Anda di halaman 1dari 17

PERAN KONSELOR DALAM PEMBENTUKAN

KARAKTER

DISUSUN OLEH KELOMPOK 2:


NO NAMA NIM
1 Asni R.Gultom 1901001
2 Dinda Nahampun 1901002
3 Esrawati Gultom 1901005
4 Enjelina Manalu 1901003
5 Natalya Simamora 1901011
6 Feronika Silaban 1901016
7 Sridevi Siregar 1901013
8 Yesi Sianipar 1901015
9 Ciska Simamora 1901018

Mata Kuliah : Pendidikan Karakter Dan Budi Pekerti Luhur


Dosen Pembimbing : Fransiska Debataraja STr.Keb,MKM

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KESEHATAN BARU DOLOKSANGGUL


PRODI D III KEBIDANAN JALAN BUKIT INSPIRASI SIPALAKKI
KECAMATAN DOLOKSANGGUL KABUPATEN
HUMBANG HASUNDUTAN
T.A 2020/2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kita panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa ,yang senantiasa
rahmat dan kasihnya sehingga dapat menyelesaikan tugas makalah dengan
judul”Peran Konselor dalam Pembentukan Karakter ”.

Dalam menyelesaikan makalah ini kami telah berusaha untuk mencapai hasil
yang maksimum .Tetapi dengan keterbatasan wawasan ,pengetahuan ,pengalaman
,dan kemampuan yang penyusun miliki,kami menyadari bahwa makalah ini masih
jauh dari kata kesempurnaan .Selesainya makalah inni tidak lepas dari bantuan dari
berbagai pihak ,oleh karena itu pada kesempatan ini kami mengucapkan terimakasih
yang sebesar-besarnya kepada dosen pengajar kami yaitu Fransiska Debataraja
STr.Keb, MKM.

Selanjutnya penyusunan mengucapkan banyak terimakasih kepada pihak


pihak yang telah membantu dalam menyelesaikan makalah ini .Apabila banyak
kesalahan dan kekurangan dalam penulisan dan keterbatasan materi kami mohon
maaf .Semoga makalah ini bermanfaat guna bagi yang membacanya

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..............................................................................................................i
DAFTAR ISI............................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN........................................................................................................1
1.1 Latar Belakang.........................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah
1.3 Tujuan
BAB II TINJAUAN PUSTAKA..............................................................................................4
2.1 Pengertian.................................................................................................................4
a. Karakter
b. Pembentukan karakter..............................................................................................4
2.2 Faktor-faktor pembentukan karakter........................................................................5
2.3 Strategi Pendidikan karakter.....................................................................................5
2.4 Konselor Sekolah Dalam Kegiatan Pendidikan Karakter.........................................6
2.5 Peran konselor sekolah dalam pendidikan karakter di Indonesia..............................7
BAB III KASUS DAN PEMBAHASAN...............................................................................10
3.1 Kasus......................................................................................................................10
3.2 Pembahasan............................................................................................................10
BAB IV PENUTUP...............................................................................................................12
4.1 Kesimpulan............................................................................................................12
4.2 Saran......................................................................................................................13
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................................14

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pengertian pendidikan karakter Williams & Schnaps (1999) mendefinisikan


pendidikan karakter sebagai\”Any deliberate approach by which school personnel,
often in conjunction with parents and community members, help children and youth
become caring, principled and responsible\”. Maknanya kurang lebih pendidikan
karakter merupakan berbagai usaha yang dilakukan oleh para personil sekolah,
bahkan yang dilakukan bersama-sama dengan orang tua dan anggota masyarakat,
untuk membantu anak-anak dan remaja agar menjadi atau memiliki sifat peduli,
berpendirian, dan bertanggung jawab.

Lebih lanjut Williams (2000) menjelaskan bahwa makna dari istilah


pendidikan karakter tersebut awalnya digunakan oleh National Commission on
Character Education (di Amerika) sebagai suatu istilah payung yang meliputi
berbagai pendekatan, filosofi, dan program. Pemecahan masalah, pembuatan
keputusan, penyelesaian konflik merupakan aspek yang penting dari pengembangan
karakter moral. Oleh karena itu, di dalam pendidikan karakter semestinya
memberikan kesempatan ke pada siswa untuk mengalami sifat-sifat tersebut secara
langsung. Secara khusus, tujuan pendidikan moral adalah membatu siswa agar secara
moral lebih bertanggung jawab, menjadi warga negara yang lebih berdisiplin
(McBrien & Brandt, 1997).

