Masjid di zaman Rasulullah Saw. menjadi tempat yang sangat vital, bukan hanya sebagai tempat shalat lima waktu saja akan tetapi difungsikan untuk berbagai macam aktivitas dan kegiatan umat. Seiring dengan perkembangan zaman dan era millenial seperti saat sekarang, tanpa kita sadari fungsi masjid yang digambarkan Rasulullah Saw. di masa dahulu memang keseluruhannya tidak nampak lagi, walaupun sebagian masih bertahan sampai saat ini. Masjid merupakan pranata keagamaan yang tidak terpisahkan dari kehidupan spiritual, sosial dan kultural umat islam (Putra dan Rumondor, 2019). Pada masa Rasulullah Saw. dan para sahabatnya, masjid digunakan menjadi pusat aktivitas umat islam. Pada zaman itu, Rasulullah Saw. membina para sahabat yang nantinya menjadi kader tangguh dan terbaik umat islam generasi awal untuk memimpin, memelihara dan mewarisi ajaran-ajaran agama dan peradaban islam yang bermula dari masjid. Lebih dari itu, berbagai kegiatan maupun problematika umat yang menyangkut bidang agama, ilmu pengetahuan, politik kemasyarakatan dan sosial budaya juga dibahas dan dipecahkan dilembaga masjid tersebut. Sehingga pada masa itu masjid mampu menjadi pusat pengembangan kebudayaan islam sarana diskusi kritis, mengaji serta memperdalam ilmu-ilmu pengetahuan agama secara khusus dan pengetahun umum secara luas (Al-Mubarakfuri, 2008). Masjid sudah ada sejak masa Rasulullah Saw. pada waktu hijrah dari Makkah ke Madinah dengan ditemani oleh sahabat Abu Bakar, Rasulullah Saw. melewati daerah yang disebut dengan Quba, dan akhirnya disana beliau mendirikan masjid pertama sejak kenabiannya, yaitu masjid Quba (Gazalba, 1976). Masjid Quba yaitu masjid pertama yang dibina pada hari pertama Rasulullah Saw. tiba di Madinah. Masjid ini dibangun dengan batu-batu besar dan batu-batu kecil serta tanah liat. Seorang sahabat wanita yang bernama Syamus bint Nu’man menyaksikan, seperti yang diriwayatkan al-Tabrani “Aku melihat Rasul Saw dating dari (Makkah waktu hijrah) dan membangun masjid ini, yaitu masjid Quba’. Beliau membungkuk mengambil dan mengangkut batu-batuan dan aku melihat tanah melekat di badan beliau dan seorang sahabat datang sambil berkata: Demi ayah dan ibuku, wahai Rasulullah, cukup sudah. Akan tetapi Nabi menjawab: Tidak, ambil seperti ini dan mari kita bangun masjid ini”. Masjid ini terletak sekitar 3 km dari Masjid Madinah (Syafi, 2011). Perjuangan Rasulullah Swa. dan pengikutnya dalam membangun masjid menggambarkan kepada manusia pentingnya makna dari masjid. Menurut M. Quraish Shihab dalam Jusmawati mencatat bahwa dalam perjalanan sejarah masjid pertama didirikan mengemban sepuluh fungsi. Sepuluh fungsi tersebut yaitu sebagai tempat ibadah, pendidikan, konsultasi dan komunikasi (masalah ekonomi, sosial dan budaya), santunan sosial, latihan militer dan persiapan alat-alatnya, pengobatan para korban perang, perdamaian dan pengadilan sengketa, aula tempat menerima tamu seperti menawan tahanan dan pusat penerangan serta pembinaan islam (Jusmawati, 2006). Ada empat peranan dari fungsi masjid, yakni sebagai tempat ibadah (pembinaan iman dan taqwa) itu sendiri, sosial kemasyarakatan, pendidikan dan pembinaan sumber daya manusia dan ekonomi. Fungsi