Oleh : Ir. Sri Darwati, MSc Pusat Litbang Permukiman E-mail : darwa69@yahoo.com
Abstrak Sanitasi berwawasan lingkungan adalah sanitasi yang berfokus pada keberlanjutan. Pendekatan di dasarkan pada prinsip pencegahan polusi, mengolah limbah buangan manusia dan memanfaatkan urin dan tinja sebagai sumber daya pertanian. Dalam penerapan praktisnya, desain sanitasi menggunakan jamban dengan sistem pemisahan pengolahan tinja dan urin, ditampung dan diolah dan memanfaatkannya sebagai pupuk organik. Sistem sanitasi tersebut telah banyak dterapkan di negara maju maupun negara berkembang lainnya dalam pencapaian target Millenium Development Goals. Di Indonesia, sistem sanitasi berwawasan lingkungan dengan pemisahan tinja dan urin serta pemanfaatannya sebagai pupuk organik masih menjadi kajian penelitian dalam skala uji coba. Tinjauan dilakukan terhadap penerapan sanitasi berwawasan lingkungan di Tangerang, Surabaya dan Bandung. Sebagai pembanding adalah studi kasus penerapan sanitasi di negara di Asia yang kondisi sosial budaya mirip Indonesia. Analisis dilakukan terhadap kelayakan teknis, pembiayaan dan sosial untuk pengembangan model sanitasi berwawasan lingkungan dan pemanfaatan nutrien. Disimpulkan bahwa secara teknis sanitasi berwawasan lingkungan ini potensial diterapkan di daerah perdesaan karena ketersediaan lahan dan penggunaan nutrien dapat langsung diterapkan untuk pupuk pertanian. Dari aspek pembiayaan, sistem sanitasi berwawasan lingkungan relatif murah dibandingkan dengan sistem konvensional. Dari aspek sosial, kendala utama dalam penerapan adalah faktor kebiasaan, norma budaya dan agama masyarakat yang terbiasa dengan jamban sistem basah. Direkomendasikan untuk pengembangan sanitasi berwawasan lingkungan dengan modifikasi sistem sesuai dengan pola kebiasaan di Indonesia, respon masyarakat terhadap penerapan sanitasi berwawasan lingkungan dan pemanfaatan nutrien tinja dan urin untuk pupuk pertanian. Kata kunci : sanitasi, berwawasan lingkungan pemisahan, air limbah, urin, tinja
Abstract Environmentally sound sanitation is sanitation focus on sustainability. The approach is based on principle of pollution, prevention, domestic waste treatment and utilizes urine and feaces for agriculture. In its practical application the sanitation is using four techniques: diversion, containment, sanitization and recycling. Urine and faeces are collected separately in a specially designed toilet then they are stored separately in a secure device until safe for recycling. Before use as a fertilizer, it needs to be treated by primary treatment on-site. Environmentally sound sanitation has been implemented in some developed and developing countries to achieve the target of Millennium Development Goals. In Indonesia, environmentally sound sanitation with the urine and Jurnal Permukiman Vol. 2 No. 3 Desember 2007 250 feaces diversion is still being researched in pilot plant projects. Review is done through survey and observation of environmentally sound sanitation in Tangerang, Surabaya and Bandung. Comparative study of environmentally sound sanitation using dry sanitation is got from Asian countries which have social economic condition similar with Indonesias. Analysis is done to the suitability of sanitation model in technical, financial and social cultural. In conclusion from technical aspect, environmentally sound sanitation is potentially implemented in rural areas concerning with land availability and nutrient can be recycled directly for agricultural purposes. From financial aspect, environmentally sound sanitation is relatively cheaper compare with conventional system. From social aspect, the main constrains in the implementation are habits factor, cultural norm, and religious value that Indonesian who prefer the wet sanitation. It is recommended that the environmentally sound sanitation has to be modified suitable with the habit and socio culture in Indonesia, study about people acceptance of environmentally sound sanitation and its usage of nutrient in waste water for agricultural purpose. Key words : ecological, sanitation, waste water, urine, feaces
