Anda di halaman 1dari 11

PENGEMBANGAN SANITASI BERKELANJUTAN DI KAWASAN PERMUKIMAN

KUMUH STUDI KASUS (KECAMATAN TUMPAAN)


Johanis K. Silangen¹, Fela Warouw², & Faizah Mastutie³
1
Mahasiswa S1 Program Studi Perencanaan Wilayah & Kota Universitas Sam Ratulanggi Manado
2&3
Staf Pengajar Jurusan Arsitektur, Universitas Sam Ratulangi Manado

Abstrak. Suatu pemukiman kumuh dapat dikaitkan dengan kemiskinan, karena pada
umumnya di pemukiman kumuhlah yang kebanyakan masyarakat yang kurang mampu
tinggal dan letak rumahnya semerawut banyak dijumpai di kawasan perkotaan. Kecamatan
Tumpaan merupakan bagian dari Kabupaten Minahasa Selatan. Kecamatan Tumpaan
memiliki jumlah penduduk 15.884 jiwa dengan luas wilayahnya ±21.485 ha dan memiliki
kepadatan menduduk 0,73 jiwa/ha. Berdasarkan RKPKP Tahun 2015-2016 (Rencana
Kawasan Pemukiman Kumuh Perkotaan) Kecamatan Tumpaan memiliki luasan permukiman
kumuhnya ±13,41 Ha yang tersebar di 3 Kelurahan: Kelurahan Tumpaan 1, Kelurahan
Matani 1 dan Kelurahan Tumpaan 1. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui arahan
pengembangan yang tepat untuk membantu memperbaiki kualitas permukiman yang ada.
Penelitian ini bertujuan untuk Mengidentifikasi kondisi existing Sanitasi di kawasan
permukiman kumuh yang ada di Kecamatan Tumpaan dan Menganalisis arahan
pengembangan Sanitasi berkelanjutan pada kawasan permukiman kumuh Kecamatan
Tumpaan. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif-kualitif dengan
menggunakan analisis overlay eliminasi. Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan,
kawasan permukiman kumuh di kecamatan tumpaan terbagi di dalam 3 kawasan yaitu;
Kelurahan Matani 1, Kelurahan Tumpaan 1 dan Kelurahan Tumpaan. Berdasarkan hasil
observasi dan pembagian kuesioner ditemukan bahwa kondisi eksisting sanitasi pada daerah
penelitia belum memadai. Hal ini dapat dilihat dalam perbandingan antara sistem
pengelolaan sampah dan pengaliran limbah cair dengan pedoman yang berlaku. Dan konsep
yang bisa dikembangkan dan diterapkan di kawasan permukiman kumuh yang ada ialah
konsep Sanimas (Sanitasi Masyarakat) yaitu pembuatan Tangki Septik Bersekat dan
bangunan TPS3R di tiap-tiap kelurahan di kawasan permukiman kumuh dan melibatkan
masyarakat dalam perencanaan,pembangunan sampai dalam pengelolaannya.

