Anda di halaman 1dari 66

BAB 2

REGULASI DAN KEBIJAKAN

2.1 ARAH KEBIJAKAN PENATAAN RUANG

2.1.1 Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional (RTRWN)

A. Tujuan Penataan Ruang Wilayah Nasional


Dalam Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 13 Tahun 2017 Tentang
Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional, Penataan ruang wilayah nasional
bertujuan:
a) Untuk mewujudkan ruang wilayah nasional yang aman, nyaman, produktif,
dan berkelanjutan;
b) Keharmonisan antara lingkungan alam dan lingkungan buatan;
c) keterpaduan perencanaan tata ruang wilayah nasional, provinsi, dan
kabupaten/kota;
d) Keterpaduan pemanfaatan ruang darat, ruang laut, dan ruang udara, termasuk
ruang di dalam bumi dalam kerangka Negara Kesatuan Republik Indonesia;
e) Keterpaduan pengendalian pemanfaatan ruang wilayah nasional, provinsi,
dan kabupaten/kota dalam rangka pelindungan fungsi ruang dan pencegahan
dampak negatif terhadap lingkungan akibat pemanfaatan ruang;
f) Pemanfaatan sumber daya alam secara berkelanjutan bagi peningkatan
kesejahteraan masyarakat;
g) Keseimbangan dan keserasian perkembangan antarwilayah;
h) Keseimbangan dan keserasian kegiatan antarsektor;

Laporan Pendahuluan | Bab 2 - 1


i) Pertahanan dan keamanan negara yang dinamis dan integrasi nasional.

B. Kebijakan dan Strategi Penataan Ruang Wilayah Nasional


Kebijakan dan strategi penataan ruang wilayah nasional meliputi kebijakan dan
strategi pengembangan struktur ruang dan pola ruang.
1. Kebijakan pengembangan struktur ruang meliputi:
a. peningkatan akses pelayanan perkotaan dan pusat pertumbuhan ekonomi
wilayah yang merata dan berhierarki; dan
b. peningkatan kualitas dan jangkauan pelayanan jaringan prasarana
transportasi, telekomunikasi, energi, dan sumber daya air yang terpadu dan
merata di seluruh wilayah nasional.
2. Kebijakan dan strategi pengembangan pola ruang meliputi:
a. kebijakan dan strategi pengembangan kawasan lindung;
b. kebijakan dan strategi pengembangan kawasan budi daya; dan
c. kebijakan dan strategi pengembangan kawasan strategis nasional.

C. Rencana Struktur Ruang Wilayah Nasional


Rencana struktur ruang wilayah nasional dalam PP Nomor 13 Tahun 2017 tentang
Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional meliputi:
a. sistem perkotaan nasional;
b. sistem jaringan transportasi nasional;
c. sistem jaringan energi nasional;
d. sistem jaringan telekomunikasi nasional; dan
e. sistem jaringan sumber daya air.

D. Rencana Pola Ruang Wilayah Nasional


Rencana pola ruang wilayah nasional terdiri atas:
a. kawasan lindung nasional; dan
b. kawasan budidaya yang memiliki nilai strategis nasional.

E. Arahan Pemanfatan Ruang Wilayah Nasional


Arahan Pemanfaatan Ruang Wilayah Nasional sebagai berikut :
1. Pemanfaatan ruang wilayah nasional berpedoman pada rencana struktur ruang
dan pola ruang.
2. Pemanfaatan ruang wilayah nasional dilaksanakan melalui penyusunan dan
pelaksanaan program pemanfaatan ruang beserta perkiraan pendanaannya.

Laporan Pendahuluan | Bab 2 - 2


3. Perkiraan pendanaan program pemanfaatan ruang disusun sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan.

F. Arahan Pengendalian Pemanfatan Ruang Wilayah Nasional


Arahan pengendalian pemanfaatan ruang terdiri atas:
a. indikasi arahan peraturan zonasi sistem nasional;
b. arahan perizinan;
c. arahan pemberian insentif dan disinsentif; dan
d. arahan sanksi.

G. Keterkaitan RTRWN dengan RTRW Provinsi Sumatera Barat


Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional merupakan Kebijakan nasional sebagai
acuan atau pedoman bagi pemerintah pusat, pemerintah daerah dan masyarakat
dalam penyusunan rencana tata ruang di tingkat bawahnya serta dalam
pengalokasian ruang, penggunaan lahan, serta pemanfaatan ruang. Adapun
Kebijakan Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional untuk Provinsi Sumatera Barat
sebagai berikut ini:

Tabel 2.1
Arah Kebijakan Provinsi Sumatera Barat dalam
Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional (RTRWN)

No Substansi Arahan
1 RENCANA STRUKTUR Sistem Perkotaan
RUANG PKN - Pariaman (II/C/1)
Kawasan Perkotaan - Sawahlunto (II/C/1)
Padang-Lubuk Alung - - Muarasiberut(II/C/2)
Pariaman - Bukittinggi (II/C/1)
(Palapa) (II/C/1) - Solok (II/C/2)
- Payakumbuh (II/C/2)
- Tuapejat (II/C/2)
Jalan bebas hambatan Bukittinggi – Padang Panjang
– Lubuk Alung – Padang
antar Kota
(II/6)
Pelabuhan sebagai - Teluk Bayur (II/ 1)
Simpul transportasi
Laut Nasional
Pelabuhan Pengumpul - Sikakap (II/3)
- Teluk Tapang (II/4)
- Carocok Painan (II/4)
- Sei Kolak Kijang (IIl3)
- Malarko (II/4)
Pelabuhan - Teltuk Bungus (II/5)
Angkutan - Sikakap (II/5)
Penyeberangan - Tua Pejat (II/5)
- Muara Siberut (II/5)
- Pagai Selatan (II/6)
- Sinaka (II/6)

Laporan Pendahuluan | Bab 2 - 3


No Substansi Arahan
- Sikabaluan (II/6)
Bandar - Minangkabau (II/1)
Udara sebagai simpul
transportasi udara
Nasional (Pengumpul
Primer)

Wilayah Sungai
1. Batang Natal – 1. Lintas Provinsi
Batang Batahan 2. Lintas Provinsi
(II-IV/A/1) 3. Lintas Provinsi
Sumatera Utara- 4. Lintas Provinsi
Sumatera Barat 5. Lintas Provinsi
2. Rokan (II-IV/A/1)
Sumatera Utara-
Riau-Sumatera
Barat
3. Kampar
(II-IV/A/1) Riau-
Sumatera Barat
4. Indragirir –
Akuama (II – IV/A)
Riau-Sumatera
Barat
5. Batang Hari (II –
IV/A) Jambi –
Sumatera Barat
2 RENCANA POLA RUANG Kawasan Lindung 1. Kawasan Suaka
Alam/Kawasan
Nasional
Pelestarian Alam Air
Putih
2. Kawasan Suaka
Alam/Kawasan
Pelestarian Alam Air
Tarusan
3. Kawasan Suaka
Alam/Kawasan
Pelestarian Alam Arau
Hilir
4. Kawasan Suaka
Alam/Kawasan
Pelestarian Alam
Barisan I
5. Kawasan Suaka
Alam/Kawasan
Pelestarian Alam Batang
Pangean I
6. Kawasan Suaka
Alam/Kawasan
Pelestarian Alam
Gunung Merapi
7. Kawasan Suaka
Alam/Kawasan
Pelestarian Alam
Gungung Sago
8. Kawasan Suaka
Alam/Kawasan
Pelestarian Alam
Malampah Alahan
Panjang
9. Kawasan Suaka
Alam/Kawasan

Laporan Pendahuluan | Bab 2 - 4


No Substansi Arahan
Pelestarian Alam
Maninjau Utara-Selatan
10. Kawasan Suaka
Alam/Kawasan
Pelestarian Alam Pasai
Selatan
11. Kawasan Suaka
Alam/Kawasan
Pelestarian Alam Saibi
SArabua
12. Kawasan Suaka
Alam/Kawasan
Pelestarian Alam
Singgalang Tandikat
1. Cagar ALam Lembah
Anai (II/B/3)
2. Cagar ALam Batang
Pangean II Reg 49
(III/B/3)
3. Cagar ALam Cagar
ALam Batang Palupuh
(II/B/3)
4. Cagar ALam Beringin
Sati (II/B/3)
5. Cagar ALam Lembah
Harau (II/B/3)
6. Cagar ALam Rimbo
Panti (II/B/3)
- Taman Nasional Siberut
(II/A/4)
- Hutan Raya Dr.M.Hatta
(II/B/5)
- Taman Wisata Alam
Lembah Harau (II/B/6)
- Taman Wisata Alam
Mega Mendung (II/B/6)
- Taman Wisata Alam
Rimbo Panti (II/B/6)
KawasanAndalan
1. Kawasan Padang
Pariaman dan
sekitarnya
- (II/D/2) - Industri
- (II/G/2) - Perikanan Laut
- (II/A/2) - Pertanian
- (II/E/2) - Pariwisata
- (II/F/2) - Perikanan

2. Kawasan Agam –
Bukittinggi (PLTA
Kuto Panjang)
- (II/B/2)
- (II/E/2) - Perkebunan
- (II/A/2) - Parwisata
- (II/I/2) - Pertanian
3. Kawasan Mentawai - Panas Bumi
dan sekitarnya
- (II/A/2)
- (II/F/2)
- (II/E/2)
- Pertanian
- Perikanan

Laporan Pendahuluan | Bab 2 - 5


No Substansi Arahan
4. Kawasan Solok - Pariwisata
dan sekitarnya
(Danau Kembar
diatas/dibawah –
PIP Danau
Singkarak-lubuk
alung-ketaping
- (III/C/2)
- (II/A/2)
- (III/B/2)
- (II/E/2)
- (III/D/2) - Pertambangan
- (II/F/2) - Pertanian
- (II/I/2) - Perkebunan
- (II/J/1) - Periwisata
- Industry
- Perikanan
5. Kawasan Andalan
- Panas Bumi
Laut Mentawai –
- Minyak Dan Gas Bumi
Siberut dan
sekitarnya
- (II/G/2)
- (II/E/2)

- Perikanan Laut
- Pariwisata
3 KAWASAN STRATEGIS 1. Kawasan Hutan Lindung Bukit Batabuh(Provinsi
Riau dan Sumatera Barat)(II/B/1)
2. Kawasan Danau Maninjau (Provinsi Sumatera
Barat) (II/B/1)
3. Kawasan Lingkungan Hidup Taman Nasional
Kerinci Seblat (Provinsi Jambi, Sumatera Barat,
Bengkulu, dan Sumatera Selatan)(ll/B/ll)
4. Kawasan Perbatasan Negara di Laut Lepas (provinsi
Nanggroe Aceh Darussalam, Sumatera Utara,
Sumatera Barat, Bengkulu, Lampung, Banten, Jawa
Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, dan Nusa Tenggara
Barat) (Il/E/2)
Sumber : PP No. 13 tahun 2017 tentang RTRWN

2.1.2 Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Provinsi Sumatera Barat Tahun 2012 -
2032
A. Rencana Struktur Ruang Provinsi Sumatera Barat
1. Sistem Perkotaan
Rencana pengembangan sistem perkotaan di Provinsi Sumatera Barat
dimaksudkan untuk menggambarkan peran dan fungsi setiap kota dalam
pengembangan wilayah secara keseluruhan dalam lingkup Provinsi Sumatera
Barat. Pengembangannya dilakukan melalui pembentukan pusat-pusat kegiatan
yang ditetapkan secara berhirarkis sesuai potensi yang dimiliki setiap pusat
kegiatan, atau didasarkan pada arah kebijakan pengembangan. Artinya penetapan

Laporan Pendahuluan | Bab 2 - 6


sesuai potensi didasarkan pada kondisi saat ini (eksisting) baik yang menyangkut
sumberdaya manusia, sumberdaya alam, dan sumberdaya buatan; sedang arah
kebijakan pengembagan didasarkan pada tujuan yang akan dicapai melalui
pengembangan suatu pusat kegiatan, namun pertimbangan pada sumberdaya
yang ada tidak menjadi pertimbangan utama. Penetapan tersebut selain
didasarkan pada kondisi saat ini yang lebih penting adalah rencana
pengembangan kedepan dalam kurun waktu perencanaan yaitu 20 (dua puluh)
tahun mendatang.

Untuk rencana pengembangan pusat kegiatan di Provinsi Sumatera Barat juga


mengacu pada criteria sebagai mana diatur dalam Peraturan Pemerintah (PP)
Nomor13 Tahun 2017 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional (RTRWN)
yang meliputi Pusat Kegiatan Nasional (PKN), Pusat Kegiatan Wilayah (PKW), dan
Pusat Kegiatan Lokal (PKL).

rencana struktur pusat kegiatan di Provinsi Sumatera Barat sampai tahun 2032
terdiri dari 3 (tiga) kota PKN, 6 (enam) kota PKW dan 13 (tiga belas) kota PKL.
Hal ini sebagaimana disampaikan pada tabel dibawah ini:

Tabel 2.2
Sistem Perkotaan Provinsi Sumatera Barat sampai Tahun 2032

PKN PKW PKL

Kawasan perkotaan 1. Kota Bukittinggi 1. Painan (Kab. Pesisir Selatan)


Padang - Lubuk Alung 2. Kota Sawahlunto 2. Kota Padang Panjang
– Pariaman (Palapa) 3. Kota Solok 3. Aro Suka (Kabupaten Solok)
4. Kota Payakumbuh* 4. Sarilamak (Kab. Lima Puluh Kota)
5. Muara Siberut 5. Batu Sangkar (Kab. Tanah Datar)
6. Tuapejat (Kab. Kepulauan 6. Padang Aro (Kab. Solok Selatan)
Mentawai)* 7. Lubuk Basung (Kab. Agam)
8. Muaro Sijunjung (Kab. Sijunjung)
9. Parik Malintang
10. Pulau Punjung (Kab. Dharmasraya)
11. Tapan
12. Simpang Empat (Kab. Pasaman Barat)
13. Lubuk Sikaping (Kab. Pasaman)*

B. Rencana Pola Ruang Provinsi Sumatera Barat


1. Kawasan Peruntukan Budidaya
Kawasan budidaya adalah wilayah yang ditetapkan dengan fungsi utama untuk
dibudidayakan atas dasar kondisi dan potensi sumber daya alam, sumber daya
manusia, dan sumber daya buatan. Penetapan kawasan budi daya dimaksudkan

Laporan Pendahuluan | Bab 2 - 7


untuk memudahkan pengelolaan, dan pemantauan kegiatan termasuk penyediaan
prasarana dan sarana maupun penanganan dampak lingkungan akibat kegiatan
budidaya.

Penetapan kawasan budidaya di Provinsi Sumatera Barat hingga tahun 2032


selain didasarkan pada Peraturan Pemerintah Nomor 13 tahun 2017 tentang
RTRWN, juga hasil kesepakatan antar wilayah pada Ditjen Penataan Ruang yang
menyangkut klasifikasi pemanfaatan ruang kabupaten dan provinsi. Luas
keseluruhan kawasan budidaya di Provinsi Sumatera Barat untuk wilayah darat
mencapai 2.517.580,46 Ha atau 59,63 % dari luas wilayah administrasi, yang
meliputi :
a. Kawasan hutan produksi;
b. Kawasan hutan rakyat;
c. Kawasan pertanian;
d. Kawasan perkebunan;
e. Kawasan perikanan;
f. Kawasan pertambangan dan energi;
g. Kawasan industri;
h. Kawasan pariwisata;
i. Kawasan permukiman;
j. Kawasan peruntukan lainnya.

