ASRI AWALUDDIN
NIM: 201109B0070184
OFFICE MANAGEMENT 14
POLITEKNIK NASIONAL LP3I MAKASSAR 2013
Makalah ini dibuat dengan berbagai observasi dan beberapa bantuan dari
berbagai pihak untuk membantu menyelesaikan tantangan dan hambatan selama
mengerjakan makalah ini. Oleh karena itu, kami mengucapkan terima kasih yang
sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan
makalah ini.
Akhir kata semoga makalah ini dapat memberikan manfaat bagi kita sekalian.
Penyusun
A. Saran ................................................................................................ 35
B. Kesimpulan ....................................................................................... 35
A. PENGERTIAN ETIKA
Etika (Yunani Kuno: "ethikos", berarti "timbul dari kebiasaan") adalah
sebuah sesuatu dimana dan bagaimana cabang utama filsafat yang mempelajari
nilai atau kualitas yang menjadi studi mengenai standar dan penilaian
moral.Etika mencakup analisis dan penerapan konsep seperti benar, salah, baik,
buruk, dan tanggung jawab.
B. DEFINISI ETIKA
- Menurut Bertens : Nilai- nilai atau norma – norma yang menjadi pegangan
seseorang atau suatu kelompok dalam mengatur tingkah lakunya.
- Menurut KBBI : Etika dirumuskan dalam 3 arti yaitu tentang apa yang baik dan
apa yang buruk, nilai yang berkenaan dengan akhlak, dan nilai mengenai benar
dan salah yang dianut suatu golongan atau masyarakat.
C. MACAM-MACAM ETIKA
Ada dua macam etika yang harus kita pahami bersama dalam
menentukan baik dan buruknya prilaku manusia :
1. Etika Deskriptif, yaitu etika yang berusaha meneropong secara kritis dan
rasional sikap dan prilaku manusia dan apa yang dikejar oleh manusia dalam
hidup ini sebagai sesuatu yang bernilai. Etika deskriptif memberikan fakta
sebagai dasar untuk mengambil keputusan tentang prilaku atau sikap yang
mau diambil.
2. Etika Normatif, yaitu etika yang berusaha menetapkan berbagai sikap dan
pola prilaku ideal yang seharusnya dimiliki oleh manusia dalam hidup ini
sebagai sesuatu yang bernilai. Etika normatif memberi penilaian sekaligus
memberi norma sebagai dasar dan kerangka tindakan yang akan diputuskan.
b. Etika sosial, yaitu berbicara mengenai kewajiban, sikap dan pola perilaku
manusia sebagai anggota umat manusia.
Perlu diperhatikan bahwa etika individual dan etika sosial tidak dapat
dipisahkan satu sama lain dengan tajam, karena kewajiban manusia terhadap
diri sendiri dan sebagai anggota umat manusia saling berkaitan. Etika sosial
menyangkut hubungan manusia dengan manusia baik secara langsung maupun
secara kelembagaan (keluarga, masyarakat, negara), sikap kritis terhadpa
pandangan-pandangana dunia dan idiologi-idiologi maupun tanggung jawab
umat manusia terhadap lingkungan hidup.
Dengan demikian luasnya lingkup dari etika sosial, maka etika sosial
ini terbagi atau terpecah menjadi banyak bagian atau bidang. Dan pembahasan
bidang yang paling aktual saat ini adalah sebagai berikut :
D. MANFAAT ETIKA
2. Sanksi Hukum
Skala besar, merugikan hak pihak lain.
Jika kita ingin mencapai target ditahun 2000, sudah saatnya dunia
bisnis kita mampu menciptakan kegiatan bisnis yang bermoral dan beretika,
yang terlihat perjalanan yang seiring dan saling membutuhkan antara
golongan menengah kebawah dan pengusaha golongan atas.
Dalam menciptakan etika bisnis, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan
antara lain yaitu pengendalian diri, pengembangan tanggung jawab sosial,
mempertahankan jati diri, menciptakan persaingan yang sehat, menerapkan
konsep pembangunan tanggung jawab sosial, mempertahankan jati diri,
menciptakan persaingan yang sehat, menerapkan konsep pembangunan
yang berkelanjutan, menghindari sikap 5K (Katabelece, Kongkalikong,
Koneksi, Kolusi, dan Komisi) mampu mengatakan yang benar itu benar, dll.
Dengan adanya moral dan etika dalam dunia bisnis, serta kesadaran semua
pihak untuk melaksanakannya, kita yakin jurang itu dapat dikurangi, serta kita
optimis salah satu kendala dalam menghadapi era globalisasi pada tahun
2000 an dapat diatasi.