Kata Kunci : Pengembangan, Sanitasi, Berkelanjutan, Permukiman Kumuh


PENDAHULUAN Berdasarkan RKPKP Tahun 2015-2016
(Rencana Kawasan Pemukiman Kumuh
Pemukiman kumuh adalah Perkotaan) Kecamatan Tumpaan memiliki
pemukiman yang tidak layak huni karena luasan permukiman kumuhnya ±13,41 Ha
tidak memenuhi persyaratan untuk hunian yang tersebar di 3 Kelurahan: Kelurahan
baik secara teknis maupun non teknis. Tumpaan 1, Kelurahan Matani 1 dan
Suatu pemukiman kumuh dapat dikaitkan Kelurahan Tumpaan 1.
dengan kemiskinan, karena pada umumnya Permukiman Kumuh Kecamatan
di pemukiman kumuhlah yang kebanyakan Tumpaan menjadi lokasi studi dalam
masyarakat yang kurang mampu tinggal penelitian ini. Bagi peneliti karena ada
dan letak rumahnya semerawut banyak beberapa permasalahan infrastruktur
dijumpai di kawasan perkotaan. permukiman yang dapat dijumpai, tapi
Permukiman kumuh juga secara logika penulis lebih menfokuskan untuk
pasti memiliki infrakstruktur atau membahas infrastruktur sistem
prasarana sarana penunjang permukiman persampahan dan sanitasi. Hal ini
yang buruk pula. diperburuk dengan kebiasaan masyarakat
Kecamatan Tumpaan merupakan setempat yang sudah terbiasa untuk
bagian dari Kabupaten Minahasa Selatan. menambung sampah mereka kedalam pasir
Kecamatan Tumpaan memiliki jumlah di bibir pantai sehingga apabila terjadi
penduduk 15.884 jiwa dengan luas musim hujan dan air laut pasang, sampah
wilayahnya ±21.485 ha dan memiliki yang mereka timbun di dalam pasir akan
kepadatan menduduk 0,73 jiwa/ha. muncul kembali dan mengotori bibir pantai.
276
Keadaan para masyarakat di kawasan Sistem Persampahan Yang Berkelanjutan
permukiman ini juga diperburuk dengan pengelolaan persampahan yang
kondisi sanitasi untuk limbah domestik para berkelanjutan merupakan sistem yang
masyarakat tidak taralirkan dengan baik didalamnya terdapat ;
sehingga menimbulkan aroma yang tidak 1. Ekologi, adalah hubungan timbal balik
sedap dan saluran pembuangan limbah yang antara makhluk hidup dengan
langsung diarahkan kelaut. Kondisi tersebut lingkungannya. Pengelolaan Persampahan
secara internal berdampak pada timbulnya harus menjamin kelangsungan ekosistem
berbagai jenis penyakit, menurunnya dan daya dukung lingkungan.
produktivitas warga penghuni, timbulnya 2. Sosial Budaya, artinya masyarakat harus
kerawanan dan persoalan-persoalan sosial. dilibatkan dalam perencanaan,
Penelitian ini bertujuan untuk pelaksanaan dan pengawasan terhadap
Mengidentifikasi kondisi existing Sanitasi di pengelolaan persampahan.
kawasan permukiman kumuh yang ada di 3. Ekonomi, ada banyak keuntungan
Kecamatan Tumpaan dan Menganalisis ekonomi yang di dapat dari hasil
arahan pengembangan Sanitasi pengelolaan persampahan. Untuk
berkelanjutan pada kawasan permukiman mendapatkan keuntungan tersebut maka
kumuh Kecamatan Tumpaan. pengelolaan persampahan harus menjamin
adanya manfaat ekonomi untuk
TINJAUAN PUSTAKA masyarakat.

Sanitasi METODOLOGI
Sanitasi merupakan salah satu komponen
dari infrastruktur yang di dalamnya sudah Daerah yang menjadi daerah penelitian
mencakup sistem persampahan,air limbah adalah Kecamatan Tumpaan dan mencakup
dan drainase. Prasaranan dan sarana sanitasi 3 kelurahan yaitu : Kelurahan Matani 1,
terdiri dari penanganan air limbah domestik Kelurahan Tumpaan 1, dan Kelurahan
yang berasal dari aktivitas manusia, Tumpaan. Kecamatan Tumpaan Terdapat
perumahan, perkantoran, maupun pusat terdapat di Kabupaten Minahasa Selatan,
bisnis dan penanganan bidang sampah berjarak sekitar 50 km dari Kota Manado,
domestik yang merupakan sisa hasil Ibukota Provinsi Sulawesi Utara.Kecamatan
aktivitas manusia yang berbentuk padat, Tumpaan memiliki topografi wilayah
serta bidang drainase yang merupakan hamparan dengan ketinggian lebih dari 14
sistem jaringan pembuangan air hujan di meter dari permukaan laut.
wilayah permukiman untuk mengendalikan
air permukaan sehingga tidak mengganggu Kebutuhan Data Dan Teknik
dan merugikan masyarakat sekitar serta Pengumpulan Data
memberikan manfaat bagi kehidupan Data sebagai keterangan mengenai
manusia. sesuatu hal, baik berupa suatu hal yang
diketahui dan merupakan fakta yang di
Sanitasi Berkelanjutan interpretasikan melalui angka, simbol dan
Sanitasi Berkelanjutan adalah sanitasi yang kode. Metode pengumpulan data merupakan
berfokus pada aspek ekologis. Pendekatan di tahap dalam penelitian yang bertujuan
dasarkan pada prinsip pencegahan polusi. mengumpulkan data-data yang akan diteliti.
Mengolah limbah buangan manusia dan Terdapat 2 jenis metode yang akan
memanfaatkan urin dan tinja sebagai sumber digunakan dalam mengumpulkan data
daya pertanian. Sanitasi berwawasan penelitian yaitu pengumpulan data primer
lingkungan didesain untuk memecahkan dan sekunder.
sejumlah permasalahan dari sistem sanitasi
konvensional seperti tangki septik, sistem Metode Analisis Data
sewerage dan timbunan sampah. Sanitasi Teknik analisis yang digunakan adalah
berwawasan lingkungan didasarkan pada ide analisis deskriptif yaitu teknikanalisis yang
bahwa urin dan tinja merupakan sumber mendeskripsikan suatu fenomena secara
daya dalam rantai makanan. Sistem ini cermat dengan/melalui pengumpulan fakta
bertujuan untuk menghemat air, melindungi tanpa melakukan pengujian hipotesa
sumber daya air, mencegah polusi dan dapat (Singarimbun, 1991).Analisis deskriptif
menaikan kondisi ekonomi bagi masyarakat tersebut akan didasarkan pada teknik analisis
277
kualitatif dan kuantitatif. Secara lebih rinci
dapat dijelaskan sebagai berikut:
Analisis deskriptif kualitatif yaitu teknik
analisis yang berusaha memberikan
gambaran terhadap suatu kondisi secara
obyektif. Akan digunakan untuk
mengetahui;
a. Peran serta masyarakat dan
bentuk pengelolaan
persampahan dan air limbah
saat ini. Akan diketahui dari
data-data eksisting, data
kuesioner, wawancara, dan
observasi lapangan. Kondisi Gambar 1. Peta Daerah Permukiman
yang ada akan Kumuh Kecamatan Tumpaan
dikajibandingkan dengan Sumber : Penulis 2017
kondisi ideal peran serta
masyarakat dalam pengelolaan Kelurahan Matani 1
persampahan dan Sanitasi, Kelurahan Matani 1 merupakan
sehingga akan diketahui posisi salah satu bagian wilayah dari Kecamatan
peran serta masyarakat secara Tumpaan,dapat dilihat pada tabel dibawah
teoritis. luas wilayah kelurahan matani 1 adalah 231
b. Bentuk pengelolaan Ha dengan meliputi 9
persampahan dan air limbah lingkungan/Jaga.Jumlah Bangunan yang
secara berkelanjutan yang terdapat pada Kelurahan Matani ialah 268.
tepat untuk Kecamatan Populasi penduduk di Kelurahan Matani
Tumpaan. Diharapkan dapat ialah 2.103 jiwa, dengan jumlah KK
diketahui melalui data sebanyak 525. Luas wilayah kumuh
kuesioner, wawancara, dan kelurahan matani 1 ialah 3,81 Ha ataupun
observasi lapangan. mencapai 24,66% dari luas permukiman
Teknik Overlay Eliminasi adalah yang ada dengan total 193 bangunan yang
proses dimana menggabungkan dua masuk kedalam wilayah permukiman
layer atau lebih dengan dengan kumuh dengan kepadatan mencapai 253,82
mempertahankan batas – batas antar jiwa/ Ha
polygon sesuai dengan layer inputnya
dan mengeliminasi kawasan atau
daerah yang tidak masuk dalam
kategori yang dibahas.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Bagian ini membahas gambaran umum


