Anda di halaman 1dari 10

KONSEP PERENCANAAN PEMBANGUNAN KEWILAYAHAN

KECAMATAN LEMBANG KABUPATEN BANDUNG BARAT

DOSEN PENGAMPU
Susilo Widiyantoro, S.T., M.Eng.
198706182009121006

DI SUSUN OLEH :

1. ARISANTIKA KUSUMAWARDANI (22314269)


2. JOHANNA PUTRI (22314283)
3. KHOIRI TSABITA STANI (22314284)

PROGRAM STUDI DIPLOMA IV PERTANAHAN


SEKOLAH TINGGI PERTANAHAN NASIONAL YOGYAKARTA
TAHUN 2024/2025
I. Perencanaan Wilayah

A. Pengertian
Perencanaan Pembangunan daerah dapat dilihat dari beberapa
komponen-komponen yang menyusunnya. Perencanaan Pembangunan
kewilayahan di suatu daerah merupakan sebuah sistem yang disusun dengan
beberapa unsur perencanaan, Pembangunan, dan daerah. Perencanaan
dapat diartikan sebagai suatu proses yang mengacu pada bukti factual dan
asumsi yang diterjemahkan dalam proses argument logis yang kemudia
menjadi kebijakan yang dimaksud untuk mencacapai beberapa tujuan yang
ditetapkan.
Selanjutnya menurut George R Terry, perencanaan merupakan
suatu upaya dalam memiliki dan menghubungkan fakta serta
menghubungkan dengan asumsi terkait hal-hal yang akan terjadi di masa
yang akan datang melalui proses penggambaran dan perumusan kegiatan
yang dibutuhkan dalam mencapai tujuan yang diinginginkan. Kemudian
pendapat lain yang diutarakan oleh Kartasasmita yang menyebut bahwa
perencanaan pada hakekatnya sebagai fungsi manajemen merupakan
proses pengambilan keputusan dari berbagai pilihan yang ada untuk
mencapai tujuan yang diharapkan (Kartasasmita, 1997).
B. Unsur Penting Perencanaan
Berdasarkan beberapa pendapat ahli tersebut, maka dapat diambil
kesimpulan bahwa perencanaan secara umum mengandung beberapa hal
penting yang merupakan unsur penting dari perencanaan, yakni:
1. terdapat beberapa asumsi yang mengacu pada fakta-fakta
yang ada. Hal ini memiliki arti bahwa perencanaan perlu
disusun dengan asumsi berdasarkan fakta-fakta yang akurat.
Ini sangat penting diketahui karena hasil dari sebuah
perencanaan adalah dasar membentuk pelaksanaan kegiatan.
2. Dasar dalam penentuan kegiatan yang akan dilakukan adalah
terdapat banyak alternatif atau pilihan. Hal ini juga dapat berarti
bahwa dalam menyiapkan sebuah rencana perlu
memperhatikan berbagai alternatif/pilihan yang dinilai paling
sesuai dengan kegiatan yang akan dilakukan.
3. Terdapat tujuan yang ingin dicapai, hal inilah yang
menyebabkan diperlukannya perencanaan sebagai suatu alat
dalam mencapai tujuan tersebut.
4. Perencanaan menjadi dasar prediksi untuk mengantisipasi
segala kemungkinan yang mungkin terjadi dalam proses
pelaksanaannya.
5. Kebijaksanaan merupakan hasil dari keputusan yang wajib
dilaksanakan (Riyadi and Bratakusumah, 2004).
Selanjutnya dalam perencanaan pembangunan terdapat
unsur-unsur pokok yang perlu diperhatikan, yaitu:
1. terdapat kebijaksanaan dasar atau sering disebut strategi
dasar pembangunan yakni visi, misi dan tujuan pembangunan.
Dalam unsur ini diperlukan penyusunan rencana;
2. terdapat kerangka rencana yang memperlihatkan hubungan
variabel-variabel dalam pembangunan serta dampaknya;
3. terdapat sumber pembiayaan Pembangunan
4. adanya keterkaitan yang konsisten dengan kebijakan fiskal,
moneter, sektoral serta pembangunan daerah;
5. dilakukannya program penanaman modal di sektoral, seperti
agraris, industri, jasa ataupun pendidikan; serta
6. didukung adanya administrasi pembangunan.
II. Konsep Perencanaan Wilayah

