Anda di halaman 1dari 14

EVALUASI KETERSEDIAAN RUANG TERBUKA HIJAU (RTH) PUBLIK

di Sektor Jalan Cut Mutia Kota Bekasi


Moh Ramdhan A A

Tugas Teknik Evaluasi


Universitas Krisnadwipayana
Email : ramdhanaa@gmail.com

Abstrak – Kondisi RTH di Jalan Cut Mutia masih belum memenuhi kelayakan dimana RTH di
kawasan tersebut masih minim. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif
kualitatif. Metode pengumpulan data yaitu didapat dari hasil observasi lapangan dan ditunjang
dengan data dari instansi - instansi terkait. Jalan Cut Mutia memiliki aktivitas yang ekomomi yang
tinggi sehingga terdapat bangunan yang memenuhi ruas jalan Cut Mutia. Jalan Cut Mutia termasuk
kedalam Jalan Kolektor Primer dengan panjang jarak 3,11 Km dimana Kondisi RTH Jalan Cut Mutia
masih belum mencapai 20 – 30%, RTH yang tersedia di Jalan Cut Mutia baru mencapai ± 16%
sehingga perlu penambahan RTH ± 4 – 14% dimana RTH ini dapat ditempatkan disepanjang trotoar
Jalan Cut Mutia dengan menempatkan pot atau menanam tanaman di sepanjang jalan tersebut
dengan jenis tanaman yang memiliki fungsi sebagai penyerap polusi udara.

I. PENDAHULUAN

Ruang public kota merupakan ruang yang dapat mewadahi kepentingan publik untuk
melakukan komunikasi keluarga, pertemuan informal komunitas, tempat bermain anak-anak atau
tempat rekreasi keluarga. Stephen Carr (1992) mengungkapkan bahwa ruang publik bisa berupa
taman umum dari skala nasional, hingga regional, alun-alun yang ada di setiap kota atau taman kota.
Sebagai salah satu elemen kota, ruang publik kota dapat berperan sebagai pemberi karakter tersendiri,
memiliki fungsi untuk komunikasi bagi warga kota, kegiatan ekonomi, apresiasi budaya, sekaligus
dapat meningkatkan kualitas ruang dalam kota.
Seiring dengan pertumbuhan penduduk yang semakin bertambah banyak serta kemajuan
teknologi dan industri yang berkembang pesat serta pembangunan yang takkan pernah terhenti
banyak orang yang mengesampingkan perlunya Ruang Terbuka Hijau (RTH). Ruang Terbuka Hijau
(RTH) adalah area memanjang/jalur dan atau mengelompok, yang penggunaannya lebih bersifat
terbuka, tempat tumbuh tanaman, baik yang tumbuh secara alamiah maupun yang sengaja ditanam
(Permen PU No. 05/PRT/M/2008).).
Menurut UU Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang bahwa kawasan strategis kota
adalah wilayah yang penataan ruangnya diprioritaskan karena mempunyai pengaruh sangat penting
dalam lingkup kota terhadap ekonomi sosial, budaya, dan lingkungan. Penataan ruang publik perlu
langkah sosialisasi dengan melakukan komunikasi dengan warga kota secara berkala agar dapat
menyerap keinginan dan aspirasi warga kota sebagai pengguna fasilitas ruang publik tersebut. Secara
empiris seringkali ruang publik tidak dimanfaatkan secara optimal oleh warga kota karena tidak
sesuai dengan keinginan dan aspirasi warga kota.
Mengingat pentingnya keberadaan RTH untuk menjaga kualitas udara perkotaan khususnya
disekitar kawasan jalan pertokoan dengan tingkat polusi tinggi, salah satu yang menjadi objek studi
kasus adalah Jalan Cut Mutia Kota Bekasi maka penulis akan mengkaji ketersediaan RTH pada
kawasan tersebut.
Dalam penelitian ini masalah yang akan dikemukakan dapat dirumuskan sebagai berikut:
1. Bagaimana kondisi RTH di sekitaran jalan Guntur?
2. Bagaimana solusi berkaitan dengan keterbatasan RTH di kawasan tersebut?

