aspek dalam substansi penyusunan RP3KP Kabupaten Dharmasraya, berikut ini dijelaskan
pendekatan, teori-teori analisis dan metodologi yang akan dilakukan dalam rangkaian pekerjaan
ini sehingga yang dituangkan pada setiap pembahasan dapat dipahami dan dimengerti maksud
dan tujuannya secara jelas.
Di dalam kerangka perencanaan umum yang berkaitan dengan ruang, terdapat tipe perencanaan
yang sangat beragam dan berbeda satu dengan lainnya. Perbedaan mengenai perencanaan
regional (wilayah) yang paling hakiki dan merupakan sumber kekaburan dalam perencanaan
regional adalah pendapat antara perencanaan fisik dan perencanaan ekonomi. Perencanaan fisik
merupakan perencanaan struktur fisik suatu daerah (area) yang meliputi tata guna tanah,
komunikasi, utilitas dan sebagainya. Sedangkan Perencanaan Ekonomi yang lebih bertumpu pada
mekanisme pasar dari pada perencanaan fisik mengkaji persoalan dan temuan yang berkaitan
dengan struktur ekonomi suatu daerah (area).
Kedua perbedaan pendapat dan cara pandang tersebut di atas bukan merupakan kesalahan
mutlak dalam konteks perencanaan, karena sesungguhnya perencanaan yang akan diterapkan
dalam penyusunan RP3KP Kabupaten Dharmasraya merupakan penggabungan kedua cara
pandang tersebut di atas. Atau dengan kata lain hasil kajian cara pandang pertama berkorelasi
pada meningkatnya perekonomian suatu daerah sebagai akibat ruang fisik yang tersedia untuk
Hal |4 - 1
kegiatannya berfungsi tepat dan lokasinya menunjang, yang akhirnya perekonomian pada daerah
tersebut meningkat. Demikian pula sebaliknya, pada cara pandang kedua dengan meningkatnya
perekonomian suatu daerah akan memerlukan besaran ruang fisik yang harus diakomodir untuk
meningkatkan struktur perekonomian daerah tersebut.
Untuk mendapatkan persepsi dan pengertian yang sama, maka penyusunan RP3KP Kabupaten
Dharmasraya menyangkut pengertian, terminologi dan substansi materi yang digunakan merujuk
kepada UU tentang Penataan Ruang serta Undang-Undang No.1 Tahun 2011 Tentang Perumahan
Dan Pemukiman.
Dalam UUD 1945 pasal 28 H ayat (1) menyebutkan setiap orang berhak hidup sejahtera lahir dan
batin, bertempat tinggal dan mendapatkan lingkungan hidup yang baik dan sehat, yang
merupakan kebutuhan dasar manusia dan yang mempunyai peran sangat strategis dalam
pembentukan watak serta kepribadian bangsa sebagai salah satu upaya membangun manusia
Indonesia seutuhnya, berjatidiri dan produktif menjadi tantangan pemerintah untuk
menyelesaikan permasalahan perumahan dan kawasan permukiman.
Mengingat sektor bidang perumahan menjadi salah satu urusan wajib pemerintah daerah
berdasarkan PP No. 38 Tahun 2007, dan UU No. 1 Tahun 2011 tentang tugas, maka pemerintah
Hal |4 - 2
daerah (provinsi maupun kabupaten/ kota) melaksanakan pembinaan bidang perumahan dan
pengawasan permukiman salah satunya adalah menyusun Rencana Pembangunan dan
Pengembangan Perumahan dan Kawasan Permukiman (RP3KP).
RP3KP Daerah Kabupaten/Kota merupakan arahan kebijakan dan strategi pembangunan dan
pengembangan perumahan dan kawasan permukiman berdasarkan RTRW dan mendukung
program dan kegiatan jangka pendek, jangka menengah, dan jangka panjang.
4.1.1 PENDEKATAN
Hal |4 - 3
yang ada perlu pendekatan yang secara garis besar terbagi menjadi 2 (dua) bagian yang mana
yaitu Pendekatan Perencanaan dan Pendekatan Pelaksanaan.
Konsep ini pada dasarnya merupakan landasan berpikir perencanaan sebagai upaya untuk
memahami konteks persoalan secara utuh dan menyeluruh guna memberikan landasan berfikir
sebagai masukan pada rancang bangun pendekatan perencanaan. Adapun Konsep perencanaan
tersebut berupa:
1. Pendekatan makro/Komprehensive
4. Pendekatan Pelaksanaan
1. Pendekatan Makro pertama adalah Sinkronisasi terhadap konsep Rencana Tata Ruang
Kabupaten dan rencana-rencana lainnya yang mempunyai kedudukan lebih tinggi dari
perencanaan tata ruang Kabupaten Dharmasraya maupun rencana-rencana tata ruang
wilayah regional di sekitar wilayah Kabupaten Dharmasraya yaitu:
Pendekatan sinkronisasi ini akan menonjol untuk melihat sinergisitas antar kebijakan
khususnya yang terkait dengan pengembangan perumahan dan permukiman.
Hal |4 - 4
perkembangan dimasa depan misalnya pertumbuhan penduduk, kemajuan ekonomi,
kemajuan teknologi, dan faktor-faktor lainnya, makin banyak jumlah faktor makin
banyak pula skenario perkembangan yang akan diperoleh. Skenario-skenario tersebut
akan memberikan semacam batasan-batasan maksimum dan minimum perkembangan
dimasa-masa yang akan datang yang dapat dipakai sebagai rambu-rambu dalam
merencanakan RP3KP Kabupaten Dharmasraya. Dalam penerapannya skenario tersebut
harus dapat diterjemahkan ke dalam dimensi ruang/fisik, baik spatial maupun
intensitasnya.
Hal |4 - 5
Dilakukan untuk mengkaji peraturan-perundangan (level Nasional, Provinsi,
Kabupaten/Kota), pedoman (NSPM atau NSPK), standar yang telah ditetapkan (SNI ataupun
standar-standar Internasional), dan kebijakan-kebijakan pemerintah (pusat maupun daerah) yang
terkait dengan pembangunan perumahan dan kawasan permukiman yang telah dan masih
berlaku saat ini. Pengkajian pada peraturan seperti bidang penataan ruang, perencanaan
pembangunan untuk menguatkan dan menyamakan persepsi terhadap Rencana Pembangunan
dan Pengembangan Perumahan dan Kawasan Permukiman di Kabupaten Dharmasraya.
Kebijakan tata ruang di Indonesia diatur dalam UU No. 24 tahun 1992 tentang penataan
ruang. Dalam UU ini diatur materi perencanaan, pemanfaatan dan pengendalian pemanfaatan
ruang. Pengaturan ini dimaksudkan untuk mencegah timbulnya kerusakan fungsi lingkungan
hidup, pemanfaatan sumber daya alam secara optimal dan meningkatkan keseimbangan
perkembangan antar kawasan melalui pemanfaatan ruang kawasan secara serasi, selaras dan
seimbang serta berkelanjutan dalam rangka peningkatan pertumbuhan perekonomian,
mempercepat pertumbuhan kawasan tertinggal dan meningkatkan daya dukung lingkungan serta
memperkuat integritas nasional.
Hal |4 - 6
Mengingat bahwa wilayah adalah suatu sistem tempat manusia bermukim dan
mempertahankan kehidupannya, maka dalam penataan ruang yang paling utama diwujudkan
adalah meningkatkan kinerja atau kualitas ruang wilayah dalam penyediaan ruang untuk produksi
dan jasa yang cukup. Melalui pendekatan ini, unsur-unsur pembentuk ruang akan dipadukan, agar
kinerja senantiasa meningkat dan lingkungan yang ada tetap lestari dan akhirnya mendukung
peningkatan kesejahteraan masyarakat.