Dengan kondisi seperti ini, pelaku bisnis kita jelas akan semakin
berpacu dengan waktu serta negara-negara lainnya agar terwujud suatu
tatanan perekonomian yang saling menguntungkan. Namun perlu kita
pertanyakan apakah yang diharapkan oleh pemimpin APEC tersebut dapat
terwujud manakala masih ada bisnis kita khususnya dan internasional
umumnya dihinggapi kehendak saling “menindas” agar memperoleh tingkat
keuntungan yang berlipat ganda. Inilah yang merupakan tantangan bagi etika
bisnis kita.
Jika kita ingin mencapai target pada tahun 2000 an, ada saatnya dunia
bisnis kita mampu menciptakan kegiatan bisnis yang bermoral dan beretika,
yang terlihat perjalanan yang seiring dan saling membutuhkan antara
golongan menengah kebawah dan pengusaha golongan keatas. Apakah hal
ini dapat diwujudkan ?
Moral lahir dari orang yang memiliki dan mengetahui ajaran agama dan
budaya. Agama telah mengatur seseorang dalam melakukan hubungan
dengan orang sehingga dapat dinyatakan bahwa orang yang mendasarkan
bisnisnya pada agama akan memiliki moral yang terpuji dalam melakukan
bisnis. Berdasarkan ini sebenarnya moral dalam berbisnis tidak akan bisa
ditentukan dalam bentuk suatu peraturan (rule) yang ditetapkan oleh pihak-
pihak tertentu. Moral harus tumbuh dari diri seseorang dengan pengetahuan
ajaran agama yang dianut budaya dan dimiliki harus mampu diaplikasikan
dalam kehidupan sehari-hari.
1. Pengendalian diri
11. Perlu adanya sebagian etika bisnis yang dituangkan dalam suatu hukum
Positif yang berupa peraturan perundang-undangan Hal ini
untuk menjamin kepastian hukum dari etika bisnis tersebut, seperti
“proteksi” terhadap pengusaha lemah. Kebutuhan tenaga dunia bisnis
yang bermoral dan beretika saat sekarang ini sudah dirasakan dan sangat
diharapkan semua pihak apalagi dengan semakin pesatnya
perkembangan globalisasi dimuka bumi ini.
A. ETIKA KEPEMIMPINAN
Pada pengertian yang paling dasar, etika adalah sistem nilai pribadi yang
digunakan memutuskan apa yang benar, atau apa yang paling tepat, dalam
suatu situasi tertentu; memutuskan apa yang konsisten dengan sistem nilai
yang ada dalam organisasi dan diri pribadi.
Bila pemimpin etik memiliki nilai-nilai etika pribadi yang jelas dan nilai-nilai etika
organisasi, maka perilaku etik adalah apa yang konsisten sesuai dengan nilai-
nilai tersebut. Ada beberapa saran yang diadaptasi dari Blanchard dan Peale
(1998) berikut ini:
Kode etik profesi merupakan inti yang melekat pada suatu profesi,
ialah kode perilaku yang memuat nilai etika dan moral. Hakim dituntut untuk
profesional dan menjunjung etika profesi. Profesionalisme tanpa etika
menjadikannya “bebas sayap” (vluegel vrij) dalam arti tanpa kendali dan tanpa
pengarahan. Sebaliknya, etika tanpa profesionalisme menjadikannya “lumpuh
sayap” (vluegel lam) dalam arti tidak maju bahkan tidak tegak. Pelanggaran atas
suatu kode etik profesi tidaklah terbatas sebagai masalah internal lembaga
Profesionalisme tanpa etika menjadikannya “bebas sayap” (vluegel vrij) dalam arti
tanpa kendali dan tanpa pengarahan. peradilan, tetapi juga merupakan masalah
masyarakat.
D. ETIKA MANAJERIAL
Definisi etika:
Peraturan dan prinsip yang mendefinisikan tindakan benar dan salah.
>>Pandangan utilitarian
Keputusan etika dibuat semata-mata berdasarkan hasil atau akibat keputusan
itu. Mendorong efisiensi dan produktivitas dan konsisten dengan tujuan
memaksimalkan laba.
>>Pandangan hak
Fokus pada penghormatan dan perlindungan hak dan kebebasan pribadi.
Melindungi hak individu seperti hak kerahasiaan, kebebasan berbicara, hidup
dan keamanan dan proses semestinya.