lokasi penelitian serta analisis – analisis
yang dijelaskan pada bagian metodologi.

Daerah Penelitian
Penelitian ini terletak pada
permukiman kumuh kecamatan Tumpaan. Gambar 2. Peta Kelurahan Matani 1
Berdasarakan data RKPKP luas wilayah Sumber : Penulis 2017
permukiman kumuh pada kecamatan
tumpaan ±12,05 Ha. Permukiman kumuh Kelurahan Tumpaan 1
kecamatan tumpaan ini terdapat dan terbagi Kelurahan Tumpaan Satu
kedalam 3 kelurahan yaitu;kelurahan matani merupakan salah satu bagian wilayah
1, kelurahan tumpaan 1, dan kelurahan dari Kecamatan Tumpaan,dapat dilihat
tumpaan. Dapat dilihat pada gambar pada tabel dibawah luas wilayah
dibawah kondisi kekumuhan di tiap-tiap kelurahan tumpaan satu adalah 273 Ha
kelurahan kecamtan tumpaan. yang mencakupi 7 lingkungan/jaga.
278
Jumlah Bangunan yang terdapat pada
Kelurahan Tumpaan Baru ialah 398. Kehidupan Sosial dan Budaya
Populasi penduduk di Kelurahan Penduduk di permukiman kumuh
Tumpaan Baru ialah 2.245 jiwa, dengan kecamatan tumpaan memiliki sifat
jumlah KK sebanyak 561. Luas wilayah Homogen. Kebanyakan masyarakat sekitar
kelurahan tumpaan 1 ialah 6,55 Ha berprofesi sebagai nelayan dan petani
ataupun mencapai 30,46% dari luas sebagai mata pencarian utama, hal ini
permukiman yang ada dengan total 224 dikarenakan kondisi letak geografis lokasai
bangunan yang masuk dalam wilayah penelitian di pesisir pantai kota amurang.
permukiman dan kepadatan mencapai Penduduk di sekitar pemukiman
151,91 jiwa/Ha permukiman kumuh kecamatan tumpaan
memiliki kebiasaan duduk didepan rumah
mereka dan berintaraksi dengan tetangga-
tetangga sekitar, ataupun duduk di bawah
pohon dekat pantai. Penduduk pada lokasi
penelitian yang berprofesi nelayan juga
biasanya memarkir kapal mereka di
belakang rumah mereka ataupun sekitar
pesisir pantai. Kondisi seperti ini memiliki
kesamaan dengan 5 kelurahan yang dibahas

