Anda di halaman 1dari 12

STRATEGI PENGELOLAAN SAMPAH SEBAGAI UPAYA

PENINGKATAN PENGELOLAAN SAMPAH DI ERA


OTONOMI DAERAH
Eko Hidayat (1)
Liky Faizal (2)
Dosen Tetap Fakultas Syariah UIN Raden Intan Lampung (1,2)
Email: eko.hidayat@gmail.com (1)
likyfaizal@radenintan.ac.id (2)

Abstrak: Pesatnya pertumbuhan penduduk kota diikuti dengan peningkatan berbagai


aktifitas ekonomi dan sosial masyarakat yang kemudian memunculkan masalah-
masalah perkotaan. Kondisi ini diperparah dengan keterbatasan sumber daya
pemerintah pusat dan pemerintah daerah untuk menangani permasalahan tersebut.
Secara umum kondisi ini menjadi tantangan bagi pemerintah kota/kab untuk
menciptakan lingkungan yang dapat mendukung kehidupan seluruh warganya.
Persoalan lain yang timbul sebagai akibat semakin pesatnya jumlah penduduk kota
adalah meningkatnya volume sampah. Jumlah atau volume sampah berbanding lurus
dengan tingkat konsumsi masyarakat terhadap barang atau material yang digunakan
sehari- hari. Demikian juga jenis sampah, sangat tergantung dari jenis material yang
masyarakat konsumsi. Oleh karena itu pengelolaan sampah tidak bisa lepas dari gaya
hidup masyarakat.
Berdasarkan uraian di atas, maka dapat dirumuskan beberapa permasalahan yaitu
Bagaimanakah strategi pengelolaan sampah rumah tangga di Kab. Pringsewu dan
Kab. Lampung Selatan? Bagaimana solusi yang dilakukan oleh Pemerintah Kab.
Pringsewu dan pemerintah Kab. Lampung Selatan agar dapat meningkatkan
pengelolaan sampah di era Otonomi Daerah? Adapun tujuan penelitian ini yaitu
Untuk mengetahui dan menganalisis strategi pengelolaan sampah rumah tangga di
Kab. Pringsewu dan Kab. Lampung Selatan. Untuk menganalisis dan merumuskan
solusi yang digunakan oleh Pemerintah Kab. Pringsewu dan pemerintah Kab.
Lampung Selatan agar dapat meningkatkan pengelolaan sampah di era Otonomi
Daerah. Jenis penelitian ini termasuk dalam jenis penelitian lapangan (field research)
dengan menggunakan metode penelitian kualitatif. Sumber Data dalam penelitian ini
terdiri dari data primer yaitu Kepala dinas dan masyarakat Kab. Pringsewu dan Kab.
Lampung Selatan. Serta data sekunder adalah data yang diperoleh dari referensi-
referensi, peraturan perundang-undangan dan al-Qur’an yang relevan dengan topik
yang dibahas dan yang disajikan baik oleh pihak pengumpulan data primer maupun
pihak lain. Populasi dalam penelitian ini adalah Kepala Dinas Kebersihan dan
Pertamanan Kab. Pringsewu dan Kepala Dinas Dinas Kebersihan dan Pertamanan
Kab. Lampung Selatan, Kepala Bidang Kebersihan Dinas Kebersihan dan
Pertamanan Kab. Pringsewu dan Kepala Bidang Dinas Kebersihan dan Pertamanan
Kab. Lampung Selatan, Masyarakat di TPA di Kab. Pringsewu dan Kab. Lampung
Selatan. Dalam penelitian ini yang dijadikan Sampel dalam penelitian ini sebanyak 10
Orang. Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah melalui observasi,
wawancara dan terakhir adalah dokumentasi. Model analisis data yang digunakan oleh
peneliti yaitu model analisis data Kualitatif Miles dan Huberman.
Hasil temuan penelitian ini yaitu Strategi yang dapat digunakan oleh Pemerintah Kab.
Pringsewu dan pemerintah Kab. Lampung Selatan agar dapat meningkatkan
pengelolaan sampah di era Otonomi Daerah Strategi yaitu dengan Program jangka
pendek dan jangka panjang. Selain strategi lain yang dilakukan yaitu pemberian
motivasi dalam penerapan sistem 3R ini bertujuan untuk masyarakat memanfaatkan
sampah yang salah satunya adalah pembuatan pupuk kompos dari material organik
untuk kebutuhan tanaman sendiri, pemilahan barang yang masih layak pakai dan
sebagainya. Solusi yang ditawarkan untuk menciptakan sistem pengelolaan sampah di
Kab. Pringsewu dan Kab. Lampung Selatan yang berwawasan lingkungan dan
berkelanjutan di era otonomi daerah yaitu Mengadakan program pelatihan sistem
pengelolaan sampah yang baik dan bernilai ekonomi bagi masyarakat, mengadakan
pelatihan bagi SDM, menambah jumlah armada dan container, lahan, tenaga kerja.
Kata Kunci: Pengelolaan, Sampah, Otonomi Daerah

