Anda di halaman 1dari 19

Laporan

Pendahuluan
Kajian Kolaborasi Masyarkat , Swasta Dan Pemerintah Dalam Pengelolaan
Ruang Terbuka Hijau/ RTH Di Kabupaten Blitar

BAB III

METODOLOGI PELAKSANAAN

3.1. UMUM
Dalam penanganan pekerjaan untuk mencapai sasaran yang diinginkan, dapat
dipertanggung - jawabkan secara teknis, tepat guna dan tepat waktu maka
disusunlah suatu metode pelaksanaan pekerjaan supaya dapat berjalan dengan
lancar, efisien dan terarah. Berikut ini akan dijelaskan tahapan pelaksanaan
pekerjaan secara keseluruhan dengan mengacu pada Kerangka Acuan Kerja
(KAK).

3.2. PEKERJAAN PERSIAPAN


Berdasarkan rencana kerja yang telah dibuat, maka pada pekerjaan persiapan
dilakukan kegiatan sebagai berikut :

3.2.1. Kegiatan Persiapan


Kegiatan yang dilakukan adalah penyiapan personil (tenaga ahli dan tenaga
pendukung), penyiapan peralatan dan fasilitas, persiapan administrasi dan
kordinasi dengan instansi terkait.

3.2.2. Pengumpulan Data Sekunder


Kegiatan yang dilakukan adalah pengumpulan data-data sebagai penunjang
pekerjaan, diantaranya data topografi, hidrologi, sosial ekonomi dan lingkungan,
data pemetaan udara rencana lokasi RTH Baru, lokasi, luas, sistem pengelolaan
RTH eksisting, studi terdahulu yang pernah dilakukan serta data-data lain yang
diperlukan untuk kelengkapan pekerjaan.

III - 1
Laporan
Pendahuluan
Kajian Kolaborasi Masyarkat , Swasta Dan Pemerintah Dalam Pengelolaan
Ruang Terbuka Hijau/ RTH Di Kabupaten Blitar

3.2.3. Survey Pendahuluan


Konsultan bersama petugas dari Dinas yang ditunjuk, Pengawas Pekerjaan,
serta petugas dari instansi terkait, melakukan peninjauan lapangan/survey
pendahuluan untuk mendapatkan data dan gambaran serta informasi awal lokasi
pekerjaan, baik dari aspek teknik maupun aspek sosial.

Sebagai awal kegiatan survey maka dilakukan orientasi lapangan awal. Kegiatan
di lokasi dimulai dengan persiapan pengukuran, berupa :

1. Koordinasi dengan instansi daerah terkait mengenai rencana pengembangan


RTH.
2. Meninjau lokasi RTH yang akan dikembangkan.
3. Menyiapkan base camp, tenaga lokal dan sarana transportasi lapangan..
Untuk itu survey pendahuluan dilakukan dengan menelusuri calon lokasi RTH
dan batas areal pemetaan yang ditunjukkan oleh petugas yang berwenang dan
betul-betul mengetahui titik-titik batas areal, serta prioritas-prioritas tertentu yang
perlu dilakukan.

Berdasarkan pengamatan dalam survey pendahuluan tim survey akan membuat


rencana kerja dan peta kerja yang memuat hal-hal sebagai berikut :
1. Jaringan titik-titik poligon utama, dan pengikatnya.
2. Posisi BM dan patok-patok lainnya.
3. Jadwal pelaksanaan pengukuran, dan lain sebagainya.

3.2.4. Penyusunan Laporan Pendahuluan


Laporan pendahuluan sekurang-kurangnya berisi ;
1. Catatan data temuan hasil survey awal
2. Rencana kerja secara menyeluruh
3. Rencana mobilisasi tenaga ahli dan tenaga pendukung
4. Jadwal pengadaan dan mobilisasi peralatan
5. Jadwal kegiatan pelaksanaan pekerjaan

III - 2
Laporan
Pendahuluan
Kajian Kolaborasi Masyarkat , Swasta Dan Pemerintah Dalam Pengelolaan
Ruang Terbuka Hijau/ RTH Di Kabupaten Blitar

3.3. PEKERJAAN LAPANGAN


Berdasarkan rencana kerja yang telah dibuat, maka pada pekerjaan lapangan
dilakukan kegiatan sebagai berikut :

