Anda di halaman 1dari 4

A.

Pendahulan

Ruang terbuka hijau adalah area memanjang/jalur dan/atau mengelompok, yang


penggunaannya lebih bersifat terbuka, tempat tumbuh tanaman, baik yang tumbuh secara
alamiah maupun yang sengaja ditanam. Menurut Ernawi, Imam S. (2012, h.20) ruang terbuka
bisa berbentuk jalur (path), seperti jalur hijau jalan, tepian air waduk atau danau dan bantaran
sungai, bantaran rel kereta api, saluran/jejaring listrik tegangan tinggi, dan simpul kota
(nodes), berupa ruang taman rumah, taman lingkungan, taman kota, taman pemakaman,
taman pertanian kota, dan seterusnya. Sedangkan pengertian ruang terbuka hijau (RTH)
berdasarkan Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang adalah area
memanjang/jalur dan atau mengelompok, yang penggunaannya lebih bersifat terbuka, tempat
tumbuh tanaman, baik yang tumbuh tanaman secara alamiah maupun yang sengaja ditanam.
Terkait dengan jalur hijau jalan, didalam permen PU no.5 tahun 2008 pedoman penyediaan
dan pemanfaatan ruang terbuka hijau dikawasan perkotaan mengenai kepemilikan RTH
publik dan RTH privat jalur hijau jalan memiliki 3 unsur yang dimana pulau jalan dan
median jalan,jalur pejalan kaki merupakan RTH pubik dan privat sedangkan ruang dibawah
jalan layang adalah RTH publik yang dimana baik RTH publik maupun privat memiliki
beberapa fungsi utama seperti fungsi ekologi serta fungsi tambahan, yaitu sosial budaya,
ekonomi, estetika/arsitektural.

Ruang terbuka hijau memiliki 3 fungsidasar yaitu secara sosial,fisik dan estetik yang
dimana secara estetik RTH berfungsi sebagai pengikat antar elemen gedung sebagai bentuk
wajah kota, dan juga sebagai salah satu unsur dalam penataan arsitektur perkotaan (Adams,
1952). Mengingat hal itu memang perlu adanya roof garden disetiap gedung gedung atau
segala jenis infrastruktur yang ada dikota untuk menyeimbangkan pembangunan dan luasan
terbuka hijau disuatu wilayahperkotaan.

B. Isi

Pembangunan jalan tol layang yang berada di atas jalan A.P Pettarani merupakan hal
postif yang dilakukan oleh pemerintah kota Makassar dalam penanganan masalah kemacetan
dan kemudahan akses menuju ke pelabuhan atau bandara yang berada di kota Makassar, hal
ini tertera didalam (Rencana Tata Ruang Wilayah) RTRW Kota Makassar dalam pasal 24
tentang rencana pengembangan sistem transportasi darat dengan membangun akses jalan
menuju pelabuhan dan bandara, hal ini perlu diwajari karena mobilitas pergerakan volume
kendaraanyang sangat padat di kota Makassar yang telah mencapai satu juta unit kendaraan
yang terus bertambah tiap tahunnya sehingga perlu adanya akses akses langsung yang
menuju ke pusat – pusat kegiatatan yang dapat mengatur sistem pergerakan kendaraan yang
ada di kota Makassar.disamping itu pembangunan jalan tol layang mendapat kecaman dari
aktifis – aktifis yang bergerak dibidang lingkungan pasalnya Rencana pembangunan jalan tol
layang ini akan memangkas sedikitnya 1.000 pohon di sepanjang jalan Tol Reformasi dan
Jalan AP Pettarani yang membuat RTH yang di kota Makassar ini berkurang, artinya dari
jumlah total 13% RTH publik dan privat yang ada di kota Makassar akan berkurang itupun
total RTH yang dimiliki kota Makassar belum memenuhi target mencapai 30 % dari
penyediaan berdasarkan luas wilayah perkotaan yang telah diatur dalam permen PU no.5
tahun 2008. Ini merupakan tantangan besar dari pemerintah kota dan pihak swasta dalam
menangani hal tersebut terkait pembangunan jalan tol layang dan Ruang Terbuka hijau yang
ada dikota Makassar, maka perlu adanya kebijakan terkait RTH terhadap jalan tol layang A.P
Pettarani ini guna untuk tercapainya sustainable development.