Gambar 4.1
Keterlibatan Pelaku Pembangunan Dalam Penyusunan Rencana
Hal |4 - 7
Masyarakat berhak untuk berperan serta dalam penyusunan RP3KP. Masyarakat
berkewajiban berperan serta dalam memelihara kualitas ruang dan berkewajiban menaati
rencana tata ruang yang telah ditetapkan.Dengan demikian, produk RP3KP merupakan hasil
kesepakatan seluruh pelaku pembangunan (stakeholders), termasuk masyarakat.
Peran serta masyarakat dalam penataan ruang menganut asas‐asas demokratis, kesetaraan
gender, dan keterbukaan. Pendekatan ini merupakan dasar bagi pendekatan “community driven
planning” yang menjadikan masyarakat sebagai penentu dan pemerintah sebagai fasilitatornya.
Sejalan dengan proses penataan ruang yang interaktif, maka keterlibatan masyarakat ada pada
setiap proses tersebut dan selalu tanggap dan mengikuti setiap dinamika dan perkembangan di
dalam masyarakat.
Peran serta masyarakat dalam penataan ruang dapat diwujudkan dalam bentuk pengajuan
usul, memberi saran, atau mengajukan keberatan kepada pemerintah. Dalam mengajukan usul,
memberikan saran, atau mengajukan keberatan kepada pemerintah dalam rangka penataan
ruang bagian Kawasan dapat dilakukan melalui pembentukan forum, asosiasi profesi, media
massa, LSM, lembaga formal kemasyarakatan (sampai tingkat lembaga perwakilan rakyat).
Manfaat pelibatan masyarakat dalam penataan bangunan dan lingkungan antara lain
adalah:
1. Memupuk pemahaman dan kesadaran akan hak, kewajiban dan peranannya dalam
porses pembangunan, sehingga tumbuh rasa memiliki, dan tanggung jawab yang kuat
terhadap hasil-hasilnya.
2. Meminimalkan konflik sehingga mempercepat proses kegiatan secara keseluruhan,
serta terbangunnya suatu ikatan di masyarakat.
3. Efisiensi dan efektivitas. Keputusan yang diambil akan bersifat efisien dan efektif,jika
sesuai dengan kondisi yang ada, baik kebutuhan, keinginan maupun sumberdaya di
masyarakat.
4. Memberdayakan masyarakat setempat, terutama dalam hal membentuk
danmembangun kepercayaan diri, kemampuan bermasyarakat dan bekerja sama.
Pendekatan sosial budaya dan masyarakat ini dilakukan dengan memandang wilayah
sebagai suatu kesatuan ruang sosial (sosial space) sebagai suatu perwujudan dan lingkungan
masyarakat. Dalam penataan pemanfaatan ruang dan pengimplementasian ragam budaya dan
tata nilai harus ditempatkan sebagai suatu variable yang penting dalam mendukung
pengembangan wilayah. Pendekatan sosial budaya dan masyarakat ini diharapkan dapat
menghindari kemungkinan terjadinya benturan sosial dan keterasingan dari kegiatan
Hal |4 - 8
pembangunan serta kesenjangan wilayah yang berdampak negatif terhadap kinerja pertumbuhan
wilayah maupun perkembangan sosial budaya masyarakat.
Mengingat hal tersebut, maka dalam rangka kegiatan Penyusunan Rencana Pembangunan
dan Pengembangan Perumahan dan Kawasan Permukiman (RP3KP) Kabupaten Dharmasraya
dilakukan secara terbuka sehingga memungkinkan untuk melaksanakan haknya yakni,
memberikan masukan berupa informasi, data, tanggapan, saran-saran dan lain sebagainya.
Dengan demikian, rencana yang tersusun akan lebih aspiratif dan dapat mewadahi berbagai
kepentingan setiap lapisan masyarakat.
Hal |4 - 9
E. Pendekatan GIS
GIS merupakan suatu program sistem informasi yang dapat mengadakan fasilitas-fasilitas
untuk menangkap data, mengelola data, dan mempresentasikan hasil-hasilnya selain dalam
bentuk garfik juga laporan, dengan penekanan tertentu dalam pemeliharaan dan
pemanfaatan sifat-sifat yang melekat pada data keruangan. Kemampuan menggabungkan
data keruangan, mengelolanya, menganlisanya, dan menjawab pertanyaan keruangan
adalah sifat tersendiri dari sistem informasi geografis. Satu Sistem informasi geografis secara
umum merujuk pada sebuah GIS adalah satu kerja sama rangkaian peralatan perangkat lunak
dan perangkat keras digunakan untuk pengelolaan data digital keruangan berkaitan dengan
atribut.
Hal |4 - 10
c). Pendekatan Model Data
Jenis data dasar dalam GIS mencerminkan data traditional yang ditemukan dalam
peta. Karena itu, teknologi GIS memanfaatkan dua jenis data. Yaitu :
Data spatial ; Menggambarkan lokasi mutlak dan relatif dari feature geografi
Attribute data ; Menggambarkan sifat-sifat dari keruangan feature.
d). Pendekatan Manajemen Data
Komponen penting kedua untuk sebuah GIS adalah subsistem storage dan retrieval.
Subsistem ini mengorganisir data, baik spatial dan atribut, dalam satu bentuk yang
memungkinkan di retrieve dengan cepat untuk updating, querying, and analyzing.
4.1.4 METODOLOGI
Hal |4 - 11
Dharmasraya. Selain itu, dilakukan pula penajaman dan penyepakatan rencana kerja bersama
yang didasari oleh kajian atas sumber daya yang dibutuhkan, serta sosialisasi atas pekerjaan dan
workshop identifikasi permasalahan perumahan dan kawasan permukiman kenagarian bersama
dengan stakeholder Pengembangan Perumahan dan Kawasan Permukiman Kabupaten
Dharmasraya, yang kesemuanya ditujukan untuk memberikan landasan bagi tahap inventarisasi
data dan analisa sumberdaya dan kebutuhan.
Langkah awal dari seluruh kegiatan ini adalah tahapan persiapan yang mencakup antara
lain:
1. Mobilisasi personil baik Tenaga Ahli maupun Tenaga Pendukung
2. Penyiapan materi yang dibutuhkan untuk mendukung pelaksanaan kegiatan ;
3. Pemantapan materi terkait dengan lingkup substansi yang dibutuhkan.
4. Penyiapan Surat Izin Survey
5. Penyiapan peta dasar
6. Persiapan sarana prasarana pendukung kegiatan;
Untuk sistematika penyusunan RP3KP Kabupaten Dharmasraya untuk lebih jelasnya dapat dilihat
pada Gambar 4.2.
