Abstrak. Suatu pemukiman kumuh dapat dikaitkan dengan kemiskinan, karena pada
umumnya di pemukiman kumuhlah yang kebanyakan masyarakat yang kurang mampu
tinggal dan letak rumahnya semerawut banyak dijumpai di kawasan perkotaan. Kecamatan
Tumpaan merupakan bagian dari Kabupaten Minahasa Selatan. Kecamatan Tumpaan
memiliki jumlah penduduk 15.884 jiwa dengan luas wilayahnya ±21.485 ha dan memiliki
kepadatan menduduk 0,73 jiwa/ha. Berdasarkan RKPKP Tahun 2015-2016 (Rencana
Kawasan Pemukiman Kumuh Perkotaan) Kecamatan Tumpaan memiliki luasan permukiman
kumuhnya ±13,41 Ha yang tersebar di 3 Kelurahan: Kelurahan Tumpaan 1, Kelurahan
Matani 1 dan Kelurahan Tumpaan 1. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui arahan
pengembangan yang tepat untuk membantu memperbaiki kualitas permukiman yang ada.
Penelitian ini bertujuan untuk Mengidentifikasi kondisi existing Sanitasi di kawasan
permukiman kumuh yang ada di Kecamatan Tumpaan dan Menganalisis arahan
pengembangan Sanitasi berkelanjutan pada kawasan permukiman kumuh Kecamatan
Tumpaan. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif-kualitif dengan
menggunakan analisis overlay eliminasi. Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan,
kawasan permukiman kumuh di kecamatan tumpaan terbagi di dalam 3 kawasan yaitu;
Kelurahan Matani 1, Kelurahan Tumpaan 1 dan Kelurahan Tumpaan. Berdasarkan hasil
observasi dan pembagian kuesioner ditemukan bahwa kondisi eksisting sanitasi pada daerah
penelitia belum memadai. Hal ini dapat dilihat dalam perbandingan antara sistem
pengelolaan sampah dan pengaliran limbah cair dengan pedoman yang berlaku. Dan konsep
yang bisa dikembangkan dan diterapkan di kawasan permukiman kumuh yang ada ialah
konsep Sanimas (Sanitasi Masyarakat) yaitu pembuatan Tangki Septik Bersekat dan
bangunan TPS3R di tiap-tiap kelurahan di kawasan permukiman kumuh dan melibatkan
masyarakat dalam perencanaan,pembangunan sampai dalam pengelolaannya.
Sanitasi METODOLOGI
Sanitasi merupakan salah satu komponen
dari infrastruktur yang di dalamnya sudah Daerah yang menjadi daerah penelitian
mencakup sistem persampahan,air limbah adalah Kecamatan Tumpaan dan mencakup
dan drainase. Prasaranan dan sarana sanitasi 3 kelurahan yaitu : Kelurahan Matani 1,
terdiri dari penanganan air limbah domestik Kelurahan Tumpaan 1, dan Kelurahan
yang berasal dari aktivitas manusia, Tumpaan. Kecamatan Tumpaan Terdapat
perumahan, perkantoran, maupun pusat terdapat di Kabupaten Minahasa Selatan,
bisnis dan penanganan bidang sampah berjarak sekitar 50 km dari Kota Manado,
domestik yang merupakan sisa hasil Ibukota Provinsi Sulawesi Utara.Kecamatan
aktivitas manusia yang berbentuk padat, Tumpaan memiliki topografi wilayah
serta bidang drainase yang merupakan hamparan dengan ketinggian lebih dari 14
sistem jaringan pembuangan air hujan di meter dari permukaan laut.
wilayah permukiman untuk mengendalikan
air permukaan sehingga tidak mengganggu Kebutuhan Data Dan Teknik
dan merugikan masyarakat sekitar serta Pengumpulan Data
memberikan manfaat bagi kehidupan Data sebagai keterangan mengenai
manusia. sesuatu hal, baik berupa suatu hal yang
diketahui dan merupakan fakta yang di
Sanitasi Berkelanjutan interpretasikan melalui angka, simbol dan
Sanitasi Berkelanjutan adalah sanitasi yang kode. Metode pengumpulan data merupakan
berfokus pada aspek ekologis. Pendekatan di tahap dalam penelitian yang bertujuan
dasarkan pada prinsip pencegahan polusi. mengumpulkan data-data yang akan diteliti.