Kebudayaan ideal atau ideologi dapat disebut adat istiadat dan terdiri
atas tingkat nilai budaya,tingkat norma etika atau tingkat hukum dan tingkat
aturan khusus. Ketiga wujud kebudayaan tersebut berpengaruh terhadap
organisasi pemerintah. Kebudayaan ideal akan banyak mempengaruhi antara lain
visi,misi dan sistem nilai organisasi. Sistem sosial akan banyak mempengaruhi
perilaku anggota organisasi pemerintah,seperti dalam komunikasi,hubungan
kerja,kerjasama dan sistem kerja. Kebudayaan fisik juga mempengaruhi
perilaku,sistem kerja dan alat-alat kerjanya.
Setidaknya ada tujuh manfaat bagi seorang manajer untuk fokus pada
menjadi seorang pemimpin yang etis termasuk citra publik yang lebih baik dari
pemulihan organisasi atau peningkatan kepercayaan investor pencegahan dan
pengurangan hukuman pidana mencegah tuntutan hukum sipil karyawan yang
tidak bisa mereka keluhan bertemu memuaskan dalam perusahaan retensi
karyawan meningkat kepemimpinan pasar melalui oleh kepuasan pelanggan yang
meningkat dan menetapkan contoh bagi orang lain di pasar Hamm hal -. .
Referensi
Namun dengan segala hormat untuk survei AMA saya sangat percaya
itu jauh lebih dari penting apakah itu penting penting dan non-negotiable
karakteristik pemimpin yang efektif. Etika bisnis yang kuat merupakan pilar
perencanaan strategis saya dan berpikir strategis upaya pembinaan bisnis
masing-masing dan setiap hari. Klien didorong untuk mengembangkan
seperangkat nilai-nilai inti dan prinsip-prinsip dan mempublikasikan mereka untuk
klien mereka dan stakeholder untuk mengetahui bahwa ini adalah cara mereka
melakukan bisnis. Dan selanjutnya klien terus-menerus diingatkan untuk
memastikan nilai-nilai inti ditunjukkan dalam semua yang mereka lakukan.
Contoh perilaku yang tidak etis berlimpah dalam cerita bisnis di seluruh
dunia. Dan individu menyaksikan beberapa bentuk perilaku tidak etis di tempat
kerja mereka setiap hari. Perilaku tidak etis di mana orang sengaja berniat untuk
menyakiti dirinya sendiri atau orang lain berkembang dari dan diperkuat oleh
negara merusak pikiran termasuk rasa takut marah keserakahan dan iri. Dalam
kontrak perilaku etis meningkatkan kesejahteraan semua orang karena ids
Mengetahui apa yang benar sangat penting untuk etika pribadi dan
bisnis. Melakukan apa yang benar-benar penting untuk etika pribadi dan bisnis.
Sebuah komitmen yang teguh kuat terhadap nilai-nilai inti Anda dan prinsip-
prinsip bisnis Anda atau organisasi akan mengarah pada keputusan etis yang
tepat dan tindakan. Dengan tidak adanya tindakan ini semua orang memiliki
adalah niat baik dan itu saja tidak cukup untuk kepemimpinan yang efektif.
1. Norma
Norma social adalah suatu petunjuk hidup yang berisi larangan maupun
perintah. Yang membedakan nilai dan norma adalah nilai merupakan sesuatu
yang baik, diinginkan, dicita-citakan dan dipentingkan oleh masyarakat .
Sedangkan norma adalah kaidah atau pedoman , aturan berperilaku untuk
mewujudkan keinginan dan cita-cita tersebut , atau boleh dikatakan nilai adalah
2. Etika
Etika adalah filsafat moral yang berkaitan dengan studi tentang tindakan baik
atau buruk manusia dalam mencapai kebahagiaan.
Fungsi etika adalah sarana untuk memperoleh orientasi kritis berhadapan dengan
berbagai moralitas. Orientasi kritis diperlukan karena kita dihadapkan dengan
pluralisme moral. Etika bersifat lebih umum, konseptual, dan hanya berlaku dalam
pergaulan (saat ada orang lain). Sedangkan moral bersifat lebih detail dan secara
langsung, moral berlaku sepanjang hidup (ada atau tidak ada orang lain.
3. Hukum
Definisi hukum secara umum : himpunan peraturan yang dibuat oleh
yang berwenang dengan tujuan untuk mengatur tata kehidupan bermasyarakat
yang mempunyai ciri memerintah dan melarang serta mempunyai
sifat memaksadengan menjatuhkan sanksi hukuman bagi yang melanggarnya.(R.