Hal |4 - 12
Gambar 4.2
Metodologi Penyusunan RP3KP Kabupaten Dharmasray
Hal |4 - 13
4.2.2 Tahap Pengumpulan Data
Data merupakan gambaran tentang suatu keadaan atau persoalan yang dikaitkan dengan
tempat dan waktu, yang merupakan dasar suatu perencanaan dan merupakan alat bantu dalam
pengambilan keputusan. Masalah, tujuan, dan hipotesa penelitian, untuk sampai pada suatu
kesimpulan harus didukung oleh data-data yang relevan. Relevansi data dengan variabel-variabel
penelitian didasari oleh metode pendekatan masalah yang relevan (Riduwan,2005: 112). Metode
pengumpulan data bertujuan untuk mengetahui kondisi dan karakteristik wilayah pekejaan yang
digunakan dalam proses penyusunan Rencana Pembangunan dan Pengembangan Perumahan dan
Kawasan Permukiman di Kabupaten Dharmasraya. Langkah awal yang dilakukan dalam
melaksanakan kegiatan Rencana Pembangunan dan Pengembangan Perumahan dan Kawasan
Permukiman Kabupaten Dharmasraya ini adalah melakukan pengumpulan data, yang terdiri dari:
A. Pengumpulan Data Primer
Survey primer dilakukan untuk mendapatkan data melalui pengamatan langsung ke lokasi
wilayah pekerjaan. Metode ini ditujukan untuk mendapatkan data faktual di lapangan
berdasarkan hasil observasi langsung pada wilayah pekerjaan, pengecekan ulang, dan
validasi dari hasil kajian sekunder. Pengumpulan data primer meliputi:
Hal |4 - 14
B. Pengumpulan Data Sekunder
Kegiatan koordinasi dan konsultasi dilakukan untuk mendapatkan data dan informasi relefan
yang akan digunakan dalam proses penyusunan RP3KP. Koordinasi dan konsultasi dengan
para stakeholder perumahan dan kawasan permukiman baik secara kelambagaan maupun
individu, antara lain instansi pemerintah, pelaku dunia usaha dan masyarakat melalui;
2. FGD (Focus Group Discussion)/ Diskusi Kelompok Terarah, dilakukan untuk koordinasi
dan konsultasi dengan para stakeholder perumahan dan kawasan permukiman baik
secara kelambagaan maupun individu, antara lain instansi pemerintah, pelaku dunia
usaha dan masyarakat.
Metode Diskusi Kelompok Terarah (FGD) merupakan salah satu teknik yang digunakan
untuk menggali data dan informasi mengenai kendala dan permasalahan penerapan
RP3KP. Data yang dihasilkan akurat dan mempunyai validitas tinggi, artinya, informasi
yang diberikan peserta diskusi bisa dipercaya, sebab semua informasi tersebut
merupakan hasil kesepakatan seluruh peserta diskusi kelompok, setelah
mempertimbangkan berbagai perbedaan yang ada meninjaunya secara mendalam
dalam diskusi.
Selain itu dalam pengambilan data sekunder juga dilakukan studi literatur dan review. Proses
ini mengawali pekerjaan penyusunan dokumen Rencana Pembangunan dan Pengembangan
Perumahan dan Kawasan Permukiman (RP3KP) di Kabupaten Dharmasraya. Studi literatur
dilakukan dengan mencari data atau informasi dari berbagai sember seperti buku, dokumen-
dokumen yang ada yang berkaitan dengan penyusunan Rencana Pembangunan dan
Pengembangan Perumahan dan Kawasan Permukiman (RP3KP) Kabupaten Dharmasraya,
internet yang terkait dengan perumahan dan kawasan permukiman digunakan untuk
Hal |4 - 15
mengkaji program perencanaan yang pernah dilakukan, sedangkan kegiatan review lebih
digunakan untuk mengkaji peraturan-peraturan, Undang-Undang, kebijakan dan strategi
yang berkaitan perumahan dan kawasan permukiman.
Hal |4 - 16
Peta dalam dokumen RTRW Provinsi Sumatera Barat
Peta dalam dokumen RTRW Kabupaten Dharmasraya
Citra satelit untuk memperbaharui (update) peta dasar dan membuat peta tutupan
lahan. Citra satelit yang digunakan harus berumur tidak lebih dan satu tahun pada
saat penyusunan rencana dengan menggunakan citra satelit resolusi 10 m-15 m
Peta batas wilayah administrasi;
Peta-peta masukan untuk analisis kebencanaan;
Peta arahan perkembangan fisik kawasan perkotaan.
Peta sebaran kawasan bermasalah.
Peta sebaran kawasan perumahan formal, swadaya dan perumahan kawasan khusus
dalam wilayah kabupaten Dharmasraya
Peta Tata Guna Lahan
Tingkat akurasi data, sumber penyedia data, kewenangan sumber atau instansi penyedia
data, tingkat kesalahan, variabel ketidakpastian, serta variabel-variabel lainnya yang mungkin
ada, perlu diperhatikan dalam pengumpulan data. Data dalam bentuk data statistik dan peta,
serta informasi yang dikumpulkan berupa data tahunan (time series) minimal 5 (lima) tahun
terakhir dengan kedalaman data setingkat kelurahan/desa. Dengan data berdasarkan kurun
waktu tersebut diharapkan dapat memberikan gambaran perubahan apa yang terjadi pada
wilayah perencanaan.
Data dan informasi tersebut disusun menjadi data-data dan informasi dalam format digital
baik berbentuk tabular, tekstual, gambar, maupun bersifat diagramatis sehingga tersusun
kompilasi data yang lengkap dan bisa dipertanggungjawabkan untuk kebutuhan analisa.
1. Analisis implikasi kebijakan pembangunan dan kebijakan tata ruang nasional dan daerah
provinsi terhadap pembangunan dan pengembangan perumahan dan kawasan
permukiman;
Hal |4 - 17
2. Analisis implikasi kebijakan pembangunan dan kebijakan tata ruang daerah
kabupaten/kota terhadap pembangunan dan pengembangan perumahan dan kawasan
permukiman;
3. Analisis sistem pusat-pusat pelayanan yang didasarkan pada sebaran daerah fungsional
perkotaan dan perdesaan;
4. Analisis karakteristik sosial kependudukan di daerah kabupaten/kota sekurang-kurangnya
meliputi:
a. pola migrasi, pola pergerakan;
b. proporsi penduduk perkotaan dan/atau perdesaan pada awal tahun perencanaan
dan proyeksi 20 (dua puluh) tahun ke depan;
c. struktur penduduk berdasarkan mata pencaharian, usia produktif, tingkat
pendidikan, sex ratio; dan
d. sebaran kepadatan penduduk pada awal tahun perencanaan dan proyeksi 20 (dua
puluh) tahun ke depan;
5. Analisis karakteristik perumahan dan kawasan permukiman, sekurangkurangnya meliputi:
a. identifikasi permasalahan perumahan dan kawasan permukiman di daerah;
b. ketersediaan rumah dan kondisinya;
c. jumlah kekurangan rumah (backlog) pada awal tahun perencanaan dan proyeksi
20 (dua puluh) tahun ke depan;
d. lokasi perumahan pada kawasan fungsi lain yang perlu penanganan khusus;
e. lokasi perumahan kumuh dan permukiman kumuh yang perlu dilakukan
pemugaran, peremajaan atau pemukiman kembali; dan
f. lokasi dan jumlah rumah yang memerlukan peningkatan kualitas.