Gambar 3. Peta Kelurahan Tumpaan 1


Sumber : Penulis 2017

Kelurahan Tumpaan
Kelurahan Tumpaan merupakan Gambar 5. Gambar Kehidupan
salah satu bagian wilayah dari Masyarakat di Permukiman Kumuh
Kecamatan Tumpaan,dapat dilihat pada Kecamatan Tumpaan
tabel diatas luas wilayah kelurahan Sumber : Penulis 2017
tumpaan adalah 1,27 Km² dengan
mencakupi 6 lingkungan/jag. Jumlah Kondisi Eksisting Persampahan
Bangunan yang terdapat pada Kelurahan Pada daerah penelitian kondisi
Tumpaan ialah 398. Populasi penduduk persampahannya tidak memiliki tata kelola
di Kelurahan Tumpaan ialah 2.245 jiwa, sampah yang baik,sehingga banyak warga
dengan jumlah KK sebanyak 416. Luas yang memanfaatkan saluran drainase dan
wilayah permukiman kumuh kelurahan ruang-ruang terbuka untuk menjadi tempat
tumpaan ialah 1,34 Ha ataupun pembuangan sampah ataupun pembakaran
mencapai 12,15% dari luas keseluruhan sampah.
wilayah terbangun dengan total 52
bangunan yang masuk ke wilayah
permukiman kumuh dan kepadatan yang
mencapai 203,73 jiwa/Ha

Gambar 6. Kondisi Eksisting Sistem


Persampahan
Sumber : Penulis 2017

Kondisi Eksisting Sistem Pengaliran Air


Limbah
Pada derah penelitian, sebagian besar rumah
Gambar 4. Peta Kelurahan Tumpaan
Sumber : Penulis 2017 warga sudah memiliki Wc dan memiliki
septik tank di tiap rumah mereka, akan tetapi
279
untuk pengaliran air limbah dari dapur dan Gambar 8. Skema Pengelolaan
K.M masih belum bagus karena saluran air Persampahan Pada Kondisi Eksisting
limbah belum tersedia. Sumber : Penulis 2017
Dapat dilihat berdasarkan skema diatas
bahwa sampah yang dihasilkan dari Rumah
Tangga langsung tercampur dan tidak ada
terjadinya proses pemilahan dan pengelolaan
yang dilakukan oleh masyarakat, dalam hal
pembuangan akhir yang dilakukan oleh
masyarakat setempat belum terlalu optimal
berdasarkan hasil analisis kuesioner yang
Gambar 6. Kondisi Pengaliran Air dibagikan responden masyarakat setempat
Limbah memusnahkan sampah mereka dengan cara
Sumber : Penulis 2017 Di timbun di bibir pantai sebanyak 10,
setelah itu frekuensi responden menjawab Di
Kondisi Eksisting Drainase bakar di drainase 24, frekuensi responden
Pada daerah penelitian, jaringan drainase menjawab Di bakar di halaman rumah
yang ada tidak terintergrasi dengan baik, sebanyak 28, frekuensi responden menjawab
banyak drainase tidak terkoneksi dengan Bak Sampah/Gerobak Sampah sebanyak 18 ,
sistem yang ada, sebagian besar sistem frekuensi responden menjawab Di timbun di
jaringan drainase dipenuhi sampah dan kebun sebanyak 3. Apabila kondisi ini akan
sebagiannya tidak berfungsi dengan baik. dibandingkan dengan skema pengelolaan
sampah 3R bentuk pengelolaan seperti
belum terlalu optimal, dan tidak adanya
unsur keberlanjutan.

Analisis Kondisi Eksisting Limbah Cair


dengan SANIMAS (Sanitasi Masyarakat)
Berdasarkan kondisi secara umum yang
ada dalam Sanitasi Kawasan Permukiman
Gambar 7. Kondisi Eksisting Drainase Kumuh Kecamatan Tumpaan , maka bentuk
Sumber : Penulis 2017 pengaliran air limbah saat ini adalah sebagai
berikut :
Analisis Pengelolaan Sampah Pada
Kondisi Eksisting
Berdasarkan peran serta masyarakat
saat ini, peran serta Pemerintah, dan kondisi
secara umum yang ada dalam sistem
pengelolaan persampahan Kawasan
Permukiman Kumuh Kecamatan Tumpaan ,
maka bentuk pengelolaan saat ini adalah
sebagai berikut ; Gambar 9. Skema Pengaliran Limbah
Cair Pada Kondisi Eksisting
Sumber : Penulis 2017

