Anda di halaman 1dari 44

BAB IV METODOLOGI

IV.1. PENDEKATAN PENYUSUNAN


Penyusunan Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) dan Zoning Regulation Kawasan

Perkotaan Silalahi Kecamatan Silahisabungan merupakan rumusan perwujudan RTRW

Kabupaten Dairi dalam rangka pelaksanaan program dan pengendalian pembangunan kota

baik yang dilakukan oleh pemerintah maupun masyarakat dalam jangka panjang maupun

menengah.

Sebagai suatu produk penataan ruang kota rencana detail penataan ruang kawasan

kota yang ‘baik’ harus operasional, oleh karenanya maksud dan tujuan perencanaan yang

ditetapkan harus realistis, demikian pula dengan langkah-langkah kegiatan yang ditetapkan

untuk mencapai maksud dan tujuan tersebut. Realistis berarti :

 Mengenali secara nyata masalah-masalah pembangunan kota;

 Mengenali secara nyata potensi yang dimiliki kota;

 Mengenali secara nyata kendala yang dihadapi kota dalam proses pembangunan;

 Memahami tujuan pembangunan secara jelas dan nyata;

 Mengenali faktor-faktor yang berperan dalam pembangunan kota;

Pendekatan perencanaan yang dipilih diharapkan dapat mengarah pada problem

solving pada kondisi yang nyata.

Secara umum terdapat dua pendekatan utama dalam proses penyusunan rencana,

yaitu : pendekatan normatif dan menyeluruh yang memiliki ciri perencanaan jangka

panjang, komprehensif/holistik, taat kepada norma dan standar dibanding kondisi nyata,

minimnya perhatian faktor-faktor eksternal, dan bersifat final.

Yang kedua, pendekatan incremental yang memiliki ciri : berorientasi pada

persoalan-persoalan nyata, jangka pendek dan menengah, terkonsentrasi pada beberapa

hal, tetapi bersifat strategis, mempertimbangkan eksternalitas, dan tidak bersifat final.

Pendekatan incremental dengan disadarinya bahwa perencanaan penataan ruang akan

berlangsung terus menerus yang salah satunya adalah perencanaan strategis. Berikut

merupakan rencana strategis yang dimaksud :

IV-1
 Rencana yang lebih menekankan pada proses pengenalan dan penyelesaian

masalah dibanding pada penentuan maksud dan tujuan pembangunan, yang

kemudian dijabarkan pada program-program pembangunan dan alokasi

pembiayaan pembangunan.

 Rencana yang melihat lingkup permasalahan secara internal maupun

eksternal, dengan menyadari bahwa pengaruh faktor-faktor eksternal sangat

kuat dalam membentuk pola tata ruang kota yang terjadi.

 Rencana yang menyadari bahwa perkiraan-perkiraan kondisi di masa yang

akan datang tidak bisa lagi hanya didasarkan pada perhitungan-perhitungan

proyeksi tertentu, akan tetapi sangat dimaklumi bahwa terdapat

kemungkinan-kemungkinan munculnya kecenderungan-kecenderungan baru,

faktor-faktor ketidakpastian, serta ‘kejutan-kejutan’ lain yang terjadi di luar

perkiraan semula.

 Rencana yang lebih bersifat jangka pendek dan menengah, dengan

memberikan satu acuan arah-arah pembangunan perkotaan.

 Rencana yang berorientasi pada pelaksanaan (action).

Sejalan dengan pendekatan proses penyusunan rencana strategis, strategi

penanganan penataan ruang kota di masa yang akan datang diarahkan pada:

pembangunan fisik prasarana-sarana kota yang tidak hanya didasarkan pada upaya

pemenuhan kebutuhan dasar masyarakat (basic need approach), tetapi juga didasarkan

pada upaya untuk pengembangan ekonomi kota (development approach). Azas penataan

ruang kota meliputi :

1. Ekonomi Produktivitas;

2. Peningkatan efisiensi pemanfaatan lahan kota karena keterbatasan lahan perkotaan;

3. Kompetensi ruang, baik antar kegiatan yang akan dialokasikan maupun antar

penduduk kota;

4. Permasalahan lingkungan;

5. Menyaring budaya luar yang masuk supaya dampak negatif yang mungkin

ditimbulkan dapat ditekan, sebagai upaya untuk menciptakan kondisi budaya

masyarakat kota yang mantap;

IV-2
6. Penciptaan kemandirian nasional dengan pelaksanaan program-program secara

terpadu, efektif dan efesien.

Penyusunan Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) dan Zoning Regulation Kawasan

Perkotaan Silalahi Kecamatan Silahisabungan Kabupaten Dairi pada dasarnya sangat

kompleks yang banyak melibatkan aspek kehidupan mulai dari aspek ekonomi, politik,

sosial budaya, sampai dengan pengelolaan kawasan strategis. Semua aspek kehidupan

tersebut membentuk suatu rantai kehidupan yang saling terkait satu dengan yang lain. Oleh

karena itu dalam penyusunan rencana pembangunannya yang tertuang dalam Rencana Tata

Ruang perlu melihat semua aspek kehidupan tersebut melalui pendekatan menyeluruh dan

terpadu atau yang lebih dikenal dengan comprehensive planning approach. Pola pikir

perencanaan yang menyeluruh pada dasarnya merupakan landasan berpikir perencana

sebagai upaya untuk memahami konteks persoalan secara utuh dan menyeluruh guna

memberikan landasan berpikir sebagai masukan pada rancang bangun pendekatan

perencanaan. Terdapat 7 (tujuh) hal pokok pemikiran sebagai landasan pola pikir, yaitu :

1. Pemahaman terhadap karakter sosial ekonomi kemasyarakatan dan


aspirasinya.
Pengembangan suatu kota akan sangat berkaitan dengan bagaimana rencana tata

ruang dapat mendukung perikehidupan sosial masyarakat yang beragam.

2. Pemahaman terhadap karakter fisik ruang dan sumber daya lingkungan


pendukung.
Setiap sistem fisik kehidupan mempunyai karakter-karakter khusus yang unik yang

dapat menjadi pendukung maupun kendala perkembangannya, sehingga upaya

untuk mengembangkan fungsi-fungsi kegiatan harus memandang keberlanjutan

daya dukungnya dalam kurun waktu yang akan datang serta bagaimana

memanfaatkannya secara optimal.

3. Pemahaman terhadap keterkaitan timbal balik antara kinerja aktifitas kota


dengan wujud dan perwujudan ruang fisiknya.
Dalam hal ini kinerja aktifitas yang buruk akan mewujudkan kualitas ruang fisik

kehidupan yang buruk, atau sebaliknya ruang fisik yang tidak tertata dengan baik

akan mewujudkan kinerja aktifitas yang buruk pula. Kondisi ini bersifat kumulatif dan

IV-3
saling memberikan pengaruh negatif dan akan semakin menurunkan kualitas

kehidupan lingkungan fisik, sosial, ekonomi di masa yang akan datang.

4. Pemahaman mengenai bagaimana mewujudkan ruang fisik yang kondusif


untuk menunjang kehidupan wilayah.
Upaya mewujudkan ruang bukan hanya sekedar membuat rencana tata ruang

namun terkait upaya perealisasian serta pengarahannya, dan penciptaan faktor

intensif (menstimulasi) dan disinsentif (mencegah), agar elemen, fungsi dan

infrastruktur, sistem pelayanan sosial ekonomi dapat ada dan tumbuh sesuai dengan

harapan.

5. Pemahaman terhadap pelaku dan aktor-aktor pembangunan dalam


mendukung wujud ruang yang diharapkan.
Setiap rencana pembangunan termasuk rencana tata ruang akan melibatkan setiap

pelakunya sebagai subjek dan harus menjamin adanya mekanisme partisipasi

masyarakat, swasta dan pemerintah dalam mendukung program-program

pembangunan. Upaya untuk mendeseminasikan serta mensosialisasikan rencana

perlu dilakukan untuk menghindari rencana tata ruang menjadi produk yang tidak

dapat/tidak mungkin direalisasikan karena masyarakat tidak tahu, menganggap

tidak perlu atau kepentingannya tidak terakomodasi atau dianggap merugikan

kepentingannya.

6. Pemahaman terhadap aspek kelembagaan, aspek hukum dan manajemen


pembangunan untuk mendukung realisasi wujud ruang yang diharapkan.
Upaya untuk menata ruang kota akan tidak terlepas dari persoalan kelembagaan

dan manajemen pembangunan yang terkait dengan upaya mengkonsolidasikan

serta mengintegrasikan berbagai perencanaan yang telah dibuat. Dalam hal lain,

upaya mengelola sumber daya dana, tenaga dan waktu juga menjadi faktor

pendukung penataan ruang.

7. Pemahaman terhadap aspek eksternal regional / konstelasi geografis


kewilayahan sebagai faktor pengaruh terhadap eksistensi wilayah.
Perkembangan lingkungan eksternal dapat mempengaruhi eksistensi baik bersifat

positif maupun negatif. Pertumbuhan wilayah sekitar yang pesat dengan fungsi

IV-4
berbeda, serta pengaruh perkembangan transportasi regional harus dijadikan

landasan makro untuk mengembangkan fungsi mikro / lokal secara saling

mendukung.

Peraturan zonasi dimuat yang dimuat dalam peraturan dan perundang-undangan

terdapat dua unsur, yaitu zoning map dan zoning text/statement. Zoning map berisi tentang

pembagian blok peruntukan (zona) dengan ketentuan aturan untuk tiap blok peruntukan

dan mengggambarkan peta guna lahan dan lokasi tiap fungsi lahan dan kawasan.