A. Pendahuluan yang sangat mahal. Semakin banyaknya


Peningkatan jumlah penduduk dan jumlah sampah yang harus dibuang
gaya hidup sangat berpengaruh pada ke TPA salah satunya disebabkan belum
volume timbulan, jenis dan keberagaman dilakukannya upaya pengurangan volume
karakteristik sampah. Ketika populasi sampah secara sungguh-sungguh sejak
penduduk masih sedikit dan kebutuhan dari sumbernya.1
terhadap ruang masih relatif rendah, Pengelolaan sampah konvensional
pembuangan sampah dengan pola sistem open dumping yang menumpukkan
pengelolaan konvensional memadai sampah di tempat terbuka pada TPA
untuk digunakan di Kab. Pringsewu Bumi Ayu dan Lubuk Kamal bukanlah
dan Dinas Kebersihan dan Pertamanan merupakan pilihan yang ramah
Kab. Lampung Selatan. Tetapi, dengan lingkungan karena membiarkan gas
meningkatnya tekanan populasi methane dan air lindi mencemari
penduduk, daya beli masyarakat, lingkungan sekitarnya. Apalagi penanganan
perkembangan industri, urbanisasi, yang terpusat (sentralisasi) pada TPA
serta meningkatnya usaha atau kegiatan membuat jalur pengangkutan lebih
penunjang pertumbuhan ekonomi panjan dan kurang efisien. Selain itu
suatu daerah juga memberikan kontribusi juga sarana dan prasarana pengelolaan
yang besar terhadap kuantias dan kualitas sampah yang tidak memadai sehingga
sampah yang dihasilkan yang telah menyebabkan kurang optimal bekerjanya
mengacaukan tatanan kota sehingga pengelola sampah dalam hal ini Dinas
sistem pengelolaan sampah konvensional Kebersihan dan Pertamanan Kab.
sudah tidak sesuai lagi untuk digunakan. Pringsewu dan Dinas Kebersihan dan
Saat ini hampir seluruh pengelolaan Pertamanan Kab. Lampung Selatan.
sampah berakhir di Tempat Pembuangan
Akhir (TPA), sehingga menyebabkan 1 Tuti Kustiah, Kajian Kebijakan Pengelolaan
Sanitasi Berbasis Masyarakat, Pusat Penelitian
beban TPA menjadi sangat berat, dan Pengembangan Permukiman, (Bandung:
selain diperlukan lahan yang cukup Badan Penelitian dan Pengembangan
luas juga diperlukan fasilitas pemeliharaan Departemen Pekerjaan Umum, 2005), h. 3

70 | ASAS, Vol. 12, No.02, Desember 2020


Di samping itu juga cara pandang dokumentasi. Model analisis data yang
masyarakat selaku penghasil sampah digunakan oleh peneliti yaitu2 Model
terhadap kesehatan dan kebersihan Miles dan Huberman, mengemukakan
lingkungan juga patut dipertanyakan. bahwa aktivitas dalam analisis data
dalam hal ini sama telah menjadi kualitatif dilakukan secara interatif dan
masalah psikologi sosial dan perilaku berlangsung secara terus menerus sampai
menyimpang masyarakat kota, bahwa tuntas, sehingga datanya sudah jenuh.
citra dan cita-cita kebersihan dan Aktivitas dalam analisis data adalah
kesehatan lingkungan hanya berlaku data reduction, data display, dan verification.3
bagi wilayah privat dan bukan wilayah
publik. B. Pembahasan
Berdasarkan pemaparan di atas 1. Teori Otonomi Daerah
jenis penelitian ini termasuk dalam jenis Istilah otonomi secara etimologi
penelitian lapangan (field research) dengan berasal dari bahasa Latin yaitu “autos”
menggunakan metode penelitian yang berarti “sendiri”, dan “nomos”
kualitatif. Data primer dalam peneliti ini yang berarti “aturan”. Sehingga otonomi
adalah jawaban narasumber, narasumber diartikan pengaturan sendiri, mengatur
penelitian ini adalah Kepala dinas atau memerintah sendiri.4 Dalam Undang-
dan masyarakat Kab. Pringsewu dan Undang No32 Tahun 2004 Pasal 1
Kab. Lampung Selatan. data sekunder ayat 5, pengertian otonomi daerah adalah
adalah data yang diperoleh dari hak, wewenang, dan kewajiban daerah
referensi-referensi, peraturan perundang- otonom untuk mengatur dan mengurus
undangan dan al-Qur’an yang relevan sendiri urusan pemerintah dan kepentingan
dengan topik yang dibahas dan yang masyarakat setempat sesuai dengan
disajikan baik oleh pihak pengumpulan peraturan perundang-undangan. Menurut
data primer maupun pihak lain. Populasi Suparmoko mengartikan otonomi
dalam penelitian ini adalah Kepala daerah adalah kewenangan daerah
Dinas Kebersihan dan Pertamanan otonom untuk mengatur dan mengurus
Kab. Pringsewu dan Kepala Dinas kepentingan masyarakat setempat
Dinas Kebersihan dan Pertamanan menurut prakarsa sendiri berdasarkan
Kab. Lampung Selatan, Kepala Bidang aspirasi masyarakat.
Kebersihan Dinas Kebersihan dan Desentralisasi adalah penyerahan
Pertamanan Kab. Pringsewu dan Kepala wewenang pemerintahan oleh pemerintah
Bidang Dinas Kebersihan dan Pertamanan kepada daerah otonom untuk mengatur
Kab. Lampung Selatan, Masyarakat
di TPA di Kab. Pringsewu dan Kab. 2Miles, M.B dan Huberman A.M, Analisis
Lampung Selatan. Sampel yang diambil Data Kualitatif. Terjemahan oleh. Tjetjep Rohendi
dalam penelitian ini sebanyak 10 Orang. Rohidi, (Jakarta: Penerbit Universitas Indonesia,
Teknik pengumpulan data dalam 1984), h. 34.
3 Sugiyono, Op.Cit. h. 245.
penelitian ini adalah melalui observasi, 4 Widjaja, Otonomi Daerah dan Daerah