Di samping itu, dalam nuansa bimbingan dan konseling menurut American


School Counselor Association (1998) menyatakan tujuan dari pendidikan karakter
adalah \‖assist students in becoming positive and self-directed in their lives and
education and in striving toward future goals\‖, yaitu membantu siswa agar menjadi

1
lebih positif dan mampu mengarahkan diri dalam pendidikan dan kehidupan, dan
dalam berusaha keras dalam pencapaian tujuan masa depannya. Tujuan tersebut
dilakukan dengan mengajarkan kepada siswa tentang nilai-nilai dasar kemanusiaan
seperti kejujuran, kebaikan, kedermawanan, keberanian, kebebasan, persamaan, dan
rasa hormat atau kemuliaan (McBrien & Brandt, 1997).

Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional


Pasal 3 menggariskan bahwa Pendidikan Nasional berfungsi mengembangkan
kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam
rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi
peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang
Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi
warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab. Dari hal tersebut nampak
bahwa pendidikan bukan sekedar berfungsi sebagai media untuk mengembangkan
kemampuan semata, melainkan juga berfungsi untuk membentuk watak dan
peradaban bangsa yang bermatabat.

Dari hal ini maka sebenarnya pendidikan watak (karakter) tidak bisa
ditinggalkan dalam berfungsinya pendidikan. Oleh karena itu, sebagai fungsi yang
melekat pada keberadaan pendidikan nasional untuk membentuk watak dan
peradaban bangsa, pendidikan karakter merupakan manifestasi dari peran tersebut.
Untuk itu, pendidikan karakter menjadi tugas dari semua pihak yang terlibat dalam
usaha pendidikan (pendidik).

Sementara itu, konselor sekolah di dalam Undang-Undang Sistem Pendidikan


Nasional Tahun 2003 telah diakui sebagai salah satu tenaga pendidik, seperti yang
tersurat di dalam Pasal 1, Pendidik adalah tenagakependidikan yang berkualifikasi
sebagai guru, dosen, konselor, pamong belajar, widyaiswara, tutor, instruktur,
fasilitator, dan sebutan lain yang sesuai dengan kekhususannya, serta berpartisipasi
dalam menyelenggarakan pendidikan.

2
Dari pengertian di atas, maka konselor sekolah (guru pembimbing merupakan
sebutan konselor sekolah sesuai sebutan resmi untuk guru yang mempunyai tugas
khusus dalam bimbingan dan konseling, menurut Surat Keputusan Bersama Menteri
Pendidikan dan Kebudayaan dan Kepala Badan Administrasi Kepegawaian Nasional
Nomor 25 Tahun 1993) tidak bisa lepas dari fungsi dan tujuan pendidikan tersebut.
Dengan kata lain, konselor sekolah mempunyai peran dan tugas yang terkait dengan
pendidikan karakter. Sebagai salah satu pihak yang berkepentingan dengan
pendidikan karakter ini, konselor sekolah harus berkomitmen untuk melaksanakan
pendidikan karakter tersebut (Stone dan Dyal, 1997:22).

1.2 Rumusan Masalah


a) Jelaskan Pengertian dari Karakter dan Pembentukan Karkater
b) Jelaskan Faktor-faktor pembentukan karakter
c) Jelaskan strategi pembentukan karakter
d) Jelaskan peran konselor dalam pendidikan karakter di Indonesia

1.3 Tujuan
a) Menjelaskan Pengertian dari karakter dan pemebntukan karakter
b) Menjelaskan faktor-faktor pembntukan karkater
c) Menjelaskan strategi pembentukan karakter
d) Menjelaskan peran konselor dalam pendidikan karakter di Indonesia

3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengertian
a. Karakter
Setiap pendekatan yang disengaja di mana personel sekolah, seringkali
bersama dengan orang tua dan anggota masyarakat, membantu anak-anak dan
remaja menjadi peduli, berprinsip dan bertanggung jawab. Setiap pendekatan
yang disengaja di mana personel sekolah, seringkali bersama dengan orang
tua dan anggota masyarakat, membantu anak-anak dan remaja menjadi peduli,
berprinsip dan bertanggung jawab.

