Anda di halaman 1dari 12

249 Tinjauan Penerapan (Sri Darwati)

TINJAUAN PENERAPAN SANITASI BERWAWASAN LINGKUNGAN


DENGAN SISTEM PEMISAHAN TINJA DAN URIN

Oleh : Ir. Sri Darwati, MSc
Pusat Litbang Permukiman
E-mail : darwa69@yahoo.com


Abstrak
Sanitasi berwawasan lingkungan adalah sanitasi yang berfokus pada keberlanjutan.
Pendekatan di dasarkan pada prinsip pencegahan polusi, mengolah limbah buangan
manusia dan memanfaatkan urin dan tinja sebagai sumber daya pertanian. Dalam
penerapan praktisnya, desain sanitasi menggunakan jamban dengan sistem pemisahan
pengolahan tinja dan urin, ditampung dan diolah dan memanfaatkannya sebagai pupuk
organik. Sistem sanitasi tersebut telah banyak dterapkan di negara maju maupun negara
berkembang lainnya dalam pencapaian target Millenium Development Goals. Di Indonesia,
sistem sanitasi berwawasan lingkungan dengan pemisahan tinja dan urin serta
pemanfaatannya sebagai pupuk organik masih menjadi kajian penelitian dalam skala uji
coba. Tinjauan dilakukan terhadap penerapan sanitasi berwawasan lingkungan di
Tangerang, Surabaya dan Bandung. Sebagai pembanding adalah studi kasus penerapan
sanitasi di negara di Asia yang kondisi sosial budaya mirip Indonesia. Analisis dilakukan
terhadap kelayakan teknis, pembiayaan dan sosial untuk pengembangan model sanitasi
berwawasan lingkungan dan pemanfaatan nutrien. Disimpulkan bahwa secara teknis
sanitasi berwawasan lingkungan ini potensial diterapkan di daerah perdesaan karena
ketersediaan lahan dan penggunaan nutrien dapat langsung diterapkan untuk pupuk
pertanian. Dari aspek pembiayaan, sistem sanitasi berwawasan lingkungan relatif murah
dibandingkan dengan sistem konvensional. Dari aspek sosial, kendala utama dalam
penerapan adalah faktor kebiasaan, norma budaya dan agama masyarakat yang terbiasa
dengan jamban sistem basah. Direkomendasikan untuk pengembangan sanitasi
berwawasan lingkungan dengan modifikasi sistem sesuai dengan pola kebiasaan di
Indonesia, respon masyarakat terhadap penerapan sanitasi berwawasan lingkungan dan
pemanfaatan nutrien tinja dan urin untuk pupuk pertanian.
Kata kunci : sanitasi, berwawasan lingkungan pemisahan, air limbah, urin, tinja

Abstract
Environmentally sound sanitation is sanitation focus on sustainability. The approach is
based on principle of pollution, prevention, domestic waste treatment and utilizes urine
and feaces for agriculture. In its practical application the sanitation is using four
techniques: diversion, containment, sanitization and recycling. Urine and faeces are
collected separately in a specially designed toilet then they are stored separately in a
secure device until safe for recycling. Before use as a fertilizer, it needs to be treated by
primary treatment on-site. Environmentally sound sanitation has been implemented in
some developed and developing countries to achieve the target of Millennium
Development Goals. In Indonesia, environmentally sound sanitation with the urine and
Jurnal Permukiman Vol. 2 No. 3 Desember 2007 250
feaces diversion is still being researched in pilot plant projects. Review is done through
survey and observation of environmentally sound sanitation in Tangerang, Surabaya and
Bandung. Comparative study of environmentally sound sanitation using dry sanitation is
got from Asian countries which have social economic condition similar with Indonesias.
Analysis is done to the suitability of sanitation model in technical, financial and social
cultural. In conclusion from technical aspect, environmentally sound sanitation is
potentially implemented in rural areas concerning with land availability and nutrient can
be recycled directly for agricultural purposes. From financial aspect, environmentally
sound sanitation is relatively cheaper compare with conventional system. From social
aspect, the main constrains in the implementation are habits factor, cultural norm, and
religious value that Indonesian who prefer the wet sanitation. It is recommended that the
environmentally sound sanitation has to be modified suitable with the habit and socio
culture in Indonesia, study about people acceptance of environmentally sound sanitation
and its usage of nutrient in waste water for agricultural purpose.
Key words : ecological, sanitation, waste water, urine, feaces


