pertama, yaitu: persepsi itu selektif.
Artinya, objek penekanan dalam persepsi kita biasanya adalah objek yang
melayani tujuan persepsi pribadi.
2. Faktor pribadi yang mempengaruhi bagaimana orang memandang kita atau
sebaliknya adalah pengalaman dan konsep diri. Faktor personal memiliki
pengaruh yang besar terhadap persepsi interpersonal, tidak hanya mempengaruhi
komunikasi interpersonal, tetapi juga mempengaruhi hubungan interpersonal.
Beberapa faktor pribadi meliputi pengalaman, motivasi dan kepribadian.
Dari segi faktor personal, hal-hal yang mempengaruhinya seperti yang telah
disebutkan di atas antara lain sebagai berikut:

a. Pengalaman mempengaruhi keakuratan persepsi. Pengalaman tidak selalu


melalui proses pembelajaran formal. Pengalaman kami juga ditambah
dengan rangkaian peristiwa yang kami hadapi. Hal inilah yang
menyebabkan ibu segera menyadari adanya masalah pada wajah anak atau
isyarat gerakan lainnya. Ibu lebih berpengalaman Lihatlah anak laki-laki
lebih dari ayah. Itu juga mengapa kita lebih sulit berbohong kepada orang-
orang terdekat kita.
b. Motivasi Banyak proses konstruktif yang mempengaruhi kognisi dalam
hubungan interpersonal juga melibatkan faktor motivasi.
c. Kepribadian disebut proyeksi dalam psikoanalisis sebagai bentuk
pertahanan ego. Proyeksi adalah eksternalisasi bawah sadar dari
pengalaman subjektif. Dalam persepsi interpersonal, orang memaksakan
pada orang lain sifat yang tidak mereka sukai dalam diri mereka sendiri.
Rupanya, orang yang memproyeksikan berat tidak menanggapi rangsangan
karakter dengan serius, dan bahkan mungkin mengaburkan gambaran
sebenarnya. Sebaliknya, mereka yang menerima dirinya apa adanya, tanpa
rasa bersalah, cenderung menafsirkan orang lain dengan lebih hati-hati.

3. Faktor situasi Pengaruh situasi dapat dijelaskan dari percobaan Solomon E. Asch
menjelaskan dalam The Psychology of Communication karya Jalaludin Rakhmat
bahwa kata pertama yang disebutkan akan memandu penilaian selanjutnya, atau
bagaimana sebuah kata sifat mempengaruhi penilaian seseorang. Misalnya, jika
kita mendeskripsikan seseorang sebagai orang yang cerdas dan pekerja keras,
gambaran mental kita adalah bahwa orang tersebut pasti kutu buku. Namun, jika
kata sifatnya terbalik dan menjadi bodoh dan malas, kesannya akan terbalik . Efek
dari kata pertama dikenal sebagai efek keutamaan. Rakhmat mengklasifikasikan
faktor-faktor situasional yang dapat mempengaruhi persepsi, antara lain:
a. Proxemic descriptions, Proxemics adalah studi tentang penggunaan jarak
dalam menyampaikan informasi. Menurut pendapat ini, T. Hall
menyimpulkan bahwa pertama-tama keakraban seseorang dengan orang
lain dilihat dari jarak pandangnya. Kedua, kita menilai sifat orang lain
berdasarkan jarak mereka dari kita. Ketiga, cara orang mengatur ruang
dapat memengaruhi cara kita memandang orang itu.
b. Perintah gerak, kinematika bisa menjadi petunjuk umum untuk memahami
orang lain dalam suatu hubungan. Persepsi khusus diperoleh ketika kita
mengamati gerak tubuh orang lain untuk menilai orang tersebut
berdasarkan persepsi yang telah kita peroleh sebelumnya. Isyarat motorik
adalah yang paling sulit dikendalikan secara sadar oleh orang (orang lain)
yang merasakan rangsangan.
c. Petunjuk kinestik di antara isyarat nonverbal, isyarat wajah penting untuk
mengenali perasaan orang lain. Sementara isyarat wajah dapat
mengungkapkan emosi orang lain, mereka tidak dapat digunakan sebagai
penilaian yang disengaja dalam bentuk apa pun.
d. Isyarat paralinguistic panduan ini menilai bagaimana orang mengucapkan
tanda-tanda bahasa, termasuk kata-kata, tekanan, intonasi, gaya bahasa,
dan interaksi dalam berbicara.
e. Petunjuk buatan uraian tersebut mencakup penampilan fisik berbagai
orang lain dengan berbagai atribut lainnya.
4. Faktor struktural berasal sepenuhnya dari sifat stimulus fisik dan efek
neurologisnya pada sistem saraf individu. Dari sini Kretch dan Krusfield
memunculkan hipotesis persepsi yang kedua, yaitu: Domain perseptual dan
kognitif selalu diorganisasikan dan diberi makna. Faktor struktural adalah faktor
di luar individu, seperti lingkungan, budaya, dan norma sosial yang sangat
mempengaruhi cara seseorang mempersepsikan sesuatu. Dalam penelitian ini
tidak akan ditelaah bagaimana faktor struktural mempengaruhi variabel sebagai
pengaruh persepsi. Ini karena faktor struktural adalah rangsangan fisik yang
berhubungan dengan sentuhan, penciuman, penglihatan, rasa, dan pendengaran.
Selanjutnya subjek penelitian ini adalah siaran televisi yang tidak berhubungan
dengan panca indera tersebut.