Rencana pola ruang kawasan pariwisata memiliki pendekatan keterkaitan dengan


Penyusunan Dokumen RRTR Kawasan Museum dan Monumen PDRI.
Pengembangan kepariwisataan untuk masa yang akan datang dilakukan dengan
membagi destinasi pariwisata Provinsi Sumatera Barat kedalam 7 (tujuh)
Pembangunan Destinasi Pariwisata (PDP), sebagai berikut :

a. PDP I
Meliputi karidor Kota Bukittinggi, Kabupaten Agam, Kabupaten Pasaman,
Kabupaten Limapuluh Kota, dan Kota Payakumbuh. PDP ini dominasi atraksi
adalah budaya, belanja, MICE, kerajinan, kesenian, peninggalan sejarah,
danau, pegunungan, serta flora dan fauna dengan pusat layanan di Kota
Bukittinggi.

b. PDP II
Meliputi karidor Kota Padang, Kabupaten Padang Pariaman, Kota Pariaman,
Kabupaten Pasaman Barat. PDP ini didominasi atraksi dari jenis wisata bahari

Laporan Pendahuluan | Bab 2 - 8


seperti pantai, pulau-pulau, serta MICE, peninggalan sejarah, budaya,
kesenian, pegunungan, sungai, dan hutan dengan pusat layanan di Kota
Padang.

c. PDP III
Meliputi karidor Kabupaten Tanah Datar, Kota Padang Panjang dimana PDP
ini didominasi jenis wisata budaya, peninggalan sejarah, kesenian, rekreasi,
danau, agro, olah raga, pegunungan, hutan, dan kerajinan dengan pusat
layanan di Batusangkar.

d. PDP IV
Meliputi karidor Kabupaten Solok, Kabupaten Solok Selatan dan Kota Solok
dengan pusat layanan di Arosuka. PDP ini didominasi jenis wisata rekreasi
danau dan sungai, pegunungan, hutan, agro, taman nasional budaya dan
kesenian.

e. PDP V
PDP ini meliputi koridor Kota Sawahlunto, Kabupaten Sijunjung dan
Kabupaten Dharmasraya yang didominasi oleh jenis wisata peninggalan
sejarah, tambang, rekreasi agro, olah raga, hutan dengan pusat layanan di
Kota Sawahlunto.

f. PDP VI
Meliputi Kabupaten Pesisir Selatan dengan pusat layanan di Painan. Berupa
objek wisata bahari, seperti Kawasan Wisata Mandeh, yang berfungsi sebagai
Pusat Pengembangan Wisata Bahari Wilayah Barat.

g. PDP VII
Meliputi Kabupaten Kepulauan Mentawai. Sesuai dengan kondisi geografis
berupa kepulauan dan berbatasan langsung dengan laut lepas Samudera
Hindia, maka kawasan ini didominasi oleh wisata bahari yang dilengkapi
dengan wisata budaya dan alam. Pusat layanan pada PDP ini adalah Kota Tua
Pejat /Muara Siberut.

Lokasi yang memiliki bentang lahan pantai dan ekosistem laut yang potensial
untuk kegiatan-kegiatan wisata bahari dan rekreasi yang bernilai komersil
untuk kawasan pesisir zonasinya terutama terdapat di perairan Siberut
Selatan.

Laporan Pendahuluan | Bab 2 - 9


Saat ini Provinsi Sumatera Barat terdapat destinasi wisata geologi atau geopark
Ranah Minang, yang sedang diproses untuk mendapat pengakuan dari UNESCO.
Kawasan terdapat di sembilan Kabupaten Kota di Provinsi Sumatera Barat yang
meliputi Kota Bukittinggi, Kabupaten Agam, Kabupaten Limapuluh Kota,
kabupaten Tanah Datar, Kabupaten Solok, Kabupaten Sijunjung, Kota Sawahlunto,
dan Kabupaten Solok Selatan.

C. Kawasan Strategis RTRW Provinsi Sumatera Barat


Kawasan strategis provinsi adalah wilayah penataan ruangnya yang di
prioritaskan karena mempunyai pengaruh yang sangat penting dalam lingkup
provinsi terhadap ekonomi, sosial, budaya dan/atau lingkungan.

1. Kawasan strategis dari Sudut Kepentingan Pertumbuhan Ekonomi


Penetapan kawasan strategis provinsi dari sudut pertumbuhan ekonomi
ditetapkan dengan kriteria:
 Memiliki potensi ekonomi cepat tumbuh;
 Memiliki sektor unggulan yang dapat menggerakkan pertumbuhan ekonomi
nasional;
 Memiliki potensi ekspor;
 Didukung jaringan prasarana dan fasilitas penunjang kegiatan ekonomi;
 Memiliki kegiatan ekonomi yang memanfaatkan teknologi tinggi;
 Berfungsi untuk mempertahankan tingkat produksi pangan nasional dalam
rangka mewujudkan ketahanan pangan nasional;
 Berfungsi untuk mempertahankan tingkat produksi sumber energi dalam
rangka mewujudkan ketahanan energi nasional; atau
 Ditetapkan untuk mempercepat pertumbuhan kawasan tertinggal.

Didasari analisa yang bertumpu kepada peluang pertumbuhan ekonomi dan


peningkatan kemampuan ekonomi masyarakat, kawasan strategis diwilayah
provinsi Sumatera Barat dari sudut kepentingan pertumbuhan ekonomi terdiri
atas:
a. Kawasan Pertumbuhan Ekonomi, meliputi :
1. Kawasan Strategis TB (Teluk Bayur - Bungus) yang berada di wilayah Kota
Padang.
2. Kawasan Pertumbuhan Ekonomi Industri (KI) yang berada di Wilayah Kota
Padang, Kabuaten Padang Pariaman dan Pasaman Barat.

Laporan Pendahuluan | Bab 2 - 10


3. Kawasan Pertumbuhhan Ekonomi Poros Barat – Timur yaitu koridor jalan
nasional dari Kota Padang sampai batas Provinsi Riau yang berada di
wilayah Kota Padang, Kabupaten Padang Pariaman, Kabupaten Tanah Datar,
Kota Padang Panjang, Kabupaten Agam, Kota Bukittinggi, Kota Payakumbuh,
dan Kabupaten Limapuluh Kota (jalur Padang - batas Prov. Riau).
4. Kawasan Metropolitan Palapa.
5. Kawasan Metropolitan Silaping di Kabupaten Pasaman Barat
6. Kawasan Mandeh di Kabupaten Pesisir Selatan
7. Kawasan pertumbuhan ekonomi untuk pengolahan/pemurnian minyak
bumi di Kecamatai Sei, Beremas dan sekitarnya di Kabupaten Pasaman
Barat; dan
8. Kawasan ekonomi Khusus Mentawai.

b. Kawasan Pertumbuhan Ekonomi Perbatasan, meliputi :


1. Kawasan Tapus, Rao dan Mapat Tunggul, yang berada di perbatasan Provinsi
Sumatera Barat dengan provinsi Sumatera Utara di Kabupaten Pasaman
2. Kawasan Sungai Rumbai, yang berada di perbatasan Provinsi Sumatera
Barat dengan provinsi Jambi di Kabupaten Dharmasraya
3. Kawasan Lunang Silaut, yang berada di perbatasan Provinsi Sumatera Barat
dengan provinsi Bengkulu yang berada di Kabupaten Pesisir Selatan
4. Kawasan Pangkalan Koto Baru, yang berada di perbatasan Provinsi Sumatera
Barat dengan provinsi Riau yang berada di Kabupaten Limapuluh Kota
5. Kawasan Kamang Baru, yang berada di perbatasan Provinsi Sumatera Barat
dengan provinsi Riau yang berada di Kabupaten Sijunjung
6. Kawasan Abai Sangir-Taluak Aie Putiah, yang berada di perbatasan Provinsi
Sumatera Barat dengan provinsi Jambi yang berada di Kabupaten Solok
Selatan

2. Kawasan Strategis dari Sudut Kepentingan Sosial Budaya


Kawasan strategis provinsi dari sudut kepentingan sosial dan budaya ditetapkan
dengan kriteria:
 Merupakan tempat pelestarian dan pengembangan adat istiadat atau budaya
nasional;
 Merupakan prioritas peningkatan kualitas sosial dan budaya serta jati diri
bangsa;

Laporan Pendahuluan | Bab 2 - 11


 Merupakan aset nasional atau internasional yang harus dilindungi dan
dilestarikan;
 Merupakan tempat perlindungan peninggalan budaya nasional;
 Memberikan perlindungan terhadap keanekaragaman budaya; atau
 Memiliki potensi kerawanan terhadap konflik sosial skala nasional.

Didasari analisa yang bertumpu kepada sosial budaya, kawasan strategis


diwilayah provinsi Sumatera Barat adalah :
1) Kawasan Strategis Budaya Batu Sangkar Kabupaten Tanah Datar dan
sekitarnya. Kawasan Strategis Budaya Batu Sangkar Kabupaten Tanah Datar,
yang mana terdapat, Batu Batikam, Batu Basurek, Kuburan Panjang, dan Istana
Pagaruyung sebagai peninggalan Kerajaan Pagaruyung yang merupakan cikal
bakal keberadaan budaya Minang.
2) Kawasan Silokek di Kabupaten Sijunjung,
3) Kawasan Seribu Rumah Gadang di Kabupaten Solok Selatan dan Kawasan
Mande Rubiah di Kabupaten Pesisir Selatan.

3. Kawasan Strategis dari Sudut Kepentingan Fungsi dan Daya Dukung


Lingkungan
Kawasan strategis provinsi dari sudut kepentingan fungsi dan daya dukung
lingkungan ditetapkan dengan kriteria:
 Merupakan aset nasional berupa kawasan lindung yang ditetapkan bagi
perlindungan ekosistem;
 Memberikan perlindungan keseimbangan tata guna air;
 Memberikan perlindungan terhadap keseimbangan iklim makro;
 Menuntut prioritas tinggi peningkatan kualitas lingkungan hidup.

Didasari analisa yang bertumpu kepada fungsi dan daya dukung lingkungan,
kawasan strategis diwilayah provinsi Sumatera Barat terdiri atas :
a. Kawasan Strategis Ngarai Sianok di Kota Bukittinggi;
b. Kawasan Strategis Danau Singkarak di Kabupaten Solok dan Kabupaten Tanah
Datar
c. Kawasan Strategis Danau Diatas, Danau Dibawah dan Danau Talang di
Kabupaten Solok.
d. Waduk Koto Panjang di Kabupaten Limapuluh Kota

Laporan Pendahuluan | Bab 2 - 12


2.1.3 Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten Lima Puluh Kota Tahun
2012 - 2032

A. Rencaan Struktur Ruang Wilayah Kabupaten Lima Puluh Kota

Sistem pusat-pusat kegiatan perkotaan tidak terlepas dari kelengkapan dan


kualitas fasilitas pelayanan yang dimiliki kabupaten termasuk juga potensi
strategis dan aksesibilitas lokasi yang dimiliki dibandingkan dengan kabupaten
lain. Penetapan sistem dan fungsi kota mengacu pada ketentuan sebagai berikut:
1. Penetapan fungsi dilakukan dengan mempertimbangkan potensi lokasi yang
dimiliki kabupaten

2. Potensi sumberdaya alam hinterland suatu kota yang menunjang pemantapan


fungsi kota pelayanannya

3. Laju pertumbuhan ekonomi wilayah kabupaten sebagai wilayah hinterland


kota pelayanan yang berimplikasi terhadap cepatnya laju pertumbuhan kota,
meningkatnya daya beli dan interaksi ekonomi dan sosial yang terjadi, yang
tergambarkan dari kelengkapan sarana dan prasarana yang dapat disediakan
sesuai dengan permintaan pasar.

4. Adanya peluang-peluang ekonomi maupun rencana-rencana pengembangan


sektoral wilayah hinterland dan rencana pengembangan kabupaten itu
sendiri untuk masa yang akan datang.

Beberapa dasar pertimbangan dalam menentukan struktur ruang yang ada di


Kabupaten Lima Puluh Kota adalah sebagai berikut :

1. Pemerataan perkembangan wilayah, baik di bagian Utara, Barat dan Selatan


Kabupaten Lima Puluh Kota.

2. Adanya potensi-potensi yang dapat berkembang baik sektor pertanian,


perkebunan, peternakan, perikanan dan pariwisata serta pertambangan.

3. Faktor luas wilayah, yang sangat mempengaruhi jangkauan pelayanan


terhadap daerah sekitar.

4. Dukungan sarana dan prasarana yang ada di masing masing wilayah


Kecamatan.
Dengan memperhatikan ketersediaan prasarana dan kebijakan-kebijakan terkait,
struktur hirarki dan wilayah pelayanan kota-kota di Kabupaten Lima Puluh Kota
direkomendasikan sebagai berikut:

Laporan Pendahuluan | Bab 2 - 13


1) Pusat Kegiatan Lokal (PKL)
Perkotaan Sarilamak dengan wilayah pelayanan Kabupaten Lima Puluh Kota.

2) Pusat Kegiatan Lokal Promosi (PKLp)


Suliki, sebagai pusat pertumbuhan wilayah Utara .

3) Pusat Pelayanan Kawasan (PPK)


Kabupaten Lima Puluh Kota memiliki lima PPK yakni Luak, Akabiluru,
Guguak, Pangkalan Koto Baru, dan Kapur IX.

4) Pusat Pelayanan Lingkungan (PPL) :


wilayah PPL merupakan ibukota kecamatan yang tidak berfungsi sebagai PPK

Tabel 2.3
Pusat-pusat Permukiman Perkotaan di Kabupaten Lima Puluh Kota
No Nama Skala Wilayah Yang DIlayani
Pelayanan
1 Sarilamak PKL Kabupaten Lima Puluh Kota
2 Suliki PKLp Kecamatan Suliki, Gunuang Omeh dan Bukik
Barisan
3 Luak PPK Kecamatan Luak dan Lareh Sago Halaban
4 Akabiluru PPK Kecamatan Akabiluru dan Situjuan Limo
Nagari
5 Guguak PPK Kecamatan Guguak, Mungka dan
Payakumbuh
6 Pangkalan Koto Baru PPK Kecamatan Pangkalan Koto Baru
7 Kapur IX PPK Kecamatan Kapur IX
8 Pakan Rabaa PPL Nagari Ampalu, Halaban, Sitanang, Tanjuang
Gadang, Labuah Gunuang, Balai Panjang, Bukik
Sikumpa dan Batu Payuang.
9 Situjuah Banda PPL Nagari Situjuah Gadang, Situjuah Ladang
Dalam Laweh, Situjuah Batua dan Tungka
10 Koto Baru PPL Nagari Taeh Bukik, Taeh Baruah, Koto Tangah
Simalanggang Simalanggang, Simalanggang, Piobang dan
Sungai Baringin.
11 Banja Loweh PPL Nagari Baruah Gunuang, Sungai Naniang, Koto
Tangah dan Mahek.
12 Koto Tinggi PPL Nagari Talang Anau dan Pandam Gadang,
13 Padang Loweh PPL Nagari Mungka, Jopang Manganti, Talang Maua,
Simpang Kapuak dan Sungai Antuan.

B. Rencana Sistem Perkotaan

Rencana pengembangan sistem perkotaan diarahkan pada fungsi perkotaan di


setiap Ibukota Kecamatan Kabupaten Lima Puluh Kota, dan wilayah hinterlandnya
untuk mempercepat pertumbuhan dan perkembangan ekonomi, yang sudah
ditunjang dengan sistem transportasi yang mendukung aksesibilitas antar dan inter

Laporan Pendahuluan | Bab 2 - 14


kecamatan dan kelengkapan sarana prasarana kota. Adapun arahan pengembangan
kawasan perkotaan di Kecamatan Gunung Omeh di arahkan di ibukota kecamatan,
yaitu Koto Tinggi. Adapun fungsinya adalah sebagai berikut:
1) Sebagai pusat pelayanan pemerintahan skala kecamatan
2) Sebagai pusat pelayanan sosial skala kecamatan
3) Pusat Pelayanan Jasa & Perdagangan wilayah (koleksi dan distribusi wilayah
Hinterland-nya,)
4) Sebagai Pusat Pelayanan Lingkungan (PPL).
5) Pengembangan kota diarahkan emiliki keterkaitan dengan pengembangan
Suliki sebagai PPK.
Gambar 2.1
Peta Rencana Struktur Ruang Kabbupaten Lima Puluh Kota

Laporan Pendahuluan | Bab 2 - 15


C. Rencana Pola Ruang Kabupaten Lima Puluh Kota

Rencana Pola Ruang Kawasa Lindung

Kawasan lindung adalah kawasan yang ditetapkan dengan fungsi utama


melindungi kelestarian lingkungan hidup yang mencakup sumberdaya alam,
sumberdaya buatan, meningkatkan daya dukung lingkungan dan menjaga
keseimbangan ekosistem antar wilayah, dan nilai sejarah serta budaya bangsa,
guna mendukung proses pembangunan berkelanjutan di Kabupaten Lima Puluh
Kota. Rencana pola ruang yang berkaitan dengan Kecamatan Gunung Omeh yaitu:

a) Kawasan Hutan Lindung


Kawasan hutan lindung Kabupaten Lima Puluh Kota tersebut merupakan hasil
gabungan dari analisis spasial scoring menurut Kepres No. 32 Tahun 1990
(kawasan lindung) dan status hutan. maka berdasarkan pada SK. 304 Tahun
2011 bahwa rencana pengembangan hutan lindung di Kabupaten Lima Puluh
Kota seluas kurang lebih 119.972 hektar. Yang tersebar di Kecamatan
Akabiluru, Kec. Gunuang Omeh, Kec. Guguak, Kec. Payakumbuh, Kec. Lareh
Sago Halaban, Kec, Harau, Kec. Mungka, Kec. Bukik Barisan, Kec. Pangkalan
Koto Baru, Kec. Kapur IX.

b) Kawasan Perlindungn Setempat


Kawasan perlindungan setempat meliputi kawasan kawasan sekitar
danau/waduk, kawasan sempadan sungai, kawasan sekitar mata air, dan
kawasan sempadan irigasi.