wawancara dan terakhir adalah Otonomi , (Jakarta: PT Raja Grafindo


Persada, 2002), h. 76.

ASAS, Vol. 12, No.02, Desember 2020 |71


dan mengurus urusan pemerintah dalam secara bisaa atau khusus dalam
sistem Negara Kesatuan Republik produksi atau pemakaian; barang
Indonesia.5 Berdasarkan pengalaman rusak atau cacat selama manufaktur;
empiris desentralisasi mengandung atau materi berkelebihan atau buangan.10
dua unsur pokok. Unsur yang pertama Sedangkan dalam Undang-Undang
adalah terbentuknya daerah otonom Nomor 18 Tahun 2008 Tentang
dan otonomi daerah. Unsur yang kedua Pengelolaan Sampah dalam Pasal
adalah penyerahan sejumlah fungsi 1 ayat (1) yang dimaksud dengan
pemerintahan kepada daerah otonom.6 sampah adalah sisa kegiatan sehari-
Secara teoritis desentralisasi seperti hari manusia dan/ atau proses alam
yang dikemukakan oleh Benyamin yang berbentuk padat berupa zat
Hoessein adalah pembentukan daerah organik atau anorganik bersifat
otonom dan/atau penyerahan wewenang dapat terurai atau tidak dapat
tertentu kepadanya oleh pemerintah terurai yang dianggap sudah tidak
pusat.7 Menurut Philip Mawhod menyatakan berguna lagi dan dibuang ke
desentralisasi adalah pembagian dari lingkungan.11
sebagian kekuasaan pemerintah oleh b. Sumber Sampah
kelompok yang berkuasa di pusat Sumber terbentuknya sampah
terhadap kelompok-kelompok lain adalah sebagai berikut:
yang masing-masing memiliki otoritas 1). Sampah dari pemukiman
di dalam wilayah tertentu di suatu negara.8 penduduk
2. Konsep Tentang Sampah Pada suatu pemukiman bisaanya
a. Pengertian Sampah sampah dihasilkan oleh suatu
Menurut Apriadi sampah diartikan keluarga yang tinggal pada suatu
sebagai zat-zat atau benda- benda bangunan atau asrama. Jenis
yang sudah tidak dapat digunakan sampah yang dihasilkan bisaanya
lagi, baik berupa bahan buangan cenderung organik seperti sisa
yang berasal dari rumah tangga makanan yang bersifat basah,
sebagai sisa proses industri.9 kering, abu, plastik dan lainnya.
Dalam kamus lingkungan dinyatakan 2). Sampah dari tempat umum
bahwa pengertian sampah adalah dan perdagangan
bahan yang tidak mempunyai nilai Tempat-tempat umum adalah
atau tidak berharga untuk digunakan tempat yang dimungkinkan
banyaknya orang berkumpul
5 Khairul Muluk, Desentralisasi Pemerintahan
dan melakukan kegiatan. Tempat-
Daerah,( Malang: Bayu Media, 2005), h.19. tempat tersebut mempunyai
6 Ibid, h. 19.
7 Amran Muslimin, Aspek-aspek hukum
potensi yang cukup besar dalam
otonomi Daerah, (Bandung: Alumni, 1986), h. memproduksi sampah termasuk
27
8 Khairul Muluk, Op.cit., h. 21 10 Purwodarminto, W S, Kamus Lingkungan,
9 Apriadi, Menghindari, Mengolah dan (Jakarta: Balai Pustaka, 1994), h. 152
menyingkirkan Sampah, (Jakarta: Abdi Tandur, 11 Undang-Undang No. 18 Tahun 2008