Sedangkan Zoning text/statement berisi tentang aturan-aturan yang menjelaskan tentang

guna lahan suatu kawasan, permitted and conditionan uses, minimum lot
requarements, standar pengembangan, dan administrasi pengembangan zoning. Adapun
materi-materi yang terkandung didalamnya adalah zona-zona dasar, sebagai berikut :

1. Konsep Penyusunan Zona Budidaya


Konsep penyusunan zonasi budi daya meliputi :

a) Zona perumahan, yang dapat dirinci ke dalam perumahan dengan kepadatan

sangat tinggi, tinggi, sedang, rendah, dan sangat rendah (bila diperlukan dapat

dirinci lebih lanjut ke dalam rumah susun, rumah kopel, rumah deret, rumah

tunggal, rumah taman, dan sebagainya); zona perumahan juga dapat dirinci

berdasarkan kekhususan jenis perumahan, seperti perumahan tradisional, rumah

sederhana/sangat sederhana, rumah sosial, dan rumah singgah;

b) Zona perdagangan dan jasa, yang meliputi perdagangan jasa deret dan

perdagangan jasa tunggal (bila diperlukan dapat dirinci lebih lanjut ke dalam

lokasi PKL, pasar tradisional, pasar modern, pusat perbelanjaan, dan sebagainya);

c) Zona perkantoran, yang meliputi perkantoran pemerintah dan perkantoran

swasta;

d) Zona sarana pelayanan umum, yang antara lain meliputi sarana pelayanan umum

pendidikan, transportasi, kesehatan, olahraga, sarana pelayanan umum sosial

budaya, dan peribadatan;

e) Zona industri, yang meliputi industri kimia dasar, industri mesin dan logam dasar,

industri kecil, dan aneka industri;

IV-5
f) Zona khusus, yang berada di kawasan perkotaan dan tidak termasuk ke dalam

zona sebagaimana dimaksud pada angka 1 sampai dengan angka 5 yang antara

lain meliputi zona untuk keperluan pertahanan dan keamanan, zona Instalasi

Pengolahan Air Limbah (IPAL), zona Tempat Pemrosesan Akhir (TPA), dan zona

khusus lainnya;

g) Zona lainnya, yang tidak selalu berada di kawasan perkotaan yang antara lain

meliputi zona pertanian, zona pertambangan, dan zona pariwisata;

h) Zona campuran, yaitu zona budidaya dengan beberapa peruntukan fungsi

dan/atau bersifat terpadu, seperti perumahan dan perdagangan/jasa,

perumahan, perdagangan/jasa dan perkantoran.

Pada penerapannya, apabila pada BWP hanya terdapat satu jenis subzona dari zona

tertentu, subzona tersebut dapat dijadikan zona tersendiri. Subzona juga dapat

dijadikan zona tersendiri apabila subzona tersebut memiliki luas yang signifikan atau

memiliki persentase yang besar terhadap luas BWP.Apabila diperlukan, subzona

dapat dibagi lagi menjadi beberapa subzona. Zona / subzone / sub-sub zona

memiliki luas minimum 5 (lima) hektar di dalam BWP. Apabila luasnya kurang dari 5

(lima) hektar, zona/ subzona/ sub subzona dihilangkan dari klasifikasi zona dan

dimasukkan ke daftar kegiatan di dalam matriks ITBX.

IV-6
Setiap Sub BWP terdiri atas blok yang dibagi berdasarkan batasan fisik antara lain

seperti jalan, sungai, dan sebagainya. Pengilustrasian overlay peta yang didelineasi

berdasarkan fisik (BWP, Sub BWP, dan blok) hingga peta yang didelineasi

berdasarkan fungsi (zona dan subzona) dapat dilihat pada Gambar berikut :

Gambar IV.1 Contoh Ilustrasi Pembagian BWP ke dalam Sub BWP

2. Konsep Penyusunan Zona Budidaya


Intensitas pemanfaatan ruang adalah besaran pembangunan yang diperbolehkan

berdasarkan batasan Koefisien Dasar Bangunan (KDB), Koefisien Lantai Bangunan

(KLB), Koefisien Dasar Hijau (KDH), atau kepadatan penduduk.

Langkah-langkah yang harus diperhatikan dalam penetapan besar KDB maksimum

adalah sebagai berikut :

• Merujuk pada rencana besaran KDB tercantum dalam RTRW Kab / RDTRK

• Menghitung luas lahan terbangun yang digunakan untuk kegiatan utama

• Menghitung luas lahan keseluruhan / blok peruntukan

IV-7
• Menghitung luas prasarana yang diperkeras

• Mempertimbangkan tingkat pengisian / resapan air = KDH minimum

• Mempertimbangkan besar pengaliran air (kapasitas drainase)

• Memperhatikan jenis penggunaan lahan

• Memperhatikan harga lahan

KDB 60 %
Gambar IV.2 Contoh Arahan Koefisien Dasar Bangunan (KDB)

Langkah-langkah yang harus diperhatikan dalam penetapan KLB Maksimum adala :

• Merujuk pada rencana KLB yang tercantum dalam RTRW Kab/RDTRK

• Menghitung luas lantai bangunan keseluruhan

• Memperhatikan harga lahan

• Memperhitungkan ketersediaan dan tingkat pelayanan prasarana jalan serta

dampak atau kebutuhan terhadap prasarana tambahan

• Ekonomi dan pembiayaan.

50 % KDB

150 % KDB
100 % KDB

Bila KDB 60 % maka KLB = 90 %

Gambar IV.3 Contoh Arahan Koefisien Lantai Bangunan (KLB)

IV-8
Langkah-langkah yang harus diperhatikan dalam penetapan KDH minimum adalah:

• Merujuk pada rencana besaran KDH tercantum dalam RTRW Kab/RDTRK

• Menghitung luas lahan keseluruhan/blok peruntukan

• Menghitung luas lahan terbangun yang digunakan untuk kegiatan utama

• Mempertimbangkan tingkat pengisian/resapan air

• Mempertimbangkan besar pengaliran air (kapasitas drainase).

Pertimbangan kepadatan bangunan ditetapkan berdasarkan pertimbangan:

• Faktor kesehatan, yaitu memperhatikan ketersediaan air bersih, sanitasi dan

sampah, cahaya, sinar matahari, aliran udara, ruang antar bangunan.

• Faktor sosial, yaitu dengan memperhatikan ruang terbuka privat, privasi,

perlindungan, jarak tempuh terhadap fasilitas lingkungan.

• Faktor teknis, yaitu mempertimbangkan resiko kebakaran, keterbatasan lahan

untuk bangunan/rumah.

• Faktor ekonomi, yaitu mempertimbangkan harga lahan, jarak dari rumah ke

tempat kerja, dan ongkos transportasi.

Gambar IV.4 Contoh Arahan Ketinggian Bangunan

IV-9
RTH Privat = KDH minimum = 10%.

Gambar IV.5 Contoh Arahan Koefisien Dasar Hijau (KDH)

3. Aturan Tata Massa Bangunan


Tata massa bangunan adalah bentuk, besaran, perletakan dan tampilan bangunan

pada suatu persil. Garis Sempadan Bangunan, langkah-langkah untuk menentukan

GSB minimum adalah :

• Merujuk pada rencana besaran GSB tercantum dalam RTRW Kab / RDTRK,

• GSB dihitung berdasarkan ruang milik jalan (rumija).

Tinggi Bangunan, ketinggian bangunan dinyatakan dalam satuan lapis/lantai atau

m. ketinggian banguan ditetapkan dengan mempertimbangkan keselamatan, resiko

kebakaran teknologi, estetika, prasarana dan budaya setempat.

Jarak Bebas Bangunan, adalah jarak bangunan yang diperbolehkan untuk

dibangun dari batas daerah perencanaan. Jarak bebas bangunan harus

mempertimbangkan :

• Keselamatan, resiko kebakaran, teknologi, estetika, prasarana dan budaya

setempat.

• Pada bangunan renggang bukan rumah jarak bebas samping kiri kanan maupun

belakang ditetapkan 4 meter pada lantai dan setiap penambahan lantai jarak

diatasnya ditambah 0,5 m.

IV-10
Gambar IV.6 Contoh Arahan Ketentuan Massa Bangunan

4. Aturan Prasarana Minimum


Cakupan prasarana yang diatur dalam peraturan zonasi minimum adalah prasarana

parkir, bongkar muat, dimensi jaringan jalan, dan kelengkapan prasarana lain.

 Parkir, Penentuan penyediaan lahan parkir bergantung kepada:

 Penentuan kegiatan yang ada pada blok peruntukan.

 Penetapan / perhitungan berdasarkan standar yang berlaku untuk setiap

kegiatan atau bangunan di blok peruntukan.

 Bongkar Muat

 Menentukan kegiatan bongkar muat yang ada di daerah. Kegiatan tersebut

dapat berupa kegiatan perdagangan, pergudangan, pelayanan, dll.

 Menentukan lokasi ruang bongkar muat yang memadai.

 Dimensi Jaringan Jalan, diperlukan untuk:

 Menentukan fungsi jalan

 Menghitung volume lalu lintas

 Menentukan peruntukan zonasi

 Menentukan lebar badan jalan

 Menentukan lebar trotoar

 Menentukan saluran drainase

IV-11
 Prasarana Lain

Prasarana lain yang diperlukan dapat diwajibkan atau dianjurkan sesuai

kebutuhan, contoh: penyediaan kolam retensi, ruang terbuka publik dan lain-lain.

5. Aturan Prasarana Minimum


Aturan – aturan lain yang dimaksud dan ada di dalam peraturan zonasi sebagai

aturan tambahan antara lain:

 Aturan mengenai pemunduran bangunan, kebun.

 Aturan mengenai fasilitas tuna wisma, rumah jompo, dan fasilitas bagi

penyandang cacat.

 Aturan mengenai off-street parking.

 Aturan mengenai tata informasi, asesoris bangunan, daya tampung rumah, dan

keindahan.

IV.2. METODOLOGI PELAKSANAAN PEKERJAAN


Dalam mencapai tujuan dan keluaran kegiatan Penyusunan Rencana Detail Tata

Ruang (RDTR) dan Zoning Regulation Kawasan Perkotaan Silalahi Kecamatan

Silahisabungan Kabupaten Dairi yang berdasarkan pendekatan dan asumsi di atas maka

disusun metodologi pelaksanaan pekerjaan seperti paparan berikut ini.

Teknis Survei
Untuk memenuhi kebutuhan data dan tuntutan analisis, maka dilakukan beberapa

teknik survei yaitu Survei Pendahuluan, Survei Penggunaan Lahan, Survei Intensitas

Bangunan, Survei Kependudukan, Survei Transportasi dan Survei Infrastruktur. Teknik survei

tersebut dijelaskan sebagai berikut :

A. Survei Pendahuluan
Survei pendahuluan merupakan survei yang dimaksudkan untuk mendapatkan

gambaran umum mengenai kawasan perencanaan bagi konsultan sebelum melakukan

survei yang lebih dalam. Survei pendahuluan dilakukan dengan melakukan

pengamatan, dokumentasi serta wawancara dengan aktor tertentu (pengelola

perumahan, penduduk). Meski baru merupakan langkah awal, survei pendahuluan

memberi informasi penting sebagai berikut :

IV-12
a) Orientasi dan pengenalan batas-batas fisik kawasan perencanaan (jalan, sungai,

saluran drainase, gapura dsb)

b) Pola persebaran kawasan terbangun

c) Intensitas perkembangan fisik (rumah, kantor, perdagangan dsb)

d) Area atau koridor jalan yang sedang mengalami perkembangan fisik yang pesat

e) Lokasi objek-objek penting, seperti kantor pemerintah, pasar, land mark dsb.