Adapun kawasan sempadan sungai di Kabupaten Lima Puluh Kota adalah :

1) Perlindungan pada sungai besar di luar kawasan permukiman


ditetapkan minimum 100 meter kiri-kanan sungai. Termasuk sungai

Laporan Pendahuluan | Bab 2 - 16


besar di Kabupaten Lima Puluh Kota ini antara lain adalah : Batang
Sinamar, Batang Liki, Batang Mahat, Batang Lampasi, Batang Agam,
Batang Kapur, Batang Mongan, Batang Paiti, Batang Mangilang, Batang
Namang, Batang Mungo, Batang Sanipan dan Batang Nenan
2) Perlindungan terhadap anak sungai diluar permukiman ditetapkan
minimum 50 meter. Termasuk pada wilayah ini adalah seluruh anak
sungai yang hampir ada pada setiap kecamatan masing-masing DAS
tersebut. Lokasi sempadan sungai tersebut secara rinci diuraikan pada
Tabel dibawah ini:
Tabel 2.4
Sempadan Sungai Besar di Kabupaten Lima Puluh Kota

No. Sungai Kecamatan Sempadan Sungai

1 Batang Sinamar Gunuang Omeh, Suliki, Guguak, 100 m


Mungka, Payakumbuh, Harau, Luak,
Lareh Sago Halaban
2 Batang Liki Suliki Gunuang Omeh 100 m
3 Batang Mahat Bukik Barisan, Kapur IX, Pangkalan 100 m
Kt.Baru
4 Batang Lampasi Akabiluru, Payakumbuh 100 m
5 Batang Agam Akabiluru, Situjuah Limo N, Harau 100 m
6 Batang Kapur Kapur IX 100 m
7 Batang Mongan Kapur IX 100 m
8 Batang Paiti Kapur IX 100 m
9 Batang Mangilang Pangkalan Kt.Br, Kapur IX 100 m
10 Batang Namang Suliki, Guguak, Payakumbuh 100 m
11 Batang Mungo Harau 100 m
12 Batang Sanipan Harau 100 m
13 Batang Nenan Bukik Barisan 100 m
Sumber: RTRW Kabupaten Lima Puluh Kota Tahun 2012 -2032

c) Kawasan Suaka Alam


Kawasan suaka alam adalah kawasan yang mewakili ekosistem khas yang
merupakan habitat alami yang memberi perlindungan bagi perlindungan flora
& fauna yang beraneka ragam.

Kawasan ini difungsikan untuk melindungi keanekaragaman biota tipe


ekosistem, gejala dan keunikan alam bagi kepentingan plasma nutfah ilmu
pengetahuan dan pembangunan pada umumnya. Kawasan suaka alam di
Kabupaten Lima Puluh Kota memiliki luasan kurang lebih Luas 21.993 Ha

Laporan Pendahuluan | Bab 2 - 17


berupa Cagar Alam Harau, Suaka Alam Sago Malintang di Kecamatan Situjuah
Limo Nagari, Suaka Alam Air Putih di Kecamatan Harau, Suaka Alam
Malampah Alahan Panjang di Kecamatan Gunuang Omeh.

d) Kawasan Cagar Budaya


Kawasan cagar alam budaya & ilmu pengetahuan adalah kawasan dimana
rawan lokasi bangunan hasil budaya manusia yang bernilai tinggi maupun
bentukan geologi alami yang khas berada. Arahan pengembangan kawasan
Cagar Budaya di Kabupaten Lima Puluh Kota meliputi Bagunan PDRI
(Pemerintahan Darurat Repulik Indonesia) merupakan kawasn bersejarah
berupa bangunan musium yang berlokasi di Kec. Gunuang Omeh, serta Situs
Menhir di Kecamatan Harau dan Kecamatan Bukik Barisan merupakan batu
yang merupakan sejarah Suku-suku di Kabupaten lima Puluh Kota

e) Kawasan Rawan Bencana


Kawasan rawan banjir adalah kawasan yang teridentifikasi sering atau
berpotensi tinggi mengalami bencana alam banjir. Kawasan rawan bencana
banjir yang ada di Kabupaten Lima Puluh Kota terdapat di Kecamatan Harau,
Kecamatan Mungka, Kecamatan Lareh Sago Halaban, Kecamatan Pangkalan
Koto Baru, Kecamatan Kapur IX, Kecamatan Guguak, Kecamatan Bukik
Barisan, Kecamatan Luak, Kecamatan Payakumbuh, Kecamatan Akabiluru,
Kecamatan Situjuah Limo Nagari dan Kecamatan Gunuang Omeh. Ini berarti
hampir seluruh kecamatan di wilayah Kabupaten Lima Puluh Kota berpotensi
bencana banjir.

f) Kawasan Lindung Geologi


Kawasan lindung geologi merupakan kawasan yang memiliki keunikan baik
dari jenis bebatuan, bentang alam, proses geologi maupun kawasan imbuhan
air tanah. Untuk kawasan lindung geologi yang ada di Kabupaten Lima Puluh
Kota adalah kawasan lindung geologi berupa kawasan rawan bencana gempa
bumi yang didasarkan pada hasil publikasi ilmiah bahwa Kabupaten Lima
Puluh Kota di lewati sesar aktifyang memotong di 4 Kecamatan, yaitu:
Situjuah Limo Nagari, Suliki, Gunuang Omeh, Harau, Kapur IX, Pangkalan Koto
Baru dan Bukit Barisan. Penentuan detail lapangan lokasi sesar aktif ini tidak
mudah, ada beberapa cara antara lain:

Laporan Pendahuluan | Bab 2 - 18


1) Jika daerah tersebut telah mengalami gempa maka lokasi-lokasi yang
menunjukkan sesar aktif tersebut itulah merupakan tempat dimana sesar
aktif itu berada;

2) Jika daerah tersebut belum mengalami gempa maka catatan lokasi


retakan akibat gempa dulu dan pelaksanaan pekerjaan galian parit
penelitian geologi perlu dilakukan.

Rencana Pola Ruang Kawasan Budidaya


Kawasan Budidaya berdasarkan Keppres Nomor 32 Tahun 1990 tentang Kawasan
Budidaya yang meliputi kawasan budidaya di dalam hutan maupun di luar hutan
seperti kawasan pertanian, perkebunan, pertambangan, peruntukan industri,
kawasan pariwisata dan pemukiman, yang secara ruang meningkatkan
produktivitas dan gerak pembangunan secara berkelanjutan.

a) Kawasan Hutan Produksi, Hutan Produksi Terbatas dan Hutan yang


dapat dikonversi
Dari 335.430 ha luas Kabupaten Lima Puluh Kota direncanakan kawasan
hutan yang dapat dimanfaatkan. Kawasan hutan yang dapat dimanfaatkan
adalah hutan produksi dan hutan produksi terbatas dan kawasan hutan yang
dapat dikonversi yang luasnya kuarang lebih mencapai 35.942 Ha.

a. Hutan Produksi yang terdapat di Kabupaten Lima Puluh Kota tersebar


di Kecamatan Pangkalan Koto Baru, Kecamatan Kapur IX, dan
Kecamatan Gunuang Omeh
b. Hutan Produksi Terbatas yang terdapat di Kabupaten Lima Puluh Kota
tersebar Kecamatan Gunuang Omeh, Kecamatan Suliki, Kecamatan
Pangkalan Koto Baru, dan Kecamatan Kapur IX.
c. Hutan Produksi yang dapat Konversi yang terdapat di Kabupaten Lima
Puluh Kota tersebar Kecamatan Pangkalan Koto Baru, dan Kecamatan
Kapur IX.

b) Kawasan Tanaman Pangan


Pertanian tanaman pangan terbagi atas dua yakni pertanian tanaman pangan
lahan basah dan pertanian tanaman pangan lahan kering. Komoditi yang
termasuk pertanian tanaman pangan adalah padi, jagung, kedelai, kacang
tanah, kacang hijau, ubi kayu dan ubi jalar. Di kabupaten Lima Puluh Kota
pertanian tanaman pangan lahan basah difokuskan pada komoditi padi.

Laporan Pendahuluan | Bab 2 - 19


Kawasan budidaya pertanian berlahan basah merupakan kawasan yang
ditujukan untuk mewujudkan ketahanan pangan nasional. Karena memiliki
fungsi yang demikian krusial maka arahan pengembangan pertanian
difokuskan pada :

1. Mempertahankan kawasan pertanian berlahan basah


2. Mendukung ketahanan pangan provinsi dan nasional
3. Meningkatkan produktivitas kawasan pertanian lahan basah melalui pola
intensifikasi, diversifikasi, dan pola tanam yang sesuai dengan kondisi
tanah dan perubahan iklim
4. Ditunjang dengan pengembangan infrastruktur sumberdaya air yang
mampu menjamin ketersediaan air
5. Meningkatkan kesejahteraan petani dan pemanfaatan yang lestari.

Lahan pertanian tanaman pangan lahan basah tersebar di beberapa


kecamatan yakni Kecamatan Payakumbuh, Akabiluru, Luak, Lareh Sago
Halaban, Situjuan Limo Nagari, Harau, Guguak, Mungka, Suliki, Bukik Barisan,
dan Gunuang Omeh. Disamping itu dalam luasan terbatas lahan sawah
terdapat di kecamatan Kapur IX dan Pangkalan Koto Baru

c) Kawasan Pertanian Holtikultural


Tanaman yang termasuk dalam kelompok hortikultura meliputi tanaman
sayuran, buah-buahan dan tanaman hias. Daerah penyebaran sayuran secara
umum meliputi Kecamatan Gunuang Omeh, Kapur IX, Pangkalan Koto Baru,
Lareh Sago Halaban, Akabiluru, Luak, Bukik Barisan, Situjuah Limo Nagari,
Mungka, Payakumbuh, Harau, Guguak, dan Suliki.

Tabel 2.5
Wilayah Penyebaran Utama Sayuran dan Buah-buahan di
Kabupaten Lima Puluh Kota

No. Komoditi Wilayah penyebaran utama


1. Jeruk Gunuang Omeh, Kapur IX, Pangkalan Koto Baru, Lareh Sago Halaban
2. Tomat akabiluru, Luak, Lareh Sago Halaban, Bukik Barisan
3. Manggis Akabiluru, Situjuah Limo Nagari, Mungka, Bukik Barisan, Gunuang
Omeh, Pangkalan Koto Baru, Kapur IX
4. Cabe Payakumbuh, Akabiluru, Luak, Lareh Sago Halaban, Situjuah Limo
Nagari, Harau, Guguak, Mungka, Suliki
5. Bawang Bukik Barisan
Merah
6. Ketimun Payakumbuh, Luak, Lareh Sago Halaban, Situjuah Limo Nagari, Harau,
Guguak, Mungka, Bukik Barisan, Kapur IX, Pangkalan Koto Baru
7. Buncis Payakumbuh, Akabiluru, Lareh Sago Halaban, Situjuah Limo Nagari,
Harau, Guguak, Mungka, Bukik Barisan

Laporan Pendahuluan | Bab 2 - 20


No. Komoditi Wilayah penyebaran utama
8. Kangkung Situjuah Limo Nagari
9. Bayam Situjuah Limo Nagari, Mungka, Bukik Barisan
Sumber: RTRW Kabupaten Lima Puluh Kota Tahun 2012 -2032

d) Kawasan Peternakan
Peternakan di Kabupaten Lima Puluh Kota mempunyai perkembangan yang
cukup baik sebagai salah satu sumber perekonomian masyarakat, baik untuk
peternakan jenis unggas maupun ternak besar, dimana tingkat populasi cukup
tinggi terutama pada beberapa kecamatan yang sudah merupakan daerah
atau sentral peternakan.

Tabel 2.6
Wilayah Penyebaran Ternak di Kabupaten Lima Puluh Kota
No Jenis Ternak Wilayah Penyebaran
1 Sapi potong Lareh Sago Halaban, Akabiluru, Harau, Pangkalan Koto
Baru, Bukik Barisan, Gunuang Omeh, Suliki dan Kapur IX
2 Sapi perah Lareh Sago Halaban, Akabiluru, Harau, Pangkalan Koto
Baru, Bukik Barisan, Gunuang Omeh, Suliki dan Kapur IX
3 Kerbau Lareh Sago Halaban, Akabiluru, Harau, Pangkalan Koto
Baru, Bukik Barisan, Gunuang Omeh, Suliki dan Kapur IX
4 Kuda Mungka, Harau dan Payakumbuh
5 Kambing Lareh Sago Halaban dan Harau
6 Ayam ras petelur Mungka, Guguak dan Payakumbuh
7 Ayam ras pedaging Mungka, Guguak dan Payakumbuh
8 Ayam buras Mungka, Guguak dan Payakumbuh
9 Itik Luak, Guguak dan Harau
10 Puyuh Mungka, Guguak dan Payakumbuh
Sumber: RTRW Kabupaten Lima Puluh Kota Tahun 2012 -2032

Pada saat ini kawasan pengembangan peternakan di Kabupaten Lima Puluh


Kota terbagi dua. Disebelah selatan merupakan daerah pengembangan ternak
besar berupa sapi potong dan sapi perah, di sebelah utara merupakan wilayah
pengembangan ternak unggas. Berdasarkan kesesuaian dan daya dukung
lahan, wilayah potensial untuk pengembangan ternak adalah di Kecamatan
Akabiluru, Harau, Guguak, Mungka, Suliki, Bukik Barisan, Gunuang Omeh,
Kapur IX dan Pangkalan Koto Baru untuk ternak besar. Sedangkan untuk
unggas terurama ayam ras petelur dan ayam potong dilokasikan di
Kecamatan Mungka, Guguak dan Payakumbuh.

e) Kawasan Perkebunan

Laporan Pendahuluan | Bab 2 - 21


Perkebunan rakyat di Kabupaten Lima Puluh Kota tahun 2010 terdiri dari
tanaman gambir, coklat, kopi, karet, kelapa dan lainnya. Perkembangan
produksi beberapa jenis komoditi perkebunan rakyat cukup bervariasi.
Alokasi wilayah sebaran Komoditas perkebunan berdasarkan rencana pola
ruang dapat disusun sebagai berikut (dapat dilihat pada tabel 2.7).

Tabel 2.7
Wilayah Penyebaran Komoditi Perkebunan di
Kabupaten Lima Puluh Kota
No Komoditi Wilayah Penyebaran
1 Pinang Payakumbuh dan Akabiluru
2 Tembakau Harau, Bukik Barisan dan Gunuang Omeh
3 Karet Kapur IX dan Pangkalan Koto Baru
4 Kelapa Guguak, Mungka, Payakumbuh dan Akabiluru
5 Kulit Manis Lareh Sago Halaban, Guguak, Gunuang Omeh,
Mungka dan kapur IX
6 Cengkeh Harau, Lareh Sago Halaban, Mungka, Bukik
Barisan dan Pangkalan Koto Baru
7 Gambir Pangkalan Koto Baru, Kapur IX dan Bukik
Barisan
8 Kopi Lareh Sago Halaban dan Harau
9 Tebu Lareh Sago Halaban, Situjuah Limo Nagari dan
Luak
10 Enau Harau, Luak, dan Situjuah Limo Nagari
11 Coklat Bukik Barisan, Payakumbuh dan Akabiluru
Sumber: RTRW Kabupaten Lima Puluh Kota Tahun 2012 -2032

f) Kawasan Perikanan
Rencana pengembangan kegiatan disektor perikanan dikembangkan di
beberapa kaawasan yakni kawasan perikanan tangkap, kawasan budidaya
perikanan dan kawasan pengolahan perikanan.
1) Kawasan Perikanan Tangkap
Kawasan perikanan tangkap yakni kawasan perikanan di perairan umum
seperti sungai. Kawasan perikanan tangkap di kabupaten Lima Puluh
Kota terdapat di seluruh kecamatan namun perairan umum terluas
terdapat di Kecamatan Pangkalan Koto Baru. Sedangkan perairan umum
terkecil berada di Kecamatan Situjuah Limo Nagari. Untuk lebih jelasnya
kawasan perikanan tangkap di Kabupaten Lima Puluh Kota dapat dilihat
pada tabel
Tabel 2.8
Rencana Budidaya Perairan Umum Sektor Perikanan
Luas Perairan Jumlah Lubuk
No Kecamatan
Umum (Ha) Larangan (Ha)
1 Akabiluru 66 4

Laporan Pendahuluan | Bab 2 - 22


Luas Perairan Jumlah Lubuk
No Kecamatan
Umum (Ha) Larangan (Ha)
2 Situjuah Limo Nagari 5 4
3 Lareh Sago Halaban 16 7
4 Luak 26 3
5 Payakumbuh 116.9 1
6 Mungka 45 23
7 Guguak 56 3
8 Suliki 116 7
9 Bukik Barisan 13.95 2
10 Gunuang Omeh 35 7
11 Harau 178 5
12 Pangkalan Koto Baru 2665.4 2
13 Kapur IX 450 6
Jumlah 3789.25 74
Sumber: RTRW Kabupaten Lima Puluh Kota Tahun 2012 -2032