Setiap pendekatan yang disengaja di mana personel sekolah, seringkali


bersama dengan orang tua dan anggota masyarakat, membantu anak-anak dan
remaja menjadi peduli, berprinsip dan bertanggung jawab.Berdasarkan
beberapa pengertian diatas ,dapat dimaknai bahwa karakter adalah ciri khas
sesorang dalam berperilaku yang membedakan dirinya dengan orang lain
.Pengertian karakter ,watk,kepribadian dan individu memang sering tertukar
dalam penggunaanya .Hal ini karena istilah tersebut memang memiliki
kesamaan yakni sesuatu yang asli dalam diri individu seseorang yang
cenderung menetap secara permanen .

b. Pembentukan karakter

Unsur terpenting dalam pembentukan karakter adalah pikiran karena


pikiran yang didalamnya terdapat seluruh program yang terbentuk dari
pengalaman hidupnya ,merupakan pelopor segalanya.

4
2.2 Faktor-faktor pembentukan karakter

Karakter ialah aki-psikis yang mengekspresikan diri dalam bentuk tingkah


laku dan keseluruhan dari Aku manusia .Sebagian disebabkan bakat pembawaan dan
sifat-sifat hereditas sejka lahir ,sebagian lagi dipengaruhi oleh lingkungan .Karakter
ini menampilkan Akunya manusia yang menyolok ,yang karakteristik yang unik
dengan ciri-ciri individual

1) Faktor biologis

faktor yang berasal dari dalam diri orang itu sendiri.Faktor ini berasal dari
keturunan atau bawaan yang dibawa sejak lahir dan pengaruh keturunan dari salah
satu sifat yang dimiliki salah satu dari keduanya

2) Faktor lingkungan

Disamping faktor-faktor hereditas (faktor endogin)yang relatif konstan


sifatnya ,milicu yang terdiri antara lain atas lingkungan hidup ,pendidikan,kondisi dan
situasi hidup dan kondisi masyarakat semuanya berpengaruh terhadap pembentukan
karakter

2.3 Strategi Pendidikan karakter

Pendidikan Karakter cenderung tak akan pernah tersentuh secara nyata jika
ada hanya sebatas proses pemahaman tentang karakter atau hanya bersifat informasi
tanpa adanya tindakan. Konsep karakter tidak cukup dijadikan sebagai suatu poin
dalam silabus dan rencana pelaksanaan pembelajaran disekolah, namun harus lebih
dari itu, dijalankan dan dipraktekan. Pendidikan Karakter merupakan sebuah proses
(step by step) Kunci dari pendidikan karakter adalah disiplin, komitmen dan
penerapan. Pendidikan Karakter tidak hanya diberikan secara teoritik di sekolah,
namun juga perlu diterapkan dalam kehidupan seharihari. Sehingga akan menjadi
kebiasaan. Strategi Pendidikan Karakter ini bertujuan untuk mengembangkan seluruh

5
potensi anak didik yang manifestasi pengembangan potensi akan Self Concept.
Konsep ini menyediakan kesempatan bagi anak didik untuk mengembangkan bakat
sesuai dengan kebutuhan dan minat yang dimiliki.

2.4 Konselor Sekolah Dalam Kegiatan Pendidikan Karakter

Di dalam rambu-rambu penyelenggaraan bimbingan dan konseling dalam


jalur pendidikan formal termuat dalam lampiran 3 Standar Kompetensi Konselor
(Departemen Pendidikan Nasional, 2007:261) dijelaskan bahwa pelayanan ahli
bimbingan dan konseling yang diampu oleh konselor sekolah berada dalam konteks
tugas “kawasan pelayanan yang bertujuan memandirikansiswa (individu) dalam
memandu perjalanan hidup mereka melalui pengambilan keputusan tentang
pendidikan termasuk yang terkait dengan keperluan untuk memilih, meraih serta
mempertahankan karir untuk mewujudkan kehidupan yang produktif dan sejahtera,
serta untuk menjadi warga masyarakat yang peduli kemaslahatan umum melalui
pendidikan”. Ekspektasi kinerja konselor yang mengampu pelayanan bimbingan dan
konseling selalu digerakkan oleh motif altruistik dalam arti selalu menggunakan
penyikapan yang empatik, menghormati keragaman, serta mengedepankan
kemaslahatan pengguna pelayanannya, dilakukan dengan selalu mencermati
kemungkinan dampak jangka panjang dari tindak pelayanannya itu terhadap
pengguna pelayanan, sehingga pengampu pelayanan profesional itu juga dinamakan
“the reflective practitioner”. Terkait dengan kegiatan pendidikan karakter di sekolah
konselor sekolah wajib memfasilitasi pengembangan dan penumbuhankarakterserta
tanpa mengabaikanpenguasaan hard skills lebih lanjut yang diperlukan dalam
perjalanan hidup serta dalam mempersiapkan karier ((Departemen Pendidikan
Nasional, 2007:186). Oleh karena itu, konselor sekolah hendaknya merancangkan
dalam program kegiatannya untuk secara aktif berpartisipasi dalam pengembangan
dan penumbuhan karakter pada siswa. Kegiatan tersebut dapat dilakukan secara
mandiri yang terancang dalam program bimbingan dan konseling, dan juga bersama-
sama dengan pendidik lain (guru bidang studi misalnya) yang terancang dalam