Berdasarkan UU No. 26/2007 tentang penataan ruang, wilayah


didefinisikan sebagai ruang yang merupakan kesatuan geografis beserta
segenap unsur terkait yang batas dan sistemnya ditentukan berdasarkan
aspek administratif dan/atau aspek fungsional. Berdasarkan pengertian
tersebut, terlihat bahwa batas-batas dari suatu wilayah bisa ditentukan secara
pasti berdasarkan suatu peraturan, atau sebaliknya sulit ditentukan karena
menyangkut keterkaitan aktivitas ekonomi dari masyarakatnya.
Pada dasarnya perencanaan wilayah juga memiliki sifat-sifat yang
sama dengan perencanaan pembangunan pada umumnya, hanya saja
perencanaan wilayah dikaitkan dengan suatu daerah tertentu. Berdasarkan
UU No. 26/2007 tentang Penataan Ruang, yang dimaksud dengan
perencanaan wilayah terkait dengan penataan ruang wilayah, yang memiliki
tujuan untuk mewujudkan ruang wilayah nasional yang aman, nyaman,
produktif, dan berkelanjutan berlandaskan Wawasan Nusantara dan
Ketahanan Nasional dengan:
1. terwujudnya keharmonisan antara lingkungan alam dan
lingkungan buatan;
2. terwujudnya keterpaduan dalam penggunaan sumber daya alam
dan sumber daya buatan dengan memperhatikan sumber daya
manusia; dan
3. terwujudnya pelindungan fungsi ruang dan pencegahan dampak
negatif terhadap lingkungan akibat pemanfaatan ruang (UU No.
26/2007 Pasal 3)
Perencanaan wilayah biasanya selalu terkait dengan tujuan-tujuan
sosial, seperti perkembangan penduduk, kesempatan kerja, kesejahteraan
masyarakat, keamanan, akses yang lebih baik terhadap pendidikan,
kesehatan dan lain sebagainya, serta permasalahan ekonomi, seperti
masalah pertumbuhan ekonomi, perluasan sektor industri dan jasa,
peningkatan produktivitas sektor pertanian. Selain itu, berdasarkan ruang
lingkup daerahnya perencanaan wilayah menyangkut wilayah yang lebih luas
dari wilayah kota karena pada dasarnya kota merupakan salah satu bagian
dari unsur wilayah, selain wilayah perdesaan. Aspek spatial juga merupakan
satu pertimbangan penting bagi perencanaan wilayah karena pada dasarnya
semua tujuan sosial dan ekonomi yang telah ditetapkan sebelumnya (seperti
kesejahteraan yang optimal dan berkelanjutan) harus diletakkan dalam ruang
terdapat empat maksud dari perencanaan pembangunan wilayah,
yaitu :
1. memberikan perlindungan sosial dan ekonomi karena adanya
ketimpangan, kemiskinan, dan tekanan terhadap sumber daya
alam;
2. sebagai media untuk terjadinya mekanisme pasar;
3. menyediakan perangkat bagi perencanaan pembangunan itu
sendiri;
4. merupakan suatu upaya untuk membangun sistem kelembagaan
yang lebih baik lagi.
Terkait dengan maksud perencanaan pembangunan wilayah sebagai
suatu upaya menyediakan perangkat bagi perencanaan itu sendiri, berbagai
upaya dilakukan agar rencana yang disusun dapat berjalan sesuai dengan apa
yang menjadi tujuan dan sasaran dari rencana tersebut. Oleh sebab itu, perlu
disusun suatu rangkaian kegiatan yang dapat mengarah kepada kondisi
tersebut.
III. Prinsip Pewilayahan