PENDAHULUAN
Untuk pencapaian target Millenniums
Development Goal dibutuhkan
pemenuhan akses terhadap prasarana
sanitasi dengan pengembangan
teknologi rendah biaya yang dapat
disesuaikan dengan kondisi setempat.
Sesuai target Millenium Development
Goals, yaitu mengurangi setengah
penduduk pada tahun 2015 melalui
peningkatan akses terhadap kebutuhan
air bersih dan perbaikan sanitasi.
UU no 25/2000/propenas mengarahkan
pentingnya pelayanan sanitasi sebagai
bagian dari pembangunan bidang
kesehatan baik diperkotaan maupun
perdesaan. Pemerintah juga harus
memperhatikan masalah lingkungan dan
biaya yang harus dikeluarkan
masyarakat dikarenakan oleh pelayanan
sanitasi yang kurang memadai. Sasaran
pembangunan sanitasi diarahkan pada
upaya meningkatnya cakupan keluarga
/masyarakat yang mempunyai akses
terhadap pelayanan sanitasi yang sehat
di perkotaan maupun perdesaan dengan
cara yang lebih efektif dan efisien.
Pelayanan sanitasi air limbah rumah
tangga saat ini adalah 74,03 %
menggunakan sanitasi setempat baik
individu atau komunal, dan sanitasi
terpusat 2,31 % (data Deputi Peru-
mahan dan Permukiman Bappenas,
2004).
Tulisan ini akan mengulas tentang
kelayakan sanitasi berwawasan
lingkungan, studi perbandingan dengan
penerapan sanitasi berwawasan
lingkungan di negara lain. Diketahui dari
MDG, penggunaan prinsip sanitasi
berwawasan lingkungan menjadi
penting, lebih dari penggunaan sistem
sanitasi terpusat konvensional. Terutama
MDG no 7 tentang jaminan
keberlanjutan lingkungan. Sanitasi
berwawasan lingkungan diterapkan pada
3 target tujuan yaitu memadukan prinsip
pembangunan berkelanjutan,
mengurangi kehilangan sumber daya
lingkungan, dan mengurangi setengah
dari penduduk yang belum memiliki
akses terhadap air minum yang sehat
dan mencapai perbaikan yang berarti
dalam kehidupan paling tidak 100 juta
251 Tinjauan Penerapan (Sri Darwati)
penduduk yang tinggal di kawasan
kumuh tahun 2020.
Sanitasi Berwawasan
Lingkungan
Sanitasi berwawasan lingkungan adalah
sanitasi yang berfokus pada
keberlanjutan. Pendekatan di dasarkan
pada prinsip pencegahan polusi.
Mengolah limbah buangan manusia dan
memanfaatkan urin dan tinja sebagai
sumber daya pertanian. Sanitasi
berwawasan lingkungan didesain untuk
memecahkan sejumlah permasalahan
dari sistem sanitasi konvensional seperti
tangki septik dan sistem sewerage.
Sanitasi berwawasan lingkungan
didasarkan pada ide bahwa urin dan
tinja merupakan sumber daya dalam
rantai makanan. Sistem ini menghemat
air, melindungi sumber daya air,
mencegah polusi dan mengembalikan
nutrien ke dalam siklus makanan.
Di perkotaan, kakus sistem basah
membutuhkan 20-40% air. Di Indonesia,
rata-rata pemakaian air untuk kakus
adalah 5-10 L/orang/hari
(Puslitbangkim). Air merupakan faktor
pembatas untuk pembangunan, tetapi
digunakan untuk membilas dan
mengalirkan tinja dimana air dan tinja
merupakan sumber daya yang
bermanfaat. Secara teoritis, nutrien pada
air limbah mencukupi sebagai pupuk
semua tanaman yang dibutuhkan dari
penduduk dunia. Sejumlah 80-90 %
nutrien (nutrien, pospor dan potassium)
dalam air limbah ada pada buangan
kakus. Pada saat urin dan tinja
tercampur, air limbah rumah tangga
yang mengandung material organik
berguna akan tercemar berat oleh
bakteri pathogen sehingga sukar
digunakan untuk pemanfaatan
pertanian. Sistem sanitasi berwawasan
lingkungan menawarkan penggunaan
nutrien yang terdapat pada limbah
rumah tangga manusia dengan cara
yang aman sehingga dapat digunakan
sebagai pupuk tanaman pertanian.
Penerapan Praktis Sanitasi
Berwawasan Lingkungan
Dalam penerapan praktis, Sanitasi
berwawasan lingkungan menggunakan 4
teknik ; diversion, containment,
sanitization and recycling (Sumber : Uno
Winblad)
Diversion (pemisahan) urin dan tinja
dikumpulkan secara terpisah dalam
kakus yang didesain khusus. Urin
disalurkan pada tangki dan tinja di
tampung pada tangki yang lain
Containment (penampungan) urin
dan tinja disimpan/diperam secara
terpisah sampai aman untuk
digunakan/di daur ulang
Sanitization (pensucihamaan) arti
nya organisme pathogen pada tinja dan
urin dikurangi sampai pada tingkat
pengolahan primer setempat. Untuk tinja
dilakukan pengurangan kadar air
(dehydration), pH ditingkatkan dan
waktu retensi 6-8 bulan)
Desain Sanitasi Berwawasan
Lingkungan dengan Sistem
Pemisahan Urin dan Tinja
Kakus Sanitasi berwawasan lingkungan
sistem dengan sistem pemisahan urin
dan tinja (Urine Diversion Toilet) tidak
membutuhkan tangki septik. Tinja dan
urin yang dipisahkan masuk ke dalam 2
penampung yang terpisah.
- Pengolahan tinja
Pengolahan tingkat pertama
(primer) terjadi dalam penampung di
bawah jamban dimana tinja
ditampung dan disimpan dalam
periode waktu tertentu. Selama
Jurnal Permukiman Vol. 2 No. 3 Desember 2007 252
proses tersebut, pathogen akan mati
setelah 6-12 bulan, dekomposisi dan
pengeringan (karena ventilasi dan
penambahan material kering),
peningkatan pH (penambahan abu,
kapur, urea). Pengolahan tingkat
kedua (sekunder) direkomendasikan
untuk pegomposan untuk
penggunaan yang lebih aman.
- Pengolahan Urin
Untuk urin biasanya cukup dengan
retensi yang pendek pada tangki
tertutup (1-2 bulan). Urin dapat
digunakan sebagai pupuk karena
mengandung NPK tinggi.
Tinja manusia mengandung air (68-
80%), senyawa organik (88-97%),
Nitrogen (5-7%), Fosfor (3-6%), Kali
(1-2%), Kapur (4-5%) dan Karbon
(40-55%). Tinja juga mengandung
bakteri pathogen, sebagai contoh,
dalam 125-300 gram tinja manusia
terkandung sekira 300 milyar bakteri
golongan Coli yang mengindikasikan
adanya bakteri pathogen (Prof. Unus
Suriawiria ITB). Tinja yang sudah
dikomposkan dapat digunakan
sebagai pupuk/soil condioner.
Dari penelitian di luar negeri, kualitas
urin yang diperam 1-2 bulan dari sanitasi
berwawasan lingkungan sistem
pemisahan urin dan tinja mengandung
Total Nitrogen (%N) 0.80 %, Total
Phosphorous (%P2O5) 0.07 % dan Total
Potassium (%K2O) 0.39% (Sumber :
Fatoumata Sacko Bocoum).

