Anda di halaman 1dari 26

KAJIAN MENGENAI POLA PEMANFAATAN RUANG

TERBUKA HIJAU DI WILAYAH KOTA SERANG

Diajukan Sebagai Tugas Mata Kuliah Metedologi Ilmu Pemerintahan


Program Studi Ilmu Pemerintahan

Oleh
TORIQ NAUVAL SATRIO
6670160094

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK


UNIVERSITAS SULTAN AGENG TIRTAYASA
SERANG

1
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Permasalahan lingkungan saat ini banyak permsalahan yang sering
terjadi di Indonesia khususnya di Kota Serang. Permasalahan itu berkaitan
dengan keberadaan Ruang Terbuka Hijau (RTH) yang semakin berkurang
dikarenakan oleh proses pembangunan yang dilakukan tanpa
memperhatikan keberadaan lingkungan sekitar serta tidak berjalanannya
peraturan daerah mengenai RTH. Maka dari itu semua harus
diperhitungkan, baik dari segi positif maupun negatif yang harus selalu di
kendalikan oleh Pemkot Kota Serang. Isu seperti memang sangat penting
dikarenakan memang RTH ini berkaitan dengan permasalahan di kota-kota
lainnya seperti permasalahan menurunnya kualitas hidup perkotaan,
bencana banjir, longsor, dan perubahan perilaku sosial masyarakat yang
cenderung kontra-produktif dan destruktif seperti kriminalitas. Oleh
karena itu, diharapkan pemerintah kota Serang dapat mengontrol segala
urusan yang berkaitan dengan pengelolaan Ruang Terbuka Hijau (RTH)
ini.

Secara teknis, isu yang berkaitan dengan keberadaan RTH antara lain
menyangkut terjadi optimalisasi tersedianya RTH, lemahnya kelembagaan,
kurangnya keterlibatan stakeholder dalam pengelolaan RTH, serta ‘selalu’
terbatasnya lahan/ruang di kota Serang ini yang dapat digunakan sebagai
RTH. Karena memang pada dasarnya keberadaan RTH ini sangat penting
di suatu wilayah. Banyak yang dinilai dari keberadaan ini, yang pertama,
sebagai ruang publik atau public space. Kedua, untuk pori pori suatu
wilayah agar tidak terjadi hal-hal yang tidak diinginkan. Yang ketiga, nilai
plus tambahan mengenai nilai estetika disuatu perkotaan. Masalah-
masalah tersebut merupakan sebagian dari masalah yang di hadapi dalam
penyediaan RTH di wilayah kota Serang. Oleh karena itu dibutuhkan

2
solusi untuk menyelesaikan isu-isu yang sering muncul dan mempengaruhi
keberadaan RTH dimana kerjasama langsung antara masyarakat dan
pemerintah sangat dibutuhkan dalam proses penyelesaian keberadaan
RTH.

Berdasarkan peraturan Menteri Dalam Negeri, Ruang Terbuka Hijau


Kawasan Perkotaan yang selanjutnya disingkat RTHKP adalah bagian dari
ruang terbuka suatu Kawasan perkotaan yang diisi oleh tumbuhan,
tanaman hingga sarana bermain anak-anak guna mendukung manfaat
ekologi, sosial, budaya, ekonomi dan estetika disuatu wilayah. Dalam
penataan RTH dibutuhkan proses perencanaan, pemanfaatan dan
pengendalian RTHKP. Pemanfaatan RTHKP ini mencakup kegiatan
pembangunan baru, pemeliharaan dan pengamanan Ruang Terbuka Hijau.
Pemanfaatan RTHKP publik dikelola oleh Pemerintah Daerah dengan
melibatkan banyak dimensi sosial yaitu masyarakat, stakeholder, serta
bekerja sama dengan kontraktor yang baik demi terbentuknya RTH yang
baik dan bernilai estetika tinggi.

Dari permasalahan yang sudah dipaparkan diatas timbul aspek-aspek


yang mempengaruhi keberadaan RTH diantaranya adalah dari aspek
kondisi lingkungan hidup (LH), dimana rendahnya kualitas air dan tanah,
tingginya polusi udara dan kebisingan di perkotaan, merupakan hal-hal
yang secara langsung maupun tidak langsung terkait dengan keberadaan
RTH secara ekologis, secara sosial, tingginya tingkat kriminalitas dan
konflik horizontal di antara kelompok masyarakat perkotaan secara tidak
langsung juga dapat disebabkan oleh kurangnya ruang-ruang kota yang
dapat menyalurkan kebutuhan interaksi sosial untuk Pelepas ketegangan
atau penat pikiran yang relatif banyak dirasakan oleh masyarakat
perkotaan. Yang dari efek kedua ini merambat ke efek psikologis yang
akan mempengaruhi ke efek mental dan kualitas suatu masyarakat akan
menurun. Secara efek perkonomian, masalah ini juga ada relefansinya
yaitu realitanya pada saat ini RTH di Kota Serang banyak dimanfaatkan
para pedagang kaki lima sehingga ada di salah satu RTH justru berpindah
implementasinya, yang awal diniatkan untuk Ruang Terbuka Hijau malah

3
menjadi pusat para pedagang kaki lima. Semua aspek tersebut sangat
berpengaruh langsung dalam keberadaan RTH oleh karena itu dalam
menyelesaikan permasalahan lingkungan yang terkait dengan keberadaan
Ruang Terbuka Hijau dibutuhkan perhatian langsung dari pemerintahan
dalam penyedian ruang-ruang kota guna untuk kebutuhan masyarakat.
Karena memang public space ini juga salah satu hak masyarakat perkotaan
ditengah ramainya kota, dan pemerintah daerah diharuskan untuk
menyediakan fasilitas ini.

