Anda di halaman 1dari 26

KATA PENGANTAR

Puji syukur saya panjatkan kehadapan Tuhan Yang Maha Esa, karena
berkat rahmat dan karunia-Nyalah makalah ini dapat terselesaikan tepat pada
waktunya. Makalah ini merupakan tugas mata kuliah Prilaku & Perancangan
Arsitektur yang berjudul ”Behavior Mapping (Pemetaan Prilaku)”.

Saya mengucapkan terima kasih kepada Ibu Nova Purnama Lisa, ST,M.Sc
selaku dosen pengajar yang telah meluangkan waktunya untuk membimbing dan
memberi ilmu dalam proses pembuatan makalah ini sehingga saya berhasil
menyusun makalah ini tepat pada waktunya.

Saya menyadari bahwa makalah yang saya buat ini jauh dari kata
sempurna. Oleh karena itu, saya mengharapkan dukungan-dukungan, saran dan
kritik yang bersifat membangun demi kesempurnaan makalah ini. Saya juga
meminta maaf apabila terdapat kesalahan-kasalahan pada makalah ini. Semoga
makalah ini dapat memberikan manfaat positif bagi pembaca sekalian.

Lhokseumawe, 15 Januari 2019

Hormat saya,

BEHAVIOR MAPPING | PERILAKU DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR 1


DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.............................................................................................1
DAFTAR ISI............................................................................................................2

ABSTRAK...............................................................................................................3

PENDAHULUAN....................................................................................................3

A. Latar Belakang.............................................................................................3
B. Rumusan Masalah........................................................................................4
C. Tujuan Penelitian.........................................................................................5
D. Manfaat Peneltian........................................................................................5
E. Lingkup Pembahasan..................................................................................5
TINJAUAN PUSTAKA.........................................................................................6

1. Definisi Perilaku Menurut Para Ahli.....................................................6


2. Kajian Arsitektur Dan Perilaku.............................................................7
3. Tinjauan Khusus...................................................................................8

METODE PENELITIAN......................................................................................17

1. Material................................................................................................17
2. Parameter.............................................................................................18
3. Record.................................................................................................18
4. Analisis................................................................................................21
PENUTUP

Kesimpulan...............................................................................................25

Saran.........................................................................................................25

DAFTAR PUSTAKA.........................................................................................26

BEHAVIOR MAPPING | PERILAKU DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR 2


ABSTRAK

Penelitian ini di lakukan untuk mengetahui betapa besar pengaruh pola perilaku
manusia dengan keadaan sekitarnya. Rumah sakit Bungan Melati adalah salah
satu rumah sakit kategori kecil yang ada di kota Lhokseumawe, dikarenakan
fasilitas layanan yang tidak mencukupi seperti rumah sakit lainnya di ACEH.
Sistem aktivitas dalam sebuah lingkungan terbentuk dari rangkaian sejumlah
behavior setting. Sistem aktivitas seseorang juga menggambarkan motivasi, sikap,
dan pengetahuan tentang dunia dengan batasan penghasilan, kompetensi dan nilai-
nilai budaya yang bersangkutan. Di penelitian ini bnyak terdapat pengaruh positif
dan negative di semua ruang yang tercipta dari keadaan dan setting lingkungan di
sekitarnya.

Kata Kunci : perilaku, rumah sakit, lingkungan.

PENDAHULUAN

Manusia memiliki kepribadian individual sebagaimana juga mahluk sosial


hidup bermasyarakat dalam suatu kolektivitas. Manusia juga merupakan pusat
lingkungan dan sekaligus bagian dari lingkungan. Dalam setiap aktivitas manusia,
terutama yang berada di perkotaan biasanya tidak dapat dipisahkan dari
pemanfaatan ruang seperti halnya dalam penggunaan ruang terbuka publik.

Menurut J. Wiesman 1981 (dalam Jumratul Akbar, 2011) ada tiga


komponen yang mempengaruhi interaksi antara manusia dengan
lingkungannya, kerangka interaksi tersebut disebut model sistem perilaku
lingkungan, model tersebut yaitu:

a. Setting fisik disebut lingkungan fisik, tempat tinggal manusia. Setting


Dapat dilihat dalam dua hal, yaitu komponen dan properti.

b. Fenomena Perilaku individu manusia yang menggunakan setting fisik

dengan tujuan tertentu.

b. Organisasi, organisasi dapat dipandang sebagai institusi atau pemilik yang

BEHAVIOR MAPPING | PERILAKU DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR 3


mempunyai hubungan dengan setting. Kualitas hubungan antara setting
dengan organisasi disebut atribut atau “Fenomena Perilaku”.

A. Latar Belakang

Manusia tidak dapat lepas dari lingkungannya. Setiap aspek dalam


kehidupannya manuasia selalu berada dalam lingkungan tertentu. Hal ini
merupakan salah satu indikasi bahwa manusia memang tidak bisa lepas dari
lingkungannya.