Perbedaan sistem konvensional dan Sanitasi berwawasan lingkungan
Tabel 1 Perbedaan sistem konvensional dan Sanitasi berwawasan lingkungan
Sistem Konvensional Sistem Sanitasi Berwawasan Lingkungan
Sistem terbuka
Sistem basah (mnggunakan air untuk
mengalirkan kotoran sehingga air tercemar
oleh limbah organik)
Pengolahan terpusat (sewerage dan
instalasi pengolahan air limbah), teknologi
tinggi
Fokus pada pengolahan dan pembuangan
Biaya konstruksi, operasional dan
pemeliharaan mahal
Sistem tertutup
Sanitasi sistem kering, menggunakan
sedikit air
Pengolahan setempat dapat diterapkan
pada sistem individual/komunal,dapat
meng-gunakan teknologi tinggi atau rendah
(fleksibel)
Fokus pada keberlanjutan untuk
pemanfaatan nutrien
Biaya konstruksi, operasional pemeliharaan
lebih murah

Sumber : Hans Van Bruggen, IHE, Netherlands
Pemanfaatan Nutrien Air Limbah
Tinja merupakan sumber pupuk organik
yang paling lengkap dan baik untuk
segala jenis tanaman. Petani di Cina
sejak 2000 tahun yang lalu telah
menggunakan tinja sebagai pupuk
sayuran. Kebiasaan ini kemudian
digunakan para petani sayuran Cina
yang berada di Indonesia. Dengan cara
menampung air selokan yang datang
dari daerah permukiman ke tempat
penanaman sayuran.