1
Mengingat ruang lingkup permasalahan dan keterbatasan penulis maka penulis membatasi
kajian sebagai berikut:
1. Mengevaluasi ketersediaan RTH di sepanjang jalan Cut Mutia
2. Memberi solusi dalam penelitian RTH di sepanjang jalan Cut Mutia

Berdasarkan latar belakang dan permasalahan yang telah diuraikan maka, maksud dari
penelitian ini adalah:
1. Untuk mengetahui kondisi RTH pada ruas Jalan Cut Mutia
2. Untuk mengetahui solusi yang tepat mengatasi keterbatasan RTH pada lokasi penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah diharapkan dapat memberikan informasi kepada dinas atau
instansi terkait agar mendapatkan perhatian khusus mengenai RTH yang masih minim, diharapkan
dapat dijadikan referensi untuk penelitian mengenai ruang terbuka hijau serta dapat memberikan
informasi kepada masyarakat akan pentingnya ruang terbuka hijau.

II. TINJAUAN PUSTAKA

Menurut (Peraturan Mendagri No.1 tahun 2007) Ruang terbuka adalah ruang-ruang dalam
kota atau wilayah yang lebih luas baik dalam bentuk area/kawasan maupun dalam bentuk area
memanjang/jalur di mana dalam penggunaannya lebih bersifat terbuka yang pada dasarnya tanpa
bangunan. Ruang terbuka terdiri atas ruang terbuka hijau dan ruang terbuka non hijau (Eko dan
Djoko, 2013).
Ruang terbuka hijau berdasarkan kepemilikannya dibedakan atas dua jenis yaitu ruang terbuka
hijau privat dan ruang terbuka hijau non privat atau publik. Ruang terbuka hijau Publik adalah RTH
yang dimiliki dan dikelola oleh pemerintah daerah kota/kabupaten yang digunakan untuk kepentingan
masyarakat secara umum. RTH privat merupakan ruang terbuka hijau yang dimiliki oleh masyarakat
maupun swasta yang ditanami tumbuhan.

Tabel 2.1 Jenis Kepemilikan RTH


No Jenis RTH Publik RTH Privat
1. RTH Jalur Hijau Jalan
a. Pulau jalan dan median jalan V V
b. Jalur pejalan kaki V V
c. Ruang dibawah jalan layang V
2. RTH Fungsi Tertentu
a. RTH sempadan rel kereta api V
b. Jalur hijau jaringan listrik te- V
gangan tinggi
c. RTH sempadan sungai V
d. RTH sempadan pantai V
e. RTH pengamanan sumber air V
baku/mata air
f. Pemakaman V
Sumber: (Permen PU No. 05/PRT/M/2008)

Ruang Terbuka Hijau memiliki peranan yang sangat penting terutama RTH pada kawasan lalu
lintas padat kendaraan karena dengan adanya RTH ini dapat mencegah terjadinya polusi udara yang
bersumber dari emisi kendaraan. Dalam undang – undang RI No.26 tahun 2007, tentang Penataan
Ruang pasal 29 ayat 1 dan 2 disebutkan proporsi ruang terbuka hijau pada wilayah kota paling sedikit
30% dari luas wilayah kota, dan proporsi ruang terbuka hijau publik pada wilayah kota paling sedikit
20% dari luas wilayah kota.