Pola perilaku manusia sedikit banyak juga di tentukan oleh keadaan


lingkungan sekitarnya. Lingkungan memiliki peran penting dalam membentuk
karakter manusia. Lingkungan juga dapat menjadi sarana bagi manusia dalam
memenuhi kebutuhannya seperti bekerja, tidur, makan relreasi, ibadah dan
berbagai aktivitas lainnya yang mendukung kebutuhan ruang dan lingkungan.
Dalam memenuhi kebutuhan tersebut, terlihat adanya perilaku dari
penggunanya. Barker seorang tokoh psikologi ekologi yang mengembangkan
penelitian perilaku individual di lapangan, bukan di laboraturium seperti pada
umumnya perilaku psikologi tradisional, menelusuri bahwa pola perilaku
manusia berkaitan dengan tatanan lingkungan fisiknya, dan melahirkan
konsep tatar perilaku (behavior setting).

Di penelitian ini dibuktikan bahwa pola perilaku manusia itu ditentukan


oleh keadaan dan tatanan lingkungan di sekitarnya.

B. Rumusan Masalah

Penulisan ini mengangkat masalah bagaimana perilaku pengguna ruang,


dalam hal ini saya mengambil studi rumah sakita Melati kota
Lhokseumawe. Rumah sakit adalah sebuah instutusi perawatan kesehatan
profesional yang pelayananya disediakan oleh dokter, perawat dan tenaga
ahli kesehatan lainnya. Adapun peninjauan lainnya dalam tinjauan space
central mapping hanya di beberapa tempat seperti; parkiran, tempat
peletakan sendal dan sepatu, lobby dan koridor ruang di setiap lantai yang

BEHAVIOR MAPPING | PERILAKU DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR 4


sifatnya hampir keseluruhan tipical dengan tinjauan dari beberapa atribut
perilaku seperti; teritority dan kenyamanan

C. Tujuan Penelitian
Tujuan dari penulisan ini adalah menganalisis, memahami dan

mengungkapkan proses produksi ruang dalam setiap aspek di kehidupan

manusia.

D. Manfaat Penelitian
Adapun beberapa manfaat penelitian ini yaitu :
a. Pengembangan ilmu Dapat mengkaji perilaku pengunjung yang
berada dalam lingkungan rumah sakit.
b. Peneliti Sebagai sebuah bahan referensi dan memperkaya ilmu
pengetahuan kepada peneliti lain yang akan mengadakan penelitian
selanjutnya khususnya dengan ilmu arsitektur, ataupun teori yang
digunakan dalam permasalahan yang ada khususnya tentang masalah
arsitektur perilaku.

E. Lingkup Pembahasan

Adapun lingkup pembahasan pada perancangan ini yaitu bagian dari evaluasi
untuk pengunjung dalam pengamatannya berfokus pada pada perilaku pengunjung
rumah sakit dengan pengamatan peralatan atau tempat di Rumah sakit Bunga
Melati.

BEHAVIOR MAPPING | PERILAKU DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR 5


TINJAUAN PUSTAKA

Pendekatan Perilaku dan Lingkungan Pola perilaku manusia didalam


lingkungan merupakan proses interaksi antar manusia dan lingkungan yang
melibatkan motivasi dan kebutuhan-kebutuhan individual maupun sosial. Karena
penekanannya lebih pada interaksi antara manusia dan ruang. Pendekatan ini
cenderung menggunakan istilah seting daripada ruang.

1. Definisi Perilaku Menurut Para Ahli


A. Clovis Heimsath (1988), dijelaskan bahwa perilaku adalah suatu
kesadaran akan struktur sosial dari orang-orang, suatu gerakan bersama
secara dinamik dalam waktu.
B. Menurut Notoatmodjo (2003), perilaku manusia adalah semua kegiatan
atau aktivitas manusia, baik yang diamati langsung, maupun yang tidak
dapat diamati oleh pihak luar.
C. Menurut Donna P. Duerk “…That people and their behavior are part of
a whole system that includes place and environment, such that behavior
and environment cannot be empirically separated. That is to say, human
behavior always happen in a place and they cannot be fully evaluated
without considering the environmental influence.”(…bahwa manusia
dan perilakunya adalah bagian dari system yang menempati tempat dan
lingkungan, sehingga perilaku dan lingkungan tidak dapat dipisahkan
secara empiris. Karena itu perilaku manusia sealu terjadi pada suatu
tempat dan tidak dapat dievaluasi secara keseluruhan tanpa
pertimbangan faktor-faktor lingkungan.) (Donna P. Duerk, 1993).
Dijelaskan bahwa hubungan antara perilaku dan lingkungan yang saling
berkaitan. Contoh sebagai berikut:
a) Lingkungan yang mempengaruhi perilaku manusia.
Orang cenderung menduduki suatu tempat yang biasanya diduduki
meskipun tempat tersebut bukan tempat duduk, misalnya susunan anak
tangga, bagasi mobil yang besar dan sebagainya.
b) Perilaku manusia yang mempengaruhi lingkungan

BEHAVIOR MAPPING | PERILAKU DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR 6


Pada saat orang cenderung memilih jalan pintas yang dianggapnya
terdekat dari pada awal melewati pedestrian yang memutar. Sehingga
orang tersebut tanpa sadar telah membuat jalur sendiri meski telah
disediakan pedestriaan.