PENDAHULUAN Untuk pencapaian target Millenniums Development Goal dibutuhkan pemenuhan akses terhadap prasarana sanitasi dengan pengembangan teknologi rendah biaya yang dapat disesuaikan dengan kondisi setempat. Sesuai target Millenium Development Goals, yaitu mengurangi setengah penduduk pada tahun 2015 melalui peningkatan akses terhadap kebutuhan air bersih dan perbaikan sanitasi. UU no 25/2000/propenas mengarahkan pentingnya pelayanan sanitasi sebagai bagian dari pembangunan bidang kesehatan baik diperkotaan maupun perdesaan. Pemerintah juga harus memperhatikan masalah lingkungan dan biaya yang harus dikeluarkan masyarakat dikarenakan oleh pelayanan sanitasi yang kurang memadai. Sasaran pembangunan sanitasi diarahkan pada upaya meningkatnya cakupan keluarga /masyarakat yang mempunyai akses terhadap pelayanan sanitasi yang sehat di perkotaan maupun perdesaan dengan cara yang lebih efektif dan efisien. Pelayanan sanitasi air limbah rumah tangga saat ini adalah 74,03 % menggunakan sanitasi setempat baik individu atau komunal, dan sanitasi terpusat 2,31 % (data Deputi Peru- mahan dan Permukiman Bappenas, 2004). Tulisan ini akan mengulas tentang kelayakan sanitasi berwawasan lingkungan, studi perbandingan dengan penerapan sanitasi berwawasan lingkungan di negara lain. Diketahui dari MDG, penggunaan prinsip sanitasi berwawasan lingkungan menjadi penting, lebih dari penggunaan sistem sanitasi terpusat konvensional. Terutama MDG no 7 tentang jaminan keberlanjutan lingkungan. Sanitasi berwawasan lingkungan diterapkan pada 3 target tujuan yaitu memadukan prinsip pembangunan berkelanjutan, mengurangi kehilangan sumber daya lingkungan, dan mengurangi setengah dari penduduk yang belum memiliki akses terhadap air minum yang sehat dan mencapai perbaikan yang berarti dalam kehidupan paling tidak 100 juta 251 Tinjauan Penerapan (Sri Darwati) penduduk yang tinggal di kawasan kumuh tahun 2020. Sanitasi Berwawasan Lingkungan Sanitasi berwawasan lingkungan adalah sanitasi yang berfokus pada keberlanjutan. Pendekatan di dasarkan pada prinsip pencegahan polusi. Mengolah limbah buangan manusia dan memanfaatkan urin dan tinja sebagai sumber daya pertanian. Sanitasi berwawasan lingkungan didesain untuk memecahkan sejumlah permasalahan dari sistem sanitasi konvensional seperti tangki septik dan sistem sewerage. Sanitasi berwawasan lingkungan didasarkan pada ide bahwa urin dan tinja merupakan sumber daya dalam rantai makanan. Sistem ini menghemat air, melindungi sumber daya air, mencegah polusi dan mengembalikan nutrien ke dalam siklus makanan. Di perkotaan, kakus sistem basah membutuhkan 20-40% air. Di Indonesia, rata-rata pemakaian air untuk kakus adalah 5-10 L/orang/hari (Puslitbangkim). Air merupakan faktor pembatas untuk pembangunan, tetapi digunakan untuk membilas dan mengalirkan tinja dimana air dan tinja merupakan sumber daya yang bermanfaat. Secara teoritis, nutrien pada air limbah mencukupi sebagai pupuk semua tanaman yang dibutuhkan dari penduduk dunia. Sejumlah 80-90 % nutrien (nutrien, pospor dan potassium) dalam air limbah ada pada buangan kakus. Pada saat urin dan tinja tercampur, air limbah rumah tangga yang mengandung material organik berguna akan tercemar berat oleh bakteri pathogen sehingga sukar digunakan untuk pemanfaatan pertanian. Sistem sanitasi berwawasan lingkungan menawarkan penggunaan nutrien yang