Anda di halaman 1dari 88

2.

1 ARAH KEBIJAKAN PENATAAN RUANG

2.1.1 Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 Tentang Penataan Ruang

Ruang wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia yang merupakan negara kepulauan
berciri Nusantara, baik sebagai kesatuan wadah yang meliputi ruang darat, ruang laut, dan ruang
udara, termasuk ruang di dalam bumi, maupun sebagai sumberdaya, perlu ditingkatkan upaya
pengelolaannya secara bijaksana, berdaya guna, dan berhasil guna dengan berpedoman pada
kaidah penataan ruang sehingga kualitas ruang wilayah Nasional dapat terjaga keberlanjutannya
demi terwujudnya kesejahteraan umum dan keadilan sosial sesuai dengan landasan
konstitusional Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.

Berdasarkan Undang-Undang Penataan Ruang Nomor 26 Tahun 2007, perencanaan


penataan ruang adalah sebagai berikut:

1. Penyusunan rencana tata ruang wilayah Provinsi mengacu pada:


a. Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional;
b. Pedoman bidang penataan ruang; dan
c. Rencana pembangunan jangka panjang daerah

Hal |2 - 1
2. Penyusunan rencana tata ruang wilayah Provinsi harus memperhatikan:
a. Perkembangan permasalahan nasional dan hasil pengkajian implikasi penataan ruang
Provinsi;
b. Upaya pemerataan pembangunan dan pertumbuhan ekonomi Provinsi;
c. Keselarasan aspirasi pembangunan Provinsi dan pembangunan Kabupaten/Kota;
d. Daya dukung dan daya tampung lingkungan hidup;
e. Rencana pembangunan jangka panjang daerah;
f. Rencana tata ruang wilayah Provinsi yang berbatasan;
g. Rencana tata ruang kawasan strategis Provinsi; dan
h. Rencana tata ruang wilayah Kabupaten/Kota
3. Dalam penataan ruang tingkat Provinsi Pemerintah memilki wewenang dalam
penyelenggaraan penataan ruang meliputi:
a. Pengaturan, pembinaan, dan pengawasan terhadap pelaksanaan penataan ruang
wilayah Provinsi, dan Kabupaten/Kota, serta terhadap pelaksanaan penataan ruang
kawasan strategis Provinsi dan Kabupaten/Kota;
b. Pelaksanaan penataan ruang wilayah Provinsi;
c. Pelaksanaan penataan ruang kawasan strategis Provinsi; dan
d. Kerja sama penataan ruang antarProvinsi dan pemfasilitasan kerja sama penataan
ruang antar Kabupaten/Kota.
4. Wewenang Pemerintah Daerah Provinsi dalam pelaksanaan penataan ruang wilayah
Provinsi meliputi:
a. Perencanaan tata ruang wilayah Provinsi;
b. Pemanfaatan ruang wilayah Provinsi; dan
c. Pengendalian pemanfaatan ruang wilayah Provinsi.
5. Dalam penataan ruang kawasan strategis Provinsi, Pemerintah Daerah Provinsi
melaksanakan:
a. Penetapan kawasan strategis Provinsi;
b. Perencanaan tata ruang kawasan strategis Provinsi;
c. Pemanfaatan ruang kawasan strategis Provinsi; dan
d. Pengendalian pemanfaatan ruang kawasan strategis Provinsi
6. Pelaksanaan pemanfaatan ruang dan pengendalian pemanfaatan ruang kawasan strategis
Provinsidapat dilaksanakan Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota melalui tugas
pembantuan.

Hal |2 - 2
7. Dalam rangka penyelenggaraan penataan ruang wilayah Provinsi, Pemerintah Daerah
Provinsi dapat menyusun petunjuk pelaksanaan bidang penataan ruang pada tingkat
Provinsi dan Kabupaten/Kota.
8. Dalam pelaksanaan wewenang poin nomor 1-5, Pemerintah Daerah Provinsi:
a. Menyebarluaskan informasi yang berkaitan dengan:
1) Rencana umum dan rencana rinci tata ruang dalam rangka pelaksanaan penataan
ruang wilayah Provinsi;
2) Arahan peraturan zonasi untuk sistem Provinsi yang disusun dalam rangka
pengendalian pemanfaatan ruang wilayah Provinsi; dan
3) Petunjuk pelaksanaan bidang penataan ruang;
b. Melaksanakan standar pelayanan minimal bidang penataan ruang.
9. Dalam hal Pemerintah Daerah Provinsi tidak dapat memenuhi standar pelayanan minimal
bidang penataan ruang, Pemerintah mengambil langkah penyelesaian sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan.
10. Dalam pemanfaatan ruang wilayah Nasional, Provinsi, dan Kabupaten/Kota dilakukan:
a. Perumusan kebijakan strategis operasionalisasi rencana tata ruang wilayah dan
rencana tata ruang kawasan strategis;
b. Perumusan program sektoral dalam rangka perwujudan struktur ruang dan pola ruang
wilayah dan kawasan strategis; dan
c. Pelaksanaan pembangunan sesuai dengan program pemanfaatan ruang wilayah dan
kawasan strategis.
11. Dalam rangka pelaksanaan kebijakan strategis operasional rencana tata ruang wilayah dan
rencana tata ruang kawasan strategis ditetapkan kawasan budi daya yang dikendalikan dan
kawasan budidaya yang didorong pengembangannya.
12. Pelaksanaan pembangunan dilaksanakan melalui pengembangan kawasan secara terpadu.
13. Pemanfaatan ruang dilaksanakan sesuai dengan:
a. Standar pelayanan minimal bidang penataan ruang;
b. Standar kualitas lingkungan; dan
c. Daya dukung dan daya tampung lahan.
14. Kawasan perdesaan adalah wilayah yang mempunyai kegiatan utama pertanian, termasuk
pengelolaan sumberdaya alam dengan susunan fungsi kawasan sebagai tempat
permukiman perdesaan, pelayanan jasa pemerintahan, pelayanan sosial, dan kegiatan
ekonomi.

Hal |2 - 3
15. Kawasan perkotaan adalah wilayah yang mempunyai kegiatan utama bukan pertanian
dengan susunan fungsi kawasan sebagai tempat permukiman perkotaan, pemusatan dan
distribusi pelayanan jasa pemerintahan, pelayanan sosial, dan kegiatan ekonomi.
16. Rencana struktur ruang meliputi rencana sistem pusat permukiman dan rencana sistem
jaringan prasarana.

RP3KP Kabupaten merupakan Rencana Pembangunan dan Pengembangan Perumahan Dan


Kawasan Permukiman dimana RP3KP ini harus mengacu pada kebijaksanaan diatasnya, sala
satunya Rencana Tata Ruang Wilayah dan Rencana Detail Tata Ruang Kota dimana RTRW dan
RDTR mengacu kepada Undang-Undang No.26 Tahun 2007.

2.1.2 Undang-undang No. 26 Tahun 2008 Tentang RTRW Nasional

Struktur ruang wilayah nasional salah satunya di dasarkan pada arahan pengembangan
sistem permukiman nasional sebagai berikut:
1. Arahan pengembangan sistem permukiman nasional sebagaimana di maksud di lakukan
melalui pengembangan pusat-pusat permukiman sebagai pusat pelayanan ekonomi, pusat
pelayanan pemerintahan dan pusat pelayanan jasa baik bagi kawasan permukiman dan
daerah sekitarnya.
2. Pengembangan pusat-pusat permukiman di lakukan secara selaras, saling memperkuat dan
serasi dalam ruang wilayah nasional, sehingga membentuk satu sistem yang menunjang
pertumbuhan dan penyebaran berbagai usaha dan/atau kegiatan dalam ruang wilayah
nasional
3. Pengembangan pusat-pusat permukiman di serasikan dengan sistem permukiman, jaringan
prasarana dan sarana, serta peruntukan ruang lain yang berada di dalam kawasan budi
daya wilayah sekitarnya, yang ada maupun yang di rencanakan, sehingga
pengembangannya dapat meningkatkan mutu pemanfaatan ruang yang ada.
4. Pusat-pusat permukiman sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi pusat-pusat
permukiman perkotaan dan pusat permukiman perdesaan.
5. Dalam pusat-pusat permukiman di kembangkan kawasan-kawasan untuk peningkatan
kegiatan ekonomi, sosial, budaya, dan pelestarian lingkungan hidup secara harmonis.
6. Dalam pusat-pusat permukiman di kembangkan jaringan prasarana dan sarana pelayanan
penduduk yang sesuai dengan kebutuhan dan menunjang fungsi pusat permukiman di
maksud dalam wilayah nasional.

Hal |2 - 4
7. Pusat-pusat permukiman di bangun agar terwujudkan lingkungan permukiman yang
harmonis dan serasi sehingga terbentuk tata lingkungan yang bermutu dan adil bagi
seluruh anggota masyarakat yang ada di dalam maupun di sekitarnya
8. Pusat-pusat permukiman perkotaan sebagaimana di maksud pada ayat (2) di kembangkan
saling terkait dengan tingkatan fungsi kota sebagai Pusat Kegiatan Nasional, Pusat Kegiatan
Wilayah dan Pusat Kegiatan Lokal.
9. Dalam upaya meningkatkan daya guna penyediaan prasarana, pusat-pusat permukiman
perkotaan perlu di susun secara berjenjang menurut fungsi dan besarannya. Pusat-pusat
permukiman perdesaan di susun terkait dengan pusat permukiman perkotaan yang
melayaninya sehingga secara keseluruhan pusat-pusat permukiman saling terkait,
berjenjang dan dapat menguatkan perkembangan kota dan desa yang serasi dan saling
memperkuat.
10. Pusat-pusat permukiman sebagaimana dimaksud pada ayat (3) di tujukan untuk melayani
perkembangan berbagai usaha dan/atau kegiatan dan permukiman masyarakat dalam
wilayahnya dan wilayah sekitarnya.
11. Sebagai pusat pelayanan perkembangan kegiatan budi daya, baik dalam wilayahnya
maupun wilayah sekitarnya, pusat permukiman perkotaan mempunyai fungsi:
 Ekonomi, yaitu sebagai pusat produksi dan pengolahan barang;
 Jasa perekonomian, yaitu sebagai pusat pelayanan kegiatan keuangan/ bank, dan/atau
sebagai pusat koleksi dan distribusi barang, dan/atau sebagai pusat simpul transportasi,
pemerintahan, yakni sebagai pusat jasa pelayanan pemerintah;
 Jasa sosial, yaitu sebagai pusat pemerintahan, pusat pelayanan pendidikan,
kesehatan, kesenian, dan/atau budaya.

2.1.3 Peraturan Daerah Provinsi Sumatera Barat No. 13 Tahun 2012 tentang RTRW Provinsi
Sumatera Barat Tahun 2012-2032

Rencana pengembangan kawasan permukiman, meliputi permukiman perkotaan dan


permukiman perdesaan dikembangkan diseluruh wilayah provinsi yang memenuhi kriteria
sebagai permukiman.
Pengembangan kawasan permukiman meliputi :
a. Pengembangan kawasan permukiman perdesaan dilakukan melalui :
 Pengembangan kota kecil dan nagari kawasan pusat pertumbuhan;
 Pengembangan sarana prasarana nagari kawasan tertinggal;

Hal |2 - 5
 Pengembangan dan pengamanan pulau-pulau kecil dan kawasan perbatasan laut di
 Pulau Sinyaunyau dan Pulau Sibarubaru yang berbatasan dengan Samudera Hindia;
 Revitalisasi kawasan tradisional /bersejarah, kawasan pariwisata dan kawasan lain
 yang menurun kualitasnya yang tersebar di 19 (sembilan belas) kabupaten /kota;
 Pengembangan sistem jaringan transportasi yang mendukung alur produksi-koleksi
 distribusi antar kota, antar wilayah dan antara perkotaan dan perdesaan;
 Pengembangan prasarana dan sarana kawasan perdesaan lainnya.
b. Pengembangan kawasan permukiman perkotaan yang tersebar di pusat kota, kota
kabupaten dan kota kecamatan dilakukan melalui :
 Percepatan penyediaan perumahan melalui kegiatan : penyediaan KPR – RSH bersubsidi,
Pengembangan perumahan swadaya dan Pengembangan Kasiba /Lisiba;
 Penataan dan rehabilitasi lingkungan kawasan permukiman kumuh dan perkampungan
nelayan. Kegiatan ini ditujukan untuk kawasan yang memiliki lingkungan permukiman
yang kurang sehat serta kondisi perumahan yang kurang layak pada kota-kota yang
menjadi pusat pengembangan;
 Revitalisasi kawasan tradisional /etnis /bersejarah yaitu kawasan yang mempunyai
bangunan bersejarah yang bernilai atau bermakna penting peningkatan penyehatan
lingkungan permukiman;
 Pengembangan prasarana dan sarana kawasan cepat tumbuh

Indikasi arahan peraturan zonasi kawasan permukiman ditetapkan sebagai berikut :


a. Peruntukan kawasan permukiman diperkenankan untuk dialihfungsikan sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku;
b. Pada kawasan permukiman diperkenankan adanya sarana dan prasarana pendukung
fasilitas permukiman sesuai dengan petunjuk teknis dan peraturan yang berlaku;
c. Dalam kawasan permukiman masih diperkenankan dibangun prasarana wilayah sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan;
d. Kawasan permukiman harus dilengkapi dengan fasilitas sosial termasuk Ruang Terbuka
Hijau (RTH) perkotaan;
e. Dalam kawasan permukiman masih diperkenankan adanya kegiatan industri skala rumah
tangga dan fasilitas sosial ekonomi lainnya dengan skala pelayanan lingkungan;
f. Kawasan permukiman tidak diperkenankan dibangun di dalam kawasan lindung
/konservasi dan lahan pertanian dengan irigasi teknis;

Hal |2 - 6
g. Dalam kawasan permukiman tidak diperkenankan dikembangkan kegiatan yang
mengganggu fungsi permukiman dan kelangsungan kehidupan sosial masyarakat;
h. Pengembangan kawasan permukiman harus dilakukan sesuai ketentuan peraturan yang
berlaku di bidang perumahan dan permukiman;
i. Pembangunan hunian dan kegiatan lainnya di kawasan permukiman harus sesuai dengan
peraturan teknis dan peraturan lainnya yang berlaku (KDB, KLB, sempadan bangunan, dan
lain sebagainya).

2.1.4 Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten Dharmasraya Tahun 2011 - 2031
2.1.4.1 Rencana Sturktur Ruang Kabupaten Dharmasraya
A. Sistem Pusat-pusat Kegiatan
Pusat kegiatan perkotaan di wilayah kabupaten merupakan hirarki pusat-pusat kegiatan
di wilayah yang merupakan simpul pelayanan sosial, budaya, ekonomi, dan/atau administrasi
masyarakat, yang terdiri atas:

a. Pusat Kegiatan Nasional (PKN) yang berada di wilayah kabupaten.


b. Pusat Kegiatan Wilayah (PKW) yang berada di wilayah kabupaten.
c. Pusat Kegiatan Lokal (PKL) yang berada di wilayah kabupaten.
d. Pusat Kegiatan Strategis Nasional (PKSN) yang berada di wilayah kabupaten, dan
e. Pusat-pusat lain di dalam wilayah kabupaten yang wewenang penentuannya ada pada
pemerintah daerah kabupaten, yaitu:
1) Pusat Pelayanan Kawasan (PPK) merupakan kawasan perkotaan yang berfungsi
untuk melayani kegiatan skala kecamatan atau beberapa desa;
2) Pusat Pelayanan Kawasan (PPK) merupakan kawasan perkotaan yang berfungsi
untuk melayani kegiatan lebih dari satu kecamatan dengan fungsi utama:
a) pelayanan perdagangan dan jasa (barang kebutuhan primer dan sekunder; jasa
perbankan dan penginapan),
b) pelayanan kesehatan (puskesmas rawat inap)
3) Pusat Pelayanan Lingkungan (PPL) merupakan pusat permukiman yang berfungsi
untuk melayani kegiatan kecamatan dengan fungsi utama:
a) Pelayanan perdagangan harian (kebutuhan pokok)
b) Pelayanan kesehatan (puskesmas) dan pendidikan (SLTA)

Hal |2 - 7
RTRW Provinsi Sumatera Barat 2009-2029 telah menetapkan Kawasan Pulau Punjung
sebagai Pusat Kegiatan Wilayah promosi (PKWp) dan Kawasan Sungai Rumbai sebagai kawasan
strategis provinsi. Selanjutnya terdapat Pusat Pelayanan Kawasan (PPK) dan Pusat Pelayanan
Lingkungan (PPL).
Tabel 2.1
Sistem Pusat Kegiatan dan Fungsinya di Wilayah Kabupaten Dharmasraya
No Sistem Pusat Kegiatan Fungsi
1. Pusat Kegiatan Wilayah Promosi  Sebagai pusat kegiatan sosial dan ekonomi wilayah bagian timur
(PKWp) Provinsi Sumbar yang perlu dikembangkan.
2. Pusat Kegiatan Lokal (PKL)  Pusat pelayanan sosial, budaya, ekonomi dan administrasi
wilayah kabupaten atau wilayah sekitar yang lebih luas.
3. Pusat Pelayanan Kawasan (PPK)  Kawasan perkotaan yang berfungsi untuk melayani kegiatan
satu atau lebih kecamatan atau bagian wilayah kabupaten.
4. Pusat Pelayanan Lingkungan (PPL)  Pusat permukiman yang berfungsi untuk melayani kegiatan
skala antar desa/nagari.

Sistem perkotaan di Kabupaten Dharmasraya yaitu sebagai berikut:


1. Kawasan Pulau Punjung sebagai Pusat Kegiatan Wilayah Promosi (PKWp) Provinsi Sumatera
Barat. Kawasan perkotaan Pulau Punjung meliputi koridor Pulau Punjung – Sungai Dareh -
Sikabau.
2. Kawasan Sungai Rumbai sebagai Pusat Kegiatan Lokal (PKL) dalam lingkup pelayanan
Kabupaten Dharmasraya sekaligus berfungsi sebagai kawasan strategis gerbang timur
Provinsi Sumatera Barat.
3. Pusat Pelayanan Kecamatan (PPK) yang berfungsi melayani satu atau lebih kecamatan atau
bagian wilayah kabupaten yaitu kawasan: Koto Baru; Sitiung; dan Padang Laweh sebagai
PPK promosi.
4. Pusat Pelayanan Lingkungan (PPL) yang merupakan pusat pelayanan kecamatan yang
meliputi: Kawasan Sungai Limau di Kec. Asam Jujuhan; Kawasan Silago di Kec. IX Koto;
Kawasan Pinang Makmur di Kec. Timpeh; Kawasan Koto Salak di Kec. Koto Salak; Kawasan
Tiumang di Kec. Tiumang; dan Kawasan Koto Besar di Kec. Koto Besar.

Tabel 2.2
Rencana Pusat Kegiatan di Wilayah Kabupaten Dharmasraya
No Rencana Pusat Kegiatan Lokasi Kawasan Fungsi
1 Pusat Kegiatan Wilayah Promosi  Pulau Punjung  Pusat pertumbuhan wilayah selatan
(PKWp) provinsi Sumatera Barat
 Pusat kegiatan perdagangan kabupaten
dan wilayah perbatasan kabupaten.
 Pusat kegiatan pemerintahan kabupaten
 Pusat kegiatan sosial (pendidikan dan
kesehatan) kabupaten.

Hal |2 - 8
No Rencana Pusat Kegiatan Lokasi Kawasan Fungsi
2 Pusat Kegiatan Lokal (PKL)  Sungai Rumbai  Gerbang tenggara Provinsi Sumatera
Barat.
 Pusat kegiatan perdagangan wilayah
perbatasan.
 Pusat kegiatan sosial kawasan selatan
kabupaten.
3 Pusat Pelayanan Kawasan (PPK)  Koto Baru  Pusat kegiatan perdagangan dan jasa
 Sitiung bagian wilayah kabupaten.
 Pusat kegiatan sosial bagian wilayah
kabupaten dan perbatasan
4 Pusat Pelayanan Kawasan  Padang Laweh  Pusat kegiatan perdagangan dan jasa
Promosi (PPKp) promosi bagian wilayah perbatasan
kabupaten.
 Pusat kegiatan sosial promosi bagian
wilayah perbatasan kabupaten.
5 Pusat Pelayanan Lingkungan  Sungai Limau  Pusat kegiatan sosial kecamatan.
(PPL)  Silago  Pusat kegiatan administrasi kecamatan.
 Pinang Makmur  Pusat kegiatan perdagangan kebutuhan
 Koto Salak harian.
 Tiumang
 Koto Besar

Hal |2 - 9
Gambar 2.1 Peta Sistem Pusat Kegiatan Perkotaan Kabupaten Dharmasraya

1
1
3

2 4

6
SISTEM PUSAT
KEGIATAN
PERKOTAAN
KABUPATEN
DHARMASRAYA

Keterangan :

(PKWp) Pulau Punjung 1 (PPL) Sungai Limau

(PKL) Sungai Rumbai 2 (PPL) Silago

(PPL) Pinang Makmur


1 (PKK) Sitiung 3

(PKK) Koto Baru 4 (PPL) Koto Salak


2

5 (PPL) Koto Besar


(PPKp) Padang Laweh

6 (PPL) Tiumang

Hal |2 - 10
Gambar 2.2
Peta Rencana Struktur Ruang Kabupaten Dharmasraya

Hal |2 - 11
B. Sistem Jaringan Prasarana
I. Rencana Pengembangan Sistem Jaringan Prasarana Transfortasi
1. Jaringan Jalan
Rencana pengembangan jaringan jalan didasarkan pada pertimbangan:
 Dalam lingkup regional, menghubungkan kabupaten Dharmasraya dengan
kawasan pengembangan ekonomi koridor timur Pulau Sumatera sebagai sentra
pengembangan perkebunan dan lumbung energi (batu bara). Hal ini sejalan
dengan orientasi pemasaran komoditi unggulan Kabupaten Dharmasraya berupa
komoditi perkebunan (sawit dan karet) serta hasil tambang batu bara.
 Pengembangan akses menuju wilayah kabupaten yang berbatasan yaitu dengan
Kabupaten Solok Selatan; Kabupaten Sijunjung; Kabupaten Tebo; Kabupaten
Kuantan Singingi dan Kabupaten Bungo.
 Pengembangan akses permukiman di wilayah Kabupaten Dharmasraya menuju
pusat-pusat kegiatan pelayanan yaitu menuju kawasan perkotaan Pulau Punjung
sebagai PPWp, kawasan perkotaan Sungai Rumbai sebagai PKL, serta PPK dan PPL.

Rencana pengembangan jaringan jalan di Kabupaten Dharmasaraya yaitu:


1) Pengembangan Ruas Jalan Lingkar Utara Kabupaten Dharmasraya
Pengembangan jalur lingkar utara dengan fungsi kolektor primer dengan tiga titik
keluar menuju kawasan timur Pulau Sumatera. Ruas jalan yang dikembangkan
sebagai akses regional menuju koridor timur Pulau Sumatera tersebut yaitu ruas
jalan yang menghubungkan Sungai Rumbai – Ampalu – Sungai Langkok - Padang
Laweh – Timpeh - Kamang Baru.

2) Pengembangan Ruas Jalan Lingkar Selatan Kabupaten Dharmasraya


Pengembangan ruas jalan lingkar selatan dengan fungsi lokal primer yang
menghubungkan: Sungai Rumbai – Koto Besar - Bukit Gadiang – Aur Jaya - Bukit
Mindawa) – Sungai Dareh.

3) Pengembangan Ruas Jalan Lingkar Sungai Batanghari


Pengembangan jalan sisi Sungai Batanghari sebagai akses menuju kawasan
strategis kawasan agroindustri terpadu dan kawasan bersejarah Siguntur
sekaligus meningkatkan akses menuju kawasan perkotaan Pulau Punjung. Ruas
jalan tersebut menghubungkan: Kampung Surau – Lubuk Bulang - Siluluak- Sungai
Langsek –Pulau Tangah Sitiung - Pulai- Bukit Tujuh.

Hal |2 - 12
4) Pengembangan Ruas Jalan Menuju Pusat-Pusat Kegiatan Kabupaten
Pengembangan ruas jalan dari permukiman menuju pusat-pusat kegiatan
kabupaten bertujuan untuk memudahkan akses menuju pusat kegiatan pelayanan
kabupaten, pusat pelayanan kawasan dan pusat pelayanan lingkungan. Ruas jalan
yang dikembangkan yaitu:
 Panyubarangan – Sungai Langsek (menuju Kota Pulau Punjung)
 Koto Padang – rencana pusat kegiatan masyarakat –Sungai Atang - Koto
Baringin -Batu Rijal – Padang Laweh
 Simpang Abai – Lubuak Harto
 Jalan lingkar Sungai Rumbai
 Jalan usaha tani (kawasan minapolitan) (Koto Tuo – Tebing Tinggi)
 Siguntur –Candi – Sungai Langek – Pisang Barabuih (menyeberang melalui
ponton sebagai jalur wisata).