Tuntutan untuk mengakomodasi Ruang Terbuka Hijau sejalan


dengan pertumbuhan penduduk dikota serang. Dimana pertumbuhan
penduduk dikota serang makin banyak serta meningkatnya tuntutan
kehidupan masyarakat telah mengakibatkan meningkatnya volume dan
frekuensi kegiatan penduduk. Persoalan yang dihadapi pemerintah Kota
Serang dimana-mana, mulai dari terbatasnya persediaan Ruang Terbuka
Hijau yang dapat dimanfaatkan untuk mengakomodasi kegiatan kegiatan
yang baru. Sementara itu sebagian besar kebutuhan akan ruang yang tidak
dapat dibangun di bagaian dalam kota baik oleh karena kelangkaan ruang
maupun karena tingginya lahan yang tidak terjangkau, mengalihkan
perhatiannya ke daerah pinggiran kota serang. Proporsi Ruang Terbuka
Hijau (RTH) adalah minimal 30% luas wilayah (Undang-undang No. 26
tahun 2007). Selain itu, kebutuhan akan Ruang Terbuka Hijau pada suatu
wilayah juga dapat ditentukan melalui berbagai indikator seperti jumlah
penduduk, kebutuhan oksigen, dan kebutuhan air bersih.

Tabel 3. Perbandingan Luas RTH Kota Serang dengan RTH


berdasarkan Permen PU

4
Di lihat dari lokasi tata perkotaan wilayah Kota Serang ini memang di
tengah-tengah antara perbukitan serta wilayah laut di pesisir selatan. Kita
semua ketahui di wilayah Kota Serang ini terkena dampak efek panas yang
lumayan tinggi, polusi akibat kendaraan berat, dan penataan ruang di
wilayah ini tidak efektif. Karena itu keberadaan RTH ini akan membantu
dari efek-efek yang tadi dipaparkan. Oleh karena itu, dibutuhkan
kesadaran masyarakat dalam upaya pemanfaatan ruang terbuka hijau agar
tidak menyalahgunakn dan mengalihfungsikan Ruang Terbuka Hijau yang
tersedia dan sama-sama melindungi RTH ini dengan komitmen yang
tinggi oleh masyarakat, stakeholder dan Pemerintah Daerah.

1.2 Identifkasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah di paparkan, peneliti


dapat mengidientifikasikan masalah sebagai berikut:

1. Belum maksimalnya pengelolaan Ruang Terbuka Hijau di Kota


Serang.
2. Kurangnya peran pemerintah dalam mengelola Ruang Terbuka
Hijau di Kota Serang.
3. Kurangnya peran masyarakat dan LSM untuk mengawasi dan
merawat Ruang Terbuka Hijau di Kota Serang.
4. Masih banyak faktor yang mempengaruhi tidak maksimalnya
pengelolaan RTH seperti implementasi kebijakan nya
1.3 Fokus Penelitian

5
Fokus penelitian bertujuan untuk memfokuskan masalah mengenai
bagaimana pegelolaan Ruang Terbuka Hijau (RTH) di Kota Serang saat
ini. Dengan ini, peneliti mengangkat studi tentang “Kajian Menganai Pola
Pemanfaatan Ruang Terbuka Hijau di Wilayah Kota Serang”.

1.4 Rumusan Masalah

Perumusan masalah ini di dasari dengan suatu keadaan dimana tidak


sesuai dengan teori yang buat atau arah kebijakan yang keluar dari
jalannya. Sehingga ini dapat menyebabkan adanya tantangan dan
ketidakpuasan dari masyarakat luas terhadapat pemerintah daerah. Dari
latar belakang masalah diatas, maka permasalahan yang akan dibahas
dalam penelitian dapat dirumuskan sebagai berikut:

1. Bagaimana peran Pemerintah Kota Serang dalam mengelola


RTH di Kota Serang ini?
2. Bagaimana peran masyarakat Kota Serang dalam mengawasi
dan menjaga RTH di Kota Serang?
3. Apa sajakah faktor-faktor yang mempengaruhi permasalahan
RTH yang timbul di Kota Serang ini?
1.5 Tujuan Penelitian

Berhubungan dengan rumusan masalah diatas, maka tujuan penelitian


ini yang hendak dicapai adalah sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui kondisi serta peran pemerintah dan


masyarakat dalam mengelola dan mengawasi adanya RTH di
Kota Serang ini.
2. Untuk mengetahui apa sajakah faktor-faktor apa sajakah yang
menyebabkan RTH di Kota Serang ini tidak sesuai dengan
makna atau tujuan dibuatnya RTH ini.
1.6 Manfaat Peneltian
A. Manfaat Teoritis
Secara teoritis hasil penelitian ini diharapkan dapat
memberikan pengetahuan atau alternatif baru yang

6
memfokuskan studi tentang pengelolaan Ruang Terbuka Hijau
di Kota Serang. Juga bisa digunakan sebagai rujukan
pengembangan pengelolaan sampah untuk dipakai kebijakan
Pemerintah Daerah.
B. Manfaat Praktis
Bagi peneliti diharapkan penelitian ini dapat memperluas
wawasan untuk tugas mahasiswa. Peneliti juga mengharapkan,
dalam penelitian ini menjadi bahan-bahan rujukan untuk bisa
dipakai untuk kebijakan Pemda untuk mengelola RTH ini agar
lebih baik, efektif, serta tidak keluar dari makna dan tujuannya.