6
program sekolah yang dilakukan secara sinergis dari beberapa pihak. Berkaitan
dengan bentuk kegiatan tersebut, maka layanan yang diberikan oleh konselor sekolah
dapat bersifat preventif, kuratif, dan preseveratif atau developmental dalam rangka
menunaikan fungsi pendidikan dalam mengembangkan karakter siswa. Layanan yang
bersifat preventif berarti kegiatan yang dilakukan oleh konselor sekolah bermaksud
untuk mencegah agar perilaku siswa tidak berlawanan dengan karakter yang
diharapkan. Layanan yang bersifat kuratif bermakna bahwa layanankonselorditujukan
untuk mengobati/memperbaiki perilaku siswa yang sudah terlanjur melanggar
karakter yang diharapkan. Kegiatan preseveratif/developmental berarti layanan yang
diberikan oleh konselor sekolah bermaksud untuk memelihara dan sekaligus
mengembangkan perilaku siswa yang sudah sesuai agar tetap terjaga dengan baik,
tidak melanggar norma, dan juga mengembangkan agar semakin lebih baik lagi
perkembangan karakternya.

2.5 Peran konselor sekolah dalam pendidikan karakter di Indonesia


Menjelaskan bahwa jika pendidikan karakter diselenggarakan di sekolah,
maka konselor sekolah akan menjadi pioner dan sekaligus koordinator program
tersebut. Hal itu karena konselor sekolah yang memang secara khusus memiliki
tugas untuk membantu siswa mengembangkan kepedulian sosial dan masalah-
masalah kesehatan mental, dengan demikian konselor sekolah harus sangat akrab
dengan program pendidikan karakter
a) Konselor Sekolah sebagai Pendidik
Ini adalah tugas dan fungsi dasar dari setiap pendidik. Seperti
dijelaskan di atas, konselor merupakan salah satu 181 Pendidikan Karakter
dan Konselor Sekolah jenis tenaga pendidik, sementara itu salah satu fungsi
pendidikan nasional adalah mengembangkan watak dan karakter bangsa.

7
b) Konselor Sekolah sebagai Manajer Kegiatan Pendidikan Karakter
Konselor sekolah sebagai manajer bermakna bahwa dirinya harus
mampu mengelola seluruh kegiatan yang telah diprogramkan melalui
keterlibatan berbagai pihak untuk pelaksanaan pendidikan karakter. Konselor
sekolah harus mampu melibatkan semua pemangku kepentingan (siswa, guru
bidang studi, orang tua, kepala sekolah) di dalam mensukseskan pelaksanaan
programnya
c) Konselor Sekolah sebagai Konsultan
Hampir sama dengan tugas sebagai konselor, sebagai konsultan
konselor sekolah menerima konsultasi dari berbagai pihak lain untuk
membantu perkembangan siswa. Pendidikan karakter tidaklah mungkin
diselesaikan sendiri oleh salah satu pihak. Pendidikan karakter memerlukan
keterlibatan semua pihak di sekolah maupun keluarga. Berdasarkan perspektif
ini maka semua pihak memiliki peran yang bersifat saling komplementer
d) Konselor Sekolah Berperan sebagai Panutan/Contoh
Seperti dijelaskan di atas, konselor sekolah menjadi salah satu figur
sentral dalam pelaksanaan pendidikan karakter di sekolah. Oleh karena itu,
sebagai pendidik konselor sekolah merupakan figur yang menjadi sorotan para
siswa khususnya dalam contoh pelaksanaan pendidikan karakter kehidupan
seharihari di sekolah. Sebagai teladan bagi siswa maka semua aspek
kepribadian,Pendidikan Karakter dan Konselor Sekolah penampilan, dan
tingkah laku akan menjadi contoh siswa. Aspek kepribadian merupakan
manifestasi kondisi psiko-biologis sosial konselor sekolah dalam menghadapi
atau menyesuaikan terhadap lingkungan yang baru
e) Konselor Sekolah sebagai Perancang Kegiatan
Pelaksanaan suatu program akan baik jika telah dirancang atau
dipersiapkan dengan baik program tersebut. Konselor sekolah dapat
membantu keberhasilan pelaksanaan pendidikan karakter dengan
memprogramkan pendidikan karakter melalui program pelayanan dasar yang