Tinja juga menjadi komoditas ekspor.
Hongkong merupakan negara pertama di
dunia yang mengekspor tinja ke RRC. Di
Hongkong, tinja menjadi persoalan
serius mengingat negara kecil ini amat
padat penduduk sehingga sulit mencari
tempat pembuangan tinja. Karena itu
dengan pengolahan sederhana antara
253 Tinjauan Penerapan (Sri Darwati)
lain berbentuk kolam oksidasi, tinja
Hongkong kemudian diekspor ke Cina.
Aspek Pembiayaan
Sanitasi berwawasan ingkungan
mengurangi kebutuhan perpipaan yang
merupakan bagian termahal dari sanitasi
sistem perpipaan. Ekologi-sanitasi dapat
menyediakan sistem sanitasi berkelanjutan
untuk masyarakat berpenghasilan tinggi
maupun rendah yang terjangkau. Namun,
sukar untuk memberikan gambaran biaya
teknologi sanitasi karena sangat
tergantung pada kondisi setempat dan
bervariasi.
Gambaran perbandingan biaya sistem
sanitasi dapat dilihat pada gambar 1.
Pengalaman Negara Lain dalam
Penerapan Sanitasi Berwawasan
Lingkungan
Sanitasi berwawasan lingkungan telah
banyak diterapkan di negara lain baik di
negara maju maupun negara
berkembang lainnya.
China
China adalah merupakan negara dengan
budaya tertua didunia lebih dari 2000
tahun dengan menggunakan teknik
pertanian eko (eco farming). Lebih dari
90 % dari tinja saat ini masih digunakan
untuk pertanian di Cina. Paradigma
sanitasi berwawasan lingkungan
bertujuan untuk memanfaatkan nutrien,
trace elemen dan energi yang
terkandung dalam air limbah rumah
tangga melalui produksi biogas dan
limbah organik dan penggunaannya
kembali dalam pertanian.
Berdasarkan data Menteri Kesehatan,
China, sejak tahun 2003, 50,92% dari
penduduk di perdesaan mempunyai
fasilitas sanitasi berupa cubluk, terdiri
atas 248 juta KK, berupa 126 juta kakus
individual dan 10.82 juta kakus umum.
Sejak tahun 2003 tersebut, 5.84 juta
kakus dan cubluk dibangun ( 2,2%
pelayanan). Sasaran 2005, peningkatan
akses 55% dan 2010 sebesar 65%.
Salah satu jenis kakus yang dibangun
adalah kakus sistem kering tahun 2003
sebanyak 650,000 kakus tersebar di 17
provinsi, merupakan 0,54 % dari total
fasilitasi sanitasi yang dibangun (Data:
Menteri Kesehatan Masyarakat, China
2003). Menurut UNICEF, tahun 2005 di
China sudah terbangun 1 juta kakus
sistem kering, USD sistem (Urine
Diverting Dry Toilets)
Prinsipnya adalah pemisahan urin
dengan tinja, urin diperam dan
digunakan untuk pupuk pertanian dan
tinja ditampung dengan ember dicampur
tanah/kapur , setelah menjadi kompos
digunakan untuk pertanian.
Tahapan untuk sosialisasi yang dilakukan
di China adalah dengan membangun
model percontohan yang sukses,
melakukan pelatihan kepada pemerintah
daerah / masyarakat, mendapatkan
persetujuan dari pemerin-tahan desa,
menseleksi desa untuk dukungan
pembiayaan, dan membentuk tim untuk
pembangunan di lokasi proyek sanitasi
berwawasan lingkungan.
Cara lain adalah dengan membuat
Biogas dari limbah tinja manusia
disatukan dengan limbah dari hewan
ternak untuk pembuatan biogas. Tinja
manusia dari kakus sistem kering atau
basah dapat diolah menjadi biogas
dengan sistem pengolahan anerobik.
Penambahan kotoran hewan akan
meningkatkan C/N rasio karena C/N
rasio tinja manusia lebih rendah dari
kotoran hewan. Sebagai perbandingan,
kotoran manusia mengandung C/N rasio
6-10, kotoran sapi 18, kotoran domba
30. Bahan baku gas-bio optimum bila
Jurnal Permukiman Vol. 2 No. 3 Desember 2007 254
mengandung C/N rasio 30. Semakin
tinggi perbandingan C/N rasio semakin
banyak gas bio yang dihasilkan.
Gambar 1 : Perbandingan biaya dari beberapa teknologi sanitasi


Lokasi Penerapan Jenis teknologi
Biaya (US) per orang
termasuk 15 % OP
Perkotaaan dan pinggir
kota
Pengolahan tersier 800
Sambungan ke perpipaan dan
pengolahan sekunder
450
Sambungan ke pengolahan konvensional 175-300
Perkotaan/Perdesaan Sanitasi berwawasan lingkungan
sistemkering
140-160
Perdesaan Septik tank-jamban 160
Jamban tuang siram 70
Jamban VIP
(ventilated impoved latrine)
65
Cubluk sederhana 45
Tradisional dan hygiene yang diperbaiki
Sumber : UNEP