6. Analisis arah pengembangan perumahan dan kawasan permukiman di perkotaan
dan/atau perdesaan yang berbatasan dalam wilayah kabupaten terhadap rencana
pengembangan wilayah kabupaten secara keseluruhan;
7. Analisis kebutuhan prasarana, sarana dan utilitas umum termasuk sarana pemakaman
umum pada daerah kabupaten;
Hal |4 - 18
10. Analisis kebutuhan tanah untuk pembangunan perumahan dan kawasan permukiman
dengan memperhatikan kebijakan hunian berimbang;
11. Analisis daya dukung dan daya tampung lingkungan hidup serta optimasi pemanfaatan
ruang;
12. Analisis kemampuan keuangan daerah, sekurang-kurangnya meliputi: sumber
penerimaan daerah dan alokasi pendanaan dan pembiayaan pembangunan, dan prediksi
peningkatan kemampuan keuangan daerah; dan
13. Analisis kebutuhan kelembagaan perumahan dan kawasan permukiman di daerah
kabupaten
Konsep dan materi rencana RP3KP Kabupaten Dharmasraya berisi sebagai berikut:
a. visi, misi, tujuan, kebijakan, dan strategi pembangunan dan pengembangan
perumahan dan kawasan permukiman di daerah kabupaten;
b. jabaran kebijakan dan pengaturan yang lebih operasional dari arahan kebijakan dalam
RP3KP daerah provinsi yang harus diakomodasikan dan dilaksanakan di daerah
kabupaten;
c. jabaran kebijakan pembangunan daerah kabupaten/kota yang bersangkutan;
d. penerapan kebijakan pembangunan perumahan dan kawasan permukiman dengan
pola hunian berimbang;
e. perencanaan lingkungan hunian perkotaan dan/atau lingkungan hunian perdesaan
melalui pembangunan, pengembangan, dan pembangunan kembali;
f. RP3KP di perkotaan dan/atau perdesaan dalam wilayah kabupaten yang mempunyai
kedudukan strategis dalam skala prioritas pembangunan daerah provinsi dan daerah
kabupaten kota, antara lain seperti kawasan perbatasan, kawasan wisata, agro
industri, dan perdagangan/jasa;
g. rencana kawasan permukiman yang terdiri atas perencanaan lingkungan hunian serta
perencanaan tempat kegiatan pendukung yang merupakan bagian yang tidak
terpisahkan;
h. rencana pembangunan lingkungan hunian baru meliputi perencanaan lingkungan
hunian baru skala besar dengan Kasiba dan perencanaan lingkungan hunian baru
bukan skala besar dengan prasarana, sarana, dan utilitas umum;
i. rencana penyediaan perumahan dan kawasan permukiman untuk mendukung
pembangunan kawasan fungsi lain;
Hal |4 - 19
j. rencana penyediaan tanah untuk pembangunan dan pengembangan perumahan dan
kawasan permukiman;
k. rencana pencegahan tumbuhnya perumahan kumuh dan permukiman kumuh;
l. rencana penyediaan dan rencana investasi prasarana, sarana, dan utilitas umum
termasuk pemakaman umum, dalam rangka integrasi dan sinergi antara kawasan
permukiman dengan sektor terkait;
m. rencana lokasi pelayanan jasa pemerintahan, pelayanan sosial, dan kegiatan ekonomi;
n. penetapan lokasi pembangunan dan pengembangan kawasan permukiman, termasuk
penyediaan kawasan siap bangun yang terletak dalam 1 (satu) wilayah kabupaten,
sesuai dengan RTRW;
o. penetapan lokasi dan RP3KP yang akan dilaksanakan pada:
1. lingkungan hunian baru perkotaan dan/atau perdesaan;
2. perumahan kumuh dan permukiman kumuh;
3. pembangunan perumahan dan kawasan permukiman yang akan direvitalisasi
fungsinya;
4. bagian perkotaaan atau perdesaan yang berfungsi sebagai pusat kegiatan wilayah
(PKW), dan pusat kegiatan lokasi (PKL), atau
5. kantung-kantung kegiatan fungsi lain (kawasan industri, kawasan perdagangan,
dan lain-lain);
6. kawasan nelayan/perikanan, kawasan pariwisata, kawasan industri, dan di
kawasan lainnya yang mempunyai tingkat pertumbuhan tinggi sebagai pusat
kegiatan baru; dan
7. perumahan dan kawasan permukiman strategis di perkotaan dan/atau perdesaan
yang mempunyai potensi sektor unggulan.
p. indikasi program pelaksanaan RP3KP perkotaan dan/atau perdesaan dalam jangka
pendek, jangka menengah, dan jangka panjang, yang ditetapkan berdasarkan skala
prioritas daerah kabupaten dengan telah menyebutkan:
1. nama lokasi;
2. rincian nama, jenis program dan kegiatan yang akan dilaksanakan pada setiap
lokasi;
3. pelaku/dinas terkait, kelembagaan mulai dari tingkat kelurahan/desa dan
kecamatan dengan memanfaatkan kelembagaan yang ada;
4. jangka waktu;
5. target dan sasaran yang akan dicapai oleh masing-masing sektor terkait; dan
Hal |4 - 20
6. sumber, besaran, dan alokasi sumber dana dan/atau pembiayaan serta dukungan
akses dan pendanaan dan/atau pembiayaan pembangunan kawasan permukiman
yang berasal dari dan atau dikelola oleh pemerintah, termasuk sumber
pendanaan dan/atau pembiayaan lain.
q. pengaturan pemanfaatan dan pengendalian pembangunan dan pengembangan
perumahan dan kawasan permukiman;
r. pengaturan keterpaduan pemanfaatan dan pengendalian pembangunan perumahan
dan kawasan permukiman pada kawasan fungsi lain;
s. daftar daerah terlarang (negative list) untuk pembangunan dan
pengembangan perumahan dan kawasan permukiman baru;
t. pengaturan mitigasi bencana
u. sistem informasi pemantauan pemanfaatan kawasan permukiman yang terintegrasi
dengan sistem informasi pembangunan daerah provinsi, dan daerah kabupaten;
v. mekanisme pemantauan, pengawasan, dan pengendalian pelaksanaan program dan
kegiatan oleh seluruh pelaku pembangunan, berupa arahan perizinan;
w. mekanisme pemberian insentif dan disinsentif oleh:
1. pemerintah daerah kepada pemerintah daerah lainnya;
2. pemerintah daerah kabupaten/kota kepada badan hukum; atau
3. pemerintah daerah kabupaten/kota kepada masyarakat.
x. mekanisme pemberian insentif berupa:
1. insentif perpajakan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan di
bidang perpajakan;
2. pemberian kompensasi berupa penghargaan, fasilitasi, dan prioritas bantuan
program dan kegiatan bidang perumahan dan kawasan permukiman;
3. subsidi silang; dan/atau
4. kemudahan prosedur perizinan.
y. mekanisme pengenaan disinsentif berupa:
1. pengenaan sanksi sesuai dengan peraturan perundang-undangan;
2. pengenaan retribusi daerah;
3. pembatasan fasilitasi program dan kegiatan bidang perumahan dan kawasan
permukiman; dan/atau
4. pengenaan kompensasi.
z. Peta rencana yang terdiri dari :
1. peta RP3KP di perkotaan dan/atau perdesaan;
Hal |4 - 21
2. peta RP3KP pada kawasan strategis kabupaten;
3. peta rencana prasarana, sarana dan utilitas umum perumahan dan kawasan
permukiman; dan
4. peta rencana peningkatan kualitas perumahan kumuh dan permukiman kumuh di
perkotaan dan perdesaan
Rumah merupakan bangunan yang berfungsi sebagai tempat tinggal atau hunian dan
sarana Pembina keluarga. Perumahan merupakan usaha untuk merumahkan atau menjamin
terpenuhinya kebutuhan perumahan. Berdasarkan Undang-Undang No. 1 Tahun 2011 tentang
Perumahan dan Kawasan Permukiman menyebutkan bahwa Perumahan adalah kumpulan rumah
sebagai bagian dari permukiman, baik perkotaan maupun perdesaan, yang dilengkapi dengan
prasarana, sarana, dan prasarana umum sebagai hasil upaya pemenuhan rumah yang layak huni.
Kawasan permukiman adalah bagian dari lingkungan hidup di luar kawasan lindung, baik berupa
kawasan perkotaan maupun perdesaan, yang berfungsi sebagai lingkungan tempat tinggal atau
lingkungan hunian dan tempat kegiatan yang mendukung perikehidupan dan penghidupan.
Perumahan dan Kawasan Permukiman adalah satu kesatuan sistem yang terdiri atas pembinaan,
penyelenggaraan perumahan, penyelenggaraan kawasan permukiman, pemeliharaan dan
perbaikan, pencegahan dan peningkatan kualitas terhadap perumahan kumuh dan permukiman
kumuh, penyediaan tanah, pendanaan dan sistem pembiayaan, serta peran masyarakat.
Rumah atau papan merupakan kebutuhan pokok manusia selain sandang, dan pangan.