5) Pengembangan Ruas Jalan Dengan Kabupaten Berbatasan


Pengembangan ruas jalan yang menghubungkan Kabupaten Dharmasraya dengan
kabupaten berbatasan diarah barat yaitu dengan Kabupaten Solok Selatan dan
Kabupaten Kerinci serta pengembangan akses diarah utara dengan Kabupaten
Sijunjung. Ruas jalan yang dikembangkan sebagai akses regional yang
menghubungkan Kabupaten Dharmasraya dengan kabupaten tetangga tersebut
yaitu:
a. Perbatasan dengan Kabupaten Solok Selatan
 Pengembangan ruas jalan kolektor primer yang menghubungkan Sungai
Dareh menuju batas Solok Selatan (Pulau Punjung - Abai Sangir– Lubuak
Malako)
 Pengembangan ruas jalan kolektor primer yang menghubungkan Koto
Besar – Bonjol – menuju Batas Solok Selatan (Abai Sangir– Lubuak Malako)
 Pengembangan ruas jalan lokal primer yang menghubungkan Sungai
Rumbai – Lubuk Karya – menuju batas Solok Selatan (Lubuak Malako)
 Pengembangan ruas jalan lokal primer yang menghubungkan Sungai
Rumbai – Sinamar – Sungai Limau - Batu Kangkung – Lubuk Besar - menuju
batas Solok Selatan (Taluak Aia Putiah – Pungut Kerinci)
 Ruas jalan Kampung Surau – Lubuk Bulang – Siluluak - Sungai Langsek –
Pulau Tangah Sitiung – Pulai – Bukit Tujuh

Hal |2 - 13
 Ruas jalan Kampung Surau – Lubuk Bulang – Siluluak - Sungai Langsek – SP 7
b. Perbatasan dengan Kabupaten Sijunjung
Pengembangan ruas jalan lokal untuk menghubungkan permukiman yang ada
diperbatasan: Pulau Punjung – Kampung surau - PT Bina – Sungai Tambang
c. Perbatasan dengan Provinsi Jambi
Pada ruas jalan poros utara terdapat outlet menuju Provinsi Jambi yaitu:
 Pengembangan jalan perbatasan dengan Kabupaten Tebo

Ampalu – Pulau Mainan - Tj. Simalidu – menuju batas Tebo (Lubuk


Kambing – Arah Lintas Timur).
 Pengembangan jalan perbatasan dengan Kabupaten Kuantan Singingi
Sopanjaya – menuju batas Kuantan Singingi (Sungkai– Lintas Selatan Riau
(Belilas) – Lintas Timur Sumatera)

6) Pembangunan Jembatan
Untuk mendukung akses transportasi maka dibutuhkan pembangunan jembatan
melintasi Sungai Batanghari, yaitu:
 Pengembangan jembatan gantung melintas Sungai Batanghari dari Siguntur
ke kawasan cagar budaya.
 Pengembangan jembatan melintas Sungai Batanghari di Batu Rijal –menuju
Padang Laweh. Pembangunan jembatan yang menghubungkan antara
Ampalu Lama dengan Padukuan;
 Pembangunan jembatan yang menghubungkan antara Pulai dengan Timpeh;
 Pembangunan jembatan Tanjung Alam di Kecamatan Asam Jujuhan; dan
 Pembangunan jembatan Lubuk Besar di Kecamatan Asam Jujuhan.

2. Transportasi Sungai
Kabupaten Dharmasraya dalam sejarahnya merupakan wilayah kerajaan yang
berkembang dengan memanfaatkan Sungai Batanghari sebagai jalur transportasi yang
menghubungkannya dengan wilayah timur Pulau Sumatera. Dengan berubahnya
orientasi moda transportasi dari angkutan sungai menjadi angkutan darat, Sungai
Batanghari masih berpotensi dimanfaatkan sebagai jalur transportasi wisata alam dan
budaya di Kabupaten Dharmasraya yang memiliki peninggalan historis yang bernilai
tinggi.

Hal |2 - 14
Simpul transportasi berupa lokasi dermaga sungai yang terdapat di sepanjang alur
Sungai Batanghari yaitu: Bendung Batubakawik (tepi barat), Pasar Lama Pulau Punjung
(tepi barat), Siluluak (tepi barat), Siguntur (tepi timur), Baturijal (tepi timur), Padang
Laweh (tepi barat), Simalidu (tepi timur) dan dermaga Sitiung.

Segmen yang terdapat antara Bendung Batubakawik – Pasar lama Pulau Punjung –
Siguntur berpotensi dikembangkan sebagai wisata air dan sekaligus jalur akses menuju
kawasan wisata bersejarah Dharmasraya di Siguntur.

3. Terminal
Rencana pengembangan terminal di Kabupaten Dharmasraya disesuaikan dengan
fungsi kota. Rencana tersebut yaitu:
1. Terminal tipe B di kawasan perkotaan Pulau Punjung yang berfungsi sebagai PKWp.
Dalam RTRW Provinsi lokasi terminal Tipe B yaitu di kawasan perkotaan Pulau
Punjung atau Sungai Rumbai. Dalam studi lain, (Tatralok Kabupaten Dharmasraya
Tahun 2010) alternatif lokasi terminal adalah di Gunung Medan. Pemilihan lokasi
terminal dipertimbangkan dengan kriteria:
a. Terletak pada simpul utama yang mendistribuskan pergerakan di wilayah.
b. Terletak pada kawasan yang merupakan bangkitan perjalanan sehingga menjadi
tujuan pergerakan.
c. Terletak pada lokasi relatif sentral dalam lingkup wilayah.

Dengan pertimbangan tersebut maka kriteria a dan b, dipenuhi oleh kawasan


perkotaan Pulau Punjung. Di kawasan Pulau Punjung terdapat kemungkinan
pengembangan simpul jalan kolektor menuju kawasan barat (Silago) dan kawasan
timur (Timpeh) dan wilayah perbatasan Solok Selatan. Kawasan perkotaan Pulau
Punjung menarik pergerakan sebagai pusat pemerintahan.
Kawasan Gunung Medan memiliki kelebihan pada kriteria c, tetapi tidak didukung
oleh kriteria a dan b sehingga kurang tepat sebagai tempat perpindahan moda
transportasi umum.
2. Terminal tipe C di Kota Sungai Rumbai yang berfungsi sebagai PKL.
Kota Sungai Rumbai merupakan kawasan strategis sebagai gerbang tenggara
Provinsi Sumbar sehingga dapat diarahkan berfungsi sebagai etalase Sumbar. Selain
itu Kota Sungai Rumbai juga berkembang sebagai kota perdagangan dan jasa
melayani wilayah bagian selatan Kabupaten Dharmasraya dan kabupaten

Hal |2 - 15
perbatasan sekitar. Kota Sungai Rumbai dengan demikian membutuhkan
pengembangan terminal tipe C sebagai pusat perbelanjaan dan pusat distribusi
hasil pertanian dari wilayah sekitar perbatasan

4. Jaringan Rel Kereta Api


Rencana Sumbar untuk pengembangan jaringan rel kereta api salah satunya adalah
pembangunan jalur Sawahlunto - Muaro - Teluk Kuantan/Pekanbaru dan Muaro -
Muaro Bungo yang merupakan bagian dari rencana pembangunan jaringan Kereta Api
Trans Sumatera (Connecting Trans Sumatera Railway).
Rencana jaringan rel kereta api ini mendukung pemasaran hasil pertanian perkebunan
dan pertambangan khususnya batu bara dari Kabupaten Dharmasraya menuju outlet
Pelabuhan Teluk Bayur atau Koridor Timur Sumatera. Untuk itu dibutuhkan jaringan
jalan sebagai feeder dari rel kereta api dari pusat produksi hasil perkebunan dan
tambang.

5. Bandara Udara
Dalam RTRW Sumbar 2009-2029 Bandara Udara di Kabupaten Dharmasraya
merupakan salahsatu bandara yang direncanakan pengembangannya diantara
bandara lainnya yaitu: Bandara Internasional Minangkabau, Bandar Udara Rokot di
Kabupaten Kepulauan Mentawai, dan Bandar Udara di Kabupaten Limapuluh Kota.
Pengembangan bandara udara di Pulau Punjung kurang efektif karena telah dibangun
bandara udara di wilayah perbatasan Kabupaten Bungo Provinsi Jambi yang dapat
ditempuh dari Pulau Punjung dalam waktu tempuh 1,5 jam.

II. Rencana Pengembangan Sistem Jaringan Prasarana Energi

Rencana pengembangan jaringan listrik di Kabupaten Dharmasraya yaitu di Kec. IX Koto


dan Kec. Asam Jujuhan. Pengembangan jaringan sedang dilaksanakan pada tahun 2011

III. Rencana Pengembangan Sistem Jaringan Prasarana Sumber Daya Air


Sumber Air Baku Untuk Kegiatan Permukiman Perkotaan Dan Jaringan Air Baku Wilayah
Rencana pengembangan sistem jaringan air minum yaitu:
 Peningkatan SPAM Sitiung menjadi 40 l/dt untuk melayani Gunung Medan dan Sungai
Duo.
 Peningkatan SPAM Koto Baru menjadi 10 lt/dt untuk melayani kawasan Koto Baru.

Hal |2 - 16
 Peningkatan SPAM Koto Agung melayani Sitiung Blok B.
 Pembangunan SPAM Padang Laweh dengan sumber Batang Timpeh dengan kapasitas
20 l/dt untuk pelayanan kawasan Padang Laweh.
 Pembangunan SPAM Sungai Rumbai dengan sumber Sungai Betung untuk pelayanan
kawasan Sungai Rumbai.

Rencana pengembangan SPAM pedesaan pada pusat pelayanan lingkungan yang belum
terlayani yaitu di: Kec. Timpeh, Kec.Tiumang, Kec.Koto Salak, Kec.Koto Besar, Kec. Asam
Jujuhan, Kec. IX Koto.

a) Sistem Jaringan Irigasi

Kondisi infrastruktur bidang pengairan pada tahun 2004 setelah pemekaran dari
Kabupaten Sawahlunto/Sijunjung belum memadai, dimana Daerah Irigasi baru ada
sebanyak 73 buah, yang hanya mampu mengairi areal sawah penduduk seluas 1.678 Ha
dengan kondisi saluran sepanjang 57.000 M, dimana 87,19 % kondisinya rusak berat.

Setelah berdirinya Kabupaten Dharmasraya, mulai sejak tahun 2005 sampai dengan tahun
2009 telah dilakukan perbaikan dan pembangunan prasarana dan sarana pengairan guna
meningkatkan produksi padi masyarakat dan membuka areal persawahan baru lahan
produktif yang belum dimanfaatkan oleh masyarakat.

Perkembangan pembangunan prasarana dan sarana pengairan ini sangat signifikan


ditandai dengan bertambahnya luas daerah irigasi mencapai 89, semakin luasnya areal
sawah penduduk mencapai 3.055 ha dan lahan potensial yang bisa dijadikan sawah
mencapai 2.290 ha, begitu juga dengan saluran irigasi dengan panjang 75.250 M, dimana
24,58 % dalam kondisi baik.

Sesuai dengan potensi Kabupaten Dharmasraya yang memiliki banyak sungai dan lahan
yang cocok untuk pengembangan pertanian lahan basah, maka salah satu infrastruktur
yang sangat dibutuhkan adalah jaringan irigasi. Saat ini telah ada jaringan irigasi Nasional
(Batanghari) ditambah dengan jaringan irigasi kabupaten. Jaringan irigasi tersebut masih
dapat dikembangkan sesuai dengan potensi lahan yang akan dikembangkan untuk
pertanian. Bendungan dan Daerah Irigasi Batanghari yang dibangun mulai tahun 1997 dan
selesai tahun 2008 direncanakan dengan kapasitas untuk mampu mengairi seluas 18.836
Ha lahan persawahan. Luas area daerah irigasi yang telah beroperasi seluas 5.782 Ha.

Hal |2 - 17
Daerah Irigasi Batanghari terdapat di Kecamatan Pulau Punjung, Sitiung, Koto Baru, dan
Koto Salak.

Selain itu terdapat Daerah Irigasi yang dikelola kabupaten seluas 2.411 Ha yang tersebar
disemua kecamatan. Masih terdapat potensi pengembangan area irigasi menjadi 3.178
Ha

IV. Rencana Pengembangan Sistem Jaringan Prasarana Telekomunikasi

Permintaan saat ini untuk jaringan terrestrial akan dikembangkan sesuai dengan
permintaan terutama pada kawasan-kawasan pemukiman baru. Jika sudah mencapai
permintaan 50 pelanggan maka jaringan telekomunikasi dapat dibangun atau disalurkan
ke kawasan tersebut.
Jaringan nirkabel dilayani oleh beberapa provider yang telah mendirikan BTS- BTS yang
umumnya berada pada jalan Lintas Sumatera. Jarak antar BTS minimum 15 km dan masa
yang aklan datang perlu dilakukan pengoperasian BTS bersama antar provider.

V. Rencana Prasarana Pengelolaan Lingkungan

a) Rencana Persampahan
Rencana pengembangan persampahan di Kabupaten Dharmasraya yaitu:
1. Pengembangan daerah pelayanan persampahan yang terdiri dari:
 Pengembangan pelayanan persampahan sepanjang koridor Pulau Punjung –
Sungai Rumbai
 Pengembangan pelayanan persampahan pada pusat kegiatan lingkungan
kecamatan yang belum terlayani yaitu di: Kec. Timpeh, Kec.Padang Laweh,
Kec.Tiumang, Kec.Koto Salak, Kec.Koto Besar, Kec. Asam Jujuhan, Kec. IX Koto.
2. Peningkatan sarana prasarana persampahan yang terdiri dari:
 Peningkatan TPA dengan sistem sanitary landfill di Sitiung Limo Rambuso
Kecamatan Sitiung.
 Peningkatan jumlah armada angkut dan TPS
 Pengembangan penerapan konsep 3R pada pusat-pusat lingkungan.

b) Rencana Instalasi Pengolahan Limbah


Rencana pengembangan instalasi pengolahan limbah di Kabupaten Dharmasraya yaitu:

Hal |2 - 18
 Pembangunan Instalasi Pengolahan Lumpur Tinja (IPLT) di Kecamatan Sitiung atau
Kecamatan Koto Baru.
 Pembangunan instalasi pengolahan limbah Puskesmas rawat inap yang
direncanakan di Kecamatan Sungai Rumbai.

2.1.4.2 Rencana Struktur Ruang

Rencana pola ruang wilayah kabupaten merupakan rencana distribusi peruntukan ruang
wilayah kabupaten terdiri rencana peruntukan ruang untuk fungsi lindung dan rencana
peruntukan ruang untuk fungsi budidaya. Proporsi rencana pola ruang Kabupaten Dharmasraya
untuk kedua fungsi tersebut yaitu peruntukan kawasan lindung 23.033 Ha (7,61%) dan proporsi
kawasan budidaya 279.566 Ha (92,39%).
Rencana peruntukan ruang Kabupaten Dharmasraya berdasarkan pembagian fungsi
kawasan lindung dan fungsi kawasan budidaya yaitu sebagai berikut:
1. Kawasan berfungsi lindung terdiri atas peruntukan: kawasan hutan lindung, kawasan hutan
suaka alam/pelestarian alam, kawasan sempadan pantai, dan kawasan cagar budaya.
2. Kawasan berfungsi budidaya terdiri atas peruntukan: kawasan hutan produksi, kawasan
hutan produksi konversi, kawasan hutan produksi terbatas, kawasan hutan rakyat, kawasan
pertanian lahan basah, kawasan pertanian lahan kering, kawasan perkebunan, kawasan
pertanian hortikultura, tanaman kehutanan, dan perkebunan, kawasan pertambangan,
kawasan industri, embung dan kolam, kawasan koridor pusat kegiatan masyarakat,
kawasan kebun keragaman hayati, rencana kawasan transmigrasi, dan kawasan
pemukiman
Rencana peruntukan ruang Kabupaten Dharmasraya seperti terlihat pada tabel dibawah ini:
Tabel 2.3
Rencana Peruntukan Ruang
Luas
Rencana Peruntukan Ruang
(Ha) %
Kawasan Lindung 22.995 7,60
Kawasan Hutan Lindung 11.958 3,95
Kawasan Suaka Alam/Pelestarian Alam 5.410 1,79
Kawasan Sempadan Sungai 4.709 1,56
Kawasan Cagar Budaya 918 0,30
Kawasan Budidaya 279.604 92,40
Kawasan Hutan Produksi 26.161 8,65
Kawasan Hutan Produksi Konversi 15.568 5,14
Kawasan Hutan Produksi Terbatas 31.845 10,52
Kawasan Hutan Rakyat 25.239 8,34
Kawasan Pertanian Lahan Basah 14.643 4,84

Hal |2 - 19
Luas
Rencana Peruntukan Ruang
(Ha) %
Kawasan Pertanian Lahan Kering 5285 1,75
Kawasan Perkebunan 138.032 45,62
Kawasan Pertanian Hortikultura,
6.685 2,21
Tanaman Kehutanan, dan Perkebunan
Kawasan Pertambangan *)
- Kawasan Operasi Produksi 2.388 0,79
- Alokasi kawasan potensial
pengembangan pertambangan
(pengembangannya akan mengalih-
fungsikan peruntukan perkebunan dan 20.917 6,90
hutan produksi konversi sehingga
luasnya belum terhitung definitif dalam
rencana peruntukan)
Kawasan Industri 500 0,17
Embung dan Kolam 134 0,04
Kawasan Koridor Pusat Kegiatan
526 0,17
Masyarakat
Kawasan Kebun Keragaman Hayati 771 0,25
Rencana Kawasan Transmigrasi 1.312 0,43
Kawasan Pemukiman 10.515 3,47
Luas Kabupaten 302.599 100,00

Berdasarkan kategori umum peruntukan ruang yang terdiri atas kawasan peruntukan
hutan, kawasan pertanian, kawasan permukiman, kawasan pertambangan dan rencana
pengembangan kawasan untuk kegiatan baru yang perlu dicadangkan ketersediaan lahannya
seperti pengembangan kawasan industri, kawasan cagar budaya, kawasan kebun keragaman
hayati, kawasan transmigrasi, dan kawasan koridor kegiatan masyarakat maka alokasi peruntukan
ruang Kabupaten Dharmasraya yaitu:
1. Kawasan hutan secara keseluruhan seluas 116.181 Ha (38,39%) yang terbagi atas kawasan
hutan lindung seluas 17.368 Ha (5,74%) dan kawasan hutan berfungsi budidaya yang terdiri
atas kawasan hutan produksi dan hutan rakyat seluas 98.813 Ha (32,65%).
2. Kawasan pertanian yang terdiri atas pertanian tanaman pangan lahan basah, tanaman
pangan lahan kering, perkebunan dan hortikultura seluas 158.603 Ha (52,41%).
3. Kawasan pertambangan yang terdiri atas: kawasan dengan status telah memiliki IUP
operasi produksi seluas 2.388 Ha. Kawasan yang potensial untuk dijadikan kawasan operasi
produksi pertambangan (dengan status IUP eksplorasi) seluas 17.587 Ha yang memerlukan
kajian dan pertimbangan perencanaan lebih lanjut sehingga dapat menghasilkan kawasan
dengan status IUP operasi produksi. Selain itu masih terdapat lahan lain seluas 3.330 Ha
dengan sumberdaya telah terukur untuk peluang investasi pertambangan diluar kawasan
yang telah termasuk kedalam wilayah IUP.

Hal |2 - 20
Deposit bahan tambang khususnya batu bara yang telah dieksploitasi diperkirakan bisa
habis dalam jangka waktu 10-20 tahun kedepan. Oleh karena itu lahan bekas
pertambangan harus direhabilitasi menjadi kawasan hutan restorasi.
4. Kawasan kegiatan baru yang direncanakan seluas 3.527 Ha (1.17%)

I. Rencana Kawasan Lindung


A. Kawasan Hutan Lindung

Hutan lindung adalah kawasan hutan yang mempunyai fungsi pokok sebagai perlindungan
sistem penyangga kehidupan untuk mengatur tata air, mencegah banjir, mengendalikan
erosi, mencegah intrusi air laut, dan memelihara kesuburan tanah (Undang-Undang Republik
Indonesia Nomor 41 Tahun 1999 Tentang Kehutanan).

Dengan demikian kawasan hutan lindung (HL) adalah kawasan hutan yang memiliki
karakteristik yang mampu memberikan perlindungan kepada kawasan sekitar maupun
bawahannya. Perlindungan terhadap kawasan hutan lindung dilakukan untuk mencegah
terjadinya erosi, bencana banjir, sedimentasi, dan menjaga fungsi hidrologis tanah untuk
menjamin ketersediaan unsur hara tanah, air tanah,dan air permukaan. Perlindungan
terhadap kawasan hutan lindung tersebut dilakukan dengan memelihara dan
mempertahankan tutupan vegetasi hutan kawasan hutan lindung.

Kawasan hutan lindung di Kabupaten Dharmasraya berdasarkan Keputusan Menteri


Kehutanan Republik Indonesia Nomor SK.304/Menhut-II/2011meliputi lahan seluas 11.984
Ha atau 3,97 % dari luas wilayah Kabupaten Dharmasraya yang tersebar di Kec. IX Koto, Kec.
Pulau Punjung, Kec. Asam Jujuhan dan Kec. Timpeh.

Tabel 2.4
Luas Kawasan Hutan Lindung di Kabupaten Dharmasraya
Luas Hutan Lindung Proporsi Luas Hutan
No Kecamatan
(Ha) Lindung (%)
1 IX Koto 7624 2,52
2 Asam Jujuhan 2966 0,98
3 Pulau Punjung 509 0,17
4 Timpeh 813 0,27
5. Padang Laweh 45 0,01
Luas 11.958 3,95
Sumber: Keputusan Menteri Kehutanan Republik Indonesia No SK.304/Menhut-II/2011 dan Hasil
Analisis

Hal |2 - 21
B. Kawasan Perlindungan Setempat

Sempadan sungai adalah kawasan sepanjang kiri-kanan sungai, termasuk sungai


buatan/kanal/saluran irigasi primer, yang mempunyai manfaat penting untuk
mempertahankan kelestarian fungsi sungai. Perlindungan terhadap sempadan sungai
dilakukan terhadap kegiatan manusia yang dapat mengganggu dan merusak kualitas air
sungai, kondisi fisik pinggir dan dasar sungai serta mengamankan aliran sungai.

Tujuan ditetapkan kawasan sempadan sungai adalah melindungi sungai dari kegiatan
manusia yang dapat menggangu dan merusak kualitas air sungai, kondisi fisik pinggir dan
dasar sungai, serta mengamankan aliran sungai. Kriteria kawasan sempadan sungai adalah
sekurang-kurangnya (PerMen PU No. 63 Tahun 1993):

 Sungai besar yaitu sungai yang mempunyai daerah pengaliran sungai seluas 500 (lima
ratus) Km² atau lebih, garis sempadan sungai tidak bertanggul di luar kawasan perkotaan
pada sungai besar ditetapkan sekurang-kurangnya 100 (seratus) m dihitung dari tepi
sungai pada waktu ditetapkan.
 Sungai kecil yaitu sungai yang mempunyai daerah pengaliran sungai seluas kurang dan
500 (lima ratus) Km², garis sempadan sungai tidak bertanggul di luar kawasan perkotaan
pada sungai besar ditetapkan sekurang-kurangnya 50 (lima puluh) m dihitung dari tepi
sungai pada waktu ditetapkan
 Penetapan garis sempadan sungai tidak bertanggul diluar kawasan perkotaan pada sungai
besar dilakukan ruas per ruas dengan mempertimbangkan luas daerah pengaliran sungai
pada ruas yang bersangkutan.

Kawasan sempadan sungai yang perlu dilindungi di Kabupaten Dharmasraya seluas 4.709 Ha
(1,57% dari luas kabupaten). Sungai besar yaitu Sungai Batanghari, Sungai Batang Piruko,
Batang Mimpi, Batang Momong, Batang Sipotar, Batang Timpeh, Sungai Jujuhan dengan
sempadan sungai 100 m dari tepi sungai. Sementara sungai lainnya dengan sempadan sungai
50 m dari tepi sungai.
Tabel 2.5
Sempadan Sungai di Kabupaten Dharmasraya
Sempadan
No Nama Sungai Lebar (m) Dalam (m)
Sungai (m)
1 Batang Hari 90,00 2,75 100
2 Sungai Pauh 4,00 0,50 50
3 Batang Piruko 20,00 1,00 100
4 Batang Mimpi 11,00 1,50 100
5 Batang Pangian 15,00 1,25 50

Hal |2 - 22
Sempadan
No Nama Sungai Lebar (m) Dalam (m)
Sungai (m)
6 Batang Neli 6,00 0,80 50
7 Batang Lolo 8,00 1,20 50
8 Sungai Balit 2,00 0,40 50
9 Sei. Patapahan 2,00 0,30 50
10 Batang Asahan 3,00 0,35 50
11 Sungai Kamang 2,50 0,30 50
12 Batang Tandun 8,00 0,70 50
13 Sungai Lamak 1,50 0,50 50
14 Batang Palangko 8,00 0,60 50
15 Batang Nyunyo 6,00 0,75 50
16 Batang Momong 50,00 0,40 100
17 Batang Siraho 6,00 1,20 50
18 Batang Silago 12,00 0,65 50
19 Batang Banai 2,00 0,60 50
20 Batang Sabilah 2,50 0,30 50
21 Batang Silikik 1,75 0,40 50
22 Batang Rambah 5,00 0,50 50
23 Batang Bakur 4,00 0,55 50
24 Batang Bugah 8,00 0,75 50
25 Batang Sipotar 25,00 0,80 100
26 Batang Singolan 7,00 0,60 50
27 Sungai Tonang 3,50 0,50 50
28 Sei. Lubuk Agung 6,30 0,45 50
29 Sei. Udang 4,30 0,50 50
30 Sei. Tolu 2,30 0,45 50
31 Sei. Durian 1,47 0,48 50
32 Sei. Sariak 12,70 0,65 50
33 Sei. Tempratur 10,50 0,55 50
34 Sei. Pinang 8,50 1,40 50
35 Batang Timpeh 30,00 1,80 100
36 Air Gemuruh 3,50 0,60 50
37 Batang Timpeh Usau 12,50 1,20 50
38 Sei Garingging 8,70 0,65 50
39 Sei Murai 2,40 0,55 50
40 Ngalau 6,80 0,75 50
41 Batang Lodan 6,50 0,60 50
42 Sarana Baru 6,50 0,55 50
43 Sei. Kambang Mani 3,35 0,52 50
44 Sei. Palabi 6,45 0,48 50
45 Batang Sialang 2,50 0,50 50
46 Batang Tarok 4,00 1,00 50
47 Sei. Ampang 3,50 0,60 50
48 Sei. Cantiang 3,00 0,55 50
49 Sei. Aman 3,00 0,75 50
50 Sei. Muai 3,00 0,50 50
51 Batang Siat 0,50 1,20 50
52 Batang Mata Air 3,50 0,38 50
53 Sungai Asam 7,50 0,83 50
54 Sungai Jujuhan 60,00 2,00 100
55 Sungai Pangian 8,50 1,20 50

Hal |2 - 23
Sempadan
No Nama Sungai Lebar (m) Dalam (m)
Sungai (m)
56 Sungai Batang 6,00 1,20 50
57 Sinamar na na 50
58 Sei. Jernih 3,50 0,40 50
59 Sei Telaga 2,50 0,55 50
60 Cahaya Murni 3,25 0,45 50

Pemanfaatan lahan di daerah sempadan masih dimungkinkan dilakukan oleh masyarakat


untuk kegiatan-kegiatan tertentu sebagal berikut:
a. Untuk budidaya pertanian, dengan jenis tanaman yang diijinkan.
b. Untuk kegiatan niaga, penggalian dan penimbunan.
c. Untuk pemasangan papan reklame, papan penyuluhan dan peringatan, serta rambu-
rambu pekerjaan.
d. Untuk pemasangan rentangan kabel listrik, kabel telepon,dan pipa air minum.
e. Untuk pemancangan tiang atau pondasi prasarana jalan/jembatan baik umum maupun
kereta api.
f. Untuk penyelenggaraan yang bersifat sosial dan masyarakat yang tidak menimbulkan
dampak merugikan bagi kelestarian dan keamanan fungsi serta fisik sungai.
g. Untuk pembangunan prasarana lalu lintas air dan bangunan pengambilan dan
pembuangan air.