Sanitasi berwawasan lingkungan juga
direncanakan untuk bangunan tingkat
tinggi proyek di Inner Mongolia China.
Pada tahun 2007 direncanakan
pembangunan 4 lantai dengan 1600
rumah tangga. Sistem pengolahan air
limbah dengan sanitasi berwawasan
lingkungan dengan sistem :
- menggunakan sistem dry urine-
diverting toilets
- pengumpulan urin dan daur ulang
255 Tinjauan Penerapan (Sri Darwati)
- pengumpulan tinja , pensucihamaan
dengan melakukan pengomposan
/pengolahan) dan daur ulang
- pengumpulan air limbah non kakus,
pengolahan dan penggunaan
kembali
- pengumpulan limbah organik dapur,
pengomposan dan daur ulang
- pemilahan sampah dan daur ulang

Philipina

Di Philipina, penggunaan toilet sistem
pemisahan urin dan tinja (urin diversion
toilet) sedang dalam tahap sosialisasi
untuk mencapai penerimaan
masyarakat. Proyek Sanitasi
berwawasan lingkungan diterapkan di
Kota San Fernado La Union, Bohol;
Dumagueate dan Bayawan di Negros
Orientail dan di rumah sakit San Luis,
Agusan del Sur.

Urin Diversion Toilet sudah tersedia di
pasaran Philipine terbuat dari keramik
dan fiberglass. Untuk membersihkan dan
membilas, disediakan wastafel atau kran
pembilas.

Gambar 2 Model-model Jamban dan
Kakus San Fernando Philipina
Nepal
ENPHO (Environment and Public Health
Organization) memperkenalkan konsep
Sanitasi berwawasan lingkungan dan
sudah membangun 100 unit di pinggiran
kota Katmandu. Programnya adalah
untuk menambah 50 unit lagi toilet
sanitasi berwawasan lingkungan sampai
2005. Toilet dibangun pada permu-
kiman para petani berpenghasilan
rendah untuk meningkatkan sanitasi
sekaligus menggunakan tinja yang
sudah dikomposkan sebagai pupuk
pertanian.
Dalam program ini, ENPHO tidak hanya
menerapkan teknologi melainkan juga
melaksanakan litbang terhadap aspek
penerimaan masyarakat, pengaruh urin
dan tinja pada tanaman, pola
pemusnahan mikroorganisme dan
pengomposan dengan urin.
Srilangka
Srilangka membangun proyek
demonstrasi sanitasi berwawasan
lingkungan dengan Kakus Kompos
(Composting Toilet) di Kota Matale yang
mempunyai kondisi air tanah tinggi,
rawan air bersih, dan tanah kedap air.
Sistem eko toilet diterapkan pada tanah
2-3 m2 dapat diluar atau di dalam
rumah. Terdiri atas bak penampung
pada kakus yang ditinggikan. Bak
penampung diplester supaya kedap air.
Masing-masing bak penampung ada
lubang pada dudukan jamban untuk
tinja dan urin. Di antara 2 bak
penampung ada dibuat lubang untuk
pembilasan. Air bilasan dan urin di
alirkan melalui pipa dan dialirkan pada
bak penguapan (evaporate plant bed) di
luar jamban. Tiap bak penampung
sebelumnya dilapisi dengan jerami
sebelum digunakan. Bak penampung
tinja terisi setelah 1 tahun untuk 1
keluarga dengan 5 anggota keluarga,
dan setelah penuh lubang pembuangan
tinja ditutup dan bak yang satunya
digunakan untuk 1 tahun berikutnya.
Jurnal Permukiman Vol. 2 No. 3 Desember 2007 256
Setelah bak penampung kedua penuh,
bak penampung pertama siap
dikosongkan dan diambil pupuknya.
Kompos dicampur kembali dengan
jerami, sekam abu, serbuk gergaji atau
campuran bahan-bahan tersebut.