2
Berdasarkan (Permen PU No. 05/PRT/M/2008) penyediaan RTH di kawasan perkotaan terdiri
dari:
a. Penyediaan RTH Berdasarkan Luas Wilayah
Penyediaan RTH berdasarkan luas wilayah di perkotaan adalah sebagai berikut:
- Proporsi RTH pada wilayah perkotaan adalah sebesar minimal 30% yang terdiri dari 20%
ruang terbuka hijau publik dan 10% terdiri dari ruang terbuka hijau privat;
- Apabila luas RTH baik publik maupun privat di kota yang bersangkutan telah memiliki total
luas lebih besar dari peraturan atau perundangan yang berlaku, maka proporsi tersebut harus
tetap dipertahankan keberadaannya. Proporsi 30% merupakan ukuran minimal untuk men-
jamin keseimbangan ekosistem kota, baik keseimbangan sistem hidrologi dan keseimbangan
mikroklimat, maupun sistem ekologis lain yang dapat meningkatkan ketersediaan udara ber-
sih yang diperlukan masyarakat, serta sekaligus dapat meningkatkan nilai estetika kota. Tar-
get luas sebesar 30% dari luas wilayah kota dapat dicapai secara bertahap melalui penga-
lokasian lahan perkotaan secara tipikal.
b. RTH Halaman Perkantoran, Pertokoan, dan Tempat Usaha
RTH halaman perkantoran, pertokoan, dan tempat usaha umumnya berupa jalur trotoar dan
area parkir terbuka. Penyediaan RTH pada kawasan ini adalah sebagai berikut:
1) Untuk dengan tingkat Koefisien Dasar Bangunan (KDB) 70%-90% perlu menambahkan
tanaman dalam pot;
2) Perkantoran, pertokoan dan tempat usaha dengan KDB diatas 70%, memiliki minimal 2
(dua) pohon kecil atau sedang yang ditanam pada lahan atau pada pot berdiameter diatas 60
cm;
3) Persyaratan penanaman pohon pada perkantoran, pertokoan dan tempat usaha dengan KDB
dibawah 70%, berlaku seperti persyaratan pada RTH pekarangan rumah, dan ditanam pada
area diluar KDB yang telah ditentukan. Menurut keterangan Dinas Lingkungan Hidup Ka-
bupaten Garut proporsi RTH pada kawasan pertokoan adalah 10% dari luas lahan dihitung
dari luasan lantai dasar bangunan pertokoan.

Ruang terbuka hijau yang berbentuk jalur atau koridor seperti jalur hijau jalan merupakan
penghubung area – area hijau untuk membentuk sistem jaringan RTH kota. Jalur hijau jalan dan
kawasan industri menjadi fokus utama penentuan pola RTH kota (Nirwono joga, 2013). Jalur hijau
jalan, RTH dapat disediakan dengan penempatan tanaman antara 20–30% dari ruang milik jalan
(rumija) sesuai dengan kelas jalan (Permen PU No. 05/PRT/M/2008). Untuk menentukan pemilihan
jenis tanaman, perlu memperhatikan 2 (dua) hal, yaitu fungsi tanaman dan persyaratan
penempatannya (Permen PU No. 05/PRT/M/2008).

Gambar 2.2 Contoh Tata Letak Jalur Hijau Jalan


sumber: (Permen PU No. 05/PRT/M/2008)

Untuk mencari luasan dan prosentase RTH jalur hijau jalan adalah sebagai berikut:
Luas RTH yang tersedia
Prosentase RTH (%) = x 100%
Luas ruas jalan

3
Untuk perhitungan prosentase RTH 20 – 30% = ((0,2 x luas ruas jalan) – (𝑅𝑇𝐻 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑡𝑒𝑟𝑠𝑒𝑑𝑖𝑎)) X
𝑙𝑢𝑎𝑠 𝑟𝑢𝑎𝑠 𝑗𝑎𝑙𝑎𝑛

100% atau (0,3 x luas ruas jalan – (𝑅𝑇𝐻 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑡𝑒𝑟𝑠𝑒𝑑𝑖𝑎 )) x 100%
𝑙𝑢𝑎𝑠 𝑟𝑢𝑎𝑠 𝑗𝑎𝑙𝑎𝑛

Median jalan atau Taman pulau jalan adalah RTH yang terbentuk oleh geometris jalan seperti
pada persimpangan tiga atau bundaran jalan. Sedangkan median berupa jalur pemisah yang membagi
jalan menjadi dua lajur atau lebih. Median atau pulau jalan dapat berupa taman atau non taman.
Adapun kriterianya adalah:

Tabel 2.2 Kriteria RTH Pulau dan Median Jalan


No Kriteria Fungsi Jenis Tanaman
1. a. Pada jalur tanaman tepi jalan Peneduh - Kiara payung (filicium
- ditempatkan pada jalur tanaman (minimal decipiens)
1,5 dari tepi median) - Tanjumg (mimusops
- percabangan 2 m diatas tanah elengi)
- bentuk percabangan batang tidak - Bungur (lagerstroemia
merunduk floribunda)
- bermasa daun padat
- berasal dari perbanyakan biji
- ditanam secara berbaris
- tidak mudah tumbang
2. - terdiri dari pohon, perdu/semak Penyerap polusi - Angsana (ptherocarpus
- memiliki kegunaan untuk menyerap polusi udara indicus)
udara - Aksianadaun besar
-jarak tanam rapat - (accasia mangium)
bermasa daun padat - Oleander (nerium
oleander)
- Bogenvil
- (bougenvillea sp)
- Teh – tehan pangkas
(acalypha sp)
Sumber: (Permen PU No. 05/PRT/M/2008)

III. METODOLOGI PENELITIAN

Dalam penelitian ini lokasi yang dipilih adalah sepanjang ruas Jalan Cut Mutia mulai dari
perempatan rawapanjang hingga berujung di taman Cut Mutia. Dengan mengambil ruas jalan dua
jalur kanan dan kiri.
Pada penelitian Tugas Akhir ini data yang di perlukan adalah sebagai berikut:
a. Data rencana RTH di Kota Bekasi
b. Data sebaran RTH di Kota Bekasi
c. Kondisi Geometrik Jalan Cut Mutia

Adapun sumber data dalam penelitian ini adalah:


a. Observasi lapangan atau survei lapangan yakni di sekitaran Jalan Cut Mutia
b. Dinas Lingkungan Hidup, Kebersihan dan Pertamanan Kota Bekasi
c. Dinas Tataruang dan Permukinan Kota Bekasi

Data – data yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
a. Data Primer
Data primer didapat dari observasi lapangan yaitu perhitungan luasan RTH yang tersedia di
lokasi penelitian.
b. Data Sekunder
4
Data sekunder merupakan data yang didapat dari instansi – instansi terkait. Instansi-instansi
tersebut diantaranya: Dinas Tata Ruang dan Pemukiman Kota Bekasi, Dinas Lingkungan Hidup
Kebersihan dan Pertamanan Kota Bekasi, serta data melalui jurnal atau penelitian yang terkait.
Dengan menggunakan metode deskriptif kualitatif Data yang akan dianalisis adalah mencari
luasan RTH yang diperlukan pada ruas Jalan Cut Mutia, dan menentukan site plan RTH pada kawasan
jalan Cut Mutia.

5
Bagan Alir Penelitian

MULAI

MASALAH

SURVEI PENDAHULUAN
° Penentuan Lokasi Penelitian
° Uraian Umum

TINJAUAN PUSTAKA

PENGUMPULAN DATA
° Data Sebaran RTH di Kota Bekasi
° Rencana RTH di Kota Bekasi
° Kondisi Geometrik Jalan Lokasi Penelitian

ANALISIS
° Perhitungan Luasan RTH ruas jalan di Lokasi Penelitian

° Penentuan Site Plan


° Evaluasi Kondisi RTH

KESIMPULAN DAN SARAN

Selesai

Gambar 3.1 Bagan Alir Penelitian

6
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Data Jalan Guntur


4.1.1 Kondisi Geometrik
Jalan Guntur merupakan jalan dengan aktivitas ekonomi yang cukup tinggi. Termasuk dalam
kawasan pusat kota membuat sepanjang Jalan Cut Mutia dipenuhi perhotelan, pertokoan dan restoran,
mulai dari pertokoan seperti Toko Sepatu, Hotel Merapi Merbabu hingga Restoran Mc Donald.
Bahkan Universitas Perbanas ada di sektor jalan Cut Mutia. Letak Jalan Guntur dapat dilihat pada
Gambar 4.1.