2) Kawasan Bubidaya Perikanan


Pada kawasan budidaya perikanan pengembangannya terdiri atas kolam
air tenang, kolam air deras dan keramba jaring apung. Pengembangan
budidaya perikanan kolam air tenang diutamakan di Kec. Harau, Lareh
Sago Halaban, Luak, Guguak, dan Mungka. Sedangkan untuk keramba
jaring apung dikembangkan di Kecamatan Harau, Payakumbuh dan
Pangkalan Koto Baru. Untuk lebih jelasnya kawasan budidaya perikanan
di Kabupaten Lima Puluh Kota dapat dilihat pada tabel dibawah ini:

Tabel 2.9
Rencana Kawasan Budidaya Sektor Perikanan

No Kecamatan Luas Lahan Pembenihan Ikan


1 Luak 5 Gurami, Nila, Mas/ Rayo
2 Lareh Sago Halaban 5.5 Gurami, Nila, Mas
3 Mungka 30 Nila, Mas/ Rayo
4 Akabiluru 133.05 Mas
5 Guguak 27 Mas, Nila, Lele
6 Harau 23 Nila, Mas/ Rayo, Lele dan Belut
7 Payakumbuh 56.35 Nila, Mas/ Rayo, Lele Dumbo
8 Situjuah Limo Nagari 4.45 Nila, Mas/ Royo
9 Kapur IX 9.55 Patin, Nila, Mas/ Rayo
10 Gunuang Omeh 5.5 Nila
11 Bukik Barisan 21.25 Mas, Nila
12 Suliki 6.4 Nila, Mas/ Royo
13 Pangkalan Koto Baru 45.5 Patin, Nila, Mas/ Royo
Sumber: RTRW Kabupaten Lima Puluh Kota Tahun 2012 -2032

Laporan Pendahuluan | Bab 2 - 23


g) Kawasan Pertambangan
Sumber Daya untuk kegiatan pertambangan di Kabupaten Lima Puluh Kota
sebagian terdapat di Kawasan Hutan kabupaten Lima Puluh Kota. Untuk lebih
jelasnya potensi kawasan hutan Kabupaten Lima Puluh Kota sesuai dengan
sumber daya alam yang terkandung di dalamnya.
a) Kawasan pertambangan jenis Logam tersebar khususnya di Kecamatan
Gunung Omeh, Kecamatan Suliki, Kecamatan Guguak, Kecamatan Bukik
Barisan, Kecamatan Mungka, Kecamatan Pangkalan Koto Baru,
Kecamatan Kapur IX, Kecamatan Payakumbuh, dan Kecamatan Harau
b) Kawasan pertambangan jenis Batubara tersebar khususnya di
Kecamatan, Bukik Barisan, Kecamatan Gunuang Omeh, Kecamatan
Pangkalan Koto Baru, Kecamatan Kapur IX, Kecamatan Suliki, Kecamatan
Guguak, Kecamatan Harau, Kecamatan Lareh Sago Halaban, Kecamatan
Payakumbuh, Kecamatan Pangkalan Koto Baru dan Kecamatan Mungka
c) Kawasan pertambangan jenis Non Logam tersebar khususnya di
Kecamatan Akabiluru, Kecamatan Gunuang Omeh, Kecamatan Suliki,
Kecamatan Guguak, Kecamatan Bukik Barisan, Kecamatan Mungka,
Kecamatan Payakumbuh, Kecamatan Lareh Sago Halaban, Kecamatan
Harau, Kecamatan Pangkalan Koto Baru dan Kecamatan Kapur IX.

h) Kawasan Pariwisata
Kabupaten Lima Puluh Kota dengan luas kurang lebih 3.354,30 Km² terletak
pada bagian Timur wilayah Sumatera Barat dan berbatasan langsung dengan
Provinsi Riau. Berdasarkan klasifikasi yang dikeluarkan oleh Dinas Pariwisata
Seni dan Budaya Kabupaten Lima Puluh Kota, objek-objek wisata yang ada di
Kabupaten Lima Puluh Kota terbagi atas :
1) Objek Wisata Unggulan, terdiri dari 3 objek yakni Lembah Harau,
Pemandian Batang Tabik dan Kapalo Banda.
2) Objek Wisata Tahap Pembinaan Menuju Unggulan, terdiri dari 30 objek
diantaranya adalah Museum Arkeologi Belubus, Pusako Rumah Gadang,
Kolam Renang Aia Baba, dan lainnya.
3) Objek Wisata Non-Unggulan, yang terdiri dari 22 objek, diantaranya
adalah Panorama Selat Malaka, Puri Tizana, Goa Imam Bonjol dan
lainnya.

Laporan Pendahuluan | Bab 2 - 24


Untuk meningkatkan kualitas objek wisata dapat dilakukan dengan
pembangunan sarana prasarana dan pengelolaan yang baik, sehingga dapat
meningkatkan jumlah wisatawan juga dapat dilakukan dengan cara promosi
yang bekerja sama dengan biro-biro perjalanan yang ada. Saat ini jumlah
objek wisata di Kabupaten Lima Puluh Kota cukup banyak yang berpotensi
namun pengelolaannya belum terkoordinasi dan terencana dengan baik
sehingga kurang menarik minat para wisatawan seperti objek wisata karya
dan objek wisata budaya karena tidak adanya fasilitas penunjang dan juga
sulit dijumpai saat sekarang ini seperti atraksi pacu itik, pacu jawi dan pacu
belut. Untuk membangkitkan meningkatkan mutu objek wisata tersebut perlu
dilakukan pengembangan objek yang sudah ada secara intensif, oleh karena
itu perlu dilakukan program-program yang matang agar objek wisata yang
ada diminati wisatawan. Untuk lebih jelasnya pengembangan objek wisata
dapat dilihat pada tabel dibawah ini:

Tabel 2.10
Rencana Pengembangan Objek Wisata Berdasarkan Jenis
No Kecamatan Wisata Alam Wisata Budaya/Sejarah
1 Harau Lembah Harau Medan Nan Bapaneh
Kapalo Banda Benteng Tuanku Nan Garang
Rest Area Kuburan Keramat Taram
Kelok Sembilan Menhir
Air Panas Batu Balang
Bukik Bulek
2 Luak Pemandian Batang Tabik
Goa Sago
Ngalau Malanteh
Ngalau Galamadin
3 Guguak Museum Arkeologi Belubus
Surau/Makam Syekh Abbas
Tugu PDRI VII Koto Talago
Perkampungan tradisional
Belubus
4 Pangkalan Koto Genangan Waduk PLTA  Tugu Sakidomuro
Baru
Panorama Selat Malaka
5 Payakumbuh Bungsu Resort Pusaka Rumah Gadang
Sungai Baringin
Makam Syekh Piobang
Rumah Gadang Ukiran Cino
 Menhir Batu Nan Lamo
6 Situjuah Limo Kawasan Simona Makam Pahlawan Situjua
Nagari Batua
Air terjun Sialang Indah Batu Sandaran Rajo

Laporan Pendahuluan | Bab 2 - 25


No Kecamatan Wisata Alam Wisata Budaya/Sejarah
7 Lareh Sago Kolam Renang Aie Baba Tugu PDRI Tjg Gadang
Halaban
Ngalau Gunuang  Puritizana
Kambiang
Ngalau Kaco Kapalo
Gunuang
Air Terjun Gunuang Sago
Goa Air Luluih
Ngalau Tabua
Ngalau Hantu
8 Gunuang Omeh Goa Imam Bonjol Talempong Batu Talang
Anau
Tugu PDRI Koto Tinggi
Rumah Gadang Tan Malaka
Puncak Seribu Gonjong Koto
Tinggi
9 Bukik Barisan Bukik Posuak Menhir Maek
Menhir Koto Tinggi
10 Akabiluru Makam Saleh Abdul Rahman
11 Suliki Panorama Kurai Batu Sandaran Niniak
Air Terjun Singkapau
12 Mungka Air Terjun Burai
13 Kapur IX Air Panas Muaro Paiti
Batu Basurek Koto Lamo
Sumber: RTRW Kabupaten Lima Puluh Kota Tahun 2012 -2032

i) Kawasan Permukiman
Kawasan permukiman merupakan kawasan yang diperuntukkan bagi
permukiman penduduk di luar kawasan lindung yang digunakan sebagai
lingkungan tempat tinggal masyarakat yang berada di wilayah perkotaan
dan perdesaan di Kabupaten Lima Puluh Kota.
Masalah permukiman penduduk berkaitan erat dengan kebutuhan penduduk
akan perumahan. Peningkatan jumlah penduduk yang terus bertambah akan
memberikan konsekuensi dalam penyediaan perumahan. Perpindahan
penduduk dari desa ke kota juga menambah permasalahan di dalam
penyediaan rumah. Tingkat urbanisasi semakin pesat akibat terjadinya
perubahan yang sangat pesat dari sektor pertanian ke sektor industri.
Demikian halnya dengan keadaan Kabupaten Lima Puluh Kota 20 tahun yang
akan datang dimana diperkirakan jumlah penduduk akan mengalami
peningkatan, ditambah lagi dengan keberadaannya yang strategis.
Secara umum kawasan permukiman di Kabupaten Lima Puluh Kota, terdiri
atas :
a) Kawasan Permukiman Perkotaan

Laporan Pendahuluan | Bab 2 - 26


Kawasan permukiman perkotaan adalah kawasan yang dominasi
kegiatannya difungsikan untuk kegiatan yang bersifat kekotaan dan
merupakan orientasi pergerakan penduduk yang ada pada wilayah
sekitarnya. Kawasan permukiman perkotaan di Kabupaten Lima Puluh
Kota merupakan bagian dari kawasan perkotaan dengan perkembangan
dan kondisi yang sangat beragam.

b) Kawasan Permukiman Perdesaan

Kawasan permukiman perdesaan adalah suatu kawasan untuk


permukiman pada lokasi sekitarnya masih didominasi oleh lahan
pertanian, tegalan, perkebunan dan lahan kosong serta aksesibilitas
umumnya kurang, jumlah sarana dan prasarana penunjang juga terbatas
atau hampir tidak ada. Tujuan dari pengembangan kawasan permukiman
perdesaan adalah mengembangkan kawasan permukiman yang terkait
dengan kegiatan budidaya pertanian yang terbesar sesuai dengan potensi
pertanian.

Kebijakan pengembangan permukiman pedesaan dilakukan dengan


menciptakan sentra-sentra produksi yang prospektif dalam penyerapan
tenaga kerja dan peningkatan pendapatan, Pengembangan desa-desa
pusat pertumbuhan serta pengembangan permukiman transmigrasi,
sejalan dengan pusat pemasaran produksi pertanian dan juga
disesuaikan dengan sistem perwilayahan.

Arahan kebijaksanaan ruang kawasan permukiman perdesaan adalah :

 Kawasan permukiman perdesaan secara teknis berada pada


kawasan yang aman dari kawasan rawan bencana
 Pengembangan permukiman pedesaan yang mengutamakan akses
menuju pusat-pusat pertumbuhan desa.
 Pengembangan permukiman pedesaan yang sehat dan layak huni.

Secara fisiografis permukiman perdesaan di Kabupaten Lima Puluh Kota


terletak di pergunungan dan dataran tinggi dan dataran rendah. Setiap
lokasi memiliki karakter tersendiri dan memerlukan penanganan sesuai
karakter masing-masing. Kawasan permukiman perdesaan yang terletak
pada wilayah pegunungan dan dataran tinggi, pengembangan
permukiman diarahkan pada pertanian tanaman keras, perkebunan dan

Laporan Pendahuluan | Bab 2 - 27


sebagian hortikultura, dan pariwisata. Pada kawasan ini perkembangan
permukiman harus diarahkan membentuk cluster dengan pembatasan
pengembangan permukiman pada kawasan lindung.

Kawasan permukiman perdesaan yang terletak pada dataran rendah,


umumnya memiliki kegiatan pertanian sawah, tegal, kebun campuran,
termasuk peternakan dan perikanan darat. Sebagian besar permukiman
perdesaan yang terletak pada dataran rendah memiliki kondisi tanah
yang subur. Lahan kosong yang terletak pada tengah permukiman dan
sepanjang jalan utama merupakan kawasan yang rawan perubahan
penggunaan lahan dari kawasan pertanian menjadi kawasan terbangun.
Pada kawasan ini diperlukan pembatasan pengembangan untuk kawasan
terbangun.

Pada kawasan permukiman perdesaan yang memiliki potensi sebagai


penghasil produk unggulan pertanian atau sebagai kawasan sentra
produksi akan dilengkapi dengan lumbung desa modern, juga pasar
komoditas unggulan. Selanjutnya beberapa komoditas yang memiliki
prospek pengembangan melalui pengolahan akan dilakukan
pengembangan industri kecil dengan membentuk sentra industri kecil.

D. Penetapan Kawasan Strategis Kabupaten Lima Puluh Kota

Berrdasarkan kriteria diatas ditetapkanlah beberapa kawasan strategis Kabupaten


Lima Puluh Kota yakni :
1. Kawasan Strategis Dari Sudut Kepentingan Ekonomi
Kawasan perkotaan Sarilamak
Kawasan perkotaan Sarilamak merupakan Ibukota Kabupaten Lima
Puluh Kota yang tentu saja menjadi pusat kegiatan pemerintahan
kabupaten. Oleh karena itu, perkembangan kawasan ini tentu saja akan
memberikan pengaruh besar terhadap perkembangan kabupaten. Maka
dari itu perlu kiranya menetapkan kawasan perkotaan Sarilamak sebagai
kawasan stategis guna memacu perkembangan kota. Kawasan ini
termasuk ke dalam kawasan strategis berdasarkan aspek ekonomi.

Kawasan pertanian lahan basah Kecamatan Payakumbuh, Kecamatan


Suliki dan Kecamatan Akabiluru.

Laporan Pendahuluan | Bab 2 - 28


Kabupaten Lima Puluh Kota merupakan kabupaten yang bertumpu pada
sektor pertanian. Oleh karena itu, kawasan pertanian perlu mendapatkan
perhatian serius terutama sentra-sentra produksi yang sangat potensial.
Peningkatan sarana dan prasarana perlu diperhatikan lebih serius guna
peningkatan hasil dan kualitas produksi menginagt kawasan
Perlindungan Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan (PLPPB). Sehingga
tidak salah jika kawasan pertanian lahan basah terpilih menjadi salah
satu kawasan strategis jika dilihat dari aspek ekonomi, kawasan tersebut
terletak untuk Kecamatan Payakumbuh Nagari Sungai Beringin, yang
terdapat di Kecamatan Suliki yaitu Nagari Sungai Rimbang dan untuk
Akabiluru terdapat di Nagari Batu Hampa..

Kawasan Minapolitan Mungo dan Andaleh


Penetapan Kawasan Strategis Minapolitan Agropolitan di Nagari Mungo
dan Andaleh Kecamatan Luak karena kawasan ini dianggap memiliki nilai
strategis untuk dikembangkan sebagai salah satu wilayah percepatan
pertumbuhan ekonomi Kabupaten Lima Puluh Kota yakni terkait
aksesibilitasnya yang strategis. Kawasan ini direncanakan sebagai sentra
pengembangan kegiatan perikanan dan merupakan outlet bagi penjualan
hasil perikanan ke kabupaten sekitarnya ataupun kabupaten lain di
Sumatera Barat, serta pusat pengolahannya agar dapat dijual dengan
harga yang lebih tinggi.

Kawasan agropolitan Mungka


Kawasan ini direncanakan sebagai sentra pengembangan kegiatan
pertanian (agro), dan merupakan outlet bagi penjualan hasil pertanian ke
kabupaten sekitarnya ataupun kabupaten lain di Sumatera Barat.

Sedangkan arahan rencana untuk kawasan agropolitan Kabupaten Lima


Puluh Kota ini adalah berupa:
- pemberdayaan masyarakat
- pembangunan pasar-pasar sayur untuk mendukung kawasan
agropolitan atau pengaktifan pasar-pasar yang merupakan pusat
distribusi hasil pertanian kawasan agropolitan
- peningkatan akses dari dan menuju sentra- sentra produksi
- pembangunan kelembagaan agribisnis

Laporan Pendahuluan | Bab 2 - 29


- pembangunan sarana prasarana publik yang memperlancar
pengangkutan hasil pertanian ke pasar lebih efisien dan efektif

Kawasan Taram
Kawasan ini memiliki potensi di sektor pertanian dan wisata alam.
Penetapan kawasan ini sebagai kawasan strategis diharapkan dapat
mempercepat pembangunan sarana dan prasarana pada kawasan ini
sehingga akan meningkatkan pengembangan potensi kawasan.

Kawasan Cepat Tumbuh


Dalam Permen 16/PRT/M/2009 bahwa pada kawasan strategis dari
sudut kepentingan ekonomi salah satunya adalah kawasan yang dapat
mempercepat pertumbuhan kawasan tertinggal. Di Kabupaten Lima
Puluh Kota khususnya di Nagari Galugur Kecamatan Kapur IX merupakan
kawasan yang perlindungan perkembangan dengan mengembangkan
prasarana dan prasarnan baru guna membuka keterisoliran wilayah.