Gambar 3 Jamban Sanitasi berwawasan
lingkungan di Matale Srilangka

Pengelolaan Air Limbah
Berwawasan Lingkungan di
Indonesia
Model-model sanitasi berwawasan
lingkungan yang ada di Indonesia
merupakan sanitasi sistem basah,
dengan memanfaatkan kembali air
limbah dari efluen tangki septik dan
pembuatan biogas. Beberapa tipe model
yang sudah dibuat antara lain :
Pengelolaan Air Limbah di
Puslitbang Permukiman

- Sistem IPAL dan Wetland di kantor
Puslitbang kim Cileunyi Bandung
Puslitbangkim mengembangkan
sistem pengolahan air limbah
perkantoran dengan membuat
sistem terpusat berupa perpipaan
dan IPAL miniplan yang didesain
300 karyawan. Pengolahan air
limbah menggunakan sistem
Biofilter, yaitu pengolahan air
limbah dengan sistem multi filtrasi
dan pengendapan yang mengolah
air limbah kakus dan non kakus. Air
limbah dari Biofilter dilalirkan ke
sistem wetland atau yang dikenal
dengan sebutan Taman Sanitasi
berupa kolam dari pasangan batu
kemudian diisi koral setinggi 80 cm
yang ditanami tumbuhan air
(hydrophyte). Air harus dijaga
berada pada ke- tinggian 7 cm
sampai 10 cm di bawah permukaan
koral agar terhindar dari gangguan
lalat serangga lainnya.
Sistem ini tidak ada pemisahan
tinja dan urin. Skema sebagai
berikut :



Gambar 4. Model Pengolahan air
limbah di kantor Puslitbangkim

- Sistem Sanitasi Pemisahan tinja dan
urine di Sekejengkol
Model lainnya yang sedang
dikembangkan adalah sistem sanitasi
dengan pemisahan tinja dan urin,
namun masih menggunakan air
sebagai pembilas di Desa
Sekejengkol, Kecamatan Clileunyi
Wetan Kabupaten Bandung .
Sistem sebagai berikut :
- Jamban didesain dengan 2
lubang, untuk tinja dan urin
- Tinja dialirkan ke tangki septik,
urin dialirkan ke tangki
pengeraman
- Air dari effluen tangki septik
dialirkan bersama-sama dengan
air limbah non kakus rumah
tangga ke Wetland
- Disediakan air untuk pembilas
Air
limbah
kantor
IPAL
sistem
Biofil
Wetland

257 Tinjauan Penerapan (Sri Darwati)
- Tangki septik dibuat 2 dipakai
unit secara bergantian setelah
penuh
- Tangki pengeraman urin dibuat
2 secara bergantian setelah
penuh
Penelitian masih berjalan, belum
diperoleh data-data kualitas urin dan
tinja.


Gambar 5. Model Pengolahan Air Limbah di Desa
Sekejengkol, Cileunyi Wetan Kabupaten Bandung

MCK Plus di Tangerang
Lembaga Swadaya Masyarakat BEST
(Bina Ekonomi Sosial Terpadu) dikota
Tangerang ekerja sama dengan BORDA
(Bremen Overseas Research and
Development Association) dari Jerman
melakukan survey penelitian dan
Pembiayaan Program dalam Pelaksanaan
Pembangunan Pusat Sanitasi Masyarakat
(CSC) di Kota Tangerang untuk
dibeberapa kelurahan yang ada dengan
jumlah kira-kira 29 lokasi dari 60 lokasi
yang diusulkan yaitu dengan
membangun MCK plus untuk
masyarakat berpenghasilan rendah
terutama dipermukiman pekerja pabrik
yang ada disekitar Kota Tangerang yang
mengalami masalah sanitasi baik itu
kurang tersedianya sarana Air Bersih,
mandi, cuci dan kakus dengan harga
yang terjangkau.
Sistem terdiri atas :
1. Bangunan Digester biogas yang
berupa pasangan beton bertulang
ataupun bangunan kedap udara dari
pasangan batu yang dapat
menampung volume gas sebesar 1,2
m3/hari, gas ini merupakan hasil
dari endapan suatu proses
fermentasi atau biodegredasi dari
tinja yang dibuang sebagai tinja dan
gas yang dihasilkan dari proses ini
bervolume 1,2 1,4 m3/hari dan
dapat digunakan untuk 3 tungku.
2. Bangunan Baffle Septic Tank (Tangki
Septik sistem Baffle), bangunan ini
dihubungkan dengan Bangunan
Digester Biogas dan diletakkan pada
bagian bawah /dalam tanah dibawah
bangunan kamar mandi dan WC.
Bangunan ini untuk mengolah air
bekas yang dipakai dari limbah air
yang digunakan disebut juga limbah
non kakus pengolahannya secara an
aerobik dan dapat mengurangi BOD
sampai 90%.
3. Efluen dari tangki septik dan air
bekas cuci dialirkan ke Wetland
Keuntungan dari sistem ini adalah :
- Biaya operasional rendah, tidak
membutuhkan peralatan teknis yang
rumit
- Mereduksi pencemar 70 to 90%
sehingga menggurangi potensi
pencemaran air.
- Tidak mencemari air tanah karena
konstruksi kedap air
- Menghasilkan biogas dapat
digunakan untuk keperluan mema-
sak
- Pengurasan lumpur relatif lama 2-3
tahun sekali
Sistem yang serupa diterapkan oleh
BORDA di Denpasar bersama LSM Bali
Fokus.
Jamban 2
lubang
tinja
urin
Tangki septik
Tangki
penampung
Air limbah
non kakus
Wetland
Tanaman
kebun
Jurnal Permukiman Vol. 2 No. 3 Desember 2007 258