Mengolah limbah buangan manusia dan Terdapat 2 jenis metode yang akan
memanfaatkan urin dan tinja sebagai sumber digunakan dalam mengumpulkan data
daya pertanian. Sanitasi berwawasan penelitian yaitu pengumpulan data primer
lingkungan didesain untuk memecahkan dan sekunder.
sejumlah permasalahan dari sistem sanitasi
konvensional seperti tangki septik, sistem Metode Analisis Data
sewerage dan timbunan sampah. Sanitasi Teknik analisis yang digunakan adalah
berwawasan lingkungan didasarkan pada ide analisis deskriptif yaitu teknikanalisis yang
bahwa urin dan tinja merupakan sumber mendeskripsikan suatu fenomena secara
daya dalam rantai makanan. Sistem ini cermat dengan/melalui pengumpulan fakta
bertujuan untuk menghemat air, melindungi tanpa melakukan pengujian hipotesa
sumber daya air, mencegah polusi dan dapat (Singarimbun, 1991).Analisis deskriptif
menaikan kondisi ekonomi bagi masyarakat tersebut akan didasarkan pada teknik analisis
277
kualitatif dan kuantitatif. Secara lebih rinci
dapat dijelaskan sebagai berikut:
Analisis deskriptif kualitatif yaitu teknik
analisis yang berusaha memberikan
gambaran terhadap suatu kondisi secara
obyektif. Akan digunakan untuk
mengetahui;
a. Peran serta masyarakat dan
bentuk pengelolaan
persampahan dan air limbah
saat ini. Akan diketahui dari
data-data eksisting, data
kuesioner, wawancara, dan
observasi lapangan. Kondisi Gambar 1. Peta Daerah Permukiman
yang ada akan Kumuh Kecamatan Tumpaan
dikajibandingkan dengan Sumber : Penulis 2017
kondisi ideal peran serta
masyarakat dalam pengelolaan Kelurahan Matani 1
persampahan dan Sanitasi, Kelurahan Matani 1 merupakan
sehingga akan diketahui posisi salah satu bagian wilayah dari Kecamatan
peran serta masyarakat secara Tumpaan,dapat dilihat pada tabel dibawah
teoritis. luas wilayah kelurahan matani 1 adalah 231
b. Bentuk pengelolaan Ha dengan meliputi 9
persampahan dan air limbah lingkungan/Jaga.Jumlah Bangunan yang
secara berkelanjutan yang terdapat pada Kelurahan Matani ialah 268.
tepat untuk Kecamatan Populasi penduduk di Kelurahan Matani
Tumpaan. Diharapkan dapat ialah 2.103 jiwa, dengan jumlah KK
diketahui melalui data sebanyak 525. Luas wilayah kumuh
kuesioner, wawancara, dan kelurahan matani 1 ialah 3,81 Ha ataupun
observasi lapangan. mencapai 24,66% dari luas permukiman
Teknik Overlay Eliminasi adalah yang ada dengan total 193 bangunan yang
proses dimana menggabungkan dua masuk kedalam wilayah permukiman
layer atau lebih dengan dengan kumuh dengan kepadatan mencapai 253,82
mempertahankan batas – batas antar jiwa/ Ha
polygon sesuai dengan layer inputnya
dan mengeliminasi kawasan atau
daerah yang tidak masuk dalam
kategori yang dibahas.
Daerah Penelitian
Penelitian ini terletak pada
permukiman kumuh kecamatan Tumpaan. Gambar 2. Peta Kelurahan Matani 1
Berdasarakan data RKPKP luas wilayah Sumber : Penulis 2017
permukiman kumuh pada kecamatan
tumpaan ±12,05 Ha. Permukiman kumuh Kelurahan Tumpaan 1
kecamatan tumpaan ini terdapat dan terbagi Kelurahan Tumpaan Satu
kedalam 3 kelurahan yaitu;kelurahan matani merupakan salah satu bagian wilayah
1, kelurahan tumpaan 1, dan kelurahan dari Kecamatan Tumpaan,dapat dilihat
tumpaan. Dapat dilihat pada gambar pada tabel dibawah luas wilayah
dibawah kondisi kekumuhan di tiap-tiap kelurahan tumpaan satu adalah 273 Ha
kelurahan kecamtan tumpaan. yang mencakupi 7 lingkungan/jaga.
278
Jumlah Bangunan yang terdapat pada
Kelurahan Tumpaan Baru ialah 398. Kehidupan Sosial dan Budaya
Populasi penduduk di Kelurahan Penduduk di permukiman kumuh
Tumpaan Baru ialah 2.245 jiwa, dengan kecamatan tumpaan memiliki sifat
jumlah KK sebanyak 561. Luas wilayah Homogen. Kebanyakan masyarakat sekitar
kelurahan tumpaan 1 ialah 6,55 Ha berprofesi sebagai nelayan dan petani
ataupun mencapai 30,46% dari luas sebagai mata pencarian utama, hal ini
permukiman yang ada dengan total 224 dikarenakan kondisi letak geografis lokasai
bangunan yang masuk dalam wilayah penelitian di pesisir pantai kota amurang.