D. Bentuk-Bentuk persepsi
Terdapat beberapa bentuk persepsi dalam psikologi, yaitu :
1. Penglihatan
Visis atau penglihatan merupakan indra manusia yang paling utama. Cahaya
diterima dan difokuskan oleh kedua mata, kemudian diteruskan ke retina sesuai
dengan arah sumber cahaya. Retina menangkap informasi ini dan kemudian
meneruskannya ke otak untuk diproses. / Secara total, sekitar 15 jenis informasi
ditransmisikan melalui saraf optik.
2. Pendengaran
Saraf pendengaran mampu mengamati suara yang diterima melalui getaran udara.
Frekuensi yang dapat didengar manusia disebut frekuensi audio atau gelombang
suara. Rentang frekuensi ini biasanya antara 20Hz dan 20.000 Hz.
Frekuensi di atas frekuensi ini yang tidak dapat didengar oleh manusia disebut
gelombang ultrasonik, dan frekuensi di bawah rentang frekuensi ini disebut
gelombang infrasonik. Sistem pendengaran manusia sendiri terdiri dari 3 bagian
yaitu telinga luar dan telinga tengah yang berfungsi mengumpulkan dan
menyaring suara. Telinga bagian bawah mengubah tekanan suara dan
menghasilkan sinyal syaraf untuk diproses ke otak.
3. Sentuhan
Persepsi haptik adalah proses mengenali berbagai objek melalui sentuhan. Ini
melibatkan kombinasi pola penginderaan dan tekstur pada permukaan kulit
manusia. Manusia dapat mengenali dan mengidentifikasi objek tiga dimensi
secara akurat melalui indra peraba. Ini melibatkan proses eksplorasi seperti
menggeser jari Anda ke permukaan luar suatu objek atau memegang seluruh
objek di tangan Anda. Persepsi haptik bergantung pada kekuatan pengalaman
sentuhan. Gibson mendefinisikan sistem taktil sebagai kepekaan seseorang
terhadap dunia di luar tubuhnya melalui penggunaan tubuhnya. Gibson
menekankan hubungan erat antara persepsi taktil, sebuah konsep yang berkaitan
dengan penggunaan alat seperti tongkat, dan gerakan tubuh. Pengalaman
perseptual ditransfer secara transparan ke penggunaan alat.
4. Rasa
Rasa adalah kemampuan untuk memberikan persepsi rasa terhadap objek,
termasuk namun tidak terbatas pada makanan. Manusia menerima pengecapan
melalui alat inderanya, pengecap di permukaan lidah.
Di lidah manusia, terdapat sekitar 100 hingga 150 reseptor rasa, dan tidak kurang
dari 10.000 kuncup kecap di setiap reseptor rasa. Rasa dasarnya adalah manis,
pahit, asam, asin, dan umami. Rasa lain diperoleh sebagai kombinasi dari rasa
dasar ini.
5. Sosial
Persepsi sosial adalah bagian dari persepsi yang memungkinkan manusia untuk
memahami individu dan kelompok dalam dunia sosialnya, sehingga merupakan
bagian dari kognisi sosial.
6. Bicara
Persepsi dalam berbicara adalah proses bahasa didengar, ditafsirkan dan
dipahami. Penelitian persepsi wicara berusaha memahami bagaimana manusia
mendengar dan memahami bunyi yang mengandung kata-kata dan menggunakan
informasi yang diperoleh untuk memahami bahasa yang diucapkan.
Proses pemahaman bahasa ini dimulai dengan mengolah tingkat suara dari sinyal
audio, seperti halnya dalam mendengar. Sinyal audio awalnya dibandingkan
dengan informasi visual, terutama gerakan bibir, untuk isyarat.
7. Wajah
Persepsi wajah mengacu pada proses kognitif yang berhubungan secara eksklusif
dengan wajah manusia, termasuk persepsi identitas individu dan ekspresi wajah
sebagai isyarat emosional.
8. Sentuhan Sosial
Sentuhan sosial adalah persepsi yang terbentuk setelah menerima sentuhan orang
lain. Informasi yang diterima dari orang lain diterima dan diproses secara berbeda
dari informasi sentuh yang diterima dari interaksi dengan objek lain.
9. Persepsi yang terbentuk melalui indra lainnya
Indra lainnya memungkinkan tubuh untuk merasakan berbagai sensasi, seperti
gravitasi, keseimbangan tubuh, posisi bagian tubuh, bahkan keluarnya urin dan
feses, serta sensasi di kerongkongan dan paru-paru.