8
berupa berbagai informasi yang secara langsung ataupun terintegrasi dalam
pelaksanaan kegiatan layanan bimbingan dan konseling. Hal ini terutama
menyangkut materimateri layanan bimbingan pribadi dan bimbingan sosial
f) Konselor Sekolah sebagai Healer/Problem Solver
Di samping melalui perancangan program kegiatan, konselor sekolah
dapat berperan dalam pendidikan karakter melalui fungsinya sebagai healer/
problem solver. Kenyataan di sekolah para siswa menghadapi berbagai
masalah ,mulai dari masalah belajar, masalah karir, masalah pribadi, sampai
masalah sosial. Seperti dijelaskan di atas bahwa pelayanan bimbingan dan
konseling terkait dengan pendidikan karakter terutama melalui bimbingan
pribadi dan bimbingan sosial

9
BAB III
KASUS DAN PEMBAHASAN

3.1 Kasus
Beberapa hari terkhir dunia pemberitaan dihebohkan oleh pemberitaan
seorang murid yang menantang gurunya saat ia diingatkan oleh gurunya sedang
merokok. Dalam vidio itu nampak seorang siswa memgang kerah gurunya sambil
merokok dan melempar kata-kata yang tidak sopan. Dalam kelas itu nampak begitu
ribut dan siswa yang merokok sambil duduk di meja.Kasus tersebut terjadi disalah
satu SMP SWASTA di kabupaten gresik. Akhirnya kasus selesai dengan damai
karena sang guru memaafkan mahasiswa tersebut.

3.2 Pembahasan

Kasus ini merupakan tamparan keras bagi pendidikan indonesia yang


notabene saat ini sedang digembor-gemborkan pendidikan karakter yang di naungi
dengan permendikbud NO.20 tahun 2018. Dalam permendikbud No.20 tahun 2018
pasal 2 disebutkan bahwa PPPK dilaksanakan nilai-nilai pancasila dalam pendidikan
karakter dengan penguatan pendidikan karakter ini d harapkan dapat menanamkan
karakter mulia bagi peserta didik melalui pendidikan lingkungan sekolah mengingat
saat ini semakin lunturnya nilai-nilai karakter siswa. Kasus tantangan siswa kepada
guru adalah contoh nyata merosotnya moral siswa di lingkungan sekolah. Kasus ini
sebenarnya bukan kali pertama terjadi di indonesia melainkan banyak juga kasus
yang terjadi di luar yang tidak terekspos media.

Pendidikan karakter yang ada saat ini selalu dibenturkan pada HAM,ketika
seorang guru memarahi muridnya,menghukum atau sejenisnya selalu dibenturkan
dengan kasus HAM. Sedangkan ketika siswa berbuat sesuka mereka selalu di
maklumi karena mereka dalam proses belajar. Dahulu guru menjewer muridnya
karena memberikan hukuman biasa-biasa saja. Melainkan ketika mereka dewasa

10
bersyukur pada gurunya itu karena telah membimbingnya. Pergeseran paradigma
yang tidak diimbagi antara pendidikan dan punishment membuat pendidikan karakter
menjadi pinjang. Karena ketika siswa salah mereka di anggap wajar sedangkan jika
guru memberikan hukuman mereka dianggap melanggar HAM.