Pada daerah sempadan dilarang untuk:


a. membuang sampah, limbah padat dan atau cair.
b. mendirikan bangunan permanen untuk hunian dan tempat usaha.

C. Kawasan Suaka Alam/Kawasan Pelestarian Alam

Kawasan Suaka Alam/Kawasan Pelestarian Alam (KSA/KPA) adalah kawasan dengan ciri khas
tertentu yang mempunyai fungsi pokok pengawetan keanekaragam tumbuhan dan satwa
serta ekosistemnya kekhasan ekosistemnya perlu dilindungi dan dijaga keberadaannya
dengan upaya konservasi.
Perlindungan terhadap Kawasan Suaka Alam/Kawasan Pelestarian Alam dilakukan untuk
melindungi keanekaragaman jenis tumbuhan, satwa, dan tipe ekosistemmya bagi
kepentingan plasma nutfah, ilmu pengetahuan dan pembangunan pada umumnya.

Hal |2 - 24
Kawasan Suaka Alam/Kawasan Pelestarian Alam (KSA/KPA) di Kabupaten Dharmasraya
seluas 5.410Ha (1,79% dari luas wilayah kabupaten) yang terdapat di Kec. Asam Jujuhan
seluas 3.546 Ha dan di Kec. IX seluas 1.864 Ha

D. Kawasan Cagar Budaya

Pengertian cagar budaya adalah warisan budaya bersifat kebendaan berupa benda cagar
budaya, bangunan cagar budaya, struktur cagar budaya, situs cagar budaya, dan kawasan
cagar budaya di darat dan/atau di air yang perlu dilestarikan keberadaannya karena memiliki
nilai penting bagi sejarah, ilmu pengetahuan, pendidikan, agama, dan/atau kebudayaan
melalui proses penetapan.
Pengertian kawasan cagar budaya adalah satuan ruang geografis yang memiliki dua situs
cagar budaya atau lebih yang letaknya berdekatan dan/atau memperlihatkan ciri tata ruang
yang khas. Zonasi adalah penentuan batas-batas keruangan Situs Cagar Budaya dan Kawasan
Cagar Budaya sesuai dengan kebutuhan (Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 11
Tahun 2010 tentang Cagar Budaya).
Kawasan cagar budaya terdapat pada 3 lokasi:
1. Kawasan Siguntur yang terdapat pada sisi Sungai Batanghari merupakan tempat situs
cagar budaya dimana telah terdapat 3 situs candi, yaitu: Candi Sawah, Awang Maombik,
dan Candi Padang Roco. Kawasan ini perlu dilestarikan dengan upaya dinamis untuk
mempertahankan keberadaan situs budaya dan nilainya dengan cara melindungi,
mengembangkan, dan memanfaatkannya. Luas kawasan yaitu lebih kurang 918 Ha.
Kawasan cagar budaya Siguntur termasuk ke dalam Kec. Sitiung dan sebagian kecil Kec.
Padang Laweh.
2. Kawasan Padang Laweh tempat terdapatnya situs Rumah Kerajaan Padang Laweh,
Rumah Kerajaan Tiang Panjang dan Rumah Gadang Puti Bulian.
3. Kawasan Koto Besar di Kec. Koto Besar dengan objek situs Rumah Kerajaan Koto Besar,
Makam Raja Koto Besar, Makam Syech Abdul Rahman Alif Ba, dan Makam Rajo Kuek
Kuaso.

Penentuan zonasi kawasan secara rinci masih perlu dikaji lebih lanjut oleh Tim Ahli Cagar
Budaya.

Hal |2 - 25
Tabel 2.6
Luas Kawasan Suaka Alam/ Kawasan Pelestarian Alam dan Kawasan Cagar Budaya
di Kabupaten Dharmasraya
No Jenis Kawasan dan Lokasi Luas Kawasan (Ha)
Kawasan Suaka Alam/Pelestarian Alam
1 IX Koto 1.864
2 Asam Jujuhan 3.546
Luas kawasan 5.410
Kawasan Cagar Budaya
3 Sitiung, Padang Laweh dan Koto Besar 918

II. Rencana Kawasan Budidaya


A. Kawasan Peruntukan Hutan Produksi

Kawasan hutan adalah wilayah tertentu yang ditunjuk dan atau ditetapkan oleh Pemerintah
untuk dipertahankan keberadaannya sebagai hutan tetap. Klasifikasi kawasan hutan yaitu
(Permenhut Nomor P.50/Menhut-II/2009 Tentang Penegasan Status dan Fungsi Kawasan
Hutan):

1. Hutan Produksi Tetap (HP) adalah kawasan yang diperuntukan bagi produksi tetap
dinamis eksploitasinya dapat dengan tebang pilih atau habis dan tanam. Kawasan hutan
dengan faktor-faktor kelas lereng, jenis tanah dan intensitas hujan setelah masing-
masing dikalikan dengan angka penimbang mempunyai jumlah nilai dibawah 125, di luar
kawasan lindung, hutan suaka alam, hutan pelestarian alam dan taman buru.
2. Hutan Produksi Terbatas (HPT) adalah kawasan yang dipergunakan bagi hutan produksi
terbatas, dimana eksploitasinya hanya dapat dengan tebang pilih dan tanam. Kawasan
hutan dengan faktor-faktor kelas lereng, jenis tanah dan intensitas hujan setelah
masing-masing dikalikan dengan angka penimbang mempunyai jumlah nilai antara 125-
174, di luar kawasan lindung, hutan suaka alam, hutan pelestarian alam dan taman
buru.
3. Hutan Produksi yang dapat dikonversi (HPK) adalah kawasan hutan yang bilamana
diperuntukkan dapat dialihgunakan. Kawasan hutan yang secara ruang dicadangkan
untuk digunakan bagi pembangunan di luar kehutanan

Peruntukan Kawasan Hutan Produksi di Kabupaten Dharmasraya berdasarkan Kepmenhut No


304 Tahun 2011 diuraikan berikut ini.
a) Kawasan Hutan Produksi
Kawasan Hutan Produksi (HP) di Kabupaten Dharmasraya tersebar di Kecamatan IX Koto
dan Kecamatan Koto Besar seluas 26.161 Ha atau 8,65% dari luas wilayah kabupaten.

Hal |2 - 26
b) Kawasan Hutan Produksi Terbatas
Kawasan Hutan Produksi Terbatas (HPT) di Kabupaten Dharmasraya tersebar di
Kecamatan IX Koto, Kecamatan Pulau Punjung, Kecamatan Sitiung, Kecamatan Timpeh,
dan Kecamatan Koto Besar seluas 31.845 Ha atau 10,52% dari luas wilayah kabupaten.
Dalam kawasan HPT di Kecamatan Pulau Punjung dan Kecamatan Sitiung di wilayah
utara kabupaten terdapat kawasan perbukitan karst yang dalam RTRW Provinsi Sumbar
2009-2029 termasuk kedalam peruntukan cagar alam geologi.
c) Kawasan Hutan Produksi Konversi
Kawasan Hutan Produksi Konversi (HPK) di Kabupaten Dharmasraya tersebar di
Kecamatan IX Koto dan Kecamatan Timpeh seluas 15.568 Ha atau 5.14% dari luas
wilayah kabupaten.
Tabel 2.7
Luas Kawasan Peruntukkan Hutan Produksi Per Kecamatan di Kabupaten Dharmasraya
Luas Kawasan (Ha)
No Kecamatan Luas (Ha) Hutan Produksi Hutan Produksi
Hutan Produksi Hutan Lindung
Terbatas Konversi
1 Sungai Rumbai 5.106
2 Asam Jujuhan 48.541 1090 4,17 15 0,10 509 4,26
3 Koto Besar 56.057 15690 59,97 86 0,55 9559 30,02
4 Koto Baru 22.120
5 Koto Salak 12.145
6 Padang Laweh 6.062 45 0,38
7 Tiumang 13.443
8 Sitiung 12.457 1864 5,85
9 Timpeh 32.301 4608 29,60 5442 17,09 813 6,80
10 Pulau Punjung 44.316 660 2,52 0,00 8616 27,06 2966 24,81
11 IX Koto 50.050 8721 33,34 10859 69,75 6364 19,98 7624 63,76
Luas Total 302.599 26161 100,00 15568 100,00 31845 100,00 11957 100,00

B. Kawasan Peruntukan Hutan Rakyat


Kawasan hutan rakyat adalah kawasan yang diperuntukkan bagi kegiatan budidaya hutan
yang dilaksanakan oleh masyarakat setempat. Kriteria penetapan kawasan hutan rakyat
adalah hutan yang dikelola oleh masyarakat di luar kawasan hutan suaka alam, hutan
lindung, hutan wisata, hutan produksi tetap, hutan produksi terbatas, dan hutan konversi.
Kawasan budidaya hutan merupakan kawasan yang dapat dimanfaatkan oleh masyarakat
dengan tidak merusak fungsinya yang bersifat lindung dengan eksploitasi hasil hutan yang
terbatas.

Hal |2 - 27
Alokasi peruntukkan kawasan hutan rakyat yaitu pada kawasan dengan kelerengan lebih dari
40% di luar kawasan hutan dan kawasan yang berfungsi penyangga pada kawasan perbukitan
yang merupakan hulu sungai sehingga berfungsi sebagai pengatur tata air. Kawasan hutan
rakyat dialokasikan di Kec. IX Koto, Kec. Pulau Punjung, Kec. Koto Besar, Kec. Sitiung, Kec.
Timpeh, Kec. Koto Baru, Kec. Koto Besar, dan Kec. Asam Jujuhan.
Luas peruntukkan kawasan hutan rakyat di Kabupaten Dharmasraya seluas 25.239 Ha atau
8,34% dari luas wilayah kabupaten.

C. Kawasan Peruntukan Pertanian


a) Kawasan Peruntukan Pertanian Tanaman Pangan Lahan Basah
Lahan yang diperuntukan untuk pertanian tanaman pangan lahan basah yaitu 14.643 Ha
(4,84% dari luas kabupaten). Pengembangan pertanian tanaman pangan lahan basah
secara ekstensifikasi masih dimungkinkan untuk ditingkatkan. Luas lahan sawah eksisting
yaitu 9.652 Ha yang terdapat di D.I. Batanghari seluas 5.782 Ha dan D.I. yang dikelola
kabupaten seluas 3.870 Ha. Dimasa depan Masih dimungkinkan ekstensifikasi lahan
pertanian tanaman pangan lahan basah di Kabupaten Dharmasraya seluas 4.991 Ha.

Kapasitas irigasi Batanghari mencapai luas pengairan 18.936 Ha dengan debit 25 m³/dt.
Pengembangan sawah irigasi dalam D.I. Batanghari telah direncanakan dalam jangka
menengah seluas 1.715 Ha dan masih terdapat potensi ekstensifikasi lahan selanjutnya
dalam jangka panjang seluas 3.276 Ha.

Luas pengembangan tanaman pangan lahan basah dengan irigasi dikelola kabupaten
seluas 3.870 Ha perlu untuk dipertahankan. Area yang sebelumnya dimanfaatkan untuk
sawah tetapi telah ditinggalkan dapat direhabilitasi untuk produksi padi sawah dengan
pengembangan pengairan dan insentif untuk budidaya. Salah satu pertimbangan
rehabilitasi dan konservasi lahan sawah adalah karena area persawahan untuk
masyarakat Minangkabau tidak saja berfungsi ekonomi tetapi juga berfungsi budaya
sebagai salah satu aset adat.

b) Kawasan peruntukan pertanian tanaman pangan Lahan Kering


Kawasan peruntukan pertanian tanaman pangan lahan kering seluas 5.285 Ha atau 1,75%
dari total luas wilayah Kabupaten Dharmasraya. Budidaya pertanian tanaman pangan
lahan kering berkembang di Kec. IX Koto, Kec. Pulau Punjung, Kec. Koto Besar, Kec.
Sitiung, Koto Baru, dan Koto Salak.

Hal |2 - 28
c) Kawasan Peruntukan Pertanian Hortikultura, Tanaman Kehutanan Dan Perkebunan
Kawasan peruntukan pertanian hortikultura, tanaman kehutanan dan perkebunan
diarahkan di Kec. IX Koto. Dengan karakterisitk lokasi kawasan pada hulu Sungai
Batanghari dan dominasi lahan berfungsi lindung dan penyangga, maka di kawasan ini
diarahkan pengembangan pertanian yang berfungsi sebagai konservasi tata air dengan
mengembangkan pertanian dengan tanaman pepohonan yang mampu menjaga fungsi
konservasi tata air seperti tanaman hortikultura buah-buahan bernilai ekonomis dan
produksi khas daerah seperti manggis, lansek dan durian. Selain itu diarahkan juga
budidaya tanaman kehutanan dan masih dimungkinkan budidaya perkebunan dengan
vegetasi pohon seperti karet.
Luas lahan untuk peruntukan kawasan pertanian hortikultura, tanaman kehutanan dan
perkebunan di Kec. IX Koto yaitu 6.685 Ha atau 2,21% dari luas wilayah kabupaten.

d) Kawasan Peruntukan Perkebunan


Kawasan peruntukkan perkebunan di Kabupaten Dharmasraya seluas 131.357 Ha (43,41%
dari luas kabupaten). Peruntukan perkebunan besar yang terdapat di Kabupaten
Dharmasraya seluas 75.840 Ha (25,15% dari luas kabupaten). Peruntukan luas
perkebunan rakyat seluas 55.517 Ha (18,25% dari luas kabupaten).
Peruntukkan perkebunan tersebar diseluruh kecamatan. Pada kawasan berfungsi
penyangga yang memiliki hamparan cukup luas di Kec. IX Koto, Kec. Koto Besar, Kec.
Asam Jujuhan, dan Kec. Timpeh, tanaman perkebunan yang sesuai untuk dibudidayakan
adalah tanaman dengan vegetasi yang dapat menjaga tata air dan erosi tanah.

D. Kawasan Peruntukan Perikanan


Kawasan budidaya perikanan berpotensi untuk berkembang di Kabupaten Dharmasraya
dengan memanfaatkan sumberdaya air yang tersedia berupa sungai, saluran irigasi, embung,
dan kolam. Kawasan sentra budidaya perikanan darat diarahkan di Kec. Pulau Punjung dan
Kec. Sitiung dengan alokasi ruang seluas 134 Ha.

E. Kawasan Peruntukan Pertambangan


Izin Usaha Pertambangan (IUP) yang telah dikeluarkan di Kabupaten Dharmasraya seluas
19.975 Ha yang terdiri atas IUP operasi produksi seluas 2.388 Ha, IUP eksplorasi seluas

Hal |2 - 29
17.587 Ha. Selain itu masih terdapat potensi lahan tambang diluar IUP yang telah
diidentifikasi seluas 3.330 Ha. Total kawasan sumber daya pertambangan yang teridentifikasi
untuk mendapatkan perijinan usaha kawasan pertambangan di Kabupaten Dharmasraya
yaitu 23.305 Ha.

Dari IUP yang telah dikeluarkan IUP yang termasuk dalam kawasan hutan bukan berfungsi
lindung seluas 2.774 Ha, IUP yang berimpit dengan kawasan perkebunan seluas 8.015 Ha.

Peruntukan pertambangan dalam pola ruang Kabupaten Dharmasraya selain yang telah
definitif seluas 2.388 Ha masih bisa bertambah didalam kawasan IUP eksplorasi dan lahan
potensi pertambangan diluar IUP yaitu dalam kawasan seluas 20.917 Ha.

Kawasan IUP terdapat di Kec. Asam Jujuhan, Padang Laweh, Kec. Koto Besar, Kec. Tiumang,
Kec. Timpeh, IX Koto, Kec. Pulau Punjung, Kec. Sitiung, dan Kec. Koto Salak dengan potensi
tambang dominan yaitu batu bara dan biji besi. Kawasan Ijin Usaha Pertambangan (IUP) di
Kabupaten Dharmasraya seperti terlihat dalam tabel berikut ini

Tabel 2.8
Kawasan Alokasi Ijin Usaha Pertambangan (IUP) dan Sumberdaya Pertambangan Lainnya diluar
Wilayah Ijin Usaha Pertambangan (WIUP) di Kabupaten Dharmasraya Per Kecamatan
No Kecamatan Luas (Ha)
IUP Batubara dan Mineral Logam
1 Asam Jujuhan 11.990
2 Padang Laweh 499
3 Tiumang 3.176
4 Timpeh 4.290
Luas Total 19.955
IUP Batuan
1 IX Koto 2
2 Pulau Punjung 3,96
3 Sitiung 10,41
4 Koto Salak 4,53
Luas Total 20,90
Sumberdaya Pertambangan Terukur Lainnya diluar WIUP
1 Asam Jujuhan 500
2 Padang Laweh 450
3 Timpeh 500
4 IX Koto 125
5 Koto Besar 200
6 Sitiung 310
7 Pulau Punjung 495
8 Koto Baru 250
9 Tiumang 500
Luas Total 3.330

Hal |2 - 30
F. Kawasan Industri
Untuk mendukung fungsi sebagai pusat pengembangan wilayah bagian tenggara Provinsi
Sumatera Barat, Kabupaten Dharmasraya berpotensi untuk pengembangan industri
pengolahan hasil perkebunan dan industri bahan tambang mengingat:

1. Kabupaten Dhamasraya adalah kabupaten penghasil komoditi karet dan sawit serta
bahan tambang terutama batu bara dan biji besi dengan kontribusi besar di Provinsi
Sumatera Barat.
2. Posisi Kabupaten Dharmasraya yang berada pada kawasan perbatasan tenggara Provinsi
Sumatera Barat dan dilalui oleh jalan lintas tengah Sumatera memudahkan akses
menuju outlet regional di pelabuhan Teluk Bayur dan outlet regional di pantai timur
Sumatera.
Lokasi kawasan industri memenuhi kriteria lokasi sebagai berikut:
 Berada pada jalur akses regional (arteri primer atau kolektor primer).
 Optimalisasi lokasi berdasarkan sumber bahan baku dan arah pemasaran.
• Untuk industri yang polutif berjarak minimal 5 km dari kawasan permukiman.
• Tidak berada pada lahan relatif datar bukan lahan pertanian produktif.
• Tersedia sumber air baku yang mencukupi.

Luas lahan yang dialokasikan untuk pengembangan kawasan industri yaitu mencapai 500 Ha.
Arahan alternatif lokasi untuk rencana kawasan industri di Kabupaten Dharmasraya yaitu
pada wilayah timur dan selatan kabupaten sepanjang koridor akses jalan kolektor primer
yang terdapat di Kec. Koto Besar, Kec. Sungai Rumbai, Kec. Koto Salak, Kec. Tiumang, atau
Kec. Padang Laweh.

G. Kawasan Kebun Keragaman Hayati


Rencana kawasan kebun keragaman hayati di Kabupaten Dharmasraya merupakan kebun
koleksi plasma nuftah yang diarahkan terutama untuk koleksi penelitian dan pengembangan
(research and development) plasma nuftah tanaman perkebunan, hortikultura buah-buahan,
dan tanaman kehutanan yang sekaligus juga berfungsi untuk pembibitan. Kawasan kebun
keragaman hayati selain sebagai sarana pendukung pertanian juga bisa dikembangkan
sebagai kawasan agrowisata buah-buahan. Kawasan kebun keragaman hayati terhubung
dengan kawasan cagar budaya Siguntur di bagian baratnya.

Hal |2 - 31
Pada saat ini KP Sitiung Kabupaten Dharmasraya telah memiliki kebun entres karet unggul,
bibit karet unggul, bibit kelapa sawit unggul berkerjasama dengan PPKS Medan, Kebun
contoh sawit unggul seluas 7 Ha, kebun buah-buahan, kebun produksi benih padi gogo,
kedelai dan jagung. Selama ini KP Sitiung telah memproduksi berbagai bibit tersebut dan
disalurkan ke masyarakat sekitar Kabupaten Dharmasraya.

Kawasan kebun keragaman hayati diarahkan pengembangannya pada lokasi yang termasuk
Kec. Sitiung dan Kec. Padang Laweh. Luas kawasan lebih kurang 771 Ha.

H. Kawasan Peruntukan Cagar Budaya dan Pariwisata


a) Kawasan Peruntukan Wisata Budaya
Kawasan wisata budaya yang diarahkan perkembangannya di Kabupaten Dharmasraya
yaitu:
a. Kawasan cagar budaya Kerajaan Lama Dharmasraya yang memiliki objek situs :
1. Kawasan Siguntur di Kec. Sitiung
2. Candi Padang Roco,
3. Situs Candi Pulau Sawah dan
4. Situs Candi Bukik Awang Maombiak,
5. Mesjid Tua Siguntur,
6. Rumah Gadang Kerajaan Siguntur,
7. Makam Raja Siguntur
8. Situs Candi Rambahan
9. Pasengrahan

Untuk mendukung pengembangan kawasan, dibutuhkan pengembangan akses menuju


kawasan dari arah barat kawasan perkotaan Pulau Punjung dan dari arah timur Sitiung
dengan mengembangkan jalan dari Pulau Punjung menghubungkan sepanjang sisi
Sungai Batanghari menuju kawasan cagar budaya dan kawasan kebun keragaman hayati
terhubung dengan jalan lingkar utara serta pembukaan akses jembatan wisata yang
menghubungkan Sikabau dengan kawasan cagar budaya.
b. Kawasan Koto Besar di Kec. Koto Besar dengan objek situs:
1. Rumah Kerajaan Koto Besar
2. Makam Raja Koto Besar
3. Makam Syech Abdul Rahman Alif Ba
4. Makam Rajo Kuek Kuaso

Hal |2 - 32
c. Kawasan Padang Lawehdi Kec. Padang Laweh dengan situs:
1. Rumah Kerajaan Padang Laweh
2. Rumah Kerajaan Tiang Panjang
3. Rumah Gadang Puti Bulian
d. Didukung oleh situs budaya di Kec. Pulau Punjung:
1. Rumah Gadang Rajo Pulau Punjung
2. Makam Datuak Gadang Sikabau
Peruntukan kawasan cagar budaya masih memerlukan penelitian lebih lajut menyangkut zonasi
kawasan.

b) Objek wisata alam di Kabupaten Dharmasaraya


Objek wisata alam di Kabupaten Dharmasaraya yang berpotensi untuk dikembangkan
yaitu:
1. Bendungan Batang Siat di Kec. Koto Besar
2. Air Terjun Sungai Suyiu di Kec. Asam Jujuhan
2. Telaga Baranang Siang Tarantang di Kec. Koto Baru
3. Pulau Cinta Pulau Mainan di Kec. Koto Baru
4. Pantai Guli‐gulu Koto Baringin di Kec. Tiumang
5. Bumi Perkemahan Siguntur di Kec. Sitiung
6. Puncak Gunung Medan di Kec. Sitiung
7. Gua Gadang Bunga Tika Timpeh di Ke. Timpeh
8. Air Terjun Tujuh Tingkat Tabek di Kec. Timpeh
9. Puncak Timpeh di Kec. Timpeh
10. Air Terjun Timbulun Indah di Kec. Pulau Punjung
11. Bendungan Btg Mimpi Sei Dareh di Kec. Pulau Punjung
12. Bendungan Batu Bakawik di Kec. Pulau Punjung
13. Air Panas Sungai Belit di Kec. Pulau Punjung
14. Gua Cigak Kampung Surau di Kec. Pulau Punjung
15. Air Terjun Koto Silago di Kec. IX Koto
16. Selaju Sampan Pulai di Kec. Sitiung
17. Air Terjun Sei Pinang di Kec. Timpeh
18. Danau Cinta di Kec. Koto Baru

Hal |2 - 33
Pengembangan objek wisata di Kabupaten Dharmasraya dapat dibagi atas 4 klaster
berdasarkan pertimbangan jangkauan akses dan pengelompokan sebaran objek wisata.
Klaster tersebut yaitu:
1. Klaster utara meliputi Kec. IX Koto, Pulau Punjung.
2. Klaster timur meliputi Kec. Timpeh, Kec Padang Laweh, dan Tiumang.
3. Klaster barat meliputi Kec. Koto Besar, Kec. Sitiung, dan Kec Koto Baru
4. Klaster selatan meliputi Kec. Koto Salak, Kec. Sungai Rumbai, dan Kec. Asam
Jujuhan.

I. Kawasan Transmigrasi
Rencana pengembangan kawasan transmigrasi diarahkan di Kec. IX Koto pada Nagari Banai
dan Nagari Silago. Luas lahan yang diperuntukkan yaitu lebih kurang 1.312 Ha yang mampu
menampung lebih kurang 500 keluarga tani atau lebih kurang menampung 2500 jiwa.

J. Kawasan Peruntukan Permukiman


a) kawasan peruntukan permukiman perkotaan

Kawasan peruntukan permukiman perkotaan adalah kawasan dengan dominasi kegiatan


penduduk non pertanian dalam jarak pencapaian pusat kegiatan minimal pusat
perdagangan dan kantor administrasi kecamatan .
Kawasan peruntukan permukiman perkotaan di Kabupaten Dharmasraya meliputi :
1. Pusat permukiman sepanjang koridor jalan Lintas Sumatera yang terdiri atas
kawasan perkotaan: Pulau Punjung, Sungai Dareh, Sikabau, Gunung Medan, Koto
Baru dan Sungai Rumbai .
2. Pusat permukiman pada pusat-pusat perdagangan kecamatan dan administrasi
kecamatan yang tersebar di seluruh Kabupaten Dharmasraya.

b) Kawasan peruntukan permukiman perdesaan.