Dapat dilihat berdasarkan skema


diatas bahwa pengaliran air limbah dari
Rumah Tangga terbagi menjadi 3 yaitu : Wc,
Kamar Mandi, dan Dapur. Untuk air Limbah
kotor dari Dapur dan Kamar mandi langsung
dialirkan ke drainase dan langsung menuju
ke pantai sebagai tujuan terakhir. Untuk Wc
kebanyakan rumah di daerah penelitian
sudah memiliki saluran Septik Tank. Dalam
hal pengaliran air limbah yang dilakukan
oleh masyarakat setempat belum terlalu
280
optimal,berdasarkan hasil analisis kuesioner terkumpul di IPAL, maka IPAL
yang dibagikan ke 50 responden frekuensi akan memproses kembali air
terbanyak mengalirankan air limbah mereka limbah tersebut agar dapat
yaitu Ke Drainase 27, setelah itu frekuensi dialirkan ke sungai ataupun di
responden menjawab Ke Pantai 18, pantai.
frekuensi responden menjawab Ke Kebun 5.
Apabila kondisi ini akan dibandingkan Bentuk Pengaliran Air Limbah ini
dengan skema Pengaliran Air Limbah adalah bentuk pengaliran yang sangat
SANIMAS sistem sanitasi kondisi eksisting efektif dari pada sistem pengaliran air
seperti belum terlalu optimal, dan tidak limbah yang dilakukan oleh masyarakat
adanya unsur keberlanjutan. di daerah penelitian. Apabila skema
pengaliran ini bisa bisa dilakukan, maka
air limbah dapat terproses dengan baik
dan tidak akan mengurangi pencemaran
lingkungan. Maka dari itu untuk dapat
terwujudnya arahan pengembangan
kedepannya daerah peneltian
membutuhkan perencanaan pengaliran air
limbah seperti ini dan pembangunan
IPAL untuk tiap kelurahan yang ada.
Arahan Pengembangan
Berdasarkan analisis diatas maka
dikeluarkan arahan pengembangan dengan
Gambar 10. Skema Sistem Pengelolaan mempertibangkan skenario perencanaan
Limbah SANIMAS yang sudah ada dalam RKPKP (Rencana
Sumber : Petunjuk Teknis SANIMAS Kawasan Permukiman Kumuh Perkotaan)
a. maka untuk pengembangan kedepannya A
ir limbah yang dihasilkan dari ialah sebgai berikut :
Dapur dan Kamar mandi akan
Persampahan : Sarana dan Prasarana
langsung dialirkan ke bak kontrol-1
Persampahan
b. B
ak kontrol-1 berfungsi untuk - Kontainer
mengontrol jumlah volume air Berdasarkan analisis diatas dapat
limbah yang dihasilkan dari rumah disimpulkan bahwa daerah pembahasan
tangga, dan akan langsung memerlukan perencanaan untuk
diarahkan ke Manhole warna penempatan kontainer dengan mengacu
merah ke pedoman SPM PEDOMAN
c. STANDAR PELAYANAN MINIMAL T
inja yang dihasilkan dari Wc akan BIDANG PENATAAN RUANG,
langsung dialirkan ke bak kontrol-2, PERUMAHAN DAN PERMUKIMAN
bak kontrol-2 memiliki kegunaan DAN PEKERJAAN UMUM
yang sama dengan bak kontrol-1 N Jumlah Kontaine
d. Kelurahan
o Penduduk r B
ak kontrol-2 memiliki 2 bak yang Kelurahan
1 2.103 Jiwa 2
dimana air limbah dari dapur, Matani 1
kamar mandi dan wc akan akan Kelurahan
2 1.665 Jiwa 1
Tumpaan
terkumpul tetapi tidak tercampur. Kelurahan
Setelah itu akan diarahkan ke 3 2.245 Jiwa 2
Tumpaan 1
Manhole warna merah. (Keputusan Menteri Permukiman dan
e. Prasarana Wilayah M
No.
anhole berwarna biru berguna 534/KPTS/M/2001) bahwa dalam 1.000
untuk memompa air untuk manhole penduduk memerlukan 1 kontainer.
merah agar dapat diteruskan ke Tabel 1. Kebutuhan Kontainer
IPAL
f. Sumber, Penulis 2017 S
etelah air limbah dan tinja
281
Maka dari itu untuk Kelurahan secara komunal atau dikelola oleh
Matani membutuhkan 1 kontainer lembaga pemerintah dilokal kawasan
karena populasi kelurahan matani melalui gerobak ataupun motor 3R
mencapai 1.345 penduduk, untuk b) TPST 3R merupakan Tempat
Kelurahan Matani 1 memerlukan 2 Pembuangan Sampah Terpadu, yang
kontainer karena populasi Kelurahan merupakan lembaga masyarakat yang
Matani 1 mencapai 2.103 penduduk, dibentuk untuk melaksanakan pengolahan
untuk Kelurahan Tumpaan sampah.
membutuhkan 1 kontainer karena c) Setelah sampah dikumpulkan ke
populasi Kelurahan Tumpaan mencapai TPST 3R maka sampah akan dipilah
1.665, untuk Kelurahan Tumpaan 1 kembali baik sampah yang dikumpul
membutuhkan 2 kontainer karena melalui motor/gerobak 3R atau
populasi Kelurahan Tumpaan 1 masyarakat,sampah yang dipilah
mencapai 2.245, untuk Kelurahan merupakan sampah yang dapat dijual
Tumpaan Baru membutuhkan 1 kembali dan sampah yang akan dibuang
kontainer karena populasi Kelurahan ke TPA
Tumpaan 1 mencapai (1.901) d) Proses pengelolaan dalam skema ini
terbagi dalam dua bagian yaitu skala
lingkungan dan skala kelurahan
- Pengelolaan Persampahan 3R e) Untuk proses pengelolaan skala
dan Pembangunan TPS 3R lingkungan sampah organik dapat
Berdasarkan analisis diatas dapat langsung dimasukan ke tong komposter
disimpulkan bahwa perlu diadakan dan lembaga di lingkungan akan
kegiatan sosialisasi tentang 3R dan mengangkut sampah tersebut dan akan
uji coba penerapanya secara berkala mengelola sampah organik tersebut di
dan perlu didampingi, supaya para area kompos, sedangkan untuk sampah