Seiring dengan perkembangan wilayah, maka kebutuhan akan rumah juga mengalami
perkembangan. Faktor yang mempengaruhi peningkatan kebutuhan rumah antara lain
peningkatan jumlah penduduk, keterbatasan daya beli masyarakata karena kondisi ekonomi yang
lemah, dan adanya kejadian tak diduga seperti bencana. Dalam upaya meningkatkan
kesejahteraan masyarakat, pemerintah terus berupaya memenuhi kebutuhan rumah layak huni.
Usaha pemenuhan kebutuhan perumahan ini diusahakan dalam rangka peningkatan dan
pemerataan kesejahteraan serta mewujudkan hunian yang layak dalam suatu lingkungan
perumahan yang sehat, aman, selaras, serasi dan teratur.
Kebijakan umum pembangunan perumahan diarahkan untuk:
1. Memenuhi kebutuhan perumahan yang layak dan terjangkau dalam lingkungan yang sehat
dan aman yang didukung prasarana, sarana dan prasarana umum secara berkelanjutan
serta mampu mencerminkan kehidupan masyarakat yang berkepribadian Indonesia;
Hal |4 - 22
2. Ketersediaan dana murah jangka panjang yang berkelanjutan untuk pemenuhan kebutuhan
rumah, perumahan, permukiman, serta lingkungan hunian perkotaan dan perdesaan;
3. Mewujudkan perumahan yang serasi dan seimbang sesuai dengan tata ruang serta tata
guna tanah yang berdaya guna dan hasil guna;
4. Memberikan hak pakai dengan tidak mengorbankan kedaulatan Negara;
5. Mendorong iklim investasi asing.
Penyelenggaraan Perumahan dan Kawasan Permukiman tidak hanya melakukan
pembangunan baru, tetapi juga melakukan pencegahan serta pembenahan Perumahan dan
Kawasan Permukiman yang telah ada dengan melakukan pengembangan, penataan, atau
peremajaan lingkungan hunian perkotaan atau perdesaan serta pembangunan kembali terhadap
permukiman kumuh.
Penyelenggaraan kawasan permukiman dilakukan untuk mewujudkan wilayah yang
berfungsi sebagai lingkungan hunian dan tempat kegiatan yang mendukung perikehidupan dan
penghidupan yang terencana, menyeluruh, terpadu dan berkelanjutan sesuai dengan rencana
tata ruang. Penyelenggaraan kawasan permukiman tersebut bertujuan untuk memenuhi hak
warga Negara atas tempat tinggal yang layak dalam lingkungan yang sehat, aman, serasi dan
teratur serta menjamin kepastian bermukim, yang wajib dilaksanakan sesuai arahan
pengembangan kawasan permukiman yang terpadu dan berkelanjutan.
Berdasarkan Permenpera No. 22 Tahun 2008 tentang SPM bidang Perumahan Rakyat dan
daerah Provinsi dan Daerah Kabupaten/ Kota menjelaskan bahwa Standar Pelayanan Minimal
yang selanjutnya disingkat SPM adalah ketentuan tentang jenis dan mutu pelayanan dasar yang
merupakan urusan wajib daerah yang berhak diperoleh setiap warga secara minimal. Standar
Pelayanan Minimal daerah provinsi dan kabupaten/ kota bidang perumahan rakyat bertujuan
untuk memberikan pelayanan dalam bidang perumahan rakyat agar masyarakat mampu
menghuni rumah yang layak huni dan terjangkau dalam lingkungan yang sehat dan aman yang
didukung dengan prasarana, sarana dan utilitas (PSU).
Penyelenggaraan SPM pemerintah daerah provinsi dan Pemerintah daerah kabupaten/
kota bidang perumahan rakyat terdiri dari 2 (dua) jenis, antara lain :
Pelayanan dasar
Jenis pelayanan dasar antara lain rumah layak huni dan terjangkau, serta lingkungan
yang sehat dan aman yang didukung prasarana, sarana dan utilitas (PSU).
Hal |4 - 23
Indikator
Indikator rumah layak huni yaitu cakupan ketersediaan rumah layak huni dan cakupan
layanan rumah layak huni yang terjangkau.
Jenis pelayanan dasar, indikator, nilai dan waktu pencapaian Standar Pelayanan Minimal
bidang Perumahan Rakyat daerah kabupaten/kota berdasarkan Permenpera No. 22
Tahun 2008 antara lain :
Tabel 4.1
Standar Pelayanan Minimal Bidang Perumahan Rakyat Daerah Kabupaten/Kota
Petunjuk teknis rumah layak huni dan rumah layak huni terjangkau SPM bidang perumahan
rakyat Daerah Kabupaten/ Kota, sebagai berikut:
1. Cakupan Ketersediaan Rumah Layak Huni
Pengertian rumah adalah bangunan yang berfungsi sebagai tempat tinggal atau hunian
dan sarana pembinaan keluarga. Rumah susun adalah bangunan gedung bertingkat yang
dibangun dalam suatu lingkungan, yang dibangun dalam suatu lingkungan, yang terbagi
dalam bagian-bagian yang distrukturkan secara fungsional dalam arah horisontal
maupun vertikal dan merupakan satuan-satuan yang masing-masing dapat digunakan
secara terpisah, terutama untuk tempat hunian, yang dilengkapi dengan bagian-
bersama, bendabersama dan tanah-bersama. Rumah layak huni adalah rumah yang
memenuhi persyaratan keselamatan bangunan dan kecukupan minimum luas bangunan
serta kesehatan penghuninya. Cakupan ketersediaan rumah layak huni adalah cakupan
pemenuhan kebutuhan rumah yang memenuhi persyaratan keselamatan bangunan dan
kecukupan minimum luas bangunan serta kesehatan penghuninya.
Hal |4 - 24
Adapun kriteria rumah layak huni meliputi :
a. Memenuhi persyaratan keselamatan bangunan meliputi :
Rumah terjangkau adalah rumah dengan harga jual atau harga sewa yang mampu
dimiliki atau disewa oleh seluruh lapisan masyakarat. Median multiple adalah
perbandingan antara median harga rumah dengan median penghasilan rumah tangga
dalam setahun. Indeks keterjangkauan adalah gambaran pemerintah daerah tentang
kemampuan masyarakat diwilayahnya secara umum untuk memenuhi kebutuhan
rumah yang layak huni dan terjangkau. Layanan adalah segala bentuk kegiatan yang
diberikan oleh Pemerintah Pusat/Daerah, BUMN/BUMD dalam rangka pemenuhan
kebutuhan masyarakat dan/atau peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Hal |4 - 25
Terjangkau Lebih kecil atau sama dengan 3
b. Median harga rumah berdasarkan harga rumah layak huni sesuai peraturan
perundang-undangan;
c. Median penghasilan rumah tangga berdasarkan penghasilan rumah tangga yang
masuk dalam katagori masyarakat berpenghasilan rendah.
Penghitungan cakupan rumah layak huni yang terjangkau adalah sebagai berikut:
Median hargatanah
indeks keterjangkauan=
Median penghasilanrumah tangga
3. Cakupan Lingkungan yang Sehat dan Aman yang Didukung dengan Prasarana, Sarana
dan Utilitas Umum (PSU)
Perumahan adalah kelompok rumah yang berfungsi sebagai lingkungan tempat tinggal
atau lingkungan hunian yang dilengkapi dengan prasarana dan sarana lingkungan.