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Deskripsi Teoritik

A.1 Ruang Terbuka

Menurut Intruksi Menteri Dalam Negeri No. 14 tahun 1988 tentang


penataan ruang terbuka hijau di wilayah perkotaan, mendefinisikan ruang
terbuka adalah ruang-ruang daalam kota atau wilayah lain yang lebih luas,
baik dalam bentuk are/Kawasan maupun dalam bentuk memanjang/jalur
dimana dalam penggunaannya lebih bersifat terrbuka dan pada dasarnya
tanpa bangunan.

maka dapat disimpulkan ruang terbuka merupakan ruang-ruang


yang berada di sebuah kot atau wilayah yang dasarnya tanpa bangunan dan
memiliki berbagai manfaat yang digunakan untuk kepentingan umum.
Salah satu manfaat terpenting ruang terbuka yaitu sebagai menyangga
bidang resapan kota sekaligus menjadi paru-paru kota.

A.2 Ruang Terbuka Hijau

Berdasarkan intruksi Menteri Dalam Negeri no.14 tahun 1988


tentang penataan ruang terbuka hijau di wilayah perkotaan, ruang terbuka
hijau adalah ruang -ruang dalam kot atau wilayah yang lebih luas, baik

7
dalam bentuk area/Kawasan maupun dalam bentuk area memanjang/jalur
dimana dalam penggunaannya lebih bersifat terbuka pada dasarnya tanpa
bangunan. Menurut UU No. 26 tahun 2007, Ruang Terbuka Hijau adalah
area memanjang/ jalur dan mengelompok, yang penggunaannya lebih
bersifat terbuka, tempat tumbuh tanaman, baik yang tumbuh secara
alamiah maupun yang sengaja ditanam.

Menurut Chafid Fandeli sebagaimana dikutip oleh


Roswidyatmoko, Ruang terbuka Hijau Kota merupakan bagian dari
penataan ruang perkotaan yang berfungi sebagai Kawasan lindung.
Kawasan hijau kota terdiri atas pertanaman kota, Kawasan hijau hutan
kota, Kawasan hijau rekreasi kota, Kawasan hijau kegiatan olahraga,
Kawasan hijau pekarangan.

Berdasarkan pengertian diatas, maka dapat disimpulkan ruang


terbuka hijau merupakan wilayah yang luas dalam bentuk
memanjang.jalur yang berisi tumbuhan dan tanaman yang memiliki
berbagai manfaat. Keberadaan ruang tebuka hijau disebuah perkotaan
sangat wajib adanya karena memang memiliki fungsi sebagai paru-paru
kota. Dengan keberadaan ruang terbuka hijau diharapkan dapat menjadi
penyeimbang lingkungan di perkotaan. Seperti pengendali pencemaran
udara, daerah resapan air, polusi yang ditimbulkan dari kendaraan.

A.2.1 Tujuan Ruang Terbuka Hijau

Degngan adanya Ruang Terbuka Hijau di wilayah perkotaan


khususnya Kota Serang, memiliki berbagai macam tujuan. Menurut
peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor: 05/PRT/M.2008, tujuan
penyelenggaraan ruang terbuka hijau adalah:

1. Menjaga ketersediaan lahan sebagai Kawasan resapan air.


2. Menciptakan aspek planologis perkotaan melalui
keseimbangan antara lingkungan.

8
3. Alam dan lingkungan binaan yang berguna untuk kepentingan
masyarakat
4. Meningkatkan keserasian lingkungan perkotaan sebagai sarana
pengaman lingkungan perkotaan yang aman, nyaman, segar,
indah dan bersih.

Beberapa penjelasan diatas mengenai tujuan ruang terbuka hijau,


maka dapat disimpulkan bahwa keberadaan ruang terbuka hijau
merupakan salah satu komponen yang penting yang harus ada disebuah
perkotaan. Berguna untuk meningkatkan kualitas lingkungan perkotaan
yang sehat, ruang terbka hijau dapat menghasilkan udara yang bersih
menjaga ekosistem maupun sebagai daerah resapan air sehingga dapat
mengurangi resiko terjadinya banjir. Oleh karena itu keberadaan ruang
terbuka ijau dapat menjaga keseimbangan lingkungan di wilayah
perkotaan.

A.2.2 Fungsi Ruang Terbuka Hijau

Keberadaan ruang terbuka hijau dikawasan perkotaan memiliki


fungsi yang beragam. Berdasarkan inmendagri no14/1988 dijelaskan
fungsi RTH kota yaitu sebagai berikut:

1. Areal perlingdungan berlangsungnya fungsi ekosistem dan


penyangga kehidupan.
2. Sarana untuk meciptakan kebersihan, kesehatan, keserasian
dan keindangan lingkungan.
3. Sarana rekreasi.
4. Pengaman lingkungan hidup perkotaan terhadap berbagai
macam pencemaran baik darat, perairan maupun udara.
5. Sarana penelitian dan Pendidikan serta penyuluhan bagi
masyarakat untuk membentuk kesadaran lingkungan.