1989), h. 89 Tentang Pengelolaan Sampah

72 | ASAS, Vol. 12, No.02, Desember 2020


tempat perdagangan seperti sampah. Pengelolaan sampah yang
pertokoan dan pasar. Jenis sampah berwawasan lingkungan akan:
yang dihasilkan umumnya berupa 1). Mengurangi volume sampah
sisa-sisa makanan, sampah kering, yang masuk ke TPA sehingga
abu, plastik, kertas, dan kaleng- dapat memperpanjang umur
kaleng serta sampah lainnya. TPA, meningkatkan efisiensi biaya
3). Sampah dari sarana pelayanan pengangkutan sampah, meningkatnya
masyarakat milik pemerintah kondisi sanitasi di sekitar TPA.
Yang dimaksud disini misalnya 2). Mengurangi pencemaran lingkungan
tempat hiburan umum, pantai, dan meningkatkan kebersihan
masjid,rumah sakit, bioskop, lingkungan.
perkantoran, dan sarana pemerintah 3). Membantu melestarikan sumber
lainnya yang menghasilkan sampah daya alam, terutama kompos yang
kering dan sampah basah. dipakai untuk pupuk tanaman.
4). Sampah dari industri 4). Menghasilkan sumber daya baru
Dalam pengertian ini termasuk dari sampah misalnya pupuk
pabrik sumber alam, perusahaan tanaman.
kayu, dan lain-lain, kegiatan industri 5). Meningkatkan peran serta masyarakat
baik yang termasuk distribusi dalam pengelolaan sampah dan
ataupun proses suatu bahan meningkatkan pendapatan
mentah. Sampah yang dihasilkan masyarakat.13
dari tempat ini bisaanya sampah d. Perubahan Paradigma Pengelolaan
basah, sampah kering abu, sisa Sampah
makanan, dan sisa bahan bangunan. Pola pengelolaan sampah yang
5). Sampah pertanian dilaksanakan saat ini belum tercapai
Sampah yang dihasilkan dari pola pengelolaan terpadu dari masyarakat
tanaman dari binatang daerah sebagai penghasil sampah dan
pertanian misalnya sampah dari pemerintah sebagai penyedia dan
kebun, kandang, lading atau sawah pengelola sarana sampah. Dari
yang dihasilkan berupa bahan sisi masyarakat masih terbentuk
makanan pupuk maupun bahan presepsi bahwa sampah adalah
pembasmi serangga tanaman.12 bahan yang sudah tidak terpakai
c. Faktor yang Mempengaruhi dan telah menjadi kewajiban pihak
Sampah pemerintah untuk mengelolanya
Ada beberapa faktor penting
dan membersihkannya.
yang mempengaruhi sampah yakni
Pola pendekatan baru dalam
jumlah penduduk, keadaan sosial,
pengelolaan sampah saat ini telah
kemajuan teknologi yang akan
menambah jumlah maupun kualitas
13 Towo, Pengelolaan Sampah Terpadu

Sebagai Salah Satu Upaya Mengatasi Problem


12 Azwar Muchtar, Sumber Sampah , Sampah di Perkotaan, (Jakarta: PT. Rineka
(Yogyakarta, PT. Tiga Pertiwi , 2012), h. 49 Cipta, 2010), h. 10

ASAS, Vol. 12, No.02, Desember 2020 |73


di konsepkan dalam Peraturan sampah yang pada awalnya menggunakan
Menteri Pekerjaan Umum No. pendekatan kumpul-angkut-buang,
21/PRT/M/2006 tentang Kebijakan kini telah mulai mengarah pada
dan Startegi Nasional Pengembangan pengelolaan sampah berupa 3R.
Sistem Pengelolaan Sampah (KSNP- Reduce berarti mengurangi volume
SPP). Kebijakan Nasional tersebut dan berat sampah, reuse berarti
merupakan reaksi atas pengelolaan memanfaatkan kembali dan recycle
sampah di waktu sebelumnya yang berarti daur ulang sampah. Teknik
dilaksanakan secara konvensional pengelolaan sampah dengan pola
dan terkesan adanya sekat pemisah 3R, secara umum adalah sebagai
antara masyarakat sebagai produsen berikut:
sampah dan peran pemerintah sebagai 1). Reduce (pengurangan volume)
pengelola sampah. Ada beberapa cara untuk melakukan
Dalam kebijakan dan strategi pengurangan volume sampah, antara
nasional pengembangan sistem lain:
pengelolaan sampah yang terkait a). Incenerator (pembakaran)
dengan tema perilaku pengelolaan Merupakan proses pengelolaan
sampah disebutkan antara lain, sampah dengan proses oksidasi,
kebijakan pengurangan sampah sehingga menjadi kurang kadar
semaksiamal mungkin dimulai dari bahayanya, stabil secara kimiawi
sumbernya dengan pola meningkatkan serta memperkecil volume maupu
pemahaman kepada masyarakat berat sampah yang akan dibuang
tentang upaya 3R dan mengembangkan ke lokasi TPA.
sistem insentif dan disinsentif. b). Balling (pemadatan)
Dalam hal partisipasi masyarakat Merupakan sistem pengelolaan
kebijakan yang dituangkan adalah sampah yang dilakukan dengan
meningkatkan pemahaman sejak pemadatan terhadap sampah
dini, menyebarluaskan pemahaman dengan alat pemadat yang bertujuan
tentang sampah kepada masyarakat untuk mengurangi volume dan
tentang pengelolaan sampah, efisiensi transportasi sampah.
meningkatkan pembinaan pengeloaan c). Composting (pengomposan)
sampah khususnya kepada kaum Merupakan salah satu sistem
perempuan. pengelolaan sampah dengan
e. Konsep Pengelolaan Sampah mendekomposisikan sampah
3R organik menjadi material kompos,
Pengelolaan sampah adalah sperti humus dengan memanfaatkan
suatu upaya untuk mengurangi aktivitas bakteri.
volume sampah atau merubah d). Pulverization (penghalusan)
bentuk sampah menjadi sesuatu Merupakan suatu cara yang
yang bermanfaat dengan berbagai bertujuan untuk mengurangi
macam cara. Teknik pengelolaan volume, memudahkan pekerjaan