terdapat pada limbah rumah tangga manusia dengan cara yang aman sehingga dapat digunakan sebagai pupuk tanaman pertanian. Penerapan Praktis Sanitasi Berwawasan Lingkungan Dalam penerapan praktis, Sanitasi berwawasan lingkungan menggunakan 4 teknik ; diversion, containment, sanitization and recycling (Sumber : Uno Winblad) Diversion (pemisahan) urin dan tinja dikumpulkan secara terpisah dalam kakus yang didesain khusus. Urin disalurkan pada tangki dan tinja di tampung pada tangki yang lain Containment (penampungan) urin dan tinja disimpan/diperam secara terpisah sampai aman untuk digunakan/di daur ulang Sanitization (pensucihamaan) arti nya organisme pathogen pada tinja dan urin dikurangi sampai pada tingkat pengolahan primer setempat. Untuk tinja dilakukan pengurangan kadar air (dehydration), pH ditingkatkan dan waktu retensi 6-8 bulan) Desain Sanitasi Berwawasan Lingkungan dengan Sistem Pemisahan Urin dan Tinja Kakus Sanitasi berwawasan lingkungan sistem dengan sistem pemisahan urin dan tinja (Urine Diversion Toilet) tidak membutuhkan tangki septik. Tinja dan urin yang dipisahkan masuk ke dalam 2 penampung yang terpisah. - Pengolahan tinja Pengolahan tingkat pertama (primer) terjadi dalam penampung di bawah jamban dimana tinja ditampung dan disimpan dalam periode waktu tertentu. Selama Jurnal Permukiman Vol. 2 No. 3 Desember 2007 252 proses tersebut, pathogen akan mati setelah 6-12 bulan, dekomposisi dan pengeringan (karena ventilasi dan penambahan material kering), peningkatan pH (penambahan abu, kapur, urea). Pengolahan tingkat kedua (sekunder) direkomendasikan untuk pegomposan untuk penggunaan yang lebih aman. - Pengolahan Urin Untuk urin biasanya cukup dengan retensi yang pendek pada tangki tertutup (1-2 bulan). Urin dapat digunakan sebagai pupuk karena mengandung NPK tinggi. Tinja manusia mengandung air (68- 80%), senyawa organik (88-97%), Nitrogen (5-7%), Fosfor (3-6%), Kali (1-2%), Kapur (4-5%) dan Karbon (40-55%). Tinja juga mengandung bakteri pathogen, sebagai contoh, dalam 125-300 gram tinja manusia terkandung sekira 300 milyar bakteri golongan Coli yang mengindikasikan adanya bakteri pathogen (Prof. Unus Suriawiria ITB). Tinja yang sudah dikomposkan dapat digunakan sebagai pupuk/soil condioner. Dari penelitian di luar negeri, kualitas urin yang diperam 1-2 bulan dari sanitasi berwawasan lingkungan sistem pemisahan urin dan tinja mengandung Total Nitrogen (%N) 0.80 %, Total Phosphorous (%P2O5) 0.07 % dan Total Potassium (%K2O) 0.39% (Sumber : Fatoumata Sacko Bocoum).
Perbedaan sistem konvensional dan Sanitasi berwawasan lingkungan Tabel 1 Perbedaan sistem konvensional dan Sanitasi berwawasan lingkungan Sistem Konvensional Sistem Sanitasi Berwawasan Lingkungan Sistem terbuka Sistem basah (mnggunakan air untuk mengalirkan kotoran sehingga air tercemar oleh limbah organik) Pengolahan terpusat (sewerage dan instalasi pengolahan air limbah), teknologi tinggi Fokus pada pengolahan dan pembuangan Biaya konstruksi, operasional dan pemeliharaan mahal Sistem tertutup Sanitasi sistem kering, menggunakan sedikit air Pengolahan setempat dapat diterapkan pada sistem individual/komunal,dapat meng-gunakan teknologi tinggi atau rendah (fleksibel) Fokus pada keberlanjutan untuk pemanfaatan nutrien Biaya konstruksi, operasional pemeliharaan lebih murah
Sumber : Hans Van Bruggen, IHE, Netherlands Pemanfaatan Nutrien Air Limbah Tinja merupakan sumber pupuk organik yang paling lengkap dan baik untuk segala jenis tanaman. Petani di Cina sejak 2000 tahun yang lalu telah menggunakan tinja sebagai pupuk sayuran. Kebiasaan ini kemudian digunakan para petani sayuran Cina yang berada di Indonesia. Dengan cara menampung air selokan yang datang dari daerah permukiman ke tempat penanaman sayuran.
