Hening Darpito, SKM, Dipl SE Disampaikan dalam Reuni Akbar dan Dies Natalis ke 60 Institusi Pendidikan Kesling Hang Jebat, Jakarta 30 Juni 2012
Isi
1. Target dan Pencapaian MDGs bidang
2.
3. 4.
5.
Air Minum dan Sanitasi Sanitasi dan Globalisasi Keahlian di bidang air minum dan sanitasi Profesi Sanitarian Kesimpulan dan Saran
setengahnya proporsi rumah tangga tanpa akses terhadap sarana air minum dan sanitasi hingga tahun 2015 Target Indonesia: Proporsi rumah tangga dengan akses terhadap air minum di perkotaan dan perdesaan 68,87%, dan akses sanitasi 62,41%
tangga dengan akses terhadap air minum perkotaan dan perdesaan tahun 2009 sebesar 47,71% dan sanitasi sebesar 51, 19%, pencapaian sanitasi thn 2012 sebesar 54%
Persentase Rumahtangga Yang Akses Terhadap Sumber Air Minum Terlindung (1993-2010)
45,1
41,6
48,8
RISKESDAS 2010
Persentase RT Menurut Akses Thd Sumber Air Minum Terlindung (MDGs) dan Karakteristik Rumahtangga, Riskesdas 2010
90.0 80.0 70.0 60.0 50.0 40.0 30.0 20.0 10.0 0.0 80 70 5.0 47.8 10.9 17.0 27.9 47.9 60 50 40 48.8 47.7 45.2 35.8 30 20 10 0 Perkotaan Perdesaan 41.6 48.8 34.3 8.1
Sumber terlindung
menyatakan target MDG dalam akses sanitasi tidak akan tercapai pada tahun 2015, dengan kecepatan pembangunan yang sama thn 2026 target baru tercapai Terdapat kesenjangan akses sanitasi yang cukup lebar antar provinsi dan antara perkotaan dan perdesaan
terhadap kematian anak dan balita, 19 persen kasus kematian anak di bawah usia 3 tahun (100.000 kematian anak balita) setiap tahun akibat diare. In 2006, Indonesia lost an estimated IDR 56 trillion (USD 6.3 billion) due to poor sanitation and hygiene, equivalent to approximately 2.3% of gross domestic product (GDP).
Persentase RT Yang Akses Thd Sanitasi Layak Menurut Kuintil Pengeluaran dan Tempat Tinggal, Riskesdas 2010
90.0 80.0 70.0 60.0 50.0 40.0 30.0 20.0 10.0 0.0
32.1
46.4
55.6
66.5
77.9
71.4
38.5
Kuintil 1
Kuintil 2
Kuintil 3
Kuintil 4
Kuintil 5
Perkotaan
Perdesaan
*) Pemilikan/penggunaan sendiri & bersama, kloset latrin, pembuangan akhir tinja tangki septik/SPAL
Persentase Rumahtangga Yang Akses Terhadap Sanitasi Layak Menurut Provinsi, Riskesdas 2010
90.0 80.0 70.0
60.0
*) Pemilikan/penggunaan sendiri & bersama, kloset latrin, pembuangan akhir tinja tangki septik/SPAL
DKI DIY Bali Kepri Sulut Kaltim Banten Sulsel Jateng Beng Sumut Indon Babel Riau Jatim Jabar Aceh Jambi Maluku Kalsel Malut Papbar Sumsel Lamp Sulteng Sultra NTB Kalbar Sumbar Papua Kalteng Sulbar G'talo NTT
0.0
55.5
50.0
Globalisasi
istilah yang memiliki hubungan dengan peningkatan keterkaitan dan ketergantungan antarbangsa dan antarmanusia di seluruh dunia melalui perdagangan, investasi, perjalanan, budaya dan bentuk-bentuk interaksi lain sehingga batas-batas suatu negara menjadi bias.
