KARAKTER
Puji syukur kita panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa ,yang senantiasa
rahmat dan kasihnya sehingga dapat menyelesaikan tugas makalah dengan
judul”Peran Konselor dalam Pembentukan Karakter ”.
Dalam menyelesaikan makalah ini kami telah berusaha untuk mencapai hasil
yang maksimum .Tetapi dengan keterbatasan wawasan ,pengetahuan ,pengalaman
,dan kemampuan yang penyusun miliki,kami menyadari bahwa makalah ini masih
jauh dari kata kesempurnaan .Selesainya makalah inni tidak lepas dari bantuan dari
berbagai pihak ,oleh karena itu pada kesempatan ini kami mengucapkan terimakasih
yang sebesar-besarnya kepada dosen pengajar kami yaitu Fransiska Debataraja
STr.Keb, MKM.
Penulis
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..............................................................................................................i
DAFTAR ISI............................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN........................................................................................................1
1.1 Latar Belakang.........................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah
1.3 Tujuan
BAB II TINJAUAN PUSTAKA..............................................................................................4
2.1 Pengertian.................................................................................................................4
a. Karakter
b. Pembentukan karakter..............................................................................................4
2.2 Faktor-faktor pembentukan karakter........................................................................5
2.3 Strategi Pendidikan karakter.....................................................................................5
2.4 Konselor Sekolah Dalam Kegiatan Pendidikan Karakter.........................................6
2.5 Peran konselor sekolah dalam pendidikan karakter di Indonesia..............................7
BAB III KASUS DAN PEMBAHASAN...............................................................................10
3.1 Kasus......................................................................................................................10
3.2 Pembahasan............................................................................................................10
BAB IV PENUTUP...............................................................................................................12
4.1 Kesimpulan............................................................................................................12
4.2 Saran......................................................................................................................13
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................................14
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1
lebih positif dan mampu mengarahkan diri dalam pendidikan dan kehidupan, dan
dalam berusaha keras dalam pencapaian tujuan masa depannya. Tujuan tersebut
dilakukan dengan mengajarkan kepada siswa tentang nilai-nilai dasar kemanusiaan
seperti kejujuran, kebaikan, kedermawanan, keberanian, kebebasan, persamaan, dan
rasa hormat atau kemuliaan (McBrien & Brandt, 1997).
Dari hal ini maka sebenarnya pendidikan watak (karakter) tidak bisa
ditinggalkan dalam berfungsinya pendidikan. Oleh karena itu, sebagai fungsi yang
melekat pada keberadaan pendidikan nasional untuk membentuk watak dan
peradaban bangsa, pendidikan karakter merupakan manifestasi dari peran tersebut.
Untuk itu, pendidikan karakter menjadi tugas dari semua pihak yang terlibat dalam
usaha pendidikan (pendidik).
2
Dari pengertian di atas, maka konselor sekolah (guru pembimbing merupakan
sebutan konselor sekolah sesuai sebutan resmi untuk guru yang mempunyai tugas
khusus dalam bimbingan dan konseling, menurut Surat Keputusan Bersama Menteri
Pendidikan dan Kebudayaan dan Kepala Badan Administrasi Kepegawaian Nasional
Nomor 25 Tahun 1993) tidak bisa lepas dari fungsi dan tujuan pendidikan tersebut.
Dengan kata lain, konselor sekolah mempunyai peran dan tugas yang terkait dengan
pendidikan karakter. Sebagai salah satu pihak yang berkepentingan dengan
pendidikan karakter ini, konselor sekolah harus berkomitmen untuk melaksanakan
pendidikan karakter tersebut (Stone dan Dyal, 1997:22).
1.3 Tujuan
a) Menjelaskan Pengertian dari karakter dan pemebntukan karakter
b) Menjelaskan faktor-faktor pembntukan karkater
c) Menjelaskan strategi pembentukan karakter
d) Menjelaskan peran konselor dalam pendidikan karakter di Indonesia
3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengertian
a. Karakter
Setiap pendekatan yang disengaja di mana personel sekolah, seringkali
bersama dengan orang tua dan anggota masyarakat, membantu anak-anak dan
remaja menjadi peduli, berprinsip dan bertanggung jawab. Setiap pendekatan
yang disengaja di mana personel sekolah, seringkali bersama dengan orang
tua dan anggota masyarakat, membantu anak-anak dan remaja menjadi peduli,
berprinsip dan bertanggung jawab.