Survei pendahuluan dilakukan oleh tenaga ahli dan beberapa tenaga

pendukung dengan dilengkapi peta dasar kawasan perencanaan dan alat-alat

dokumentasi. Informasi yang diperoleh dalam survei pendahuluan menjadi masukan

dalam merumuskan blok kawasan untuk survei maupun indikasinya untuk perencanaan,

jenis penggunaan lahan dan metode analisis yang akan digunakan selanjutnya.

B. Survei Fungsi Bangunan dan Penggunaan Lahan


Survei penggunaan lahan bertujuan untuk mengidentifikasi pola tata guna

lahan dan pergeserannya dalam kurun waktu tertentu. Survei ini sangat penting

mengingat informasi yang dihasilkannya bermanfaat untuk mengetahui pola

penggunaan lahan (dalam unit blok), dan selanjutnya menjadi dasar dalam proses

penyusunan rencana penggunaan lahan kawasan. Informasi yang semakin teliti dan ‘up

to date’ akan mempermudah perumusan rencana tata ruang kota.

Survei penggunaan lahan dilakukan dengan mengamati kegiatan / fungsi

bangunan di kawasan perencanaan, serta melakukan pencatatan pada peta dasar yang

sudah disediakan. Untuk itu konsultan menurunkan tim survei yang dibagi menjadi

beberapa pasang (setiap pasang terdiri dari 2 orang) dimana masing-masing

melakukan pengamatan pada blok kajian yang sudah ditentukan. Alat yang dibutuhkan

dalam survei ini adalah peta dasar dan alat tulis yang terdiri dari beberapa warna sesuai

dengan warna satuan kegiatan yang sudah ditentukan.

Sebelum survei dilakukan, konsultan terlebih dahulu merumuskan Satuan

Kegiatan penggunaan lahan, dimana Satuan Kegiatan tersebut akan menjadi kriteria

dalam menentukan jenis suatu kegiatan. Satuan Kegiatan selanjutnya akan dituangkan

dalam analisis tata guna lahan. Satuan Kegiatan yang digunakan diadopsi dari beberapa

pedoman dan standar yang umumnya digunakan, yang terdiri dari:

IV-13
1. PERUMAHAN (RESIDENTIAL)
a) Perumahan Taman
b) Perumahan Renggang
c) Perumahan Deret
d) Perumahan Susun

2. PERDAGANGAN DAN JASA


a) Perbelanjaan
 Pasar
 Supermarket
 Pasar Swalayan
 Perdagangan/Toko Retail
 Perdagangan Grosir
 Warung
b) Jasa Keuangan
 Bank
 Jasa Keuangan Lainnya
c) Jasa Wisata dan Makanan
 Hotel
 Wisma dan Losmen
 Travel
 Hantaran/Courier
 Rumah/Warung Makan
 Jasa Wisata dan Makanan lainnya
d) Jasa Elektronik
 Wartel/Kiostel
 Warnet
 Fotocopy
 Jasa elektronik dan komunikasi lainnya
e) Showroom Otomotif
f) Bengkel/Dorsmeer
g) SPBU
h) Kaki Lima
i) Material Bahan Bangunan
j) Jasa Lainnya
3. BANGUNAN PUBLIK
a) Kantor
 Pemerintah
 Swasta
b) Fasilitas Pendidikan
 TK
 SD
 SMP
 SMA/SMK
 Perguruan Tinggi/Akademi
 Bimbingan Test/Kursus

IV-14
c) Fasilitas Kesehatan
 Balai Pengobatan
 Rumah Sakit/Bersalin
 Puskesmas
 Poliklinik
 Apotik
 Praktek Dokter
d) Fasilitas Peribadatan
 Masjid
 Langgar
 Gereja
 Pura/Kuil
e) Fasilitas Olahraga dan Budaya
 Lapangan Olah Raga Besar (Sepakbola)
 Lapangan Olah Raga Kecil
 Gedung Olah Raga
 Gedung Pesta/Jambur
f) Fasilitas Rekreasi
 Bioskop
 Hiburan lainnya
g) Fasilitas Transportasi
 Terminal
 Jembatan
 Halte
 Terminal Kecil
 Pemberangkatan Angkutan Antar Kota
4. INDUSTRI
a) Industri Besar
b) Industri Menengah
c) Industri Kecil dan Industri Rumah Tangga
d) Gudang
5. LAHAN TERBUKA NON PERTANIAN (NON-AGRICULTURAL USES OF OPEN
LAND)
a) Jalur Hijau Jalan dan Sungai
b) TPU/Pemakaman
c) Tanah Kosong
d) Waduk/Situ
6. INFRASTRUKTUR
a) Jaringan Kereta Api
b) Saluran drainase
c) Reservoar
d) TPS/Depo
7. PERTANIAN (AGRICULTURAL USES)
a) Sawah
b) Ladang dan Kebun
c) Peternakan
d) Perikanan

IV-15
Penentuan Satuan Kegiatan di atas sudah mengakomodasi karakteristik

penggunaan lahan di kawasan perencanaan yang diketahui dari Survei Pendahuluan.

Dengan demikian terdapat 7 (tujuh) jenis Satuan Kegiatan yang akan menjadi kriteria

penggunaan lahan, dimana masing-masing dibagi lagi menjadi beberapa Sub Satuan

Kegiatan yang kemudian hasil survei penggunaan lahan akan diperkuat oleh hasil

dokumentasi berupa foto udara dan foto/video lansekap pada beberapa titik strategis.

C. Survei Tata Bangunan


Survei Tata Bangunan bertujuan untuk mengidentifikasi karakteristik bangunan

di kawasan perencanaan, dimana karakteristik yang dimaksud meliputi 4 unsur massa

bangunan, yaitu Kepadatan Bangunan, Koefisien Dasar Bangunan (KDB), Koefisien

Lantai Bangunan (KLB) dan Sempadan Bangunan. Survei bangunan bermanfaat untuk

mengetahui tingkat kepadatan bangunan, KDB, KLB dan garis sempadan dalam kondisi

saat ini (existing). Penyebaran bangunan Ruko (Rumah Toko) juga merupakan informasi

yang dapat dihasilkan dari survei ini.

D. Survei Transportasi
Survei transportasi diarahkan untuk mendapatkan informasi yaitu:

1. Dimensi dan kondisi jaringan pergerakan (sistem jaringan), yang meliputi sistem

jalan raya, jalan pedestrian, perparkiran dan jaringan kereta api, termasuk

pangkalan becak dan ojek.

2. Pola pergerakan kendaraaan (sistem pergerakan), termasuk rute angkutan

umum.

Survei jaringan pergerakan dilakukan dengan pencatatan kondisi jalan,

pengukuran dimensi dan sempadan jalan serta dokumentasi terhadap pemanfaatan

jaringan pergerakan.

E. Survei Prasarana dan Sarana


Survei prasarana dan sarana diarahkan untuk mengetahui sistem produksi dan
jaringan distribusi, cakupan pelayanan, kualitas dan tingkat pemanfaatan infrastruktur yang
melayani kawasan perencanaan. Survei prasarana dan sarana dilakukan dengan melakukan
pengamatan terhadap ketersediaan dan kondisi prasarana dan sarana serta melakukan
wawancara dengan penduduk.

IV-16
Perlengkapan Survei
Untuk dapat menjalankan survei tersebut, maka tim Survei dilengkapi dengan

perlengkapan sebagai berikut :

1. Peta Dasar Pola Ruang Skala 1 : 5.000

2. Formulir Isian

3. GPS (Global Positioning System) yang dipakai pada saat survei lapangan yang

berguna untuk merekam koordinat letak fasilitas dan pembuatan gambar

4. Kamera Digital dan Video Kamera

5. Alat Tulis

Kebutuhan Data
Data yang dibutuhkan meliputi berbagai aspek kajian dan mencakup data sekunder

(instansi) dan data primer. Secara keseluruhan, kebutuhan data dalam Penyusunan Rencana

Detail Tata Ruang (RDTR) dan Zoning Regulation Kawasan Perkotaan Silalahi Kecamatan

Silahisabungan Kabupaten Dairi ditunjukkan dalam tabel berikut ini.

IV-17
Tabel IV.1 Kebutuhan Data
Rentang Waktu
No Aspek/Bidang Jenis Data Jenis Data Instansi
2013 2014 2015 2016 2017 2018
1. Kebijakan RTRW Provinsi Sumatera Utara Sekunder BAPPEDA/ PU
Pembangunan RTRW Kabupaten Dairi Sekunder
RPJP Kabupaten Dairi Sekunder
RPJM Kabupaten Dairi Sekunder
Renstra / kebijakan sektoral Sekunder
2. Fisik Geografis Batas kecamatan Sekunder BAPPEDA/ PU/ BPS
Batas kelurahan/desa Sekunder
Topografi Sekunder
Klimatologi Sekunder
Hidrologi (pola aliran sungai) Sekunder
Hidrogeologi (air tanah dan permukaan) Sekunder
Jenis tanah Sekunder
Vegetasi Sekunder
Daerah rawan banjir Sekunder
Daerah rawan bencana gerakan tanah Sekunder
3. Penggunaan Citra satelit Sekunder BAPPEDA/ PU/ Survei
Lahan Peta penggunaan lahan Primer Lapangan
Peta persebaran bangunan Primer
Peta status lahan Sekunder
Foto dan video Primer
4. Kependudukan Jumlah dan kepadatan penduduk Sekunder BPS
Jumlah rumah tangga Sekunder
Penduduk menurut kelompok umur Sekunder
Penduduk menurut tingkat pendidikan Sekunder
Penduduk menurut mata pencaharian Sekunder
Penduduk menurut agama Sekunder
Penduduk menurut tingkat pendapatan Sekunder
Angka kelahiran dan kematian Sekunder
Tingkat harapan hidup Sekunder
Jumlah migrasi masuk/keluar Sekunder
5. Perekonomian Nilai PDRB Kab. Karo menurut lapangan usaha Sekunder
Komoditas pertanian (jenis dan tujuan pemasaran) Primer BPS
Komoditas pertambangan (jenis dan tuj pemasarn) Primer
Komoditas industri (jenis dan tujuan pemasaran) Primer