permukiman dan kepadatan mencapai Penduduk di sekitar pemukiman
151,91 jiwa/Ha permukiman kumuh kecamatan tumpaan
memiliki kebiasaan duduk didepan rumah
mereka dan berintaraksi dengan tetangga-
tetangga sekitar, ataupun duduk di bawah
pohon dekat pantai. Penduduk pada lokasi
penelitian yang berprofesi nelayan juga
biasanya memarkir kapal mereka di
belakang rumah mereka ataupun sekitar
pesisir pantai. Kondisi seperti ini memiliki
kesamaan dengan 5 kelurahan yang dibahas
Kelurahan Tumpaan
Kelurahan Tumpaan merupakan Gambar 5. Gambar Kehidupan
salah satu bagian wilayah dari Masyarakat di Permukiman Kumuh
Kecamatan Tumpaan,dapat dilihat pada Kecamatan Tumpaan
tabel diatas luas wilayah kelurahan Sumber : Penulis 2017
tumpaan adalah 1,27 Km² dengan
mencakupi 6 lingkungan/jag. Jumlah Kondisi Eksisting Persampahan
Bangunan yang terdapat pada Kelurahan Pada daerah penelitian kondisi
Tumpaan ialah 398. Populasi penduduk persampahannya tidak memiliki tata kelola
di Kelurahan Tumpaan ialah 2.245 jiwa, sampah yang baik,sehingga banyak warga
dengan jumlah KK sebanyak 416. Luas yang memanfaatkan saluran drainase dan
wilayah permukiman kumuh kelurahan ruang-ruang terbuka untuk menjadi tempat
tumpaan ialah 1,34 Ha ataupun pembuangan sampah ataupun pembakaran
mencapai 12,15% dari luas keseluruhan sampah.
wilayah terbangun dengan total 52
bangunan yang masuk ke wilayah
permukiman kumuh dan kepadatan yang
mencapai 203,73 jiwa/Ha
Sanitasi :
Untuk sektor sanitasi apabila
mengacu dalam skenario perencanaan
RKPKP maka untuk lokasi penelitian akan
diadakan pembangunan Sistem Pengelolaan
Air Limbah Setempat deng teknologi
pengolaan air limbah komunal yang dipilih
merupakan Tangki Septik Bersekat
(Baffled Reactor).
Tangki Septik Bersekat (Baffle
Reactor) adalah pengelolaan air limbah
Gambar 13. Penempatan Bangunan TPS dengan menggunakan beberapa
3R di Kelurahan Tumpaan 1 bak/kompartemen yang fungsinya berbeda-
Sumber : Penulis 2017 beda. Air limbah yang masuk pada tangki
akan diolah secara bertahap. Bak pertama
Kelurahan Tumpaan memiliki jumlah akan menguraikan materi organic yang
KK sebanyak 416KK dengan 6 sudah terurai dan seterusnya bak berikutnya
lingkungan. Untuk perencanaan akan menguraikan material yang lebih sulit
pembangunan TPS 3R dan pengelolaan untuk terurai.
3R penulis perlu meninjau faktor-faktor
dalam pembangunan TPS 3R seperti
yang ada pada tabel diatas,dan
berdasarkan hasil survey dan wawancara
dengan salah satu perangkat desa,
Kelurahan Tumpaan bersedia untuk
menyediakan sebuah lahan dengan luas
200 m² dengan legalitas lahan atas nama
pemerintah dan akses jalannya mudah
dijangkau karena terletak di depan jalan Gambar 15 Tanki Septik Bersekat
yang masuk dalam tipe kategori jalan Sumber : Buku Petunjuk Teknis Sanimas
utama. Untuk sosialisasi pengelolaan Maka dalam hal itu untuk pengembangan
sampah 3R penulis menrencanakan kedepannya penulis merencanakan untuk
untuk menyediakan 2 tenaga pembangunannya untuk masing-masing
pendamping/mentor pada masing-masing Kelurahan yang akan dibahas dengan
lingkungan dan 1 motor sampah untuk mempertimbangkan faktor-faktor sebagai
masing-masing lingkungan kelurahan berikut :
tumpaan.