Tinja juga menjadi komoditas ekspor. Hongkong merupakan negara pertama di dunia yang mengekspor tinja ke RRC. Di Hongkong, tinja menjadi persoalan serius mengingat negara kecil ini amat padat penduduk sehingga sulit mencari tempat pembuangan tinja. Karena itu dengan pengolahan sederhana antara 253 Tinjauan Penerapan (Sri Darwati) lain berbentuk kolam oksidasi, tinja Hongkong kemudian diekspor ke Cina. Aspek Pembiayaan Sanitasi berwawasan ingkungan mengurangi kebutuhan perpipaan yang merupakan bagian termahal dari sanitasi sistem perpipaan. Ekologi-sanitasi dapat menyediakan sistem sanitasi berkelanjutan untuk masyarakat berpenghasilan tinggi maupun rendah yang terjangkau. Namun, sukar untuk memberikan gambaran biaya teknologi sanitasi karena sangat tergantung pada kondisi setempat dan bervariasi. Gambaran perbandingan biaya sistem sanitasi dapat dilihat pada gambar 1. Pengalaman Negara Lain dalam Penerapan Sanitasi Berwawasan Lingkungan Sanitasi berwawasan lingkungan telah banyak diterapkan di negara lain baik di negara maju maupun negara berkembang lainnya. China China adalah merupakan negara dengan budaya tertua didunia lebih dari 2000 tahun dengan menggunakan teknik pertanian eko (eco farming). Lebih dari 90 % dari tinja saat ini masih digunakan untuk pertanian di Cina. Paradigma sanitasi berwawasan lingkungan bertujuan untuk memanfaatkan nutrien, trace elemen dan energi yang terkandung dalam air limbah rumah tangga melalui produksi biogas dan limbah organik dan penggunaannya kembali dalam pertanian. Berdasarkan data Menteri Kesehatan, China, sejak tahun 2003, 50,92% dari penduduk di perdesaan mempunyai fasilitas sanitasi berupa cubluk, terdiri atas 248 juta KK, berupa 126 juta kakus individual dan 10.82 juta kakus umum. Sejak tahun 2003 tersebut, 5.84 juta kakus dan cubluk dibangun ( 2,2% pelayanan). Sasaran 2005, peningkatan akses 55% dan 2010 sebesar 65%. Salah satu jenis kakus yang dibangun adalah kakus sistem kering tahun 2003 sebanyak 650,000 kakus tersebar di 17 provinsi, merupakan 0,54 % dari total fasilitasi sanitasi yang dibangun (Data: Menteri Kesehatan Masyarakat, China 2003). Menurut UNICEF, tahun 2005 di China sudah terbangun 1 juta kakus sistem kering, USD sistem (Urine Diverting Dry Toilets) Prinsipnya adalah pemisahan urin dengan tinja, urin diperam dan digunakan untuk pupuk pertanian dan tinja ditampung dengan ember dicampur tanah/kapur , setelah menjadi kompos digunakan untuk pertanian. Tahapan untuk sosialisasi yang dilakukan di China adalah dengan membangun model percontohan yang sukses, melakukan pelatihan kepada pemerintah daerah / masyarakat, mendapatkan persetujuan dari pemerin-tahan desa, menseleksi desa untuk dukungan pembiayaan, dan membentuk tim untuk pembangunan di lokasi proyek sanitasi berwawasan lingkungan. Cara lain adalah dengan membuat Biogas dari limbah tinja manusia disatukan dengan limbah dari hewan ternak untuk pembuatan biogas. Tinja manusia dari kakus sistem kering atau basah dapat diolah menjadi biogas dengan sistem pengolahan anerobik. Penambahan kotoran hewan akan meningkatkan C/N rasio karena C/N rasio tinja manusia lebih rendah dari kotoran hewan. Sebagai perbandingan, kotoran manusia mengandung C/N rasio 6-10, kotoran sapi 18, kotoran domba 30. Bahan baku gas-bio optimum bila Jurnal Permukiman Vol. 2 No. 3 Desember 2007 254 mengandung C/N rasio 30. Semakin tinggi perbandingan C/N rasio semakin banyak gas bio yang dihasilkan. Gambar 1 : Perbandingan biaya dari beberapa teknologi sanitasi