Kawasan peruntukan permukiman perdesaan adalah kawasan dengan dominasi
kegiatan penduduk pertanian. Kawasan peruntukan permukiman perdesaan tersebar
pada kawasan pertanian pada seluruh kecamatan.
Jumlah penduduk Kabupaten Dharmasraya pada tahun 2010 yaitu 197.000 jiwa. Dengan
perkiraan jumlah penduduk Kabupaten Dharmasraya dalam 20 tahun kedepan
mencapai 315.000 jiwa atau bertambah 118.000 jiwa (bertambah lebih kurang 60%),

Hal |2 - 34
maka kebutuhan lahan untuk pengembangan permukiman semakin meningkat
terutama pada pusat-pusat kegiatan dan pelayanan perkotaan.
Luas lahan peruntukan untuk kawasan permukiman di Kabupaten Dharmasraya sebesar
10.625 Ha (3,52% dari luas kabupaten), yang terdiri atas kawasan permukiman
perkotaan dan permukiman perdesaan.

c) Pengembangan Sarana Permukiman


Pengembangan sarana permukiman pendidikan, kesehatan, olah raga dan rekreasi di
Kabupaten Dharmasraya dilakukan untuk meningkatkan kualitas pelayanan sosial
penduduk.
1. Rencana Pengembangan Sarana Pendidikan
Berdasarkan data saat ini jumlah SMP/MTS adalah 46 unit dan SMU/MA sebanyak 18
Unit Kecamatan-kecamatan yang belum mendapatkan pelayanan pendidikan
SMA/MA adalah Asam Jujuhan, Tiumang, Padang Laweh, dan IX Koto. Kecamatan-
kecamatan ini perlu mendapatkan prioritas pelayanan. Kebutuhan sarana pendidikan
di Kabupaten Dharmasraya sampai tahun 2031
Sarana pendidikan dasar (SD) sampai sampai Sekolah Lanjutan Tingkat Atas (SLTA)
direncanakan untuk dapat menjangkau seluruh penduduk Kabupaten Dharmasraya.
Kendala yang dihadapi adalah tersebarnya penduduk pada area yang luas sehingga
jarak menjadi kendala utama pelayanan. Untuk itu minimal pada setiap kota
kecamatan telah tersedia sarana pendidikan dari SD sampai SLTA. Akses dari
kawasan permukiman menuju pusat pelayanan kecamatantersebut perlu untuk
ditingkatkan.
Program prioritas pengembangan sarana pendidikan yaitu pengembangan sarana
pendidikan SLTA pada kecamatan yang belum memiliki sarana tersebut, yaitu di Kec.
Asam Jujuhan, Kec. Koto Salak, Kec. Padang Laweh, Kec. Tiumang, dan kawasan utara
Kec. Timpeh. Kawasan utara Kecamatan Timpeh perlu disediakan sarana SLTA karena
jauhnya akses menuju sarana SLTA yang terdapat di Tabek Payubarangan.

2. Rencana Pengembangan Sarana Kesehatan


Di Kabupaten Dharmasraya terdapat sarana kesehatan yang tersebar di hampir di
seluruh kecamatan. Sarana kesehatan yang ada meliputi RSU, Puskesmas, Puskesmas
Keliling, dan Puskesmas Pembantu. Saat ini terdapat 2 unit rumah sakit yaitu RSUD

Hal |2 - 35
Sungai Dareh dan Rumah Sakit Rujukan yang saat ini masih dalam tahap
pembangunan.

Dalam kurun waktu 20 tahun ke depan Kabupaten Dharmasraya membutuhkan jenis


puskesmas pedesaan, puskesmas perkotaan, puskesmas perawatan dan perawatan
di daerah strategis.
Kebijakan pengembangan sarana kesehatan dimasa depan secara keruangan yaitu
mendistribusikan akses pelayanan kesehatan mengingat jarak pencapaian RSUD
Pulau Punjung yang cukup jauh dari kawasan selatan. Usaha yang perlu diupayakan
adalah dengan meningkatkan pelayanan Puskesmas Sungai Rumbai sebagai pusat
pelayanan kesehatan wilayah bagian selatan Kabupaten Dharmasraya dengan
peningkatan kapasitas pelayanan sebagai Puskesmas Rawat Inap. Kebijakan lain
adalah mendorong pengembangan Rumah Sakit swasta pada wilayah bagian selatan
ini.

3. Rencana Pengembangan Sarana Olahraga Dan Rekreasi


Sarana olah raga dan rekreasi adalah sarana pelayanan masyarakat yang penting
untuk disediakan. Kebijakan pengembangan sarana olah raga dan rekreasi yaitu:
1) Pengembangan area olah raga dengan sarana lapangan ruang terbuka untuk
sepak bola, voli dan basket, serta gedung olah raga pada setiap pusat kegiatan
kecamatan. Selain itu diarahkan juga pengembangan area kegiatan outbound
untuk pelajar.
2) Pengembangan sarana rekreasi alam prioritas pada setiap kawasan pelayanan.
Kriteria lokasi pengembangan sarana rekreasi alam yaitu:
a. Lokasi berada pada kawasan pusat kegiatan pelayanan.
b) Terdapat objek rekreasi alam potensial yang bisa dikembangkan dikawasan.
c) Objek wisata memiliki potensi tinggi untuk dilengkapi dengan sarana
prasarana.
d) Jangkauan pelayanan berada dalam jarak pencapaian lebih kurang 15 km dari
permukiman terjauh.
e) Sebaran sarana rekreasi dapat melayani seluruh penduduk kabupaten dalam
jarak pencapaian.

Arahan pengembangan sarana rekreasi yaitu:


1) Sarana rekreasi di kawasan Silago melayani sebagian kawasan Kecamatan IX
Koto

Hal |2 - 36
2) Sarana rekreasi di kawasan Pulau Punjung melayani sebagian kawasan
Kecamatan IX Koto dan Kecamatan Pulau Punjung
3) Sarana rekreasi di kawasan Timpeh melayani Kec. Timpeh.
4) Sarana rekreasi di kawasan Koto Baru melayani sebagian kawasan Kec. Sitiung,
Kec. Koto Baru, dan Koto Besar.
5) Sarana rekreasi di kawasan Tiumang melayani Kec. Padang Laweh dan Kec.
Tiumang.
6) Sarana rekreasi di kawasan Sungai Rumbai melayani Kec. Sungai Rumbai, Koto
Salak, dan Kec. Asam Jujuhan.

4. Rencana Pengembangan Sarana Perekonomian


a. Pasar
Berdasarkan data tahun 2010, dapat diketahui bahwa distribusi prasarana pasar
di Kabupaten Dharmasraya sudah tersebar di seluruh kecamatan yang ada, tetapi
belum ada pasar yang representatif dan pasar wilayah. Oleh karena itu perlu
dilakukan peningkatan kulaitas pasar melalui pembangunan sarana dan prasarana
pasar.
Untuk sarana perdagangan yang ada berupa pasar sebanyak 4 unit merupakan
pasar klas I yaitu Pasar Pulau Punjung,Pasar Sikabau, pasar Koto Baru dan Pasar
Sungai Rumbai. Sarana komersial berupa pasar dan pertokoan mempunyai
kecenderungan untuk berkembang di Kabupaten Dharmasraya (Pasar Sungai
Rumbai, Pasar Pulau Punjung, Pasar Koto Baru, Pasar Blok B Sitiung). Sarana
perbelanjaan modern, perbankan, perbengkelan dan onderdil membutuhkan
lahan untuk pengembangan karena permintaan yang semakin tinggi akibat
peningkatan pendapatan masyarakat. Demikian juga sarana pasar yang ada
sekarang. Pasar Klas I akan mewakili Kabupaten Dharmasraya sebagai pusat
perdagangan. Oleh sebab itu pasar-pasar ini dimasa yang akan datang perlu
direncanakan dan dibangun agar representatif agar dapat menunjang fungsi
kawasan dan kota sekitarnya bagi pengembangan Kabupaten Dharmasraya.
Sedangkan pasar Klas II yang terdapat di Sialang Gaung, Sitiung, Koto Agung, dan
Koto Salak akan dapat melayani beberapa kecamatan. Dan Pasar Klas III akan
melayani wilayah kecamatan (beberapa nagari). Dalam hal ini prioritas
pengembangan pasar dikaitkan dengan pengembangan fungsi kota karena fungsi
kota akan terealisasi salah satunya ditunjang oleh fungsi pasar (perdagangan).

Hal |2 - 37
Sementara itu untuk menunjang kegiatan pasar diperlukan terminal. Sarana
terminal pada Kabupaten Dharmasraya saat ini masih kurang. Dengan
meningkatnya aktivitas pelayanan armada yang ada di Kabupaten Dharmasraya
terutam apada kota-kota yang berada di sepanjang Jalan Lintas Sumatera, dimana
akltivitas pelayanan sudah relatif lebih intensif dan padat, sehingga keberadaan
terminal di Kabupaten Dharmasraya yang representatif sangat dibutuhkan.
Berdasarkan fungsi dan wilayah pelayanan, serta sesuai dengan kategori terminal
dalam PP No.43/1993 dan KM No. 31/1995, terminal yang dibutuhkan di
Kabupaten Dharmasraya yaitu terminal tipe C. Terminal tipe C ini dapat berfungsi
melayani kendaraan umum untuk angkutan kota dan angkutan perdesaan.

b. Perbankan
Dalam menunjang pembangunan Kabupaten Dharmasraya dibutuhkan sarana
perbankan berupa bank dan BPR. Saat ini telah ada sebanyak 25 buah Bank di
Kabupaten Dharmasraya yang terkonsentrasi pada kawasan jalur jalan Lintas
Sumatera. Dari 11 (sebelas) kecamatan yang terdapat di Kabupaten Dharmasraya
hanya 6 (enam) kecamatan yang memiliki bank, yaitu Kecamatan Pulau Punjung,
Sitiung, Koto Baru, Sungai Rumbai, Koto Besar, Koto Salak. Dan dari 6 (enam)
kecamatan tersebut Kecamatan Koto Baru merupakan kecamatan yang paling
banyak memilki bank yaitu sebanyak 10 unit dan Bank yang paling banyak
beroperasi adalah BRI.

Hal ini menunjukkan tingginya permintaan jasa perbankan pada kawasan-


kawasan perkotaan di Kabupaten Dharmasraya. Dimasa yang akan datang fuingsi
perbankan diharapkan tidak hanya sebagai sarana ekonomi yang dibutuhkan
masyarakat tetapi sebaliknya diharapkan kehadiran sarana perbankan pada
kawasan-kawasan yang belum berkembang akan dapat memicu percepatan
perkembangan kawasan-kawasan tersebut yang umumnya berada di Kecamatan
IX Koto, Kecamatan Koto Besar, Kecamatan Asam Jujuhan, Kecamatan Tiumang,
Kecamatan Padang Laweh, Kecamatan Timpeh dan Kecamatan Koto Salak.

5. Sarana Pemerintahan dan Pelayanan Umum


Sarana pelayanan pemerintahan yang terdapat di Kabupaten Dharmasraya pada saat
ini mencakup sarana pemerintahan berupa gedung perkantoran, baik yang
teraglomerasi dalam sebuah kawasan pemerintahan ataupun yang tersebar. Selain

Hal |2 - 38
itu terdapat juga kantor-kantor pemerintahan ditingkat kecamatan dan nagari,
masing-masing kantor tersebut berada di ibukota kecamatan atau masing-masing
pusat nagari.
Untuk kawasan perkotaan dibutuhkan sarana pemakaman umum dengan standar
3,75 m2/jiwa, dengan asumsi sekitar 40% penduduk. Kabupaten Dharmasraya pada
tahun 2031 berada di perkotaan, maka lahan yang dibutuhkan untuk pemakaman
adalah +42 ha.

Kebutuhan fasilitas pemerintahan sangat tergantung pada jumlah SKPD yang ada.
Sesuai standar setiap SKPD membutuhkan 2000 m 2. Pelayanan pemerintahan
memungkinkan untuk tidak terkonsentrasi pada satu lokasi karena bentuk wilayah
yang memanjang. Pada kasus-kasus di daerah lain jarak yang jauh antara satu
kecamatan dan desa lebih dari 50 Km, maka SKPD yang terkait langsung dengan
pelayanan masyarakat mempunyai kantor cabang yang tidak saja di pusat
pemerintahan tetapi juga di kota yang menjadi pusat kedua di kabupaten.
Dalam hal ini Kabupaten Dharmasraya dengan kondisi bentangan yang memanjang
dapat juga melakukan hal yang sama dengan di atas, dimana untuk kegiatan-kegiatan
yang berkaitan langsung dengan masyarakat dapat membuka unit baru di kota kedua
tersebut.
Saat ini Kabupaten Dharmasraya juga membutuhkan sarana sosialisasi masyarakat
berupa stadion olah raga multifungsi yang dapat digunakan untuk kegiatan berbagai
macam olah raga, acara resepsi dan launcing-launcing suatu produk, sehingga
stadion tersebut merupakan stadion multifungsi.

2.2 ARAH KEBIJAKAN TENTANG PERUMAHAN DAN PERMUKIMAN

2.2.1 Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2011 Tentang Perumahan Dan Kawasan Permukiman

Negara bertanggung jawab melindungi segenap bangsa Indonesia melalui penyelenggaraan


perumahan dan kawasan permukiman agar masyarakat mampu bertempat tinggal serta
menghuni rumah yang layak dan terjangkau di dalam lingkungan yang sehat, aman, harmonis,
dan berkelanjutan di seluruh wilayah Indonesia. Sebagai salah satu kebutuhan dasar manusia,
idealnya rumah harus dimiliki oleh setiap keluarga, terutama bagi masyarakat yang
berpenghasilan rendah dan bagi masyarakat yang tinggal di daerah padat penduduk di
perkotaan.Negara juga bertanggung jawab dalam menyediakan dan memberikan kemudahan

Hal |2 - 39
perolehan rumah bagi masyarakat melalui penyelenggaraan perumahan dan kawasan
permukiman serta keswadayaan masyarakat.Penyediaan dan kemudahan perolehan rumah
tersebut merupakan satu kesatuan fungsional dalam wujud tata ruang, kehidupan ekonomi, dan
sosial budaya yang mampu menjamin kelestarian lingkungan hidup sejalan dengan semangat
demokrasi, otonomi daerah, dan keterbukaan dalam tatanan kehidupan bermasyarakat,
berbangsa, dan bernegara.

Pembangunan perumahan dan kawasan permukiman yang bertumpu pada masyarakat


memberikan hak dan kesempatan seluas-luasnya bagi masyarakat untuk ikut berperan. Sejalan
dengan peran masyarakat di dalam pembangunan perumahan dan kawasan permukiman,
Pemerintah dan Pemerintah Daerah mempunyai tanggung jawab untuk menjadi fasilitator,
memberikan bantuan dan kemudahan kepada masyarakat, serta melakukan penelitian dan
pengembangan yang meliputi berbagai aspek yang terkait, antara lain, tata ruang, pertanahan,
prasarana lingkungan, industri bahan dan komponen, jasa konstruksi dan rancang bangun,
pembiayaan, kelembagaan, sumber daya manusia, kearifan lokal, serta peraturan perundang-
undangan yang mendukung.

1. Pemerintah Provinsi dalam melaksanakan pembinaan mempunyai tugas:


a. Merumuskan dan menetapkan kebijakan dan strategi pada tingkat Provinsi di bidang
perumahan dan kawasan permukiman dengan berpedoman pada kebijakan Nasional;
b. Merumuskan dan menetapkan kebijakan Provinsi tentang pendayagunaan dan
pemanfaatan hasil rekayasa teknologi dibidang perumahan dan kawasan permukiman
dengan berpedoman pada kebijakan Nasional;
c. Merumuskan dan menetapkan kebijakan penyediaan KASIBA dan LISIBA lintas
Kabupaten/Kota;
d. Mengawasi pelaksanaan kebijakan dan strategi Nasional pada tingkat Provinsi di bidang
perumahan dan kawasan permukiman;
e. Menyelenggarakan fungsi operasionalisasi dan koordinasi pelaksanaan kebijakan
Provinsi penyediaan rumah, perumahan, permukiman, lingkungan hunian, dan kawasan
permukiman;
f. Menyusun rencana pembangunan dan pengembangan perumahan dan kawasan
permukiman lintas Kabupaten/Kota;
g. Memfasilitasi pengelolaan prasarana, sarana, dan utilitas umum perumahan dan
kawasan permukiman pada tingkat Provinsi;

Hal |2 - 40
h. Mengalokasikan dana dan/atau biaya pembangunan untuk mendukung terwujudnya
perumahan bagi MBR;
i. Memfasilitasi penyediaan perumahan dan kawasan permukiman bagi masyarakat,
terutama bagi MBR; dan
j. Memfasilitasi pelaksanaan kebijakan dan strategi pada tingkat Provinsi.
2. Pemerintah Provinsi dalam melaksanakan pembinaan mempunyai wewenang:
a. Menyusun dan menyediakan basis data perumahan dan kawasan permukiman pada
tingkat Provinsi;
b. Menyusun dan menyempurnakan peraturan perundang-undangan bidang perumahan
dan kawasan permukiman pada tingkat Provinsi;
c. Memberdayakan pemangku kepentingan dalam bidang perumahan dan kawasan
permukiman pada tingkat Provinsi;
d. Melaksanakan koordinasi, sinkronisasi, dan sosialisasi peraturan perundang-undangan
serta kebijakan dan strategi penyelenggaraan perumahan dan kawasan permukiman
pada tingkat Provinsi dalam rangka mewujudkan jaminan dan kepastian hukum dan
pelindungan hukum dalam bermukim;
e. Mengkoordinasikan pemanfaatan teknologi dan rancang bangun yang ramah lingkungan
serta pemanfaatan industri bahan bangunan yang mengutamakan sumber daya dalam
negeri dan kearifan lokal;
f. Mengkoordinasikan pengawasan dan pengendalian pelaksanaan peraturan perundang-
undangan, kebijakan, strategi, serta program di bidang perumahan dan kawasan
permukiman pada tingkat Provinsi;
g. Mengevaluasi peraturan perundang-undangan serta kebijakan dan strategi
penyelenggaraan perumahan dan kawasan permukiman pada tingkat Provinsi;
h. Memfasilitasi peningkatan kualitas terhadap perumahan kumuh dan permukiman
kumuh pada tingkat Provinsi;
i. Mengkoordinasikan pencadangan atau penyediaan tanah untuk pembangunan
perumahan dan permukiman bagi MBR pada tingkat Provinsi;
j. Menetapkan kebijakan dan strategi daerah Provinsi dalam penyelenggaraan perumahan
dan kawasan permukiman dengan berpedoman pada kebijakan Nasional; dan
k. Memfasilitasi kerja sama pada tingkat Provinsi antara Pemerintah Provinsi dan badan
hukum dalam penyelenggaraan perumahan dan kawasan permukiman.
3. Pemerintah Kabupaten/Kota dalam melaksanakan pembinaan mempunyai tugas:

Hal |2 - 41
a. Menyusun dan melaksanakan kebijakan dan strategi pada tingkat Kabupaten/Kota di
bidang perumahan dan kawasan permukiman dengan berpedoman pada kebijakan dan
strategi Nasional dan Provinsi;
b. Menyusun dan melaksanakan kebijakan daerah dengan berpedoman pada strategi
Nasional dan Provinsi tentang pendayagunaan dan pemanfaatan hasil rekayasa
teknologi di bidang perumahan dan kawasan permukiman;
c. Menyusun rencana pembangunan dan pengembangan perumahan dan kawasan
permukiman pada tingkat Kabupaten/Kota;
d. Menyelenggarakan fungsi operasionalisasi dan koordinasi terhadap pelaksanaan
kebijakan Kabupaten/Kota dalam penyediaan rumah, perumahan, permukiman,
lingkungan hunian, dan kawasan permukiman;
e. Melaksanakan pemanfaatan teknologi dan rancang bangun yang ramah lingkungan
serta pemanfaatan industri bahan bangunan yang mengutamakan sumber daya dalam
negeri dan kearifan lokal yang aman bagi kesehatan;
f. Melaksanakan pengawasan dan pengendalian terhadap pelaksanaan peraturan
perundang-undangan, kebijakan, strategi, serta program di bidang perumahan dan
kawasan permukiman pada tingkat Kabupaten/Kota;
g. Melaksanakan kebijakan dan strategi pada tingkat Kabupaten/Kota;
h. Melaksanakan peraturan perundang-undangan serta kebijakan dan strategi
penyelenggaraan perumahan dan kawasan permukiman pada tingkat Kabupaten/Kota;
i. Melaksanakan peningkatan kualitas perumahan dan permukiman;
j. Melaksanakan kebijakan dan strategi daerah Provinsi dalam penyelenggaraan
perumahan dan kawasan permukiman dengan berpedoman pada kebijakan Nasional;
k. Melaksanakan pengelolaan prasarana, sarana, dan utilitas umum perumahan dan
kawasan permukiman;
l. Mengawasi pelaksanaan kebijakan dan strategi Nasional dan Provinsi di bidang
perumahan dan kawasan permukiman pada tingkat Kabupaten/Kota;
m. Mengalokasikan dana dan/atau biaya pembangunan untuk mendukung terwujudnya
perumahan bagi MBR;
n. Memfasilitasi penyediaan perumahan dan permukiman bagi masyarakat, terutama bagi
MBR;
o. Menetapkan Lokasi KASIBA dan LISIBA; dan

Hal |2 - 42
p. Memberikan pendampingan bagi orang perseorangan yang melakukan pembangunan
rumah swadaya.
4. Jenis dan bentuk rumah
 Jenis rumah dibedakan berdasarkan pelaku pembangunan dan penghunian yang
meliputi:
a. Rumah komersial; diselenggarakan untuk mendapatkan keuntungan sesuai dengan
kebutuhan masyarakat.
b. Rumah umum; diselenggarakan untuk memenuhi kebutuhan rumah bagi MBR. Dan
mendapatkan kemudahan dan/atau bantuan dari Pemerintah dan/atau Pemerintah
Daerah.
c. Rumah swadaya; diselenggarakan atas prakarsa dan upaya masyarakat, baik secara
sendiri maupun berkelompok. Dan dapat memperoleh bantuan dan kemudahan
dari Pemerintah dan/atau Pemerintah Daerah.
d. Rumah khusus; dan diselenggarakan dalam rangka memenuhi kebutuhan rumah
untuk kebutuhan khusus. Dan disediakan oleh Pemerintah dan/atau Pemerintah
Daerah.
e. Rumah negara disediakan oleh Pemerintah dan/atau Pemerintah Daerah.
 Bentuk rumah
a. Dibedakan berdasarkan hubungan atau keterikatan antar bangunan.
b. Bentuk rumah meliputi:
 Rumah tunggal;
 Rumah deret; dan
 Rumah susun.
c. Luas lantai rumah tunggal dan rumah deret memiliki ukuran paling sedikit 36 (tiga
puluh enam) meter persegi.
5. Perencanaan perumahan
a. Perencanaan perumahan dilakukan untuk memenuhi kebutuhan rumah.
b. Perencanaan perumahan terdiri atas:
 Perencanaan dan perancangan rumah; dan
 Perencanaan prasarana, sarana, dan utilitas umum perumahan.
c. Perencanaan perumahan merupakan bagian dari perencanaan permukiman.
d. Perencanaan perumahan mencakup rumah sederhana, rumah menengah, dan/atau
rumah mewah.
6. Perencanaan prasarana, sarana dan utilitas umum

Hal |2 - 43
a. Perencanaan prasarana, sarana, dan utilitas umum perumahan meliputi:
 Rencana penyediaan kaveling tanah untuk perumahan sebagai bagian dari
permukiman; dan
 Rencana kelengkapan prasarana, sarana, dan utilitas umum perumahan.
b. Rencana penyediaan kaveling tanah digunakan sebagai landasan perencanaan
prasarana, sarana, dan utilitas umum.
c. Rencana penyediaan kaveling tanah dimaksudkan untuk meningkatkan daya guna dan
hasil guna tanah bagi kaveling siap bangun sesuai dengan rencana tata bangunan dan
lingkungan.
d. Perencanaan prasarana, sarana, dan utilitas umum harus memenuhi persyaratan
administratif, teknis, dan ekologis.
e. Perencanaan prasarana, sarana, dan utilitas umum yang telah memenuhi persyaratan
wajib mendapat pengesahan dari Pemerintah Daerah.
f. Pembangunan prasarana, sarana, dan utilitas umum perumahan harus memenuhi
persyaratan:
 Kesesuaian antara kapasitas pelayanan dan jumlah rumah;
 Keterpaduan antara prasarana, sarana, dan utilitas umum dan lingkungan hunian;
dan
 Ketentuan teknis pembangunan prasarana, sarana, dan utilitas umum.
7. Pembangunan perumahan
a. Pembangunan perumahan meliputi:
 Pembangunan rumah dan prasarana, sarana, dan utilitas umum; dan/atau
 Peningkatan kualitas perumahan.
b. Pembangunan perumahan dilakukan dengan mengembangkan teknologi dan rancang
bangun yang ramah lingkungan serta mengembangkan industri bahan bangunan yang
mengutamakan pemanfaatan sumber daya dalam negeri dan kearifan lokal yang aman
bagi kesehatan.
c. Industri bahan bangunan sebagaimana dimaksud wajib memenuhi Standar Nasional
Indonesia.
d. Pemerintah Daerah wajib memberikan kemudahan perizinan bagi badan hukum yang
mengajukan rencana pembangunan perumahan untuk MBR.
e. Pemerintah Daerahberwenang mencabut izin pembangunan perumahan terhadap
badan hukum yang tidak memenuhi kewajibannya.