3.3.1. Identifikasi Kebutuhan RTH


A. Penentuan Kebutuhan RTH Berdasarkan Luas Wilayah
Penyediaan RTH berdasarkan luas wilayah di perkotaan adalah sebagai
berikut:
1. Ruang terbuka hijau di perkotaan terdiri dari RTH Publik dan RTH
privat;
2. Proporsi RTH pada wilayah perkotaan adalah sebesar minimal 30%
yang terdiri dari 20% ruang terbuka hijau publik dan 10% terdiri dari
ruang terbuka hijau privat;
3. Apabila luas RTH baik publik maupun privat di kota yang bersangkutan
telah memiliki total luas lebih besar dari peraturan atau perundangan
yang berlaku, maka proporsi tersebut harus tetap dipertahankan
keberadaannya.
4. Proporsi 30% merupakan ukuran minimal untuk menjamin
keseimbangan ekosistem kota, baik keseimbangan sistem hidrologi dan
keseimbangan mikroklimat, maupun sistem ekologis lain yang dapat
meningkatkan ketersediaan udara bersih yang diperlukan masyarakat,
serta sekaligus dapat meningkatkan nilai estetika kota. Target luas
sebesar 30% dari luas wilayah kota dapat dicapai secara bertahap
melalui pengalokasian lahan perkotaan secara tipikal (Peraturan
Menteri Pekerjaan Umum Nomor: 05/PRT/M/2008, 2008).

B. Penentuan Kebutuhan RTH Berdasarkan Jumlah Penduduk


Kebutuhan RTH berdasarkan jumlah penduduk sebagai berikut:
1. Taman untuk unit RT ≈ 250 penduduk, sekurang-kurangnya diperlukan
250 m2 atau dengan standar 1 m2/penduduk.
2. Taman untuk unit RW ≈ 2.500 penduduk, dibutuhkan minimal 1.250 m 2
atau dengan standar 0,5 m2/penduduk yang lokasinya dapat disatukan

III - 3
Laporan
Pendahuluan
Kajian Kolaborasi Masyarkat , Swasta Dan Pemerintah Dalam Pengelolaan
Ruang Terbuka Hijau/ RTH Di Kabupaten Blitar

dengan pusat kegiatan RW lainnya, seperti balai pertemuan, pos hansip


dan sebagainya.
3. Taman dan lapangan olah raga untuk unit Kelurahan ≈ 30.000
penduduk, diperlukan lahan seluas 9.000 m2 atau dengan standar 0,3
m2/penduduk.
4. Taman dan lapangan olah raga untuk unit Kecamatan ≈ 120.000
penduduk, diperlukan lahan seluas 24.000 m 2 (2,4 hektar) atau dengan
standar 0,2 m2/penduduk.
5. Dibutuhkan jalur hijau seluas 15m2/penduduk yang lokasinya
menyebar; dan
6. Besarnya lahan kuburan/pemakaman umum tergantung dari sistem
penyempurnaan yang dianut sesuai agama dan kepercayaan masing-
masing. Acuan perhitungan luasan berdasarkan angka kematian
setempat dan/atau sistem penyempurnaan.

Tabel 3.1 Sarana Ruang Terbuka, Taman dan Lapangan Olah Raga
Jumlah
Kebutuhan Kriteria
Penduduk Standard
No. Jenis RTH Luas Lahan Lokasi dan
pendukung (m2/jiwa)
Min Penyelesaian
(jiwa)

1. Di tengah
Taman/ Tempat
250 250 1 kelompok
Main (RT)
tetangga.
2. Di pusat
Taman/ Tempat
2.500 1.250 0,5 kegiatan
Main (RW)
lingkungan
3. Sedapat
mungkin
Taman Kelurahan 30.000 9.000 0,3 berkelompk
dengan sarana
pendidikan.
4. Terletak di
jalan utama.
Sedapat
Taman Kecamatan 120.000 24.000 0,2 mungkin
berkelompok
dengan sarana
pendidikan.
5. Terletak
Jalur Hijau - Disesuaikan 15 m
menyebar.
6. Kuburan/ Pemakan 120.000 Disesuaikan Mempertimban
Umum gkan radius
pencapaian dan

III - 4
Laporan
Pendahuluan
Kajian Kolaborasi Masyarkat , Swasta Dan Pemerintah Dalam Pengelolaan
Ruang Terbuka Hijau/ RTH Di Kabupaten Blitar

Jumlah
Kebutuhan Kriteria
Penduduk Standard
No. Jenis RTH Luas Lahan Lokasi dan
pendukung (m2/jiwa)
Min Penyelesaian
(jiwa)

area yang
dilayani.
7. Di pusat
Taman Kota 144.000 0.3 wilayah/kota

8. Di dalam atau
Hutan Kota 480.000 Disesuaikan 4 kawasan
pinggiran
9. Disesuaikan
Untuk Fungsi
Disesuaikan 12.5 dengan
Tertentu
kebutuhan
Sumber: (Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor: 05/PRT/M/2008, 2008)

C. Penentuan Kebutuhan RTH Berdasarkan Kebutuhan Fungsi Tertentu


1. Penentuan Kebutuhan RTH Berdasarkan Fungsi Lindung
Fungsi RTH pada kategori ini adalah untuk perlindungan atau
pengamanan, sarana dan prasarana misalnya melindungi kelestarian
sumber daya alam, pengaman pejalan kaki atau membatasi
perkembangan penggunaan lahan agar fungsi utamanya tidak teganggu.
RTH kategori ini meliputi: jalur hijau sempadan rel kereta api, jalur
hijau jaringan listrik tegangan tinggi, RTH kawasan perlindungan
setempat berupa RTH sempadan sungai, RTH sempadan pantai, dan
RTH pengamanan sumber air baku/mata air (Peraturan Menteri
Pekerjaan Umum Nomor: 05/PRT/M/2008, 2008).