Menurut Glasson (1974) ada beberapa prinsip yang mengharuskan


pemerintah harus ikut serta dalam perencanaan wilayah. Prinsip-prinsip
tersebut biasanya didasarkan pada adanya perbedaan karakteristik antar
masing-masing wilayah yang ada dalam wilayah nasional dan juga perbedaan
fungsional dari masing-masing wilayah.
Adanya perbedaan karakteristik alam dari masing-masing daerah
mengharuskan adanya perencanaan yang berbeda, seperti daerah yang
berada di aliran sungai akan memiliki perencanaan wilayah yang berbeda
dengan daerahdaerah yang berada di sepanjang garis pantai suatu samudra.
Kedua hal tersebut merupakan suatu contoh dari perbedaan perencanaan
masing-masing wilayah berdasarkan karakteristiknya. Begitu juga dengan
perbedaan fungsinya. Wilayah-wilayah yang memiliki aktivitas industri yang
sangat pesat dengan pertumbuhan penduduk yang besar akan memiliki
karakteristik perencanaan yang berbeda dengan wilayah-wilayah yang
aktivitas utamanya adalah pertanian dengan perkembangan penduduk yang
relatif kecil.
Suatu negara mungkin akan memiliki berbagai macam perbedaan
karakteristik dan fungsional dari daerah-daerah yang dimilikinya. Hal itulah
yang menyebabkan perlu adanya perencanaan wilayah karena akan sangat
tidak mungkin apabila perencanaannya hanya didasarkan pada perencanaan
nasional saja. Begitu juga dengan Indonesia, dengan karakteristik wilayah dan
sosial yang berbeda-beda untuk masing-masing daerah yang ada di Indonesia
maka peran perencanaan wilayah untuk pembangunan di Indonesia menjadi
sangat penting karena pembangunan akan menjadi lebih dapat difokuskan
sesuai dengan karakteristik yang dimiliki oleh masing-masing wilayahnya.
Perencanaan wilayah dapat dipandang sebagai suatu perencanaan
penghubung, yaitu suatu perencanaan yang menghubungkan antara
perencanaan di tingkat nasional dengan perencanaan yang ada di tingkat lokal
agar terjadi keselarasan antara tujuan-tujuan yang dibuat di tingkat nasional
dengan tujuan-tujuan yang ada di tingkat masyarakat (lokal). Berdasarkan
peranan tersebut maka ada dua prinsip utama yang hendak dituju dari
perencanaan wilayah, yaitu :
1. Place Prosperity, bagaimana agar terjadi pemerataan
pembangunan antar wilayah-wilayah yang ada di suatu negara,
dan menghindari adanya ketimpangan yang berlebihan di antara
wilayah-wilayah dalam suatu negara (wilayah disparity).
Ada beberapa ukuran untuk mengetahui seberapa besar
terjadinya ketimpangan antar wilayah. Beberapa ukuran tersebut
diantaranya adalah :
a. Indeks Williamson, yang tidak lain merupakan sebuah
coefficient of variation dari suatu indikator kemajuan
perekonomian daerah-daerah (biasanya diwakili oleh
PDRB per kapita) yang menjadi wilayah penelitian.
b. Indeks Entropi Theil. Seperti juga Indeks Williamson,
Indeks Entropi Theil juga merupakan sebuah coefficient of
variation. Perbedaannya adalah bahwa dalam indeks
Entropi Theil kita bisa mendekomposisi komponen
ketimpangannya menjadi dua bagian, yaitu ketimpangan
regional dalam wilayah (within region disparity) dan
ketimpangan regional antar wilayah (interregion disparity).
Selain itu dengan menggunakan indeks entropi Theil juga
kita bisa mengetahui mengenai sumbangan (share) dari
masing-masing daerah terhadap besarnya ketimpangan
daerah secara keseluruhan.
2. People Prosperity, bagaimana agar terjadi pemerataan
pendapatan dan kesejahteraan antar individu (golongan
pendapatan) yang ada dalam suatu wilayah tertentu (income
disparity).
Ukuran yang paling sering digunakan sebagai alat ukur
menghitung ketimpangan (ketidakmerataan) antar golongan
pendapatan adalah indeks gini. Perhitungan indeks gini
didapatkan dari sebuah kurva yang disebut sebagai Kurva
Lorenz, yang pada dasarnya mencoba untuk menjelaskan
seberapa besar kelompok pendapatan menikmati hasil-hasil dari
pembangunan (yang biasa diukur dengan pendapatan nasional).