Soeroso, SH)
Unsur-unsur yang terkandung dalam definisi hukum sebagai berikut :
1. peraturan dibuat oleh yang berwenang
2. tujuannya mengatur tata tertib kehidupan masyarakat
3. mempunyai ciri memerintah dan melarang
4. bersifat memaksa dan ditaati
Menurut Utrecht
Hukum merupakan himpunan petunjuk hidup – perintah dan larangan yang
mengatur tata tertib dalam suatu masyarakat yang seharusnya ditaati oleh seluruh
anggota masyarakat oleh karena itu pelanggaran petunjuk hidup tersebut dapat
menimbulkan tindakan oleh pemerintah/penguasa itu.
Sebabnya hukum ditaati orang menurut Utrecht, yaitu:
4. Karena adanya paksaan (sanksi) sosial. Orang merasakan malu atau khawatir
dituduh sebagai orang yang asosial apabila orang melanggar suatu kaidah
sosial/hukum.
Etika juga tidak terlepas dari hukum urutan kebutuhan (needs theory).
Menurut kerangka berfikir Maslow, maka yang paling pokok adalah bahwa
kebutuhan jasmaniah terpenuhi terlebih dahulu, agar dapat merasakan urgensi
kebutuhan estrem dan aktualisasi diri sebagai profesional. Pendapat kontroversial
responden Kohlberg menunjukkan bahwa menipu, mencuri, berbohong adalah
tindakan etis apabila itu digunakan dalam kerangka untuk melanjutkan hidup.
Etika merupakan salah satu cabang dari filsafat yang berkaitan erat
dengan kehidupan manusia, yaitu kehidupan ekonomi. Filsafat tidak sekedar
berdialog dengan realitas social ekonomi yang ada namun juga ikut serta
menyumbangkan gagasan pemecahan permasalahan yang menyimpang didalam
dunia bisnis pada umumnya dan bisnis perbankan pada khususnya. Karna itu,
Etika bisnis berusaha menanggulangi penyimpangan-penyimpangan yang
seharusnya sejalan dengan prinsip-prinsip etika bisnis bangsa Indonesia yang
mengakar tau sistem nilai masyarakat kita. Penyimpangan dari bisnis diatas
seperti halnya, gaya penipuan yang semakin canggih seperti Mark-up pemalsuan
data, penerbitan surat berharga fiktif, praktek money laundering, saling
menjatuhkan, persaingan yang tidak sehat, uang, sogok, yang semir, kolusi
pencairan dana, pembocoran rahasia, ekspor fiktif yang menghebohan karena
merugikan negara materil maupun imateril.
Evaluasi
Pelaku bisnis yang dikaitkan dengan etika adalah manusia itu sendiri.
Oleh karena manusia itu bukanlah makhluk yang berdiri sendiri yang dapay
mempertankan kediriannya tanpa ada perubahan-perubahan sikap atau
penampilan, namun ia merupakan sosok makhluk yang terdiri dari jasmani rohani,
yang mana didalamnya di samping ada yang berbentuk fisik material juga ada
immaterial, seperti akal pikiran, emosi, perasaan dan lain sebagainya. Oleh
karena itu bilamana manusia dikaitkan dengan makhluk pelaku bisnis yang
diharapkan memiliku bobot etika bisnis, maka tidak lepas dari sifat-sifat, kondisi
atau keadaan struktur masyarakatnya, yaitu corak lingkungan social politik
ekonomi dan budaya masyarakat tersebut.
Pertama :
Adalah factor dari dalam diri manusia, seperti suara hati manusia
mengalami adanya hukum dalam hati yang tidak ia ciptakan sendiri melainkan
sebagai yang harus ia taati. Suara hati itu memerintahkan manusia untuk
mencintai dan melaksanakan apa yang baik dan menolak apa yang jahat. Bagi
orang yang beriman, manusia mengalami dalam suatu hati seorang diri berada
bersama dengan tuhan yang selalu menyapanya. Ada juga manusia yang
menentang suara hatinya, menguburkan dalam-dalam teriakan suara hatinya
yang terdalam untuk menampilkan suatu perilaku yang tidak terpuji.
Faktor ke dua :
adalah melalui budaya seperti halnya alat-alat atau teknologi, yang
mana tidak satu unsur pribadi manusia yang luput dari pengaruh teknik.
Kemudian selanjutnya adanya “etos” masyarakat yaitu kompleks kebiasaan dan
sikap-sikap manusia terhadap waktu, alam dan kerja.
Saran-saran
Kegiatan bisnis pada hakekatnya merupakan simbol kehidupan yang
dinamis bagi manusia yang memfungsikan jiwa, akal pikiran dan panca inderanya
untuk mengantisipasi keberlangsungan keberadaan makhluk yang berpikir
didalam suatu konstalasi suasana ruang waktu yang saling terkait.