Kawasan strategi berbatasan dengan Kota Payakumbuh


Nagari yang termasuk kawasan strategis ini adalah Nagari Mungo,
Andaleh, Sungai Kemuyang, Tanjung Aro Sikabu, Situjuah Gadang,
Situjuah Banda Dalam, Koto Tangah Batu Hampar, Durian Gadang,
Simalanggang, Koto Baru Simalanggang, Sungai Beringin dan Lubuak
Batingkok dan Taram.

2. Kawasan strategis Dari Sudut Kepentingan sosial-budaya


Kawasan wisata budaya
Terdapat beberapa kawasan strategis di Kabupaten Lima Puluh Kota
yang dilihat dari aspek sosial budaya seperti kawasan tradisional
Belubus, dan Museum Arkeologi Belubus yang masuk di Kecamatan
Guguak.

Kawasan Bersejarah PDRI


Kawasan bersejarah PDRI (Pemerintahan Darurat Republik Indonsia)
terletak di Nagari Koto Tinggi Kecamatan Gunuang Omeh. Di kawasan ini
terdapat sebuah monument yang menandakan terjadinya peristiwa PDRI
tersebut. Dimasa yang akan dating direncanakan akan dibangun sebuah
museum untuk menunjang pengembangan kawasan ini sebagai kawasan

Laporan Pendahuluan | Bab 2 - 30


wisata di Kabupaten Lima Puluh Kota. Kawasan ini termasuk ke dalam
kawasan strategis dilihat dari aspek sosial budaya.

3. Kawasan strategis Dari Sudut Kepentingan fungsi dan daya dukung


lingkungan
Kawasan wisata alam Lembah Harau
Kawasan ini merupakan salah satu objek wisata di Kabupaten Lima Puluh
Kota. Keunikan kawasan ini yang tidak dimiliki daerah lain menjadi daya
tarik wisatawan untuk berkunjung. Sebagai salah satu potensi Kabupaten
Lima Puluh Kota sudah sewajarnya kawasan ini perlu penanganan lebih
maksimal. Peningkatan kualitas objek wisata ini tentu akan
meningkatkan jumlah wisatwan yang datang dan akan berdampak pada
peningkatan pendapatan daerah. Hal ini lah yang melatar belakangi
terpilihnya kawasan ini sebagai kawasan strategis jika dilihat dari aspek
ekonomi.
Gambar 2.2
Peta Rencana Pola Ruang Kabupaten Lima Puluh Kota

Laporan Pendahuluan | Bab 2 - 31


Gambar 2.3
Peta Rencana Kawasan Strategis Kabupaten Lima Puluh Kota

Laporan Pendahuluan | Bab 2 - 32


2.1.4 Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten Agam Tahun 2021- 2041
A. Rencana Struktu Ruang
1. Rencana Pusat Kegiatan Lokal (PKL)

Laporan Pendahuluan | Bab 2 - 33


 Berdasarkan hirarki perencanaan Propinsi yang termuat dalam RTRWP
Sumatera Barat Tahun 2012-2032 untuk Kabupaten Agam ditetapkan Pusat
Kegiatan Lokal adalah Kecamatan Lubuk Basung.
 Pada Wilayah Kabupaten Agam bagian Timur, ditetapkan keberadaan Pusat
Kegiatan Lokal di Kecamatan Baso (dengan pusat di Nagari Tabek Panjang).
Hal ini terkait dengan potensi yang dimiliki oleh Kawasan Baso pada saat ini
dan kedepan antara lain:
a. Terletak pada posisi strategis dimana Baso dilewati oleh jaringan jalan
nasional dan propinsi yang menghubungan Baso dengan Kota Bukittinggi,
Kota Payakumbuh, Kabupaten 50 Kota dan Kabupaten Tanah Datar;
b. Sudah berkembang sebagai pusat pemerintahan kecamatan dan pusat
fasilitas strategis skala regional;
c. Secara historis Baso sudah berkembang sebagai pusat koleksi dan
distribusi (pasar) hasil pertanian hortikultura;
d. Keberadaan sekolah tinggi pemerintahan dalam negeri yang berskala
wilayah.

 Pada Wilayah Kabupaten Agam bagian Tengah, ditetapkan keberadaan Pusat


Kegiatan Lokal di Kecamatan Matur (dengan pusat di Nagari Matua Hilia). Hal
ini terkait dengan potensi Kawasan Matur saat ini dan masa depan, yakni:

a. Terletak pada posisi strategis, dilalui oleh jaringan jalan provinsi yang
menghubungkan wilayah barat dan wilayah timur Kabupaten Agam, serta
menghubungkan Matur dengan Kabupaten Padang Pariaman, Kabupaten
Pasaman Barat, Kota Bukitinggi dan Kabupaten Lima Puluh Kota.
b. Sudah berkembang sebagai pusat pemerintahan kecamatan.
c. Kawasan wisata dan sentra produksi budidaya perkebunan rakyat (tebu).

2. Rencana Pusat Pelayanan Kawasan dan Pusat Pelayanan Lingkungan (PPL)


Rencana penetapan Pusat Pelayanan Kawasan (PPK) dan Pusat Pelayanan
Lingkungan (PPL) Wilayah Kabupaten Agam, terbagi menjadi beberapa PPK dan
PPL, yaitu:

a. Pusat Pelayanan Kawasan Bawan di Kecamatan Ampek Nagari, yang


berfungsi sebagai salah satu sentra produksi perkebunan, pusat pelayanan
jasa sosial ekonomi untuk wilayah hinterlandnya, pusat kegiatan
pemerintahan, pusat kegiatan pendidikan dan wilayah untuk permukiman
lokal. Fungsi wilayahnya adalah sebagai kawasan produksi pertanian, dan

Laporan Pendahuluan | Bab 2 - 34


sentra kawasan budidaya kelapa sawit. Wilayah pelayanan meliputi, sebagian
Kecamatan Palembayan, sebagian Kecamatan Tanjung Mutiara.

b. Pusat Pelayanan KawasanPadang Lua di Kecamatan Banuhampu, yang


juga membantu pelayanan administratif kabupaten, kebutuhan permukiman,
dan sebagai sentra pertanian hortikultura. Sedangkan fungsi wilayahnya
adalah sebagai kawasan produksi pertanian, perkebunan dan konservasi
lingkungan. Wilayah pelayanan meliputi Kecamatan Sungai Pua, sebagian
Kecamatan IV Koto dan Kecamatan Malalak serta sebagian Kecamatan
Canduang

c. Pusat Pelayanan Kawasan Balingka di Kecamatan IV Koto, yang berfungsi


sebagai pusat pelayanan jasa sosial ekonomi untuk wilayah hinterlandnya,
pusat kegiatan pemerintahan, pusat kegiatan pendidikan dan wilayah untuk
permukiman lokal. Fungsi wilayahnya adalah sebagai kawasan produksi
pertanian. Wilayah pelayanan meliputi, Kecamatan IV Koto dan Kecamatan
Malalak.

Sementara untuk Pusat Pelayanan Lingkungan dimasing-masing kecamatan yang


ada di Kabupaten Agam dipusatkan pada:

a. Nagari Tiku Selatandi Kecamatan Tanjung Mutiara;


b. Nagari Ampek Koto Palembayandi Kecamatan Palembayan;
c. Nagari Maninjaudi Kecamatan Tanjung Raya;
d. Nagari Malalak Timur di Kecamatan Malalak;
e. Nagari Sungai Pua di kecamatan Sungai Pua;
f. Nagari Lasi di Kecamatan Canduang;
g. Nagari Biaro Gadangdi Kecamatan Ampek Angkek;
h. Nagari Koto Tangahdi Kecamatan Tilatang Kamang;
i. Nagari Kamang Hilia di Kecamatan Kamang Magek; dan
j. Nagari Pasia Laweh di Kecamatan Palupuh.

Dari penetapan pusat-pusat pelayanan tersebut, diharapkan akan menghasilkan


pergerakan yang sinergis dan dapat mengantisipasi perkembangan di masa depan,
yaitu:
1. Untuk pergerakan yang berasal dari kecamatan yang berada pada Pusat
Kegiatan Lokal (PKL) Lubuk Basung, yaitu Kecamatan Tanjung Mutiara,
Lubuk Basung, Ampek Nagari dan Tanjung Raya, semua pergerakan

Laporan Pendahuluan | Bab 2 - 35


diharapkan akan menuju ke Lubuk Basung dengan memperhitungkan waktu
perjalanan dan kemudahan akses, untuk mempercepat pertumbuhan kota
Lubuk Basung.

2. Untuk pergerakan yang berasal dari Pusat Kegiatan Lokal (PKL) Baso,
diharapkan arah pergerakan akan menuju ke Baso dari Kecamatan Ampek
Angkek, Canduang, Kamang Magek serta kecamatan terdekat kabupaten
tetangga yaitu Kabupaten 50 Kota dan Kabupaten Tanah Datar mengingat
Baso dapat menjadi salah satu pusat kegiatan di masa depan dengan adanya
konsep pengembangan agropolitan di wilayah sekitar Baso dan juga
pengembangan pusat pendidikan (Kawasan Pusdiklat Departemen Dalam
Negeri) serta didukung oleh letak geografi pada daerah persimpangan.

3. Untuk pergerakan yang berasal dari Pusat Kegiatan Lokal (PKL) Matur,
diharapkan arah pergerakan akan menuju ke Matur dari Kecamatan Ampek
Koto, Malalak, Palembayan, dan Tanjung Raya.

4. Untuk pergerakan yang berasal dari Pusat Pelayanan Kawasan (PPK) Ampek
Nagari, yaitu Kecamatan Ampek Nagaridan sebagian Kecamatan Palembayan
serta sebagian Kecamatan Tanjung Mutiara, diharapkan arah pergerakan
akan menuju ke Bawan.

5. Untuk pergerakan yang berasal dari Pusat Pelayanan Kawasan (PPK)


Banuhampu, yaitu Kecamatan Banuhampu, IV Koto, Malalak dan Sungai Pua,
arah pergerakan kegiatan diharapkan akan menuju ke Pasar Padang Luar.
Oleh karena itu perlu adanya pemusatan kegiatan atau sentra kegiatan
berupa penyediaan fasilitas yang lengkap yang dapat menarik pergerakan
menuju Banuhampu. Pada saat ini Kecamatan Banuhampu sudah memiliki
beberapa daya tarik pergerakan, yaitu Pasar Sayur Padang Luar dan
Kecamatan Banuhampu sebagai Bussines Development Centre (BDC) yang
mengembangkan bordir dan sulaman. Hal ini juga ditujukan untuk
mendukung perkembangan Kota Bukittinggi. Disamping itu juga dengan
telah dan sedang dibangunnya Jalan Sicincin-Malalak, diharapkan PPK
Banuhampu dapat berkembang cepat dimasa yang akan datang.

6. Untuk pergerakan yang berasal dari Pusat Pelayanan Kawasan (PPK) Ampek
Koto, yaitu Kecamatan Ampek Koto, Kecamatan Malalak serta sebagian
Kecamatan Tanjung Raya, diharapkan arah pergerakan akan menuju ke
Balingka

Laporan Pendahuluan | Bab 2 - 36


Tabel 2.11
Sistim Perkotaan RTRW Kabupaten Agam Tahun 2021-2041
NO Rencana Pusat Wilayah
Kegiatan

1 PKL a. Nagari Lubuk Basung, Kecamatan Lubuk Basung


b. Nagari Tabek Panjang, Kecamatan Baso
c. Nagari Matur Hilir, Kecamatan Matur.
2 PPK 1. Nagari Bawan, Kecamatan Ampek Angkek Nagari
2. Nagari Padang Lua, Kecamatan Banuhampu
3. Nagari Balingka, Kecamatan Ampek Koto
3 PPL 1. Nagari Tiku Selatan, Kecmatan Tanjung Mutiara
2. Nagari Ampek Koto Palembayan, Kecamatan Palembayan
3. Nagari Maninjau, Kecamatan Tanjung Raya
4. Nagari Malalak Timur, Kecamatan Malalak
5. Nagari Sungai Pua, Kecamatan Sungai Pua
6. Nagari Lasi, Kecamatan Canduang
7. Nagari Biaro Gadang, Kecamatan Ampek Angkek
8. Nagari Koto Tangah, Kecamatan Tilatang Kamang
9. Nagari Kamang Hilia, Kecamatan Kamang Magek
10. Nagari Pasie Laweh, Kecamatan Palupuh

3. Arah Pengembangan Sistem Perkotaan Wilayah Kabupaten


Pemusatan kegiatan perkotaan di Kecamatan Palupuh adalah di Palupuh sebagai
ibukota kecamatan dengan fungsi perkotaan sebagai berikut:

1) Sebagai pusat pelayanan pemerintahan skala kecamatan;


2) Sebagai pusat pelayanan sosial skala kecamatan;
3) Sebagai pusat koleksi dan distribusi hasil produksi pertanian maupun jasa
skala kecamatan;
4) Sebagai Pusat Pelayanan Lingkungan (PPL).

Gambar 2.4
Peta Struktur Ruang Kabupaten Agam

Laporan Pendahuluan | Bab 2 - 37


B. Rencana Pola Ruang

Laporan Pendahuluan | Bab 2 - 38


Rencana pola ruang wilayah kabupaten merupakan rencana distribusi peruntukan
ruang wilayah kabupaten terdiri rencana peruntukan ruang untuk fungsi lindung
dan rencana peruntukan ruang untuk fungsi budidaya. Proporsi rencana pola
ruang Kabupaten Agam untuk kedua fungsi tersebut yaitu peruntukan kawasan
lindung 62.769 Ha (28,20%) dan proporsi kawasan budidaya 159.820 Ha
(71,80%).

(i) Kawasan Lindung


Rencana kawasan lindung di Kabupaten Agam hingga tahun 2041 seluas lebih
kurang 63.138 hektar atau sekitar kurang lebih 28% luas wilayah
administrasi. Kawasan lindung di Kabupaten Agam, berupa:
a. Badan Air;
b. Kawasan yang memberikan perlindungan kawasan bawahannya;
c. Kawasan perlindungan setempat;
d. Kawasan Konservasi;
e. Kawasan lindung geologi; dan
f. Kawasan ekosistem mangrove.

1. Kawasan yang Memberikan Perlindungan Terhadap Kawasan Bawahannya


Kawasan yang memberikan perlindungan terhadap kawasan bawahannya di
Kecamatan Lubuk Basung memiliki luas 119 Hektar atau seluas 0,59% dari
luas wilayah Kecamatan Lubuk Basung.
2. Kawasan perlindungan setempat
Kawasan perlindungan setempat meliputi kawasan sempadan pantai,
sempadan sungai, kawasan sekitar danau atau waduk, sempadan mata air,
sempadan sesar dan sempadan ngarai.
Wilayah sempadan sungai, di wilayah Kecamatan Lubuk Basung terdapat di
beberapa sungai, antara lain:
 Sungai Batang Dareh
 Sungai Batang Silayang
 Sungai Batang Kalulutan
 Sungai Batang Garingging
 Sungai Batang Aia Piato
 Sungai Batang Aia Pilubang
 Sungai Batang Pingai Kecil

Laporan Pendahuluan | Bab 2 - 39


Wilayah sempadan danau atau waduk dilakukan untuk melindungi danau
atau waduk dari kegiatan manusia yang mengganggu dan merusak kualitas air
danau/waduk, kondisi fisik pinggir dan dasar danau/waduk serta
pengamanan dari kegiatan budidaya dan permukiman. Wilayah sempadan
waduk di Kecamatan Lubuk Basung terdapat di Waduk Talago Murni.

3. Kawasan Konservasi
Untuk mencegah kerusakan kawasan suaka alam yang ada di Kabupaten
Agam, maka perlu dilakukan pengendalian agar tidak menimbulkan dampak
negatif bagi masyarakat maupun bagi kelestarian alam. Mengingat pentingnya
kelestarian alam bagi makhluk hidup, maka diambil langkah-langkah
perlindungan hutan dan pelestarian alam, diantaranya dengan menetapkan
kawasan Suaka Alam dan Kawasan Pelestarian Alam.
Kawasan Suaka Alam

Cagar Alam Maninjau seluas lebih kurang 18.076 (delapan belas ribu tujuh
puluh enam) hektar, terdapat di Kecamatan Tanjung Raya, Kecamatan Lubuk
Basung, Kecamatan Ampek Nagari, Kecamatan Palembayan, Kecamatan
Matur, Kecamatan Malalak, dan Kecamatan IV Koto.

4. Kawasan Rawan Bencana Alam


Penanggulangan Bencana disebutkan bahwa rawan bencana adalah kondisi
atau karakteristik geologis, biologis, hidrologis, klimatologis, geografis, sosial,
budaya, politik, ekonomi, dan teknologi pada suatu wilayah untuk jangka
waktu tertentu yang mengurangi kemampuan mencegah, meredam, mencapai
kesiapan, dan mengurangi kemampuan untuk menanggapi dampak buruk
bahaya tertentu. Salah satu faktor terjadinya bencana dikarenakan
lingkungan. Oleh karena itu, kondisi daerah rawan bencana harus dikenali
dan dibuat rencana tata ruang daerah rawan bencana.