Gambar 4.1 Peta Jalan Cut Mutia Aplikasi Google Map

Jalan Guntur yang menjadi lokasi studi kasus membentang sepanjang 3,11 km (3110 m)
dihitung dari Taman Cut Mutia sampai perempatan rawapanjang. Badan jalan yang terdapat pada
Jalan Cut Mutia yaitu 2 Jalur 2 lajur dan 2 arah dengan lebar masing – masing lajur ± 4 m dan lebar
trotoar sebesar 1.5 m di kedua sisi. Sedangkan perempatan yang diambil adalah Jalan Jend. Ahmad
Yani, Jl. RA. Kartini, dan Jalan Narogong Rayadimana Jalan tersebut juga terdiri dari Jalur 2 lajur 2
arah dan memiliki ukuran lebar badan jalan untuk masing – masing lajur ± 4 m.

Gambar 4.2 Kondisi Geometrik Perempatan Rawapanjang Jalan Cut Mutia, Jalan Jend. Ahmad
Yani, Jl. RA Kartini, Jl. Narogong Raya
Sumber: Data Lapangan, 2019

7
4.2 Analisis Ruang Terbuka Hijau (RTH) Publik
4.2.1 Kondisi Ruang Terbuka Hijau (RTH) Publik Jalan Guntur
Berdasarkan perhitungan melalui Google Earth Pro dan survei lapangan Jalan Cut Mutia
memiliki luas 35156 m2 (3,51 ha) yang diamati mulai dari Taman Cut Mutia sampai perempatan
Rawapanjang. Kondisi RTH di Jalan Cut Mutia masih minim, belum banyak ditemukan Ruang
Terbuka Hijau publik disepanjang Jalan Guntur. Berdasarkan data yang didapat dari Dinas Tata
Ruang dan Pemukiman Kota Bekasi dalam penyusunan rencana Ruang Terbuka Hijau (RTH) di Kota
Bekasi RTH terdekat dari Jalan Cut Mutia terletak di Taman Cut Mutia selain itu, hanya ada beberapa
RTH yang terdapat di sepanjang Jalan Cut Mutia. RTH tersebut diantaranya:

Gambar 4.3 RTH Taman Cut Mutia


Sumber: Dokumentasi Pribadi

Taman Cut Mutia terletak di depan Panin Bank dan di samping Terminal Bekasi, berdasarkan
data yang didapat dari Dinas Lingkungan Hidup Kebersihan dan Pertamanan Kota Bekasi luas RTH
Taman Cut Mutia adalah 3200 m2. Pada Taman Cut Mutia ini banyak ditanami rumput – rumput, perdu,
pohon besar dan pohon kecil yang berfungsi sebagai penyerap polusi udara, peredam kebisingan.
Selain itu fungsi RTH pada Cut Mutia ini yaitu sebagai ciri arsitektur, estetika dan keindahan kota,
lalu dapat di jadikan tempat rekreyasi keluarga. Kondisi RTH Taman Cut Mutia ini terawat karena
dikelola oleh Pemda Kota Bekasi khususnya Dinas Lingkungan Hidup dan Pertamanan Kota Bekasi.

Gambar 4.4 RTH di pembatas jalan


Sumber: Dokumentasi Pribadi

8
Pada Jalan Cut Mutia terdapat RTH tepat di tengah jalan yang di sekaligus dijadikan pembatas
jalan antara lajur kanan dan lajur kiri di Jalan Cut. Berdasarkan survei lapangan dan perhitungan
melalui Google Earth Pro luas RTH pembatas jalan tersebut adalah ± 930,5 m2. Kondisi RTH
pembatas jalan sangat terawat dengan ditanami rumput – rumput berukuran rendah serta ditanami
tanaman pohon belimbing wuluh. Fungsi dari RTH pembatas jalan ini adalah sebagai penyerap polusi.
Selain dari pada itu, RTH pembatas jala juga memiliki fungsi sebagai keindahan jalan pekotaan dan.