74 | ASAS, Vol. 12, No.02, Desember 2020


penimpunan, menekan vektor berikut:
penyakit serta memudahkan a). Penyakit diare, kolera, tifus
terjadinya pembusukan dan menyebar dengan cepat karena
stabilisasi. virus yang berasal dari sampah
2). Reuse (penggunaan kembali) dengan pengelolaan tidak
Reuse adalah pemanfaatan kembali tepat dapat bercampur air
atau mengguanakan kembali bahan- minum.
bahan dari hasil pembuangan b). Penyakit jamur dapat juga
sampah menjadi bahan yang menyebar (misalnya jamur kulit).
dapat dipergunakan kembali misalnya c). Penyakit yang dapat menyebar
sampah konstruksi bangunan. melalui rantai makanan. Salah
3). Recycle (daur ulang) satu contohnya adalah suatu
Recycle adalah kegiatan pemisahan penyakit yang dijangkitkan
benda-benda anorganik (misalnya: oleh cacing pita (taenia).
botol-botol bekas, kaleng, kardus Cacing ini sebelumnnya masuk
dan lainnya) dari tumpukan sampah ke dalam pencernakan binatang
untuk diproses kembali menjadi ternak melalui makanannya
bahan baku atau barang yang yang berupa sisa makanan/sampah.
lebih berguna. d). Sampah beracun: Telah dilaporkan
f. Dampak Jika Sampah Tidak bahwa di Jepang kira- kira
Dikelola 40.000 orang meninggal akibat
Menurut Gelbert jika sampah mengkonsumsi ikan yang telah
tidak dikelola dengan baik akan terkontaminasi oleh raksa (Hg).
menimbulkan dampak negatif Raksa ini berasal dari sampah
terhadap manusia dan lingkungan, yang dibuang ke laut oleh
yaitu:14 pabrik yang memproduksi
1). Dampak terhadap Kesehatan baterai dan akumulator.
Lokasi dan pengelolaan sampah g. Dampak Terhadap Lingkungan
yang kurang memadai (pembuangan Cairan rembesan sampah (lindi)
sampah yang tidak terkontrol) yang masuk ke dalam drainase atau
merupakan tempat yang cocok sungai akan mencemari air. Berbagai
bagi beberapa organisme dan organisme termasuk ikan dapat mati
menarik bagi berbagai binatang sehingga beberapa spesies akan
seperti lalat dan anjing yang lenyap, hal ini mengakibatkan
dapat menjangkitkan penyakit. berubahnya ekosistem perairan
Potensi bahaya kesehatan yang biologis.
dapat ditimbulkan adalah sebagai Penguraian sampah yang dibuang
ke dalam air akan menghasilkan
asam organik dan gas cair organik,
14 M. Gelbert, Konsep Pendidikan
Lingkungan Hidup dan ”Wall Chart”, (Malang: seperti metana. Selain berbau kurang
Buku Panduan Pendidikan Lingkungan sedap, gas ini dalam konsentrasi
Hidup, PPPGT/VEDC, 1996), h. 96