Lokasi Penerapan Jenis teknologi Biaya (US) per orang termasuk 15 % OP Perkotaaan dan pinggir kota Pengolahan tersier 800 Sambungan ke perpipaan dan pengolahan sekunder 450 Sambungan ke pengolahan konvensional 175-300 Perkotaan/Perdesaan Sanitasi berwawasan lingkungan sistemkering 140-160 Perdesaan Septik tank-jamban 160 Jamban tuang siram 70 Jamban VIP (ventilated impoved latrine) 65 Cubluk sederhana 45 Tradisional dan hygiene yang diperbaiki Sumber : UNEP
Sanitasi berwawasan lingkungan juga direncanakan untuk bangunan tingkat tinggi proyek di Inner Mongolia China. Pada tahun 2007 direncanakan pembangunan 4 lantai dengan 1600 rumah tangga. Sistem pengolahan air limbah dengan sanitasi berwawasan lingkungan dengan sistem : - menggunakan sistem dry urine- diverting toilets - pengumpulan urin dan daur ulang 255 Tinjauan Penerapan (Sri Darwati) - pengumpulan tinja , pensucihamaan dengan melakukan pengomposan /pengolahan) dan daur ulang - pengumpulan air limbah non kakus, pengolahan dan penggunaan kembali - pengumpulan limbah organik dapur, pengomposan dan daur ulang - pemilahan sampah dan daur ulang
Philipina
Di Philipina, penggunaan toilet sistem pemisahan urin dan tinja (urin diversion toilet) sedang dalam tahap sosialisasi untuk mencapai penerimaan masyarakat. Proyek Sanitasi berwawasan lingkungan diterapkan di Kota San Fernado La Union, Bohol; Dumagueate dan Bayawan di Negros Orientail dan di rumah sakit San Luis, Agusan del Sur.
Urin Diversion Toilet sudah tersedia di pasaran Philipine terbuat dari keramik dan fiberglass. Untuk membersihkan dan membilas, disediakan wastafel atau kran pembilas.
Gambar 2 Model-model Jamban dan Kakus San Fernando Philipina Nepal ENPHO (Environment and Public Health Organization) memperkenalkan konsep Sanitasi berwawasan lingkungan dan sudah membangun 100 unit di pinggiran kota Katmandu. Programnya adalah untuk menambah 50 unit lagi toilet sanitasi berwawasan lingkungan sampai 2005. Toilet dibangun pada permu- kiman para petani berpenghasilan rendah untuk meningkatkan sanitasi sekaligus menggunakan tinja yang sudah dikomposkan sebagai pupuk pertanian. Dalam program ini, ENPHO tidak hanya menerapkan teknologi melainkan juga melaksanakan litbang terhadap aspek penerimaan masyarakat, pengaruh urin dan tinja pada tanaman, pola pemusnahan mikroorganisme dan pengomposan dengan urin. Srilangka Srilangka membangun proyek demonstrasi sanitasi berwawasan lingkungan dengan Kakus Kompos (Composting Toilet) di Kota Matale yang mempunyai kondisi air tanah tinggi, rawan air bersih, dan tanah kedap air. Sistem eko toilet diterapkan pada tanah 2-3 m2 dapat diluar atau di dalam rumah. Terdiri atas bak penampung pada kakus yang ditinggikan. Bak penampung diplester supaya kedap air. Masing-masing bak penampung ada lubang pada dudukan jamban untuk tinja dan urin. Di antara 2 bak penampung ada dibuat lubang untuk pembilasan. Air bilasan dan urin di alirkan melalui pipa dan dialirkan pada bak penguapan (evaporate plant bed) di luar jamban. Tiap bak penampung sebelumnya dilapisi dengan jerami sebelum digunakan. Bak penampung tinja terisi setelah 1 tahun untuk 1 keluarga dengan 5 anggota keluarga, dan setelah penuh lubang pembuangan tinja ditutup dan bak yang satunya digunakan untuk 1 tahun berikutnya. Jurnal Permukiman Vol. 2 No. 3 Desember 2007 256 Setelah bak penampung kedua penuh, bak penampung pertama siap dikosongkan dan diambil pupuknya. Kompos dicampur kembali dengan jerami, sekam abu, serbuk gergaji atau campuran bahan-bahan tersebut.