a) Cakupan pelayanan 200KK untuk 1
Tangki Septik
b) Ketersediaan lahan seluas 60m²
c) Tangki Septik terbangun di lahan
bebas banjir
d) Kemiringan tanah : Kemiringan
tanah yang dinilai lebih baik jika
mempunyai kemiringan 2%,
e) Ketersediaan Air Bersih
Berdasarkan faktor-faktor diatas penulis
menggunakan teknik analisis overlay
eliminasi untuk menentukan lokasi
penempatan Tangki Septik Bersekat. Tangki
Septik Bersekat yang akan dibangun
284
mempunyai dua jenis pipa yang akan
mengalirkan limbah yaitu :
Pipa Primer : Pipa Primer bertujuan
untuk mengalirkan limbah dari rumah
menuju ke tangki septik tank komunal
Pipa Kolektor : Pipa kolektor
merupakan pipa yang terpasang di dan
bertujuan untuk mengalirkan limbah dari
rumah menuju ke Pipa Primer
Dari analisis data kondisi eksisting dengan
faktor-faktor penentu lokasi tangki septik
komunal, maka untuk pembangunannya tiap
kelurahan yang dibahas membutuhkan 2
tangki septik komunal yang beroprasi di tiap
kelurahan yang dibahas. Dapat dilihat pada
Gambar 17. Peta Penempatan Tangki
tabel dan gambar berikut :
Septik di Kelurahan Tumpaan 1
Tabel 2. Tabel Kebutuhan Tangki Septik Sumber : 2017
Kebutu
han
Kepala Jumlah
N Keluraha Tangki
Keluarga Bangu
o n Septik
(KK) nan
(200
KK)
Matani
1 525 268 2
Satu
Tumpaan
2 561 398 2
Satu
PENUTUP
Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisis dan
rumusan masalah maka ditarik kesimpulan
sebagai berikut :
1. Berdasarkan hasil penelitian dan
pembahasan, kawasan permukiman
kumuh di kecamatan tumpaan
terbagi di dalam 3 kawasan yaitu;
Gambar 16. Peta Penempatan Tangki Kelurahan Matani 1, Kelurahan
Septik di Kelurahan Matani 1
Tumpaan 1 dan Kelurahan Tumpaan.
Sumber : 2017
Berdasarkan hasil observasi dan
pembagian kuesioner ditemukan
bahwa kondisi eksisting sanitasi
pada daerah penelitian belum
memadai, hal ini dapat dilihat dalam
perbandingan antara sistem
285
pengelolaan sampah dan pengaliran Kualitas Terhadap Perumahan Kumuh
limbah cair dengan pedoman yang Dan Permukiman Kumuh
berlaku.
2. Berdasarkan analisis dan Rizqi Puteri Mahyudin. “Strategi
pembahasan maka konsep yang bisa Pengelolaan Sampah Berkelanjutan”
dikembangkan dan diterapkan di Fakultas Teknik Prodi Teknik
kawasan permukiman kumuh yang Lingkungan Universitas Lambung
ada ialah konsep Sanimas (Sanitasi Mangkurat
Masyarakat) yaitu pembuatan Teguh Kristiyanto “Pengelolaan
Tangki Septik Bersekat dan Persampahan Berkelanjutan
bangunan TPS3R di tiap-tiap Berdasarkan Peran Serta Masyarakat
kelurahan di kawasan permukiman
Kota Kebumen”
kumuh dan melibatkan masyarakat
dalam perencanaan,pembangunan
sampai dalam pengelolaannya.
DAFTAR PUSTAKA
Anthony K. Adebayo, Anthony C.O. Iweka,
Sustainable Infrastructure Upgrade in
Slum Settlements of Lagos, Nigeria:
The Role of the Architect. Department
of Architecture, Faculty of
Environmental Sciences, University of
Lagos, Akoka-Yaba, Lagos, Nigeria
Anonimus Pedoman Sanitasi Perkotaan
Berbasis Masyarakat Tahun 2014
Anonimus Sanitation. Net Pedoman Umum
Permukiman 3R
Dokumen RKPKP (Rencana Kawasan
Permukiman Kumuh Perkotaan)
H. Parikh, D. Surkar and M. O. Zanders,
India. “Sustainable infrastructure
development for slums and villages”.
28th WEDC Conference Kolkata
(Calcutta), India, 2002
SUSTAINABLE ENVIRONMENTAL
SANITATION AND WATER
SERVICES
Ibrahim Surotinojo “Partisipasi Masyarakat
Dalam Program Sanitasi Oleh
Masyarakat (SANIMAS) Di Desa Bajo
Kecamatan Tilamuta Kabupaten
Boalemo, Gorontalo”
Olumuyiwa O Ajayi, MSc. Faith O.
Oviasogie, MSc. Dominic E. Azuh,
PhD Moses M. Duruji, PhD. ”Urban
Design And Sustainable Development:
A Case Of Makoko Area Of Lagos
State, Nigeria”. Covenant University,
Ota, Ogun State, Nigeria
Permen PU Dan Perumahan Rakyat
Republik Indonesia Nomor
02/PRT/M/2016 Tentang Peningkatan
286