9
6. Tempat perlindungan plasma nutfah.
7. Sarana untuk mempengaruhi dan memperbaiki iklim mikro
8. Pengaturan tata air.

Menurut fungsi-fungsinya, fungsi RTH terbagi menjadi dua, yaitu


Fungsi utama (intrinsic) dan fungsi tambahan (ekstrinsik), yaitu
merupakan:

Fungsi utama (intrinsik):

1. Memberi jaminan pendaan RTH menjadi bagian dari sistem


sirkulasi udara (paru-paru kota)
2. Pengatur iklim mikro agar sistem sirkulasi udara dan air
secara alami dapat berlangsung lancer
3. Sebagai peneduh
4. Produsen oksigen
5. Penyerap air hujan
6. Penyedia habitat satwa
7. Penyerap polutan media udara, air, tanah,
8. Penahanan angina

Fungsi Tambahan (ekstrinsik):

1. Fungsi sosial dan budata, yaitu menggambarkan ekspresi


budaya lokal, merupakan media komunikasi bagi warga
kota, tempat rekreasi, wada dan objek Pendidikan,
penelitian dan pelatihan dalam mempelajari alam.
2. Fungsi ekonomi, yaitu sumber produk yang bisa dijual,
seperti tanaman bunga, buah, daun, sayur mayur, bisa
menjadi bagian dari usaha pertanian, perkebunan,
kehutanan dan lain-lain.
3. Fungsi estetika, yaitu meningkatkan kenyamanan,
memperindah lingkungan kota baik secara mikro (halaman
rumah, lingkungan permukiman) maupun makro (lansekap
Kota secara Keseluruhan). Menstimulasi kreativitas dan

10
produktivitas warga kota. Pembentuk faktor keindangan
arsitektural menciptakan suasana serasi dan seimbang
antara area terbangun dan tidak terbangun.

Sementara itu menurut uwan ismaun fungsi Ruang Terbuk Hijau


sebagai infrasruktur hijau memiliiki beberapa fungus sebagai berikut:

a. Konservasi tanah dan air

Pembangunan kota lebih dimaknai sebagai pembangunan


fisik perkotaan berupa Gedung, jalan, jembatan. Permukaan
lahan yang tertutup perkerasan dan banguan semakin
meluas seiring dengan perubahan lahan alami menjadi
lahan terbangun. Keadaan ini menyebabkan air hujan tidak
dapat meresap ke dalam tanah (infiltrasi), sehingga
peresapan air tanah terhambat. Keberadaan RTH sangat
penting untuk meresap air hujan ke dalam tanah. Menyuplai
cadangan air tanah dan mengaktifkan siklus hidrologi

b. Ameliorasi iklim
Kemajuan teknologi mampu memengaruhi iklim mikro
pada ruang tertutup dalam bangunan agar lebih nyaman,
tetapi belom mampu memengaruhi ruang terbuka
perkotaan. Iklim di daerah perkotaan berkaitan dengan suhu
udara, kelembaban, alam udara dan penyiaran matahari.

c. Pengendali Pencemarana
RTH mempunyai kemampuan untuk mengendalikan
pencemaran, baik pencemaran udara, air maupun bising.
Pengikatan bahan pencemar di udara, khususnya karbon
dioksida akibat kegiatan industri dan kendarraan motor,
dapat diserap tanaman dalam proses fotosintesis.
Keberadaan RTH dapat mengendalikan bahan tercemar
(polutan), sehingga tingkat pencemaran dapat ditekan dan
konsentrasi karbon dioksida dapat berkurang.

11
d. Sarana Kesehatan dan Olahraga
Melalui proses fotosinteisi, tanaman menghasilkan oksigen,
gas yang sangatdibutuhkan manusia untuk bernafas. Oleh
karena itu, ruang terbuka hijau yang dipenuhi pepoonan
sering disebut sebagai paru-paru kota. Keberadaan Ruang
Terbuk Hijau ini sangat berperan untuk meningkatkan
kesehatan dan olahraga.

Dari beberapa pendapat mengenai fungsi ruang terbuka hijau,


maka dapat ditarik kesimpulan bahwa ruang terbuka hijau memiliki
berbagai macam fungsi yang sangat penting di wilayah perkotaan. Adanya
ruang terbuka hijau dapat dirasakan baik dari segi ekologi, estetika, sosial
dan budaya. Ruang terbuka hijau yang berada di tengah perkotaan selain
berfungsi sebagai paru-paru kota dapat menjadikan sebuah kota tampak
lebih indah dan rapih karena tidak hanya lahan terbangun seperti gdung
perkantoran, pemukiman yang berada disebuah kota. Adanya ruang
terbuka hijau juga dapat dijadikan ruang untuk masyarakat berosialisasi
dan berinteraksi dengan masyarakat sekitar. Beragam aktifitas dapat
dilakukan seperti rekreasi, beristirahat, berkumpul dan lain sebagiannya.

