Kelompok 2:
1. Lydia Ega Asmara (15417136)
2. Ayu Nur Safiyah (15417130)
3. William Samalo (15418052)
4. Omega Prasetyaningrum (15417127)
5. Alda Novianti (15417137)
Dosen Pengampu:
Ir. Teti Armiati Argo MES, Ph.D.
Nurrohman Wijaya, S.T, M.T, M.Sc.
BAGIAN 3 - ANALISIS
Hal-Hal yang Mengakibatkan Persoalan Meikarta Tidak Dapat Ditangani Secara
Teknokratis
Persoalan utama dalam kasus meikarta ini adalah terkait perizinan yang belum
keluar tetapi pembangunan sudah dilaksanakan. Disisi lain, penawaran sangat gencar dan
sudah banyak konsumen yang mengambil unit di perkotaan meikarta ini. Bahkan ada juga
unit yang sudah mulai ditempati oleh konsumennya. Hal ini menjadi pertentangan karena
perizinan masih belum keluar tapi unit yang ada di sana bahkan sudah dihuni oleh
pemiliknya. Untuk mempercepat perizinan pihak Lippo Group selaku penanggung jawab
proyek ini memanfaatkan kedekatannya dengan pemerintah agar bisa mempercepat proses
perizinan ini. Akhirnya Lippo Group mengajukan usulan perubahan peruntukan lahan.
Ketika proses usulan diajukan, adanya “kerja sama” antara pemda dengan pihak Lippo
Group untuk mengubah peruntukan suatu kawasan dan terkait perizinan IMB pun ternyata
mengalami ‘suap’ agar perizinan dapat segera dikeluarkan oleh pemerintah. Pihak Lippo
Group beralasan, melakukan hal tersebut karena sudah ‘terikat dengan vendor dan
konsumen’, jadi proyek ini harus tetap berjalan. Pada akhirnya persoalan utama adalah
pemerintah sebagai pembuat kebijakan disetir oleh para kaum yang memiliki kepentingan
dalam proyek tersebut. Oleh karena itu, persoalan ini tidak bisa lagi ditangani secara
teknokratis.
Dari sisi Pemerintah, perlu adanya pengawasan yang ketat dan terintegrasi antara
masing-masing satuan atau badan pemerintah yang memiliki tugas, posisi, dan fungsi
terhadap perencanaan, penataan, pemanfaatan, dan pengawasan tata ruang. Selain itu,
Pemerintah Pusat dan Pemerintah Provinsi atau Daerah dapat bersinergi untuk membentuk
sistem administrasi terpusat dan satu pintu sehingga dapat dipastikan segala bentuk
aktivitas fisik dan non-fisik yang berhubungan dengan perencanaan, penataan,
pemanfaatan, dan pengawasan tata ruang senantiasa diawasi oleh lembaga yang
berwenang, kredibel, dan berkualitas. Hal ini tentunya dilakukan untuk mengedepankan
perencanaan yang adil dan sejahtera serta mewujudkan kemaslahatan bagi setiap
masyarakat Indonesia.
Dari sisi Pengembang Meikarta, perlu adanya penjaminan atas kemakmuran dan
kesejahteraan rakyat yang mengalami kerugian akibat pembangunan ini. Kerugian tersebut
dapat digantikan dengan program Corporate Social Responsibility (CSR) guna
mengembangkan dan memberikan kesempatan bagi masyarakat untuk maju. Ditambah lagi,
perlu adanya penyelesaian dalam bentuk infrastruktur solutif yang mampu mengurangi
dampak kemacetan dan kepadatan penduduk yang tinggi akibat pembangunan proyek ini.
Selain itu, perlu dilakukan penataan ulang secara bertahap guna memastikan pembangunan
ruang atau lahan yang tidak berdampak buruk bagi lingkungan dan masyarakat sekitar serta
kawasan industri yang sudah menetap lama di sana.
DAFTAR PUSTAKA
Basarah, R. S. (31 Agustus 2017). Meikarta Dinilai Rusak Struktur Ruang Wilayah di Jabar.
Republika.co.id. Diakses pada 5 Desember, 2020, dari
https://republika.co.id/berita/ovj9aq352/meikarta-dinilai-rusak-struktur-ruang-wilay
ah-di-jabar
Kurniati, D. (18 Oktober 2018). Proyek Meikarta Berlanjut, Kementerian ATR Segera Surati
Pemkab Bekasi. KBR.id. Diakses pada 5 Desember, 2020, dari
https://kbr.id/nasional/10-2018/proyek_meikarta_berlanjut__kementerian_atr_seg
e
ra_surati_pemkab_bekasi/97786.html
Murtadho, M. N. (2019). Kasus Suap Perizinan Meikarta. Fakultas Hukum Universitas
Sriwijaya, 1-10.
Niman, M. (4 Agustus 2017). Proyek Meikarta Tak Menyalahi Tata Ruang. Beritasatu.com.
Diakses pada 5 Desember, 2020, dari
https://www.beritasatu.com/aditya-l-djono/megapolitan/445489/proyek-meikarta-t
ak-menyalahi-tata-ruang
Rasika Mayantia, Yeti Sumiyati. (2018). Pembangunan Meikarta sebagai Industrial Research
Center (IRC) dan Dampaknya terhadap Lingkungan Hidup Ditinjau dari UU No. 32
Tahun 2009 dan Perda Provinsi Jawa Barat No. 12 Tahun 2014. Fakultas Hukum,
Universitas Islam Bandung, 129-136.
Rohmah, A. N. (2018). Kebijakan Publik dan Ekonomi Politik (Studi Kebijakan Investasi Asing
dan Izin Mendirikan Bangunan dalam Pembangunan Kota Meikarta di Cikarang,
Kabupaten Bekasi Tahun 2017). Skripsi Program Studi Ilmu Politik, UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta, 1-117.
Sugianto, D. (20 Juni 2019). Sempat Terbelit Kasus Suap, Bagaimana Nasib Meikarta? Lippo:
Jalan. Finance.detik.com. Diakses pada 5 Desember, 2020, dari
https://finance.detik.com/properti/d-4593937/sempat-terbelit-kasus-suap-bagaima
n
a-nasib-meikarta-lippo-jalan
Suryowati, E. (23 Agustus 2018). Deddy Mizwar Akui Raperda Tata Ruang untuk Meikarta
Bermasalah. Jawapos.com. Diakses pada 5 Desember, 2020, dari
https://www.jawapos.com/nasional/hukum-kriminal/23/08/2019/deddy-mizwar-ak
u
i-raperda-tata-ruang-untuk-meikarta-bermasalah/
Winarto, Y. (23 Oktober 2018). RK: Tidak Ada Masalah Dari Sisi Administrasi Perizinan
Meikarta. Kontan.co.id. Diakses pada 5 Desember, 2020, dari
https://nasional.kontan.co.id/news/rk-tidak-ada-masalah-dari-sisi-administrasi-perizi
nan-meikarta