Kawasan rawan bencana yang terdapat di wilayah Kecamatan Lubuk Basung,


Kabupaten Agam sebagai berikut.

Laporan Pendahuluan | Bab 2 - 40


Tabel 2.12
Sebaran Kawasan Rawan Bencana di Wilayah Kecamatan Lubuk Basung
No Kawasan Rawan Nagari Keterangan
Bencana
1 Rawan Bahaya Longsor Lubuk Basung  debris fall
 tufa maninjau
 aktivitas galian
2 Bencana Gerakan Tanah Lubuk Basung  Resiko Bencana Rendah:
993.46 Hektar
 Resiko Bencana Tinggi:
2.056,20 Hektar
3 Kawasan rawan banjir  Nagari Luas Area Rawan Banjir
Garagahan 1.288,74 Hektar
 Nagari
Manggopoh
4 Kawasan Rawan Gempa Luas Area Rawan Gempa Bumi
Bumi seluas 25.727,01 Hektar

Sumber: RTRW Kabupaten Agam, Tahun 2021-2041

(ii) Kawasan Budidaya


Penetapan kawasan budidaya di Kabupaten Agam hingga tahun 2030 selain
didasarkan pada Peraturan Pemerintah Nomor 13 tahun 2017 tentang
RTRWN dan RTRWP Provinsi Sumatera Barat, juga hasil kesepakatan antar
wilayah pada Ditjen Penataan Ruang yang menyangkut klasifikasi
pemanfaatan ruang kabupaten dan provinsi. Luas keseluruhan kawasan
budidaya di Kabupaten Agam mencapai ± 155.136,69 Ha atausekitar 70% dari
luas wilayah administrasi, yang meliputi :
a) Kawasan Hutan Produksi
b) Kawasan Pertanian
c) Kawasan pertambangan dan energi
d) Kawasan Permukiman
e) Kawasan Pertahan dan keamanan

Tabel 2.13
Sebaran Kawasan Budidaya di Kecamatan Lubuk Basung Berdasarkan RTRW Kabupaten
Agam Tahun 2021-2041
No Jenis Kawasan Sub Kawasan Budidaya Penetapan Sub Kawasan
Budidaya
1 Kawasan Hutan Kawasan Hutan Produksi Kawasan hutan produksi tetap dengan
Produksi Tetap luas kurang lebih 2.492 Ha hektar
berada di:
 Kecamatan Ampek Nagari (1.129 ha)
 Kecamatan Lubuk Basung (165 ha)
 Kecamatan Baso (1.198 ha)
Kawasan Hutan Produksi Kawasan hutan produksi yang dapat

Laporan Pendahuluan | Bab 2 - 41


No Jenis Kawasan Sub Kawasan Budidaya Penetapan Sub Kawasan
Budidaya
Konversi dikonversi dengan luas kurang lebih
8.771 hektar yang berada di:
 Kecamatan Ampek Nagari;
 Kecamatan Palembayan;
 Kecamatan Lubuk Basung; dan
 Kecamatan Tanjung Mutiara
2 Kawasan Pertanian Pertanian Tanaman Pangan Kawasan yang sesuai untuk tanaman
pangan lahan adalah yang mempunyai
sistem dan atau potensi pengembangan
pengairan yang memiliki kriteria :
 Ketinggian < 1.000 meter.
 Kelerengan < 40 %;
 Kedalaman efektif lapisan tanah atas
± 30 cm.

Luas kawasan tanaman pangan di


Kecamatan Lubuk Basung adalah 4.974
ha atau sekitar 19,30% dari luas
wilayah Kecamatan Lubuk Basung.
Pertanian Hortikultura Peruntukan pertanian lahan kering
adalah kawasan yang diperuntukan bagi
tanaman pangan lahan kering berupa
tanaman palawija, sayur-sayuran dan
buah-buahan dengan kriteria kawasan
berada pada :
 Ketinggian <1.000 meter
 Kelerengan <40 %
 Kedalaman efektif lapisan tanah > 30
cm

Luas kawasan pertanian holtikultura di


Kecamatan Lubuk Basung adalah 1.658
ha atau sekitar 5,41% dari luas wilayah
Kecamatan Lubuk Basung.
Perkebunan Pengembangan kawasan perkebunan
diarahkan dengan pemanfaatan potensi
lahan yang memiliki kesesuaian untuk
perkebunan, berada pada kawasan
budidaya.

Kawasan perkebunan di Kecamatan


Lubuk Basung memiliki luas 12.214 ha
atau sekitar 16,61% dari luas wilayah
Kecamatan Lubuk Basung dengan jenis
perkebunan berupa kelapa dalam dan
kakao.
3 Kawasan Pertambangan Wilayah Usaha Pertambangan Wilayah usaha pertambangan logam di
dan Energi Logam Kecamatan Lubuk Basung memiliki luas
2,033 ha atau sekitar 7,14% dari luas
wilayah Kecamatan Lubuk Basung
Wilayah Usaha Pertambangan Wilayah usaha pertambangan non
Non Logam dan Batuan logam dan batuan di Kecamatan Lubuk
Basung memiliki luas 20,882 ha atau
sekitar 15,76% dari luas wilayah
Kecamatan Lubuk Basung
4 Kawasan Permukiman Kawasan Permukiman Kawasan permukiman perkotaan di
Perkotaan Kecamatan Lubuk Basung memiliki luas
1.995 ha atau sekitar 54,69% dari luas
wilayah Kecamatan Lubuk Basung
Kawasan Permukiman Kawasan permukiman perdesaan di

Laporan Pendahuluan | Bab 2 - 42


No Jenis Kawasan Sub Kawasan Budidaya Penetapan Sub Kawasan
Budidaya
Perdesaan Kecamatan Lubuk Basung memiliki luas
1171 ha atau sekitar 15,33% dari luas
wilayah Kecamatan Lubuk Basung
5 Kawasan Pertahan dan - Kawasan pertahanan dan keamanan
Keamanan merupakan kawasan yang digunakan
untuk kegiatan kemiliteran, sehingga
penyediaan ruang untuk mengakomodir
aktvitas kemiliteran.

Terdapat 2 Kawasan pertahanan dan


keamanan yang ada di Kecamatan
Lubuk Basung, diantaranya:
 Komando Rayon Militer 03 Lubuk
Basung
 Kepolisian Negara Republik Indonesia
Resort (Polres) Agam di Lubuk
Basung

Sumber: RTRW Kabupaten Agam, Tahun 2021-2041

Laporan Pendahuluan | Bab 2 - 43


Gambar 2.5
Peta Pola Ruang Kabupaten Agam

Laporan Pendahuluan | Bab 2 - 44


2.2 ARAH KEBIJAKAN PEMBANGUNAN

2.2.1 Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJPD) Provinsi Sumatera


Barat Tahun 2005 - 2025

Memperhatikan kondisi umum daerah Provinsi Sumatera Barat, prediksi 20 (dua


puluh) tahun mendatang dan berdasarkan hasil penjaringan aspirasi masyarakat, maka
visi pembangunan jangka panjang Provinsi Sumatera Barat untuk tahun 2005 - 2025
mendatang dapat diformulasikan secara ringkas sebagai berikut: “Menjadi Provinsi
Terkemuka Berbasis Sumber Daya Manusia Yang Agamais Pada Tahun 2025”

Misi pada dasarnya adalah merupakan kondisi yang harus dilaksanakan agar visi
yang telah ditetapkan di atas dapat diwujudkan dengan memperhatikan kondisi objektif
yang terdapat di daerah dewasa ini. Dengan kata lain misi menunjukkan beberapa upaya
utama pembangunan yang perlu dilaksanakan untuk mewujudkan visi yang telah
ditetapkan semula yakni:

1. Mewujudkan kehidupan agama dan budaya berdasarkan filosofi ”Adaik Basandi


Syara’, Syara’ Basandi Kitabullah”,
2. Mewujudkan sistem hukum dan tata pemerintahan yang baik,
3. Mewujudkan sumber daya insani yang berkualitas, amanah dan berdaya saing
tinggi,
4. Mewujudkan usaha ekonomi produktif dan mampu bersaing di dunia global,
5. Mewujudkan kualitas lingkungan hidup yang baik dengan pengelolaan sumber
daya alam berkelanjutan.

Misi diatas yang terkait dengan air minum merupakan misi kelima. Misi untuk
mewujudkan kualitas lingkungan hidup yang baik dengan pengelolaan sumber daya alam
berkelanjutan juga tidak kalah pentingnya untuk dapat mewujudkan masyarakat yang
sejahtera dan berkelanjutan dalam jangka panjang. Kualitas lingkungan hidup yang baik
dan menyenangkan akan dapat diwujudkan melalui pencegahan polusi udara dan
pengotoran air, mengupayakan lingkungan yang bersih dan segar, serta menerapkan
rencana tata ruang secara konsekuen, termasuk dalam hal ini adalah pengelolaan sumber
daya alam berkelanjutan yang dapat diupayakan dengan memelihara kawasan hutan
lindung, mencegah eksploitasi sumber daya alam secara berlebihan, memelihara
cadangan air, memelihara biota laut dan meningkatkan konservasi alam serta reboisasi
hutan secara teratur dan terus menerus.

Laporan Pendahuluan | Bab 2 - 45


Sasaran pokok untuk misi ini adalah Meningkatnya Kualitas Jalan Provinsi,
Meningkatnya pelayanan perhubungan/transportasi, Meningkatnya keselamatan lalu
lintas, Meningkatnya ketersediaan prasarana dan sarana umum pada kawasan
pemukiman/perumahan, lingkungan dan bangunan gedung, meningkatnya pemanfaatan
energi baru dan terbarukan (EBT), Meningkatnya kesesuaian rencana pembangunan
dengan tata ruang, Meningkatnya kualitas lingkungan hidup, Meningkatnya peran serta
masyarakat dalam mengelola kawasan hutan, Berkurangnya resiko bencana,
Meningkatnya penanganan tanggap darurat dan pemulihan wilayah/daerah pasca
bencana, Meningkatnya kualitas pengelolaan Sumber daya air yang lebih baik,
Meningkatnya kualitas ekosistem pesisir dan laut, Terpeliharanya fungsi ekosistem dan
kualitas lahan dan sumber daya kelautan.

Melalui penataan lingkungan hidup, penurunan beban pencemaran dan


pengendalian kerusakan lingkungan hidup, pemeliharaan/konservasi lingkungan hidup,
dan mengembangkan kapasitas lingkungan hidup dan peran serta stakeholder dalam
pengelolaan lingkungan hidup. Termasuk dalam hal ini mengintegrasikan muatan
Rencana Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup (RPPLH) Berbasis Daya
Dukung Daya Tampung Lingkungan Hidup Jasa Ekosistem.

2.2.2 Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Provinsi


Sumatera Barat Tahun 2021-2026
A. Visi Pembangunan Jangka Menengah Daerah Provinsi Sumatera Barat

Visi Pembangunan Sumatera Barat merupakan gambaran kondisi masa depan


yang dicita-citakan dan dapat terwujud dalam kurun waktu lima tahun yaitu
Tahun 2021-2026. Sebagai gambaran tentang apa yang ingin diwujudkan di akhir
periode perencanaan, maka Visi Provinsi Sumatera Barat untuk menggambarkan
tujuan utama penyelenggaraan pemerintah bersama pemerintah daerah, DPRD,
dunia usaha, dan masyarakat pada umumnya yang akan diwujudkan pada akhir
tahun 2026. Misi Gubernur dan Wakil Gubernur Sumatera Barat pada dasarnya
merupakan upaya umum yang ditetapkan bersama masyarakat untuk dapat
mewujudkan visi pembangunan daerah. Visi dan Misi menjadi gambaran otentik
Provinsi Sumatera Barat dalam 5 (lima) tahun mendatang pada kepemimpinan
Gubernur dan Wakil Gubernur terpilih untuk periode RPJMD Tahun 2021-2026.
Sesuai dengan visi Gubernur dan Wakil Gubernur terpilih, maka visi pembangunan
jangka menengah daerah Provinsi Sumatera Barat Tahun 2021-2026 adalah:

Laporan Pendahuluan | Bab 2 - 46


“Terwujudnya Sumatera Barat Madani yang Unggul dan Berkelanjutan”

Visi Pembangunan Provinsi Sumatera Barat ini diharapkan akan mewujudkan


keinginan dan amanat masyarakat Sumatera Barat dengan tetap mengacu pada
pencapaian tujuan nasional seperti diamanatkan dalam Pembukaan UUD 1945
khususnya bagi masyarakat Sumatera Barat, memperhatikan RPJMN 2020-2024,
dan RPJPD Provinsi Sumatera Barat tahun 2005-2025.

B. Misi Pembangunan Jangka Menengah Daerah Provinsi Sumatera Barat


Misi pada dasarnya merupakan upaya umum yang ditetapkan dan dilaksanakan
bersama masyarakat untuk dapat mewujudkan visi pembangunan daerah.
Berdasarkan pengertian ini maka misi pembangunan jangka menengah Provinsi
Sumatera Barat Tahun 2021-2026 adalah sebagai berikut:
1. Meningkatkan Kualitas Sumber Daya Manusia yang sehat,
berpengetahuan, terampil dan berdaya saing

Misi pertama ini memiliki tujuan yaitu mewujudkan Sumber daya manusia
yang sehat, unggul dan berdaya saing. Sasaran yang ingin dicapai meliputi:
(i) meningkatnya derajat kesehatan masyarakat,
(ii) menurunnya prevalensi stunting,
(iii) meningkatnya kualitas Pendidikan, dan
(iv) meningkatnya kemandirian dan daya saing masyarakat

2. Meningkatkan tata kehidupan sosial kemasyarakatan berdasarkan


falsafah Adaik Basandi Syara’, Syara’ Basandi Kitabullah

Misi kedua ini bertujuan untuk mewujudkan ABS SBK sebagai falsafah
kehidupan masyarakat. Sasaran yang ingin dicapai terdiri dari :
(i) meningkatnya ketahanan sosial budaya masyarakat yang berlandaskan
ABS SBK,
(ii) meningkatnya budaya Literasi, dan
(iii) meningkatnya ketahanan dan kesejahteraan keluarga, pemberdayaan
perempuan dan perlindungan anak

3. Meningkatkan nilai tambah dan produktivitas pertanian, perkebunan,


peternakan dan perikanan.

Laporan Pendahuluan | Bab 2 - 47


Misi ketiga bertujuan untuk meningkatkan pendapatan petani. Sasaran yang
ingin dicapai, yaitu :
(i) meningkatnya pendapatan petani pertanian secara umum, yang
meliputi sub sektor tanaman pangan, hortikultura, perkebunan,
peternakan, kelautan dan perikanan,
(ii) Meningkatnya ketahanan dan keamanan pangan masyarakat,
(iii) meningkatnya pendapatan petani hutan

4. Meningkatkan usaha perdagangan dan industri kecil/ menengah serta


ekonomi berbasis digital
Misi keempat ini bertujuan mewujudkan perdagangan dan industri
kecil/Menengah serta ekonomi digital yang tangguh dan berdaya saing.
Terdapat 6 Sasaran yang akan dicapai pada misi ini, yaitu :
(i) Sumatera Barat Sebagai pusat perdagangan;
(ii) terwujudnya pelaku koperasi dan UMKM yang sejahtera,
(iii) terciptanya 100.000 enterpreneur dari berbagai sektor,
(iv) meningkatnya pertumbuhan investasi,
(v) Sumatera Barat sebagai pusat Industri Kecil dan Menengah, dan
(vi) meningkatnya peran ekonomi digital

5. Meningkatkan ekonomi kreatif dan daya saing kepariwisataan


Tujuan yang diupayakan dari misi 5 adalah meningkatnya pertumbuhan
ekonomi melalui sektor pariwisata dan ekonomi kreatif. Sasaran dari misi ini
meliputi :
(i) meningkatnya kontribusi pariwisata dalam perekonomian Sumatera
Barat,
(ii) meningkatnya kontribusi ekonomi kreatif dalam perekonomian
Sumatera Barat

6. Meningkatkan Pembangunan Infrastruktur yang berkeadilan dan


berkelanjutan
Tujuan yang akan dicapai dari misi 6 yaitu terwujudnya Infrastruktur yang
handal dan merata. Misi ini diuraikan menjadi 5 sasaran,, yaitu :
(i) meningkatnya kualitas dan kuantitas infrastruktur yang terintegrasi,
(ii) meningkatnya kesiapsiagaan menghadapi bencana,
(iii) mewujudkan lingkungan hidup yang berkualitas,

Laporan Pendahuluan | Bab 2 - 48


(iv) meningkatkan infrastruktur pelayanan dasar, bangunan strategis dan
pertanian,
(v) meningkatkan penyelenggaraan penataan ruang yang baik dan
berkelanjutan