Dapat dilihat bahwa, mengenai persepsi manusia, dalam ilmu psikologi, persepsi
adalah proses pemahaman otak manusia terhadap benda-benda di sekitarnya, termasuk
objek, orang, rasa, dan sensasi lainnya, yang semuanya merupakan hasil dari proses otak
manusia. Otak adalah prasadar membentuk pemahaman dan pemahaman dari segala
sesuatu yang terjadi.

Terbentuknya persepsi itu sendiri dipengaruhi oleh berbagai faktor yang telah
hadir dan dialami sebelumnya, seperti motivasi, pengetahuan dan pengalaman. Semua
faktor ini berinteraksi untuk mempengaruhi bagaimana orang mempersepsikan suatu
peristiwa, objek atau orang, dan mempengaruhi persepsi individu yang terlibat.

Semua indra perasa manusia memainkan peran penting dalam membentuk


persepsi, tetapi terutama penglihatan. Visi memainkan peran utama dan tampaknya
mendominasi perspektif persepsi manusia. Selain itu indra pengelihatan juga merupakan
lebih mudah untuk dipelajari dibandingkan dengan indra manusia lainnya, seperti
pendengaran, bau, sentuhan, rasa dan keseimbangan.

E. Gangguan-Gangguan Persepsi
Gangguan persepsi sensorik adalah suatu keadaan yang terjadi pada seseorang
yang mengalami perubahan bentuk dan jumlah rangsangan dari luar, sehingga terjadi
gangguan persepsi sensorik: halusinasi. Salah satu gangguan persepsi sensorik ini adalah
halusinasi pendengaran, di mana pasien mengalami perubahan persepsi, seringkali
mendengar bisikan palsu atau tidak nyata tanpa bentuk apapun.
Persepsi adalah tahap dalam proses energik untuk mengenali, mengatur, dan memahami
rangsangan sensorik yang kita terima dari lingkungan kita.
Gangguan persepsi meliputi :
1. Halusinasi adalah persepsi yang terjadi dalam keadaan sadar tanpa stimulasi
eksternal yang jelas dari panca indera. Contoh: Ilusi visual dapat berbentuk orang,
hewan, dan benda, atau tidak berbentuk cahaya, kilat, dan dapat berwarna atau
tidak berwarna.
2. Ilusi adalah persepsi yang benar-benar terjadi dengan adanya rangsangan nyata
dari luar, terutama ketika seseorang sangat lelah atau sangat bersemangat. Contoh:
Seseorang di ruangan gelap melihat bayangan monster di dinding dan dia
ketakutan.
3. Kekecewaan adalah perasaan aneh yang muncul di lingkungan, tidak sesuai
dengan yang terjadi, semuanya seperti mimpi. Misalnya: gangguan penglihatan
atau pendengaran.
4. Depersonalisasi adalah perasaan aneh terhadap diri sendiri, atau perasaan bahwa
kepribadiannya tidak seperti dulu lagi dan tidak sesuai dengan kenyataan. Contoh:
Beberapa bagian tubuhnya bukan lagi miliknya atau berada di luar dirinya.
5. Gangguan somatosensori adalah gangguan respon rutin yang bersifat simbolik