2. Kajian Arsitektur Dan Perilaku


Perilaku manusia yang dipahami sebagai pembentuk arsitektur tapi
juga arsitektur dapat membentuk perilaku manusia. Seperti yang telah
dikemukakan oleh Winston Churchill (1943) dalam Laurens (2004) “We
shape our buildings; then they shape us”.
Manusia membangun bangunan demi pemenuhan kebutuhannya
sendiri, kemudian bangunan itu membentuk perilaku manusia yang hidup
dalam bangunan tersebut. Bangunan yang didesain oleh manusia yang
pada awalnya dibangun untuk pemenuhan kebutuhan manusia tersebut
mempengaruhi cara manusia itu dalam menjalani kehidupan sosial dan
nilai-nilai yang ada dalam hidup. Hal ini menyangkut kestabilan antara
arsitektur dan sosial dimana keduanya hidup berdampingan dalam
keselarasan lingkungan.
Perilaku manusia itu sendiri dipahami sebagai sekumpulan perilaku
yang dimiliki oleh manusia dan dipengaruhi oleh adat, sikap, emosi, nilai,
estetika, kekuasaan, persuasi dan/atau genetika. Faktor-faktor yang
mempengaruhi perilaku manusia yaitu sebagai berikut:
a. Genetika
b. Sikap adalah suatu ukuran tingkat kesukaan seseorang terhadap
perilaku tertentu
c. Norma sosial adalah pengaruh tekanan sosial
d. Kontrol perilaku pribadi adalah kepercayaan seseorang mengenai sulit
tidaknya melakukan perilak. Lingkungan fisik berpengaruh terhadap lingkungan
secara timbal balik dijelaskan oleh Gibson (Lang) pada diagram berikut:

BEHAVIOR MAPPING | PERILAKU DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR 7


Tinjauan Khusus

Kombinasi Perilaku Manusia

Roger Barker dan Herbert Wright memakai istilah behavior setting untuk
menjelaskan tentang kombinasi perilaku tertentu, Salah satu contoh, ketika
seorang dosen menyiapkan suatu perkuliahan, atau seorang direktur menyusun
agenda rapat tim direksinya, maka setiap orang bertindak untuk memastikan akan
keberadaan suatu behavior setting (Laurens, 2004).

Pada setiap kasus tersebut, direncanakan adanya serangkaian aktivitas bersama


orang lain ketika terdapat sejumlah pola perilaku tertentu yang dikombinasikan
dengan objek tertentu dalam batasan ruang dan waktu tertentu.

Dalam banyak kajian arsitektur lingkungan dan perilaku, istilah behavior setting
di jabarkan dalam dua istilah, dimana keterkaitan antara keduanya membentuk
satu behavior setting tertentu, dua istilah dalam behavior setting yaitu:

1. System of setting yaitu sistem tempat atau ruang diartikan sebagai


rangkaian unsur-unsur fisik atau spasial yang mempunyai hubungan
tertentu dan terkait hingga dapat dipakai untuk suatu kegiatan tertentu.
Contoh dari seting ini adalah ruang yang dimanfaatkan sebagai ruang
untuk pameran, ruang terbuka atau trotoar yang ditata untuk berjualan kaki
lima.

2. System of activity yaitu sistem system kegiatan diartikan sebagai suatu


rangkaian perilaku yang secara sengaja dilakukan oleh satu atau beberapa
orang.

BEHAVIOR MAPPING | PERILAKU DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR 8


Fungsi dari behavior setting adalah untuk mengevaluasi desain
lingkungan. Dengan mencermati behavior setting, dapat dianalisis hasil
rancangan, hubungan antar seting, titik perhatian (focal points) atau tempat-tempat
yang merupakan konsentrasi perilaku manusia.

Behavior setting sendiri memiliki beberapa karakteristik seperti:

1. Sejumlah perilaku dapat terjadi di dalam sebuah ruangan berdinding


empat.
2. Behavior setting memiliki saling ketergantungan antara pola perilaku
yang terjadi dengan latar belakang lingkungan fisik.
3. Perilaku kelompok berbeda dengan perilaku individu. Perilaku-perilaku
yang hadir terkadang tidak menarik bagi penampilan individu, tapi dapat
menjadi menarik terhadap seting.
4. Pola perilaku yang terjadi dan latar belakang lingkungan fisik dapat
berubah atau diubah karena keduanya mampu mengubah behavior setting

Teori Setting

Berdasarkan elemen pembentuknya

Rapoport (1997) dalam Haryadi dan B Setiawan (2010), setting dapat


dibedakan yaitu:

1. Komponen fix, yaitu elemen yang pada dasarnya tetap atau perubahannya
jarang

dan lambat seperti ruang, jalan, pedestrian, dan lain-lain.