2. Penentuan Kebutuhan RTH Berdasarkan Fungsi Budidaya


Berdasarkan Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 Tentang Penataan
Ruang, yang termasuk dalam kawasan budi daya yaitu kawasan
peruntukan hutan produksi, kawasan peruntukan hutan rakyat, kawasan
peruntukan pertanian, kawasan peruntukan perikanan, kawasan
peruntukan pertambangan, kawasan peruntukan permukiman, kawasan
peruntukan industri, kawasan peruntukan pariwisata, kawasan tempat
beribadah, kawasan pendidikan, dan kawasan pertahanan keamanan.
Ruang Terbuka Hijau yang termasuk dalam kawasan budidaya atau

III - 5
Laporan
Pendahuluan
Kajian Kolaborasi Masyarkat , Swasta Dan Pemerintah Dalam Pengelolaan
Ruang Terbuka Hijau/ RTH Di Kabupaten Blitar

dapat disebut sebagai RTH non alami diantaranya ialah taman, lapangan
olahraga, pemakaman atau jalur-jaur hijau jalan. (Peraturan Menteri
Pekerjaan Umum Nomor: 05/PRT/M/2008, 2008).

3. Penentuan Kebutuhan RTH Berdasarkan Fungsi sebagai lahan pertanian


Analisis ini mempergunaakn metode Location Quotient (LQ) konsentari
penggunaan lahan bagi produksi komoditas tertentu (Andriyani, 2007).
Nilai LQ didefinisikan sebagai ratio persentase dari total aktivitas pada
sub wilayah-I terhadap persentase aktivitas total terhadap wilayah yang
diamati. Penggunaan analisis ini bertujuan untuk menemukan
konsentrasi pemanfaatan lahan bagi kegiatan agraria yang dapat
dipergunakan sebagai RTH produksi.
Persamaan LQ:
Xij / Xi
LQ = X . j/ X ..

Keterangan:
Xij : Perubahan lahan RTH ke-j di wilayah ke-i
Xj : Total luas penggunaan lahan RTH di wilayah ke-i
X.j : Perubahan lahan RTH ke-j di semua wilayah
X.. : Total luas penggunaan lahan RTH
Interpretasi hasil nilai LQ ialah sebagai berikut.
a. Apabila nilai LQ > 1, menunjukkan terjadi konsentrasi penggunaan
lahan RTH di sub wilayah-i secara relative dibandingkan dengan
total wilayah
b. Apabila nilai LQ = 1, menunjukkan bahwa sub wilayah ke-i
memiliki penggunaan lahan RTH yang sama dengan rata-rata total
wilayah
c. Apabila nilai LQ < 1, menunjukkan bahwa sub wilayah i memiliki
penggunaan lahan RTH yang lebih kecil dibanding penggunaan
lahan secara umum yang ditemukan di seluruh wilayah.

III - 6
Laporan
Pendahuluan
Kajian Kolaborasi Masyarkat , Swasta Dan Pemerintah Dalam Pengelolaan
Ruang Terbuka Hijau/ RTH Di Kabupaten Blitar

D. Penentuan Kebutuhan Hutan Kota


Hutan kota, adalah suatu hamparan lahan yang bertumbuhan pohon-pohon
yang kompak dan rapat di dalam wilayah perkotaan baik pada tanah negara
maupun tanah hak, yang ditetapkan sebagai hutan kota oleh pejabat yang
berwenang. Penentuan luas RTH didasari dari faktor yaitu berdasarkan
kebutuhan ait dan kebutuhan oksigen.

1. Berdasarkan Kebutuhan Air


Kebutuhan air dalam kota bergantung dari faktor:
a. Kebutuhan air bersih per tahun;
b. Jumlah air yang dapat disediakan oleh PAM;
c. Potensi air saat ini;
d. Kemampuanhutan kota menyimpan air;
Faktor di atas dapat ditulis dalam persamaan:

t
P0 . K (1+ R−C) −PAM −Pa
La=
Z
Keterangan:
La : Luas hutan kota yang diperlukan untuk kebutuhan air (Ha)
Po : Jumlah penduduk kota pada tahun ke 0
K : Konsumsi air per kapita (liter/hari)
R : Laju peningkatan pemakaian air (biasanya seiring dengan
laju pertambahan penduduk kota setempat)
C : Faktor koreksi (besarnya tergantung dari upaya pemerintah
dalam penurunan laju pertambahan penduduk)
PAM : Kapasitas suplai air oleh PAM (dalam m3/tahun)
T : Tahun ke Pa adalah potensi air tanah saat ini (m3/th)
Z : Kemampuan hutan kota dalam menyimpan air (m3/ha/th)