masyarakat akan dapat terbiasa dan non organik dapat langsung dikumpul ke
sudah memahami dengan jelas lembaga pengelolaan lingkungan untuk
tentang konsep 3R. diolah dan siap dijual ke Bank Sampah.
f) Untuk proses pengelolaan dalam skala
kelurahan sampah yang tidak dapat
tertangani dalam pengelolaan sampah
skala lingkungan dalam hal ini B3
lanjutan dan residu organik dan non
organik akan diolah di TPST 3R, dan
setelah itu akan dijual ke Bank Sampah.
g) Proses komposting dilaksanakan oleh
lembaga setempat baik dalam skala
lingkungan dan skala kelurahan sampai
tahapan packing dan siap jual.
h) Proses materi daur ulang dilaksanakan
dengan menyesuaikan
kondisi/kemampuan lembaga dan kondisi
sampah yang ada, bisa sampai ke tahapan
Gambar 11. Skema Pengelolaan Sampah
jual bahan baku daur ulang saja atau kalau
3R
perlu sampai tahapan produksi daur ulang
Sumber : Pedoman umum 3R
i) Proses pembuangan sampah yang
dalam hal ini Residu dan B3 lanjutan dari
a) Rumah Tangga sebagai sumber
TPST 3R ke TPA
sampah melakukan tahapan pemilahan
sampah sesuai jenisnya, yang
Bentuk pengelolaan persampahan 3R ini
dikumpulkan dalam wadah/tempat
adalah bentuk pengelolaan yang sangat
sampah sesuai jenisnya, yaitu; sampah
efektif dari pada pengelolaan sampah
organik, sampah yang bisa didaur ulang,
yang dilakukan oleh masyarakat di daerah
dan sampah yang harus dimusnahkan.
penelitian. Apabila skema pengelolaan ini
Kemudian dikumpulkan di tempat
bisa bisa dilakukan, maka sampah dapat
pengolahan yang dikelola oleh warga
dimanfaatkan sepenuhnya oleh tiap rumah
282
tangga dalam masyarakat. Sampah hasil terletak di depan jalan yang masuk dalam
pengomposan bisa dimanfaatkan sendiri tipe kategori jalan utama. Untuk
oleh rumah tangga atau di jual. Sedangkan sosialisasi pengelolaan sampah 3R
sampah daurulang bisa di jual ke Pengepul. penulis menrencanakan untuk
Sehingga hasil akhir pengelolaan ini menyediakan 2 tenaga
sangat optimal dengan sampah yang pendamping/mentor pada masing-masing
dibuang sangat kecil. Akan tetapi lingkungan dan 1 motor sampah untuk
berdasarkan hasil analisis kuesioner dalam tiap lingkungan kelurahan matani satu.
uji coba penerapan konsep 3R sederhana
dalam hal ini adalah dalam proses
pemilahan sampah organik dan non
organik dilokasi penelitian banyak
responden menjawab Sulit sebanyak 23,
responden yang menjawab cukup sulit
sebanyak 9, dan responden yang
menjawab tidak sulit sebanyak 5. Hampir
kebanyakan para responden memiliki
pernyataan yang beragam, akan tetapi
pernyataan yang sama yang sering ditulis
oleh para responden merupakan :Tidak
Terbiasa karena terlalu rumit, sulit
dilakukan dan tidak terlalu mengerti, hal
ini juga dikarenakan kurangnya
pengetahuan mengenai konsep 3R
Maka dalam hal itu untuk kedepannya
Gambar 12. Penempatan Bangunan TPS
penulis merencanakan untuk adanya
3R di Kelurahan Matani 1
program pendampingan di tiap lingkungan
Sumber : Penulis 2017
kelurahan dan pembuatan TPS 3R untuk
mendukung terwujudnya Pengelolaan
 Ke
Sampah yang berkelanjutan. Berdasarkan
lurahan Tumpaan Satu memiliki jumlah
Petunjuk Teknis TPS 3R, dalam
KK sebanyak 561KK dengan 7
pembangunannya harus
lingkungan. Untuk perencanaan
mempertimbangkan faktor-faktor sebagai
pembangunan TPS 3R dan pengelolaan
berikut :
3R penulis perlu meninjau faktor-faktor
a) 1 Bangunan TPS 3R melayani 400KK
dalam pembangunan TPS 3R seperti
b) Tersedia lahan seluas 200m² untuk 1
yang ada pada tabel diatas,dan
bangunan TPS 3R
berdasarkan hasil survey dan wawancara
c) Aksesibilitasnya Lancar dan terjangkau
dengan salah satu perangkat desa,
d) Legalitas Lahan
Kelurahan Tumpaan satu bersedia untuk
Berikut dapat dilihat dalam gambar dan
menyediakan sebuah lahan dengan luas
keterangan berikut :
200 m² yang bertempat di bekas pasar
lama kecamatan tumpaan kantor dengan
 Kelurahan Matani Satu memiliki jumlah
legalitas lahan atas nama pemerintah dan
KK sebanyak 525KK dengan 9
akses jalannya mudah dijangkau karena
lingkungan. Untuk perencanaan
terletak di depan jalan yang masuk dalam
pembangunan TPS 3R dan pengelolaan
tipe kategori jalan utama. Untuk
3R penulis perlu meninjau faktor-faktor
sosialisasi pengelolaan sampah 3R
dalam pembangunan TPS 3R seperti
penulis menrencanakan untuk
yang ada pada tabel diatas,dan
menyediakan 2 tenaga
berdasarkan hasil survey dan wawancara
pendamping/mentor pada masing-masing
dengan salah satu perangkat desa,
lingkungan dan 1 motor sampah untuk
Kelurahan Matani bersedia untuk
tiap lingkungan kelurahan tumpaan satu.
menyediakan sebuah lahan dengan luas
200 m² yang bertempat di depan kantor
desa kelurahan matani dengan legalitas
lahan atas nama pemerintah dan akses
jalannya mudah dijangkau karena
283
Gambar 14 : Penempatan Bangunan TPS
3R di Kelurahan Tumpaan
Sumber : Penulis 2017