dan peranan masjid seperti yang diketahui pada saat sekarang ini tidak jauh berbeda dengan fungsi dan peranan masjid pada zaman Rasulullah Saw. Hal yang paling menonjol dalam perbedaan fungsi masjid pada zaman Rasulullah Saw. dan pada saat sekarang ini yaitu sebagai pusat atau tempat pelatihan militer dan urusan-urusan pemerintahan Rasulullah Saw. Menurut pernyatan Abdzar (2012) dalam sejarahnya, tercatat bahwa di zaman Rasulullah Saw. masjid telah difungsikan sebagai tempat dari berbagai macam kegiatan. Kegiatan tersebut diantaranya sebagai pusat ibadah, pusat pendidikan dan pengajaran, pusat penyelesaian problematika umat dalam aspek hukum (peradilan), pusat pemberdayaan ekonomi umat melalui Baitul Mal, pusat informasi islam, bahkan sebagai pusat pelatihan militer dan urusan pemerintahan Rasulullah Saw. Oleh karena itu, pada zaman Rasulullah Saw, masjid dijadikan sebagai pusat peradaban islam. Menurut Darodjat dan Wahyudiana (2014) masjid sebagai pusat ibadah didefinisikan sebagi suatu bangunan yang merupakan tempat ibadah bagi umat islam, yang biasanya digunakan untuk melaksanakan shalat jama’ah. Masjid dan mushala merupakan dua hal yang berbeda. Dinamakan masjid apabila dipergunakan untuk shalat jum’at sementara mushala tidak digunakan untuk shalat jum’at. Masjid dikatakan sebagai pusat pendidikan dan pengajaran serta pusat informasi islam berawal dari sejarah islam pada masa awal menjadikan masjid sebagai pembaga pendidikan utama. Hal inilah yang dilkaukan Rasulullah Saw. di masjid Nabawi. Di masjid tersebut Rasulullah Saw. mendidik umat islam dari segala umur dan jenis kelamin (dewasa, remaja, anak-anal, baik laki-laki maupun perempuan). Bagi orang dewasa, mereka memanfaatkan masjid untuk tempat belajar al-quran, hadits, fikih, dasar-dasar agama, bahasa dan sastra arab. Sementara bagi wanita, mereka mempelajari al-quran, hadits, dasar-dasar islam dan keterampilan menenun atau memintal dengan frekuensi seminggu sekali. Sementara anak-anak belajar di serambi masjid dengan materi al-quran, agama, bahasa arab, berhitung, ketrampilan berkuda, memanah dan berenang (Idi dan Toto, 2006). Masjid dikatakan sebagai pusat penyelesaian problematika umat dalam aspek hukum (peradilan) karena kegiatan maupun problematika umat yang menyangkut bidang agama, ilmu pengetahuan, politik kemasyarakatan dan sosial budaya dibahas dan dipecahkan dilembaga masjid tersebut. Menurut Ramadhan et al., (2019) peran masjid sebagai pusat pemberdayaan ekonomi umat melalui Baitul malnya sebagaimana para sahabat Rasulullah Saw. dalam mengelola zakat, dapat dijadikan sebagai acuan dalam mengelola dana yang berasal dari zakat, infaq dan shadawah dari masyarakat demi kesejateraan masyarakat. Dalam perkembangan selanjutnya, di zaman Rasulullah Saw. secara garis besar masjid telah diorientasikan untuk pemersatu umat islam dalam satu ikatan persaudaraan yang lebih erat daripada keturunan dan kesukuan (Abdzar, 2012). Persaudaraan yang sangat kuat ini tergambar dalam QS. Al-Hasyr: 8-9 yaitu : “Dan orang-orang yang telah menempati Kota Madinah dan telah beriman (Ansar) sebelum (kedatangan) mereka (Muhajirin), mereka mencintai orang yang berhijrah kepada mereka. Dan