2. Berdasarkan kebutuhan oksigen

III - 7
Laporan
Pendahuluan
Kajian Kolaborasi Masyarkat , Swasta Dan Pemerintah Dalam Pengelolaan
Ruang Terbuka Hijau/ RTH Di Kabupaten Blitar

Luasan kebutuhan hutan kota berdasarkan kebutuhan oksigen, dapat


juga dilakukan dengan metode Gerakis (1974), yang dimodifikasi
dalam Wisesa (1988), dengan rumus:
Pt + Kt +Tt
¿= m2
(54)(0,9375)(2)
Keterangan:
Lt : Luas RTH Kota pada tahun ke t (m2)
Pt : Jumlah kebutuhan oksigen bagi penduduk pada tahun ke t
Kt : Jumlah kebutuhan oksigen bagi kendaraan bermotor pada
tahun ke t
Tt : Jumlah kebutuhan oksigen bagi ternak pada tahun ke t
54 : Tetapan yan menunjukan bahwa 1 m2 luas lahan
menghasilkan 54 gram berat kering tanaman per hari.
0,9375 : Tetapan yang menunjukan bahwa 1 gram berat kering
tanaman adalah setara dengan produksi oksigen 0,9375g
2 : Jumlah musim di Indonesia

3.3.2. Penentuan Titik Lokasi Alternatif Rencana (RTH)


Hasil survei berupa beberapa lokasi alternatif rencana pembangunan RTH dan
pengumpulan data sekunder yang ada, akan dianalisa berdasarkan prioritas yang
ada untuk selanjutnya dilakukan pradesain pada lokasi terpilih. Segala hal tersebut
diatas harus diasistensikan/ didiskusikan kepada Direksi/ Pengawas pekerjaan
untuk mendapat persetujuan dari Direksi.

3.3.3. Identifikasi Potensi RTH


Tahap awal merupakan tahapan pengumpulan, pendataan, dan pemetaan RTH
eksisting di Kabupaten Blitar. Dalam menentukan potensi lokasi Ruang Terbuka
Hijau, metode yang dilakukan ialah melalui analisis peta. Selain menginterpretasi
citra, perlu ground check untuk memastikan kebenaran data persebaran RTH.
Hasil pemetaan dan identifikasi RTH publik tersebut berfungsi untuk mengetahui
pola persebaran RTH dan rasio luasan RTH terhadap luas wilayah. Sehingga dari
hasil tersebut akan menunjukkan kecukupan dan arahan pengembangan lahan
RTH di Kabupaten Blitar.

III - 8
Laporan
Pendahuluan
Kajian Kolaborasi Masyarkat , Swasta Dan Pemerintah Dalam Pengelolaan
Ruang Terbuka Hijau/ RTH Di Kabupaten Blitar

3.3.4. Pemetaan Udara dengan Drone


Pemetaan menggunakan pesawat tanpa pilot (drone) biasa disebut dengan foto
udara. Foto udara dimaksudkan untuk melihat, memfoto dan mempetakkan lokasi
pekerjaan yang kita inginkan dengan cara yang mudah dan cepat. Melakukan
survei lokasi dengan menggunakan drone hanya membutuhkan waktu sekitar 20
menit (tergantung kondisi cuaca). Gambar-gambar bisa diubah menjadi peta
dengan Autodesk. Menggunakan drone sebagai survei pemetaan, dapat
menghasilkan data awal yang dapat dilanjutkan untuk melakukan survey tanah,
wilayah dan objek untuk penyusunan perencanaan lokasi dan peta kontur dengan
orthophotos, fotogrametri. 3-D modeling, titik Cloud atau perhitungan volume.
Foto udara diambil dengan menggunakan drone untuk merekam kondisi aktual
lokasi studi beserta catchment area nya. Adapun perekaman diambil dalam bentuk
foto dan video. Pemetaan udara atau dikenal juga sebagai Aerial Mapping/Aerial
Survey merupakan sebuah aktivitas survei dengan tujuan menghasilkan peta 
suatu kawasan atau wilayah menggunakan wahana Drone atau Small Unmanned
Aircraft System (sUAS). 
peta  suatu kawasan atau wilayah menggunakan wahana Drone atau Small
Unmanned Aircraft System (sUAS). Dengan menggunakan drone, pekerjaan
survei udara dengan tujuan pemetaan dan fotogrametri dapat dilakukan secara
lebih mudah, murah, serta cepat. Umumnya, industri yang menggunakan drone
untuk pemetaan adalah industri perkebunan kelapa sawit, hutan tanaman industri,
dinas pekerjaan umum, hingga kontraktor yang ingin melihat perkembangan
proyeknya.
Dalam melakukan penerbangan survey, Drone kami terbang rendah sekitar 100
hingga 500 meter sehingga dapat menghasilkan peta resolusi tinggi dengan tingkat
ketelitian hingga 5 cm per pixel atau sebanding peta skala 1:500. Dari
proses survei akan menghasilkan peta Fotogrametri (Photogrammetry) yang dapat
diolah untuk menghasilkan Peta Orthophoto Mosaic, Peta Garis/Peta Topografi
yang detail dengan skala yang anda inginkan dan peta Digital Elevation Model
(DEM).