IV-18
Rentang Waktu
No Aspek/Bidang Jenis Data Jenis Data Instansi
2013 2014 2015 2016 2017 2018
Komoditas perdagangan (jenis dan tujuan pemsrn) Primer
Komoditas jasa (jenis dan pangsa pasar) Primer
6. Prasarana dan Fasilitas Peribadatan BAPPEDA/ PU/ Survei
Sarana Mesjid (jumlah dan lokasi) Sekunder/Primer Lapangan
Gereja (jumlah dan lokasi) Sekunder/Primer
Vihara (jumlah dan lokasi) Sekunder/Primer
Fasilitas Pendidikan
SD (jumlah dan lokasi) Sekunder/Primer
SLTP (jumlah dan lokasi) Sekunder/Primer
SLTA (jumlah dan lokasi) Sekunder/Primer
Perguruan tinggi (jumlah dan lokasi) Sekunder/Primer
Fasilitas Kesehatan
Puskesmas pembantu (jumlah dan lokasi) Sekunder/Primer
Puskesmas (jumlah dan lokasi) Sekunder/Primer
Klinik (jumlah dan lokasi) Sekunder/Primer
Rumah Sakit (jumlah dan lokasi) Sekunder/Primer
Fasilitas Perniagaan
Pasar (jumlah dan lokasi) Sekunder/Primer
Fasilitas Pemerintahan
Kantor pemerintah (jumlah dan lokasi) Primer
Kantor/pos polisi (jumlah dan lokasi) Primer
Kantor TNI (jumlah dan lokasi) Primer
Kantor lainnya (jumlah dan lokasi) Primer
Jaringan Energi
Jaringan listrik PLN Primer
Jaringan listrik non-PLN Primer
Jaringan pipa gas Primer
Jaringan Telekomunikasi
Jaringan telkom Primer
Menara telekomunikasi Primer
Jaringan SDA
Bendung Primer
Saluran irigasi Primer
Jaringan Transportasi
Jalan menurut status pengelolaan Sekunder
Jalan menurut fungsi Sekunder

IV-19
Rentang Waktu
No Aspek/Bidang Jenis Data Jenis Data Instansi
2013 2014 2015 2016 2017 2018
Jalan menurut kondisi Primer
Terminal angkutan umum Primer
Lalu lintas harian rata-rata (LHR) Primer
Jaringan Drainase
Saluran primer Primer
Saluran sekunder Primer
Saluran tersier Primer
Lokasi genangan air Primer
Jaringan Air Minum
Sistem/jaringan PDAM Sekunder
Sistem desa Primer
Sumber air baku Primer
Jaringan Sanitasi
Sistem/jaringan off-site Primer
Sistem/jaringan on-site Primer
Jaringan Persampahan
TPA Primer
TPS Primer
Truk/gerobak sampah Primer
7. Pembiayaan APBD Kabupaten Sekunder BAPPEDA/ PU/ BPS/
DAU Sekunder Dispenda
DAK Sekunder
APBD Provinsi Sekunder
APBN Sekunder
Pinjaman luar negeri Sekunder
Sumber pendanaan lainnya Sekunder
8. Kelembagaan Struktur organisasi pemerintah Sekunder BAPPEDA/ PU/ BPS/ Dinas
Prosedur pemberian ijin lokasi Sekunder Perijinan
Prosedur pemberian ijin mendirikan bangunan Sekunder
Prosedur pemberian ijin lainnya Sekunder

IV-20
Kompilasi dan Penyajian Data
Setelah pengumpulan data, dilakukan kompilasi data dengan menyusun data secara

sistematis agar dapat digunakan sebagai input dalam proses analisis. Data disusun menurut

aspek kajian, tahun terbit dan bentuknya. Beberapa data dilakukan proses seleksi dan

agregasi untuk menyesuaikan tabulasi data yang dibutuhkan. Berikut merupkan penyajian

data dilakukan dalam beberapa bentuk yaitu :

 Tabel

 Diagram

 Peta

IV.3. METODE ANALISIS PEKERJAAN


Terdapat begitu banyak metode analisis yang dapat digunakan dalam proses

perencanaan tata ruang bergantung pada aspek analisis, hirarki perencanaan dan isu yang

dihadapi. Dalam Penyusunan Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) dan Zoning Regulation

Kawasan Perkotaan Silalahi Kecamatan Silahisabungan Kabupaten Dairi, pemilihan metode

analisis juga disesuaikan dengan hal tersebut, yang dijelaskan berikut ini.
Analisis Peran dan Fungsi Wilayah Dalam Konstelasi Perwilayahan
Analisis peran dan fungsi wilayah dilakukan dengan beberapa metode, yaitu :

a. Identifikasi arah kebijakan fungsional dari wilayah yang lebih luas terhadap

wilayah perencanaan

b. Kontribusi antara wilayah perencanaan dan wilayah yang melingkupinya

konstelasi regional dalam aspek-aspek tertentu (fisik, ekonomi, sosial dan

kependudukan) melalui metoda pembandingan.

c. Keterkaitan fungsional wilayah perencanaan dan sistem wilayah (sistem ekologis,

sistem transportasi, sistem pertukaran barang dan jasa, dan sistem jaringan

infrastruktur wilayah, sistem keterkaitan budaya dan sejarah.

Analisis Fisik dan Lingkungan


Analisis fisik dan lingkungan wilayah perencanaan bertujuan mengenali karakteristik

fisik wilayah perencanaan untuk dikembangkan untuk suatu peruntukan dan daya dukung

menampung jumlah, ketinggian dan kepadatan bangunan, baik potensi sumberdaya

IV-21
alamnya maupun batasan dan kendala pengembangannya maupun kerawanan bencana

yang dikandungnya.

Secara garis besar, analisis fisik dan lingkungan pada dasarnya dilakukan dalam tiga

tahap sebelum menjadi masukan dalam penyusunan rencana tata ruang kawasan, yaitu :

analisis daya dukung lahan (kemampuan lahan), analisis kesesuaian lahan dan analisis

evaluasi penggunaan lahan. Analisis fisik dan lingkungan biasanya menggunakan data-data

dalam bentuk peta sehingga analisisnya dilakukan menggunakan metoda super-imposed

peta-peta yang relevan.

A. Daya Dukung Lahan


Analisis daya dukung lahan adalah analisis untuk memperoleh gambaran

tingkat kemampuan lahan untuk dikembangkan sebagai perkotaan, sebagai acuan bagi

arahan-arahan kesesuaian lahan pada tahap analisis berikutnya. Sasaran yang ingin

dicapai dari analisis ini, adalah :

1) Mendapatkan klasifikasi kemampuan lahan berdasarkan kondisi fisik alam, yaitu:

klimatologi, topografi (morfologi dan kemiringan lahan), geologi dan hidrologi.

2) Menghasilkan sebaran satuan lahan berdasarkan nilai kelas-kelas kemampuan

fisik alam di atas.

3) Menghasilkan parameter-parameter daya dukung kegiatan pengembangan

kawasan, yaitu: morfologi, kemudahan dikerjakan, kestabilan lereng, kestabilan

pondasi, ketersediaan air, pengaliran drainase, kepekaan erosi, serta

penampungan dan penyerapan air limbah.

Parameter daya dukung lahan terhadap pengembangan kawasan diperoleh

dengan menggunakan metoda super imposed secara peta, dan penjumlahan nilai

satuan lahan yang terbobot pada lokasi yang sama pada peta-peta tersebut. Dari hasil

analisis daya dukung lahan ini dapat dirumuskan pembagian kawasan perencanaan

(zonasi), yaitu :

1. Kawasan potensial pengembangan

Kawasan yang dapat dikembangkan sebagai kawasan budidaya seperti

pengembangan kegiatan permukiman maupun pengembangan budidaya

IV-22
pertanian. Salah satu syarat utama bagi kawasan ini adalah yang memiliki

kemiringan antara 0 – 15O.

2. Kawasan kendala pengembangan

Kawasan yang memiliki kendala dalam pengembangannya atau kegiatan

budidaya permukiman dan pertanian karena membutuhkan biaya dan resiko

tertentu sehingga membutuhkan persyaratan tambahan agar kegiatan yang

dikembangkan dapat berlangsung berkelanjutan. Pada bagian yang berdekatan

dengan kawasan lindung, kawasan ini disebut juga sebagai kawasan penyangga,

yaitu pembatas antara kawasan budidaya dengan kawasan lindung.

3. Kawasan Limitasi

Kawasan yang sama sekali tidak dapat dikembangkan. Kawasan ini umunya

dimanfaatkan sebagai kawasan lindung di perkotaan dalam wujud hutan dan

non hutan.

Disamping menggunakan hasil analisis daya dukung, terutama parameter rawan

bencana, kemiringan lahan dan kepekaaan erosi, kriteria yang dipergunakan sama

dengan kriteria penetapan kawasan lindung yang mengacu pada Keputusan Menteri

Pertanian No. 837/KPTS/UM/II/1980.

Bagi kawasan potensial dan kendala pengembangan menjadi kawasan budidaya

ditetapkan fungsinya berdasarkan daya dukung sumberdaya alam/lahan, manusia dan

buatan yang ketentuan teknis penggunaan lahannya mengacu pada Permen PU No.

41/PRT/M/2007 tentang Pedoman Kriteria Teknis tentang Kawasan Budidaya.

B. Kesesuaian Lahan
Pada dasarnya analisis kesesuaian lahan dilakukan untuk mengetahui arahan-

arahan pemanfaatan lahan, sehingga diperoleh arahan kesesuaian peruntukan lahan

untuk pengembangan kawasan berdasarkan karakteristik fisiknya, seperti :

1. Arahan Tata Ruang Pertanian, yang dapat memanfaatkan hasil kajian atau

rencana pengembangan Departemen Pertanian

2. Arahan Rasio Tutupan Lahan, bertujuan untuk mengetahui gambaran

perbandingan daerah yang bisa tertutup oleh bangunan bersifat kedap air

dengan luas lahan keseluruhan.

IV-23
Keluaran berupa :

 Peta Arahan Rasio Tutupan Lahan.

 Batasan rasio tutupan lahan pada masing-masing arahan serta persyaratan

pengembangannya.

3. Arahan Ketinggian Bangunan, Keluaran :

 Peta Arahan Ketinggian Bangunan.

 Batasan/persyaratan pengembangan bangunan tinggi.

4. Arahan Pemanfaatan Air Baku. Keluaran :

 Arahan pemanfaatan air baku.

 Kapasitas sumber-sumber air yang disarankan untuk dikembangkan.

