PENDAHULUAN
I-1
1.2. Tujuan Perencanaan
Tujuan dari penelitian ini adalah :
1. Merencanakan trase jalan dan perkerasan jalan
2. Menghitung rencana anggaran biaya
3. Menyusun jadwal pelaksanaan
I-2
2/2 UD
2. Tidak
membahas
jadwal
pelaksanaan
3. Berbeda lokasi
2 Petrus Paulus Perbaikan Tikungan Membahas tentang 1. Tidak
Pera Sebagai Perioritas alinyemen membahas
(197061) Pada Proyek Horisontal dan RAB alinyemen
Peningkatan Jalan vertical
Soe-Kapan 2. Berbeda lokasi
3. Jalan yang
direncanakan
2/2 UD
4. Tidak
membahas
waktu
pelaksanaan
I-3
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1. Umum
Perencanaan jalan sangat ditentukan oleh fungsi, mutu dan pertimbangan
ekonomi. Untuk menghasilkan jalan yang baik perlu dilakukan suatu studi awal dimana
lokasi jalan yang akan dibuat harus di survey guna mendapatkan data yang pasti
dilapangan, sehingga jalan dapat direncanakan sesuai dengan besar anggaran biaya
yang tersedia untuk beberapa alternatif penyelesaian. Hal lain dalam perencanaan
alinyemen dan tebal perkerasan jalan adalah karakteristik dasar pengemudi, kondisi
medan, jenis kendaraan serta faktor – faktor lain seperti faktor regional, daya dukung
tanah, umur rencana serta jenis material yang akan digunakan dalam perencanaan
konstruksi.
Perencanaan jalan raya harus memperhitungkan perencanaan geometrik jalan.
Dimana perencanaan geometrik jalan merupakan bagian dari perencanaan yang dititik
beratkan pada perencanaan bentuk fisik jalan, sehingga dapat memenuhi fungsi dasar
dari jalan yaitu memberikan pelayanan yang optimum pada arus lalu lintas.
Dasar dari perencanaan geometrik adalah sifat gerakan dan ukuran kendaraan,
sifat pengemudi dalam mengendalikan gerak kendaraannya dan karakteristik arus lalu
lintas. Hal – hal tersebut haruslah menjadi bahan pertimbangan perencanaan sehingga
menghasilkan bentuk dan ukuran jalan serta ruang gerak kendaraan yang memenuhi
tingkat kenyamanan dan keamanan yang diharapkan.
Sesuai dengan undang – undang tentang jalan, No. 38 Tahun 2004 tentang sistem
jaringan jalan di Indonesia dapat dibedakan atas dua jenis :
1. Sistem jaringan jalan primer merupakan sistem jaringan jalan dengan peranan
distribusi barang dan jasa untuk pengembangan semua wilayah di tingkat
nasional, dengan menghubungkan semua simpul jasa distribusi yang
berwujud pusat – pusat kegiatan.
2. Sistem jaringan jalan sekunder merupakan sistem jaringan jalan dengan
peranan pelayanan distribusi barang dan jasa untuk masyarakat di dalam
kawasan perkotaan.
Jalan umum menurut fungsinya dikelompokan kedalam jalan arteri, jalan kolektor,
jalan local, dan jalan lingkungan.
I-1
1. Jalan arteri merupakan jalan umum yang berfungsi melayani angkutan utama
dengan ciri perjalanan jarak jauh, kecepatan rata – rata tinggi dan jumlah jalan
masuk dibatasi secara berdaya guna.
2. Jalan kolektor merupakan jalan umum yang berfungsi melayani angkutan
pengumpul atau pembagi dengan ciri perjalanan jarak sedang, kecepatan rata
– rata sedang dan jumlah jalan masuk dibatasi.
3. Jalan local merupakan jalan umum yang berfungsi melayani angkutan
setempat dengan ciri perjalanan jarak dekat, kecepatan rata – rata rendah dan
jumlah jalan masuk tidak dibatasi.
4. Jalan lingkungan merupakan jalan umum yang berfungsi melayani angkutan
lingkungan dengan ciri perjalanan jarak dekat dan kecepatan rata – rata
rendah.
1. Jalan nasional merupakan jalan arteri dan jalan kolektor dalam sistem jaringan
jalan primer yang menghubungkan antar ibu kota provinsi dan jalan strategis
nasional serta jalan tol.
2. Jalan provinsi merupakan jalan kolektor dalam sistem jaringan jalan primer
yang menghubungkan ibu kota provinsi dengan ibu kota kabupaten/kota atau
antar ibu kota kabupaten/kota dan jalan strategis provinsi.
3. Jalan kabupaten merupakan jalan local dalam sistem jaringan jalan primer
yang tidak termasuk jalan nasional dan jalan provinsi, yang menghubungkan
ibu kota kabupaten dengan ibu kota kecamatan, antar ibu kota kecamatan, ibu
kota kabupaten dengan pusat kegiatan local, antar pusat kegiatan local, serta
jalan umum dalam sistem jaringan jalan sekunder dalam wilayah kabupaten
dan jalan streategis kabupaten.
4. Jalan kota adalah jalan umum dalam sistem jaringan jalan sekunder yang
menghubungkan antar pusat pelayanan dalam kota, menghubungkan pusat
pelayanan dengan persil, menghubungkan antar persil, serta menghubungkan
antar pusat permukiman yang berada di dalam kota.