Sanitasi :
Untuk sektor sanitasi apabila
mengacu dalam skenario perencanaan
RKPKP maka untuk lokasi penelitian akan
diadakan pembangunan Sistem Pengelolaan
Air Limbah Setempat deng teknologi
pengolaan air limbah komunal yang dipilih
merupakan Tangki Septik Bersekat
(Baffled Reactor).
Tangki Septik Bersekat (Baffle
Reactor) adalah pengelolaan air limbah
Gambar 13. Penempatan Bangunan TPS dengan menggunakan beberapa
3R di Kelurahan Tumpaan 1 bak/kompartemen yang fungsinya berbeda-
Sumber : Penulis 2017 beda. Air limbah yang masuk pada tangki
akan diolah secara bertahap. Bak pertama
 Kelurahan Tumpaan memiliki jumlah akan menguraikan materi organic yang
KK sebanyak 416KK dengan 6 sudah terurai dan seterusnya bak berikutnya
lingkungan. Untuk perencanaan akan menguraikan material yang lebih sulit
pembangunan TPS 3R dan pengelolaan untuk terurai.
3R penulis perlu meninjau faktor-faktor
dalam pembangunan TPS 3R seperti
yang ada pada tabel diatas,dan
berdasarkan hasil survey dan wawancara
dengan salah satu perangkat desa,
Kelurahan Tumpaan bersedia untuk
menyediakan sebuah lahan dengan luas
200 m² dengan legalitas lahan atas nama
pemerintah dan akses jalannya mudah
dijangkau karena terletak di depan jalan Gambar 15 Tanki Septik Bersekat
yang masuk dalam tipe kategori jalan Sumber : Buku Petunjuk Teknis Sanimas
utama. Untuk sosialisasi pengelolaan Maka dalam hal itu untuk pengembangan
sampah 3R penulis menrencanakan kedepannya penulis merencanakan untuk
untuk menyediakan 2 tenaga pembangunannya untuk masing-masing
pendamping/mentor pada masing-masing Kelurahan yang akan dibahas dengan
lingkungan dan 1 motor sampah untuk mempertimbangkan faktor-faktor sebagai
masing-masing lingkungan kelurahan berikut :
tumpaan.
a) Cakupan pelayanan 200KK untuk 1
Tangki Septik
b) Ketersediaan lahan seluas 60m²
c) Tangki Septik terbangun di lahan
bebas banjir
d) Kemiringan tanah : Kemiringan
tanah yang dinilai lebih baik jika
mempunyai kemiringan 2%,
e) Ketersediaan Air Bersih
Berdasarkan faktor-faktor diatas penulis
menggunakan teknik analisis overlay
eliminasi untuk menentukan lokasi
penempatan Tangki Septik Bersekat. Tangki
Septik Bersekat yang akan dibangun
284
mempunyai dua jenis pipa yang akan
mengalirkan limbah yaitu :
 Pipa Primer : Pipa Primer bertujuan
untuk mengalirkan limbah dari rumah
menuju ke tangki septik tank komunal
 Pipa Kolektor : Pipa kolektor
merupakan pipa yang terpasang di dan
bertujuan untuk mengalirkan limbah dari
rumah menuju ke Pipa Primer
Dari analisis data kondisi eksisting dengan
faktor-faktor penentu lokasi tangki septik
komunal, maka untuk pembangunannya tiap
kelurahan yang dibahas membutuhkan 2
tangki septik komunal yang beroprasi di tiap
kelurahan yang dibahas. Dapat dilihat pada
Gambar 17. Peta Penempatan Tangki
tabel dan gambar berikut :
Septik di Kelurahan Tumpaan 1
Tabel 2. Tabel Kebutuhan Tangki Septik Sumber : 2017