Permukiman adalah bagian dari lingkungan hidup di luar kawasan lindung, baik yang
berupa kawasan perkotaan maupun perdesaan yang berfungsi sebagai lingkungan
tempat tinggal atau lingkungan hunian dan tempat kegiatan yang mendukung
perikehidupan dan penghidupan. Lingkungan perumahan adalah lingkungan hunian
dengan batas-batas fisik tertentu baik merupakan bagian dari kawasan permukiman
maupun kawasan dengan fungsi khusus yang keberadaannya didominasi oleh rumah-
rumah dan dilengkapi dengan prasarana, sarana, dan utilitas untuk menyelenggarakan
kegiatan penduduk yang tinggal di dalamnya dalam lingkup terbatas. Prasarana
lingkungan adalah kelengkapan dasar fisik lingkungan yang memungkinkan lingkungan
permukiman dapat berfungsi sebagaimana mestinya. Sarana lingkungan adalah fasilitas
penunjang, yang berfungsi untuk penyelenggaraan dan pengembangan kehidupan
ekonomi, sosial dan budaya. Utilitas umum adalah sarana penunjang untuk pelayanan
lingkungan.Lingkungan perumahan yang sehat dan aman adalah kumpulan rumah
dalam berbagai bentuk dan ukuran yang dilengkapi prasarana, sarana dan utilitas umum
dengan penataan lingkungan yang menjamin kesehatan masyarakatnya.
Hal |4 - 26
Kriteria Lingkungan yang Sehat dan Aman yang Didukung dengan Prasarana, Sarana dan
Utilitas Umum (PSU) sebagai berikut:
a. Jalan
1) Jalan akses dan jalan poros, ketentuan :
a) Kelas jalan :
Jalan lokal sekunder I (satu jalur)
Jalan lokal sekunder I (dua jalur)
Jalan lokal sekunder II
Jalan lokal sekunder III
b) Dapat diakses mobil pemadam kebakaran
c) Kontruksi trotoar tidak berbahaya pejalan kaki dan penyandang cacat
d) Jembatan harus memiliki pagar pengamanan
b. Jalan lingkungan, ketentuan :
1) Kelas jalan :
Jalan lingkungan I
Jalan lingkungan II
2) Akses kesemua lingkungan permukiman;
Kecepatan rata-rata 5-10 km/jam;
Dapat diakses mobil pemadam kebakaran;
Kontruksi trotoar tidak berbahaya bagi pejalan kaki dan
penyandang cacat;
Jembatan harus memiliki pagar pengaman
c. Jalan setapak, ketentuan:
1) Akses ke semua persil rumah sesuai perencanaan
2) Lebar 0,8-2 m
4. Sanitasi, ketentuan :
a. Limbah cair yang berasal dari rumah tangga tidak mencemari sumber air, tidak
menimbulkan bau, dan tidak mencemari permukaan tanah
b. Pengosongan lumpur tinja 2 tahun sekali
c. Apabila kemungkinan membuat tankseptik tidak ada, maka lingkungan
perumahan yang baru harus dilengkapi dengan sistem pembuangan sanitasi
Hal |4 - 27
lingkungan atau harus dapat disambung dengan sistem pembuangan sanitasi atau
dengan cara pengolahan lain.
6. Persampahan, ketentuan :
a. 100 % produk sampah tertangani (berdasarkan jumlah timbunan sampah 0,02
m3/orang/hari)
b. Pengelolaan pembuangan sampah rumah tangga harus memenuhi syarat
kesehatan.
c. Pengelolaan persampahan mandiri termasuk pembuatan komposer komunal
untuk kebutuhan kawasan perumahan.
7. Air Minum, ketentuan:
a. 100% penduduk terlayani
b. 60-220 lt/orang/hari untuk permukiman di kawasan perkotaan
c. 30-50 lt/orang/hari untuk lingkungan perumahan
d. Apabila disediakan melalui kran umum :
1 kran umum disediakan untuk jumlah pemakai 220 jiwa
Radius pelayanan maksimum 100 meter
Kapasitas minum 30/lt/hari
e. Memenuhi standar air minum
8. Listrik, ketentuan
Hal |4 - 28
a. Setiap lingkungan perumahan harus mendapatkan daya listrik dari PLN atau dari
sumber lain (dengan perhitungan setiap unit hunian mendapat daya listrik
minimum 450 VA atau 900 VA)
b. Tersedia jaringan listrik lingkungan
c. Pengaturan tiang listrik dan gardu listrik harus menjamin keamanan penghuni
d. Tersedia penerangan jalan umum
Penghitungan lingkungan yang sehat dan aman yang didukung PSU sebagai berikut :
Jumlahlingkungan yang didukung PSU p
Cakupanlingkungan yang sehat dan aman yang didukung PSU =
Jumlahlingkungan perumahan pada
Metoda dalam penentuan kawasan perumahan dan permukiman kumuh yakni dengan
menggunakan metoda pembobotan sesuai dengan kriteria kawasan kumuh yang telah
ditetapkan dalam permen PUPR no 14 tahun 2018. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada
tabel berikut ini.
Hal |4 - 29
Tabel 4.2
Indokator Kekumuhan
Hal |4 - 30
.
Hal |4 - 31
Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa, berdasarkan kondisi kekumuhan, suatu lokasi merupakan:
kumuh berat bila memiliki nilai 76-100;
kumuh sedang bila memiliki nilai 51-75;
kumuh ringan bila memiliki nilai 25-50;
a. di atas air;
b. di tepi air;
c. di dataran rendah;
d. di perbukitan; dan/atau
Secara umum, pembagian tipologi perumahan kumuh dan permukiman kumuh dapat
dijelaskan sebagai berikut.
Tabel 4.3
Tipologi Perumahan Kumuh Dan Permukiman Kumuh
Hal |4 - 32
D. Kriteria Rawan Bencana
Kriteria rawan bencana alam, meliputi:
1. Rawan tanah longsor;
2. Rawan gelombang pasang dan/atau tsunami;
3. Rawan banjir;
4. Rawan gempa bumi, dan
5. Rawan letusan gunung api.
Hal |4 - 33
a. Proyeksi kebutuhan rumah berdasarkan pertumbuhan KK. Pertumbuhan KK
dihitung dan pertumbuhan penduduk. 1 KK diasumsikan terdiri dan 5 jiwa.
b. Proyeksi kebutuhan rumah berdasarkan segmentasi pendapatan.
c. Proyeksi kebutuhan penyediaan rumah baru berdasarkan daya tarik ekonomi
(kebutuhan kota inti yang didistribusikan ke daerah hinterlandnya).
3. Proyeksi kebutuhan penyediaan rumah menggunakan proporsi hunian berimbang.
4. Asumsi proporsi jumlah rumah baru yang akan dibangun secara swadaya dengan yang
akan dibangun oleh pengembang adalah 80% : 20%
5. Pemenuhan backlog atau kebutuhan rumah untuk kota Inti yang memiliki fungsi PKN
Metropolitan didistribusikan ke kota-kota hinterland-nya, dengan asumsi 20% berupa
Rumah Susun di kota Inti dan 80% didistribusikan ke kabupaten/ kota sekitarnya.
Dengan demikian, kota atau kabupaten yang berbatasan dengan kota Inti atau PKN
Metropolitan harus memperhitungkan juga “limpahan” kebutuhan rumah dan kota
intinya.