III - 9
Laporan
Pendahuluan
Kajian Kolaborasi Masyarkat , Swasta Dan Pemerintah Dalam Pengelolaan
Ruang Terbuka Hijau/ RTH Di Kabupaten Blitar

Alasan menggunakan drone untuk survei pemetaan adalah :


1. Cepat
Proses pengambilan informasi lapangan hanya membutuhkan waktu 1-2 hari
untuk area seluas 1000-2000 ha, lalu proses data kurang dari 5 hari kerja.
2. Ekonomis
Dibandingkan dengan survei konvensional yang melibatkan banyak man
power dan menghabiskan banyak Man Hour, biaya pemetaan udara jauh
lebih rendah.
3. Akurat
Dengan pengambilan informasi yang cukup dan dengan teknik yang benar,
produk hasil peta udara memiliki akurasi yang baik. Setiap penerbangan
Drone kami, kami merencanakan dan memprogram jalur terbang sehingga
menghasilkan data gambar yang akurat. Untuk mempertinggi akurasi,
dapat dilakukan peletakan GCP dengan bantuan surveyor darat, sehingga
hasil akhir dapat dipertanggungjawabkan. Resolusi dari pemetaan udara
kami hingga 5 cm/pixel.
4. Bebas Awan
Kami melayani jasa pemetaan udara yang bebas awan. Peralatan kami
terbang sekitar 100 – 150 meter sehingga hasil citra bebas awan.

Kegunaan
Beberapa kegunaan yang didapatkan melalui Pemetaan Udara :
a. Pengamatan visual
b. Pemantauan progress proyek
c. Penghitungan/inventarisir stock lapangan
d. Pengecekan keadaan tanaman di perkebunan
e. Perencanaan desain proyek
f. Marketing property

Pengoperasian

III - 10
Laporan
Pendahuluan
Kajian Kolaborasi Masyarkat , Swasta Dan Pemerintah Dalam Pengelolaan
Ruang Terbuka Hijau/ RTH Di Kabupaten Blitar

Kamera Udara terdiri dari pilot-pilot yang handal dalam merencanakan dan
menerbangkan Drone untuk survey pemetaan dan tenaga kerja pengolahan
data yang handal, memungkinkan kami untuk memberikan anda pemetaan
udara yang terbaik.

Dalam merencanakan dan menerbangkan Drone untuk survei pemetaan,


melakukan pemrograman flight plan sehingga autopilot Drone
menerbangkan pesawat secara otomatis dengan tingkat kepresisian tinggi.

Untuk meningkatkan keakurasian peta, Kamera Udara berkerja sama


dengan surveyor darat untuk melakukan pembuatan GCP (Ground Control
Point) dengan peralatan survey grade.

Peralatan Yang Digunakan


Kamera Udara menggunakan Drone atau Small Unmanned Aircraft System
(sUAS) berupa Multirotor dan Fixed-wing. Dimana masing-masing
memiliki kegunaan dan kelebihan tersendiri. Tiap Drone kami dilengkapi
oleh sistem navigasi autopilot dan GPS, sehingga dapat menjalankan
penerbangan survey yang terprogram yang menghasilkan peta berkualitas
tinggi.

Software uang digunakan dalam pengolahan data foto yang didapat menjadi
sebuah informasi yang digunakan untuk sesuai keperluan.