2. Komponen semi fix, yaitu elemen- elemen yang agak tetap, dapat terjadi
perubahan cukup cepat dan mudah seperti

pohon, street furniture, tempat PKL.

3. Komponen non fix, yaitu elemen-elemen yang berhubungan dengan perilaku


manusia dalam menggunakan ruang.

BEHAVIOR MAPPING | PERILAKU DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR 9


Teori Model Sistem Lingkungan –Perilaku

Menurut J. Wiesman (1981) ada tiga

komponen yang mempengaruhi interaksi antara manusia dengan lingkungannya,


kerangka interaksi tersebut disebut model sistem perilaku lingkungan, model
tersebut yaitu:

a) Setting fisik disebut lingkungan fisik, tempat tinggal manusia. Setting dapat
dilihat dalam dua hal, yaitu komponen dan properti.

b) Fenomena Perilaku individu manusia yang menggunakan setting fisik


dengan

tujuan tertentu.

c) Organisasi, organisasi dapat dipandang sebagai institusi atau pemilik yang


mempunyai hubungan dengan setting. Kualitas hubungan antara setting
dengan organisasi disebut atribut atau “Fenomena Perilaku”.

Menurut Weisman (1981) atribut yang muncul dari interaksi dapat dirinci
menjadi 12 (dua belas) yaitu :

a) Kenyamanam (comfort) adalah keadaan lingkungan yang memberikan rasa


yang sesuai kepada pancaindera dan antropometrik disertai oleh fasilitas- fasilitas
yang sesuai dengan kegiatannya. Antropometrik adalah proporsi dan dimensi
tubuh manusia serta karakteristik fisologis dan kesanggupan berhubungan
dengan berbagai kegiatan manusia yang berbeda-beda. Antropometrik disebut
juga sebagai faktor manusiawi yang secara dimensional mempengaruhi
perancangan Arsitektur.

b) Sosialitas (sociality) adalah tingkat kemampuan seseorang dalam


melaksanakan hubungan sosial di suatu setting. Suatu tingkat dimana
manusia dapat mengungkapkan dirinya dalam hubungan perilaku sosial
dihubungkan secara langsung pada susunan tempat duduk dan meja di suatu

BEHAVIOR MAPPING | PERILAKU DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR 10


ruang umum. Jarak antar individu, perilaku non verbal seperti sudut tubuh,
kontak mata, ekspresi muka akan menunjukkan kualitas sosialisasi.

c) Visibilitas (visibility) adalah kemampuan untuk dapat melihat


tanpa terhalang secara visual pada objek yang dituju. Visibilitas berkaitan
dengan jarak yang dirasakan oleh manusia. Namun jarak yang dirasakan
tersebut bukan hanya jarak secara dimensional/geometric saja, namun
menyangkut persepsi visual di mana manusia merasa ada tidaknya halangan
untuk mencapai objek yang dituju.

d) Aksesibilitas (accessibility) adalah kemudahan bergerak melalui dan


menggunakan lingkungan. Kemudahan bergerak yang dimaksud adalah
berkaitan dengan sirkulasi (jalan) dan visual.

e) Adaptabilitas (adaptability) adalah kemampuan lingkungan untuk


dapat menampung perilaku berbeda yang belum ada sebelumnya.

f) Rangsangan inderawi (sensory stimulation) adalah kualitas dan


intensitas perangsang sebagai pengalaman yang dirasakan oleh
indera manusia.

g) Kontrol (control) adalah kondisi suatu lingkungan untuk


mewujudkan personalitas menciptakan teritori serta membatasi suatu ruang.

h) Aktivitas (activity) adalah perasaan adanya intensitas padaperilaku


yang terus

menerus terjadi di dalam suatu lingkungan.

i) Kesesakan (crowdedness) adalah perasaan tingkat kepadatan (density)


di
dalam suatu lingkugan.
j) Privasi (privacy) adalah kemampuan untuk memonitori jalannya
informasi

yang terlihat dan terdengar baik dari atau di suatu lingkungan. Privasi
adalah keinginan atau kecenderungan pada diri seseorang untuk tidak
diganggu kesendiriannya.

BEHAVIOR MAPPING | PERILAKU DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR 11


k) Makna (meaning) adalah kemampuan suatu lingkungan
menyajikan makna individual atau kebudayaan bagi manusia.

l) Legibilitas (legibility) adalah suatu kemudahan bagi seseorang untuk dapat


mengenal atau memahami elemen- elemen kunci dan hubungan dalam
suautu lingkungan yang menyebabkan orang tersebut menemukan jalan atau
arah.

Gambar 2.1 Skema Atribut atau

Fenomena Perilaku (J.Weisman 1981)

Pusat model yang mewakili titik pertemuan dari tiga sub sistem adalah
atribut dari lingkungan sekitar, yang muncul dari interaksi individu, organisasi
dan pengaturan fisik. Atribut Jadi, Fenomena perilaku merupakan bentuk
interaksi antara manusia dengan lingkungan (seting) fisik.