Hal |2 - 44
f. Badan hukum yang melakukan pembangunan perumahan wajib mewujudkan
perumahan dengan hunian berimbang.
g. Pembangunan perumahan skala besar yang dilakukan oleh badan hukum wajib
mewujudkan hunian berimbang dalam satu hamparan.
h. Kewajiban sebagaimana dimaksud dikecualikan untuk badan hukum yang membangun
perumahan yang seluruhnya ditujukan untuk pemenuhan kebutuhan rumah umum.
i. Dalam hal pembangunan perumahan, Pemerintah dan/atau Pemerintah Daerah dapat
memberikan insentif kepada badan hukum untuk mendorong pembangunan
perumahan dengan hunian berimbang.
j. Pembangunan perumahan skala besar dengan hunian berimbang meliputi rumah
sederhana, rumah menengah, dan rumah mewah.
k. Dalam hal pembangunan perumahan dengan hunian berimbang tidak dalam satu
hamparan, pembangunan rumah umum harus dilaksanakan dalam satu daerah
Kabupaten/Kota.
l. Pembangunan rumah umum harus mempunyai akses menuju pusat pelayanan atau
tempat kerja.
m. Kemudahan akses diatur dengan peraturan daerah.
n. Pembangunan perumahan dengan hunian berimbang dilakukan oleh badan hukum yang
sama.
8. Kemudahan pembangunan dan perolehan rumah bagi MBR
a. Pemerintah wajib memenuhi kebutuhan rumah bagi MBR.
b. Untuk memenuhi kebutuhan rumah bagi MBR, Pemerintah dan/atau Pemerintah
Daerah wajib memberikan kemudahan pembangunan dan perolehan rumah melalui
program perencanaan pembangunan perumahan secara bertahap dan berkelanjutan.
c. Kemudahan dan/atau bantuan pembangunan dan perolehan rumah bagi MBR dapat
berupa:
 Subsidi perolehan rumah;
 Stimulan rumah swadaya;
 Insentif perpajakan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan di
bidang perpajakan;
 Perizinan;
 Asuransi dan penjaminan;
 Penyediaan tanah;
 Sertifikasi tanah; dan/atau

Hal |2 - 45
 Prasarana, sarana, dan utilitas umum.
d. Pemberian kemudahan dituangkan dalam akta perjanjian kredit atau pembiayaan untuk
perolehan rumah bagi MBR.
9. Perencanaan Kawasan Permukiman
a. Perencanaan kawasan permukiman harus dilakukan sesuai dengan rencana tata ruang
wilayah.
b. Perencanaan kawasan permukiman dimaksudkan untuk menghasilkan dokumen
rencana kawasan permukiman sebagai pedoman bagi seluruh pemangku kepentingan
dalam pembangunan kawasan permukiman.
c. Pedoman digunakan untuk memenuhi kebutuhan lingkungan hunian dan digunakan
untuk tempat kegiatan pendukung dalam jangka pendek, jangka menengah, dan jangka
panjang.
d. Perencanaan kawasan permukiman dapat dilakukan oleh Pemerintah, Pemerintah
Daerah, dan setiap orang.
e. Dokumen rencana kawasan permukiman ditetapkan oleh Bupati/Walikota.
f. Perencanaan kawasan permukiman harus mencakup:
 Peningkatan sumber daya perkotaan atau perdesaan;
 Mitigasi bencana; dan
g. penyediaan atau peningkatan prasarana, sarana, dan utilitas umum.
h. Perencanaan kawasan permukiman terdiri atas perencanaan lingkungan hunian
perkotaan dan perdesaan serta perencanaan tempat kegiatan pendukung perkotaan
dan perdesaan yang merupakan bagian yang tidak terpisahkan.

2.2.2 Peraturan Menteri Perumahan Rakyat No 7 Tahun 2013 tentang Perubahan Atas
Peraturan Menteri Perumahan Rakyat No 10 Tahun 2012 tentang Penyelenggaraan
Perumahan dan Kawasan Permukiman dengan Hunian Berimbang
Permenpera No. 07 Tahun 2013 merupakan perubahan dari Permenpera No. 10 Tahun
2012 tentang Penyelenggaraan Perumahan dan Kawasan Permukiman dengan Hunian Berimbang.
Dalam pasal 9A dijelaskan bahwa:

1. Pembangunan hunian berimbang dilaksanakan bersamaan secara proporsional antara rumah


mewah, rumah menengah, dan rumah sederhana.
2. Dalam hal hanya membangun rumah mewah, setiap orang wajib membangun sekurang-
kurangnya rumah menengah 2 (dua) kali dan rumah sederhana 3 (tiga) kali jumlah rumah
mewah yang akan dibangun.

Hal |2 - 46
3. Dalam hal hanya membangun rumah menengah, setiap orang wajib membangun rumah
sederhana sekurang-kurangnya 1 ½ (satu setengah) kali jumlah rumah menengah yang akan
dibangun.
4. Dalam hal pelaku pembangunan perumahan tidak dapat membangun rumah sederhana,
pelaku pembangunan perumahan dapat membangun rumah susun umum yang jumlahnya
senilai dengan harga kewajiban membangun rumah sederhana.
5. Pelaku pembangunan rumah susun komersial wajib membangun rumah susun umum
sekurang-kurangnya 20% (dua puluh persen) dari total luas lantai rumah susun komersial
yang dibangun.

Dalam pasal 13 dijelaskan bahwa:

1. Setiap orang yang membangun perumahan dan kawasan permukiman wajib mewujudkan
hunian berimbang sesuai dengan perencanaan.
2. Pembangunan perumahan, permukiman, lingkungan hunian, dan kawasan permukiman
dengan hunian berimbang hanya dilakukan oleh badan hukum bidang perumahan dan
kawasan permukiman dan/atau badan hukum yang memiliki bidang usaha pembangunan.
3. Badan hukum dapat berupa badan hukum yang berdiri sendiri atau kumpulan badan hukum
dalam bentuk kerjasama.
4. Kerjasama dapat berbentuk:
a. Konsorsium;
b. Kerjasama operasional; atau
c. Bentuk kerjasama lain sesuai dengan peraturan perundang-undangan.
5. Pembangunan rumah sederhana atau rumah susun umum dalam rangka perwujudan hunian
berimbang dilaksanakan secara proporsional sesuai rencana dan jadwal penyelesaian
pembangunan perumahan dan kawasan permukiman yang tertuang dalam rencana kerja
perwujudan hunian berimbang.

Dalam pasal 15A dijelaskan bahwa:

1. Koreksi sebagai bagian dari pengawasan terhadap pelaksanaan kebijakan hunian berimbang
dilakukan dalam bentuk pengenaan sanksi administratif dan/atau Sanksi Pidana.
2. Sanksi administratif dilakukan sesuai UU No 1 Tahun 2011 tentang Perumahan dan Kawasan
Permukiman, yaitu dalam bentuk:
a. Peringatan tertulis;
b. Pencabutan insentif;
c. Pembatasan kegiatan pembangunan;

Hal |2 - 47
d. Penghentian sementara atau tetap pelaksanaan pembangunan; pada pekerjaan
e. Pembekuan izin usaha; dan/atau
f. Pencabutan izin usaha.

Dalam pasal 15B dijelaskan bahwa:

1. Setiap orang yang tidak menyelenggarakan pembangunan perumahan dengan hunian


berimbang, dipidana sesuai dengan ketentuan pidana Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2011
tentang Perumahan dan Kawasan Permukiman, yaitu pidana denda paling banyak Rp.
5.000.000.000,- (lima milyar) dan dapat dijatuhi pidana tambahan berupa membangun
kembali perumahan sesuai dengan kriteria, spesifikasi, persyaratan, prasarana, sarana, dan
utilitas umum yang diperjanjikan.
2. Setiap pelaku pembangunan rumah susun komersial yang tidak melakukan pembangunan
rumah susun umum sekurang- kurangnya 20% dari total luas lantai rumah susun komersil
yang dibangun, dipidana sesuai dengan ketentuan pidana Undang-Undang Nomor 20 Tahun
2011 tentang Rumah Susun, yaitu dipidana pidana paling lama 2 (dua) tahun atau denda
paling banyak RP. 20.000.000.000,- (dua puluh milyar)
3. Dalam hal terjadinya dugaan tindak pidana, Menteri dapat menyampaikan dugaan
pelanggaran pidana berdasarkan hasil pengawasan Tim Pelaksana Pengawasan kepada pihak
Kepolisian dan/atau pihak Kejaksaan untuk ditindaklanjuti.

2.2.3 Peraturan Menteri Perumahan Rakyat Republik Indonesia Nomor 12 Tahun 2014 Tentang
Pedoman Penyusunan Rencana Pembangunan Dan Pengembangan Perumahan Dan
Kawasan Permukiman Daerah Provinsi Dan Daerah Kabupaten/Kota
Pedoman Penyusunan RP3KP Daerah Provinsi dan Daerah Kabupaten/Kota dimaksudkan
untuk mewujudkan penyusunan RP3KP secara terkoordinasi dan terpadu lintas sektoral pada
Daerah Provinsi dan Daerah Kabupaten/Kota.

Pedoman Penyusunan RP3KP Daerah Provinsi dan Daerah Kabupaten/Kota bertujuan


sebagai acuan dalam penyusunan RP3KP oleh Pemerintah Daerah Provinsi dan Pemerintah
Daerah Kabupaten/Kota.

RP3KP Daerah Provinsi merupakan arahan kebijakan dan strategi pembangunan dan
pengembangan bidang perumahan dan kawasan permukiman:

a. Berdasarkan RTRW;
b. Mendukung program dan kegiatan jangka pendek, jangka menengah, dan jangka panjang;

Hal |2 - 48
c. Lintas daerah Kabupaten/Kota.

RP3KP Daerah Provinsi dan RP3KP Daerah Kabupaten/Kota berlaku sampai dengan 20 (dua puluh)
tahun. Dokumen RP3KP Daerah Provinsi dan Daerah Kabupaten/Kota terdiri atas buku data dan
analisis; dan buku rencana. Penyusunan RP3KP provinsi mencakup:

A. Persiapan meliputi kegiatan:


a. Penyusunan kerangka acuan kerja dan rencana anggaran biaya oleh SKPD yang
menangani bidang perumahan dan kawasan permukiman;
b. Pembentukan Pokja PKP;
c. Penetapan Pokja PKP; dan
d. Konsolidasi Pokja PKP.

Persiapan menghasilkan sekurang-kurangnya:

a. Kerangka acuan kerja dan rencana anggaran biaya;


b. Surat keputusan pembentukan Pokja PKP;
c. Metodologi pelaksanaan pekerjaan yang akan digunakan;
d. Rencana kerja pelaksanaan penyusunan RP3KP;
e. Identifikasi data primer dan data sekunder;
f. Perangkat survey data primer dan data sekunder; dan
g. Pembagian tugas.

B. Penyusunan Rencana
Penyusunan rencana dilakukan melalui tahapan kegiatan:
a. Pendataan;
b. Analisis; dan
c. Perumusan.

Penyusunan rencana tersebut dapat melibatkan masyarakat antara lain melalui:


a. Pengisian kuesioner;
b. Wawancara;
c. Media informasi; dan/atau
d. Kegiatan forum-forum diskusi dan konsultasi publik.

Pendataan dilaksanakan untuk pengumpulan:


a. Data primer, meliputi:
 Sebaran perumahan dan permukiman;

Hal |2 - 49
 Sebaran perumahan kumuh dan permukiman kumuh;
 Ketersediaan dan kondisi prasarana, sarana dan utilitas umum;
 Tipologi perumahan dan permukiman;
 Budaya bermukim masyarakat; dan
 Kualitas lingkungan pada perumahan dan permukiman
b. Data sekunder, meliputi:
 Data dari RPJP dan RPJM Daerah Provinsi yang terdiri dari:
1. Visi dan misi pembangunan daerah;
2. Arah kebijakan dan strategi pembangunan daerah;
3. Tujuan dan sasaran pembangunan daerah;
4. Prioritas daerah; dan
5. Program pembangunan daerah bidang perumahan dan kawasanpermukiman.
 Data dari RTRW Daerah Provinsi, meliputi:
1. Arahan kebijakan pemanfaatan ruang kawasan permukiman; dan
2. Rencana struktur dan pola ruang.
 Data dan informasi tentang kebijakan pembangunan dan pengembangan
perumahan dan kawasan permukiman di tiap daerah Kabupaten/Kota;
 Data izin lokasi pemanfaatan tanah;
 Data dan informasi perumahan dan kawasan permukiman di tiap daerah
Kabupaten/Kota yang berada dalam wilayah Provinsi, sekurang-kurangnya meliputi:
1. Data kependudukan tiap Kecamatan;
2. Data kondisi perumahan dan permukiman di daerah Kabupaten/Kota yang
berbatasan;
3. Data dan informasi tentang rencana pembangunan terkait pembangunan dan
pengembangan perumahan dan kawasan permukiman lintas daerah
Kabupaten/Kota yang berbatasan, padakawasan perkotaan atau kawasan
perdesaan yang mencakup 2 (dua) atau lebih wilayah Kabupaten/Kota;
4. Data tentang prasarana, sarana, dan utilitas umum lintas daerah
Kabupaten/Kota yang berbatasan;
5. Data perizinan pembangunan perumahan dan kawasan permukiman yang
telah diterbitkan;
6. Data daya dukung wilayah;
7. Data tentang kemampuan keuangan pembangunan daerah;

Hal |2 - 50
8. Data tentang pendanaan dan pembiayaan perumahan dan kawasan
permukiman; dan
9. Data dan informasi tentang kelembagaan terkait perumahan dan kawasan
permukiman di daerah Provinsi.
 Peta-peta, meliputi:
1. Peta dalam dokumen RTRW meliputi:
a) Peta batas administrasi;
b) Peta penggunaan lahan eksisting;
c) Peta informasi kebencanaan dan rawan bencana;
d) Peta kondisi tanah antara lain peta geologi, hidrologi, topografi;
e) Peta-peta identifikasi potensi sumberdaya alam; dan
f) Peta rencana struktur dan pola ruang;
2. Peta daerah Kabupaten/Kota yang berbatasan dengan skala sekurang-
kurangnya 1: 25.000 sampai dengan 1 : 50.000;
3. Citra satelit untuk memperbaharui (update) peta dasar dan membuat peta
tutupan lahan; dan
4. Peta status perizinan lokasi pemanfaatan tanah.

C. Analisis
a. Analisis implikasi kebijakan pembangunan dan kebijakan Tata Ruang Nasional dan
Daerah Provinsi terhadap pembangunan dan pengembangan perumahan dan kawasan
permukiman;
b. Analisis implikasi kebijakan pembangunan dan kebijakan Tata Ruang Daerah
Kabupaten/Kota terhadap pembangunan dan pengembangan perumahan dan kawasan
permukiman;
c. Analisis sistem pusat-pusat pelayanan yang didasarkan pada sebaran daerah fungsional
perkotaan dan perdesaan yang ada di wilayah perencanaan;
d. Analisis karakteristik sosial kependudukan sekurang-kurangnya meliputi:
 Pola migrasi, pola pergerakan penduduk;
 Proporsi penduduk perkotaan dan perdesaan pada awal tahun perencanaan dan
proyeksi 20 (dua puluh) tahun ke depan;
 Struktur penduduk berdasarkan mata pencarian, usia produktif, tingkat pendidikan,
sex ratio; dan

Hal |2 - 51
 Sebaran kepadatan penduduk pada awal tahun perencanaan dan proyeksi 20 (dua
puluh) tahun ke depan;
e. Analisis karakteristik perumahan dan kawasan permukiman sekurang-kurangnya
meliputi:
 Identifikasi permasalahan perumahan dan kawasan permukiman di daerah;
 Jumlah rumah dan kondisinya;
 Jumlah kekurangan rumah (backlog) pada awal tahun perencanaan dan proyeksi 20
(dua puluh) tahun ke depan;
 Lokasi perumahan pada kawasan fungsi lain yang perlu penanganan khusus;
 Lokasi perumahan kumuh dan permukiman kumuh yang perlu dilakukan
pemugaran, peremajaan atau pemukiman kembali; dan
 Lokasi perumahan dan permukiman yang memerlukan peningkatan kualitas.
f. Analisis arah pengembangan perumahan dan kawasan permukiman di daerah
Kabupaten/Kota yang berbatasan terhadap rencana pengembangan wilayah
Kabupaten/Kota secara keseluruhan;
g. Analisis kebutuhan prasarana, sarana dan utilitas umum wilayah Provinsi, dan lintas
daerah Kabupaten/Kota yang berbatasan yang mencakup 2 (dua) atau lebih wilayah
Kabupaten/Kota;
h. Analisis arah pengembangan perumahan dan kawasan permukiman, dukungan potensi
wilayah, serta kemampuan penyediaan rumah dan jaringan prasarana, sarana, utilitas
umum;
i. Analisis kesesuaian terhadap rencana investasi prasarana, sarana, dan jaringan utilitas
regional atau rencana induk sistem;
j. Analisis besarnya permintaan masyarakat terhadap rumah;
k. Analisis kebutuhan tanah untuk pembangunan perumahan dan kawasan permukiman
dengan memperhatikan kebijakan hunian berimbang;
l. Analisis daya dukung dan daya tampung lingkungan hidup serta optimasi pemanfaatan
ruang;
m. Analisis kemampuan keuangan daerah, sekurang-kurangnya meliputi: sumber
penerimaan daerah, alokasi pendanaan dan pembiayaan pembangunan, dan prediksi
peningkatan kemampuan keuangan daerah; dan
n. Analisis kebutuhan kelembagaan perumahan dan kawasan permukiman di daerah
Provinsi.

Hal |2 - 52
D. Konsep
Konsep RP3KP provinsi berisi:
a. Visi, misi, tujuan, kebijakan, dan strategi pembangunan dan pengembangan perumahan
dan kawasan permukiman di daerah Provinsi;
b. Arahan operasionalisasi pemanfaatan ruang yang selaras dengan RTRW Provinsi;
c. Arahan lokasi dan sasaran pengembangan perumahan dan kawasan permukiman, serta
perumahan dan kawasan permukiman pada kawasan strategis Provinsi;
d. Arahan keterpaduan pemanfaatan dan pengendalian ruang daerah Provinsi bagi
pengembangan kawasan perkotaan dan kawasan perdesaan yang memiliki potensi
menjadi basis pengembangan ekonomi kawasan;
e. Arahan investasi jaringan prasarana, sarana, dan utilitas umum berskala regional untuk
mendukung pembangunan dan pengembangan perumahan dan kawasan permukiman;
f. Arahan pencegahan tumbuh dan berkembangnya perumahan kumuh dan permukiman
kumuh;
g. Penetapan prioritas penanganan kawasan permukiman yang bernilai strategis di daerah
Provinsi;
h. Fasilitasi pengelolaan prasarana, sarana, dan utilitas umum di daerah Provinsi;
i. Pengaturan integrasi dan sinergi antara kawasan permukiman dengan sektor terkait
termasuk rencana investasi prasarana, sarana, dan utilitas umum lintas daerah
Kabupaten/Kota;
j. Arahan keterpaduan pemanfaatan dan pengendalian pembangunan perumahan dan
kawasan permukiman pada lintas daerah Kabupaten/Kota;
k. Sistem informasi pemantauan pemanfaatan kawasan permukiman yang terintegrasi
dengan sistem informasi pembangunan dan pengembangan perumahan dan kawasan
permukiman daerah Provinsi dan daerah Kabupaten/Kota;
l. Indikasi program dan kegiatan untuk pelaksanaan RP3KP yang ditetapkan berdasarkan
skala prioritas daerah Provinsi;
m. Indikasi program bidang perumahan dan kawasan permukiman di daerah Provinsi dalam
jangka pendek, jangka menengah, dan jangka panjang, termasuk rincian rencana
pendanaan dan/atau pembiayaan, sumber pendanaan dan/atau pembiayaan;
n. Daftar daerah terlarang (negative list) untuk pembangunan atau pengembangan
perumahan dan kawasan permukiman;
o. Arahan mitigasi bencana;

Hal |2 - 53
p. Pengawasan dan penertiban penyelenggaraan pembangunan lintas program dan lintas
daerah Kabupaten/Kota yang terkait dengan pembangunan dan pengembangan
perumahan dan kawasan permukiman;
q. Mekanisme pemberian insentif dan disinsentif oleh:
 Pemerintah Daerah Provinsi kepada Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota;
 Pemerintah Daerah Provinsi kepada badan hukum; atau
 Pemerintah Daerah Provinsi kepada masyarakat.
r. Pemberian insentif antara lain:
 Insentif perpajakan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan di
bidang perpajakan;
 Pemberian kompensasi berupa penghargaan, fasilitasi, dan prioritas
 Bantuan program dan kegiatan bidang perumahan dan kawasan permukiman;
 Subsidi silang; dan/atau
 Kemudahan prosedur perizinan.
s. Pengenaan disinsentif antara lain:
 Pengenaan sanksi sesuai dengan peraturan perundang-undangan;
 Pengenaan retribusi daerah;
 Pembatasan fasilitasi program dan kegiatan bidang perumahan dan kawasan
permukiman dan/atau
 Pengenaan kompensasi.

Konsep RP3KP dalam penyusunannya harus memperhatikan:

a. Persyaratan teknis, administratif, tata ruang dan ekologis;


b. Tipologi, ekologi, budaya, dinamika ekonomi pada tiap daerah,
sertamempertimbangkan faktor keselamatan dan keamanan;
c. Skala/batasan jumlah unit pembangunan dan pengembangan perumahan dan kawasan
permukiman sebagai berikut:
 Perumahan dengan jumlah rumah sekurang-kurangnya 15 (lima belas) sampai
dengan 1.000 (seribu) rumah;
 Permukiman dengan jumlah rumah sekurang-kurangnya 1.000 (seribu) sampai
dengan 3.000 (tiga ribu) rumah;
 Lingkungan hunian dengan jumlah rumah sekurang-kurangnya 3.000 (tiga ribu)
sampai dengan 10.000 (sepuluh ribu) rumah; dan

Hal |2 - 54
 Kawasan permukiman dengan jumlah rumah lebih dari 10.000 (sepuluh ribu)
rumah.
d. Daya dukung dan daya tampung perumahan dan kawasan permukiman dengan
lingkungan hidup dalam rangka keberlanjutan;
e. Hubungan antar kawasan fungsional sebagai bagian lingkungan hidup di luar kawasan
lindung;
f. Keterkaitan lingkungan hunian perkotaan dengan lingkungan hunian perdesaan;
g. Keterkaitan antara pengembangan lingkungan hunian perkotaan dan pengembangan
kawasan perkotaan;
h. Keterkaitan antara pengembangan lingkungan hunian perdesaan dan pengembangan
kawasan perdesaan;
i. keterpaduan dan keseimbangan perkembangan antar wilayah, antar sektor, serta antar
lokasi perumahan dan kawasan permukiman terhadap kawasan fungsi lain;
j. Keserasian tata kehidupan manusia dengan lingkungan hidup
k. Akomodasi berbagai kegiatan lokal, regional maupun nasional di bidang perumahan dan
kawasan permukiman, untuk memberikan kearifan lokal yang dapat mengangkat citra
sosial-budaya daerah;
l. Keseimbangan antara kepentingan publik dan kepentingan setiap orang; dan
m. Lembaga yang mengoordinasikan bidang perumahan dan kawasan permukiman.

2.2.4 Peraturan Pemerintah Nomor 14 Tahun 2016 tentang Penyelenggaraan Perumahan dan
Kawasan Permukiman
Penyelenggaraan perumahan dan kawasan permukiman dilaksanakan berdasarkan
kebijakan dan strategi nasional di bidang perumahan dan kawasan permukiman, meliputi :
a. Kemudahan masyarakat untuk memperoleh hunian yang layak dan terjangkau dalam
lingkungan yang sehat, aman, serasi, teratur, terencana, terpadu dan bekelanjutan, yaitu
penyediaan kebutuhan pemenuhan perumahan dan kawasan permukiman melalui
perencanaan dan pembangunan yang sesuai dengan rencana tata ruang serta
keterjangkauan pembiayaan dan pendayagunaan teknologi.
b. Peningkatan koordinasi dan sinkronisasi antar pemangku kepentingan dalam
penyelenggaraan perumahan dan kawasan permukiman, yaitu pelaksanaan keterpaduan
kebijakan pembangunan perumahan dan kawasan permukiman antar pemangku lintas
sektor, lintas wilayah dan masyarakat serta peningkatan kapasitas kelembagaan bidang
perumahan dan kawasan permukiman.

Hal |2 - 55
Penyelenggaraan perumahan meliputi :
a. Perencanaan Perumahan
Perencanaan perumahan, meliputi dokumen rencana pembangunan dan pengembangan
perumahan yang mengacu pada dokumen Rencana Kawasan Permukiman yang disusun
untuk memenuhi kebutuhan rumah serta keterpaduan prasarana, sarana dan utilitas
umum perumahan yang terdiri atas : (1) Kebijakan pembangunan dan pengembangan, (2)
Rencana kebutuhan penyediaan rumah, (3) Rencana keterpaduan prasarana, sarana dan
utilitas umum dan (4) Program pembangunan dan pemanfaatan.
b. Pembangunan Perumahan
Pembangunan perumahan, meliputi :
i. Pembangunan Rumah dan Prasarana, Sarana, dan Utilitas Umum
ii. Peningkatan kualitas perumahan
Pembangunan perumahan dilakukan dengan pengembangan teknologi dan rancang
bangun yang ramah lingkungan serta mengembangkan industri bahan bangunan yang
mengutamakan pemanfaatan sumber daya dalam negeri dan kearifan lokal yang aman
bagi kesehatan, serta melalui upaya penataan pola dan struktur ruang pembangunan
rumah beserta prasarana, sarana dan utilitas umum yang terpadu dengan penataan
lingkungan sekitar. Peningkatan kualitas perumahan dilaksanakan melalui upaya
penanganan dan pencegahan terhadap perumahan kumuh dan permukiman kumuh
serta penurunan kualitas lingkungan.
Dalam hal pembangunan perumahan, setiap badan hukum yang melakukan
pembangunan wajib mewujudkan perumahan dengan Hunian Berimbang, yaitu
perumahan dan kawasan permukiman yang dibangun secara berimbang dengan
komposisi tertentu dalam bentuk rumah tunggal atau rumah deret.
c. Pemanfaatan perumahan, meliputi :
 Pemanfaatan rumah, dapat digunakan sebagai kegiatan usaha secara terbatas tanpa
membahayakan dan menggangu fungsi hunian serta memastikan terpeliharanya
perumahan dan lingkungan hunian.
 Pemanfaatan prasarana dan sarana perumahan, dilakukan berdasarkan jenis prasarana
dan sarana serta tidak megubah fungsi dan status kepemilikan
 Pelestarian rumah, perumahan serta prasarana dan sarana perumahan sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan.
d. Pengendalian perumahan, dilaksanakan pada tahap perencanaan, pembangunan dan
pemanfaatan, serta dilaksanakan dalam bentuk perizinan, penertiban dan penataan.