Gambar 3 Jamban Sanitasi berwawasan lingkungan di Matale Srilangka
Pengelolaan Air Limbah Berwawasan Lingkungan di Indonesia Model-model sanitasi berwawasan lingkungan yang ada di Indonesia merupakan sanitasi sistem basah, dengan memanfaatkan kembali air limbah dari efluen tangki septik dan pembuatan biogas. Beberapa tipe model yang sudah dibuat antara lain : Pengelolaan Air Limbah di Puslitbang Permukiman
- Sistem IPAL dan Wetland di kantor Puslitbang kim Cileunyi Bandung Puslitbangkim mengembangkan sistem pengolahan air limbah perkantoran dengan membuat sistem terpusat berupa perpipaan dan IPAL miniplan yang didesain 300 karyawan. Pengolahan air limbah menggunakan sistem Biofilter, yaitu pengolahan air limbah dengan sistem multi filtrasi dan pengendapan yang mengolah air limbah kakus dan non kakus. Air limbah dari Biofilter dilalirkan ke sistem wetland atau yang dikenal dengan sebutan Taman Sanitasi berupa kolam dari pasangan batu kemudian diisi koral setinggi 80 cm yang ditanami tumbuhan air (hydrophyte). Air harus dijaga berada pada ke- tinggian 7 cm sampai 10 cm di bawah permukaan koral agar terhindar dari gangguan lalat serangga lainnya. Sistem ini tidak ada pemisahan tinja dan urin. Skema sebagai berikut :
Gambar 4. Model Pengolahan air limbah di kantor Puslitbangkim
- Sistem Sanitasi Pemisahan tinja dan urine di Sekejengkol Model lainnya yang sedang dikembangkan adalah sistem sanitasi dengan pemisahan tinja dan urin, namun masih menggunakan air sebagai pembilas di Desa Sekejengkol, Kecamatan Clileunyi Wetan Kabupaten Bandung . Sistem sebagai berikut : - Jamban didesain dengan 2 lubang, untuk tinja dan urin - Tinja dialirkan ke tangki septik, urin dialirkan ke tangki pengeraman - Air dari effluen tangki septik dialirkan bersama-sama dengan air limbah non kakus rumah tangga ke Wetland - Disediakan air untuk pembilas Air limbah kantor IPAL sistem Biofil Wetland
257 Tinjauan Penerapan (Sri Darwati) - Tangki septik dibuat 2 dipakai unit secara bergantian setelah penuh - Tangki pengeraman urin dibuat 2 secara bergantian setelah penuh Penelitian masih berjalan, belum diperoleh data-data kualitas urin dan tinja.
Gambar 5. Model Pengolahan Air Limbah di Desa Sekejengkol, Cileunyi Wetan Kabupaten Bandung
MCK Plus di Tangerang Lembaga Swadaya Masyarakat BEST (Bina Ekonomi Sosial Terpadu) dikota Tangerang ekerja sama dengan BORDA (Bremen Overseas Research and Development Association) dari Jerman melakukan survey penelitian dan Pembiayaan Program dalam Pelaksanaan Pembangunan Pusat Sanitasi Masyarakat (CSC) di Kota Tangerang untuk dibeberapa kelurahan yang ada dengan jumlah kira-kira 29 lokasi dari 60 lokasi yang diusulkan yaitu dengan membangun MCK plus untuk masyarakat berpenghasilan rendah terutama dipermukiman pekerja pabrik yang ada disekitar Kota Tangerang yang mengalami masalah sanitasi baik itu kurang tersedianya sarana Air Bersih, mandi, cuci dan kakus dengan harga yang terjangkau. Sistem terdiri atas : 1. Bangunan Digester biogas yang berupa pasangan beton bertulang ataupun bangunan kedap udara dari pasangan batu yang dapat menampung volume gas sebesar 1,2 m3/hari, gas ini merupakan hasil dari endapan suatu proses fermentasi atau biodegredasi dari tinja yang dibuang sebagai tinja dan gas yang dihasilkan dari proses ini bervolume 1,2 1,4 m3/hari dan dapat digunakan untuk 3 tungku. 2. Bangunan Baffle Septic Tank (Tangki Septik sistem Baffle), bangunan ini dihubungkan dengan Bangunan Digester Biogas dan diletakkan pada bagian bawah /dalam tanah dibawah bangunan kamar mandi dan WC. Bangunan ini untuk mengolah air bekas yang dipakai dari limbah air yang digunakan disebut juga limbah non kakus pengolahannya secara an aerobik dan dapat mengurangi BOD sampai 90%. 