Gambar 6. Sistem Sanitasi berwawasan
lingkungan Model BEST-BORDA

Sanitasi berwawasan lingkungan
Model Pusdakota, Universitas
Surabaya

PUSDAKOTA Pusat Pemberdayaan
Komunitas Perkotaan (Pusdakota)
Universitas Surabaya sedang meneliti
penerapan sanitasi berwawasan
lingkungan yang merupakan uji coba
model untuk penelitian disertasi. Sistem
yang dipakai sebagai berikut :
- modifikasi jamban, dibuat 2 lubang
untuk tinja dan urin
- disediakan air untuk pembilasan
- tinja ditampung pada bak
penampung untuk pengomposan,
dibuat 2 unit dipakai bergantian
- effluen dari tangki pengomposan
dialirkan pada saringan karbon dan
kerikil.
- Urin ditampung dan diperam selama
2 bulan diuji-cobakan pada demplot
untuk pemupukan tanaman

Litbang masih berjalan belum
didapatkan data-data kualitas pengo-
lahan.

ANALISIS
Kelayakan Penerapan Sanitasi
Berwawasan Lingkungan di
Indonesia
Beberapa penelitian tentang Sanitasi
berwawasan lingkungan sistem Urine
Diversion Toilet sudah dilaksanakan
dalam tahap uji coba laboratorium
lapangan dan litbang yang masih
berjalan.
Secara umum, penerapan sanitasi
berwawasan lingkungan sistem kering
masih menghadapi banyak kendala yang
menyangkut pola kebiasaan masyarakat.
banyak menggunakan air sebagai
pembilas
- belum terbiasa dengan jamban
sistem pemisahan urin dan toilet
- tidak biasa/ jijik dengan
menggunakan tisu sebagai
pembersih
- belum tahu/ belum biasa /tabu
menggunakan pupuk dari urin /tinja
manusia