7. Mewujudkan tata kelola Pemerintahan dan pelayanan publik yang


bersih, akuntabel serta berkualitas
Misi ketujuh ini memiliki tujuan berupa meningkatnya kualitas tata kelola
pemerintah dengan aparatur yang melayani. Selanjutnya dirinci 3 sasaran
yaitu :
(i) meningkatnya kualitas tata kelola birokrasi yang bersih dan akuntabel,
(ii) meningkatnya kapabilitas birokrasi,
(iii) meningkatnya kualitas pelayanan publik

2.2.3 Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJPD) Kabupaten Lima


Puluh Kota Tahun 2005 - 2025

A. Visi Pembangunan Daerah Kabupaten Lima Puluh Kota

Pembangunan Kabupaten Lima Puluh Kota tidak dapat dilepaskan dari proses
pembangunan Provinsi Sumatera Barat dan Indonesia secara keseluruhan. Visi
Jangka Panjang dalam RPJP Provinsi Sumatera Barat 2005-2025, adalah
mewujudkan “Sumatera Barat Yang Terkemuka berbasis Sumberdaya Manusia
Yang Agamais’. Oleh karenanya, dalam merumuskan visi pembangunan jangka
panjang Kabupaten Lima Puluh Kota tentunya juga harus mengacu kepada
rumusan di atas, namun visi Kabupaten Lima Puluh Kota perlu pula
mengakomodasi keunikan dan potensi daerah. Pertimbangan pertama adalah
Kabupaten Lima Puluh Kota jelas memiliki potensi tersendiri yang dapat
menjadikan visinya dapat dicapai. Pertimbangan kedua, adalah juga dengan
memperhatikan segala kelemahan yang dimiliki, Pertimbangan ke tiga adalah
dengan mempedomani perobahan lingkungan strategis yang ada, serta analisis
lingkungan internal dan eksternal yang terdapat di daerah. Berdasarkan acuan dan
kesemua pertimbangan tersebut, maka visi Jangka Panjang Kabupaten Lima Puluh
Kota dirumuskan sebagai berikut

“Terwujudnya Masyarakat Madani Yang Sejahtera Berbasis Agribisnis”

B. Misi Pembangunan Kabupaten Lima Puluh Kota

Laporan Pendahuluan | Bab 2 - 49


Misi pada dasarnya adalah merupakan upaya kondisi yang harus dilaksanakan
agar visi yang telah ditetapkan di atas dapat dicapai dengan memperhatikan
kondisi objektif hasil Pembangunan Kabupaten Lima Puluh Kota. Dengan kata lain
misi menunjukkan beberapa upaya utama pembangunan yang perlu dilaksanakan
untuk mewujudkan visi yang telah ditetapkan semula. Misi pembangunan daerah
dalam RPJP Kabupaten Lima Puluh Kota sampai dengan tahun 2025 ditetapkan
sebagai berikut:

1) Mewujudkan tata kehidupan masyarakat yang berbudaya berdasarkan


filsafah: ”Adat Basandi Syarak, Syarak Basandi Kitabullah”;
2) Mewujudkan tata pemerintahan daerah yang baik (Good-Local
Governance), demokratis, berlandaskan hukum dan dilaksanakan secara
partisipatif;
3) Mewujudkan sumberdaya manusia berkualitas dan profesional melalui
perbaikan mutu pendidikan dan keterampilan, derajat kesehatan
masyarakat dan kesejahteraan sosial, pemuda dan olahraga.
4) Mewujudkan pengembangan sentra Agribisnis Terpadu untuk
meningkatkan pendapatan petani dan mewujudkan kemandirian dalam
produksi tanaman pangan dan hortikultura, perkebunan, peternakan
dan perikanan yang produktif dan efisien serta mampu bersaing di pasar
global;
5) Mewujudkan prasarana dan sarana pembangunan yang cukup, berkualitas
dan terpelihara dengan baik;
6) Mewujudkan lingkungan hidup bersih, hijau dengan pengelolaan
sumberdaya alam berkelanjutan.

C. Arah Kebijakan Pembangunan Kabupaten Lima Puluh Kota


Sesuai dengan rumusan visi pembangunan Kabupaten Lima Puluh Kota tahun
2005-2025 adalah Terwujudnya Masyarakat Madani Yang Sejahtera Berbasis
Agribisnis. Kemudian diikuti dengan 6 (Enam) misi utama pembangunan. Arah
pembangunan tersebut merupakan rincian kondisi yang diinginkan dimasa
mendatang. Berikut ini merupakan arah pembangunan jangka panjang Kabupaten
Lima Puluh Kota sebagai berikut:

1. Mewujudkan tata kehidupan masyarakat yang berbudaya berdasarkan


filsafah: ”Adat Basandi Syarak, Syarak Basandi Kitabullah”

Laporan Pendahuluan | Bab 2 - 50


Arah Pembangunan :
1) Terwujudnya Tata Kehidupan Masyarakat Yang Berbudaya;
2) Terwujudnya Masyarakat Berbudi Luhur dan ahklak mulia;
3) Terlaksananya Pengelolaan Zakat secara Profesional;
4) Terciptanya Kehidupan Sosial Yang Harmonis;

2. Mewujudkan tata pemerintahan daerah yang baik (Good-Local


Governance), demokratis, berlandaskan hukum dan dilaksanakan secara
partisipatif;
Arah pembangunan :
1) Terlaksananya Penegakan Hukum Yang Berkeadilan dan Demokratis;
2) Terwujudnya Sinergitas Antara Pelaku Pembangunan Daerah ;
3) Terlaksananya Tata Pemerintahan yang Partisipatif dan Terpadu;
4) Terwujudnya Aparatur yang Bersih dan Profesional;
5) Terwujudnya Pelayanan Publik yang Prima;

3. Mewujudkan sumberdaya manusia berkualitas dan profesional melalui


perbaikan mutu pendidikan dan keterampilan, derajat kesehatan
masyarakat dan kesejahteraan sosial, pemuda dan olahraga.
Arah pembangunan :
1) Terwujudnya Pemerataan Kualitas Pendidikan;
2) Terwujudnya Institusi Pendidikan Keterampilan yang Profesional;
3) Terlaksananya dan berkembangnya Mutu Pendidikan ;
4) Terwujudnya Pelayanan Kesehatan yang berkualitas dan merata;
5) Terwujudnya Penerapan IPTEKS Tepat Guna dan Terpadu ;

4. Mewujudkan pengembangan sentra Agribisnis Terpadu untuk


meningkatkan pendapatan petani dan mewujudkan kemandirian dalam
produksi tanaman pangan dan hortikultura, perkebunan, peternakan
dan perikanan yang produktif dan efisien serta mampu bersaing di pasar
global;
Arah pembnagunan :
1) Terwujudnya Sentra Produksi Padi, Jagung dan Tanaman Pangan dan
Hortikultura Lainnya;

Laporan Pendahuluan | Bab 2 - 51


2) Terlaksananya Pengembangan Kawasan Sentra Produksi dan Usaha
Agribisnis di bidang Tanaman Pangan, dan Hortikultura, Perkebunan,
Peternakan serta Perikanan secara Efisien dan Berdaya Saing Tinggi;
3) Terwujudnya Pengembangan Kawasan Wisata Alam dan Budaya Yang
Menarik;
4) Terwujudnya Praktek Ekonomi yang Beretika dan Berkeadilan;
5) Berkembangnya usaha Koperasi, UMKM, Perdagangan dan Jasa;

5. Mewujudkan prasarana dan sarana pembangunan yang cukup, berkualitas


dan terpelihara dengan baik;
Arah pembangunan :
1) Terbangunnya Jaringan Jalan keseluruh Wilayah;
2) Tersedianya Sarana Transportasi dan Komunikasi Yang Cukup dan
tersebar luas;
3) Terbangunnya Irigasi yang Cukup dan Terpadu;
4) Tersedianya Perumahan dan Lingkungan Pemukiman Yang Layak Huni;
5) Tersedianya Fasilitas Listrik dan Air minum Yang Cukup;
6) Terwujudnya Kawasan Pemerintahan Terpadu di Sarilamak;

6. Mewujudkan lingkungan hidup bersih, hijau dengan pengelolaan


sumberdaya alam berkelanjutan.
Arah pembangunan :
1) Terwujudnya Tata-Ruang Wilayah Yang Serasi,Efektif dan Efisien;
2) Terpeliharanya Kawasan Lindung dan Konservasi Alam;
3) Terbudayakannya Perilaku Masyarakat Sadar Lingkungan;
4) Terwujudnya Pengelolaan Sumberdaya Alam Secara Berkelanjutan;

2.2.4 Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten Lima


Puluh Kota Tahun 2021 - 2026

A. Visi Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten


Lima Puluh Kota

Berdasarkan peraturan diatas serta dengan mempertimbangan berbagai


permasalahan daerah, tantangan pembangunan yang dihadapi, capaian
pembangunan pada akhir periode pembangunan jangka menengah sebelumnya,
dan berbagai dokumen terkait lainnya yaitu RPJMN tahun 2020-2024, RTRW

Laporan Pendahuluan | Bab 2 - 52


Daerah 2012-2032, RPJPD Kabupaten Lima Puluh Kota tahun 2005-2025, serta
dokumen perencanaan provinsi dan kabupaten/kota yang berdekatan, maka visi
pembangunan daerah untuk tahun 2021-2026 adalah:

“MEWUJUDKAN LIMA PULUH KOTA YANG MADANI, BERADAT DAN


BERBUDAYA DALAM KERANGKA ADAT BASANDI SYARAK, SYARAK BASANDI
KITABULLAH”

Pada Visi Kabupaten Lima Puluh Kota terdapat 3 (tiga) kata kunci yaitu Madani,
Beradat dan Berbudaya, nilai adat basandi syarak, syarak basandi kitabullah.
Madani adalah Gambaran kondisi masyarakat Kabupaten Lima Puluh Kota yang
beradab (tegaknya nilai-nilai Agama dan Adat) dalam membangun dan menjalani
kehidupan yang menjunjung tinggi etika, moralitas, toleransi, harmonis,
demokratis, maju dan modern dalam penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi.
Beradat dan berbudaya adalah Masyarakat Kabupaten Lima Puluh Kota santun
bertutur kata, sopan dalam perilaku sesuai dengan adat istiadat dan budaya yang
ada, mengekspresikan dan menghargai nilai-nilai adat budaya dalam kehidupan
bermasyarakat luas. Nilai Adat Basandi Syarak, Syarak Basandi Kitabullah
adalah unsur pemerintah, lembaga, organisasi dan masyarakat secara bersama-
sama mewujudkan pemahaman dan pengamalan nilai-nilai adat dan budaya
Minangkabau dalam setiap aktivitas kehidupan yang berlandaskan kepada ajaran
agama islam.

B. Misi Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten


Lima Puluh Kota

Upaya untuk mewujudkan visi menjadi daerah yang madani, beradat dan
berbudaya dalam kerangka adat basandi syarak, syarak basandi kitabullahyang
telah dirumuskan diatas adalah melalui 5 Misi Pembangunan Daerah sebagai
berikut:

1. Meningkatkan kualitas sumber daya manusia yang berbudaya dan berdaya


saing berlandaskan keimanan
2. Mendorong pertumbuhan dan perkembangan ekonomi lintas sektoral yang
memiliki keunggulan ditingkat lokal dan regional
3. Mendorong potensi nagari sebagai poros pembangunan daerah
4. Meningkatkan kualitas pelayanan publik melalui reformasi birokrasi

Laporan Pendahuluan | Bab 2 - 53


seutuhnya
5. Meningkatkan pembangunan infrastruktur secara terpadu yang mendorong
pertumbuhan ekonomi dan kualitas kehidupan masyarakat yang lebih baik

C. Strategi, Arah Kebijakan Dan Program Pembangunan Daerah


Berdasarkan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 86 Tahun 2017 Tentang
Tata Cara Perencanaan, Pengendalian Dan Evaluasi Pembangunan Daerah, Tata
Cara Evaluasi Rancangan Peraturan Daerah Tentang Rencana Pembangunan
Jangka Panjang Daerah Dan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah,
Serta Tata Cara Perubahan Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah,
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah, dan Rencana Kerja Pemerintah
Daerah, Strategi adalah langkah berisikan program-program sebagai prioritas
pembangunan Daerah/ Perangkat Daerah untuk mencapai sasaran. Sedangkan
Arah Kebijakan adalah rumusan kerangka pikir atau kerangka kerja untuk
menyelesaikan permasalahan pembangunan dan mengantisipasi isu strategis
Daerah/ Perangkat Daerah yang dilaksanakan secara bertahap sebagai penjabaran
strategi. Hubungan strategi, arah kebijakan dengan visi, misi, tujuan dan sasaran
dapat dilihat pada tabel dibawah ini :

Laporan Pendahuluan | Bab 2 - 54


Tabel 2.14
Visi, Misi, Tujuan, Sasaran, Strategi dan Arah Kebijakan

VISI : MEWUJUDKAN LIMA PULUH KOTA YANG MADANI, BERADAT DAN BERBUDAYA DALAM KERANGKA ADAT BASANDI SYARAK, SYARAK BASANDI KITABULLAH

Misi 1: Meningkatkan kualitas sumber daya mausia yang berbudaya dan berdaya saing
berlandaskan keimanan
Tujuan Sasaran Strategi
1.Meningkatkan Kualitas 1.Meningkatnya kualitas dan akses  Meningkatkan kualitas dan tata Kelola Pendidikan
Sumber Daya Manusia Pendidikan Masyarakat  Meningkatkan partisipasi, kesempatan
 belajar dan keberlanjutan pendidikan, khususnya bagi pendidikan kesetaraan

2.Meningkatnya Derajat Kesehatan  Menurunkan angka kematian ibu


Masyarakat  Menurunkan angka kematian bayi/balita
 Menurunkan prevalensi penyakit
 Meningkatkan sarana dan parasana Kesehatan
 Menurunkan angka prevalensi stunting

2.Meningkatkan penerapan 1. Optimalnya pendidikan dan  Meningkatkan pemahaman, penghayatan dan pengalaman keagaman
agama, adat dan budaya di fungsi Kelembagaan agama, adat  Meningkatkan fasilitasi dan pengelolaan mesjid/surau/TPQ
masyarakat berdasarkan dan budaya  Meningkatkan peran dan pengeloaan keuangan sosial mesjid/surau dan lembaga
falsafah adat basandi syara’, keagamaan
syarak basandi kitabullah  Meningkatkan penghayatan dan penerapan adat dan budaya
 Meningkatkan peran dan pengelolaan lembaga adat dan budaya

Misi 2 : Mendorong pertumbuhan dan perkembangan ekonomi lintas sektoral yang memiliki keunggulan ditingkat lokal dan regional

Tujuan Sasaran Strategi


1. Meningkatkan pertumbuhan 1. Meningkatnya kunjungan  Meningkatkan upaya pengelolaan daya tarik Pariwisata di objek utama pariwisata daerah
dan perkembangan ekonomi wisatawan ke Kabupaten Lima dan di objek Nagari Wisata.
masyarakat Puluh Kota  Meningkatkan upaya pemasaran pariwisata daerah dalam negeri dan luar negeri bekerja
sama dengan pihak Asita dan Perhotelan.
 Meningkatkan upaya pengembangan ekonomi kreatif terutama untuk pelaku pariwisata

Laporan Pendahuluan | Bab 2 - 55


dan industri pariwisata.
 Meningkatkan upaya pengembangan SDM Pariwisata Daerah.
 Membangun destinasi wisata utama dan membuka destinasi wisata baru.
2. Meningkatnya Produksi dan  Meningkatkan upaya penyediaan dan pengembangan sarana pertanian
Produktivitas Pertanian dan  Meningkatkan upaya penyediaan dan pengembangan prasarana pertanian
Perikanan  Meningkatkan upaya pengendalian dan penaggulangan bencana pertanian
 Meningkatkan upaya-upaya penyuluhan pertanian
 Meningkatkan upaya pengendalian Kesehatan hewan
 Melaksanakan upaya pengelolaan perikanan tangkap
 Melaksanakan upaya pengelolaan perikanan budidaya
 Melaksanakan upaya pengolahan dan pemasaran hasil perikanan
3.Meningkatnya Pengembangan  Melaksanakan perencanaan dan pembangunan industrI
Industri Kecil dan Menengah  Mengoptimalkan pengembangan industri pengolahan tekstil, industri pengolahan
 pangan, industri pengolahan non pangan dan industri aneka kerajinan
4.Meningkatnya pendapatan asli  Meningkatkan tata kelola PAD
daerah
Misi 3 : Mendorong potensi nagari sebagai poros pembangunan daerah

Tujuan Sasaran Strategi


Mendorong Potensi Nagari di 1.Meningkatnya status nagari  Meningkatkan ketahanan sosial, ketahanan ekonomi dan ketahanan lingkungan
sektor ekonomi, sosial dan  Mendorong peningkatkan kualitas penyelenggaraan pemerintahan nagari
lingkungan  Meningkatnya kapasitas dan kapabilitas aparatur pemerintahan nagari
 Melaksanakan penyelesaian batas nagari