5. Jalan desa merupakan jalan umum yang menghubungkan kawasan dan atau
artar permukiman didalam desa, serta jalan lingkungan.
I-2
2.2. Parameter Perencanaan Geometrik Jalan
Ada beberapa parameter yang perlu diperhitungkan dalam perencanaan geometric
jalan. Parameter – parameter tersebut meliputi : kendaraan rencana, kecepatan rencana,
volume dan kapasitas jalan serta tingkat pelayanan yang diberikan oleh jalan tersebut.
Parameter ini merupakan penentu tingkat kenyamanan dan keamanan yang dihasilkan
oleh suatu bentuk geometric jalan.
I-3
2.2.4. Tingkat Pelayanan Jalan
Lebar jalur yang dibutuhkan akan lebih besar jika pelayanan dari jalan diharapkan
lebih tinggi. Kebebasan bergerak yang dirasakan oleh pengemudi akan lebih baik pada
jalan dengan kebebasan samping yang memadai, tetapi hal tersebut tentu saja menuntut
daerah manfaat jalan yang lebih besar pula. Pada suatu keadaan dengan volume lalu
lintas yang rendah pengemudi akan merasa lebih nyaman mengendarai kendaraan
dibandingkan jika ia berada pda daerah tersebut dengan volume lalu lintas yang padat.
I-4
busur perahlihan saja. Alinyemen horizontal dapat menggambarkan superelevasi
pada daerah tikungan. Untuk radius minimum besaran lengkungan horisontalnya
sangan dipengaruhi oleh nilai “e” dan “f” serta nilai kecepatan rencana yang
ditetapkan. Ini berarti terdapat nilai radius minimum untuk nilai super elevasi
maksimum dan koefisien gesekan melintang maksimum. Lengkung tersebut
dinamakan lengkung tertajam yang dapat direncanakan untuk satu nilai kecepatan
yang dipilih pada satu nilai super elevasi maksimum.
V2
Rmin = 127(emaks xfmaks )
......................................................................... (2.1)
Keterangan :
Rmin = Jari – jari tikungan minimum (m).
V = Kecepatan rencana ( km/jam).
emaks = Superelevasi maksimum (%).
fmaks = Koefisien gesekan melingtang maksimum.
D = Derajat lengkung.
Dmak = Derajat Maksimum.
Dimana untuk kecepatan rencana < 80 km/jam berlaku f = - 0,00065 V + 0,192
dan untuk kecepatan rencana antara 80 – 112 km/jam berlaku f = - 0,00125 V +
0,24. Untuk nilai emaks umumnya untuk Indonesia dipakai emaks = 0,1 untuk jalur
luar kota dan untuk jalur dalam kota yang mana kecepatan rencana 30 km/jam
dipakai emaks = 0,08.
Lengkung horizontal terdiri dari tiga jenis yang digunakan antara lain :
a) Lengkung FC (Full Circle).
I-5
Keterangan :
Δ = Sudut tikungan
O = Titik pusat lingkaran
Tc = Panjang tangen jarak dari TC ke PI atau PI ke CT
Rc = Jari – jari lingkaran
Lc = Panjang busur lingkaran
Ec = Jarak luar dari PI ke busur lingkaran
FC (Full Circle) adalah jenis tikungan yang hanya terdiri dari bagian suatu
liingkaran saja. Tikungan FC hanya digunakan untuk R (jari – jari tikungan)
yang besar agar tidak terjadi patahan, karena dengan R kecil maka
diperlukan superelevasi besar.
Rumus :
Tc = Rc.tan.1/2Δ ......................................................................... (2.3)
Ec = Tc.tan.1/4Δ ......................................................................... (2.4)
∆ 2 π Rc
Lc = 3600
.................................................................................. (2.5)
I-6
Keterangan :
Xs = Absis titik SC pada garis tangen, jarak dari titik TS ke TC
(jarak lurus lengkung perahlihan).
Ys = Kordinat titik SC pada garistegak lurus garis tangen, jarak
tegak lurus ke titik SC pada lengkung.
Ls = Panjang lengkung perahlihan (panjang dari titik TS ke SC atau
CS ke ST).
Lc = Panjang busur lingkaran (panjang dari titik SC ke CS).
Ts = Panjang tangen dari titik PI ke titik TS atau ke titik ST.
TS = titik dari tangen ke spiral.
SC = Titik dari spiral ke lingkaran.
Es = Jarak dari PI ke bususr lingkaran.
θs = Sudut lengkung spiral.
Rc = Jari –jari lingkaran.
p = Pergeseran tangen terhadap spiral.
k = jarak dari titik awal tikungan ke titik terjadinya pergeseran
I-7
Untuk : Ls = 1,0 meter,maka p = p’ dan k = k’
Untuk : Ls = Ls, maka p = p’ x Ls dan k = k’ x Ls
Nilai p’ dan k’ dapat diambil dari Tabel 2.1
I-8
I-9
I-10
I-11
I-12
I-13
I-14
Diagram alir 3.1 Proses Perencanaan
I-15
MULAI
DATA
ALINYEMEN ALINYEMEN
VERTIKAL HORISONTAL
PERHITUNGAN VOLUME
RAB
PERKERASAN
JADWAL PELAKSANAAN
SELESAI
I-16