Konsep Perilaku pada Ruang Publik

Menurut Jonce Marcella Laurens

(dalam Moharromul Kirom, 2012), Manusia mempunyai keunikan tersendiri,

keunikan yang dimiliki setiap individu akan

BEHAVIOR MAPPING | PERILAKU DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR 12


mempengaruhi lingkungan sekitarnya. Sebaliknya, keunikan lingkungan juga
mempengaruhi perilakunya.

Persepsi Lingkungan (Environmental Perception)

Setiawan B. Haryadi (1995), menyatakan bahwa presepsi


lingkungan atau environmental perception adalah interprestasi tentang suatu
seting oleh individu, didasarkan latar belakang budaya, nalar, dan pengalaman
individu tersebut. Setiap individu, dengan demikian, akan mempunyai
presepsi lingkungan yang berbeda, karena latar belakang budaya, nalar,
serta pengalamannya berbeda.

Seting Perilaku (Behavior Setting)

Barker dan Wright (1968) dalamLaurens (2004:133) mengungkapkan


ada kelengkapan kriteria yang harus dipenuhi oleh sebuah entitas, agar dapat
dikatakan sebagai sebuah behavior setting yang merupakan suatu kombinasi
yang stabil antara aktivitas, tempat, dengan kriteria sebagai berikut :

1. Terdapat suatu aktivitas yang berulang, berupa suatu pola perilaku (standing
pattern of behavior).

2. Tata lingkungan tertentu (circumjacent milieu), milieu berkaitan dengan


pola

perilaku.

3. Membentuk suatu hubungan yang sama antar keduanya (synomorphy).

4. Dilakukan pada periode waktu tertentu.

Ruang Personal (Personal Space)

Yang diusulkan oleh antropolog E. T. Hall (1963, 1966), konsep ruang


pribadi sebagai bentuk komunikasi nonverbal. Menurut Hall, jarak antara

BEHAVIOR MAPPING | PERILAKU DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR 13


individu menentukan kualitas dan kuantitas rangsangan yang dipertukarkan
(misalnya, komunikasi taktil hanya terjadi di dekat).

Tabel 2.1 Jenis Interpersonal Hubungan, Aktivitas, dan


Kualitas Sensory Karakteristik Hall Zona Ruang

Teritori (Territory)

Menurut Altman 1975 (dalam Haryadi,

2010) membagi teritori menjadi tiga kategori. Tiga kategori tersebut adalah:

primary, secondar, serta public territory.

1. Teritori utama (primary) adalah suatu area yang dimiliki, digunakan serta
eksklusif, disadari oleh orang lain, dikendalikan secara permanen, serta
menjadi bagian utama dalam kehidupan sehari-hari penghuninya

2. Teritori sekunder (secondary) adalah suatu area yang tidak terlalu


digunakan

secara eksklusif oleh seseorang atau sekelompok orang, mempunyai cakupan

BEHAVIOR MAPPING | PERILAKU DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR 14


area yang cukup luas, dikendalikan secara berkala oleh kelompok yang
menuntutnya.

3. Teritori publik (public territory) adalah suatu area yang dapat digunakan
atau

dimasuki oleh siapapun, tetapi ia harus mematuhi norma-norma serta


aturan yang berlaku di area tersebut.

Privasi

Pengertian privasi yang diungkapkan

oleh Altman (1975) terdapat 6 jenis yang salah satunya adalah keinginan untuk
tidak terlibat dengan tetangga/orang lain yang pengertiannya kurang lebih sama
dengan pendapat Sommer. Definisi privasi menurut Rapoport privasi dalam
kaitan kontrol selektif adalah satu kemampuan seseorang untuk mengendalikan
proses interaksi dalam lingkungan dimana mereka berada.

Ruang Publik

Menurut Carr (1992) pada bukunya

yang berjudul Public Space, ruang publik adalah ruang milik bersama dimana
publik dapat melakukan berbagai macam aktivitas dan tidak dikenakan biaya
untuk memasuki area tersebut.

Fungsi Ruang Terbuka Publik

Menurut Stephen Carr 1992

menyatakan bahwa ruang terbuka publik harus responsif, demokratis, dan


bermakna.

- Responsif artinya ruang terbuka publik harus dapat digunakan untuk


berbagai kegiatan dan kepentingan luas.

- Demokratis berarti ruang terbuka publik yang harus dapat digunakan


oleh

BEHAVIOR MAPPING | PERILAKU DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR 15


masyarakat umum dari berbagai latar belakang sosial, ekonomi, dan budaya
serta aksesibel yang bagi penyandangcacat tubuh, lanjut usia, dan
berbagai macam kondisi fisik manusia.

- Bermakna berarti ruang terbuka publik yang harus memiliki tautan


dengan

manusia, dunia luas, dan konteks sosial.