Misi 4 : Meningkatkan kualitas pelayanan publik melalui reformasi birokrasi seutuhnya


Tujuan Sasaran Strategi
Meningkatkan tata kelola 1.Meningkatnya kinerja Meningkatkan sistem pemerintahan yang efektif, efisien dan terintegrasi
pemerintahan yang baik penyelenggaraan pemerintahan
daerah

2. Meningkatnya kualitas pelayanan Meningkatkan kualitas dan kuantitas unsur pelayanan publik
publik

Laporan Pendahuluan | Bab 2 - 56


Misi 5 : meningkatkan pembangunan insfrastruktur secara terpadu yang mendorong pertumbuhan ekonomi dan kualitas kehidupan masyarakat yang lebih baik

Tujuan Sasaran Strategi


1. Meningkatkan Kualitas 1. Meningkatnya pemenuhan  Percepatan pembangunan gedung strategis
dan Pemerataan Infrastruktur kebutuhan bangunan strategis  Penataan dan pembangunan Kawasan IKK Sarilamak
2. Meningkatnya Kualitas Jalan  Pembangunan Jalan yang berkualitas secara merata dengan memperhatikan dukungan
terhadap pertumbuhan ekonomi.
 Peningkatan pelaksanaan terpadu lima pilar keselamatan jalan yang meliputi :
management keselamatan jalan, jalan yang berkeselamatan, kendaraan yang
berkeselamatan, perilaku pengguna jalan yang berkeselamatan penanganan pra dan
 pasca kecelakaan lalu lintas.
5. Meningkatnya Layanan Akses Air  Peningkatan penyediaan akses air minum layak dan aman.
Minum dan Sanitasi Masyarakat  Percepatan pembangunan sanitasi perumahan dan pemukiman.
6. Tercukupinya Persediaan Air  Penambahan kapasitas peningkatan pemanfaatan fungsi tampungan air, peningkatan
Irigasi Untuk Pertanian Rakyat kinerja bendungan dan penurunan indeks resiko bendungan, peningkatan dan efisiensi
Terhadap Sistem Irigasi yang Ada kinerja sistem irigasi, dan penyediaan air untuk komiditas
 pertanian bernilai tinggi.
5. Meningkatnya ketersediaan  Peningkatan akses masyarakat secara
perumahan permukiman yang layak  bertahap terhadap perumahan permukiman yang layak dan aman
bagi masyarakat
2. Meningkatkan 1. Meningkatnya kualitas  Peningkatkan pengelolaan sumber daya alam dan lingkungan hidup yang berkelanjutan
Perlindungan dan Pengelolaan lingkungan hidup  Peningkatkan upaya pengurangan volume timbunan sampah
Lingkungan Hidup  Optimalisasi perwujudan RTH sesuai peraturan perundang undangan
2. Meningkatnya kinerja Penataan 1. Mewujudkan kesesuaia rancana tata ruang dan pemanfaatan ruang
ruang wilayah
3. Menurunnya resiko bencana Peningkatan sistem kesiapsiagaan dan penanggulangan risiko bencana
daerah

Laporan Pendahuluan | Bab 2 - 57


2.2.5 Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJPD) Kabupaten Agam Tahun
2006 -2025

A. Visi Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJPD) Kabupaten Agam


Sesuai kondisi objektif Kabupaten Agam yang ada pada saat ini dan tantangan yang
akan dihadapi dalam 20 tahun mendatang serta memperhatikan potensi yang
tersedia, maka Visi Kabupaten Agam 2006-2025 yang dirumuskan adalah

“Agam Mandiri dan Berprestasi Madani”.

B. Misi Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJPD) Kabupaten Agam


Misi adalah penjabaran lebih rinci dari visi yang ingin dicapai untuk mewujudkan
“Agam Mandiri dan Berprestasi yang Madani” ditetapkan misi seperti berikut:

1. Mewujudkan kehidupan beragama dan norma adat berlandaskan prinsip


Adat Basandi Syarak, Syarak Basandi Kitabullah, Syarak Mangato, Adat Mamakai
2. Mewujudkan tata pemerintahan yang baik (good govermance) yang bebas
dari praktek korupsi, kolusi dan nepotisme.
3. Mewujudkan sumber daya manusia yang berkualitas melalui pendidikan formal
dan informal, peningkatan pelayanan dalam bidang kesehatan, serta
pembinaan generasi muda dan olah raga.Mewujudkan masyarakat yang
kesejahtera sesuai potensi dan
4. kondisi daerah berdasarkan filosofi “oleh rakyat untuk rakyat”. Pemerintah
akan berfungsi sebagai regulator dan pemberi dorongan atau insentif sesuai
kemampuan yang ada.
5. Mewujudkan pemerataan sarana dan prasarana perekonomian untuk
mempercepat pencapaian Agam mandiri yang madani.

2.2.6 Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPMPD) Kabupaten Agam


Tahun 2021 -2026
A. Visi Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPMPD) Kabupaten Agam
Mempertimbangkan kondisi daerah, permasalahan pembangunan, Tantangan yang
dihadapi serta isu-isu strategis serta isu pembangunan berkelanjutan, dirumuskan visi
pembangunan jangka menengah daerah Tahun 2021-2026 sebagai berikut :

Pendahuluan | Bab 2 - 58
“Mewujudkan Kabupaten Agam Maju, Masyarakat Sejahtera, Menuju Agam
Mandiri, Berprestasi Yang Madani”

B. Misi Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPMPD) Kabupaten


Agam
Misi merupakan penjabaran dari visi dan disusun dalam rangka
mengimplementasikan langkah-langkah yang akan dilakukan dalam mewujudkan visi.
Rumusan misi menguraikan upaya-upaya apa yang harus dilakukan, disusun untuk
memberikan kerangka bagi tujuan dan sasaran serta arah kebijakan yang ingin dicapai
dalam menentukan jalan yang akan ditempuh untuk mencapai visi. Penelaahan misi
kepala daerah dan makna serta implikasinya bagi perencanaan pembangunan, di
terjemahkan ke dalam pernyataan misi sesuai kriteria pernyataan misi sebagaimana
telah dijelaskan di atas. Gambar dibawah ini menggambarkan penjabaran visi RPJMD
Kabupaten Agam Tahun 2021-2026 ke beberapa misi

1. Tujuan dan sasaran Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah


(RPMPD)
Tujuan Misi 1
Terwujudnya Pemerintahan Daerah dan Pemerintahan Nagari yang efektif, efisien
dan melayani.
Sasaran :

Pendahuluan | Bab 2 - 59
1) Terselenggaranya birokrasi yang bersih dan akuntabel
2) Terselenggar anya birokrasi yang kapabel
3) Meningkatnya kepuasan masyarakat terhadap pelayanan publik.
4) Meningkatnya Kinerja Pemerintahan Nagari

2. Tujuan Misi 2
Meningkatnya pendapatan dan daya beli masyarakat
Sasaran :
1) Meningkatnya produksi usaha pertanian dan usaha mikro
2) Meningkatnya kontribusi usaha pariwisata terhadap perekonomian daerah.
3) Meningkatnya konektifitas antar wilayah dan Kawasan
4) Meningkatnya nilai realisasi investasi

3. Tujuan Misi 3
Mewujudkan pembangunan dengan memperhatikan kualitas lingkungan hidup,
tata ruang dan dan mitigasi bencana
Sasaran :
1) Berkurangnya pengrusakan dan pencemaran lingkungan hidup dan sumber
daya alam
2) Meningkatnya ketaatan terhadap tata ruang
3) Berkurangnya resiko bencana terhadap manusia dan lingkungan

4. Tujuan Misi 4
Tujuan 1 : Terwujudnya sumber daya manusia yang berkualitas dan berkarakter
Sasaran :
1) Meningkatnya Pendidikan yang Berkualitas dan Berkarakter
2) Meningkatnya Pelayanan Kesehatan yang Berkualitas

Tujuan 2 : Terwujudnya Sumberdaya manusia yang mandiri dan berdaya saing


Sasaran :
1) Meningkatnya daya saing teanga kerja
2) Meningkatnya daya saing pemuda
3) Meningkatnya Ketahanan Pangan Daerah

Pendahuluan | Bab 2 - 60
Tujuan 3 : Terwujudnya perlindungan dan kesejahteraan social
Sasaran :
1) Meningkatnya pemberdayaan masyarakat
2) Terkendalinya laju pertumbuhan penduduk yang seimbang

5. Tujuan Misi 5
Meningkatnya kehidupan masyarakat yang aman dan tertib berlandaskan nilai-
nilai agama, adat dan budaya
Sasaran :
1) Berkurangnya gangguan ketentraman dan ketertiban Umum
2) Meningkatnya pemahaman dan pengamalan nilai-nilai agama dan adat
budaya

2.3 ARAH KEBIJAKAN DAN PERATURAN LAINNYA

2.3.1 Rencana Strategis (Direktorat Jenderal Kebudayaan Kemeterian Pendidikan


Dan Kebudayaan) Tahun 2020 - 2024

A. Tujuan Direktorat Jenderal Kebudayaan


Sebagaimana diatur dalam Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 45
Tahun 2019, Direktorat Jenderal Kebudayaan menyelenggarakan fungsi:
a. perumusan kebijakan di bidang pengelolaan kebudayaan;
b. pelaksanaan kebijakan di bidang pelestarian cagar budaya dan pemajuan
kebudayaan;
b. pelaksanaan kebijakan di bidang pembinaan perfilman nasional;
c. perumusan pemberian izin di bidang perfilman;
d. penyusunan norma, standar, prosedur, dan kriteria di bidang pelestarian cagar
budaya dan pemajuan kebudayaan;
e. pemberian bimbingan teknis dan supervisi di bidang pelestarian cagar budaya
dan pemajuan kebudayaan;
f. pengelolaan sistem pendataan kebudayaan;

Pendahuluan | Bab 2 - 61
g. pelaksanaan evaluasi dan pelaporan di bidang pelestarian cagar budaya dan
pemajuan kebudayaan;
h. pelaksanaan administrasi Direktorat Jenderal; dan
i. pelaksanaan fungsi lain yang diberikan oleh Menteri.

Dalam menyelenggarakan sejumlah fungsi ini, Direktorat Jenderal Kebudayaan


memegang amanat untuk mensukseskan Prioritas Nasional keempat dalam RPJMN
2020-2024. Amanat tersebut dijabarkan dalam Bagan 3 berikut ini.

Gambar 2.6 Amanat Pengelolaan Kebudayaan dalam RPJMN 2020-2024

Selain itu, dalam menjalankan amanat tersebut Direktorat Jenderal Kebudayaan juga
mengacu pada Isu-Isu Strategis yang telah diidentifikasi dalam Rencana Strategis
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan 2020-2024, yakni “Melemahnya ideologi
Pancasila dan ketahanan budaya bangsa” serta “Belum Optimalnya Pemajuan
Kebudayaan”.

Pendahuluan | Bab 2 - 62
Atas dasar fungsi, amanat dan tantangan strategis tersebut, tujuan yang hendak diraih
oleh Direktorat Jenderal Kebudayaan adalah “Meningkatnya pemajuan kebudayaan
untuk mengoptimalkan peran kebudayaan dalam pembangunan” yang tercermin
dalam peningkatan skor Indeks Pembangunan Kebudayaan menjadi 62,7 pada 2024.

B. Fokus Direktorat Jenderal Kebudayaan

Dalam usaha mencapai tujuan tersebut, Direktorat Jenderal Kebudayaan selama 2020-
2024 akan berfokus pada tujuh sasaran utama sebagai berikut:

1. Terwujudnya pengelolaan kekayaan budaya yang meningkatkan kesejahteraan


masyarakat
2. Terwujudnya pelindungan warisan budaya yang memperkaya kebudayaan
nasional
3. Terwujudnya pengayaan keragaman ekspresi budaya untuk memperkuat
kebudayaan yang inklusif
4. Terwujudnya pembinaan tenaga dan lembaga kebudayaan
5. Terwujudnya pelindungan, advokasi dan pemberdayaan penghayat kepercayaan
terhadap Tuhan Yang Maha Esa dan masyarakat adat
6. Terwujudnya peningkatan mutu tata kelola kebudayaan
7. Terwujudnya tata kelola Direktorat Jenderal Kebudayaan yang berkualitas

Pendahuluan | Bab 2 - 63
2.1 ARAH KEBIJAKAN PENATAAN RUANG...............................................................................1
2.1.1 Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional (RTRWN)...........................................................1
A. Tujuan Penataan Ruang Wilayah Nasional.............................................................................1
B. Kebijakan dan Strategi Penataan Ruang Wilayah Nasional....................................................2
C. Rencana Struktur Ruang Wilayah Nasional............................................................................2
D. Rencana Pola Ruang Wilayah Nasional...................................................................................2
E. Arahan Pemanfatan Ruang Wilayah Nasional........................................................................2
F. Arahan Pengendalian Pemanfatan Ruang Wilayah Nasional..................................................3
G. Keterkaitan RTRWN dengan RTRW Provinsi Sumatera Barat.................................................3
2.1.2 Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Provinsi Sumatera Barat Tahun 2012 - 2032......6
2.1.3 Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten Lima Puluh Kota Tahun 2012 - 2032
13
A. Rencaan Struktur Ruang Wilayah Kabupaten Lima Puluh Kota............................................13
C. Rencana Pola Ruang Kabupaten Lima Puluh Kota................................................................16
D. Penetapan Kawasan Strategis Kabupaten Lima Puluh Kota.................................................29
2.1.4 Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten Agam Tahun 2021- 2041................34
2.2 ARAH KEBIJAKAN PEMBANGUNAN..................................................................................46
2.2.1 Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJPD) Provinsi Sumatera Barat
Tahun 2005 - 2025.......................................................................................................................46
2.2.2 Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Provinsi Sumatera Barat
Tahun 2021-2026.........................................................................................................................47

Pendahuluan | Bab 2 - 64
2.2.3 Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJPD) Kabupaten Lima Puluh Kota
Tahun 2005 - 2025.......................................................................................................................50
2.2.4 Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten Lima Puluh
Kota Tahun 2021 - 2026...............................................................................................................53
A. Visi Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten Lima Puluh
Kota 53
B. Misi Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten Lima Puluh
Kota 54
C. Strategi, Arah Kebijakan Dan Program Pembangunan Daerah.............................................55
2.2.5 Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJPD) Kabupaten Agam Tahun 2006
-2025 59
2.2.6 Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPMPD) Kabupaten Agam Tahun
2021 -2026...................................................................................................................................59
2.3 ARAH KEBIJAKAN DAN PERATURAN LAINNYA...............................................................62
2.3.1 Rencana Strategis (Direktorat Jenderal Kebudayaan Kemeterian Pendidikan Dan
Kebudayaan) Tahun 2020 - 2024..................................................................................................62

Tabel 2.1 Arah Kebijakan Provinsi Sumatera Barat dalam Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional
(RTRWN) 3
Tabel 2.2 Sistem Perkotaan Provinsi Sumatera Barat sampai Tahun 2032....................................7
Tabel 2.3 Pusat-pusat Permukiman Perkotaan di Kabupaten Lima Puluh Kota...........................14
TABEL 2.4 Sempadan Sungai Besar di Kabupaten Lima Puluh Kota...............................................17
TABEL 2.5 Wilayah Penyebaran Utama Sayuran dan Buah-buahan di Kabupaten Lima Puluh Kota
21
TABEL 2.6 Wilayah Penyebaran Ternak di Kabupaten Lima Puluh Kota........................................21
TABEL 2.7 Wilayah Penyebaran Komoditi Perkebunan di Kabupaten Lima Puluh Kota................22
TABEL 2.8 Rencana Budidaya Perairan Umum Sektor Perikanan..................................................23
Tabel 2.9 Rencana Kawasan Budidaya Sektor Perikanan.............................................................24
Tabel 2.10 Rencana Pengembangan Objek Wisata Berdasarkan Jenis.......................................25
Tabel 2.11 Sistim Perkotaan RTRW Kabupaten Agam Tahun 2021-2041...................................39

Pendahuluan | Bab 2 - 65
Tabel 2.12 Sebaran Kawasan Rawan Bencana di Wilayah Kecamatan Lubuk Basung................41
Tabel 2.13 Sebaran Kawasan Budidaya di Kecamatan Lubuk Basung Berdasarkan RTRW
Kabupaten Agam Tahun 2021-2041.................................................................................................42
Tabel 2.14 Visi, Misi, Tujuan, Sasaran, Strategi dan Arah Kebijakan..........................................56

Gambar 2.1 Peta Rencana Struktur Ruang Kabbupaten Lima Puluh Kota....................................15
Gambar 2.2 Peta Rencana Pola Ruang Kabupaten Lima Puluh Kota............................................33
Gambar 2.3 Peta Struktur Ruang Kabupaten Agam.....................................................................38
Gambar 2.4 Peta Pola Ruang Kabupaten Agam............................................................................44
Gambar 2.5 Amanat Pengelolaan Kebudayaan dalam RPJMN 2020-2024...................................63

Pendahuluan | Bab 2 - 66

Anda mungkin juga menyukai