Dari unsur-unsur diatas maka dapat diambil langkah-langkah untuk

menentukan kesesuaian lahan, yaitu :

1) Melakukan lebih dahulu analisis masing-masing arahan kesesuaian lahan untuk

memperoleh arahan-arahan kesesuaian lahan yang merupakan masukan bagi

analisis peruntukan lahan ini;

2) Menentukan arahan peruntukan lahan berdasarkan klasifikasi kemampuan

lahan dan arahan-arahan kesesuaian lahan di atas;

3) Dalam penentuan arahan peruntukan lahan ini, mengarahkan pada kondisi ideal

sesuai dengan kemampuan dan kesesuaian lahannya, yang tentunya meliputi

juga persyaratan/pembatas pengembangan, serta telah mengevaluasi

penggunaan lahan yang ada saat ini;

4) Mempertajam arahan ini dengan memasukkan hasil studi fisik/lingkungan yang

ada, seperti: studi pertanian, kehutanan, analisis dampak lingkungan, dan

lainnya;

5) Mendeskripsikan masing-masing arahan peruntukan, termasuk persyaratan dan

pembatas pengembangannya.

C. Analisis dan Evaluasi Penggunaan Lahan


Analisis penggunaan lahan diarahkan pada analisis sebagai berikut :

IV-24
 Identifikasi pola penggunaan lahan saat ini (existing), yang bertujuan untuk

mengetahui pola lokasi dan proporsi setiap satuan penggunaan lahan

(permukiman, perdagangan dsb).

 Analisis pergeseran penggunaan lahan, yang bertujuan untuk mengetahui arah

perkembangan spasial kawasan serta tipologi pergeserannya.

 Evaluasi kesesuaian terhadap penggunaan lahan, yang bertujuan untuk

mendapatkan deviasi penggunaan lahan eksisting dibandingkan dengan

kesesuaian lahan/daya dukung lahannya sehingga dapat memberikan masukan

bagi rencana penggunaan lahan dalam bentuk batasan pengembangan dan

persyaratan pengembangan sesuai dengan potensi dan kendala fisiknya.

D. Bencana Alam
Analisis rawan bencana alam bertujuan daerah-daerah rawan bencana alam dan

mempunyai kecenderungan untuk terkena bencana alam termasuk bahaya ikutan dari

bencana tersebut. Yang termasuk rawan bencana alam, meliputi: banjir, longsor,

gerakan tanah, gempa bumi dan angin puting beliung. Masukan yang diperlukan

mencakup data rekaman kejadian bencana alam, klimatologi, kepekaan erosi,

kemampuan drainase dan kestablian lereng, serta penggunaan lahan saat ini. Dari hasil

analisis akan diperoleh batasan pengembangan serta persyaratan pengembangan dan

pengamanan masing-masing tingkat kemampuan lahan terhadap bencana alam.

E. Analisis Fisik Lainnya yang Relevan


Studi-studi fisik yang pernah dilakukan menyangkut fisik ataupun lingkungan

dapat diperoleh sebagai masukan data dalam analisis kelayakan fisik kawasan ini, dan

harus dicantumkan sumbernya. Studi-studi ini sangat membantu dalam penentuan

arahan kesesuaian peruntukan lahan, ataupun dalam rekomendasi, karena daerah yang

sudah disarankan peruntukannya dari studi terdahulu bila dalam analisis kelayakan fisik

kawasan ini tidak termasuk pengembangan perkotaan dapat diperuntukkan

sebagaimana usulan semula. Untuk daerah yang masuk pengembangan perkotaan

tetapi arahan dari studi terdahulu sudah ada dan bukan untuk perkotaan, dapat

dilakukan penyesuaian yang tentunya telah melalui pertimbangan dari berbagai sektor,

IV-25
yang kemudian diakomodasikan dalam hasil studi ini sebagai optimasi terakhir dalam

bentuk rekomendasi kesesuaian lahan.

Kebijakan pengembangan fisik yang ada di wilayah dan/atau kawasan perlu

diketahui, terutama kebijakan penggunaan lahan. Hal ini diperlukan dalam penentuan

rekomendasi kesesuaian lahan, karena kebijakan penggunaan lahan yang telah

digariskan baik oleh Pemerintah maupun pemerintah daerah tentunya dalam

rekomendasi dicoba dipenuhi dengan memberikan persyaratan-persyaratan khusus

sesuai dengan kendala dan potensi yang dimilikinya.

Dengan demikian data mengenai kebijakan pengembangan fisik baik oleh

Pemerintah maupun Pemerintah Daerah dalam analisis kelayakan fisik pengembangan

kawasan ini harus disertakan, agar tidak menimbulkan pertentangan antara

rekomendasi kesesuaian lahan dengan kebijakan yang ada dan sudah berjalan.

Analisis Kependudukan
A. Tingkat Perkembangan Penduduk
Analisis penduduk ditujukan sebagai subjek pembangunan dalam mengukur

hunian yang layak huni, kebutuhan pelayanan fasilitas lingkungan, dan klasifikasi

lingkungan. Keluaran Analisis Kependudukan ini diharapkan menghasilkan :

1. Teridentifikasinya perubahan demografi untuk memberikan gambaran

sebaran/distribusi, tingkat pertumbuhan, struktur dan karakteristik penduduk

terkait dengan potensi dan kualitas penduduk, mobilisasi, tingkat pelayanan dan

penyediaan kebutuhan sektoral yang dapat dikembangkan di dalam wilayah

perkotaan;

2. Teridentifikasinya kendala serta potensi sumber daya manusia untuk

keberlanjutan pengembangan, interaksi dan integrasi dengan wilayah di luar

wilayah perkotaan;

3. Teridentifikasinya batasan daya dukung dan daya tampung kawasan perkotaan

dalam jangka waktu rencana.

B. Analisis Pertumbuhan Dan Perkembangan Penduduk


Analisis pertumbuhan dan perkembangan penduduk dilakukan dengan

menggunakan langkah-langkah berikut, yaitu :

IV-26
1. Mengidentifikasi kecenderungan pertumbuhan penduduk

Menyajikan data penduduk dalam kurung waktu 10 tahun atau minimal 5 tahun

data yang tersedia dalam bentuk grafik, Penyajian data tersebut manjadi dasar

perhitungan rata-rata pertambahan dan laju pertumbuhan penduduk kawasan

perkotaan dalam kurung waktu data yang tersedia. Sehingga dapat di tarik

kesimpulan kecenderungan pertumbuhan penduduk.

2. Memproyeksikan Jumlah Penduduk

Analisis ini bertujuan untuk mengetahui kondisi sosial dan kependudukan di

kawasan perencanaan yang meliputi jumlah penduduk, sex ratio, komposisi

penduduk, tingkat pendidikan penduduk, pekerjaan penduduk dan sebagainya.

Dengan menghitung proyeksi jumlah penduduk dimasa yang akan datang akan

diketahui:

 Gambaran jumlah penduduk dimasa yang akan datang.

 Kebutuhan terhadap fasilitas dan pelayanan umum.

 Besar aktifitas/kegiatan kota.

 Rencana distribusi penduduk untuk masing-masing blok-blok yang

direncanakan.

Beberapa model yang dapat dipergunakan (option) sebagai alat bantu dalam

memperkirakan keadaan penduduk pada masa datang ialah :

a. Metode bunga berganda, dengan rumus matematis:


Pt+u = Pt ( 1 + R ) U
Pt+u = Jumlah penduduk didaerah yang diselidiki pada tahun t+U.

Pt = Jumlah penduduk didaerah yang diselidiki pada tahun t.

R = Tingkat (prosentase) pertambahan penduduk rata-rata setiap tahun

(diperoleh dari data masa lalu).

U = Selisih antara data tahun yang ada dengan data tahun yang diselidiki.

b. Metode analisis regresi linier dengan rumus :


Pt = a + bX
Pt = Jumlah penduduk daerah yang diselidiki pada tahun t.

X = Nilai yang diambil dari variabel bebas.

a, b = Konstanta.

IV-27
Nilai a dan b dapat dicari dengan metode selisih kuadrat minimum, yaitu :

P X2 - X XP
a =
N X2 - ( X )2

N XP - X P
b =
N X2 - ( X )2
Keterangan :

N = Jumlah tahun data pengamatan, sehingga untuk kepentingan

proyeksi rumus matematis regresi linier menjadi Pt + U = a + bXt.

c. Metode Polinomial dengan rumus :


P(t+O) = Pt + b(O)
P(t+O) = Jumlah penduduk tahun (t+O).

Pt = Jumlah penduduk tahun dasar.

b(O) = Rata-rata pertambahan penduduk tiap tahun pada masa lampau

sampai sekarang.

Dari ketiga teknik analisis tersebut ditentukan salah satu alat analisis dengan

memperhatikan kriteria analisis masing-masing alat anlisis.

C. Distribusi dan Pergerakan Penduduk


Analisis distribusi penduduk dimaksudkan untuk mengetahui persebaran

penduduk secara geografis, dengan demikian dapat diketahui potensi permasalahan

kawasan seperti ketimpangan jumlah penduduk, polarisasi penduduk, dan lain

sebagainya. Analisis ini akan dilakukan dengan teknik tabulasi. Unit analisis yang

digunakan adalah desa / kelurahan. Analisis distribusi penduduk dilakukan dengan

menyusun data jumlah dan kepadatan penduduk dalam tabel. Hasil tabulasi tersebut

selanjutnya akan disajikan dengan grafik dan peta sehingga lebih memudahkan dalam

pengambilan kesimpulan.

Analisis distribusi penduduk dilakukan dengan tingkat pertumbuhan eksisting

penduduk setiap desa yang juga dipengaruhi oleh kecenderungan penduduk memilih

tempat tinggal. Data tersebut dapat diperoleh melalui kuesioner terhadap penduduk

menyangkut preferensi mereka terhadap pemilihan lokasi hunian. Pemilihan metode

IV-28
untuk memperkirakan mobilitas penduduk (perpindahan tempat tinggal) sangat

ditentukan oleh karakteristik mobilitas tersebut, yaitu :

 Sifat mobilitas, apakah didominasi oleh migrasi desa-kota, migrasi sirkuler,

komuting atau migrasi tempat tinggal (internal kota).

 Tingkat keterbukaan wilayah perencanaan; yang dipengaruhi oleh luasan

lingkup geografis suatu wilayah umumnya, keberadaan kegiatan fungsional

kota dan jalan arteri.

Dalam proses Penyusunan Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) dan Zoning

Regulation Kawasan Perkotaan Silalahi Kecamatan Silahisabungan Kabupaten Dairi,


analisis mobilitas penduduk lebih diarahkan pada identifikasi sifat migrasi yang

dominan berlangsung (analisis kualitatif). Analisis ini dilakukan dengan pengumpulan

data melalui kuesioner dan menarik kesimpulan mengenai sifat dan arah migrasi.