- Merupakan simpul dan sarana komunikasi pengikat sosial untuk


menciptakan interaksi antar kelompok masyarakat.

BEHAVIOR MAPPING | PERILAKU DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR 16


METODE PENELITIAN

Metode penelitian adalah rangkaian dari cara/kegiatan pelaksanaan


penelitian dan didasari oleh pandangan filosofis, asumsi dasar, dan ideologis serta
pertanyaan dan isu yang dihadapi. Dalam penelitian ini metode yang digunakan
adalah MPRA yaitu Material, Parameter, Record dan Analysis.

Material merupakan rencana lokasi atau gambaran peta dari objek yang
akan diteliti, gambaran peta dibuat untuk menangkap gerakan dan prilaku,
mengumpulkan data secara visual dalam prosesnya.

Parameter merupakan tindakan mencantumkan prilaku yang direkam


selama melakukan pengamatan langkah ini penting untuk membantu peneliti
menghindari membuat asumsi tentang prilaku yang mungkin mereka hadapi
selama penilitian berlangsung. Kembangkan pula metode notasi untuk menemukan
perilaku yang tercatat di peta. Seperti inisial,simbol atau titik warna.

Record merpakan kegiatan peneliti dalam mencatat kegiatan pelaku secara


tunggal, membuat notasi di peta sampai salah satu syarat untuk menghentikan
observasi terpenuhi. Pada titik ini, peneliti baru bisa mengamati peserta berikutnya
yang datang.

Analysis yaitu melihat hasil secara keseluruhan. Misalnya secara visual


menyatukan hasil amatan jalur yang diambil peserta dapat membantu menemukan
zona lalu lintas yang padat dibandingkan area yang kurang dimanfaatkan.

ANALISIS DAN PEMBAHASAN

1.1 Tempat dan Waktu Penelitian

Tempat penelitian ini adalah Rumah Sakit Bunga Melati Jln. Samudera
Baru No. 3. Keude Aceh Kec. Banda Sakti, 24300 Aceh Lhokseumawe.
Waktu yang dibutuhkan untuk penelitan dilakukan yaitu Senin-Rabu pada
jam 20.00-22.00 WIB.

BEHAVIOR MAPPING | PERILAKU DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR 17


2.2 Teknik Pengambilan Data

Pada penelitian ini pengumpulan data menggunakan metode sebagai


berikut :

 Dokumentasi

Dokumentasi digunakan untuk mendukung pertanyaan-pertanyaan


saat wawancara dan juga sebagai bukti kuat untuk hak ciptanya.
Dokumntasi yang digunakan untuk wawancara dalam penelitian ini
adalah dokumentasi hasil penelitian awal dari Rumah Sakit Bunga
Melati.

1. Material

Tempat penelitian ini adalah


Rumah Sakit Bunga Melati Jln.
Samudera Baru No. 3.

Keude Aceh Kec. Banda Sakti,


24300 Aceh Lhokseumawe.

2. PARAMETER DAN RECORD

a. Penggunaan space dan perilaku pengguna space di parkiran sangat bagus,


karena penataan dan tempat parkiran tergolong sedang untuk luasannya yang
telah dibuat oleh rumah sakit Bunga Melati. Sangat tepat untuk pengguna
parkiran karena mudah untuk di akses sehingga menciptakan sebuah perilaku
ketertiban bagi pengguna space.

BEHAVIOR MAPPING | PERILAKU DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR 18


GAMBAR 1. Letak eksisting kendaraan pada parkiran.

b. Pengguna space dan perilaku yang tecipta karena adanya fasilitas

AJAKAN

PANDUAN

Menurut DEPKES 2007, mencuci tangan adalah proses yangsecara


mekanis meleppaskan kotoran dan debris dari kulit tangan dengan menggunakan
sabun biasa dan air. Tujuan mencuci tangan menurut DEPKES 2007 adalah

BEHAVIOR MAPPING | PERILAKU DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR 19


merupakan salah satu unsur pencegahan penularan infeksi. Oleh karena itu,
banyak sekali himbauan yang ada di rumah sakit ini terkait pentingnya mencuci
tangan lewat perilaku sederhana.

Ajakan tersebut berupa poster bahkan sampai peragaan yang sering di


adakan di area lobby setiap pagi dan siang hari. Peragaan tersebut secara tidak
langsung menarik perhatian bahkan banyak anak-anak yang turut menyaksikan
peragaan tersebut, hal ini secara tidak langsung dapat menciptakan perilaku positif
yang di mulai sejak dini untuk menghasilkan diri dan lingkungan yang sehat dan
bersih.

c. Penggunaan Space dan Perilaku di Lobby

Lobby adalah sebuah ruang yang sanagt dibutuhkan pada bangunan


umum seperti rumah sakit, di lobbylah tempat terjadi interaksi pertama
antara resepsionis dengan pengunjung, namun sangat disayangkan
diakibatkan resepsionis rumah sakit ini kurang disiplin membuat
pengunjung harus menelpon pasien untuk membimbing mereka keruang
inap yang ada, hal tersebut tidak seharusnya terjadi dirumah sakit karena
merugikan pihat pengunjung dan memperlambat bahkan bisa
mengganggu proses penyembuhan dari pasien itu sendiri. Hingga ada
dimana penyelesaian administrasi pengguna space harus menunggu lama
kerna keadaan tersebut. Tempat duduk yang disediakan di lobby ini
kurang shingga sebagian pengguna space di lobby ini harus mengantri
untuk mendapatkan tempat duduk.