3. Efluen dari tangki septik dan air bekas cuci dialirkan ke Wetland Keuntungan dari sistem ini adalah : - Biaya operasional rendah, tidak membutuhkan peralatan teknis yang rumit - Mereduksi pencemar 70 to 90% sehingga menggurangi potensi pencemaran air. - Tidak mencemari air tanah karena konstruksi kedap air - Menghasilkan biogas dapat digunakan untuk keperluan mema- sak - Pengurasan lumpur relatif lama 2-3 tahun sekali Sistem yang serupa diterapkan oleh BORDA di Denpasar bersama LSM Bali Fokus. Jamban 2 lubang tinja urin Tangki septik Tangki penampung Air limbah non kakus Wetland Tanaman kebun Jurnal Permukiman Vol. 2 No. 3 Desember 2007 258
Gambar 6. Sistem Sanitasi berwawasan lingkungan Model BEST-BORDA
Sanitasi berwawasan lingkungan Model Pusdakota, Universitas Surabaya
PUSDAKOTA Pusat Pemberdayaan Komunitas Perkotaan (Pusdakota) Universitas Surabaya sedang meneliti penerapan sanitasi berwawasan lingkungan yang merupakan uji coba model untuk penelitian disertasi. Sistem yang dipakai sebagai berikut : - modifikasi jamban, dibuat 2 lubang untuk tinja dan urin - disediakan air untuk pembilasan - tinja ditampung pada bak penampung untuk pengomposan, dibuat 2 unit dipakai bergantian - effluen dari tangki pengomposan dialirkan pada saringan karbon dan kerikil. - Urin ditampung dan diperam selama 2 bulan diuji-cobakan pada demplot untuk pemupukan tanaman
Litbang masih berjalan belum didapatkan data-data kualitas pengo- lahan.
ANALISIS Kelayakan Penerapan Sanitasi Berwawasan Lingkungan di Indonesia Beberapa penelitian tentang Sanitasi berwawasan lingkungan sistem Urine Diversion Toilet sudah dilaksanakan dalam tahap uji coba laboratorium lapangan dan litbang yang masih berjalan. Secara umum, penerapan sanitasi berwawasan lingkungan sistem kering masih menghadapi banyak kendala yang menyangkut pola kebiasaan masyarakat. banyak menggunakan air sebagai pembilas - belum terbiasa dengan jamban sistem pemisahan urin dan toilet - tidak biasa/ jijik dengan menggunakan tisu sebagai pembersih - belum tahu/ belum biasa /tabu menggunakan pupuk dari urin /tinja manusia
Aspek Teknis Secara teknis, sistem sanitasi berwawasan lingkungan sangat potensial dalam pemanfaatan sumber daya alam, terutama mengingat semakin mahalnya pupuk pertanian. Berdasarkan studi perbandingan beberapa sistem sanitasi berwawasan lingkungan, sistem model Pilipina dan Srilangka menjadi alternatif yang dapat diadopsi sesuai dengan budaya Indonesia. - Jamban Untuk sistem jamban tipe Urin Diversion toilet yang belum ada di pasaran umum, dapat dibuat jamban secara setempat sebagaimana model Srilangka. - Pengolahan urin Air limbah kakus MCK Digester (tangki biogas) Non kakus Mandi Baffle Tangki septik Air limbah MCK wetland 259 Tinjauan Penerapan (Sri Darwati) Urine dialirkan dalam bak penampung yang didesain agar dapat menampung untuk diperam 1- 2 bulan, di buat 2 unit secara bergantian. - Pengolahan tinja Tinja ditampung dalam 2 unit yang secara bergantian, sistem ini dapat mengadopsi konsep cubluk kembar, dengan modifikasi : cubluk berupa bak penampung kedap air dan dipasang langsung di bawah lubang. Alternatif lain adalah dengan menampung pada digester untuk pembuatan biogas. Pengembangan sistem biogas akan tergantung dari kapasitas tangki, sehingga memung- kinkan untuk menghasilkan gas. Sistem ini cocok untuk sistem MCK komunal sebagaimana model BEST- BORDA di Tangerang. Akan lebih baik lagi bila tinja manusia dicampur dengan kotoran dari ternak untuk meningkatkan C/N rasio, untuk menghasilkan biogas. - Air pembilas Disediakan air pembilas, namun ditampung dan airnya bersama dengan air limbah non kakus dialirkan tangki pengendap dan selanjutnya ke wetland - Penempatan bangunan sanitasi berwawasan