dan menggambarkan konflik emosional. Contoh: Penglihatan kabur saat melihat
objek yang lebih besar dari sebenarnya.
BAB III
A. Kesimpulan
Persepsi merupakan hasil pemikiran seseorang melalui proses dari indra terlebih
dahulu, setelah itu di proses oleh otak. Tentunya hasil proses itu berupa persepsi yang
dipengaruhi oleh bebarapa hal seperti pengalaman dan pola pikir kita. Dan persepsi ini
juga dapat disebut dengan proses penyortiran,interpretasi, analisis, dan integrasi dari
stimulus oleh organ 5 indra dan otak kita. Setelah mengetahui berbagai macam
pengertian persepsi dari para ahli yang memiliki pengertiannya masing masih kita
mengetahui mereka memiliki pengertian yang berbeda namun hampir sama, yang pada
intinya sepakat baha persepsi ada melalui proses proses dahulu.
Proses tersebut berawal dari indra kita yang mendapat rangsangan dari luar lalu
informasi yang di terima otak akan menuju respon, dan di proses otak merespon berupa
pemikiran yang dipengaruhu oleh factor internal (masa lalu) lalu akan menghasilkan
suatu tanggapan berupa persepsi.
Mengenai faktor yang mempengaruhu persepsi ada 4 yaitu :
1. Factor fungsional (kebutuhan personal)
2. Factor pribadi (pengalaman, motifasi dan kepribadian)
3. Factor situasi (penilaian selanjutnya dipandu oleh hasil persepsi pertama)
4. Factor structural (dari luar individu)

Ada beberapa bentuk persepsi yaitu berkaitan erat dengan indera kita dan
beberapa hal lainnya, yaitu:
1. Penglihatan
2. Pendengaran
3. Sentuhan
4. Rasa
5. Social
6. Bicara
7. Wajah
8. Sentuhan social
9. Persepsi yang terbentuk melalui indra lainnya
Dan di samping itu juga kita harus mengetahui beberapa gangguan
persepsi, maksud dari gangguan itu adalah berubahnya persepsi terhadap stimulus
baik itu sebab respon yang berkurang atau perlebihan. Contonya gangguannya
adalah Halusinasi, ilusi, derealisasi, dan depersonalisasi.
DAFTAR PUSTAKA

Rakhmat, Jalaluddin. 2007. Psikologi Komunikasi. Bandung: Remaja Rosdakarya.


Siagian, Sondang P. 1989. Teori motivasi dan aplikasi. Jakarta: Bina Aksara.
Robbin, Stephen P. (1999). Perilaku Organisasi Manajemen Edisi Kedelapan.
Jakarta: Erlangga.
Faradina, Triska. (2007). Gambaran Persepsi Supir Bajaj Pangkalan Blok M
Plaza terhadap Keselamatan Berkendara di Jalan Raya tahun 2007,
[Skipsi]. Program S1 K3 Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas
Indonesia, Depok.
Wilcox, Lynn. 2018. Psikologi Kepribadian. Yogyakarta: IRCiSoD.
Dirgagunasa, Ningsih. (1996). Pengantar Psikolog. Jakarta: Mutiara Sumber Widya.

Anda mungkin juga menyukai