ASAS, Vol. 12, No.02, Desember 2020 |75


tinggi dapat meledak. Dampak C. Analisis
Terhadap Keadaan Sosial dan 1. Strategi Pengelolaan Sampah
Ekonomi Dampak-dampak tersebut Rumah Tangga Di Kabupaten
adalah sebagai berikut: Pringsewu dan kabupaten
Lampung Selatan
1). Pengelolaan sampah yang kurang
Hasil penelitian dan observasi di
baik akan membentuk lingkungan
Dinas Kebersihan dan Pertamanan
yang kurang menyenangkan bagi
Kab. Pringsewu dan Kab. Lampung
masyarakat: bau yang tidak sedap
Selatan, bahwa upaya yang dilakukan
dan pemandangan yang buruk
pemerintah Kab. Pringsewu dan Kab.
karena sampah bertebaran dimana-
Lampung Selatan untuk menjaga
mana.
kebersihan dengan beberapa program
2). Memberikan dampak negatif
yang selama ini dilakukan.
terhadap kepariwisataan.
Pertama, pemerintah melakukan
3). Pengelolaan sampah yang tidak
kebijakan salah satu upaya dalam
memadai menyebabkan rendahnya
pengelolaan sampah yang berwawasan
tingkat kesehatan masyarakat.
lingkungan di Kab. Pringsewu dan
Hal penting disini adalah
Kab. Lampung Selatan melalui konsep
meningkatnya pembiayaan secara
3 R (Reduce, Reuse dan Recycle), yaitu
langsung (untuk mengobati orang
mengurangi timbulan sampah,
sakit) dan pembiayaan secara tidak
menggunakan kembali bahan yang
langsung (tidak masuk kerja,
berpotensi menimbulkan sampah dan
rendahnya produktivitas).
mendaur ulang sampah baik sampah
4). Pembuangan sampah padat ke
organik berupa sisa makanan, sayuran,
badan air dapat menyebabkan
buah-buahan, jenis sampah ini dapat
banjir dan akan memberikan
di produksi (basis komunal, home
dampak bagi fasilitas pelayanan
industri) menjadi pupuk organik padat
umum seperti jalan, jembatan,
dan cair secara manual maupun
drainase, dan lain-lain. Infrastruktur
menggunakan komposter. Sementara
lain dapat juga dipengaruhi oleh
sampah non organik berupa potongan
pengelolaan sampah yang tidak
kaca, kertas, logam, plastik, karet
memadai, seperti tingginya biaya
dan bahan non organik lain juga bisa
yang diperlukan untuk pengelolaan
didaur ulang.16
air. Jika sarana penampungan
Kedua, Program yang dijalankan
sampah yang kurang atau tidak
pemerintah Kab. Pringsewu dan Kab.
efisien, orang akan cenderung
Lampung Selatan dalam menangani
membuang sampahnya di jalan.15
permasalahan sampah mempunyai
strategi, yaitu untuk tingkatan hilir
Pemerintah Kab. Pringsewu dan Kab.
Lampung Selatan bekerja sama dengan

15 Ibid, h. 96 16 Ibid

76 | ASAS, Vol. 12, No.02, Desember 2020


pihak ketiga (swasta) dalam pengelolaan anorganik yang sebenarnya dapat
sampah. Kerjasama ini berjangka didaur ulang. Harapannya dengan adanya
waktu selama 25 tahun.Selaku pihak bank sampah yang ada dimasyarakat
swasta yang mengelola sampah menjadi bisa membangun kesadaran dalam
kompos bahkan tidak hanya kompos pengelolaan sampah. Saat ini masyarakat
tetapi juga berupa granula yang berbentuk Kab. Pringsewudan Kab. Lampung
butiran-butiran. Dengan melihat besarnya Selatan dalam pengelolaan sampah
jumlah timbulan sampah yang dihasilkan masih rendah. Salah satu hal yang
per harinya tentu perlu dilakukan suatu bisa dilihat, ketika masyarakat membuang
upaya untuk menangani masalah dengan sampah disungai, dilahan kosong
membangun hubungan kerjasama yang bukan tempat sampah. Usaha
pihak swasta. Ketiga, pengelolaan sampah yang dilakukan oleh pemerintah dalam
secara berwawasan lingkungan dengan menjaga kebersihan Kab. Pringsewu
program partisipasi masyarakat melalui dan Kab. Lampung Selatan tidak hanya
Bank Sampah. Upaya ini dilakukan sebatas pengadaan sarana prasarana
pemerintah Kab. Pringsewu dan Kab. tetapi juga dengan menyadarkan
Lampung Selatan dalam rangka masyarakat agar mau dan mampu
mewujudkan kesadaran masyarakat mengelola sampah secara baik. Karena
dalam pengelolaan sampah yang meskipun dalam Undang-Undang
berwawasan lingkungan menjadi bahan Persampahan No.18 Tahun 2008
yang berguna. Selain itu, adanya bank tentang Pengelolaan Sampah yaitu
sampah ini menjadi bagian pelaksanaan Pengelolaan Sampah, Penanganan
Perda Pengelolaan sampah di Kab. persampahan yang baik dan berwawasan
Pringsewu dan Kab. Lampung Selatan, lingkungan merupakan tugas dari
bahwa pengelolaan sampah dilaksanaan Pemerintahan Daerah.
dengan peran serta masyarakat Kab. Pengelolaan sampah yang berwawasan
Pringsewu dan Kab. Lampung Selatan. lingkungan dan keberlanjutan tidak
Secara umum yang terjadi dalam akan bisa berjalan tanpa adanya kemauan
pelaksanaan pengelolaan sampah di dan kesadaran dari masyarakat. Salah
Kab. Pringsewu dan Kab. Lampung satu permasalahan yang sangat mendasar
Selatan selama ini, di mana sampah bagi pengelolaan sampah di Kab.
rumah tangga oleh masyarakat dikumpulkan Pringsewu dan Kab. Lampung Selatan
dan dibuang ke sebuah tempat pembuangan adalah besarnya jumlah timbulan sampah
atau kontainer yang disediakan oleh yang dihasilkan oleh masyarakat. Selain
pemerintah. Kemudian sampah yang itu dalam pengelolaan sampah, masyarakat
sudah terkumpul diangkut oleh truk ikut bertanggung jawab atas penangananya
ke sanitary landfill dan dibuang ditempat dikarenakan sampah dihasilkan dari
sampah. Hal ini umumnya kurang kegiatan masyarakat. Jangan sampai
terkontrol dalam pengelolaan sampah, permasalahan sampah menjadi berlarut-
dimana sampah-sampah tersebut belum larut, karena minimnya keterlibatan
dipilah mana sampah organik dan masyarakat dalam pengelolaan sampah.