lingkungan Bangunan kakus sanitasi berwawasan lingkungan ditinggikan elevasinya setinggi bak penampung, untuk memudahkan operasional dalam pengomposan tinja dan pemanfaatan hasil pupuk organik. - Lokasi pengembangan model Sistem ini cocok diterapkan untuk daerah-daerah pertanian/ pinggiran kota terutama daerah yang rawan air. Sistem sanitasi berwawasan lingkungan ini sesuai diterapkan juga untuk daerah air tanah tinggi mengingat sistem ini dibuat dengan sistem penampungan dengan tangki-tangki yang kedap air dan tidak langsung merembeskan ke tanah. Aspek Pembiayaan Dari aspek pembiayaan, sistem sanitasi berwawasan lingkungan relatif murah dibandingkan dengan sistem konvensional, lagi pula sistem konvensional yang ada di Indonesia pada umumnya pun belum memenuhi standar sehingga menjadi pencemar lingkungan yang potensial. Dari perbandingan biaya sanitasi (UNEP), biaya sanitasi berwawasan lingkungan lebih murah dari tangki septik. Kendala utama adalah lahan, sehingga sistem sanitasi berwawasan lingkungan di Indonesia lebih cocok diterapkan di daerah perdesaan. Hal ini juga menguntungkan karena pupuk urin dan tinja akan dapat dimanfaatkan secara langsung oleh petani di perdesaan. Aspek Sosial Aspek sosial akan berkaitan dengan penerimaan masyarakat. Budaya sanitasi berwawasan lingkungan berkaitan dengan pola kebiasaan masyarakat sehingga membudayakan Sanitasi berwawasan lingkungan adalah mengubah pola kebiasaan, berkaitan dengan pemisahan tinja dan urin serta pemanfaatannya untuk pupuk organik. Program sanitasi berwawasan lingkungan di negara lain membutuhkan sosialisasi yang intensif. Diperlukan pemasaran sosial (social marketing) bila sistem ini diterapkan dan bukti-bukti ilmiah yang meyakinkan atas keuntungan dan manfaat penggunaan sanitasi berwawasan lingkungan. Jurnal Permukiman Vol. 2 No. 3 Desember 2007 260 KESIMPULAN Secara teknis sanitasi berwawasan lingkungan ini potensial diterapkan di daerah perdesaan karena ketersediaan lahan dan penggunaan nutrien dapat langsung diterapkan untuk pupuk pertanian. Dari aspek pembiayaan, sistem sanitasi berwawasan lingkungan relatif murah dibandingkan dengan sistem konvensional. Dari aspek sosial, kendala utama dalam penerapan adalah faktor kebiasaan, norma budaya dan agama masyarakat yang terbiasa dengan jamban sistem basah. REKOMENDASI Perlu modifikasi sistem sanitasi dengan pemisahan tinja dan urin disesuaikan dengan kondisi Indonesia. Direkomen- dasikan tinja diolah menjadi biogas dan urine dapat ditampung dan dieramkan untuk pupuk pertanian. Perlunya penelitian lebih lanjut dalam hal kualitas tinja dan urine setelah proses pengeraman yang digunakan untuk pupuk pertanian. Pengembangan sistem sanitasi berwa- wasan lingkungan sangat erat terkait dengan kebiasaan dan persepsi, se- hingga sosialisasi menjadi faktor kunci keberhasilan pengembangan sistem. Perlunya partisipasi segenap pihak yaitu Pemerintah sebagai penentu kebijakan dan pengembangan teknologi, LSM untuk pemberdayaan masyarakat, swasta produsen dalam mengembang- kan model-model jamban dan sistem sanitasi berwawasan lingkungan. DAFTAR PUSTAKA 1. Winblad, The Next Generation Toilet A Global Perspective, uno440 @netscape.net,Stockholm Environment Institute, Box 2142, S- 103 14 Stockholm, Sweden 2. Fatoumata Sacko Bocoum, Effects of Hygienised Human Urin on The Productivity of Sorghum (Sorghum bicolor), in The Agro-ecological Conditions of The Village of Sabtenga in Burkina Faso from Durban Conference 3. International Water Resources Association Water International, Volume 25, Number 1, Pages 139.147, March 2000 4. Janusz Niemczynowicz, Present Challenges in Water Management, A Need to See Connections and Interactions Member IWRA, University of Lund, Lund, Sweden