Aspek Teknis
Secara teknis, sistem sanitasi
berwawasan lingkungan sangat potensial
dalam pemanfaatan sumber daya alam,
terutama mengingat semakin mahalnya
pupuk pertanian.
Berdasarkan studi perbandingan
beberapa sistem sanitasi berwawasan
lingkungan, sistem model Pilipina dan
Srilangka menjadi alternatif yang dapat
diadopsi sesuai dengan budaya
Indonesia.
- Jamban
Untuk sistem jamban tipe Urin
Diversion toilet yang belum ada di
pasaran umum, dapat dibuat jamban
secara setempat sebagaimana model
Srilangka.
- Pengolahan urin
Air limbah
kakus MCK
Digester
(tangki
biogas)
Non kakus
Mandi
Baffle
Tangki
septik
Air
limbah
MCK
wetland
259 Tinjauan Penerapan (Sri Darwati)
Urine dialirkan dalam bak
penampung yang didesain agar
dapat menampung untuk diperam 1-
2 bulan, di buat 2 unit secara
bergantian.
- Pengolahan tinja
Tinja ditampung dalam 2 unit yang
secara bergantian, sistem ini dapat
mengadopsi konsep cubluk kembar,
dengan modifikasi : cubluk berupa
bak penampung kedap air dan
dipasang langsung di bawah lubang.
Alternatif lain adalah dengan
menampung pada digester untuk
pembuatan biogas. Pengembangan
sistem biogas akan tergantung dari
kapasitas tangki, sehingga memung-
kinkan untuk menghasilkan gas.
Sistem ini cocok untuk sistem MCK
komunal sebagaimana model BEST-
BORDA di Tangerang. Akan lebih
baik lagi bila tinja manusia dicampur
dengan kotoran dari ternak untuk
meningkatkan C/N rasio, untuk
menghasilkan biogas.
- Air pembilas
Disediakan air pembilas, namun
ditampung dan airnya bersama
dengan air limbah non kakus
dialirkan tangki pengendap dan
selanjutnya ke wetland
- Penempatan bangunan sanitasi
berwawasan lingkungan
Bangunan kakus sanitasi
berwawasan lingkungan ditinggikan
elevasinya setinggi bak penampung,
untuk memudahkan operasional
dalam pengomposan tinja dan
pemanfaatan hasil pupuk organik.
- Lokasi pengembangan model
Sistem ini cocok diterapkan untuk
daerah-daerah pertanian/ pinggiran
kota terutama daerah yang rawan
air. Sistem sanitasi berwawasan
lingkungan ini sesuai diterapkan
juga untuk daerah air tanah tinggi
mengingat sistem ini dibuat dengan
sistem penampungan dengan
tangki-tangki yang kedap air dan
tidak langsung merembeskan ke
tanah.
Aspek Pembiayaan
Dari aspek pembiayaan, sistem sanitasi
berwawasan lingkungan relatif murah
dibandingkan dengan sistem
konvensional, lagi pula sistem
konvensional yang ada di Indonesia
pada umumnya pun belum memenuhi
standar sehingga menjadi pencemar
lingkungan yang potensial. Dari
perbandingan biaya sanitasi (UNEP),
biaya sanitasi berwawasan lingkungan
lebih murah dari tangki septik.
Kendala utama adalah lahan, sehingga
sistem sanitasi berwawasan lingkungan
di Indonesia lebih cocok diterapkan di
daerah perdesaan. Hal ini juga
menguntungkan karena pupuk urin dan
tinja akan dapat dimanfaatkan secara
langsung oleh petani di perdesaan.
Aspek Sosial
Aspek sosial akan berkaitan dengan
penerimaan masyarakat. Budaya sanitasi
berwawasan lingkungan berkaitan
dengan pola kebiasaan masyarakat
sehingga membudayakan Sanitasi
berwawasan lingkungan adalah
mengubah pola kebiasaan, berkaitan
dengan pemisahan tinja dan urin serta
pemanfaatannya untuk pupuk organik.
Program sanitasi berwawasan
lingkungan di negara lain membutuhkan
sosialisasi yang intensif. Diperlukan
pemasaran sosial (social marketing) bila
sistem ini diterapkan dan bukti-bukti
ilmiah yang meyakinkan atas
keuntungan dan manfaat penggunaan
sanitasi berwawasan lingkungan.
Jurnal Permukiman Vol. 2 No. 3 Desember 2007 260
KESIMPULAN
Secara teknis sanitasi berwawasan
lingkungan ini potensial diterapkan di
daerah perdesaan karena ketersediaan
lahan dan penggunaan nutrien dapat
langsung diterapkan untuk pupuk
pertanian. Dari aspek pembiayaan,
sistem sanitasi berwawasan lingkungan
relatif murah dibandingkan dengan
sistem konvensional. Dari aspek sosial,
kendala utama dalam penerapan adalah
faktor kebiasaan, norma budaya dan
agama masyarakat yang terbiasa
dengan jamban sistem basah.
REKOMENDASI
Perlu modifikasi sistem sanitasi dengan
pemisahan tinja dan urin disesuaikan
dengan kondisi Indonesia. Direkomen-
dasikan tinja diolah menjadi biogas dan
urine dapat ditampung dan dieramkan
untuk pupuk pertanian.
Perlunya penelitian lebih lanjut dalam
hal kualitas tinja dan urine setelah
proses pengeraman yang digunakan
untuk pupuk pertanian.
Pengembangan sistem sanitasi berwa-
wasan lingkungan sangat erat terkait
dengan kebiasaan dan persepsi, se-
hingga sosialisasi menjadi faktor kunci
keberhasilan pengembangan sistem.
Perlunya partisipasi segenap pihak yaitu
Pemerintah sebagai penentu kebijakan
dan pengembangan teknologi, LSM
untuk pemberdayaan masyarakat,
swasta produsen dalam mengembang-
kan model-model jamban dan sistem
sanitasi berwawasan lingkungan.
DAFTAR PUSTAKA
1. Winblad, The Next Generation Toilet
A Global Perspective, uno440
@netscape.net,Stockholm
Environment Institute, Box 2142, S-
103 14 Stockholm, Sweden
2. Fatoumata Sacko Bocoum, Effects of
Hygienised Human Urin on The
Productivity of Sorghum (Sorghum
bicolor), in The Agro-ecological
Conditions of The Village of
Sabtenga in Burkina Faso from
Durban Conference
3. International Water Resources
Association Water International,
Volume 25, Number 1, Pages
139.147, March 2000
4. Janusz Niemczynowicz, Present
Challenges in Water Management, A
Need to See Connections and
Interactions Member IWRA,
University of Lund, Lund, Sweden

Anda mungkin juga menyukai