Konsentrasi penduduk yang cukup tinggi dapat menyebabkan tingkat kepadatan

penduduk yang tinggi pula. Perhitungan mengenai distribusi dan kepadatan penduduk

ini dapat dilakukan dengan rumus sederhana, yaitu:

Distribusi Penduduk (%) = × %

( )
Distribusi Penduduk =
( )
Untuk mengklasifikaskan tingkat kepadatan penduduk dibagi atas 4 tingkatan yaitu :

1) Kepadatan Tinggi : 200-400 Jiwa/ha

2) Kepadatan Sedang : 100-200 Jiwa/ha

3) Kepadatan Rendah : 50-100 Jiwa/ha

4) Kepadatan Sangat Rendah : 0-50 Jiwa/ha

D. Struktur Kependudukan
Analisis struktur penduduk bertujuan memahami karakteristik sosial penduduk

menurut aspek pekerjaan, umur, pendidikan, agama dan suku. Hasil analisis ini

selanjutnya menjadi input dalam distribusi penyediaan fasilitas umum/sosial yang

berkaitan erat dengan aspek kajian tersebut. Analisis ini dapat dilakukan dengan teknik

tabulasi yang diikuti dengan penyajian grafik.

IV-29
E. Proyeksi dan Daya Tampung Penduduk
Analisis daya tampung penduduk ini bertujuan untuk mengetahui kondisi dan

persebaran penduduk pada wilayah perencanaan. Selain itu analisis ini juga diperlukan

untuk mengetahui padat atau tidaknya penduduk pada suatu wilayah atau kawasan

sehingga tidak terjadi penyebaran penduduk yang tidak merata.

Secara normatif, sesuai dengan arahan RTRW Kabupaten Dairi terhadap

kepadatan penduduk di Kawasan Perkotaan Silalahi, maka daya tampung penduduk

berarti jumlah penduduk yang dapat bertempat tinggal pada bagian yang dapat

dikembangkan dari masing-masing blok peruntukan dengan batasan kepadatan

penduduk maksimal sesuai arahan RTRW Kabupaten Silalahi.

Analisis Sosial Kemasyarakatan


A. Adat Istiadat
Analisis adat istiadat bertujuan untuk mengetahui fasilitas budaya yang perlu

disediakan, baik persebaran dan jumlah, pada kawasan perencanaan. Metode analisis

meliputi identifikasi persebaran etnis dan kegiatan budaya yang umumnya dilakukan

masyarakat. Karena itu data yang digunakan meliputi data jumlah penduduk menurut

etnis.

B. Analisis Partisipasi/Peran Masyarakat Dalam Pembangunan


Analisis peran masyarakat dalam pembangunan bertujuan untuk mengetahui

taraf/kadar partisipasi masyarakat yang dapat dilakukan dalam penyediaan prasarana

dan sarana. Metode analisis yang digunakan adalah identifikasi keterlibatan masyarakat

dan persepsi masyarakat dalam pembangunan. Data yang digunakan adalah hasil

wawancara dengan aparat kelurahan dan penduduk lokal.

C. Analisis Tingkat Kerentanan Sosial


Analisis tingkat kerentanan sosial bertujuan untuk mengetahui tingkat

penerimaan masyarakat terhadap perubahan lingkungan atau sosial yang terjadi di

sekitarnya. Analisis ini dilakukan dengan cara:

 Mengumpulkan dan mengkompilasi data hasil wawancara

 Mengidentifikasi pola respon masyarakat terhadap perubahan

 Menarik kesimpulan mengenai tingkat kerentanan sosial

IV-30
Analisis Ekonomi
Analisis ini terhambat oleh kendala minimnya data statistik yang tersedia untuk

tingkat kecamatan. Karena itu analisis akan dilakukan dengan pendekatan sebagai berikut :
A. Estimasi PDB Kawasan
Perhitungan PDB Kawasan Perkotaan Silahisabungan Kabupaten Dairi dilakukan

dengan pendekatan pendapatan per kapita. Metode perhitungannya adalah dengan

mengalikan nilai PDB per kapita Kawasan Perkotaan Silahisabungan Kabupaten Dairi

dengan jumlah penduduk Kawasan Perkotaan Silahisabungan Kabupaten Dairi. Untuk

itu, data pendapatan per kapita sendiri diperoleh dari data statistik Kawasan Perkotaan

Silahisabungan Kabupaten Dairi.

Metode ini memang belum memberikan nilai yang akurat sebagai konsekuensi

dari heterogenitas penduduk dan tingkat keterbukaan kecamatan. Meskipun demikian

hasil dari analisis ini dapat menjadi perbandingan tentang potensi ekonomi kawasan

perkotaan relatif dibandingkan kecamatan lainnya.

B. Analisis Basis Ekonomi


Analisis basis ekonomi (economic base) bertujuan untuk mengetahui struktur

ekonomi kawasan. Konsep basis ekonomi adalah memandang bahwa seluruh kegiatan

ekonomi kawasan terdiri dari kegiatan basis dan non-basis. Kegiatan basis merupakan

motor penggerak perekonomian, sementara kegiatan non-basis merupakan kegiatan

ikutan. Dampak kegiatan basis terhadap non-basis dapat dihitung dengan persamaan

antara lain sebagai berikut :


Tenaga Kerja Total
!" !#$ %#& '$ ()%!% *
Tenaga Kerja Sektor Basis

C. Peluang Pertumbuhan Ekonomi


Analisis peluang pertumbuhan ekonomi dilakukan dengan pertimbangan

bahwa perekonomian Kawasan Perkotaan Silalahi Kabupaten Dairi berkaitan erat

dengan keseluruhan sistem perekonomian Kecamatan Silahisabungan Kabupaten Dairi.

Dengan demikian analisis dilakukan melalui 2 alternatif pendekatan yaitu:

1. Analisis shift-share. Analisis ini dilakukan dengan menghitung pergeseran

jumlah tenaga kerja per sektor di kawasan perencanaan dan wilayah yang

melingkupi (Kawasan Perkotaan Silahisabungan Kabupaten Dairi). Perhitungan

IV-31
dilakukan dengan menggunakan tabel shift-share, yang menghasilkan informasi

sektor-sektor yang bertumbuh pesat bersamaan dengan pertumbuhan regional.

2. Analisis trend pertumbuhan PDRB Kecamatan Silahisabungan Kabupaten Dairi

baik secara total maupun secara per sektor. Analisis dilakukan dengan

menghitung laju pertumbuhan setiap sektor perekonomian, mengamati sektor

perekonomian yang menggerakkan kawasan perencanaan, lalu menarik

kesimpulan tentang peluang pertumbuhan sektor tersebut.

D. Pergerakan Barang dan Jasa Intra dan Inter Kawasan


Pola pergerakan komoditas inter kawasan dilakukan dengan analisis pergerakan

komoditas (commodity flow analysis) yang bertujuan untuk mengidentifikasi asal dan

tujuan komoditas serta kuantitasnya masing-masing. Dalam hal ini asal dan tujuan

didefinisikan menurut kecamatan dan wilayah di luar Kabupaten Dairi.

Analisis ini dilakukan dengan cara :

1. Mengidentifikasi komoditas utama yang diproduksi dan dipasarkan di kawasan

perencanaan

2. Mengidentifikasi asal-tujuan masing-masing komoditas

3. Memetakan asal-tujuan komoditas

Analisis Ketersediaan dan Kebutuhan Fasilitas


Pada dasarnya analisis ketersediaan dan kebutuhan fasilitas dilakukan dengan

melakukan penghitungan kebutuhan menurut standar kebutuhan fasilitas (yang menjadi

pengacu adalah SNI 03-1733-1989 dan Pedoman Kriteria Teknis Kawasan Budidaya) dan

skenario distribusi pertumbuhan penduduk per desa. Dengan membandingkan dengan

ketersediaan (kuantitas dan kualitatif) dapat dirumuskan kebutuhan penambahan fasilitas

di setiap kelurahan.

Prinsip yang diterapkan dalam penyediaan fasilitas tersebut adalah :

1. Kemudahan, yaitu setiap orang dapat mencapai semua tempat atau bangunan

yang bersifat umum dalam suatu lingkungan;

2. Kegunaan, yaitu setiap orang harus dapat mempergunakan semua tempat atau

bangunan yang bersifat umum dalam suatu lingkungan;

IV-32
3. Keselamatan, yaitu setiap bangunan yang bersifat umum dalam suatu

lingkungan terbangun, harus memperhatikan keselamatan bagi semua orang;

4. Kemandirian, yaitu setiap orang harus dapat mencapai, masuk dan

mempergunakan semua tempat atau bangunan yang bersifat umum dalam

suatu lingkungan tanpa membutuhkan bantuan orang lain.

A. Fasilitas Pendidikan
Analisis fasilitas pendidikan bertujuan untuk mengidentifikasi kebutuhan

pengembangan dan persebaran fasilitas pendidikan di masa mendatang. Adapun jenis

fasilitas pendidikan adalah berupa TK, SD, SLTP, SLTA dan Perguruan Tinggi. Analisis

dilakukan dengan cara :

 Mengadopsi arahan pengembangan fasilitas pendidikan yang dirumuskan

dalam RTRW Kabupaten Dairi

 Mengidentifikasi perkiraan distribusi penduduk pada akhir tahun perencanaan;

 Merumuskan lokasi fasilitas pendidikan berdasarkan proyeksi distribusi

penduduk dan dengan mempertimbangkan rencana pusat pelayanan kawasan.

B. Fasilitas Kesehatan
Analisis fasilitas kesehatan bertujuan untuk mengidentifikasi kebutuhan

pengembangan dan persebaran fasilitas kesehatan di masa mendatang. Jenis fasilitas

yang dimaksud adalah berupa Posyandu, Balai Pengobatan, Praktek Dokter, Apotik,

BKIA, PUSTU, Puskesmas dan Rumah Sakit. Analisis dilakukan dengan cara :

 Mengadopsi arahan pengembangan fasilitas kesehatan yang dirumuskan dalam

RTRW Kabupaten Dairi

 Mengidentifikasi perkiraan distribusi penduduk pada akhir tahun perencanaan

 Merumuskan lokasi fasilitas kesehatan berdasarkan proyeksi distribusi

penduduk dan dengan mempertimbangkan rencana pusat pelayanan kawasan.

C. Fasilitas Peribadatan
Analisis fasilitas peribadatan bertujuan untuk mengidentifikasi kebutuhan

pengembangan dan persebaran fasilitas peribadatan di masa mendatang. Jenis fasilitas

peribadatan yang dimaksud adalah Mesjid, Langgar, Gereja, Vihara, Kelenteng dan

Tempat ibadah lainnya. Analisis dilakukan dengan cara :

IV-33
 Mengadopsi arahan pengembangan fasilitas peribadatan yang dirumuskan

dalam RTRW Kabupaten Dairi

 Mengidentifikasi perkiraan distribusi penduduk pada akhir tahun perencanaan;

 Merumuskan lokasi fasilitas peribadatan berdasarkan proyeksi distribusi

penduduk dan dengan mempertimbangkan rencana pusat pelayanan kawasan.