Hal |4 - 34
4.1.6 ALAT ANALISIS
Adapun metode atau alat analisis yang digunakan dalam RP3KP adalah sebagai berikut :
Hal |4 - 35
A. Teknik Analisis Kependudukan
Tujuan yang ingin dituju dari bagian ini adalah untuk mengetahui kependudukan yang ada di
wilayah perencanaan. Hal yang ditinjau dari aspek kependudukan adalah :
1. Jumlah penduduk
2. Tingkat pertumbuhan penduduk
3. Tingkat pendapatan penduduk
4. Nilai-nilai/budaya penduduk
Metoda analisis yang akan digunakan adalah metoda proyeksi yang dapat didekati dengan
berbagai teknik. Teknik-teknik proyeksi jumlah penduduk itu antara lain adalah:
1. Proyeksi Linier
Asumsi dari teknis proyeksi ini adalah bahwa untuk satuan waktu tertentu jumlah
penduduk akan bertumbuh secara tetap sehingga model proyeksinya secara matematis
adalah:
Pt = n.p + Po
Dimana :
Asumsi dari teknis proyeksi ini adalah bahwa terdapat suatu tingkat pertumbuhan
tertentu dari penduduk untuk tiap selang waktu. Model matematisnya adalah:
Pt = Po (1 + r)n
Dimana :
Hal |4 - 36
3. Proyeksi Cohort
P(n+1) = Pn (1 + r)
Dimana:
4. Metode Regresi
Model ini diunakan ketika populasi di daerah perencanaan menunjukkan tingkat
pertumbuhan penduduk yang hampir sama dan dengan asumsi bahwa polanya akan
tetap sama untuk masa yang akan datang. Model ini ditunjukkan dengan persamaan:
d
(Pt Pt 1)
P1 n P1 bn b i2
m
Dimana :
P : Populasi
5. Metode Eksponensial
Model ini muncul dari anggapan bahwa pertumbuhan penduduk adalah fungsi
geometrik, seperti tingkat suku bunga model ini digunakan dengan asumsi bahwa
tingkat dan persentase pertumbuhan penduduk adalah konstan, yang berarti bahwa
Hal |4 - 37
tiap satuan waktu pertambahan mutlak penduduk akan menjadi besar dan lebih besar
lagi. Model proyeksi eksponensial ini ditunjukkan dengan persamaan:
1 d Pt Pt 1
Pt 1 Pt (1 r)n r
m i2 Pt 1
Dimana :
Kebutuhan rumah = Pn - P0
∑KK
Keterangan:
P0 : jumlah penduduk pada tahun awal
Pn : jumlah penduduk pada tahun ke-n
KK : rata-rata jumlah jiwa per KK
Hal |4 - 38
2. Merupakan kebutuhan rumah untuk menutupi kekurangan rumah saat ini. (termasuk
kebutuhan rumah bagi rumah tangga yang selama ini tinggal bersama rumah tangga lain
dalam satu unit bangunan rumah). Dihitung dengan cara membagi kebutuhan rumah
dengan rencana waktu pemenuhan kebutuhan rumah
FKT
A=
d
Dimana :
A = Nilai aksesibilitas
Ej
A ij = b
( d ij )
Dimana :
Aij = Indeks aksesibilitas
Ej = Ukuran aktifitas
b = Parameter
Hal |4 - 39
Langkah selanjutnya adalah menghitung potensi pengembangan, yaitu dengan cara
mengkalikan indeks aksesibilitas dengan luas kawasan yang mungkin untuk dikembangkan,
yaitu :
Di = Ai * Hi
Dimana :
Di = Potensi pengembangan di kawasan i
Di
Dr =
iDi
Dimana :
Selanjutnya untuk menentukan jumlah penduduk yang akan dialokasikan pada masing-
masing kawasan yang potensial adalah dengan cara mengkalikan hasil proyeksi total
penduduk untuk masa mendatang dengan Di, yang secara matematis dapat dirumuskan :
Di
Pi=P total x
iDi
Dimana :
Hal |4 - 40
Metoda lain yang cukup mudah penggunaannya yang hingga kini masih dipergunakan adalah
Metoda Perkiraan Kebutuhan. Pada model ini,digunakan standar-standar yang dapat
digunakan untuk memperkirakan kebutuhan sarana dan prasarana yang memiliki implikasi
terhadap kebutuhan ruang. Beberapa standar yang digunakan antara lain mengacu pada
pedoman standar lingkungan permukiman kota, pedoman standar pembangunan
perumahan sederhana, peraturan geometris jalan raya dan jembatan dan lain-lain.
Jumlah jiwa/rumah;
Hal |4 - 41
Tabel 4.4
Proses Perhitungan Kebutuhan Air Bersih
Hal |4 - 42
No. Uraian Satuan Notasi
b. Sambungan Industri (D / 3600*24 det) liter/det I
c. Sambungan Pariwisata (E / 3600*24 det) liter/det J
d. Sambungan Perdagangan & Jasa (F / 3600*24 det) liter/det K
e. Hidran Umum per 100 penduduk (G / 3600*34 det) liter/det L
f. Total Debit Kebutuhan Air Domestik (H+I+J+K+L) liter/det M
6. Kebutuhan Air Non-Domestik per hari
a. Persentase dari kebutuhan Domestik % 20
b. Total Debit Kebutuhan Air Non-Domestik (M X 20%) liter/det N
7. Sub Total Kebutuhan Air (M+N) liter/det O
8. Tingkat Kebocoran Air Bersih
a. Persentase kebocoran % 20
b. Total Debit kebocoran (M x 20%) liter/det P
9. Total Kebutuhan Air Rata-rata (O + P) liter/det Q
10. Faktor Kebutuhan Maksimum Harian 1.1
11. Kebutuhan Air Maksimum Harian (Q X 1.1) liter/det R
12. Faktor Kebutuhan Puncak Harian 1.2
13. Kebutuhan Air Puncak Harian (Q X 1.2) liter/det S
Tabel 4.5
Proses Perhitungan Timbunan Air Kotor / Limbah
Hal |4 - 43
No. Uraian Satuan NOTASI
6. Lumpur Tinja Domestik yang dihasilkan untuk tiap orang (30 lt X jlh lt/hari D E
pddk)/365 hari
7. Lumpur Tinja Non Domestik (20% tinja domestik) lt/hari D X 20% F
8. Total Lumpur Tinja Domestik dan Non-Domestik lt/hari E+F G
9. Kebutuhan Truk Tinja Kapasitas 2 m3 (jlh lumpur tinja/kapasitas buah G / 2000
truk)
Keterangan :
Timbulan lumpur tinja domestik diperkirakan 30 lt/orang/tahun
Timbulan lumpur tinja non domestik sebesar 20 % dari lumpur domestik
3. Analisis Sistem Drainase
Penilaian kondisi eksisting, mencakup inventarisasi sistem drainase yang telah ada,
kondisi topografi, pengumpulan data hidrologi, peta, kependudukan, pelayanan-
pelayanan yang ada (untuk drainase mikro maupun makro), keadaan fisik alami untuk
pemilihan teknologi (tipe tanah dan topografi), kasilitas-fasilitas lain, data banjir, data
pasang surut, genangan dan banjir yang terjadi.
Tabel 4.6
Proses Perhitungan Timbulan Sampah & Kebutuhan Alat Pengangkutan
Hal |4 - 44
No. Uraian Satuan Perhitungan
a. Pel. Komunal % 85
b. Pel. Individual % 15
Tabel 4.7
Proses Perhitungan Kebutuhan Listrik
Analisis kebutuhan telpon didasarkan pada standar dan target pelayanan yang telah
ditetapkan.
Tabel 4.8
Proses Perhitungan Kebutuhan Telepon
Hal |4 - 45
c. Telepon Umum 1 unit utk 2500 jiwa
4 Target Pelayanan Telepon
a. Rumah Tangga (1 unit utk 5 KK) sst B/5 C
b. Fasum - Fasos (3% dari telp. Rumah) sst 3% X C D
c. Telepon Umum (per 2500 penduduk) sst B / 2500 E
5 Rumah Kabel (RK) (unit telp. per 750 penduduk) buah F / 750
Total Kebutuhan sst C+D+E F
Tabel 4.9
Standar Kebutuhan Fasilitas Sosial Dan Ekonomi
Hal |4 - 46
Penduduk Luas Penduduk Luas
Jenis Fasilitas Jenis Fasilitas
Pendukung Pendukung Pendukung Pendukung
Fasilitas
Rekreasi &
Olahraga
Stadion 250.000 50.000 Pemakaman 50.000
Lapangan 60.000 18.000
Olahraga
Taman dan 30.000 18.000 TPA - 200.000
Lapangan
Olahraga
Lingkungan
Tingkat pelayanan fasilitas umum diukur dengan cara mengkaji kemampuan suatu jenis
fasilitas dalam melayani kebutuhan penduduknya. Dalam hal ini, fasilitas umum yang
memiliki tingkat pelayanan 100% mengandung arti bahwa fasilitas tersebut memiliki
kemampuan pelayanan yang sama dengan kebutuhan penduduknya. Untuk mengetahui
kelengkapan fasilitas umum suatu bagian wilayah, dihitung tingkat pelayanannya
dengan menggunakan rumus :
d ij / b j
TP= X 100 %
C is
Dimana :
Dengan perhitungan ini, dapat diketahui tingkat pelayanan setiap fasilitas, kecuali untuk
fasilitas peribadatan, dimana perbedaan terletak pada jumlah penduduk pada kawasan
yang diamati, yaitu bj diganti oleh jumlah penduduk menurut agama.