Dalam rangka mengarungi bahtera yang penuh gelobang dan tantangan,
terutama menjelang era globalisasi, maka makhluk pelaku bisnis dan orang-orang
yang terkait di tanah air yang tercinta ini, kiranya memperhatikan saran-saran
penulis di bawah ini.
1. Setiap individu yang terlibat langsung dalam sutu kegiatan bisnis. Seharusnya
meyakini dirinya bahwa ia bersikap kritis-bijak yaitu adan landasan etika bisnis
yang selalu mewarnai setiap buah pikiran, sikap dan performansnya.
Seseorang bankir harus bisa membedakan posisi bank dengan perusahaan.
Bangir menghadapi dan pengelolah uang. Pendekatan oprasinya harus penuh
dengan kehati-hatian. Oleh karena itu persaingan dala dunia pebankan, tidak
hanya pada moral dan asset dan harus besar, atau ROA (retur on eferage
assets) dan ROE (Return on Everage Equity) nya harus tumbuh membumbug,
tetapi tidan kalah pentingnya adalah bank dan bankir harus menyesuaikan
etika perbankan sebagai bankir. Oleh karena itu hendaknya mulai sekarang
para pelaku bisnis berlatih keras untuk meningkatkan kesadaran moral, tidak
lagi bertindak dengan dasar selera pribadi atau tindakan sekedar
menyesuaikan hukum, melainkan landasan tindakan itu demi kewajiban
semata-mata. Walaupun itu memang diakui suatu perjuangan yang pahit tetapi
mulia.
2. Perlunya pembinaan terhadap calon pebisnis dan para bankir maupun yang
akan memasukkan dunia perbankan tentang pemikiran yang luas dan
cakrawala berpikir yang menyeluruh. Peningkaan cara berfikir makro sebelum
mikro . Penulis melihat banyak hambatan bahkan merusak pembangunan
nasional dan merugikan bank nasional, tidak hanya bertentangan dengan
moral pancasila, khususnya dengan sila ke lima, ke adilan social. Karena
individu-individu yang mementingkan diri sendiri dengan memperkaya diri atas
beban bank. Sebagaimana kita ketahui bahwa bank ialah suatu usaha jasa,
yang modal utamanya terdiri dari kepercayaan. Oleh karena itu, yang harus
melekat pada setiap keputusan dan langkah adalah “kepentingan masyarakat
di atas kepentingan pribadi”. Seorang bankir tidak mudah dirasuki oleh paham
yang serba materi. Yang mana pertimbangan materialistic selalu menjadi
penggerak keputusannya. Konkritnya adalah janganlah menjadi bankir yang
materialistic sehingga mudah berpindah dari suatu bank ke bank yang lain,
yang dampaknya sangat mengganggu dunia perbankan karena akan
menciptakan kemudahan budaya “bajak membajak bankir”
7. Perlu penambahan Dewan audit karna ini juga berfungsi sebagai dewan
pengawas juga pengawas dengan sistm yang bersifat stuktural yakni
unit pengawasan intern. Kiranya juga sudah saatnya ditinjau lebih gigih lagi
tenteng masih suburnya pengaruh nepotisme dalam dunia perbankan yang
pada hakikatnya membuat lemah sistim pengawasan.
8. Adalah: Penegakan hukum. Penulis menyadari bahwa etika bisnis tidak meiliki
bobot potensi sanksi.Namun yang ada hanyalah sekedar panggilan
hati nurani justru sebenarnya bilamana hati nurani yang mengutuk dan
mengukum maka terasa lebih membekas dan membuat orang yang tidak
menaati peradilan moral itu tidak dipercayai oleh diriny sendiri. Inilah hukum
yang menurut penulis yang sangat sadis bila mana seseorang tidak dipercayai
oleh dirinya sendiri. Inilah hukum yang menurut penulis yang sangat sadis bila
10. Kode etik adalah “seperangkat nilai yang bias mengefektifkan peraturan antara
karyawan dan atasan” pada akhirnya sanksi-sanksi menyangkut pelanggaran
kode etik tersebut, harus dikembalikan pada masing-masing bank.
11. Hukum memiliki cirri khas yang tegas dan tidak hanya membiarkan sesuatu
kerusakan, kejahatan atau pelanggaran rambu-rambu kiri dan kanan tanpa
ada sanksinya. Oleh karena itu, pemerintah tidak hanya perlu political will,
namun yang perlu adalah commitmen will.
Kesimpulan :
Etika adalah Suatu Sikap yang baik yang mampu membuat seseorang
dapat melihat jati dirinya didalam tubuhnya dan sikap yang mampu
menjadikan seseorang sebagai perilaku yang baik di lingkungannya.