Gambar 4.5 RTH Ruas jalan Guntur


Sumber: Google Earth

Pada ruas Jalan Cut Mutia juga terdapat RTH yang berlokasi di depan restoran Mc Donald.
Hasil survei lapangan dan perhitungan melalui Google Earth pro RTH koridor jalan ini adalah ± 310,9
m2 dengan tanaman yang ditanam adalah pohon kelapa dan berbagai macam tumbuhan lain, kondisi
RTH ini sangatlah baik dan terawat bersih dari sampah. Kondisi trotoar tersebut cukup teduh sehingga
dapat membuat pejalan kaki lebih nyaman dalam melintas di trotoar tersebut.

Gambar 4.6 RTH Ruas Jalan Guntur


Sumber: Google Earth

Pada ruas Jalan Cut Mutia tepat di samping Taman Cut Mutia terdapat RTH berupa lahan
kosong yang belum terbangun yang di tumbuhi semak-semak yang cukup tinggi dan tanaman
merambat lainnya. Kondisi RTH ini tidak terawat karena banyak di tumbuhi tanaman liar.
Berdasarkan survei lapangan dan perhitungan melalui Google Earth Pro luas RTH pada ruas jalan
tersebut adalah ± 1228 m2.

9
4.2.2 Analisis Perhitungan Luas Ruang Terbuka Hijau (RTH) Publik Jalan Cut Mutia
Berdasarkan data yang didapatkan dari hasil survei lapangan luas RTH yang tersedia di Jalan
Cut Mutia adalah 5669,4 m2. Hal selanjutnya akan dilakukan analisis mengenai kebutuhan RTH pada
ruas Jalan Cut Mutia, perhitungan kebutuhan RTH ruas Jalan Guntur adalah sebagai berikut:

Luas RTH yang tersedia x 100%


Prosentase RTH (%) =
Luas ruas jalan

10
Untuk perhitungan prosentase RTH 20 – 30% = ((0,2 x luas ruas jalan) – (RTH yang tersedia)) x 100%
luas ruas jalan

atau ((0,3 x luas ruas jalan – ( 𝑅𝑇𝐻 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑡𝑒𝑟𝑠𝑒𝑑𝑖𝑎 𝑙𝑢𝑎𝑠 𝑟𝑢𝑎𝑠 𝑗𝑎𝑙𝑎𝑛 )) x 100%

Prosentase RTH (%) = 5669,4 x 100% = 16%


35156

Hasil analisis data yang didapat berdasarkan survei lapangan menunjukan bahwa luas RTH
publik yang ada di Jalan Cut Mutia adalah ± 16% jumlah ini belum memenuhi syarat RTH jalur hijau
jalan maka untuk pemenuhan kebutuhan RTH Jalan Cut Mutia perlu penambahan RTH. Perhitungan
jumlah penambahan RTH yang harus tersedia dapat diperhatikan sebagai berikut:
Prosentase RTH 20% = (0,2 – 0,16) x 35156 x 100% = 140.624 m2
Prosentase RTH penambahan yang seharusnya ada = 140624 – 5669,4
= 134.954,6 m2 ( 4%)
Prosentase RTH 30% = (0,3 x 35156 – 0,16 ) x 100% = 10.546,63
Prosentase RTH penambahan yang seharusnya ada = 10546,63 – 5669,4
= 487.700,23 m2 (14%)
Berdasarkan hasil analisis di atas luas RTH yang harus tersedia untuk memenuhi 20% RTH
Jalan Cut Mutia adalah sekitar ± 134.954,6 m2 atau ± 4% dan apabila untuk pemenuhan kebutuhan
RTH sebesar 30% maka perlu penyediaan RTH sebesar ± 487.700,23 m2 atau sekitar ± 14% pada
Jalan Cut Mutia.