Hal |4 - 47
stakeholder, bantuan teknis, pembiayaan, tanah, dan bahan bangunan untuk digunakan
sebagai dasar pembuatan arahan tersebut.
Teknik untuk analisis ini adalah kualitatif-deskriptif, dimana kegiatan analisis dilakukan
dengan banyak mengeksplorasi materi yang dikaji secara menyeluruh.
Gambar 4.3
Norma Sosial, Aturan dan Organisasi untuk Mengkoordinasikan Perilaku Masyarakat
Hal |4 - 48
Sumber: The World Bank, 2003
Aturan yang menjadi acuan tersebut dapat berupa aturan formal maupun aturan
informal. Aturan informal sebagian besar adalah tradisi dan kebiasaan yang tumbuh dan
berkembang di tengah masyarakat. Tradisi dan kebiasaan tersebut menjadi pedoman
dalam bertingkah laku masyarakat. Aturan formal biasanya adalah aturan yang dibuat
atas nama negara dalam bentuk tertulis. Baik aturan formal maupun aturan informal
tersebut dijalankan oleh organisasi.
Kelembagaan di tengah masyarakat memainkan peran yang sangat sentral untuk
meningkatkan kepastian tingkah laku. Kelembagaan yang kuat akan mengurangi biaya
transaksi dalam kegiatan sosial maupun ekonomi, sehingga masyarakat dapat
melakukan kegiatan sosial dan ekonomi dengan efisiensi dan kepastian yang tinggi.
Dengan demikian, kelembagaan menyediakan insentif bagi tindakan tertentu oleh
anggota masyarakat
9. Analisis SWOT
SWOT (Strengthening, Weakness, Opportunity, Treatment atau Kekuatan, Kelemahan,
Peluang, Ancaman) adalah metodologi yang populer untuk digunakan dalam banyak
aspek dan sektor penganalisaan. SWOT mempunyai keunggulan antara lain :
Hal |4 - 49
Mudah dimengerti dan sederhana aplikasinya
Hasil analisis SWOT sangat tergantung pada tingkat pengetahuan dan pemahaman
penggunanya. Semakin detail pemahaman pengguna maka semakin tajam pula hasil
analisisnya. SWOT akan menghasilkan rumusan masalah dan bahan untuk menentukan
langkah-langkah penanganan selanjutnya.
Prosedur SWOT
Tentukan variabel-variabel yang mempengaruhi, misalnya aspek kebijaksanaan dan
arahan pada penyelanggaraan prasarana dan sarana
Setiap variabel yang dimasukkan sebagai Kekuatan diberikan label S1, S2, S3, … dan
seterusnya. Demikian juga dengan Kelemahan (label W), Peluang (label O) dan
Ancaman (label T)
POTENSI PERMASALAHAN
S W
PELUANG PENGEMBANGAN
O OS OW
Hal |4 - 50
TANTANGAN PENGEMBANGAN
T TS TW
b. Transformasi Data
Tipe data yang digunakan dalam SIG mungkin perlu ditransformasi atau
dimanipulasi dengan beberapa cara agar sesuai dengan sistem. Misalnya terdapat
perbedaan dalam skala, sehingga sebelum dimasukkan dan diintegrasikan harus
ditransformasikan dahulu kedalam skala yang sama. Transformasi ini bisa bersifat
Hal |4 - 51
sementara untuk ditampilkan saja atau secara permanen untuk proses analisis.
Transformasi juga berlaku untuk sistem koordinat yang digunakan.
c. Editing
Tahap editing merupakan tahap
koreksi atas hasil digitasi. Koreksi
tersebut dapat berupa penambahan
atau pengurangan arc atau feature
yaitu dengan mengedit arc yang
berlebih (overshoot) atau
menambahkan arc yang kurang
(undershoot). Editing juga dilakukan
untuk menambahkan arc secara manual seperti membuat polygon, line maupun
point.
d. Manajemen Data
Setelah data keruangan dimasukkan maka proses selanjutnya beralih ke
pengelolaan data-data deskriptif, dalam hal ini meliputi annotasi (pemberian
tulisan pada coverage), labelling (pemberian informasi pada peta bersangkutan),
dan attributing yaitu tahap dimana setiap Label ID hasil proses labelling diberi
tambahan atribut yang dapat memberikan sejumlah informasi tentang poligon atau
arc yang diwakilinya. Dalam proyek SIG yang kecil informasi geografi cukup
disimpan sebagai file – file komputer. Akan tetapi, jika volume data dan jumlah
pemakai data besar, langkah terbaik yang harus digunakan adalah dengan DBMS.
Hal |4 - 52
pendukung disekitar layer dalam jarak tertentu) untuk menentukan
dekatnya hubungan antar sifat bagian yang ada.
f. Visualisasi
Untuk beberapa tipe operasi geografi, hasil akhir terbaik diwujudkan dalam peta
atau grafik. Peta sangatlah efektif untuk menyimpan dan memberikan informasi
geografis.
4.1 PENDEKATAN.......................................................................................................................3
4.1.1 Penedekatan Perencanaan.......................................................................................................4
4.1.2 Pendekatan Pelaksanaan..........................................................................................................5
4.2 METODOLOGI.....................................................................................................................11
4.2.1 Persipan Pelaksanaan Pekerjaan............................................................................................11
4.1.3 Tahap Pengumpulan Data.......................................................................................................14
Hal |4 - 53
4.1.4 Tahap Analisis.........................................................................................................................17
4.1.5 Konsep Dasar Perencanaan dan Rencana...............................................................................19
4.3 KETENTUAN TEKNIS PENYUSUNAN RP3KP.........................................................................22
4.4 ALAT ANALISIS....................................................................................................................35
4.4.1 Analisis Kebijakan Pembangunan...........................................................................................35
4.4.2 Analisis Regional.....................................................................................................................35
4.4.3 Model Analisis Migrasi Penduduk...........................................................................................35
4.4.4 Analisis Internal......................................................................................................................36
Tabel 4.1 Standar Pelayanan Minimal Bidang Perumahan Rakyat Daerah Kabupaten/Kota
24
Tabel 4.2 Tipologi Perumahan Kumuh Dan Permukiman Kumuh................................................32
Tabel 4.3 Proses Perhitungan Kebutuhan Air Bersih...................................................................42
Tabel 4.4 Proses Perhitungan Timbunan Air Kotor / Limbah.......................................................43
Tabel 4.5 Proses Perhitungan Timbulan Sampah & Kebutuhan Alat Pengangkutan....................44
Tabel 4.6 Proses Perhitungan Kebutuhan Listrik.........................................................................45
Tabel 4.7 Proses Perhitungan Kebutuhan Telepon......................................................................45
Tabel 4.8 Standar Kebutuhan Fasilitas Sosial Dan Ekonomi........................................................46
Tabel 4.9 Matrik Swot.................................................................................................................50
Hal |4 - 54