Hal |2 - 56
2.2.5 Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Nomor 14 Tahun 2018
tentang Pencegahan dan Peningkatan Kualitas Terhadap Perumahan Kumuh dan
Permukiman Kumuh
Perumahan Kumuh adalah perumahan yang mengalami penurunan kualitas fungsi sebagai
tempat hunian. Permukiman kumuh adalah permukiman yang tidak layak huni karena
ketidakteraturan bangunan, tingkat kepadatan bangunan yang tinggi, dan kualitas bangunan serta
Sarana dan Prasarana yang tidak memenuhi syarat.
Kriteria Perumahan Kumuh dan Permukiman Kumuh merupakan kriteria yang digunakan
untuk menentukan kondisi kekumuhan, ditinjau dari :
1. Bangunan gedung, kriteria kekumuhan mencakup :
a. Ketidakteraturan bangunan ; tidak memenuhi ketentuan tata bangunan dalam RDTR
dan Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan (RTBL), tidak memenuhi ketentuan tata
kualitas lingkungan dalam RTBL
b. Tingkat kepadatan bangunan yang tinggi, tidak sesuai dengan ketentuan rencana tata
ruang ; Koefisien Dasar Bangunan (KDB) yang melebihi ketentuan RDTR/RTBL, Koefisen
Lantai Bangunan (KLB) yang melebihi ketentuan dalam RDTR/RTBL
a. Kualitas bangunan yang tidak memenuhi syarat ; kondisi bangunan gedung yang tidak
sesuai dengan persyaratan teknis (persyaratan tata bangunan dan persyaratan
kendalana bangunan gedung)
2. Jalan lingkungan, kriteria kekumuhan mencakup :
a. Jaringan jalan lingkungan tidak melayani seluruh lingkungan Perumahan atau
Permukiman
b. Kualitas jalan lingkungan buruk
3. Penyediaan air minum, kriteria kekumuhan mencakup :
a. Akses aman air minum tidak tersedia
b. Kebutuhan air minum minimal setiap individu tidak terpenuhi
4. Drainase lingkungan, kriteria kekumuhan mencakup :
a. Drainase lingkungan tidak tersedia
b. Drainase lingkungan tidak mampu mengalirkan limpasan air hujan sehingga
b. menimbulkan genangan
c. Kualitas kontruksi drainase yang buruk
5. 5. Pengolahan air limbah, kriteria kekumuhan mencakup :
a. Sistem pengolahan air limbah tidak memenuhi persyaratan teknis
b. Prasarana dan sarana pengelolaan air limbah tidak memenuhi persyaratan teknis

Hal |2 - 57
6. Pengelolaan persampahan, kriteria kekumuhan :
a. Prasarana dan sarana persampahan tidak memenuhi persyaratan teknis
b. System pengelolaan persampahan tidak memenuhi persyaratan teknis
7. Proteksi kebakaran, kriteria kekumuhan mencakup :
a. Prasarana proteksi kebakaran tidak tersedia
b. Sarana proteksi kebakaran tidak tersedia
Pencegahan terhadap tumbuh dan berkembangnya Perumahan dan Permukiman Kumuh
dilaksanakan melalui :
1. Pengawasan dan pengendalian
Dilakukan atas kesesuaian terhadap perizinan, standar teknis, dan kelaikan fungsi.
2. Pemberdayaan masyarakat
Dilakukan melalui pendampingan dan pelayanan informasi. Dimaksudkan untuk
meningkatkan kapasitas masyarakat melalui fasilitasi pembentukan dan fasilitasi
peningkatan kapasitas Kelompok Swadaya Masyarakat, meningkatkan pengetahuan,
kesadaran dan keterampilan masyarakat, serta untuk membuka informasi bagi masyarakat
dalam bentuk pemberitaan dan pemberian informasi hal-hal terkait upaya pencegahan
Perumahan Kumuh dan Permukiman Kumuh.

2.2.6 Surat Edaran Direktur Jenderal Penyediaan Perumahan No 12 Tahun 2018 tentang
Pedoman Teknis Pelaksanaan Dana Alokasi Khusus Bidang Perumahan dan Permukiman
Sub Bidang Rumah Swadaya
Program DAK Bidang Perumahan dan Permukiman Sub Bidang Rumah Swadaya meliputi
pembangunan baru (PB) dan peningkatan kualitas (PK) rumah dalam rangka pemenuhan terhadap
perumahan swadaya yang layak huni bagi Masyarakat Berpenghasilan Rendah (MBR). Kriteria
Rumah Tidak Layak Huni (RTLH) adalah rumah yang tidak memenuhi persyaratan keselamatan
bangunan, kesehatan penghuni, dan kecukupan minimum luas bangunan.
Persyaratan keselamatan bangunan dinilai berdasarkan tingkat kerusakan komponen
bangunan, yang terdiri atas :
a. Kerusakan ringan, kerusakan pada komponen non structural seperti dinding pengisi,kusen,
penutup atap, langit-langit dan lantai
b. Kerusakan sedang, kerusakan pada komponen non structural dan salah satu komponen
structural seperti pondasi, tiang/kolom, balok, rangka atap
c. Kerusakan berat, kerusakan pada sebagian besar komponen bangunan, baik structural
maupun non structural

Hal |2 - 58
d. Kerusakan total, kerusakan pada seluruh komponen bangunan baik structural maupun non
structural
Persyaratan kesehatan dinilai berdasarkan :
a. Ketersediaan bukaan untuk pencahayaan seperti pintu dan jendela
b. Ketersediaan bukaan untuk penghawaan seperti ventilasi
c. Ketersediaan sarana mandi, cuci dan kakus (MCK)
Persyaratan kecukupan ruang dinilai berdasarkan luas bangunan da umlah penghuni dengan
standar minimal 9 m2/orang.

2.2.7 Rencana Pembangunan Perumahan Dan Kawasan Permukiman (RP3KP) Provinsi


Sumatera Barat
II.2.7.1 Visi, Misi, Tujuan, Kebijakan dan Strategi Pembangunan dan Pengembangan
Perumahan dan Kawasan Permukiman

A. Visi

Mempertimbangkan pada kebutuhan disektor perumahan yang berkembang di Provinsi


Sumatera Barat serta menyelaraskan dengan visi pembangunan perumahan di tingkat Nasional,
maka visi pembangunan perumahan permukiman Provinsi Sumatera Barat hingga jangka waktu
perencanaan 2035 ditetapkan sebagai berikut:

“Terwujudnya pembangunan perumahan dan kawasan permukiman yang aman terhadap


bencana, terintegrasi, terkoordinasi, dan berkelanjutan di Provinsi Sumatera Barat.”

Nilai yang terkandung dalam visi ini yaitu:

a. Aman terhadap bencana, dapat diartikan bahwa perencanaan pembangunan dan


pengembangan perumahan dan kawasan permukiman diarahkan untuk mewujudkan
pembangunan perumahan yang memiliki konstruksi yang aman terhadap bencana serta
adanya sebuah perencanaan lokasi permukiman yang aman dan memiliki jalur mitigasi.
Selain itu, dalam perencanaan pembangunan perumahan dan pengembangan perumahan
dan kawasan permukiman tersebut harus dilengkapi dengan adanya early warning sistem,
kesigapan petugas evakuasi, dan hunian sementara.
b. Terintegrasi, dapat diartikan bahwa pembangunan perumahan dan permukiman harus
menjadi satu kesatuan dengan semua bidang pembangunan sehingga pembangunan
perumahan dan kawasan permukiman akan menjadi prioritas penanganan pembangunan.

Hal |2 - 59
Dengan demikian, kebutuhan terhadap rumah yang sehat dan layak huni bagi masyarakat di
Provinsi Sumatera Barat dapat terpenuhi.
c. Terkoordinasi, dapat diartikan bahwa semua pelaku pembangunan perumahan dan kawasan
permukiman dalam melaksanakan pembangunan harus terkoordinasi sehingga
pembangunan perumahan dan kawasan permukiman menjadi lebih maksimal. Dengan
demikian, penanganan pembangunan dan pengembangan perumahan dan kawasan
permukiman dapat sinkron dan tidak overlap.
d. Berkelanjutan, dapat diartikan bahwa penanganan pembangunan harus berkelanjutan
mengingat perumahan merupakan kebutuhan utama manusia. Dengan melihat kondisi yang
ada saat ini dimana terdapat backlog yang cukup besar, banyaknya kawasan kumuh,
tingginya harga rumah, serta persoalan sektor perumahan yang lainnya.

B. Misi

Untuk mewujudkan visi pembangunan perumahan dan kawasan permukiman tersebut,


maka dirumuskan misi pembangunan perumahan dan kawasan permukiman sebagai pedoman
pelaksanaan bagi Pemerintah Daerah, yaitu:

1. Mendorong terwujudnya pembangunan perumahan dan kawasan permukiman yang aman


terhadap bencana.
2. Memfasilitasi dan mendorong terciptanya iklim yang kondusif di dalam perencanaan dan
penyelenggaraan perumahan dan permukiman.
3. Meningkatkan kualitas pelayanan publik dibidang perumahan dan permukiman.
4. Meningkatkan kualitas prasarana dasar (PSU) lingkungan permukiman.
5. Meningkatkan kapasitas kelembagaan dan pembiayaan untuk pengembangan permukiman
dan infrastruktur.
6. Meningkatkan pembinaan dan pengendalian pembangunan permukiman

C. Tujuan

Tujuan Pembangunan dan Pengembangan Perumahan dan Kawasan Permukiman Provinsi


Sumatera Barat adalah:

1. Terpenuhinya kebutuhan hunian yang layak huni dan terjangkau bagi seluruh lapisan
masyarakat di Provinsi Sumatera Barat;

Hal |2 - 60
2. Terwujudnya perumahan dan permukiman yang sehat, aman, harmonis dan berkelanjutan
yang mendukung pengembangan jatidiri, kemandirian, dan produktivitas penghuninya;
3. Terwujudnya penataan dan keseimbangan perkembangan wilayah serta penyebaran
penduduk yang proporsional melalui pertumbuhan lingkungan hunian dan kawasan
permukiman yang sesuai dengan tata ruang;
4. Terlaksananya peningkatan kapasitas semua pelaku terkait dalam bidang PKP dalam hal
penyediaan hunian yang layak huni dan terjangkau, penyelesaian masalah backlog hunian,
dan pengurangan perluasan perumahan kumuh dan permukiman kumuh.

D. Kebijakan dan Strategi

Mengacu kepada tujuan pembangunan perumahan dan permukiman tersebut, maka


rumusan kebijakan pembangunan perumahan dan kawasan permukiman Provinsi Sumatera Barat
untuk periode 2016-2035 adalah:

a. Peningkatan kemampuan dan keterlibatan aktif para pelaku dalam penyediaan hunian layak
huni dan terjangkau beserta penyediaan PSU pendukungnya;
b. Penyediaan perumahan, permukiman, dan lingkungan hunian agar kualitas terpelihara dan
bertambah baik;
c. Pencegahan tumbuh dan berkembangnya perumahan kumuh dan permukiman kumuh serta
mencegah munculnya lokasi perumahan kumuh dan permukiman kumuh baru;
d. Penerapan azas pembangunan berkelanjutan dalam pembangunan perumahan dan kawasan
permukiman;
e. Penciptaan hunian pada kawasan non-permukiman di perkotaan dan perdesaan dengan
penerapan pemanfaatan ruang yang efisien dan berkeadilan
f. Peningkatan kualitas perencanaan, pengawasan dan pengendalian perumahan, permukiman
dan infrastruktur

i. Kebijakan ke-1

Kebijakan ke-1 adalah peningkatan kemampuan dan keterlibatan aktif para pelaku dalam
penyediaan hunian layak huni dan terjangkau beserta penyediaan PSU pendukungnya. Guna
mewujudkan kebijakan tersebut maka strategi pencapaiannya adalah :

Hal |2 - 61
1) Menyediakan perangkat peraturan perundangan di bidang pembiayaan, pertanahan,
kelembagaan, perizinan, arahan zonasi, dan teknologi bahan bangunan yang
menciptakan peluang dan menarik peran serta dunia usaha dan masyarakat;
2) Menyediakan perangkat peraturan perundangan yang mengoordinasikan antar sektor
dan antar wilayah dalam penanganan pembangunan perumahan dan kawasan
permukiman;
3) Melaksanakan kebijakan yang dapat memperkuat fungsi sosial tanah
4) Meningkatkan pemberdayaan masyarakat dalam penyediaan sumber data dalam
pembangunan dan pemeliharaan lingkungan perumahan dan permukiman.
5) Meningkatkan keterlibatan perbankan dan koperasi dalam kapasitas penyediaan Kredit
Pemilikan Rumah (KPR).
6) Meningkatkan fasilitas dan subsidi penyediaan Kredit Pemilikan Rumah (KPR)
7) Meningkatkan partisipasi masyarakat dan dunia usaha dalam pengembangan
perumahan dan kawasan permukiman.
8) Peran aktif pokja PKP dalam pelaksanaan, pemantauan, pengawasan serta pengendalian
dalam program PKP.

ii. Kebijakan ke-2

Kebijakan ke-2 adalah penyediaan perumahan, permukiman, dan lingkungan hunian agar
kualitas terpelihara dan bertambah baik.

Guna mewujudkan kebijakan tersebut maka strategi pencapaiannya adalah :

1) Menyediakan perangkat hukum yang mengatur tentang kualitas lingkungan hunian


seperti perda bangunan, perda persampahan dll.
2) Melakukan penanganan untuk pembangunan perumahan dan kawasan permukiman
3) Melakukan sosialisasi demi terjaganya kualitas lingkungan hunian yang terpelihara dan
asri.
4) Meningkatkan pola perilaku hidup bersih dan sehat dalam mengembangkan
permukiman baru.
5) Me-revitalisasi kawasan permukiman tradisional sebagai identifikasi kawasan
permukiman kota dan kawasan.
6) Meningkatkan kualitas tata bangunan dan tata lingkungan kawasan strategis, kawasan
khusus dan kawasan heritage yang prioritaskan penanganannya.

Hal |2 - 62
7) Mengembangkan RTHK pada kawasan Kota dan kawasan permukiman sesuai dengan
ketentuan
8) Mempertahankan dan meningkatkan culture expression kawasan permukiman sebagai
identitas Kota dan kawasan
9) Mengendalikan tata bangunan dan tata lingkungan permukiman pada lahan sewa dan
sektor informal

iii. Kebijakan ke-3

Kebijakan ke-3 adalah pencegahan tumbuh dan berkembangnya perumahan kumuh dan
permukiman kumuh serta mencegah munculnya lokasi perumahan kumuh dan permukiman
kumuh baru.

Guna mewujudkan kebijakan tersebut maka strategi pencapaiannya adalah :

1) Menyediakan perangkat hukum yang mengatur tentang kualitas lingkungan hunian


2) Melakukan pemantuan dan pengawasan untuk kawasan yang berkemungkinan menjadi
kawasan kumuh melalui Pemerintah Daerah
3) Melakukan sosialisasi demi terjaganya kualitas lingkungan hunian yang bersih,
terpelihara dan asri
4) Mengendalikan tata bangunan dan tata lingkungan permukiman pada lahan sewa dan
sektor informal

iv. Kebijakan ke-4

Kebijakan ke-4 adalah penerapan azas pembangunan berkelanjutan dalam pembangunan


perumahan dan kawasan permukiman.

Guna mewujudkan kebijakan tersebut maka strategi pencapaiannya adalah :

1) Menyediakan perangkat peraturan perundangan yang mengatur tentang kualitas


lingkungan hunian.
2) Meningkatkan kualitas tata bangunan dan tata lingkungan kawasan strategis, kawasan
khusus dan kawasan heritage yang prioritaskan penanganannya.
3) Mengembangkan mitigasi dan adaptasi potensi bencana di kawasan permukiman.
4) Meningkatkan kualitas pelayanan jaringan jalan di kawasan permukiman.
5) Meningkatkan pemerataan pelayaan jaringan air minum ke seluruh kawasan
permukiman.

Hal |2 - 63
6) Meningkatkan kualitas pengelolaan limbah kawasan permukiman.
7) Meningkatkan kualitas pengelolaan persampahan kawasan permukiman.
8) Meningkatkan kualitas pengendalian banjir dan jaringan drainase kawasan permukiman
dan wilayah yang lebih luas.
9) Meningkatkan pemerataan layanan energi dan kelistrikan.
10) Meningkatkan pemerataan jaringan telekomunikasi.

v. Kebijakan ke-5

Kebijakan ke-5 adalah penciptaan hunian pada kawasan non-permukiman di perkotaan dan
perdesaan dengan penerapan pemanfaatan ruang yang efisien dan berkeadilan.
Guna mewujudkan kebijakan tersebut maka strategi pencapaiannya adalah :

1) Menyediakan perangkat peraturan perundangan yang mengatur tentang kualitas


lingkungan hunian.
2) Mengantisipasi alih fungsi lahan pertanian ke permukiman di wilayah hijau.
3) Menyediakan fasum dan fasos pada pengembangan permukiman baru.
4) Menyediakan RTH Publik pada pengembangan permukiman.

vi. Kebijakan ke-6

Kebijakan ke-6 adalah peningkatan kualitas perencanaan, pengawasan dan pengendalian


perumahan, permukiman dan infrastruktur adalah:

1) Meningkatkan kualitas database perumahan dan permukiman yang terupdate dan


akurat.
2) Meningkatkan pengelolaan kualitas administrasi kependudukan.
3) Menyusun norma, standar, panduan dan manual/kriteria (NSPK/K) bidang perumahan
dan permukiman.
4) Memantapkan sinkronisasi program dan pendanaan pengembangan infrastruktur
permukiman.
5) Meningkatkan penataan, pengawasan konstruksi dan keselamatan bangunan gedung.
6) Meningkatkan mekanisme pengendalian penataan ruang, perumahan dan kawasan
permukiman.
7) Meningkatkan partisipasi masyarakat dalam perencanaan pembangunan.

Hal |2 - 64
II.2.7.2 Arahan Pembangunan dan Pengembangan Perumahan dan Kawasan Permukiman
A. Kawasan Permukiman Perkotaan

Berdasarkan Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi Sumatera Barat Tahun 2012 - 2032,
rencana pengembangan sistem perkotaan dimaksudkan untuk menggambarkan peran dan fungsi
setiap Kota dalam pengembangan wilayah secara keseluruhan dalam lingkup Provinsi Sumatera
Barat. Pengembangannya dilakukan melalui pembentukan pusat-pusat kegiatan yang ditetapkan
secara berhirarkis sesuai potensi yang dimiliki setiap pusat kegiatan, atau didasarkan pada arah
kebijakan pengembangan.

Pulau Punjung yang merupakan Ibukota Kabupaten Dharmasraya mempunyai fungsi kota
sebagai Pusat Kegiatan Wilayah yang dipromosikan Provinsi (PKWp) dengan arahan pembangunan
dan pengembangan PKP:

(1). Mengembangkan rumah layak huni dan terjangkau bagi semua lapisan masyarakat di
perkotaan;
(2). Diarahkan pada pembangunan rumah susun sewa bagi MBR dengan memperhatikan dampak
sosial budaya terhadap penghuni;
(3). Meningkatkan kualitas dan kelengkapan sarana prasarana umum pada kawasan permukiman
(4). Meningkatkan pola prilaku hidup bersih dan sehat (PHBS)
(5). Meningkatkan kualitas tata bangunan dan tata lingkungan perumahan dan kawasan
permukiman
(6). Meningkatkan keterlibatan perbankan dan koperasi dalam kapasitas penyediaan kredit
pemilikan rumah (KPR)
(7). Meningkatkan partisipasi masyarakat dan dunia usaha dalam pengembangan perumahan
dan kawasan permukiman.

B. Kawasan Permukiman Perdesaan

Berdasarkan RTRW Provinsi Sumatera Barat, dapat diketahui bahwa wilayah permukiman
perdesaan meliputi seluruh wilayah di Provinsi Sumatera Barat terkecuali yang berada dalam 22
Kota yang termasuk dalam sistem wilayah permukiman perkotaan. Permukiman perdesaan
meliputi :

1) Permukiman pusat pertumbuhan desa (Nagari/Kelurahan)


2) Permukiman desa (jorong)
3) Permukiman pada perdusunan

Hal |2 - 65
Penetapan wilayah permukiman perdesaan dimaksudkan untuk mencegah adanya
kesenjangan wilayah. Hal ini terutama karena hambatan-hambatan strategis yang meliputi
kondisi geografis yang mempengaruhi pola distribusi dengan tingkat kesulitan aksesibilitas yang
cukup tinggi, yang ditunjukkan adanya hambatan-hambatan fisik kawasan dan sistem jaringan
yang belum memadai.

Maka arahan pembangunan dan pengembangan perumahan dan kawasan permukiman pedesaan
adalah :

a. Mengantisipasi alih fungsi lahan pertanian ke permukiman pedesaan dengan kata lain
mempertahankan lahan pertanian berkelanjutan atau lahan baku sawah terutama yang
beririgasi teknis guna meningkatan ketahanan pangan Nasional.
b. Peningkatan kualitas dan kelengkapan sarana prasarana umum pada perumahan dan
kawasan permukiman.
c. Memperhatikan kelestarian lingkungan.
d. Mengembangkan kawasan permukiman yang layak dan terjangkau bagi masyarakat
berpenghasilan rendah.
e. Meningkatkan pola Prilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS).

Hal |2 - 66
Gambar 2.3
Peta Sebaran Permukiman Di Lokasi Daserah Rawan Bencana Alam Provinsi Sumatera Barat

Hal |2 - 67
2.3 ARAH KEBIJAKAN PEMBANGUNAN
2.3.1 Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) Tahun 2015-2019
Dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) tahun 2015-2019
dijelaskan bahwa pembangunan perumahan dan kawasan permukiman meliputi penyediaan
perumahan, serta air minum dan sanitasi yang layak dan terjangkau dan diprioritaskan dalam
rangka meningkatkan standar hidup penduduk 40 persen terbawah.

2.3.1.1 Kebijakan dan Strategi Pembangunan Perumahan

Meningkatkan akses masyarakat berpendapatan rendah terhadap hunian yang layak,


aman, dan terjangkau serta didukung oleh penyediaan prasarana, sarana, dan utilitas yang
memadai melalui strategi :

1) Peningkatan peran fasilitasi Pemerintah dan Pemerintah Daerah dalam menyediakan hunian
baru (sewa/milik) dan peningkatan kualitas hunian. Penyediaan hunian baru (sewa/milik)
dilakukan berdasarkan sistem karir perumahan melalui pengembangan sistem pembiayaan
perumahan Nasional yang efektif dan efisien termasuk pengembangan subsidi uang muka,
kredit mikro perumahan swadaya, bantuan stimulan, mempertajam program Fasilitas
Likuiditas Pembiayaan Perumahan, serta integrasi tabungan perumahan rakyat dalam sistem
jaminan sosial Nasional. Sementara peningkatan kualitas hunian dilakukan melalui
penyediaan prasarana, sarana, dan utilitas, pembangunan kampung deret, serta bantuan
stimulan dan/atau kredit mikro perbaikan rumah termasuk penanganan permukiman kumuh
yang berbasis komunitas.
2) Peningkatan tata kelola dan keterpaduan antara para pemangku kepentingan pembangunan
perumahan melalui:
i) Penguatan kapasitas Pemerintah dan Pemerintah Daerah dalam memberdayakan pasar
perumahan dengan mengembangkan regulasi yang efektif dan tidak mendistorsi pasar;
ii) Penguatan peran lembaga keuangan (bank/non-bank);
iii) Revitalisasi Perum Perumnas menjadi badan pelaksana pembangunan perumahan
sekaligus pengelola bank tanah untuk perumahan; dan
iv) Mendorong peran serta masyarakat dan dunia usaha dalam penyediaan perumahan.
3) Peningkatan peran Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang terkait dengan penyediaan
perumahan untuk MBR melalui:
i) Peningkatan ekuitas Perum Perumnas dan Sarana Multigriya Finansial (SMF) salah
satunya melalui Penyertaan Modal Negara (PMN);

Hal |2 - 68
ii) Mendorong peran BTN yang lebih besar dalam pembangunan perumahan, serta
iii) Melakukan perpanjangan Peraturan Presiden tentang pembiayaan sekunder perumahan
terkait penyaluran pinjaman kepada penyalur Kredit Pemilikan Rumah (KPR) dengan
sumber pendanaan dari pasar modal dengan dukungan Pemerintah.
4) Peningkatan efektifitas dan efisiensi manajemen lahan dan hunian di perkotaan melalui
fasilitasi penyediaan rumah susun milik, fasilitas penyediaan dan revitalisasi rumah susun
sewa, serta pengembangan instrumen pengelolaan lahan untuk perumahan seperti
konsolidasi lahan (land consolidation), bank tanah (land banking), serta pemanfaatan lahan
seperti lahan milik Negara, BUMN, swasta, dan masyarakat, tanah terlantar, serta tanah
wakaf.
5) Pengembangan sistem karir perumahan (housing career system) sebagai dasar penyelesaian
backlog kepenghunian.
6) Pemanfaatan teknologi dan bahan bangunan yang aman dan murah serta pengembangan
implementasi konsep rumah tumbuh (incremental housing).
7) Penyediaan layanan air minum dan sanitasi layak yang terintegrasi dengan penyediaan dan
pengembangan perumahan.
8) Revitalisasi dan pengembangan industrialisasi perumahan.

2.3.1.2 Kebijakan dan Strategi Pembangunan Kawasan Permukiman

Didalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) tahun 2015-2019


dijelaskan bahwa arah kebijakan dan strategi pembangunan kawasan permukiman adalah sebagai
berikut :

1. Menjamin ketahanan air melalui peningkatan pengetahuan, perubahan sikap dan perilaku
dalam pemanfaatan air minum dan pengelolaan sanitasi melalui strategi:
a. Jaga Air, yakni strategi yang ditempuh melalui
(1) Pengarusutamaan pembangunan air minum yang memenuhi prinsip 4K (kualitas,
kuantitas, kontinuitas dan keterjangkauan),
(2) Pengelolaan sanitasi melalui peningkatan pengelolaan air limbah di perdesaan
dengan sistem on-site dan di perkotaan dengan sistem on-site melalui IPLT dan
sistem off-site baik skala kawasan maupun skala kota, peningkatan kualitas TPA
menjadi TPA sanitary landfill dengan prioritas skema TPA regional, pengelolaan
sampah melalui penerapan prinsip 3R, serta
(3) Peningkatan kesadaran masyarakat akan hygiene, sanitasi dan nilai ekonomis air.