A.2.3 Manfaat Ruang Terbuka Hijau

Keberadaan ruang terbuka hijau di Kawasan perkotaan selain


memiliki fungsi yang beragam, juga memiliki manfaat penting bagi sebuah
kota. Menurut peraturan Menteri pekerjaan no.5 tahun 2008 tentang
pedoman penyediaan dan pemanfaatan ruang terbuka hijau dikawasan
perkotaan, dijelaskan ruang terbuka hijau memiliki beberapa manfaat,
yaitu:

1. Manfaat langsung (dalam pengertan cepat dan bersifat tangible)


yaitu membentuk keindahan dan kenyamanan dan mendapatkan
bahan-bahan untuk dijual.

12
2. Manfaat tidaklangsung (berjangka Panjang dan bersifat intangible)
yaitu pembersih udara yang amat efektif, pemeliharaan akan
kelangsungan persediaan air tanah, pelestarian fungsi lingkungan
beserta segala isi flora dan fauna yang ada.

Kerangka Teori

Ruang terbuka hijau adalah area memanjang/jalur dan/atau


mengelompok, yang penggunaannya lebih bersifat terbuka, tempat tumbuh
tanaman, baik yang tumbuh secara alamiah maupun yang sengaja ditanam.
Ruang terbuka hijau merupakan ruang terbuka yang dimiliki dan dikelola
oleh pemerintah daerah kota yang digunakan untuk kepentingan
masyarakat secara umum. Yang termasuk ruang terbuka hijau publik
antara lain adalah taman kota, taman pemakaman umum, dan jalur hijau
sepanjang jalan, sungai, dan pantai. Yang termasuk ruang terbuka hijau
privat antara lain adalah kebun halaman rumah/gedung milik mastarakat
atau swasta yang ditanami tumbuhan. Proporsi 30 (tiga puluh) persen
merupakan ukuran minimal untuk menjamin keseimbangan ekosistem
kota, baik keseimbangan system hidrologi dan system mikrolimat, maupun
system ekologis lain, yang selanjutnya aka meningkatkan fungsi dan
proporsi ruang terbuka hijau di kota, pemerintah, masyarakat, dan swasta
di dorong untuk menanam tumbuhan diatas bangunan miliknya. Proporsi
ruang terbuka hijau public seluas minimal 20 (dua puluh) persen yang
disediakan oleh pemerintah daerah kota dimaksudkan agar proporsi ruang
terbuka hijau minimal dapat lebih dijamin pencapaiannya sehingga
memungkinkan pemanfaatannnya secara luas oleh masyarakat (UU No.26,
2007 Tentang Penataan Ruang). Ruang terbuka hijau sebagai ruang
terbuka yang pemanfaatannya lebih bersifat pengisian hijau tanaman atau

13
tumbuh-tumbuhan secara alamiah ataupun budidaya tanaman seperti lahan
pertanian, pertamanan, perkebunan dan sebagainya (Pemendagri No.1,
2007 Tentang Penataan Ruang Terbuka Hijau Di Wilayah Perkotaan).
Pengembangan kawasan perkotaan yang disebabkan oleh
peningkatan aktivitas sosial ekonomi masyarakat, peningkatan berusaha
dan jumlah penduduk berdampak pada peningkatan pembangunan
sarana pemukiman, industri dan transportasi. Implikasi dari keadaan
ini adalah semakin berkurangnya luasan yang diperuntukan untuk RTH
dan penurunan kualitas lingkungan. Dengan demikian target
menghijaukan suatu kawasan selalu tidak dapat terpenuhi. Sehubungan
dengan hal tersebut, salah satu upaya pemerintah dalam mengembangkan
pembagunanan RTH diperlukan sinergitas kebijakan yang dikeluarkan
oleh para pihak sehingga kebutuhan lahan untuk RTH dapat terpenuhi.
Penelitian ini menggunakan metode analisis deskriptif yang
bertujuan menjelaskan sesuatu seperti apa adanya secara lebih mendalam
(Irawan, 2007). Analisis ini menguraikan sejauh mana pentingnya RTH
untuk suatu daerah. Metode analisis isi (content analysis) adalah satu
teknik analisis terhadap beberapa sumber informasi termasuk bahan
cetak (buku, artikel, koran dan majalah) dan bahan non cetak (Irawan,
2007). Analisis isi digunakan untuk melihat sejauh mana perbedaan isi
dan substansi aturan atau kebijakan yang dikeluarkan oleh beberapa
kementerian serta pemerintah daerah terkaitcdalam pembangunan RTH.
Efektivitas peraturan sebagai dasar acuan dalam pelaksanaan di lapangan
di nilai dengan menggunakan kriteria dan indikator terkait dengan (i)
kesiapan sumber dana, (ii) penetapan lahan, dan (iii) jenis tanaman yang
digunakan. Selanjutnya akan dikaji solusi dan rekomendasi yang dapat
dilakukan oleh para pihak terkait.

14
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Desain Penelitian

Penelitian yang baik harus dilakukan dengan sungguh-sungguh dan penuh


rasa tanggung jawab yang tinggi, agar bisa mendapatkan hasil yang maksimal.
Ada tiga macam ujuan penelitian yaitu, yang bersifat penemuan, pembuktian dan
pengembangan. Penemuan yaitu sebagai perolehan dari penelitian tersebut
digunakan untuk membuktikan adanya keraguan terhadap informasi atau
pengetahuan tertentu dan pengembangan baati memperdalam dan memperluas
pengetahuan yang telah ada.