b. Pembentukan karakter
4
2.2 Faktor-faktor pembentukan karakter
1) Faktor biologis
faktor yang berasal dari dalam diri orang itu sendiri.Faktor ini berasal dari
keturunan atau bawaan yang dibawa sejak lahir dan pengaruh keturunan dari salah
satu sifat yang dimiliki salah satu dari keduanya
2) Faktor lingkungan
Pendidikan Karakter cenderung tak akan pernah tersentuh secara nyata jika
ada hanya sebatas proses pemahaman tentang karakter atau hanya bersifat informasi
tanpa adanya tindakan. Konsep karakter tidak cukup dijadikan sebagai suatu poin
dalam silabus dan rencana pelaksanaan pembelajaran disekolah, namun harus lebih
dari itu, dijalankan dan dipraktekan. Pendidikan Karakter merupakan sebuah proses
(step by step) Kunci dari pendidikan karakter adalah disiplin, komitmen dan
penerapan. Pendidikan Karakter tidak hanya diberikan secara teoritik di sekolah,
namun juga perlu diterapkan dalam kehidupan seharihari. Sehingga akan menjadi
kebiasaan. Strategi Pendidikan Karakter ini bertujuan untuk mengembangkan seluruh
5
potensi anak didik yang manifestasi pengembangan potensi akan Self Concept.
Konsep ini menyediakan kesempatan bagi anak didik untuk mengembangkan bakat
sesuai dengan kebutuhan dan minat yang dimiliki.
6
program sekolah yang dilakukan secara sinergis dari beberapa pihak. Berkaitan
dengan bentuk kegiatan tersebut, maka layanan yang diberikan oleh konselor sekolah
dapat bersifat preventif, kuratif, dan preseveratif atau developmental dalam rangka
menunaikan fungsi pendidikan dalam mengembangkan karakter siswa. Layanan yang
bersifat preventif berarti kegiatan yang dilakukan oleh konselor sekolah bermaksud
untuk mencegah agar perilaku siswa tidak berlawanan dengan karakter yang
diharapkan. Layanan yang bersifat kuratif bermakna bahwa layanankonselorditujukan
untuk mengobati/memperbaiki perilaku siswa yang sudah terlanjur melanggar
karakter yang diharapkan. Kegiatan preseveratif/developmental berarti layanan yang
diberikan oleh konselor sekolah bermaksud untuk memelihara dan sekaligus
mengembangkan perilaku siswa yang sudah sesuai agar tetap terjaga dengan baik,
tidak melanggar norma, dan juga mengembangkan agar semakin lebih baik lagi
perkembangan karakternya.
7
b) Konselor Sekolah sebagai Manajer Kegiatan Pendidikan Karakter
Konselor sekolah sebagai manajer bermakna bahwa dirinya harus
mampu mengelola seluruh kegiatan yang telah diprogramkan melalui
keterlibatan berbagai pihak untuk pelaksanaan pendidikan karakter. Konselor
sekolah harus mampu melibatkan semua pemangku kepentingan (siswa, guru
bidang studi, orang tua, kepala sekolah) di dalam mensukseskan pelaksanaan
programnya
c) Konselor Sekolah sebagai Konsultan
Hampir sama dengan tugas sebagai konselor, sebagai konsultan
konselor sekolah menerima konsultasi dari berbagai pihak lain untuk
membantu perkembangan siswa. Pendidikan karakter tidaklah mungkin
diselesaikan sendiri oleh salah satu pihak. Pendidikan karakter memerlukan
keterlibatan semua pihak di sekolah maupun keluarga. Berdasarkan perspektif
ini maka semua pihak memiliki peran yang bersifat saling komplementer
d) Konselor Sekolah Berperan sebagai Panutan/Contoh
Seperti dijelaskan di atas, konselor sekolah menjadi salah satu figur
sentral dalam pelaksanaan pendidikan karakter di sekolah. Oleh karena itu,
sebagai pendidik konselor sekolah merupakan figur yang menjadi sorotan para
siswa khususnya dalam contoh pelaksanaan pendidikan karakter kehidupan
seharihari di sekolah. Sebagai teladan bagi siswa maka semua aspek
kepribadian,Pendidikan Karakter dan Konselor Sekolah penampilan, dan
tingkah laku akan menjadi contoh siswa. Aspek kepribadian merupakan
manifestasi kondisi psiko-biologis sosial konselor sekolah dalam menghadapi
atau menyesuaikan terhadap lingkungan yang baru
e) Konselor Sekolah sebagai Perancang Kegiatan
Pelaksanaan suatu program akan baik jika telah dirancang atau
dipersiapkan dengan baik program tersebut. Konselor sekolah dapat
membantu keberhasilan pelaksanaan pendidikan karakter dengan
memprogramkan pendidikan karakter melalui program pelayanan dasar yang
8
berupa berbagai informasi yang secara langsung ataupun terintegrasi dalam
pelaksanaan kegiatan layanan bimbingan dan konseling. Hal ini terutama
menyangkut materimateri layanan bimbingan pribadi dan bimbingan sosial
f) Konselor Sekolah sebagai Healer/Problem Solver
Di samping melalui perancangan program kegiatan, konselor sekolah
dapat berperan dalam pendidikan karakter melalui fungsinya sebagai healer/
problem solver. Kenyataan di sekolah para siswa menghadapi berbagai
masalah ,mulai dari masalah belajar, masalah karir, masalah pribadi, sampai
masalah sosial. Seperti dijelaskan di atas bahwa pelayanan bimbingan dan
konseling terkait dengan pendidikan karakter terutama melalui bimbingan
pribadi dan bimbingan sosial
9
BAB III
KASUS DAN PEMBAHASAN
3.1 Kasus
Beberapa hari terkhir dunia pemberitaan dihebohkan oleh pemberitaan
seorang murid yang menantang gurunya saat ia diingatkan oleh gurunya sedang
merokok. Dalam vidio itu nampak seorang siswa memgang kerah gurunya sambil
merokok dan melempar kata-kata yang tidak sopan. Dalam kelas itu nampak begitu
ribut dan siswa yang merokok sambil duduk di meja.Kasus tersebut terjadi disalah
satu SMP SWASTA di kabupaten gresik. Akhirnya kasus selesai dengan damai
karena sang guru memaafkan mahasiswa tersebut.