Area kantor dalam lobby yang sempit


membuat pergerakan terganggu dan
memperlambat proses administrasi
pengunjung.

GAMBAR 3. Aktivitas ruang


lobby

BEHAVIOR MAPPING | PERILAKU DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR 20


d. Pengguna space dan perilaku di koridor

Hasil survey di koridor sangat mengkhawatirkan karena sangat banyak


aktivitas yang terjadi disana selain orang yangberlalu lalang. Di koridor
juga bnayk anak-anak yang bermain dan berlarian, sebagian pengunjung
juga harus menunggu dikoridor sambil duduk, di akibatkan setting ruang
yang tidak nyaman bagu pengguna space menciptakan sebuah perilaku
yang buruk bagi pengguna space.

GAMBAR 4. Aktivitas di koridor

3. ANALISIS

e. Pengguna space dan perilaku di parkiran

Apabila luasan berkategori yang cukup dan setting peletakan ruang tepat
untuk sebuah ruang. Maka aksebilita s yang muncul sangat baik untuk
pengguna space sendiri dan juga pemilik tempat. Kareng terjadi disana
ialah tertata dengan rapi semua kendaraan tanpa perlu di tata kembali oleh
tukang parkir untuk menata karena telah ada space tersendiri bagi semua
kendaraan. Ini merupakan sebuah perilkau yang baik terjadi karena tingkat
keamanan dan kenyamanan untuk pengguna space itu terpenuhi.

f. Pengguna space dan perilaku di rak sepatu

Tempat peletakan rak sepatu yang tidak tepat dan penyediaan rak
sepatu yang tergolongminim dan di bandingkan dengan jumlah pengguna,
membuat sedikit reting rumah sakit Bunga Melati itu turun di mata
BEHAVIOR MAPPING | PERILAKU DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR 21
masyarakat, karena membuat membuat pengunjung atau pengguna space
lainnya merasa tidak nyaman dengan keberadaan rak sepatu tersebut,
sehingga menciptakan perilaku tidak baik bagi pengguna space dengan
meninggalkan alas kakinya di depan pintu utama seperti tempat yang tidak
pantas dan tidak nyaman bagi yan melihatnya.

g. Perilaku Pengunjung terhadap Handtub

Banyaknya ajakan dan trik yang diberikan Admin rumah sakit menjadikan
ini sebagai kebiasaan yang telah ada di rumah sakit Bunga melati ini,
pengunjung secara tidak langsung mengikuti saran dan ajakan demi ajakan
untuk mencuci tangan dengan benar seperti yang telah di paparkan baik
dengan media poster maupun secara langsung.

h. Pengguna space dan perilaku di lobby

Lobby dan ruang tunggu di rumah sakit Bunga Melati yang


berfungsi sebagai tempat pengurus administrasi berkategori kecil,
sehingga tidak banyak terdapa tempat duduk, membuat banyak
pengunjung yang berdiri, hal ini tidak efektif apabila seting peletakan
prabot di ruang tunggu ini tidak dirumah, akan memunculkan
ketidaknyamanan bagi pengguna space yang berkelangsungan.

i. Pengguna space dan perilaku di koridor

Koridor di rumah sakit Bunga Melati selain tempat untuk melintas


juga digunakan sebagai ruang tunggu, walaupun tidak ada tempat untuk
duduk, mereka langsung duduk tanpa menggunakan alas, lain halnya
dengan anak-anak yang berlarian di area koridor. Apabila hal ini tetap
dipertahankan oleh rumah sakit Bunga Melati ini, akan menurunkan rasa
kepercayaan terhadap kualitas kenyamanan terhadap rumah sakit ini

ANALISIS MAPPING PLACE CENTER BEHAVOIR SPACE

Penelitian ini menggunakan pendekatan penelitan deskriptif yaitu sebuah


metode penelitian yang bertujuan untuk menjelaskan fenomena-fenomena yang
ada dan yang sedang berlangsung saat ini dan cenderung menggunakan analisis

BEHAVIOR MAPPING | PERILAKU DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR 22


sehingga hasil dari behavior mapping diterjemahkan ke dalam data
deskriptif.