Dalam penelitian ini, peneliti melalkukan dengan pendekatan kualitatif


yang bersifat deskriptif, yaitu artinya data tersebut berasal dari naskah wawancara,
catatan dilapangan dan dokumentasi. Sehingga yang menjadi tujuan dari
penelitian kaualitatif ini adalah inigin menggambarkan reality dibalik fenomena
secara mendalam, rinci dan tuntas. Oleh karena itu penggunaan pendekatan
kualitatif dalam penelitian ini dengan mencocokan antara realita empiris dengan
teori yang berlaku dengan menggunakan metode deskriptif.

Metode deskriptif adalah pencarian fakta dengan interpretasi yang tepat,


penelitian deskriptif mempelajari masalah-masalah dlam masyarakt, serta tata cara
yang berlaku dalam masyarkat serta situasi tertentu termsuk hubungan-hubungan,
kegiatan-kegiatan, sikap-sikap pandangan pandangan serta proses- proses yang
sedang berlangsung dan pengaruh-pengaruh dari situasi tersebut.

3.2 Instrumen Penelitian

Dalam penelitian ini yang menjadi instrumen penelitian adalah peneliti


sendiri. peneliti sebagai human instrument berfungsi menetapkan fokus penelitian,
memilih informan sebagai sumber data, melakukan pengumpulan data, menilai

15
kualitas data dan membuat kesimpulan atas temuannya (sugiyono, 2009:306).
Menurut irawas, dalam penelitian kualitatif yang menjadi instrument terpenting
adalah peneliti itu sendiri.

3.3 Tekni Pengumpulan Data

Penelitian kualitatif ini menggunakan pengumpulan data dilakukan pada


kondisi yang alamiah, sumber data primer dan Teknik pengumpulan data lebih
banyak pada observasi berperan serta dan wawancara mendalam (sugiyono,
2008:319).

Sumber data yang digunakan dalam penelitan ini adalah data primer dan
data sekunder. Data primer adalah data yang dapat secara langsung dari sumber-
sumber pertama baik dari individu maupun dari kelompok, sedangkan data
sekunder adalah data yang diperoleh secara tidak langsung atau data primer yang
telah diolah lebih lanjut dan disajikan baik oleh pihak pengumpul data primer
ataupun pihak lain.

Teknik pengumpulan data dapat dilakukan dengan berbagai setting,


berbagai sumber dan berbagai cara (Sugiyono 2012:224). Teknik pengumpulan
data kali ini dengan cara:

1. Wawancara
Interview aau wawancara adalah proses tanya jawab dengan dua orang
atau lebih, dan berhadapat secara fisik. Wawancara juga diartikan dengan
percakapan yang dilakukan oleh dua pihak, yaitu pewawncara dan ayng
diwawancarai. Dalam hal ini sutrisno hadi juga mengatakan interview
sebagai suatu proses tanya jawab lisan, dimana dua orang atau lebih
berhadap-hadapan secara fisik, yang satu menghadap orang lain dan
mendengarkan dengan sendiri suaranya

2. Observasi

16
Observasi atau yang lebih dikeal dengan pengamatan menurut meleong
(2006: 126) adalah kegiatan untuk mengoptimalkan kemampuan peneliti
daru segi motif, kepercayaan, perilaku tidak sadar dan lain sebagaiannya.
Tujuan observasi untuk penelitian adalah untuk mengamati tingkah laku
manusia sebagai peristawa yang real, yang memungkinakn kita
memandang tingkah laku sebagai proses dan utnuk menyajikan kembali
gambaran-gambaran kehidupan sosial, kemudian dapat diperoleh dengan
cara-cara lain.

3. Strudi Dokumentasi
Studi yang digunakan untuk mencari data melaului cara dokumentasi.
Dalam studi ini berupa foto ataupun rekaman dari catatan yang telah di
teliti.
4. Studi Kepustakaan
Teknik pengumpulan data dengan cara memperoleh atau pengumpulan
data dari berbagai referensi. Dalam penelitian ini kepustakaan ini, penulis
mendapat data dari membaca buku, surat kabar dan situs internet yang
berhubungan dengan penelitian yang diteliti.

3.4 Teknik Analisis Data

Dalam peneitian kualitatif ini, kegiatan analisis data dimulai sejak peneliti
melakukan kegiatan pra-lapangan sampai dengan penelitian selesai. Dalam
prosesnya, analisis data dalam penelitian ini menggunakan model interaktif yang
telah dikmebangakan oleh milis dan Huberman (1984) dalam sugiyono 2009:246,
mengemukakan bahwa aktivitas dalam analisis data kualitatif dilakukan secara
interaktif dan berlangsung secara terus menerus samapi tuntas sehingga data yang
diperloeh sudah sangat cukup. Ada tiga langkah dalam melakukan analisis data,
yaitu:

A. Reduksi Data

Reduksi diartikan sebagai proses pemilihan, pemusatan perhatian atau


penyederhanaan, pengabstrakan dan transformasi data kasar yang di dapat dari
catatan di lapangan. Reduksi data akan berlangsung secara terus menerus selama

17
penelitian dilakukan dan berlanjut terus menerus sesudah penelitian lapangan.
Selain itu reduksi data merupakan bentuk analisis yang menjalankan,
menggolongkan, mengarahkan, membuang yang tidak perlu dan
mengorganisasikan dengan cara sedeikian rupa sehingga dapat di ambil
kesimpulan. Pada tahan ini penelitian memilih-milih hasil wawancara dan
dokumentasi yang terstruktur sehingga peneliti memperoleh data yang relevan.