Kepinjangan berikutnya adalah kecuekan orangtua dalam menghadapi perkembangan


anak. Seolah orangtua membiarkan anaknya ketika ia salah. Orangtua kurang
berperan dalam pembentukan karakter anak. Ketika anaknya yang salah maka sekolah
yang harus memperbaiki anak. Seolah orangtua tidak peduli dan sekolah yang
bertanggungjawab. Kepincangan-kepincangan itu membuat pendidikan karakter tidak
bisa berjalan dengan sepenuhnya. Hal ini memerlukan kesadaran antara orangtua,guru
dan sekolah untuk bersama-sama untuk saling bekerjasama dalam membangun
karakter generasi muda

11
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Pengertian karakter menurut Pusat Bahasa Depdiknas adalah bawaan,
hati, jiwa, kepribadian, budi pekerti, perilaku, personalitas, sifat, tabiat,
temperamen, watak. Karakter mengacu kepada serangkaian sikap (attitude),
perilaku (behavior), motivasi (motivation), dan keterampilan (skill).
Kekuatan karakter akan terbentuk dengan sendirinya jika ada dukungan dan
dorongan dari lingkungan sekitar.
Karakter tidak bisa diwariskan, Karakter harus dibangun dan
dikembangkan secara sadar hari demi hari dengan melalui suatu proses
yang tidak instan. Karakter bukanlah sesuatu bawaan sejak lahir yang tidak
dapat diubah lagi seperti sidik jari. Setiap orang bertanggung jawab atas
karakternya. Kita memiliki kontrol penuh atas karakter kita, artinya kita tidak
dapat menyalahkan orang lain atas karakter kita yang baik atau buruk, karena
kita yang bertanggung jawab penuh. Mengembangkan karakter adalah
tanggung jawab pribadi kita sendiri.
Pendidikan karakter melalui sekolah, tidak semata-mata pembelajaran
pengetahuan semata, tetapi lebih dari itu, yaitu penanaman moral, nilai - nilai
etika, estetika, budi pekerti yang luhur. Dan yang terpenting adalah praktikan

12
setelah informasi tersebut di berikan dan lakukan dengan disiplin oleh setiap
elemen sekolah.
Konselor sekolah memiliki tugas yang sangat dekat dan erat dengan misi pendidikan
karakter. Kedekatan dan keeratan kewajiban konselor sekolah terhadap pendidikan karakter
terlihat secara jelas dari bidang gerak bimbingan dan konseling yang berimplikasi bahwa
konselor sekolah secara substantif dan fungsional memiliki tugas yang tidak terelakkan. Oleh
karena itu, konselor sekolah di Indonesia baik secara langsung maupun tidak langsung
berkewajiban menyelenggarakan program pelayanan bimbingan dan konseling yang
bernuansa nilai-nilai pendidikan karakter. Di samping itu, konselor harus menyiapkan diri
untuk melakukan koordinasi dan sinkronisasi sebangai bentuk sinergi pelaksanaan
pendidikan karakter. Tidak ketinggalan, sebagai konselor.

Dari Kasus di atas merupakan tamparan keras bagi pendidikan Indonesia yang notabene
saat ini sedang digembor-gemborkan pendidikan karakter yang dinaungi dengan
permendikbud No. 20 tahun 2018. Dalam permendikbud No. 20 tahun 2018 pasal 2
disebutkan bahwa PPPK dilaksanakan nilai-nilai pancasila dalam pendidikan karakter.

Dengan penguatan pendidikan karakter ini diharapkan dapat menanamkan karakter mulia
bagi peserta didik melalui pendidikan lingkungan sekolah mengingat saat ini semakin
lunturnya nilai-nilai karakter siswa. Kasus tantangan siswa kepada guru adalah contoh nyata
merosotnya moral siswa di lingkungan sekolah. Kasus ini sebenarnya bukan kali pertama
terjadi di Indonesia melainkan banyak juga kasus diluar sana yang tidak terekspos media.

4.2 Saran

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, maka peneliti memberi


beberapa saran sebagai berikut:
1) Bagi guru Guru lebih mengarahkan pada pembelajaran yang sifatnya
memfasilitasi siswa untuk aktif dalam proses pembelajaran sehingga karakter
yang dihendaki dapat terbentuk dalam proses pembelajaran.
2) Bagi siswa Siswa seharusnya lebih aktif dan terlibat dalam proses
pembelajaran sehingga siswa tidak hanya mendengarkan ceramah dari guru
saja tetapi juga ikut aktif dalam proses pembelajaran.
3) Bagi sekolah Sekolah seharusnya berusaha memfasilitasi sarana dan prasarana
untuk lebih memudahkan menanamkan karakter kepada peserta didik.

13
DAFTAR PUSTAKA

Kusmawati, E. (2017 ). Peran dan bimbingan konseling dalam penguatan pendidikan


karakter . Surakarta .

Wangid, M. N. (2010). Pendidikan karakter dan konselor . Yogyakarta.

14

Anda mungkin juga menyukai