D. Fasilitas Perekonomian
Analisis fasilitas pendidikan bertujuan untuk mengidentifikasi kebutuhan

pengembangan dan persebaran fasilitas perekonomian di masa mendatang. Adapun

fasilitas perdagangan yang dimaksud adalah berupa warung, pertokoan, pasar dan

pusat perbelanjaan. Analisis dilakukan dengan cara :

 Mengadopsi arahan pengembangan fasilitas perekonomian yang dirumuskan

dalam RTRW Kabupaten Dairi

 Mengidentifikasi perkiraan distribusi penduduk pada akhir tahun perencanaan;

 Merumuskan lokasi fasilitas perekonomian berdasarkan proyeksi distribusi

penduduk dan dengan mempertimbangkan rencana pusat pelayanan kawasan.

E. Fasilitas Pemerintahan
Analisis fasilitas pemerintahan bertujuan untuk mengidentifikasi kebutuhan

pengembangan dan persebaran fasilitas pemerintahan di masa mendatang. Fasilitas

pemerintahan yang termasuk adalah Kantor Lurah, Kantor Camat, Kantor Pos, Kantor

Militer, Kantor Polisi, kantor Pemadam kebakaran, dan Gedung serbaguna. Analisis

dilakukan dengan cara :

 Mengadopsi arahan pengembangan fasilitas pemerintahan yang dirumuskan

dalam RTRW Kabupaten Dairi

 Mengidentifikasi perkiraan distribusi penduduk pada akhir tahun perencanaan;

 Merumuskan lokasi fasilitas pemerintahan berdasarkan proyeksi distribusi

penduduk dan dengan mempertimbangkan rencana pusat pelayanan kawasan.

Untuk menganalisis fasilitas lingkungan digunakan :

 Standar pelayanan yang dikeluarkan oleh Departemen Pekerjaan Umum untuk

menganalisis kebutuhan fasilitas umum, sosial, perdagangan dan jasa,

IV-34
 Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 05/PRT/M/2008 tentang Pedoman

Penyediaan dan Pemanfaatan Ruang Terbuka Hijau di Kawasan Perkotaan.

Tabel IV.2 Standar Kebutuhan Sarana Kota Bagi Lingkungan Permukiman

Jumlah Penduduk
Luas Minimum
No. Fasilitas Pendukung
(M²)
(orang)
A. RTH/RUANG TERBUKA
1 Tempat Bermain Lingkungan 250 250
2 Lap. OR/Tempat Bermain/Taman 3000 150
3 Lapangan OR 30000 8400
4 Gedung OR 30000 1000
5 Kolam Renang 30000 4000
6 Lapangan OR 120000 10000
7 Taman dan Tempat Bermain 120000 10000
8 Gedung OR 120000 10000
9 Stadion Mini 480000 50000
10 Taman dan Tempat Rekreasi 480000 30000
11 Gedung OR Seni 480000 3000
12 Kompleks OR 1500000 70000
Taman Kota, Tempat Rekreasi, Hutan
13
Kota 1500000 50000
B. PENDIDIKAN
1 Taman Kanak-kanak 750 500
2 Sekolah Dasar 1500 3000
3 SLTP 15000 4000
4 SLTA 30000 4800
5 Perpustkaan 30000 500
6 Akademi 480000 5000
7 Perpustakaan 480000 1000
8 Museum 480000 3000
9 Perguruan Tinggi 1500000 20000
10 Perpustakaan 1500000 2000
C Kesehatan
1 Pos Kesehatan 3000 200
2 Puskesmas 30000 500
3 Rumah Sakit 30000 3000
4 Apotik 30000 400
5 Laboratorium Kesehatan 30000 300
Puskesmas Kecamatan/Balai
6
Pengobatan 200000 2400
7 Rumah Sakit Pembantu Tipe C 480000 10000
8 Rumah Sakit Wilayah Tipe B 1500000 45000

IV-35
Jumlah Penduduk
Luas Minimum
No. Fasilitas Pendukung
(M²)
(orang)
9 Rumah Sakit Gawat Darurat 1500000 30000
D Ibadah
1 Musholla 3000 300
2 Mesjid Tk. Kelurahan 30000 2000
3 Tempat Ibadah Lainnya 60000 2000
4 Mesjid Kecamatan 200000 5000
5 Tempat Ibadah Lainnya 200000 2000
6 Mesjid Tk Sub Wilayah 480000 12000
7 Mesjid Wilayah 1500000 20000
8 Tempat Ibadah Lainnya 1500000 5000
E Fasilitas Sosial
1 Balai Warga 3000 300
2 Gedung Serbaguna 30000 500
3 Balai Rakyat/gedung serba guna 120000 2000
4 Gedung Jumpa Bakti/Serbaguna 480000 10000
5 Gedung Pertemuan Umum 1500000 5000
6 Gedung Seni Tradisional 5000
7 Balai Warga 3000 300
8 Gedung Serbaguna 30000 500
9 Balai Rakyat/gedung serba guna 120000 2000
F Hiburan
1 Bioskop 30000 2000
2 Bioskop atau Theater 480000 3000
3 Gedung Hiburan/Rekreasi 1500000 6000
4 Bioskop 1500000 4000
5 Gedung Kesenian 1500000 10000
G Pemerintahan
1 Pos Kemanan
2 Kantor Kelurahan 30000 1000
3 Kantor Pelayanan Umum 30000 750
4 Pos Tramtib 30000 300
5 Pemadam Kebakaran 30000 300
6 Kantor Pos 30000 300
7 Kantor Kecamatan 200000 3750
8 Kantor Pelayanan Umum 200000 4200
9 KORAMIL/KOSEKTA 200000 2000
10 KUA/BP-4/Balai Nikah 200000 670
11 Pemadam Kebakaran 200000 1250
12 Kantor Pos/Telkom 200000 2500
13 Kantor Pemerintahan 1500000 25000
14 Kantor Pos Wilayah 1500000 6000

IV-36
Jumlah Penduduk
Luas Minimum
No. Fasilitas Pendukung
(M²)
(orang)
15 Kantor KOWILKO 1500000 4000
16 Kantor KODIM 1500000 3500
17 Kantor Telepon Wilayah 1500000 7500
18 Kantor PLN Wilayah 1500000 5000
19 Kantor PDAM 1500000 5000
20 Kantor Pengadilan Agama 1500000 3000
21 Kantor Marwil Kebakaran 1500000 3000
H Komersial
1 Warung 250 100
2 Tempat Perbelanjaan 6000 3000
3 Pasar Lingkungan 30000 10000
4 Pasar/pertokoan 60000 10000
5 Pusat Perbelanjaan/Pasar 480000 36000
Pusat Perbelanjaan Utama, Pasar,
6
Pertokoan 1500000 85000
7 Serba Ada (dept. Store), Bank-bank,
8 Perusahaan Swasta dan jasa lainnya.
I Fasilitas Sosial Lain
1 Panti Sosial 60000 500
2 Panti Latihan Kerja 200000 1000
J Fasilitas Lain
1 Gardu Listrik 3000 400
2 Telepon Umum 3000 400
3 Sampah 3000 400
4 Pangkalan/Parkir Umum A 6000 400
5 Pangkalan/Parkir Umum B 60000 2000
6 Depo Kebersihan 200000 200
7 Gardu Listrik 200000 500
8 Terminal Transit 480000 8000
9 Parkir Umum C 480000 13500

Analisis Kebutuhan Prasarana Perkotaan


A. Jaringan Jalan dan Sistem Transportasi
Analisis sistem transportasi bertujuan untuk mengidentifikasi pola dan

perkembangan jaringan jalan serta pengaturan transportasi untuk menghubungkan

pusat-pusat kegiatan yang ada, yang direncanakan maupun untuk mengarahkan

perkembangan kota. Secara konseptual, sistem transportasi meliputi empat sub sistem

yang saling berkaitan, yaitu sistem pergerakan, sistem jaringan, sistem kegiatan dan

sistem kelembagaan. Dalam analisis ini, fokus pada sistem pergerakan dan sistem

IV-37
jaringan, mengingat kedua sub sistem lainnya sudah tercakup dalam analisis tata guna

lahan dan analisis kelembagaan.

B. Ketersediaan Air Baku / Air Bersih


Analisis ketersediaan air bersih bertujuan untuk mengetahui sumber, volume

dan kualitas sumber air baku untuk dapat melayani kawasan sampai akhir tahun

perencanaan. Mengingat kawasan perencanaan selama ini dilayani oleh PDAM, maka

analisis akan meliputi identifikasi kapasitas PDAM untuk melayani kawasan

perencanaan. Analisis ketersediaan air baku dilakukan dengan langkah sebagai berikut

 Identifikasi kapasitas produksi dan cakupan pelayanan jaringan PDAM

 Identifikasi rencana peningkatan kapasitas produksi PDAM

 Identifikasi alternatif sumber air baku di sekitar kawasan perencanaan

 Estimasi kebutuhan air minum penduduk pada akhir tahun perencanaan dengan

menggunakan standar kebutuhan, yaitu 60-220 liter / orang / hari dan standar

kualitas air minum menurut SK Menkes No 416/MENKES/PER/IX/1990.

 Membandingkan kebutuhan air minum dengan cakupan pelayanan air bersih,

serta merumuskan konsep pengembangan jaringan air bersih di masa

mendatang.

C. Prasarana Energi Listrik


Analisis jaringan listrik bertujuan untuk mengidentifikasi ketersediaan daya

listrik dan kebutuhan daya sampai akhir tahun perencanaan. Analisis jaringan listrik

dilakukan dengan langkah sebagai berikut:

 Identifikasi kapasitas daya terpasang dan cakupan pelayanan jaringan PLN

 Identifikasi rencana peningkatan kapasitas produksi PLN

 Estimasi kebutuhan listrik penduduk pada akhir tahun perencanaan dengan

menggunakan standar kebutuhan

 Membandingkan kebutuhan pelayanan listrik dengan kapasitas pelayanan PLN.

IV-38
D. Prasarana Telekomunikasi
Analisis jaringan telekomunikasi bertujuan untuk mengidentifikasi cakupan

pelayanan dan kebutuhan sambungan telepon sampai akhir tahun perencanaan.

Analisis jaringan telepon dilakukan dengan langkah sebagai berikut :

 Identifikasi cakupan pelayanan jaringan telepon

 Identifikasi rencana perluasan jaringan telepon

 Estimasi kebutuhan jaringan telepon pada akhir tahun perencanaan dengan

menggunakan standar pelayanan yaitu: untuk sarana umum/sosial 1 SST per 50

penduduk, kegiatan komersial 1 SST per 150 penduduk, dan telepon umum 1

SST per 1000 penduduk.