mereka tiada menaruh keinginan dalam hati mereka terhadap apa-apa yang diberikan kepada mereka (orang Muhajirin); dan mereka mengutamakan (orang-orang Muhajirin), atas diri mereka sendiri. Sekalipun mereka memerlukan (apa yang mereka berikan itu). Dan siapa yang dipelihara dari kekikiran dirinya, mereka itulah orang-orang yang beruntung”. Pemersatu, sekaligus penghubungan antara kelompok umat yang memiliki kadar lebih (ilmu, harta dan lain sebagainya) dan mereka yang termasuk dalam kelompok dhuafa (lemah ilmu, harta dan lain sebagainya). Dapat diketahui bahwa masjid telah difungsikan sedemikian rupa, tidak saja sebatas sebagai tempat ibadah-ibadah khusus semata, tetapi juga telah difungsikan pada urusan-urusan keduniaan yang di antaranya diorientasikan pada pembinaan sumber daya umat. Sejarah telah membuktikan multi fungsi peranan masjid tersebut. DAPUS: Putra, A dan P. Rumomdor. 2019. Eksistensi Masjid di Era Rasulullah dan Era Millenial. Jurnal Uin Mataram 17(1): 245-264 Al-Mubarakfuri, S. S. 2008. Sirah Nabawiyah. Jakarta: Pustaka Al- Kautsar hlm 205 Gazalba, S. 1976. Masyarakat Islam : Pengantar Sosiologi dan Sosiografi. Jakarta : Bulan Bintang hlm 150 Jusmawati. 2006. Manajemen Masjid dan Aplikasinya. Jakarta: The Minangkabau Foundation hlm 15 Abdzar, M. D. 2012. Revitalisasi Peran Masjid Sebagai Basis dan Media Dakwah Kontemporer. Jurnal Dakwah Tabligh 13(1): 109-121 Darodjat dan Wahyudiana. 2014. Memfungsikan Masjid sebagai Pusat Pendidikan untuk Membentuk Peradaban Islam. Jurnal Islamadina 13(2): 1-13 Idi, A dan T. Suharto. 2006. Revitalisasi Pendidikan Islam. Yogyakarta: Tiara Wacana Ramadhan, A., I. Hasanah dan R. Hakim. 2019. Potret Masjid sebagai Basis Pemberdayaan Ekonomi Umat. Jurnal Ekonomi Syariah 4(1): 31-49 Syafi, M. 2011. Bangunan Masjid pada Masa Nabi dan Implikasinya terhadap Jamaah Masjid Perempuan. Musawa 10(1): 89-106 Permasalahan : Masjid merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari kehidupan umat, dimana terdapat umat islam dapat dipastikan di tempat tersebut terdapat pula masjid. Masjid sebagai tempat ibadah kaum muslimin dalam upaya mendekatkan diri kepada Allah swt. dan sebagai pusat informasi bagi jamaah. Masjid juga menjadi tempat peningkatan dan memperdalam kecerdasan umat islam baik ilmu dunia maupun ilmu akhirat. Pada era millennial sekarang ini, menariknya masjid di isi dengan berbagai kegiatan-kegiatan keagamaan dan masjid masih menjadi tempat yang menarik dalam arus perjalanan dakwah. Bahkan para muslim muda yang ada di era millennial menjadi titik sentral dalam meramaikan masjid dan mendukung jalannya berbagai kegiatan keagamaan. Kekhawatiran sempat dirasakan oleh masyarakat dengan berkembangnya zaman. Hal yang ditakutkan masyarakat yaitu keberfungsian masjid yang dicontohnya oleh Rasulullah Saw. menjadi hilang atau ada ketakutan dapat terhapuskan oleh kemajuan zaman. Oleh karena itu, dalam makalah ini di paparkan peranan masjid pada zaman Rasulullah Saw. sehingga dapat menjadi pembanding dengan peranan masjid pada saat ini.
Hubungan Antara Sistem Informasi Manajemen Dengan Sistem Pemrosesan Data, Metode Pengolahan Data, Dan Praktek Pengolahan Data Terpusat-Terdesentralisasi