Semakin jauh jarak Kurva Lorenz dari garis kemerataan (line of
equality) atau semakin besar luas kurva yang diarsir (luas kurva
A) maka semakin besar indeks gini, semakin tidak merata.
Berdasarkan gambar tersebut kita dapat menyimpulkan bahwa
semakin luas daerah A maka semakin timpang ketidakmerataan
antar si kaya dan si miskin.
IV. Penataan Ruang Wilayah Kec. Lembang, Bandung
A. Kepadatan Penduduk dan Pemukiman
Lembang merupakan salah satu Kecamatan yang terletak di
Kabupaten Bandung Barat dengan luas wilayah sebesar 9.556 Ha,
Penetapan Kabupaten Bandung Barat didasarkan pada Undang-Undang
Nomor 12 Tahun 2007 tentang Pembentukan Kabupaten Bandung Barat di
Provinsi Jawa Barat dimana Kecamatan Lembang direncanakan menjadi
kota wisata alam serta konservasi yang menjadi andalan sebagai kota
wisata. Kecamatan Lembang yang terletak di pegununggan dan terbatas
pemanfaatan ruangnya untuk budidaya justru menjadi kawasan Perkotaan
yang berkembang pesat dengan jumlah penduduk mencapai 194.560 jiwa
(BPS Kabupaten Bandung Barat, 2017). Hal ini akan berakibat meningkatnya
kebutuhan lahan untuk permukiman di Kecamatan Lembang.
Penduduk yang setiap tahunnya meningkat dari waktu ke waktu akan
menimbulkan perubahan penggunaan lahan di masa yang akan datang.
Seiring bertambahnya penduduk ini otomatis akan mendorong perubahan
lahan di Kecamatan Lembang menjadi permukiman, perubahan lahan untuk
permukiman biasanya terjadi pada kawasan yang memiliki lahan strategis
serta memiliki jumlah penduduk yang tinggi seperti di Kecamatan Lembang.
Perubahan lahan untuk permukiman kini terus terjadi seperti mendirikan
bangunan diwilayah yang tidak seharusnya untuk dijadikan permukiman.
padahal untuk mendirikan permukiman pada suatu wilayah seharusnya
disesuaikan dengan aspek fisik maupun sosial sehingga dalam
pembangunan suatu wilayah untuk permukiman tidak berdampak buruk bagi
manusia maupun bagi lingkungan serta mampu membangun pembangunan
yang berkelanjutan.
Lahan merupakan salah satu faktor penting bagi kehidupan manusia.
Pada dasarnya lahan juga banyak digunakan oleh manusia untuk memenuhi
kebutuhan hidupnya, sebagai tempat tinggal, tempat bercocok tanam,
tempat mendirikan bangunan serta berperan penting sebagai ruang
kehidupan. Lahan sebagai satu kesatuan dari sejumlah sumberdaya alam
yang tetap dan terbatas dapat mengalami kerusakan atau penurunan
produktivitas sumber daya alam tersebut, oleh karenanya dalam melakukan
pembangunan seharusnya mampu untuk membangun pembangunan yang
berkelanjutan dan lahan tersebut dimanfaatkan sebaik mungkin agar tidak
berdampak negatif, seperti menimbulkan bencana banjir, longsor dan
sebagainya.
B. Potensi Bencana Kec. Lembang
a) Banjir
Tak cuma sohor dengan hamparan pemadangan
alamnya, namun Lembang, Kabupaten Bandung Barat (KBB)
juga kini terkenal dengan daerah yang sering kebanjiran tatkala
hujan deras mengguyur selama beberapa jam.
banjir menerjang 15 rumah warga yang dihuni 19 kepala
keluarga (KK) di Kampung Babakan, Desa Cikole, Kecamatan
Lembang, Bandung Barat. Penyebabnya beragam, mulai dari
saluran yang tersumbat sampah hingga pemanfaatan lahan
hutan menjadi pertanian dan perkebunan, serta permukiman.
banjir di kawasan Lembang diperparah dengan kondisi
sebagian lahan di hulu yang sudah gundul dan tidak ditanami
tanaman keras.
b) Bencana Sesar Lembang
Patahan Lembang terletak di Utara Kota Bandung,
tepatnya berada di Kabupaten Bandung Barat (Kecamatan
Lembang, Kecamatan Parongpong, Kecamatan Cisarua).
Patahan Lembang ini berimbas ke Kota Bandung. Patahan
Lembang membentang sepanjang 22 Km (LIPI, 2009) mulai dari
Gunung Manglayang hingga wilayah Cisarua, dan Patahan
terpanjang berada di Kecamatan Lembang dan Kecamatan
Parongpong. Bentukan Patahan Lembang sangat jelas terlihat di
Gunung Batu Daerah Tjikidang berbentuk patahan tersingkap.