Gambar 3.1. Peralatan Drone (Foto Udara)

III - 11
Laporan
Pendahuluan
Kajian Kolaborasi Masyarkat , Swasta Dan Pemerintah Dalam Pengelolaan
Ruang Terbuka Hijau/ RTH Di Kabupaten Blitar

3.3.5. Survey Sosial, Ekonomi dan Tata Ruang


Melakukan survey identifikasi bangunan dan tanaman yang terdapat didaerah
RTH yang direncanakan menentukan perkiraan biaya ganti ruginya.
Lingkup aspek yang ditelaah dalam kegiatan survey sosial ekonomi dan
Lingkungan ini adalah:
1. Aspek sosio-demografis dan kelembagaan
a. Jumlah penduduk, perkembangan penduduk, komposisi penduduk
menurut usia dan jenis kelamin.
b. Kondisi sosial masyarakat, struktur sosial, agama, pendidikan, adat-
istiadat.
c. Status dan luas pemilikan lahan.
d. Organisasi/lembaga sosial - ekonomi yang ada, serta aktivitas lembaga
dewasa ini.
e. Prasarana dan sarana yang tersedia.
f. Persepsi masyarakat terhadap pelaksanaan proyek
2. Aspek agronomis
a. Kondisi tataguna lahan yang ada.
b. Jenis tanaman budidaya, pola dan jadwal penanaman.
c. Tehnologi usaha tani yang diterapkan, tingkat input/masukan
pertanian, dan peluang pengembangan secara agronomis.
d. Produksi pertanian.

e. Kendala peningkatan produksi, khususnya menyangkut kondisi tata-


air dan kualitas lahan.
f. Upaya yang dilakukan dalam mengatasi kendala.
3. Aspek ekonomis
a. Corak nafkah penduduk.
b. Sumber pendapatan yang ada, baik dari sektor pertanian maupun non
pertanian.
4. Aspek lahan
a. Jenis tanah.

III - 12
Laporan
Pendahuluan
Kajian Kolaborasi Masyarkat , Swasta Dan Pemerintah Dalam Pengelolaan
Ruang Terbuka Hijau/ RTH Di Kabupaten Blitar

b. Kesuburan tanah.
c. Kesesuaian lahan.

3.4. ANALISA DATA


Berdasarkan rencana kerja yang telah dibuat, maka pada pekerjaan lapangan
dilakukan kegiatan sebagai berikut :

3.4.1. Pendekatan Umum


A. Analisis Identifikasi RTH
Dalam mengidentifikasi potensi lokasi untuk pengembangan RTH, maka
analisis yang digunakan melalui analisis peta. Hasil dari analisis ini yaitu peta
sebaran RTH dan peta lokasi potensi RTH baru. Data peta yang diperlukan
yaitu citra satelit, peta tutupan lahan dan guna lahan, peta lahan bengkok, peta
lahan LP2B, dan peta kawasan cagar alam.
Sedangkan untuk mengetahui distribusi dan sebaran RTH secara spasial,
maka dapat dilakukan melalui perhitungan indeks fragmentasi dengan
persamaan sebagai berikut. Distribusi dan sebaran RTH perlu diketahui untuk
mengidentifikasi lokasi mana saja yang berpotensi untuk dikembangkan
menjadi RTH baru.

(m−1)
Indeks Fragmentasi =
(n−1)

Keterangan:
m : Jumlah polygon suatu jenis RTH pada satuan desa/kelurahan dan kota
n : Jumlah total polygon pada satuan analisis desa/kelurahan dan kota

Sedangkan untuk mengetahui kecukupan lahan RTH yang tersedia, maka


dapat digunakan persamaan sebagai berikut.

Luas RTH Publik


Rasio RTH = x
Luas Wilayah
100%

III - 13
Laporan
Pendahuluan
Kajian Kolaborasi Masyarkat , Swasta Dan Pemerintah Dalam Pengelolaan
Ruang Terbuka Hijau/ RTH Di Kabupaten Blitar

Dengan nilai rasio:


< 10% : Sangat Kurang
10% - 20% : Kurang
> 20% : Baik

B. Analisis Pusat Permukiman


Analisis persebaran pusat permukiman dilakukan melalui perhitungan Indeks
Skalogram Guttman. Skalogram merupakan teknik analisis yang berfungsi
untuk mengidentifikasi penyebaran fungsi fasilitas pelayanan sosial dan
ekonomi serta hirarki pusat pengembangan dan prasarana pembangunan
(Muta’ali, 2015). Analisis ini dipergunakan untuk menentukan distribusi RTH
sesuai hirarki permukimannya. Bentuk skalogram berupa tabel distribusi
wilayah yang diurutkan berdasarkan jumlah fasilitas pelayanannya. Semakin
tinggi kelengkapan fasilitas di suatu wilayah, maka wilayah tersebut memiliki
tingkatan/hirarki yang semakin tinggi yang dinyatakan sebagai pusat.
Langkah dalam melakukan analisis skalogram diuraikan sebagai berikut.
1. Mendistribusikan kelompok-kelompok wilayah disertai jumlah
penduduk di masing-masing wilayah tersebut.
2. Membuat kolom jenis fasilitas pelayanan (perdagangan, pendidikan,
kesehatan, dsb) dan memberikan skor 1 (ada) atau 0 (tidak ada)
berdasarkan keberadaannya.
3. Menjumlah total skor yang telah dilakukan pada langkah ke-2
berdasarkan keberadaannya di tiap wilayah dimana dalam tabel disebut
JF (Jumlah Fungsi)
4. Menjumlahkan semua skor fungsi berdasarkan jenis fungsinya dimana
dalam hal ini disebut TF (Total Fungsi).
5. Menghitung KF (Kelengkapan Fungsi) dengan cara membagi jumlah
fungsi pelayanan yang ada dibagi total jenis fungsi, kemudian dikali
100%. Wilayah yang memiliki persentase paling besar memiliki
tingkatan/hirarki wilayah yang tertinggi.