Dalam menjawab tujuan pertama yaitu mengidentifikasi perilaku atau


atribut masyarakat dalam memanfaatkan ruang terbuka publik di pusat Kota
Ternate. Menggunakan behaviour mapping yaitu Person-centered Maps. Dalam
menggunakan Person-centered Maps ini tujuannya yaitu untuk mendapatkan
pemetaan terhadap pengunjung Rumah Sakit Bunga Melati menggambarkan
pola sirkulasi pengunjung saat masuk hingga keluar hasilnya yaitu terdapat pola
perilaku/kecenderungan perilaku berulang yang ditemukan pada setiap sampel.

Dalam menjawab tujuan kedua yaitu menemukan atribut dominan


lingkungan dari perilaku masyarakat. Yaitu behaviour

mapping yang digunakkan Person-centered maps, Place-centered maps dan


Physical

Traces. Penggunaan Place-centered Maps ini untuk mendapatkan pemetaan


terhadap pengunjung yang datang ke Rumah Sakit Bunga Melati
menggambarkan kecenderungan orang yang mengelompok pada suatu waktu
tertentu. Dan Physical Traces digunakan untuk mengetahui jejak yang dapat
menjadi acuan perbaikan rancangan dengan memperhatikan lingkungan fisik
di sekitar untuk menemukan aktifitas sebelumnya. Secara tidak sadar manusia
akan meninggalkan jejak pada setiap aktifitasnya, seperti tapak kaki di tanah
atau bercak tangan di lantai.

Hasil dari penggunaan Behaviour mapping dapat melihat perilaku


dominan masyarakat/ pengunjung yang terjadi di lokasi penelitian.

Pola perilaku pegunjung ini sendiri berpusat pada lobby yang selalu ramai
dan menjadi pusat kegiatan pengunjung rumah sakit. Rumah sakit Bunga Melati
ini memiliki interior yang mendukung nilai estetika dan kebersihannya terjaga
sehigga pengunjung merasa nyaman dan tidak merasa sedang berada dirumah
sakit. Hal ini di buat agar pengunjung dan pasien selalu merasa nyaman dan
tidak terlalu terisolasi pada bangunan rumah sakit itu sendiri.

BEHAVIOR MAPPING | PERILAKU DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR 23


PENUTUP

KESIMPULAN

Rumah sakit Bunga Mlati adalah salah satu rumah sakit kategori kecil di kota
Lhokseumawe, dikarenakan fasilitass layanan yang tidak mencukupi seperti
rumah sakit lainnya di Aceh. Sistem aktivitas dalam sebuah lingkungan terbentuk
darirangkaian sejumlah behavoir setting.

Sistem aktivitas seseorang juga menggambarkan motivasi, sikap dan pengetahuan


tentang dunia dengan batasan penghasilan, kmpetensi dan nilai-nilai budaya
yangb bersangkutan.

Di penelitian ini banyak terdapat pengauh positf dan juga negative di semua ruang
itu yang tercipta dari keadaan dan setting lingkungan di sekitarnya.

SARAN

Perilaku dari pasien menjadi tolak ukur suatu desain Rumah sakit, pelaku sebagai
media penyampaian emosi dan di tuangkan ke desain seorang Arsitek.
Penggunaan space dan pemanfaatannya sangat dibutuhkan.

BEHAVIOR MAPPING | PERILAKU DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR 24


DAFTAR PUSTAKA

Akbar, Jumratul. Et al. Karakteristik Atribut dan Persepsi


Mahasiswa Arsitektur dalam Proses Konsultasi di Jaft Undip.

Bell, P.A., Greene, T.C., Fisher, J.D., Baum, A. 1996. Environmental Psychology.
Fourth edition. Forth Word: Hartcourt Brace College Publisher.

Haryadi & B. Setiawan, Agustus 2010. Arsitektur, Lingkungan dan Perilaku.


Pengantar ke Teori, Metodologi dan Aplikasi. Penerbit Gadjah Mada University
Press. Indonesia

Setiawan. B dan Haryadi. 2010. Arsitektur, Lingkungan dan Perilaku. Yogyakarta:


Gadjah Mada University Press.

Online :

http://www.academia.edu/23969326/PENELITIAAN_POLA_PERILAKU_DAN
_LINGKUNGANRUMAH_SAKIT_BUNGA_MELATI

https://steemit.com/indonesia/@abieikram/sekilas-gambaran-rumah-sakit-umum-
bunga-melati

https://id.wikipedia.org/wiki/Peril ku_manusia

http://smartplusconsulting.com/2013/09/pengertian-rumah-sakit-menurut-
keputusan-menteri kesehatan-ri/

http://www.academia.edu/11806546/Pedoman_Teknis_Bangunan_Rumah_Sakit_
Ruang_Rawat inap

http://e-journal.uajy.ac.id/3282/7/5TA12118.pdf

https://galihendradita.wordpress.com/2016/01/26/sistem-pencahayaan-rumah
sakit/

http://www.academia.edu/31834938/Arsitektur_Rumah_Sakit

BEHAVIOR MAPPING | PERILAKU DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR 25


BEHAVIOR MAPPING | PERILAKU DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR 26

Anda mungkin juga menyukai