ASAS, Vol. 12, No.02, Desember 2020 |77


Dengan adanya partisipasi masyarakat masyarakat lebih maksimal. Hal
terkait pemilahan sampah, akan berdampak lain yang dilakukan dengan sosialisasi
positif bagi pelaksanaan pengelolaan kepada masyarakat Kab. Pringsewu
sampah di Kab. Pringsewu dan Kab. dan Kab. Lampung Selatan mengenai
Lampung Selatan. pengelolaan sampah yang bekelanjutan
2. Solusi Yang Dilakukan Oleh sehingga terciptanya partisipasi
Pemerintah Kabupaten Pringsewu masyarakat dalam menerapkan
dan Pemerintah Kabupaten Lampung kebiasaan memanfaatkan kembali
Selatan Agar Dapat Meningkatkan sampah.
Pengelolaan Sampah Di Era
Otonomi Daerah 3). Memperbanyak jumlah armada
Solusi untuk mengatasi hambatan dan container di Kab. Pringsewu
dalam pengelolaan sampah yang dan Kab. Lampung Selatan guna
berwawasan lingkungan di Kab. Pringsewu meningkatkan pelayanan kepada
dan Kab. Lampung Selatan terdiri dari masyarakat. Hal yang dilakukan
jangka pendek dan jangka panjang dengan memperbaiki sarana dan
yaitu: prasarana berupa armada dan
a. Jangka pendek container yang sudah tidak layak
1). Mengadakan program pelatihan pakai. Selain itu, melakukan
sistem pengelolaan sampah yang pembaharuan armada lama dengan
baik dan bernilai ekonomi. Hal armada baru yang lebih modern
ini menunjukkan dengan banyaknya dan lebih praktis.
penduduk di Kab. Pringsewu Selain strategi di atas ada strategi
dan Kab. Lampung Selatan harus lain yang ditawarkan yaitu pemberian
memberikan pelatihan bagi warga motivasi dalam penerapan sistem 3R
masyarakat. Karena tolak ukur ini bertujuan untuk masyarakat
keberhasilan pengelolaan sampah memanfaatkan sampah yang salah
kembali kepada peran serta satunya adalah pembuatan pupuk
masyarakat Kab. Pringsewu dan kompos dari material organik untuk
Kab. Lampung Selatan dalam kebutuhan tanaman sendiri, pemilahan
persampahan. Semakin tinggi barang yang masih layak pakai dan
jumlah penduduk jika masyarakat sebagainya.17 Pasal 14 dan 15 Undang-
sadar akan pengelolaan sampah Undang Persampahan No.18 Tahun
yang baik, maka suatu wilayah 2008 tentang Pengelolaan Sampah
tersebut juga akan baik pula. menegaskan peran dan tanggungjawab
2). Mengadakan pelatihan bagi produsen dalam mengelola sampah.18
SDM Aparat pelaksanaan Pengelola
Sampah dan Pengadaan SDM 17 Kemenko bidang perekonomian RI,

baru yang lebih mampu dalam Kajian Kebijakan dan Strategi Nasional
Percepatan Pengelolaan Persampahan, (Jakarta:
pengelolaan sampah untuk ditempatkan PT. Arkonin Engineering, 2015), h.1-2
dilapangan. Sehingga Pengelolaan 18 Undang-Undang Nomor 18 Tahun