Kebutu
han
Kepala Jumlah
N Keluraha Tangki
Keluarga Bangu
o n Septik
(KK) nan
(200
KK)
Matani
1 525 268 2
Satu
Tumpaan
2 561 398 2
Satu

3 Tumpaan 416 207 2

Sumber Penulis 2017

Gambar 18. Peta Penempatan Tangki


Septik di Kelurahan Tumpaan
Sumber : 2017

PENUTUP

Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisis dan
rumusan masalah maka ditarik kesimpulan
sebagai berikut :
1. Berdasarkan hasil penelitian dan
pembahasan, kawasan permukiman
kumuh di kecamatan tumpaan
terbagi di dalam 3 kawasan yaitu;
Gambar 16. Peta Penempatan Tangki Kelurahan Matani 1, Kelurahan
Septik di Kelurahan Matani 1
Tumpaan 1 dan Kelurahan Tumpaan.
Sumber : 2017
Berdasarkan hasil observasi dan
pembagian kuesioner ditemukan
bahwa kondisi eksisting sanitasi
pada daerah penelitian belum
memadai, hal ini dapat dilihat dalam
perbandingan antara sistem

285
pengelolaan sampah dan pengaliran Kualitas Terhadap Perumahan Kumuh
limbah cair dengan pedoman yang Dan Permukiman Kumuh
berlaku.
2. Berdasarkan analisis dan Rizqi Puteri Mahyudin. “Strategi
pembahasan maka konsep yang bisa Pengelolaan Sampah Berkelanjutan”
dikembangkan dan diterapkan di Fakultas Teknik Prodi Teknik
kawasan permukiman kumuh yang Lingkungan Universitas Lambung
ada ialah konsep Sanimas (Sanitasi Mangkurat
Masyarakat) yaitu pembuatan Teguh Kristiyanto “Pengelolaan
Tangki Septik Bersekat dan Persampahan Berkelanjutan
bangunan TPS3R di tiap-tiap Berdasarkan Peran Serta Masyarakat
kelurahan di kawasan permukiman
Kota Kebumen”
kumuh dan melibatkan masyarakat
dalam perencanaan,pembangunan
sampai dalam pengelolaannya.

DAFTAR PUSTAKA
Anthony K. Adebayo, Anthony C.O. Iweka,
Sustainable Infrastructure Upgrade in
Slum Settlements of Lagos, Nigeria:
The Role of the Architect. Department
of Architecture, Faculty of
Environmental Sciences, University of
Lagos, Akoka-Yaba, Lagos, Nigeria
Anonimus Pedoman Sanitasi Perkotaan
Berbasis Masyarakat Tahun 2014
Anonimus Sanitation. Net Pedoman Umum
Permukiman 3R
Dokumen RKPKP (Rencana Kawasan
Permukiman Kumuh Perkotaan)
H. Parikh, D. Surkar and M. O. Zanders,
India. “Sustainable infrastructure
development for slums and villages”.
28th WEDC Conference Kolkata
(Calcutta), India, 2002
SUSTAINABLE ENVIRONMENTAL
SANITATION AND WATER
SERVICES
Ibrahim Surotinojo “Partisipasi Masyarakat
Dalam Program Sanitasi Oleh
Masyarakat (SANIMAS) Di Desa Bajo
Kecamatan Tilamuta Kabupaten
Boalemo, Gorontalo”
Olumuyiwa O Ajayi, MSc. Faith O.
Oviasogie, MSc. Dominic E. Azuh,
PhD Moses M. Duruji, PhD. ”Urban
Design And Sustainable Development:
A Case Of Makoko Area Of Lagos
State, Nigeria”. Covenant University,
Ota, Ogun State, Nigeria
Permen PU Dan Perumahan Rakyat
Republik Indonesia Nomor
02/PRT/M/2016 Tentang Peningkatan

286

Anda mungkin juga menyukai