B. Penyajian Data

Penyajian data dilakukan berdasarkan data-data yang telah direduksi dan


dibuat transkrip, kemudian disajikan kedalam grafik dan chart agar memudahkan
peneliti untuk melihat pola-pola hbungan data dengan data lainnya. Selanjutnya
peneliti mulai mendeskripsikan ke dalam uraian kata-kata untuk menjelaskannya.
Deskripsi data dijalin dengan data lainnya dan di analisis secara induktif. Dalam
penelitian ini, penyajian data dilakukan dengan menjelaskan, memaparkan data
dengan memilih inti informasi yang terkait.

C. Penarikan Kesimpulan

Pada penarikan kesimpulan ini, setelah data disajikan peneliti dapat


memberikan makna, tafsiran dan argument membandingkan data dan mencari
hubungan anara satu komponen dengan komponen lainnya sehingga peneliti
menarik kesimpulan yang menggambarkan gambaran tentang fokus penelitian.
Dalam penarikan kesimpulan, peneliti mencari dari data-data yang telah
terkumpul. Kemudian peneliti mencari arti lebih mendalam dan penjelasannya,
setelah itu menyusun pola-pola hbungan tertentu yang mudah dimengerti. Data
tersebut dihubungkan satu dengan yang lainnya sehingga mudak untuk ditarik
kesimpulannya.

3.5 Uji Keabsahan

Untuk memperoleh data yang dapat dipertanggung jawabkan secara


ilmiah, perlu dilakukan keabsahan data. Menurut Burhan dan bungin (2001:91),

18
Teknik pemeriksaan keabsahan data dengan menggabungkan cross check daa
adapun cross check data yang digunakan dalam penelitian ini adalah triangulasi
sumber berarti peneliti membandingkan dan dengan Teknik triangulasi sumber
berarti peneliti membandungkan dan memerika kebenaran disuatu informasi yang
diperoleh dari beberapa sumber. Adapun triangulasi dengan menggunakan metode
berarti peneliti mengecek derajat kepercayaan penemuan hasil penelitian dengan
beberapa Teknik pengumpulan data seperti metode wawancara dan metode
observasi. Peneliti melakukan triangulasi sumber dan metode dengan mengunakan
beberapa hal. Pertama, peneliti membandingkan hasiil wawancara satu informan
dengan infroman lainnya. Kedua, peneliti membandingkan hasil wawancara
dengan dokumentasi. Ketiga, peneliti membandingkan hasil wawancara dengan
hasil pengamatan. Keempat, peneliti membandingkan hasil pengamatan dengan
hasil dokumentasi.

BAB IV

PEMBAHASAN

4.1 Kondisi RTH di Kota Serang

4.1.1 RTH Tugu Debus

Yang saya ambil pertama-tama adalah RTH Taman Tugu Debus


ini. Terletak di daerah kemang, Kota Serang yang biasanya tempat untuk bersantai
orang-orang sekitaran. Saya meneliti bahwasannya memang keadaan di Tugu
Debus ini tidak mengkhawatirkan seperti halnya dengan RTH lainnya. Memang

19
RTH ini pada dasarnya lebih diperhatikan oleh pemerintah daerah Kota Serang.
Memang dikarenakan letaknya yang lebih berada di tengah kota dan dipinggir
jalan. Tetapi seharusnya pada dasaarnya ini harus menjadikan acuan terhadap
RTH lainnya karena memang ini banyak hal positifnya agar menjadikan kota
Serang yang baik dan bernilai estetika yang indah.

Tugu Debus

Tugu debus ini pun juga menjadi icon dari kota serang karena memang
tempatnya yang pas pada saat masuk ke kota serang. Jika ingin ke kota pun
melewati tugu ini untuk memutar. Menjadikan tugu ini dibuat semenarik mungkin
agar lebih bernilai estetikanya. Terlihat dari arsitekturnya juga lebih menari
dengan cat serta patung-patung yang dibuat di tugu tersebut. Maka dari itu sesuai
dengan UU RTH dengan membuat RTH semenarik mungkin agar bisa
mendapatkan sisi positif dari RTH tersebut untuk Kota Serang.

4.1.2 RTH Stadion Maulana Yusuf

Selanjutnya mengenai RTH di Stadion Maulana Yusuf, dimana


RTH ini memang diperuntukan untuk menambah nilai estetika di sekitaran

20
stadion. Pada saat ini kondisi yang terjadi dimana banyak nya pedagang kaki lima
yang berjualan di sekitaran RTH ini. Menjadikan RTH ini kumuh dan kotor.
Seperti yang telihat di gambar, memang sangat padat dipara pedagang kaki lima
yang berjualan disitu.