3.2 Pembahasan
Pendidikan karakter yang ada saat ini selalu dibenturkan pada HAM,ketika
seorang guru memarahi muridnya,menghukum atau sejenisnya selalu dibenturkan
dengan kasus HAM. Sedangkan ketika siswa berbuat sesuka mereka selalu di
maklumi karena mereka dalam proses belajar. Dahulu guru menjewer muridnya
karena memberikan hukuman biasa-biasa saja. Melainkan ketika mereka dewasa
10
bersyukur pada gurunya itu karena telah membimbingnya. Pergeseran paradigma
yang tidak diimbagi antara pendidikan dan punishment membuat pendidikan karakter
menjadi pinjang. Karena ketika siswa salah mereka di anggap wajar sedangkan jika
guru memberikan hukuman mereka dianggap melanggar HAM.
11
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Pengertian karakter menurut Pusat Bahasa Depdiknas adalah bawaan,
hati, jiwa, kepribadian, budi pekerti, perilaku, personalitas, sifat, tabiat,
temperamen, watak. Karakter mengacu kepada serangkaian sikap (attitude),
perilaku (behavior), motivasi (motivation), dan keterampilan (skill).
Kekuatan karakter akan terbentuk dengan sendirinya jika ada dukungan dan
dorongan dari lingkungan sekitar.
Karakter tidak bisa diwariskan, Karakter harus dibangun dan
dikembangkan secara sadar hari demi hari dengan melalui suatu proses
yang tidak instan. Karakter bukanlah sesuatu bawaan sejak lahir yang tidak
dapat diubah lagi seperti sidik jari. Setiap orang bertanggung jawab atas
karakternya. Kita memiliki kontrol penuh atas karakter kita, artinya kita tidak
dapat menyalahkan orang lain atas karakter kita yang baik atau buruk, karena
kita yang bertanggung jawab penuh. Mengembangkan karakter adalah
tanggung jawab pribadi kita sendiri.
Pendidikan karakter melalui sekolah, tidak semata-mata pembelajaran
pengetahuan semata, tetapi lebih dari itu, yaitu penanaman moral, nilai - nilai
etika, estetika, budi pekerti yang luhur. Dan yang terpenting adalah praktikan
12
setelah informasi tersebut di berikan dan lakukan dengan disiplin oleh setiap
elemen sekolah.
Konselor sekolah memiliki tugas yang sangat dekat dan erat dengan misi pendidikan
karakter. Kedekatan dan keeratan kewajiban konselor sekolah terhadap pendidikan karakter
terlihat secara jelas dari bidang gerak bimbingan dan konseling yang berimplikasi bahwa
konselor sekolah secara substantif dan fungsional memiliki tugas yang tidak terelakkan. Oleh
karena itu, konselor sekolah di Indonesia baik secara langsung maupun tidak langsung
berkewajiban menyelenggarakan program pelayanan bimbingan dan konseling yang
bernuansa nilai-nilai pendidikan karakter. Di samping itu, konselor harus menyiapkan diri
untuk melakukan koordinasi dan sinkronisasi sebangai bentuk sinergi pelaksanaan
pendidikan karakter. Tidak ketinggalan, sebagai konselor.
Dari Kasus di atas merupakan tamparan keras bagi pendidikan Indonesia yang notabene
saat ini sedang digembor-gemborkan pendidikan karakter yang dinaungi dengan
permendikbud No. 20 tahun 2018. Dalam permendikbud No. 20 tahun 2018 pasal 2
disebutkan bahwa PPPK dilaksanakan nilai-nilai pancasila dalam pendidikan karakter.
Dengan penguatan pendidikan karakter ini diharapkan dapat menanamkan karakter mulia
bagi peserta didik melalui pendidikan lingkungan sekolah mengingat saat ini semakin
lunturnya nilai-nilai karakter siswa. Kasus tantangan siswa kepada guru adalah contoh nyata
merosotnya moral siswa di lingkungan sekolah. Kasus ini sebenarnya bukan kali pertama
terjadi di Indonesia melainkan banyak juga kasus diluar sana yang tidak terekspos media.
4.2 Saran
13
DAFTAR PUSTAKA
14