4.2.3 Solusi Penataan RTH Jalan Guntur


Berdasarkan hasil analisis data sekunder dan primer (survei lapangan) RTH yang tersedia di
Jalan Cut Mutia adalah 5.669,4 m2 atau sekitar ± 16% dari luas Jalan Cut Mutia. Jumlah tersebut
masih belum memenuhi kriterira yang di syaratkan Permen PU No. 05/PRT/M/2008 yang seharusnya
jalur hijau jalan harus mencapai 20% - 30% yang disesuaikan dengan kelas jalannya. Berkaitan
dengan hal tersebut maka perlu dicari solusi untuk masalah tersebut dimana dalam mengevaluasi
ketersediaan RTH dilakukan tindakan penataan untuk penambahan penempatan atau lokasi RTH
disekitar Jalan Cut Mutia. Berkaitan dengan hal tersebut salah satu solusinya yaitu dengan dibuatkan
site plan atau rencana perletakan RTH pada ruas Jalan Guntur. Berikut ini rencana penataan RTH
Jalan Cut Mutia:

4.5.3.1 Site Plan RTH Jalan Guntur

Gambar 4.12 site plan RTH Jalan Cut Mutia


Sumber: Analisis Penulis

11
Gambar 4.13 Contoh Penempatan Tanaman di ruas Jalan Cut Mutia
Sumber: Analisis Penulis

Berdasarkan kelasnya Jalan Guntur termasuk kedalam Jalan Kolektor Primer. Dalam
pemenuhan kebutuhan RTH jalan yang seharusnya yaitu 20-30% sedangkan RTH yang tersedia di
Jalan Cut Mutia baru mencapai ± 5.669,4 atau sekitar 16% sehingga perlu penambahan RTH sekitar
± 134.954,6 m2 atau sekitar 4% (untuk pemenuhan 20%) RTH dan sekitar ± 487.700,23 m2 atau
sekitar 14% (untuk pemenuhan 30%) RTH.
Dalam penentuan site plan RTH di sepanjang Jalan Guntur ini ditanami pohon – pohon dengan
menggunakan pot – pot tanaman, dalam satu pot terdiri dari ± 2 pohon atau jumlah tanaman dalam
satu pot dapat disesuaikan dengan jenis tanaman. Jarak tanaman ditempatkan per 5 meter di sepanjang
trotoar Jalan Guntur dan luas per pot ± 0,5 m2. Pot tanaman berbentuk persegi panjang dan jumlahnya
± 400 yang nantinya akan ditempatkan di sepanjang Jalan Cut Mutia ataupun di pembatas jalan yang
terdapat di Jalan Cut Mutia diantaranya: dimulai dari perempatan rawapanjang ditempatkan beberapa
pot tanaman dengan jarak 5 meter, didepan pertokoan sepanjang Jalan Cut Mutia ruas kanan dan kiri,
dan selebihnya ditempatkan di trotoar sepanjang Jalan Cut Mutia sampai Taman Cut Mutia didepan
Panin Bank.
Tanaman yang sebaiknya digunakan untuk RTH Jalan Cut Mutia adalah tanaman yang memiliki
fungsi sebagai penyerap polusi udara. Jenis tanamannya yaitu seperti contoh: tanaman puring,
bougenvil, teh-tehan pangkas dan sebagainya.
Berdasarkan estetika dan bentuk perakaran, dari ketiga contoh jenis tanaman yang telah
disebutkan diatas contoh jenis tanaman yang cocok ditanam di Jalan Cut Mutia adalah bougenvil dan
puring. Kedua tanaman tersebut selain mempunyai kegunaan sebagai penyerap polusi udara juga
dapat memperindah Jalan Cut Mutia.

V. KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

1. Kondisi RTH Jalan Guntur hanya tersedia sekitar 16% belum mencapai 20% - 30% oleh karena
itu penyediaan RTH di Jalan Cut Mutia masih memerlukan sekitar ± 4 – 14%. RTH Jalan Cut
Mutia masih belum tertata dengan baik, banyak tanaman-tanaman yang seharusnya ditanam
rapat tetapi kondisi di lapangannya tidak demikian.
2. Solusi mengenai keterbatasan RTH Jalan Cut Mutia adalah penambahan jumlah RTH beserta
dengan perencanaan penempatan RTH (site plan).