Menurut UU yang sudah dibuat ini terjadi disfungsi dari RTH itu
sendiri yang dimana tidak sesuai dengan fungsi utamanya. Maka dari itu saya
disini sebagai peneliti sudah memberikan masukan kepada pihak DLK Kota
Serang untuk segera di relokasi dari pedagang-pedagang tersebut. Karena
memang saat mewawancara dari pihak dinas pun sebernya sudah disediakan
bagaimana pedagang kaki lima berjualan sampai menaruh alat-alat dagangannya.
Tetapi karena beberapa faktor yaitu, mengenai jauhnya tempat untuk menaruh
alat-alat seperti gerobak. Berada di kepandean sedangkan mereka berjualan di
sekitaran stadion maulana yusuf. Sehingga menjadikan permasalahan yang baru
disaat memang sudah diberikan tempat untuk pedagang malah justru tidak
dipergunakan dengan semestinya.

4.1.3 RTH Taman Sari

21
RTH ini berada di daerah taman sari, bersebrangan dengan stasiun
serang. Memang pada dasarnya RTH ini menarik seperti yang ada di Tugu Debus.
Karena memang banyak ornamen-ornamen yang menambah erstetika dari RTH
itu sendiri. Tetapi pada implementasiannya justru berubah dari apa yang menjadi
fungsi dari RTH itu sendiri. Dimana banyak terjadi permasalahan yang terjadi
yaitu, berubah fungsi menjadi pasar. Keadaan RTH ini sangat memprihatinkan
karena sudah berubah fungi bukan seperti halnya RTH.

Seperti terlihat gambar diatas, memang ini apa yang terjadi dan
kondisi yang sudah terjadi di RTH Taman Sari. Dimana beralih fungsi menjadi
pasar yang setiap hari menjadi sumber pemasukan orang-orang disana. Sehingga
seeperti gambar diatas kalau banyak sekali sampah-sampah hingga barang-barang
yang berserakan di daerah sini.

22
4.1.3 RTH Ciceri

Sama halnya yang terjadi di RTH tamansari. RTH ciceri sebelah


Mcdonalds memang sangat mengkhawatirkan. Padahal memang poisisinya di
tengah kota dan sering di lewati oleh orang kebanyakan. Shingga ini menjadi
permasalahan sendiri, dimana pihak dari pemerintah daerah sendiri sepertinya
tidak memerhatikan dari RTH ini, karena memang tidak adanya implementasi dari
UU dan juga dari perda itu sendiri. RTH Ciceri ini terletak di tengah-tengah pusat
kota dan bersebelahn dengan kantor dinas pemerintahan. Tetapi justru hal tersebut
tidak terjadi apa-apa dengan apa yang terjadi di RTH ini. Kondisi disana seperti
banyak bebatuan hingga cat-cat yang tidak diurusi lagi keadannya. Bahkan pada
saat saya menanyakan kepada penduduk setempat, mereka tidak mengetahui
bahwa itu dari bagian RTH serang. Karenam memang bentuknya tidak seperti
RTH yang biasanya dibuat di Kota-kota.

23
4.2 Kesimpulan

24
Permasalahan lingkungan saat ini banyak permsalahan yang sering
terjadi di Indonesia khususnya di Kota Serang. Permasalahan itu berkaitan
dengan keberadaan Ruang Terbuka Hijau (RTH) yang semakin berkurang
dikarenakan oleh proses pembangunan yang dilakukan tanpa
memperhatikan keberadaan lingkungan sekitar serta tidak berjalanannya
peraturan daerah mengenai pedagang kaki lima. Maka dari itu semua harus
diperhitungkan, baik dari segi positif maupun negatif yang harus selalu di
kendalikan oleh Pemkot Kota Serang. Isu seperti memang sangat penting
dikarenakan memang RTH ini berkaitan dengan permasalahan di kota-kota
lainnya seperti permasalahan menurunnya kualitas hidup perkotaan,
bencana banjir, longsor, dan perubahan perilaku sosial masyarakat yang
cenderung kontra-produktif dan destruktif seperti kriminalitas. Oleh
karena itu, diharapkan pemerintah kota Serang dapat mengontrol segala
urusan yang berkaitan dengan pengelolaan Ruang Terbuka Hijau (RTH)
ini.

Mengenai kajian pola pemanfaatan Ruang Terbuka Hijau ini menjadi


sangat menarik disaat memang adany RTH di Kota Serang ini yang sangat
minim, tidak menarik, dan kurangnya antusiasme warga terhadap RTH.

4.3 Saran

Maka dari itu peneliti simpulkan bahwasannya harus ada sinergis


antara Pemerintah Daerah dengan warga untuk bisa menjadikan RTH yang
baik dan bermanfaat bagi Kota Serang. Serta menjalankan segala UU
hingga Peraturan Daerah untuk bisa mengimplementasikan bagaimana
RTH yang baik dan berguna bagi Kota tersebut.

25
DAFTAR PUSTAKA

 http://amarmarufzarkawi.blogspot.com/2012/12/ruang-terbuka-hijau-
rth.html
 http://repository.fisip-untirta.ac.id/334/
 https://www.researchgate.net/publication/
319504587_Potensi_dan_Tantangan_dalam_Pengembangan_Ruang_Terb
uka_Hijau_di_Kota_Cilegon_Strengths_and_Chalenges_in_Developing_o
f_Green_Open_Space_in_Cilegon_City
 https://topmedia.co.id/revitalisasi-terkendala-dana-banyak-rth-di-kota-
serang-beralih-fungsi-menjadi-pasar/
 https://www.bantennews.co.id/luas-rth-di-kota-serang-cuma-12-persen/

26

Anda mungkin juga menyukai