 Membandingkan kebutuhan pelayanan telepon dengan kapasitas pelayanan

telepon.

E. Prasarana Air Limbah


Analisis jaringan air limbah bertujuan untuk mengidentifikasi cakupan

pelayanan air limbah, sarana air limbah yang digunakan masyarakat dan kebutuhan

pelayanan jaringan sampai akhir tahun perencanaan. Analisis jaringan air limbah

dilakukan dengan langkah sebagai berikut :

 Identifikasi ketersediaan sarana air limbah, baik off-site maupun on-site.

 Estimasi kebutuhan pelayanan air limbah sampai akhir tahun perencanaan

dengan menggunakan standar pelayanan air limbah, yaitu tingkat pelayanan

sebesar 80% dari penduduk kota.

 Membandingkan kebutuhan pelayanan air limbah dengan cakupan jaringan,

serta merumuskan konsep pengembangan jaringan air limbah di masa

mendatang.

F. Jaringan Drainase
Analisis jaringan drainase bertujuan untuk mengidentifikasi potensi genangan

air, kondisi dan permasalahan jaringan saat ini dan kebutuhan jaringan di masa

mendatang. Analisis jaringan drainase dilakukan dengan langkah sebagai berikut :

 Identifikasi cakupan area dan pengaruh perkembangan kegiatan perkotaan

terhadap koefisien tidak sejalan

IV-39
 Identifikasi lokasi genangan air

 Identifikasi sistem jaringan drainase dan permasalahannya selama ini

 Merumuskan konsep pengembangan jaringan drainase.

G. Pelayanan Persampahan
Analisis jaringan persampahan bertujuan untuk mengidentifikasi volume

sampah baik rumah tangga maupun kegiatan ekonomi, permasalahan pelayanan

sampah selama ini serta kebutuhan pelayanan sampah di masa mendatang. Analisis

pelayanan persampahan dilakukan dengan langkah sebagai berikut :

 Identifikasi cakupan pelayanan persampahan saat ini dan permasalahan

pelayanan yang timbul

 Identifikasi pola pembuangan sampah masyarakat

 Estimasi volume sampah sampai akhir tahun perencanaan

 Merumuskan konsep pelayanan persampahan

Analisis Struktur dan Pola Ruang


A. Analisis Struktur Ruang Kawasan
Analisis struktur dan pola ruang bertujuan untuk:

 Mengidentifikasi struktur dan pola ruang kawasan (kondisi eksisting)

 Mengetahui kecenderungan pergeseran tata ruang kawasan

Analisis struktur kawasan didasarkan pemikiran bahwa suatu kota terdiri dari

nodal-nodal atau sektor yang merupakan konsentrasi kegiatan perkotaan.

Nodal/sektor tersebut selanjutnya dapat diperkuat fungsinya dan ditata sedemikian

rupa sehingga memperkuat struktur kawasan. Pemahaman mengenai nodal tersebut

didasari oleh beberapa model klasik mengenai struktur kota, yaitu:

 Model Konsentris

Model ini menyatakan bahwa struktur kota terdiri dari 5 buah zona konsentris,

yaitu Central Business District (CBD), zona transisi, zona permukiman buruh,

zona permukiman permanen dan zona komuter. Kelima zona tersebut juga

menggambarkan status sosial-ekonomi penduduk kota, dimana zona terluar

merupakan lokasi penduduk berstatus tertinggi. Selain status ekonomi, kelima

IV-40
zona konsentris juga menggambarkan tingkat kepadatan dan pola migrasi

tempat tinggal.

 Model Sektoral

Model ini menyatakan bahwa struktur kota terdiri dari CBD di pusat kota, yang

kemudian diikuti oleh zona-zona yang masing-masing memanjang dari arah

pusat ke pinggiran kota. Setiap zona menggambarkan fungsi-fungsi tertentu

dari kota, seperti industri, perdagangan dan jasa, permukiman dan sebagainya.

Kapling Pusat Lingkungan


Rumah Terkecil
- Taman
- TK
-Pos Keamanan
- Warung

Sub Pusat
Lingkungan
- SD
- Lap Olah Raga
- Toko/Pasar

Pusat Utama
Lingkungan

Gambar IV.7 Contoh Arahan Model Sektoral

 Model Multiple Nukleus

Model ini menyatakan bahwa struktur kota dibentuk oleh beberapa pusat CBD

yang dapat berlokasi di berbagai tempat di dalam suatu kota. Setiap pusat

memiliki fungsi tertentu seperti industri, permukiman, pemerintahan dan lain

sebagainya. Dengan demikian model ini kontras dari model konsentris yang

menyatakan bahwa suatu kota terdiri dari satu pusat yang terletak pada pusat

geometris kota.

Dalam analisis struktur kota, ketiga model di atas dapat digunakan secara

simultan karena setiap model dapat bersesuaian dengan satu aspek dari kota.

IV-41
Dalam kaitan dengan kawasan perencanaan Kawasan Pekotaan Silahisabungan

Kabupaten Dairi, analisis struktur kawasan bertujuan untuk mengidentifikasi

pusat kegiatan yang berperan sebagai nodal. Secara existing pusat kegiatan

belum tentu membentuk sistem yang efisien.

Adapun sistem pusat-pusat kegiatan yang diharapkan terbentuk secara hirarkis

yang meliputi pusat primer, pusat sekunder, pusat tersier (lingkungan) dsb, dan

memiliki suatu pola hubungan. Analisis struktur kawasan eksisting dilakukan

dengan langkah sebagai berikut :

 Identifikasi kelengkapan fasilitas umum dan konsentrasi/aglomerasi kegiatan

yang menimbulkan bangkitan pergerakan (trip generation).

 Identifikasi polarisasi pergerakan kendaraan (hasil wawancara dan

pengamatan), dimana polarisasi ini kemungkinan berkaitan dengan adanya

pusat kegiatan

 Delineasi dampak pusat kegiatan tersebut secara spasial

 Identifikasi hirarki dan fungsi pusat kegiatan

B. Analisis Pola Pemanfaatan Ruang


Analisis ini bertujuan untuk mengetahui pola pemanfaatan ruang per blok

kawasan dan mendapatkan arahan bagi penentuan fungsi blok kawasan. Analisis

dilakukan melalui tiga tahap yaitu :


1. Penentuan Blok Kawasan
Penentuan blok kawasan dilakukan dengan cara :

a. Merumuskan batas blok kawasan, dimana batas tersebut diupayakan

merupakan batas fisik, seperti jalan, sungai, saluran drainase, batas

administrasi, dan batasan rencana fisik yang akan dibangun. Untuk batas

yang bayangan akan dilakukan pengukuran dengan GPS.

b. Merumuskan pola penentuan blok kawasan. Pola tersebut ditentukan

dengan melihat ciri spasial kawasan, seperti pembentukan koridor

permukiman (pola memanjang) atau pembagian kelurahan.

c. Penentuan blok dan sub blok kawasan. Penentuan tersebut

mempertimbangkan beberapa faktor, seperti kejelasan batas blok dan

kesamaan luas setiap blok. Bila penentuan blok lebih mempertimbangkan ciri

IV-42
spasial kawasan, maka penentuan sub blok lebih mempertimbangkan

kepraktisan seperti kesamaan jenis kegiatan.

2. Identifikasi Pola Ruang Blok Kawasan


Identifikasi fungsi blok dan sub blok dilakukan dengan memetakan hasil survei

primer (survei penggunaan lahan) pada peta blok kawasan. Pada dasarnya

identifikasi ini memerlukan beberapa generalisasi mengingat penggunaan lahan

existing pada umumnya merupakan campuran, yaitu dengan menetapkan

kegiatan dominan pada suatu penggunaan lahan.


3. Penentuan Kriteria Kawasan
Penentuan kriteria kawasan dilakukan dengan mengadopsi standar penentuan

kawasan dan melakukan penyesuaian (bila diperlukan). Kriteria penentuan

kawasan dapat ditentukan dengan mengacu pada Pedoman Kriteria Teknis

Kawasan Budidaya, yaitu :

a. Kawasan Permukiman

b. Kawasan Perdagangan dan Jasa

c. Kawasan Ruang Terbuka Hijau

Analisis Kebutuhan Ruang


Analisis kebutuhan ruang kota untuk menampung perkembangan kegiatan di masa

depan ini didasarkan pada hasil analisis kebutuhan penduduk, baik untuk permukiman

maupun kegiatan-kegiatan kota serta prasarana permukiman dan fasilitas sosial ekonomi.

Sebagai standar kebutuhan ruang, dalam hal ini akan digunakan :

1. Pedoman Standar Lingkungan Permukiman Kota

2. Pedoman Standar Pembangunan Perumahan Sederhana

3. Peraturan Geometris Jalan Raya dan Jembatan

Namun demikian standar-standar tersebut masih perlu dimodifikasi lagi sesuai

dengan karakteristik wilayah perencanaan.

Analisis Kelembagaan Pemanfaatan dan Pengendalian Ruang


Analisis kelembagaan bertujuan untuk mengkaji efektivitas kelembagaan yang ada dalam
melakukan pemanfaatan dan pengendalian ruang. Analisis ini dilakukan dengan cara:

IV-43
4. Mengidentifikasi struktur organisasi pemerintah kota, menganalisis kewenangan

dan tata kerja setiap unit kerja

5. Mengidentifikasi mekanisme dan tata kerja pemberian ijin lokasi, advis peruntukan

lahan dan ijin mendirikan sbangunan (IMB)

6. Mengidentifikasi standar, pedoman atau prosedur (SOP) yang dipergunakan dalam

proses pemberian ijin.

7. Mengidentifikasi ijin-ijin yang telah dikeluarkan oleh instansi terkait pada wilayah

perencanan, terutama pada area yang menjadi lokasi issu penanganan dalam skala

RDTR.

Analisis Keuangan dan Kemampuan Pembiayaan Pembangunan


Analisis keuangan dan kemampuan pembiayaan pembangunan bertujuan untuk

mengetahui sumber daya finansial pemerintah kota dalam melaksanakan pembangunan.

Kemampuan tersebut selanjutnya berkaitan dengan penyusunan prioritas program

pembangunan. Analisis keuangan dan kemampuan pembiayaan pembangunan dilakukan

dengan cara

1. Mengidentifikasi sumber dan besar pembiayaan pembangunan selama ini

2. Mengidentifikasi potensi pembiayaan baru seperti swasta dan masyarakat.

IV-44

Anda mungkin juga menyukai