2008 Tentang Pengelolaan Sampah, Pasal


sampah yang diharapkan oleh
14 dan 15

78 | ASAS, Vol. 12, No.02, Desember 2020


Dalam pasal ini mensyaratkan kepada Penawaran solusi tersebut
produsen atau pelaku usaha untuk membutuhkan dana, fasilitas/peralatan
memanfaatkan kembali kemasan dari modern, kealihan lahan yang memadai
produk yang dianggap layak pakai. sehingga perlu adanya campur tangan
pendekatan ini dilakukan untuk pemerintah dalam melaksanakan
bertujuan menekan biaya produksi pengelolaan sampah yang berkelanjutan
proses daur ulang material sampah. dan menjamin kehidupan kota yang
Sistem pengelolaan sampah yang masih lebih baik.
jauh dari target ditunjukkan oleh D. Kesimpulan
sejumlah indikator, yaitu dari aspek Berdasarkan pemaparan di atas,
peran serta masyarakat dalam hal maka dapat dihasilkan beberapa kesimpulan
kesadaran pembuangan sampah yang sebagai berikut:
berdampak buruk dan perkepanjangan. 1. Strategi yang dapat digunakan
b. Jangka Panjang oleh Pemerintah Kab. Pringsewu
1). Memanfaatkan teknologi dalam dan pemerintah Kab. Lampung
melakukan pengolahan sampah Selatan agar dapat meningkatkan
yaitu: pengelolaan sampah di era Otonomi
a). Pengolahan secara fisik berupa Daerah Strategi yaitu dengan Program
pengurangan ukuran sampah, jangka pendek dan jangka panjang.
pemadatan, pemisahan secara Selain strategi lain yang dilakukan
magnetis, masa jenis dan optic yaitu pemberian motivasi dalam
b). Pengolahan secara kimia, penerapan sistem 3R ini bertujuan
yaitu penambahan bahan kimia untuk masyarakat memanfaatkan
bahan lain agar mempermudah sampah yang salah satunya adalah
proses degradasi/ penguraian/ pembuatan pupuk kompos dari
proses selanjutnya. material organik untuk kebutuhan
c). Pengolahan secara biologi tanaman sendiri, pemilahan barang
yaitu, berupa pengolahan secara yang masih layak pakai dan sebagainya.
aerobic dan atau secara 2. Solusi yang ditawarkan untuk
anaoerobik misalnya proses menciptakan sistem pengelolaan
pengomposan dan atau sampah di Kab. Pringsewu dan Kab.
biogasifikasi. Lampung Selatan yang berwawasan
d). Pengolahan secara termal, lingkungan dan berkelanjutan di
yaitu insinerasi, pirolisis/gasifikasi era otonomi daerah yaitu Mengadakan
e). Pegolahan sampah dilakukuan program pelatihan sistem pengelolaan
dengan memanfaatkan teknologi sampah yang baik dan bernilai
yang dapat menghasilkan energy ekonomi bagi masyarakat, mengadakan
berupa bahan bakar seperti
Refused Derifed Fuel (RDF).19
Pengelolaan Sampah, laporan akhir, (Jakarta:
PT. Arkonin Engineering Manggala Pratama,
19 Kemenko Perekonomian, Kajian 2015), h.34.
Kebijakan Dan Strategi Nasional Percepatan

ASAS, Vol. 12, No.02, Desember 2020 |79


pelatihan bagi SDM, menambah
jumlah armada dan container, lahan, Purwodarminto, W. S, Kamus Lingkungan.
tenega kerja. Jakarta: Balai Pustaka, 1994

Towo, Pengelolaan Sampah Terpadu Sebagai


E. Daftar Pustaka Salah Satu Upaya Mengatasi Problem
Apriadi, Menghindari, Mengolah dan Sampah di Perkotaan. Jakarta:
menyingkirkan Sampah. Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2010
Abdi Tandur, 1989
Widjaja, Otonomi Daerah dan Daerah
B., Miles, M. dan Huberman A.M, Otonomi. Jakarta: PT Raja
Analisis Data Kualitatif. Terjemahan Grafindo Persada, 2002
oleh. Tjetjep Rohendi Rohidi. Jakarta:
Penerbit Universitas Indonesia, Peraturan Perundang-undangan:
1984
Undang-Undang No. 18 Tahun 2008
Gelbert. M., Konsep Pendidikan Tentang Pengelolaan Sampah
Lingkungan Hidup dan ”Wall Chart”.
Malang: Buku Panduan Pendidikan
Lingkungan Hidup, PPPGT/
VEDC, 1996

Kemenko bidang perekonomian RI,


Kajian Kebijakan dan Strategi Nasional
Percepatan Pengelolaan Persampahan.
Jakarta: PT. Arkonin Engineering,
2015

Kustiah, Tuti, Kajian Kebijakan Pengelolaan


Sanitasi Berbasis Masyarakat,
Pusat Penelitian dan Pengembangan
Permukiman. Bandung: Badan
Penelitian dan Pengembangan
Departemen Pekerjaan Umum,
2005

Muchtar, Azwar, Sumber Sampah.


Yogyakarta: PT. Tiga Pertiwi ,
2012

Muluk, Khairul, Desentralisasi Pemerintahan


Daerah. Malang: Bayu Media,
2005

Muslimin, Amran, Aspek-Aspek Hukum


Otonomi Daerah. Bandung:
Alumni, 1986

80 | ASAS, Vol. 12, No.02, Desember 2020

Anda mungkin juga menyukai