Hal |2 - 69
b. Simpan Air, yakni strategi untuk menjaga ketersediaan dan kuantitas air melalui upaya
konservasi sumber air baku air minum yakni perluasan daerah resapan air hujan,
pemanfaatan air hujan (rain water harvesting) sebagai sumber air baku air minum
maupun secondary uses pada skala rumah tangga (biopori dan penampung air hujan) dan
skala kawasan (kolam retensi), serta pengelolaan drainase berwawasan lingkungan.
c. Hemat Air, yakni strategi untuk mengoptimalkan Sistem Penyediaan Air Minum (SPAM)
yang telah ada melalui pengurangan kebocoran air hingga 20 persen, pemanfaatan idle
capacity; dan pengelolaan kebutuhan air di tingkat penyelenggara dan skala Kota.
d. Bauran Air Domestik, yakni upaya untuk mengoptimalkan berbagai alternatif sumber air
domestik yang tersedia sesuai tujuan pemanfaatan air, termasuk di dalamnya
pemakaiaan air tingkat kedua (secondary water uses) dan daur ulang air yang telah
dipergunakan (water reclaiming).

2. Penyediaan infrastruktur produktif dan manajemen layanan melalui penerapan manajemen


aset baik di perencanaan, penganggaran, dan investasi termasuk untuk pemeliharaan dan
pembaharuan infrastruktur yang sudah terbangun melalui strategi:
a. Optimalisasi infrastruktur air minum dan sanitasi eksisting melalui penurunan Non-
Revenue Water (NRW) dan pemanfaatan idle capacity.
b. Pembangunan infrastruktur air minum dan sanitasi untuk memperluas cakupan layanan.
c. Rehabilitasi infrastruktur air minum dan sanitasi untuk infrastruktur dengan pemanfaatan
yang sub-optimal, infrastruktur yang menua, dan infrastruktur yang terkena dampak
bencana.
d. Pengembangan inovasi teknologi air minum, air limbah, persampahan dan drainase untuk
memaksimalkan potensi yang ada.
e. Pembentukan dan penyehatan pengelola infrastruktur air minum, air limbah dan
persampahan, baik berbasis institusi maupun berbasis masyarakat.
f. Penerapan tarif atau iuran bagi seluruh sarana dan prasarana air minum dan sanitasi
terbangun yang menuju prinsip tarif pemulihan biaya penuh (full cost
recovery)/memenuhi kebutuhan untuk Biaya Pokok Produksi (BPP). Pemberian subsidi
dari Pemerintah bagi penyelenggara air minum dan sanitasi juga dilakukan sebagai
langkah jika terjadi kekurangan pendapatan dalam rangka pemenuhan full cost recovery.
g. Pengaturan kontrak berbasis kinerja baik perancangan, pembangunan, pengoperasian,
dan pemeliharaan aset infrastruktur.

Hal |2 - 70
3. Penyelenggaraan sinergi air minum dan sanitasi yang dilakukan di tingkat Nasional, Provinsi,
Kabupaten/Kota, dan masyarakat melalui strategi:
a. Peningkatan kualitas rencana dan implementasi Rencana Induk-Sistem Penyediaan Air
Minum (RI-SPAM) dan Strategi Sanitasi Kota/Kabupaten (SSK) melalui pengarusutamaan
dalam proses perencanaan dan penganggaran formal. Penyusunan RI-SPAM didasari
optimalisasi bauran sumber daya air domestik Kota/Kabupaten dan telah
mengintegrasikan pengelolaan sanitasi sebagai upaya pengamanan air minum.
Peningkatan kualitas SSK dilakukan dengan memutakhirkan SSK untuk mengakomodasi
perubahan lingkungan dan mengadopsi target universal access di wilayah
Kabupaten/Kota;
b. Integrasi peningkatan promosi higiene dan sanitasi dalam rangka demand generation
sebagai prasyarat penyediaan infrastruktur air minum dan sanitasi;
c. Peningkatan peran, kapasitas, serta kualitas kinerja Pemerintah Daerah di sektor air
minum dan sanitasi.
d. Advokasi kepada para pemangku kepentingan di sektor air minum dan sanitasi, baik
eksekutif maupun legislatif serta media untuk menjamin keselarasan serta konsistensi
perencanaan dan implementasinya di tingkat pusat dan daerah.

4. Peningkatan efektifitas dan efisiensi pendanaan infrastruktur air minum dan sanitasi melalui
strategi:
a. Sinergi dan koordinasi antar pelaku program dan kegiatan mulai tahap perencanaan
sampai implementasi baik secara vertikal maupun horizontal, termasuk sinergi dengan
pelaksanaan sanitasi sekolah dan pesantren, kegiatan- kegiatan pelestarian lingkungan
hidup dan upaya-upaya mitigasi dan adaptasi perubahan iklim, penanganan dan
pencegahan kawasan kumuh, serta pembangunan kawasan tertinggal, perbatasan dan
kawasan khusus.
b. Pelaksanaan pelayanan air minum dan sanitasi berbasis regional dalam rangka mengatasi
kendala ketersediaan air baku dan lahan serta dalam rangka mendukung konektivitas
antar wilayah untuk pertumbuhan ekonomi.
c. Sinergi pendanaan air minum dan sanitasi yang dilaksanakan melalui :
(i) Peningkatan alokasi Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) Provinsi dan
Kab/Kota,
(ii) Pemanfaatan alokasi dana terkait pendidikan untuk penyediaan sarana dan
prasarana air minum dan sanitasi di sekolah;

Hal |2 - 71
(iii) Pemanfaatan alokasi dana terkait kesehatan baik untuk upaya preventif penyakit dan
kesehatan masyarakat; serta
(iv) Sinergi penyediaan air minum dan sanitasi dengan Dana Alokasi Khusus (DAK),
Dekonsentrasi, Tugas Pembantuan (TP), dana hibah berbasis kinerja/hasil,
masyarakat, dan sumber dana lain terkait lingkungan hidup, pembangunan desa,
serta kelautan dan perikanan.
d. Penguatan pengelolaan pengetahuan (knowledge management) termasuk pengelolaan
data dan informasi melalui sistem terintegrasi (National Water and Sanitation Information
Services/NAWASIS) yang memanfaatkan teknologi serta melibatkan partisipasi aktif
seluruh stakeholder terkait.

2.3.2 Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJPD) Kabupaten Dharmasraya Tahun
2005 - 2025
2.3.2.1 Visi

Visi merupakan rumusan umum yang mengarahkan kondisi daerah yang ingin dicapai pada
akhir periode perencanaan pembangunan jangka panjang, yakni 20 tahun ke depan. Visi bukan
hanya mimpi atau serangkaian harapan, namun suatu komitmen dan upaya merancang serta
mengelola perubahan untuk mencapai tujuan pembangunan 20 tahun ke depan. Visi harus
didasarkan pada realita dan harus dapat menunjukkan gambaran masa depan yang ideal bagi
pembangunan daerah dan masyarakat.
Visi adalah gambaran perwujudan masa depan yang diinginkan. Visi jangka panjang
Kabupaten Dharmasraya sampai pada tahun 2025 yaitu:

“Kabupaten Dharmasraya Maju Berbudaya”

Pengertian dari visi:


Maju : Masyarakat sejahtera dan mandiri serta Kabupaten Dharmasraya
berperan sebagai pusat pengembangan ekonomi dan pelayanan sosial
wilayah bagian tenggara Provinsi Sumatera Barat pada tahun 2025.
Berbudaya : Masyarakat cerdas, pembangunan berkeadilan, serta kehidupan
berlandaskan adat, iman dan taqwa.

Penjelasan lebih lanjut dari pengertian visi yaitu:


Kesejahteraan : Penduduk dengan taraf hidup tinggi, sehat, dengan terpenuhinya

Hal |2 - 72
kebutuhan hidup secara fisik dan ekonomi.
Kemandirian : Pengelolaan sumberdaya alam dan kegiatan ekonomi turunannya
melibatkan peran kelompok masyarakat dan memberi manfaat yang
besar untuk masyarakat dan daerah.
Cerdas : Tingginya tingkat pendidikan formal dan keterampilan dalam mengolah
sumberdaya yang dimiliki daerah dan menjalankan kegiatan sosial
ekonomi.
Berkeadilan : Pemerataan kualitas hidup dalam masyarakat dan Pemerataan
pembangunan antar kawasan.
Pusat : Kabupaten Dharmasraya menjadi lokasi utama produksi, pengolahan,
pengembangan dan pemasaran hasil sumberdaya alam (pertanian, peternakan,
ekonomi perikanan, pertambangan), kegiatan perdagangan dan jasa, serta
kegiatan pariwisata alam dan budaya di Sumatera Barat Bagian
Tenggara yang mencakup juga sebagian wilayah kabupaten di provinsi
tetangga.
Kabupaten Dharmasraya berperan sebagai simpul kegiatan ekonomi
wilayah Sumatera Barat Bagian Tenggara yang terkoneksi dengan pusat
pemasaran regional di Pulau Sumatera.
Pusat pelayanan : Kabupaten Dharmasraya berperan menjadi lokasi utama orientasi
sosial pelayanan pendidikan dan kesehatan di Sumatera Barat Bagian
Tenggara yang mencakup juga sebagian wilayah kabupaten di provinsi
tetangga.
Berlandaskan adat, : Kemajuan ekonomi dan kehidupan sehari-hari yang dibingkai oleh
iman dan taqwa norma dan semangat adat dan nilai keimanan dan ketaqwaan kepada
Tuhan Yang Maha Esa.

2.3.2.2 Misi

Misi merupakan rumusan umum tentang upaya atau pilihan jalan (the chosen track) yang
akan dilaksanakan dalam rangka mewujudkan visi pembangunan daerah, yaitu menyediakan
layanan bagi masyarakat dan aktivitas pembangunan bagi seluruh stakeholder. Misi merupakan
hal yang penting untuk dirumuskan untuk membantu menggambarkan visi secara lebih jelas yang
ingin dicapai dan upaya yang akan di lakukan untuk mencapai visi. Misi dalam RPJPD harus
mampu menaungi berbagai tema pembangunan dalam 4 tahap selama 20 tahun ke depan.

Hal |2 - 73
Perumusan misi merupakan suatu upaya menyusun sistematika berupa pola perjalanan
pemerintahan daerah dalam rangka mengembangkan program - program prioritas untuk
memenuhi kebutuhan dan meningkatkan pelayanan masyarakat lebih efektif efisien dan terukur.
Dalam menyusun misi pembangunan jangka panjang daerah, perlu disusun pendefinisian visin
terlebih dahulu menjadi pokok - pokok visi. Pokok – pokok visi disusun dengan memperhatikan
stakeholder yang menjadi pelaku dan atau terkena dampak pelaksanaan pembangunan.
Dengan kata lain Misi adalah berbagai upaya untuk mencapai visi. Adapun Misi Kabupaten
Dharmasraya untuk 20 (Dua puluh) tahun ke depan, yaitu:
1. Meningkatkan kualitas manusia agar bisa membawa kemajuan daerah disegala bidang dan
berkontribusi sebagai pusat pengembangan pendidikan dan kesehatan dalam wilayah
tenggara Provinsi Sumatera Barat.

2. Memanfaatkan kekayaan sumber daya alam (pertanian, peternakan, perikanan,


pertambangan, industri)dengan optimal dan bernilai tambah besar sebagai upaya
mensejahterakan masyarakat sekaligus menjadikan Kabupaten Dharmasraya sebagai pusat
pengembangan ekonomi bagian tenggara Provinsi Sumatera Barat.

3. Memelihara kualitas lingkungan Kabupaten Dharmasraya untuk mendukung pembangunan


yang berkelanjutan.

4. Memberdayakan nagari dan kelompok masyarakat (seperti kelompok tani, koperasi


paguyuban, kelembagaan adat, karang taruna dan lainnya) sebagai pelaku pembangunan
dalam bidang sosial dan ekonomi.

5. Menyediakan berbagai prasarana dan sarana pendukung kegiatan ekonomi dan sosial yang
mampu mendorong perkembangan ekonomi dan mewujudkan pemerataan pembangunan
antar kawasan.

6. Menegakkan kehidupan beragama dan beradat sebagai norma sosial dan semangat
membangun serta melestarikan identitas daerah.

7. Mewujudkan tata kelola pembangunan yang andal dan maju serta melibatkan semua
potensi peran kelembagaan daerah yang mampu membangun manfaat yang besar,
kemandirian dan keadilan dalam pembangunan.

Tabel 2.9
Visi dan Misi Rencana Pembangunan Jangka Panjang Kabupaten Dharmasraya
Visi Misi
Kabupaten Dharmasraya Maju Berbudaya
Kabupaten Dharmasraya maju. 1. Meningkatkan kualitas manusia agar bisa membawa

Hal |2 - 74
Visi Misi
Pengertian maju: Masyarakat sejahtera dan mandiri kemajuan daerah disegala bidang dan berkontribusi
serta Kabupaten Dharmasraya berperan sebagai sebagai pusat pengembangan pendidikan dan kesehatan
pusat pengembangan ekonomi dan pelayanan sosial dalam wilayah tenggara Provinsi Sumatera Barat.
wilayah bagian tenggara Provinsi Sumatera Barat 2. Memanfaatkan kekayaan sumber daya alam dengan
pada tahun 2025. optimal dan bernilai tambah besar sebagai upaya
mensejahterakan masyarakat sekaligus menjadikan
Kabupaten Dharmasraya sebagai pusat pengembangan
ekonomi bagian tenggara Provinsi Sumatera Barat.
3. Memelihara kualitas lingkungan Kabupaten Dharmasraya
untuk mendukung pembangunan yang berkelanjutan.
4. Memberdayakan nagari dan kelompok masyarakat sebagai
pelaku pembangunan dalam bidang sosial dan ekonomi
5. Menyediakan berbagai prasarana dan sarana pendukung
kegiatan ekonomi dan sosial yang mampu mendorong
perkembangan ekonomi dan mewujudkan pemerataan
pembangunan antar kawasan.
Kabupaten Dharmasraya berbudaya. 6. Menegakkan kehidupan beragama dan beradat sebagai
Pengertian berbudaya: Masyarakat cerdas, norma sosial dan semangat membangun serta
pembangunan berkeadilan, serta kehidupan melestarikan identitas daerah.
berlandaskan adat, iman dan taqwa 7. Mewujudkan tata kelola pembangunan yang andal dan
maju serta melibatkan semua potensi peran kelembagaan
daerah yang mampu membangun manfaat yang besar,
kemandirian dan keadilan dalam pembangunan.

2.3.2.3 Sasaran Pokok dan Arah Kebijakan Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJPD)
Kabupaten Dharmasraya Tahun 2005 - 2025

Sasaran pembangunan yang diturunkan dari 7 (tujuh) misi pembangunan Kabupaten


Dharmasraya yaitu terdiri dari 28 sasaran pokok dan 63 arah kebijakan pembangunan diuraikan
berikut ini.
Tabel 2.10
Misi, Sasaran Pokok dan Arah Kebijakan Jangka Panjang Daerah (RPJPD) Kabupaten
Dharmasraya Tahun 2005-2025
Misi Sasaran Pokok Arahan Kebijakan Pemabngunan
Misi 1: 1. Tercapainya penurunan laju 1) Menggalakkan program Keluarga
Meningkatkan kualitas pertumbuhan penduduk. Berencana.
manusia agar bisa membawa
kemajuan daerah disegala 2. Meningkatnya nilai IPM 2) Meningkatkan kualitas kesehatan
bidang dan berkontribusi mencapai rata-rata provinsi masyarakat secara promotif dan preventif.
sebagai pusat pengembangan Sumatera Barat. 3) Meningkatkan partisipasi pendidikan pada
pendidikan dan kesehatan tingkat SD, SMP, dan SMA.
dalam wilayah tenggara 4) Memeratakan akses sarana sekolah pada
Provinsi Sumatera Barat. setiap kecamatan.
5) Meningkatkan kualitas sekolah (dengan
mengembangkan berbagai bentuk program
seperti mengadakan sekolah berstandar
nasional pada jenjang SD, SMP dan SMA
atau program “full day school”)
6) Membebaskan kabupaten dari buta huruf.

Hal |2 - 75
Misi Sasaran Pokok Arahan Kebijakan Pemabngunan
7) Peningkatan kualitas keluarga.
3. Terlayaninya pelayanan 8) Menyediakan pelayanan pendidikan dan
pendidikan dan kesehatan di kesehatan di nagari tertinggal.
nagari tertinggal.
4. Tercapainya Kabupaten 9) Mengembangkan pelayanan kesehatan dan
Dharmasaraya sebagai pusat pendidikan skala regional dengan:
pelayanan kesehatan dan  Peningkatan pelayanan kesehatan
pendidikan di wilayah puskesmas dan rumah sakit untuk
tenggara Provinsi Sumatera pelayanan wilayah tenggara Provinsi
Barat. Sumatera Barat dan sekitarnya
dengan meningkatkan sumberdaya
kesehatan dan sarana prasarana
kesehatan.
 Mengembangkan lembaga pendidikan
tinggi dan kejuruan khususnya bidang
pertanian dan kesehatan.
Misi 2: Bidang Pertanian Tanaman 10) Mengendalikan alih fungsi lahan sawah yang
Memanfaatkan kekayaan Pangan dan Hortikultura ada dengan regulasi dan memberikan
sumber daya alam dengan insentif produksi bagi petani. Kebijakan
optimal dan bernilai tambah 5. Peningkatan produksi dan didukung dengan penetapan kawasan lahan
besar sebagai upaya produktifitas padi sawah pertanian pangan berkelanjutan pada area
mensejahterakan masyarakat untuk memantapkan peran beririgasi teknis.
sekaligus menjadikan Kabupaten Dharmasraya 11) Menambah luas lahan sawah D.I. Batanghari
Kabupaten Dharmasraya dalam mendukung seluas 1.715 Ha dalam jangka menengah
sebagai pusat pengembangan ketahanan pangan. dan mencapai 5.000 Ha dalam jangka
ekonomi bagian tenggara panjang.
Provinsi Sumatera Barat. 12) Meningkatkan pengairan D.I. kabupaten
yang tersebar pada kecamatan di
Kabupaten Dharmasraya dan revitalisasi
sawah pada lahan lebih kurang 3.500 Ha.
Bidang Perkebunan 13) Mengembangkan agribisnis hortikultura
buah-buahan khas daerah seperti: manggis,
6. Berkembangnya usaha duku, durian dan salak dengan pola klaster.
perkebunan rakyat yang
maju dan mandiri.
Bidang Perikanan 14) Meningkatkan produksi perikanan sehingga
memiliki kontribusi besar pada produksi
7. Berkembangnya kawasan wilayah Sumatera Barat bagian tenggara
minapolitan Kabupaten (yang meliputi Kabupaten Solok, Solok
Dharmasraya sebagai salah Selatan, Sijunjung dan Dharmasraya)
satu sentra perikanan darat mencapai lebih 300%.
pada wilayah Sumatera Barat 15) Mengembangkan dan membangun
bagian tenggara. prasarana sarana pendukung kawasan
minapolitan (balai benih, balai penelitian,
pasar minapolitan).
Bidang Perkebunan 16) Meningkatkan produksi dan produktifitas
produk unggulan karet, kelapa sawit dan
8. Berkembangnya usaha komoditi lainnya seperti kopi dan kakao.
perkebunan rakyat yang 17) Peremajaan tanaman perkebunan sawit dan
maju dan mandiri. karet.
18) Membangun pabrik Pengolahan Kelapa
Sawit dengan kapasitas PKS 150 ton/jam.

Hal |2 - 76
Misi Sasaran Pokok Arahan Kebijakan Pemabngunan
19) Membangun pabrik pengolahan industri
hilir makanan (minyak goreng) untuk pasar
Sumatera Barat dan wilayah sekitar.
20) Mengembangkan pengolahan karet dalam
bentuk slab dan sheet ditingkat petani dan
pengolahan lebih lanjut produk karet.
21) Mengembangkan komoditi potensial
perkebunan lainnya seperti kakao dan kopi
untuk mendukung ketahanan ekonomi
wilayah.
22) Mengembangkan industri rakyat skala mikro
dan kecil berbasis pengolahan sumber daya
pertanian (sawit, karet, kopi dan kakao).
23) Mengembangkan pasar lelang agro hasil
perkebunan.
24) Membangun pola investasi usaha budidaya
perkebunan dan industri yang mendorong
kemandirian petani dengan melibatkan
potensi pengelolaan dan pembiayaan yang
ada di daerah (seperti lembaga perbankan,
kelompok tani, koperasi, nagari,
pemerintah).
25) Meningkatkan akses menghubungkan
kawasan budidaya perkebunan dengan jalur
transportasi regional.
Bidang Peternakan 26) Memberdayakan petani peternak dalam
budidaya sapi potong mencapai minimal 2
9. Berkembangnya budidaya kali lipat dari jumlah sapi sekarang
sapi potong dengan strategi (mencapai minimal 50.000 ekor).
utama pengembangan 27) Mengembangkan dan melengkapi sarana
integrasi kelapa sawit - sapi pendukung sentra peternakan (pasar
potong. ternak, rumah potong hewan, puskeswan
dan sarana lainnya).
Bidang Pertambangan 28) Mengorientasikan kegiatan pertambangan
yang memberi dampak besar kepada
10. Berkembangnya kegiatan kesejahteraan masyarakat
pertambangan dan 29) Mengembangkan eksploitasi pertambangan
pengolahan hasil tambang yang ramah lingkungan.
yang berkelanjutan dan 30) Mengembangkan industri pengolahan hasil
memberi manfaat yang besar tambang.
untuk kesejahteraan 31) Melakukan reklamasi lahan yang
masyarakat. bermanfaat bagi masyarakat.
11. Berkembangnya usaha skala 32) Percepatan peningkatan produksi dan pasar
mikro kecil dan menengah industri dan usaha skala mikro, kecil dan
(UMKM) prospektif menengah prospektif.
Misi 3: 12. Terjaganya kelestarian 33) Mengembangkan kegiatan usaha
Memelihara kualitas kawasan hutan berfungsi pemanfaatan nilai ekonomi hutan kayu dan
lingkungan Kabupaten lindung di Kabupaten non kayu secara lestari bagi penduduk
Dharmasraya untuk Dharmasraya. sekitar.
mendukung pembangunan 34) Pengembangan industri hasil hutan.
yang berkelanjutan.
13. Terkendalinya pemanfaatan 35) Menjaga kualitas dan debit air sungai
lahan budidaya sesuai aturan Batanghari

Hal |2 - 77
Misi Sasaran Pokok Arahan Kebijakan Pemabngunan
tata ruang 36) Minimalnya kerawanan bencana longsor
dan erosi lahan.
37) Mengarahkan kegiatan budidaya pertanian
dan eksploitasi pertambangan sesuai
dengan rencana zonasi/tata ruang.
Misi 4: 14. Berkembangnya fungsi 38) Memperkuat fungsi nagari sebagai pelaku
Memberdayakan nagari dan sosial-budaya dan sosial- kegiatan sosial-budaya.
kelompok masyarakat sebagai ekonomi nagari.
pelaku pembangunan dalam 15. Meningkatnya kemandirian 39) Mengembangkan fungsi nagari sebagai
bidang sosial dan ekonomi ekonomi terkait pengelolaan pelaku sosial-ekonomi.
usaha, distribusi barang, 40) Memberdayakan berbagai lembaga
pengolahan hasil, dan pengelolaan usaha ekonomi oleh kelompok
pemasaran. masyarakat.
Misi 5: 16. Tersedianya pusat 41) Revitalisasi pasar-pasar nagari sebagai
Menyediakan berbagai perdagangan dan jasa untuk tempat pemenuhan kebutuhan harian
prasarana dan sarana pelayanan internal daerah penduduk yang nyaman.
pendukung kegiatan ekonomi serta menjadikan Kabupaten 42) Pengembangan pasar tematik (berupa pasar
dan sosial yang mampu Dharmasraya sebagai lelang agro hasil perkebunan, pasar
mendorong perkembangan orientasi perdagangan dan agropolitan ternak, dan pasar
ekonomi dan mewujudkan jasa di wilayah tenggara minapolitan)untuk mendukung fungsi
pemerataan pembangunan Provinsi Sumatera Barat dan Kabupaten Dharmasraya sebagai sentra
antar kawasan. sekitarnya. produksi perkebunan, peternakan, dan
perikanan.
43) Mengembangkan pusat perdagangan dan
jasa di kawasan Sungai Rumbai, Koto Baru,
Pulau Punjung, kawasan perkotaan yang
berprospek berkembang dimasa depan
seperti Padang Laweh serta rest area pada
koridor Jalan Lintas Sumatera.
17. Terpenuhinya sarana 44) Menyediakan sarana prasarana nagari
prasarana untuk tertinggal
mengentaskan kawasan
tertinggal.
18. Berkembangnya kawasan 45) Membangun:
dan objek wisata dan  Kawasan terpadu wisata alam-budaya
rekreasi dan tersedianya serta
Ruang Terbuka Hijau (RTH)  Taman rekreasi bertema (theme
serba guna. park).
46) Mengembangkanobjek wisata dan rekreasi
prioritas kawasan.
47) Membangun RTH serbaguna pada tingkatan
kabupaten, kecamatan dan nagari(untuk
kegiatan olahraga dan kegiatan sosial).