III - 14
Laporan
Pendahuluan
Kajian Kolaborasi Masyarkat , Swasta Dan Pemerintah Dalam Pengelolaan
Ruang Terbuka Hijau/ RTH Di Kabupaten Blitar

Tabel 3.2 Contoh Tabel Analisis Skalogram dengna Skala Gutman (1=Ada, 0=Tidak Ada)
Jumlah Fungsi (Fasilitas Pelayanan) JF KF Hirarki
Wil
Penduduk 1 2 3 4 5
A 53.000 1 1 1 1 1 5 100% I
B 47.000 1 1 1 1 0 4 80% II
C 44.000 1 0 1 0 1 3 60% III
TF 3 2 3 2 2 12
Sumber: Muta’ali, 2015

Berdasarkan Tabel 3.2 Contoh tabel Skalogoram dengan Skala Gutman


bahwa fungsi fasilitas pelayanan apabila terdapat nilai 1 maka dikatakan ada
atau tersedia. Nilai 0 pada table ini menunjukkan ketidak tersediaan sarana
atau fasilitas tersebut pada suatu kawasan.

C. Analisis Kebutuhan RTH


Analisis ini dilakukan dengan memperhitungkan kebutuhan RTH menurut
luas wilayah, jumlah pendudukan, fungsi tertentu dan hutan kota sebagaimana
diuraikan dalam sub bab 3.4.1.

3.4.2. Analisa Pemenuhan Kebutuhan RTH


Analisis ini bertujuan untuk menemukan pemenuhan kebutuhan RTH berdasarkan
tingkat permintaan (demand) RTH dan penyediaan (supply) lahan bagi RTH.
Permintaan RTH diambil berdasarkan ketentuan kebutuhan RTH menurut luas
wilayah dan jumlah penduduk, sementara penyediaan lahan bagi RTH diambil
berdasarkan pemetaan potensi RTH mempergunakan citra satelit.
Analisis ini menghasilkan usulan sebaran dan proporsi RTH menurut fungsinya:
RTH publik, RTH lindung dan RTH dengan fungsi khusus.

III - 15
Laporan
Pendahuluan
Kajian Kolaborasi Masyarkat , Swasta Dan Pemerintah Dalam Pengelolaan
Ruang Terbuka Hijau/ RTH Di Kabupaten Blitar

Gambar 3.1 Bagan Ilustrasi proporsi pemenuhan kebutuhan RTH


Sumber: Peraturan Menteri Pekerjaan Umum nomor: 05/PRT/M/2008

3.4.3. Analisa Sosial dan Tata Ruang


Data yang terkumpul berdasarkan hasil survey sosial ekonomi dan tata ruang,
kemudian diolah dan dianalisis. Analisis dilakukan secara kuantitatif maupun
kualitatif.
Dalam analisis ini dilakukan sinkronisasi antara sebaran RTH dengan struktur dan
pola ruang kawasan menurut RTRW. Sinkronisasi ini dilakukan untuk
mengoptimalkan pemanfaatan pelayanan RTH publik dalam menjangkau pusat–
pusat pemukiman.

III - 16
Laporan
Pendahuluan
Kajian Kolaborasi Masyarkat , Swasta Dan Pemerintah Dalam Pengelolaan
Ruang Terbuka Hijau/ RTH Di Kabupaten Blitar

3.4.4. Menyusun Laporan Antara/Interim


Laporan Antara/Interim memuat hasil sementara pelaksanaan pekerjaan, yang
berisi antara lain :
1. Laporan kemajuan pekerjaan
2. Data-data yang telah dikumpulkan
3. Kriteria dan metode yang akan digunakan dalam penyusunan pra desain
4. Hambatan yang dihadapi dan cara penyelesaiannya.