Kebijakan Ruang Terbuka Hijau terhadap jalan tol layang pettarani meliputi;

1. Adanya kompensasi terhadap pohon yang ditebang


2. Pemulihan Ruang Terbuka Hijau di bawah jalan layang
3. Penguatan Ruang Terbuka Hijau dalam bentuk atap bangunan (roof garden)
4. Peningkatan Ruang Terbuka Hijau di sempadan jalan

Sesuai dengan peraturan lingkungan hidup yakni adanya kompensasi, dari setiap satu pohon
yang ditebang akan diganti dengan lima pohon yang baru dengan perbandingan 1:5 dengan
berharap pohon yang ditebang RTH publik juga kembali pada RTH publik . Dari segi
kepemilikan RTH dibedakan menjadi dua yakni RTH publik dan privat yang dimana salah
satu jenis RTH kemeplikan tersebut ada RTH jalur hijau jalan dimana didalamnya terdapat
ruang dibawah jalan layang dan jalur pejalan kaki yang dapat dipulihkan dan ditingkatkan
Ruang Terbuka Hijaunya khususnya di jalan A.P ettarani. Pada kondisi luas lahan terbuka
terbatas, maka untuk RTH dapat memanfaatkan ruang terbuka non hijau,seperti atap gedung,
teras rumah, teras-teras bangunan bertingkat dan disamping bangunan, dan lain-lain dengan
memakai media tambahan, seperti pot dengan berbagai ukuran sesuai lahan yang tersedia
(permen PU no.5 tahun 2008).mengenai peraturan menteri pekerjaan umum tersebut maka
perlunya konsep roof garden diterapkan di jalan tol layang pettranani tersebut untuk
memanfaatkan ruang terbuka non hijau menjadi ruang terbuka hijau untuk mewujudkan
pembangunan yang ber asaskan lingkungan. Perencanaan dengan mempertimbangkan kondisi
lingkungan ini akan memperoleh hasil yang maksimal Tidak jarang kita temui bangunan
dibuat tanpa memperhitungkan aspek lingkungan, misalkan pembangunan infrastruktur yang
menggusur Ruang Terbuka Hijau di daerah pegunungan yang berdampak pada terjadinya
longsor dan sebagainya.

C. Kesimpulan

Dalam mewujudkan pembangunan yang lebih baik, salah satu strateginya adalah
dengan mengembangkan Kota Hijau (green city) yang dapat mendorong pembangunan kota
secara berkelanjutan (sustainable city). Kota hijau atau “eco-city” dalam konsepnya
menggabungkan prinsip pembangunan “hijau” dengan memanfaatkan teknologi informasi
(ICT) untuk mengurangi dan menghilangkan dampak-dampak buruk kota terhadap
lingkungan. Konsep ini telah diadopsi oleh Singapura dalam penataan kota di negara tersebut.
Berbagai strategi diterapkan untuk mendorong terbentuknya kota hijau dimana Urban
Redevelopment Authority (URA) memiliki kewenangan dalam penataan ruang. Antara lain
pelaksanaan Rencana Tata Ruang Ramah Lingkungan melalui Rencana Induk RTH dengan
mengakomodasi proporsi RTH dalam kota secara memadai, mengembangkan infrastruktur
perkotaan yang ramah lingkungan yang mencakup penataan kawasan permukiman melalui
revitalisasi kawasan kota lama, aplikasi kebijakan jalan tol layang pettarani yang yang
menggunakan konsep green building atau roof garden dapat menjadi contoh awal yang baik
bagi pembangunan yang ada di kota Makassar tanpa harus menghilangkan ruh jalur hijau
yang ada di jalan A.P Pettarani, jika memang betul di implementasikan maka Kota Makassar
sudah siap bersaing dengan kota yang ada di singapura, tapi perlu disadari bahwa hingga
sekarang kebijakan tentang ruang terbuka hijau di kota Makassar belum di legalitaskan atau
memang belum di rencanakan dalam bentuk RDTR.
Daftar Pustaka

1. https://www.academia.edu/3229262/Kebutuhan_Ruang_Terbuka_Hijau_di_Kota_Ma
kassar_Tahun_2017
2. RTRW Kota Makassar 2015 – 2054
3. PERMEN PU No.5 TAHUN 2008
4. UU Perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup No.32 Tahun 2009
5. https://www.wartaekonomi.co.id/read127322/pertumbuhan-kendaraan-di-makassar-
ratarata-7-persen-tiap-tahun.html
6. https://makassar.sindonews.com/read/9290/2/pembangunan-jalan-tol-layang-bosowa-
diminta-perhatikan-rth-1526817902

Anda mungkin juga menyukai