19. Terpenuhinya kebutuhan 48) Meningkatkan akses pelayanan listrik di


prasarana energi, seluruh kabupaten dengan alternatif
telekomunikasi, air bersih peluang memanfaatkan energi baru dan
dan sanitasi lingkungan terbarukan (seperti mikrohidro dan tenaga
permukiman minimal surya).
mencapai standar pelayanan 49) Meningkatkan akses terhadap sumber air
minimal. minum di perkotaan dan perdesaan minimal
mencapai standar MDGs.
50) Terlayaninya air bersih perpipaan pada

Hal |2 - 78
Misi Sasaran Pokok Arahan Kebijakan Pemabngunan
kawasan cepat tumbuh (Pulau Punjung –
Sitiung – Kotobaru dan Sungai Rumbai).
51) Menuju Kabupaten Dharmasraya sehat
lingkungan dengan meningkatkan pelayanan
sanitasi dan penyehatan lingkungan
permukiman.
 Meningkatkan jumlah rumah tangga
perkotaan dan perdesaan dengan
akses sanitasi layak minimal mencapai
standar MDGs.
 Melengkapi kebutuhan prasarana
sanitasi dengan membangun sarana
Instalasi Pengolahan Lumpur Tinja
(IPLT) dan Instalasi Pengolahan Air
Limbah (IPAL).
 Meningkatkan pelayanan
persampahan pada pusat-pusat
kegiatan perdagangan dan
pemerintahan dengan dukungan
sarana pelayanan persampahan yang
memadai yang mampu melayani
wilayah bagian utara dan selatan
kabupaten.
52) Mengurangi keberadaan lingkungan
permukiman dan perumahan kumuh dan
tidak layak huni.
20. Tersedianya dukungan 53) Membangun Prasarana Pengairan
prasarana sumber daya air  Pengembangan jaringan irigasi dalam
pendukung kegiatan D.I. Batanghari dan D.I. Kabupaten.
produktif.  Mengembangkan manajemen air
irigasi yang handal.
21. Tingginya tingkat 54) Membangun jaringan transportasi antar
keterjangkauan kawasan.
(aksesibilitas) antar kawasan  Mengembangkan akses menuju pusat-
di daerah. pusat kegiatan pelayanan dan
kawasan pertanian.
 Membangun prasarana terminal pada
pusat perdagangan.
 Mengembangkan moda transportasi
sungai Batanghari sebagai bagian
atraksi wisata alam dan budaya.
22. Terjalinnya konektivitas 55) Membangun jaringan transportasi antar
wilayah Kabupaten wilayah untuk akses ekonomi menuju
Dharmasraya dan kabupaten koridor timur Pulau Sumatera dan
sekitarnya (Kabupaten Solok kabupaten berbatasan.
Selatan, Sijunjung, Kuantan  Membangun akses menghubungkan
Singingi, Bungo, dan Tebo) kabupaten Dharmasraya dengan
dengan pusat kegiatan kawasan pengembangan ekonomi
ekonomi koridor Pulau koridor timur Pulau Sumatera sebagai
Sumatera. sentra pengembangan perkebunan
dan lumbung energi (batu bara).
 Mengembangkan akses jalan lingkar

Hal |2 - 79
Misi Sasaran Pokok Arahan Kebijakan Pemabngunan
utara dan selatan Kabupaten
Dharmasraya untuk menghubungkan
pusat-pusat kegiatan wilayah dan
mengurangi beban jalan Lintas
Sumatera.
 Mengembangkan akses menuju
wilayah kabupaten yang berbatasan
yaitu dengan Kabupaten Solok
Selatan; Kabupaten Sijunjung;
Kabupaten Tebo; Kabupaten Kuantan
Singingi dan Kabupaten Bungo;
 mengkaji lebih lanjut peluang
alternatif moda transportasi udara
Misi 6: 23. Tetap berperannya adat dan 56) Memperkuat peran adat dalam pengelolaan
Menegakkan kehidupan tradisi serta lestarinya tanah ulayat dan peri kehidupan
beragama dan beradat sebagai identitas daerah. masyarakat.
norma sosial dan semangat 57) Melestarikan situs budaya dan
membangun serta pemanfaatannya sebagai objek wisata.
melestarikan identitas daerah. 24. Mewujudkan kehidupan 58) Mengembangkan kegiatan keagamaan di
yang religius. sekolah dan nagari.

Misi 7: 25. Terbangunnya sistem 59) Menyusun dan menyelenggarakan standar


Mewujudkan tata kelola perencanaan prioritas prosedur dan metoda baku sebagai
pembangunan yang andal dan pembangunan daerah yang pedoman penentuan prioritas
maju serta melibatkan semua baku dan konsisten. pembangunan.
potensi peran kelembagaan
daerah yang mampu 26. Tersedianya sistem informasi 60) Membangun basis data dan informasi
membangun manfaat yang pengelolaan pembangunan pembangunan nagari.
besar, kemandirian dan daerah yang akurat untuk 61) Membangun sistem informasi
keadilan dalam pembangunan. mendukung perencanaan, pembangunan kabupaten berbasis teknologi
pelaksanaan, dan evaluasi informasi.
pembangunan.
27. Berkembangnyapola 62) Membangun pola investasi usaha yang
investasi pembangunan melibatkan potensi pengelolaan dan
berbasis kemandirian pembiayaan yang ada di daerah (seperti
daerah. lembaga perbankan, kelompok tani,
koperasi, badan usaha pemerintah, nagari,
dan CSR).
28. Terbangunnya mekanisme 63) Mengefektifkan aspek perijinan,
pengendalian tata ruang pengawasan dan sanksi dalam pengendalian
yang efektif. tata ruang terkait dengan pembangunan
perumahan dan permukiman, alih fungsi
lahan sawah dan kawasan hutan, serta
lokasi kegiatan pertambangan.

2.3.3 Rencana Pembanggunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten Dharmasraya


Tahun 2016 - 2021
2.3.3.1 Visi

Hal |2 - 80
Visi merupakan arah pembangunan atau kondisi masa depan daerah yang ingin dicapai
dalam 5 (lima) tahun mendatang. Visi dirumuskan untuk menjawab permasalahan pembangunan
daerah dan/atau isu strategis yang akan diselesaikan dalam jangka menengah serta selaras pula
dengan visi dan arah pembangunan jangka panjang daerah. Dengan mempertimbangkan arah
pembangunan jangka panjang daerah, kondisi, permasalahan dan tantangan pembangunan yang
dihadapi serta isu-isu strategis maka Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah
Kabupaten Dharmasraya 2016- 2021 menetapkan visi yang merupakan cita-cita yang ingin dicapai
dalam jangka menengah lima tahun sebagai berikut:

“Menuju Dharmasraya Mandiri dan Berbudaya”

Mandiri :
 Ekonomi daerah yang memiliki daya tahan menghadapi fluktuasi ekonomi eksternal dengan
mendorong keragaman produksi daerah, ketahanan pangan, dan ketahanan ekonomi
keluarga, serta meningkatkan nilai tambah produk komoditi daerah.
 Semakin besarnya peran masyarakat dalam pengolahan hasil pertanian, jaringan distribusi,
dan pemasaran.
 Berkurangnya arus modal dan pelayanan penduduk keluar daerah karena semakin
tersedianya berbagai sarana ekonomi dan sosial di daerah sendiri bagi kebutuhan
masyarakat dan lebih lanjut diharapkan mampu melayani daerah sekitar.

Berbudaya :
 Semakin cerdas terdidik dan terampilnya anak negeri.
 Kuatnya identitas budaya Dharmasraya yang multikultural yang berkarya, berinovasi dan
mencipta untuk kesejahteraan berdasarkan iman dan taqwa.

2.3.3.2 Misi

Misi adalah rumusan umum mengenai upaya-upaya yang akan dilaksanakan untuk
mewujudkan Visi. Rumusan misi disusun untuk memberikan kerangka bagi tujuan dan sasaran
serta arah kebijakan yang ingin dicapai dan menentukan jalan yang akan ditempuh untuk
mencapai visi. Misi RPJMD Kabupaten Dharmasraya 2016-2021 yaitu sebagai berikut:

Hal |2 - 81
1. Meningkatkan kualitas sumberdaya manusia melalui peningkatan kesehatan, kecakapan,
keahlian, sikap dan moralitas sebagai upaya untuk meningkatkan produktivitas, inovasi dan
keharmonisan masyarakat.
2. Meningkatkan kualitas infrastruktur daerah sebagai pelayanan dasar daerah secara merata
dan sumber kemajuan ekonomi.
3. Mengelola kekayaan sumber daya alam pertanian, pertambangan, peternakan,perikanan dan
pariwisata secara optimal dan bernilai tambah besar mensejahterakan masyarakat.
4. Memelihara kualitas lingkungan Kabupaten Dharmasraya untuk mendukung pembangunan
yang berkelanjutan.
5. Mewujudkan tata kelola pemerintahan yang andal dan maju sehingga mampu membangun
berbagai potensi daerah.
6. Memberdayakan nagari dan kelompok masyarakat sebagai pelaku pembangunan dalam
bidang sosial dan ekonomi.
7. Menegakkan kehidupan beragama, beradat dan berbudaya sebagai norma sosial dan
semangat membangun

2.3.3.3 Tujuan dan Sasaran

Penentuan tujuan dan sasaran adalah tahap perumusan sasaran strategis atau prioritas
pembangunan dalam RPJMD Kabupaten Dharmasaraya 2016- 2021 yang selanjutnya akan
menjadi dasar penyusunan kinerja pembangunan daerah secara keseluruhan. Secara skematik
keterkaitan antara visi, misi dengan perumusan tujuan dan sasaran, program dan kegiatan dapat
digambarkan dalam diagram berikut ini.

Tabel 2.11
Strategi, dan Arah Kebijakan Kabupaten Dharmasraya Tahun 2016-2021

No Misi/Tujuan Sasaran Strategi Arah Kebijakan


Meningkatkan kualitas sumberdaya manusia melalui peningkatan kesehatan, kecakapan, keahlian, sikap dan
1
moralitas sebagai upaya untuk meningkatkan produktivitas, inovasi dan keharmonisan masyarakat.
Meningkatnya Meningkatnya pemenuhan pelayanan peningkatan layanan kesehatan dalam
Kualitas Derajat kesehatan kesehatan, peningakatan upaya promotif dan preventif dalam
Sumberdaya masyarakat sarana/prasarana serta pengendalian penyakit menular dan
Manusia peningkatan kualitas serta penyakit tidak kenular
kuantitas tenaga peningkatan cakupan imunisasi dasar
kesehatan lengkap
penerapan Perilaku hidup bersih sehat
(PHBS) dan penyehatan
lingkungan
Penguatan gerakan masyarakat, lembaga
pemerintah dan swasta dalam
peningkatan upaya kesehatan masyarakat
meningkatkan akses masyarakat untuk

Hal |2 - 82
No Misi/Tujuan Sasaran Strategi Arah Kebijakan
mendapatkan jaminan kesehatan (Total
coverage)
Peningkatan kelengkapan sarana
kesehatan
peningkatan kualitas Pelayanan
kefarmasian
pembangunan rumah sakit type D
terakreditasinya seluruh Puskesmas dan
RSUD
peningkatan pelayanan peningkatan kewaspadaan dini terhadap
kesehatan dan kejadian luar biasa (KLB) dan
fasilitas kesehatan di RSUD penanggulangannya
Meningkatnya Peningkatan kualitas penyediaan ruang kelas dan sarana belajar
tingkat pendidikan pendidikan sekolah dalam kondisi baik
masyarakat melalui peningkatan peningkatan fungsi labor dan
sarana dan prasarana perpustakaan sekolah dalam menunjang
serta kualitas tenaga proses belajar mengajar
pendidik dan tenaga peningkatan kualitas tenaga pendidik dan
kependidikan kependidikan melalui diklat dan pelatihan
Pelibatan keluarga dalam proses
pembelajaran
penuntasan wajib belajar 9 tahun
Meningkatnya Meningkatkan Penguatan Pembangunan/Perbaikan Lumbung
Ketahanan Pangan Cadangan Daerah Pangan Masyarakat dan Penyediaan
Sarana Pendukungnya
Menjaga penyediaan dan distribusi pangan
Melaksanakan optimalisasi cadangan
pangan pemerintah dan
masyarakat
Melaksanakan Pengawasan pasokan dan
harga pangan
Mengoptimalkan pengawasan keamanan
dan mutu pangan segar
Memasyarakatkan konsumsi pangan
beragam, bergizi seimbang dan Aman
penanganan kerawanan pangan pada
nagari mandiri pangan
Meningkatnya Meningkatkan peran Peningkatan Perlindungan perempuan
kesetaraan gender perempuan dalam Korban kekerasan
dan terpenuhinya pembangunan, Meningkatkan Skor Capaian KLA melalui
hak anak pengarustamaan gender Pendampingan, Fasilitasi Pemenuhan Hak
dan Anak, Bantuan Teknis, Koordinasi dan
perlindungan hak anak Sinkronisasi
Pemberdayaan perempuan dengan
meningkatkan peran kelembagaan dan
dunia usaha untuk peningkatan ekonomi
Peningkatan pemahaman pemangku
kepentingan dalam pelaksanaan
pengarusutamaan gender, pemenuhan hak
anak, serta perlindungan perempuan dan
anak
meningkatkan peren perempuan dalm
peningkatan ekonomi
Meningkatkan kualitas infrastruktur daerah sebagai pelayanan dasar daerah secara merata dan sumber kemajuan
2
ekonomi.
Meningkatkan meningkatnya pembangunan dan pembangunan, peningkatan, pemeliharaan
konektifitas antar kualitas dan peningkatan kualitas jalan dan jembatan
wilayah untuk aksesibilitas jalan prasarana transportasi
menunjang kabupaten

Hal |2 - 83
No Misi/Tujuan Sasaran Strategi Arah Kebijakan
ekonomi Meningkatnya pemenuhan terhadap peningkatan kualitas rumah tidak layak
masyarakat kualitas perumahan kebutuhan rumah huni bagi MBR
peningkatan fasilitasi pembangunan rumah susun bagi
kawasan MBR
permukiman yang Fasilitasi pembangunan perumahan formal
layak huni Meningkatnya akses peningkatan kualitas Menyusun regulasi terkait perumahan
terhadap perumahan dan (NSPK bidang perumahan) identifikasi dan
layanan air minum kawasan permukiman inventarisasi perumahan dan kawasan
dan sanitasi yang permukiman kumuh
layak Pembangunan dan peningkatan kualitas
PSU (jalan lingkungan, drainase, sampah,
air minum, listrik, telekomunikasi)
perumahan dan kawasan pemukiman
Penyediaan layanan air Pengelolaan dan pengembangan SPAM
minum dan sanitasi kabupaten
layak yang terintegrasi Pengelolaan dan pengembangan sistem air
dengan penyediaan limbah domestik dalam Daerah
dan pengembangan Pengembangan sistem dan pengelolaan
perumahan persampahan dalam Daerah
Pengelolaan dan pengembangan sistem air
limbah domestik
Mengelola kekayaan sumber daya alam pertanian, pertambangan, peternakan,perikanan dan pariwisata secara
3
optimal dan bernilai tambah besar mensejahterakan masyarakat.
peningkatan Meningkatnya peningkatan produksi, penetapan dan pengembangan produk
tingkat Kontribusi Sektor produktivitas dan nilai unggulan serta kawasan sentra produksi
kesejahteraan Pertanian terhadap tambah hasil pengamanan lahan pertanian produktif
masyarakat PDRB pertanian/perikanan untuk dan pemanfaatan lahan terlantar
mewujudkan petani pembangunan sistem irigasi untuk
sejahtera mendukung pertanian/perikanan
pembangunan sistem distribusi pemasaran
hasil pertanian/perikanan peningkatan
pemanfaatan inovasi dan teknologi
pertanian/perikanan yang berkelanjutan
peningkatan sarana dan prasarana
pertanian/perikanan
Penyaluran bibit/benih unggul untuk
petani mengembangkan sentra produksi,
sentra industri pengolahan hasil pertanian
dan perikanan, serta destinasi pariwisata
pembangunan rehabilitasi jaringan irigasi
dan embung kabupaten
Peningkatan kualitas SDM dan
kelembagaan usaha
meningkatkan daya Meningkatkan Meningkatkan pengembangan usaha-
saing dunia pengembangan usaha- usaha ekonomi berbasis kerakyatan
usaha dan usaha Peningkatan nilai tambah produk dan
kelembagaan ekonomi berbasis jangkauan pemasaran
ekonomi kerakyatan fasilitasi terhadap kemudahan akses
masyarakat pembiayaan dan skema
pembiayaan
Peningkatan promosi dan pemasaran
produk
pembenahan dan pembubaran koperasi
tidak aktif
Meningkatkan kualitas IKM Mengembangkan usaha hilirisasi produk
dan daya saing (industri pengolahan)
produk olahan Pembangunan sentra industri kecil dan
menengah alat dan mesin pertanian
(Alsintan) fasilitasi dan pengembangan
sentra IKM berbasis agro yang ramah

Hal |2 - 84
No Misi/Tujuan Sasaran Strategi Arah Kebijakan
lingkungan
Meningkatkan sarana dan Meningkatkan kualitas sarana dan
prasana bidang prasarana perdagangan
perdagangan, Meningkatkan perlindungan konsumen
perlindungan konsumen peningkatan pangsa pasar komoditi
dan pertanian dan produk unggulan daerah
pengamanan perdagangan lainnya
pemantauan harga dan stok barang serta
melakukan operasi pasar
4 Memelihara kualitas lingkungan Kabupaten Dharmasraya untuk mendukung pembangunan yang berkelanjutan.
Menciptakan Meningkatnya Status Meningkatkan upaya Peningkatan adaptasi dan mitigasi
kelestarian Mutu Air, konservasi terhadap terhadap perubahan iklim melalui
lingkungan hidup Udara dan tutupan sumber daya air dan penurunan emisi Gas Rumah Kaca (GRK)
untuk lahan kawasan berfungsi dan Program Kampung Iklim pembinaan
mendukung lindung sekolah berwawasan lingkungan
pembangunan (ADIWIYATA) inventarisasi
berkelanjutan keanekaragaman hayati (KEHATI)
Peningkatan fungsi Meningkatkan tutupan hutan (forest
lingkungan dengan cover) serta pelestarian terhadap
melaksanakan pemulihan keberadaan keanekaragaman hayati
terhadap lahan Pemulihan lingkungan yang
kritis dan lahan akses rusak/terkontaminasi dari limbah cair dan
terbuka limbah bahan berbahaya dan beracun
(LB3) pemeliharaan ruang terbuka hijau
rehabilitasi hutan dan lahan
Peningkatan kualitas air, melakukan pemantauan kualitas
udara dan tutupan lahan lingkungan untuk menurunkan beban
yang tercermin dalam pencemaran
peningkatan skor IKLH
pengelolaan B3 dan limbah pengawasan dan pengelolaan limbah
B3 (Limbah bahan berbahaya dan beracun (LB3)
Bahan Berbahaya dan penanganan sampah B3
Beracun)
5 Mewujudkan tata kelola pemerintahan yang andal dan maju sehingga mampu membangun berbagai potensi daerah.
Meningkatnya Meningkatnya penyelengaraan Fungsi Peninjauan dan perubahan RTRW
Tata Kelola efektifitas dan Perencanaan, Kabupaten Dharmasraya
Pemerintah efisiensi pelaksanaan Pengendalian dan Evaluasi peningkatan kapasitas aparatur perencana
Daerah pembangunan dalam peningkatan kualitas dokumen
mewujudkan perencanaan daerah dan dokumen
pembangunan daerah yang perangkat daerah
berkualitas meningkatkan ketersediaan dan kualitas
data pembangunan
optimalisasi fungsi pengendalian dan
evaluasi pembangunan daerah untuk
pencapaian sasaran pembangunan sesuai
target pembangunan
meningkatkan kemandirian Meningkatkan akuntabilitas dan
fiskal dan transparansi penganggaran
pengelolaan keuangan pelaksanaan penetapan APBD tepat waktu
daerah penerapan akuntansi berbasis akrual
optimalisasi sumber pendapatan daerah
pemenuhan belanja mandatory
(mandatory spending)
pengelolaan bantuan keuangan sesuai
prioritas pembangunan ke pemerintah
nagari/provinsi pengelolaan keuangan
secara akrual dan sesuai standar akuntansi
pemerintah
Meningkatnya penataan birokrasi peningkatan tata kelola keuangan dan aset
kualitas birokrasi pemerintahan daerah daerah

Hal |2 - 85
No Misi/Tujuan Sasaran Strategi Arah Kebijakan
pemerintahan Meningkatkan kinerja pemerintah daerah
serta peningkatan kapasitas aparatur
peningkatan pemahaman tata kelola
pemerintahan daerah bagi aparatur dan
peningkatan kualitas pelaporan LKJIP
memantapkan fungsi APIP dalam
memantau dan melakukan
pemutakhiran data tindak lanjut hasil
Pembinaan dan Pengawasan
Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah
pengendalian dan perhitungan pencapaian
pelaksanaan SPM
6 Memberdayakan nagari dan kelompok masyarakat sebagai pelaku pembangunan dalam bidang sosial dan ekonomi.
pembangunan Meningkatkan status menciptakan nagari yang Pengembangan kapasitas dan
berbasis nagari pembangunan maju, mandiri dan pendampingan aparatur pemerintah
nagari pembangunan secara nagari dan kelembagaan pemerintahan
berkelanjutan nagari fasilitasi pengembangan sarana dan
prasarana perdesaan di nagari
perencanaan dan penataan kawasan
perdesaan Penataan dan penguatan
BUMNag pemanfaatan dan
pengembangan Teknologi Tepat Guna
nagari oleh masyarakat
7 Menegakkan kehidupan beragama, beradat dan berbudaya sebagai norma sosial dan semangat membangun
Pengelolaan terlaksananya pelaksanaan Perlindungan, melakukan MOU dan kerjasama dengan
khazanah dan pelestarian warisan pengembangan, lembaga kebudayaan (BPCB, BPNB, BALAR
warisan budaya budaya Dharmasraya pemanfaatan dan Balai pelestarian bahasa, dan perguruan
serta adat pembinaan budaya tinggi) dalam pelaksanaan identifikasi,
untuk sebagai identitas daerah ekskavasi, invemntarisasi, revitalisasi
memperkuat warisan/cagar budaya pelaksanaan
identitas penelitian budaya dan pembentukan tim
Dharmasraya ahli melestarikan warisan peninggalan seni
dan budaya
pelestarian nilai budaya daerah

2.1 ARAH KEBIJAKAN PENATAAN RUANG...................................................................................1


2.1.1 Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 Tentang Penataan Ruang...............................1

Hal |2 - 86
2.1.2 Undang-undang No. 26 Tahun 2008 Tentang RTRW Nasional......................................4
2.1.3 Peraturan Daerah Provinsi Sumatera Barat No. 13 Tahun 2012 tentang RTRW Provinsi
Sumatera Barat Tahun 2012-2032................................................................................................5
2.1.4 Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten Dharmasraya Tahun 2011 - 2031....7
2.2 ARAH KEBIJAKAN TENTANG PERUMAHAN DAN PERMUKIMAN..........................................39
2.2.1 Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2011 Tentang Perumahan Dan Kawasan
Permukiman................................................................................................................................39
2.2.2 Peraturan Menteri Perumahan Rakyat No 7 Tahun 2013 tentang Perubahan Atas
Peraturan Menteri Perumahan Rakyat No 10 Tahun 2012 tentang Penyelenggaraan Perumahan
dan Kawasan Permukiman dengan Hunian Berimbang..............................................................46
2.2.3 Peraturan Menteri Perumahan Rakyat Republik Indonesia Nomor 12 Tahun 2014
Tentang Pedoman Penyusunan Rencana Pembangunan Dan Pengembangan Perumahan Dan
Kawasan Permukiman Daerah Provinsi Dan Daerah Kabupaten/Kota........................................48
2.2.4 Peraturan Pemerintah Nomor 14 Tahun 2016 tentang Penyelenggaraan Perumahan
dan Kawasan Permukiman..........................................................................................................55
2.2.5 Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Nomor 14 Tahun 2018
tentang Pencegahan dan Peningkatan Kualitas Terhadap Perumahan Kumuh dan Permukiman
Kumuh 57
2.2.6 Surat Edaran Direktur Jenderal Penyediaan Perumahan No 12 Tahun 2018 tentang
Pedoman Teknis Pelaksanaan Dana Alokasi Khusus Bidang Perumahan dan Permukiman Sub
Bidang Rumah Swadaya..............................................................................................................58
2.2.7 Rencana Pembangunan Perumahan Dan Kawasan Permukiman (RP3KP) Provinsi
Sumatera Barat...........................................................................................................................59
2.3 ARAH KEBIJAKAN PEMBANGUNAN.....................................................................................68
2.3.1 Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) Tahun 2015-2019.......68
2.3.2 Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJPD) Kabupaten Dharmasraya
Tahun 2005 - 2025......................................................................................................................72
2.3.3 Rencana Pembanggunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten Dharmasraya
Tahun 2016 - 2021......................................................................................................................81

Hal |2 - 87
Tabel 2.1 Sistem Pusat Kegiatan dan Fungsinya di Wilayah Kabupaten Dharmasraya.................8
Tabel 2.2 Rencana Pusat Kegiatan di Wilayah Kabupaten Dharmasraya......................................8
Tabel 2.3 Rencana Peruntukan Ruang........................................................................................19
Tabel 2.4 Luas Kawasan Hutan Lindung di Kabupaten Dharmasraya..........................................21
Tabel 2.5 Sempadan Sungai di Kabupaten Dharmasraya............................................................22
Tabel 2.6 Luas Kawasan Suaka Alam/ Kawasan Pelestarian Alam dan Kawasan Cagar Budaya di
Kabupaten Dharmasraya................................................................................................................26
Tabel 2.7 Luas Kawasan Peruntukkan Hutan Produksi Per Kecamatan di Kabupaten
Dharmasraya...................................................................................................................................27
Tabel 2.8 Kawasan Alokasi Ijin Usaha Pertambangan (IUP) dan Sumberdaya Pertambangan
Lainnya diluar Wilayah Ijin Usaha Pertambangan (WIUP) di Kabupaten Dharmasraya Per
Kecamatan 30
Tabel 2.9 Visi dan Misi Rencana Pembangunan Jangka Panjang Kabupaten Dharmasraya........75
Tabel 2.10 Misi, Sasaran Pokok dan Arah Kebijakan Jangka Panjang Daerah (RPJPD)
Kabupaten Dharmasraya Tahun 2005-2025....................................................................................75
Tabel 2.11 Strategi, dan Arah Kebijakan Kabupaten Dharmasraya Tahun 2016-2021..............82

Gambar 2.1 Peta Sistem Pusat Kegiatan Perkotaan Kabupaten Dharmasraya............................10


Gambar 2.2 Peta Rencana Struktur Ruang Kabupaten Dharmasraya.........................................11
Gambar 2.3 Peta Sebaran Permukiman Di Lokasi Daserah Rawan Bencana Alam Provinsi
Sumatera Barat...............................................................................................................................67

Hal |2 - 88

Anda mungkin juga menyukai