Konsekuensi globalisasi
Dengan adanya globalisasi berbagai
masalah negara termasuk penyakit dan informasi yang semakin borderless Masalah kesehatan di sebuah wilayah terpencil bisa menjadi masalah dunia. Mengancam nilai-nilai, seperti kearifan budaya lokal, lingkungan atau kelangsungan bisnis pribumi
transportasi Masalah sanitasi di lokasi bencana untuk mencegah timbulnya Outbreak penyakit
Pembangunan Sanitasi
Engineering Kebutuhan Sosial
Kesehatan
Sanitasi dikaitkan dengan penyakit
Pembuangan kotoran sembarangan
Ekonomi
Sanitasi yang jelek menyebabkan kerugian ekonomi
Pembangunan jamban meningkatkan usaha ekonomi (Industri Jamban)
Kebutuhan sosial
Memiliki jamban menjadi kebutuhan pengakuan sosial (Social Needs) serta meningkatkan hargadiri(Esteem. Dignity)
TantanganTeknologi sanitasi
Perubahan Iklim Sustainable development
Kesetaraan Jender
Disable Toilet
Aandeboom (Belanda): menciptakan ide bagus dengan membuat P-Tree, yakni tempat khusus untuk buang air kecil yang dapat mencegah orang buang air kecil sembarangan pada pohon.
Jamban Jinjing
Niban Too Coorporation: membuat tas tangan yang mudah dibawa kemana2. Terdiri atas lubang toilet dan pegangannya, pembersih tangan yang dpt diisi ulang, kaca penutup (penting sekali ketika agan ingin buang pup di tempat ramai), memiliki berat sekitar 175 pon.
Keahlian Utama
Rekayasa teknik sarana air dan sanitasi Pengembangan masyarakat
Penyuluhan/pendidikan masyarakat
Komunikasi masyarakat
Ahli Psikologi
Ahli Kimia
Ahli Biologi
Ahli lain: manajemen/Keuangan/IT
Profesi Sanitarian
dana dari Rockefeler Foundation, Dr. Heydrick mendirikan Sekolah Mantri Hygiene, 1942 1947 Sekolah Menengah Kesehatan SPPH, Sekolah Pembantu Penilik Hygiene Sanitarian AKK, Akademi Kontrolir Kesehatan (1952 - 1957) berubah APK APK, Akademi Penilik Kesehatan (1957 - 1975) berubah APK-TS
merubah 2 (dua) Akademi Penilik Kesehatan Departemen Kesehatan di Jakarta dan Surabaya menjadi APK TS Thn 1993 sekarang: APK TS POLTEKES Jurusan Kesehatan lingkungan Jurusan KL/KK di UI dan PTN/PTS lain jurusan/ peminatan kesling (1989) Tahun 2012: Program Sertifikasi
kesehatan dilarang mempekerjakan tenaga kesehatan yang tidak memiliki kualifikasi dan izin melakukan pekerjaan profesi. Memiliki pengetahuan dan/atau keterampilan melalui pendidikan di bidang kesehatan yang untuk jenis tertentu memerlukan kewenangan untuk melakukan upaya kesehatan.
kesling yang memberikan perhatian terhadap aspek kesehatan lingkungan air, udara, tanah, makanan dan vektor penyakit pada kawasan perumahan, TTU, tempat kerja, industri dan matra. Kualifikasi: Lulusan SPPH, AKK, APK, PAM KL dan PT bidang kes lingk, berdasar Munas HAKLI 2006. Mempunyai 46 kompetensi
lebih menarik dari pada sanitasi 2. Secara filosofis air minum dibutuhkan sedang limbah/tinja dibuang oleh seseorang 3. Target MDGs bidang sanitasi tahun 2015 tidak akan dicapai
Alasan kesehatan sudah harus ditinggal, mempertimbangkan aspek ekonomi dan kebutuhan esteem dan pengakuan sosial 2) Bisnis Sanitasi meningkatkan kegiatan perekonomian dan menambah lapangan kerja 3) Sanitarian mempunyai peluang besar untuk terlibat dalam pembangunan sanitasi yang membutuhkan integrasi rekayasa engineering dan rekayasa sosial
Program Sertfikasi sanitarian akan meningkatkan profesionalisme Sanitarian dalam menangani pembangunan air dan sanitasi