3.5. PEKERJAAN PERENCANAAN RTH KABUPATEN BLITAR


Berdasarkan rencana kerja yang telah dibuat, maka pada pekerjaan lapangan
dilakukan kegiatan sebagai berikut :

3.5.1. Rekomendasi Pemilihan Rencana RTH Pada Pusat Permukiman


Dalam rekomendasi pemilihan rencana RTH ini akan dilakukan perencanaan
untuk menentukan hal-hal berikut ini :
1. Pemilihan alternatif
2. Penentuan alternatif terpilih berdasarkan studi komparatif dan kesesuaian
tata ruang
3. Pembuatan konsep disain RTH pada pusat permukiman sesuai fungsi dan
sinkronisasi dengan tata ruang
3.5.2. Penetapan Sebaran dan Proporsi RTH pada Kabupaten Blitar Serta Desain
RTH pada pusat permukiman
1. Kriteria
Penyusunan perencanaan detail harus mengacu kepada kriteria sesuai
dengan SNI atau standar lain yang disetujui oleh pengawas pekerjaan.
2. Parameter
Berdasarkan data hasil survey dan penyelidikan serta dengan berpedoman
kepada kriteria desain, maka konsultan harus menyusun parameter desain
yang akan dipakai dalam analisis dan perhitungan desain. Parameter desain
tersebut harus didiskusikan serta mendapat persetujuan pengawas pekerjaan.

III - 17
Laporan
Pendahuluan
Kajian Kolaborasi Masyarkat , Swasta Dan Pemerintah Dalam Pengelolaan
Ruang Terbuka Hijau/ RTH Di Kabupaten Blitar

Pra desain RTH terpilih yaitu mendesain lokasi RTH terpilih sehingga bisa
diketahui data teknis RTH, melipiti lebar, jenis dan kapasitas RTH dan lain
sebagainya.
3.5.3. Penggambaran
Gambar – gambar 2D dan 3D harus dibuat dengan manggunakan program CAD
serta diserahkan dalam cetakan ukuran A3 dengan skala yang pantas dan jelas.

Penggambaran hasil pra desain RTH terpilih sebagai berikut :


1. Peta Topografi skala 1:25.000 atau 1:10.000.
2. Peta situasi untuk lokasi RTH dan bangunan penunjangnya pada masing-
masing alternatif lokasi skala 1:500.
3. Long dan cross section skala Vertikal 1 : 100 dan horizontal 1:200.

3.5.4. Menyusun RAB


Volume pekerjaan dan rencana anggaran biaya akan dihitung berdasarkan hasil
perencanaan dan dihitung secara detail untuk masing-masing item pekerjaan.
Prosedur dalam perhitungan estimasi RAB untuk pembangunan bangunan utama
dan pelngkap waduk ini mengikuti tahapan sebagai berikut :
1. Survey harga dasar (basic price) bahan, tenaga, di lokasi bangunan.
2. Menghitung estimasi volume pekerjaan sesuai jenis/item pekerjaan.
3. Merencanakan metode pelaksanaan yang mudah dan menguntungkan serta
menyusun jadwal waktu pelaksanaan pekerjaan.
4. Membuat analisa harga satuan sesuai metoda pelaksanaan sebanyak item
pekerjaan yang ada.
5. Menyusun estimasi rencana anggaran biaya (Bill of Quantities) dengan
format sesuai arahan Direksi. Proses perhitungan rencana anggaran biaya
(RAB) secara umum dapat dilihat pada gambar di bawah ini.

Estimasi anggaran biaya didasarkan pada lima komponen biaya yaitu : biaya
bahan-bahan, buruh, peralatan, overhead, dan keuntungan yang dilakukan pada
tiap-tiap jenis pekerjaan. Dalam perhitungan anggaran biaya tersebut, biaya
asuransi dan pajak tenaga buruh sudah termasuk dalam harga buruh, biaya

III - 18
Laporan
Pendahuluan
Kajian Kolaborasi Masyarkat , Swasta Dan Pemerintah Dalam Pengelolaan
Ruang Terbuka Hijau/ RTH Di Kabupaten Blitar

asuransi alat berat dan asuransi operator sudah termasuk dalam sewa alat berat,
biaya tenaga buruh dan alat dihitung berdasarkan jumlah jam kerja.

GAMBAR Daftar Jenis-Jenis


RENCANA Pekerjaan

Daftar Volume
Pekerjaan

Daftar Daftar Daftar Tabel Daftar Tabel


Bahan Koefisien Upah Koefisien Alat Koefisien

Harga Harga Harga Sewa


Bahan Upah /Beli Alat

Harga Satuan Tiap


Jenis Pekerjaan

Rencana Anggaran Biaya


perkelompok Pekerjaan

RAB TOTAL

Gambar 3.3. Proses Perhitungan Rencana Anggaran Biaya

3.5.5. Menyusun Konsep Laporan Akhir


1. Laporan Draft Akhir
Laporan Draft Akhir memuat analisa awal dan kesimpulan sementara hasil
pelaksanaan pekerjaan dari seluruh kegiatan yang telah dilaksanakan.
2. Laporan Akhir
Laporan akhir memuat rangkuman dan kesimpulan penting dari seluruh
kegiatan yang telah dilaksanakan. serta foto dokumentasi untuk tahap-tahap
tertentu dalam pelaksanaan pekerjaan.

III - 19

Anda mungkin juga menyukai