12
5.2 Saran
1. Perlu dilakukan penataan ulang mengenai keterbatasan RTH di Jalan Cut Mutia terutama peran
pemerintah sangat penting dalam hal ini.
2. Untuk RTH yang telah tersedia di ruas Jalan Cut Mutia seharusnya ditanam rapat agar lebih
memperindah dan polusi dapat terserap dengan baik oleh tanaman tersebut dan perlu
pemeliharaan atau perawatan untuk RTH yang telah ada jangan dibiarkan begitu saja agar RTH
yang ada dapat terawat dengan baik.
3. Untuk site plan RTH sebaiknya disediakan pot – pot tanaman dengan penempatan tanaman per
5 meter dalam setiap pot ditanam sekitar ± 2 pohon atau jumlah tanaman dapat disesuaikan
dengan jenis tanamannya. Tanaman tersebut yang nantinya akan ditanam di sepanjang Jalan
Cut Mutia baik ruas kiri dan kanan serta di depan pertokoan - pertokoan. Sebaiknya ditanami
bougenvil dan puring karena selain berfungsi sebagai penyerap polusi udara kedua tanaman
tersebut juga dapat memperindah Jalan Cut Mutia.

DAFTAR PUSTAKA

Tugas Akhir dan Penelitian

Ayu Sri Rahayu Hartami, Adi Susetyaningsih, Ida Farida. 2016. EVALUASI KETERSEDIAAN
RUANG TERBUKA HIJAU (RTH) PUBLIK PADA KAWASAN PADAT LALULINTAS (Studi Kasus :
Jl. Guntur Kecamatan Garut Kota)
Dewayanti, Mega. 2013. “Analisis Simpang Bersinyal (Studi Kasus: Simpang Bersinyal Jl. Ciledug
– Jl. Sukadana (Garut – Tasikmalaya) – Jl. Pasundan – Jl. Brathayuda di Kabupaten Garut).”
Tugas Akhir. Garut: JURUSAN TEKNIK SIPIL SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI GARUT.
Mukafi, Achmad. 2013. “Tingkat Ketersediaan Ruang Terbuka Hijau Publik Di Kota Kudus”.
Skripsi. Semarang: JURUSAN TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS
NEGERI SEMARANG.
Tim Departemen ARL Faperta IPB. 2005. Makalah Lokakarya Pengembangan Sistem RTH di
Wialayah Perkotaan. Bogor: IPB.

Peraturan – peraturan

. 2007. Peraturan Menteri Dalam Negeri republik Indonesia Nomor 1


Tahun 2007 Tentang Penataan Ruang Terbuka Hijau Kawasan Perkotaan. Depdagri.
. 2008. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 05/PRT/M/2008 tentang Pedoman
Penyediaan dan Pemanfaatan RTH di Kawasan Perkotaan. Departemen PU, Ditjen Penataan
Ruang.
. 2010. Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 12 Tahun 2010 tentang
Pelaksanaan Pengendalian Pencemaran Udara Di Daerah. Mentri Negara Lingkungan Hidup.
. 1999. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 41 tahun 1999 tentang
Pengendalian Pencemaran Udara. Presiden Republik Indonesia.
. 2007. Undang-undang No. 26 tahun 2007 tentang Penataan Ruang. Departemen
Pekerjaan Umum, Ditjen Penataan Ruang.

Website
Dayunirwanaputri.blogspot.co.id. Tanaman Pengawet dan Pewarna. Denydendhi.blogspot.co.id.
Puring/ Croton. diakses november 2015. https://idm.wikipedia.org/wiki/Lalulintas harian rata-rata
Kampuzsipil.blogspot.com.
Storiesofneniindudh.wordpress.com. Bougainvillea spectabilis.

13
14

Anda mungkin juga menyukai