Patahan ini mengakibatkan kegempaan dan bisa terjadi kapan
saja tanpa diduga.
Tingkat kepadatan penduduk di wilayah yang dilewati
sesar lembang menambah resiko bahaya korban jiwa apabila
terjadi gempa besar. Jumlah penduduk terbanyak pada Patahan
Lembang berada di Kecamatan Lembang disusul Kecamatan
Parompong dan Kecamatan Cisarua, yaitu masing-masing
sebesar 188.923 jiwa, 107.418 jiwa dan 72.521 jiwa
C. Upaya Pemerintah Terhadap Potensi Bencana di Bandung
Menghadapi berbagai bencana baik bencana alam maupun non
alam dan sosial diperlukan upaya penanggulangan bencana yang efektif.
Penanggulangan bencana itu sendiri dimulai dari penetapan kebijakan
pembangunan yang beresiko bencana, pencegahan bencana, tanggap
darurat dan rehabilitasi. Sementara Kegiatan pencegahan bencana adalah
serangkaian kegiatan yang dilakukan sebagai upaya untuk menghilangkan
dan atau mengurangi ancaman bencana.
Manajemen Bencana Merupakan sistem yang komprehensif untuk
menanggulangi seluruh kejadian secara cepat, tepat dan akurat untuk
menekan korban dan kerugian yang ditimbulkan. Manajemen bencana adalah
suatu proses dinamis, berlanjut dan terpadu untuk meningkatkan kualitas
langkah-langkah yang berhubungan dengan observasi dan analisis bencana
serta pencegahan, mitigasi, kesiapsiagaan, peringatan dini, penanganan
darurat, rehabilitasi dan rekonstruksi bencana. Pada dasarnya
penyelenggaraan adalah tiga tahapan:
a. Pra bencana yang meliputi :
1) Pencegahaan
Upaya yang dilakukan untuk mencegah terjadinya
bencana (jika mungkin dengan meniadakan bahaya)
2) Mitigasi
Mitigasi adalah serangkaian upaya untuk mengurangi
risiko bencana, baik melalui pembangunan fisik
maupun penyadaran dan peningkatan kemampuan
menghadapi ancaman bencana
3) Kesiapsiagaan
Serangkaian kegiatan yang dilakukan untuk
mengantisipasi bencana melalui pengorganisasian
serta melalui langkah yang tepat guna dan berdaya
guna Kesiapsiagaan adalah upaya yang dilaksanakan
untuk mengantisipasi kemungkinan terjadinya bencana
untuk menghindari korban jiwa dan kerugian harta
benda.
Tindakan kesiapsigaan meliputi penyusunan rencana
pencegahan bencana, menyiapkan sarana komunikasi,
menyiapkan lokasi evakuasi, pelatihan personil, penyediaan
sarana dan prasarana. Peringatan dini merupakan
serangkaian kegiatan pemberian peringatan sesegera
mungkin kepada masyarakat tentang kemungkinan terjadinya
bencana pada suatu tempat oleh lembaga yang berwenang
atau Upaya untuk memberikan tanda peringatan bahwa
bencana kemungkinan akan segera terjadi.
b. Saat tanggap darurat yang dilakukan dalam situasi terjadi
bencana Tanggap darurat adalah serangkaian kegiatan yang
dilakukan dengan segera pada saat kejadian bencana untuk
menangani dampak buruk yang ditimbulkanyang meliputi
kegiatan penyelamatan dan evakuasi korban, harta benda,
pemenuhan kebutuhan dasar, perlindungan, pengurusan
pengungsi, penyelamatan, serta pemulihan prasarana dan
sarana. Sistem tanggap darurat dilaksanakan dengan cara
membentuk tim khusus pengendalian dan penanganan
kondisi darurat, seperti pada saat terjadi kebakaran,
peledakan maupun kecelakaan kerja
c. Pasca bencana yang dilakukan dalam saat setelah terjadi
bencana:
1) Pemulihan adalah serangkaian kegiatan untuk
mengembalikan kondisi masyarakat dan lingkungan
hidup yang terkena bencana dengan memfungsikan
kembali kelembagaan, prasarana, dan sarana dengan
melakukan upaya rehabilitasi
2) Rehabilitasi perbaikan dan pemulihan semua aspek
pelayanan publik atau masyarakat sampai tingkat yang
memadai pada wilayah pasca bencana dengan
sasaran utama untuk normalisasi atau berjalannya
secara wajar semua aspek pemerintahan dan
kehidupan masyarakat pada wilayah pascabencana
3) Rekontruksi adalah membangun kembali secara
permanen semua prasarana, sarana dan sistem
kelembagaan, baik di tingkat pemerintahan maupun
masyarakat, dengan sasaran utama tumbuh
berkembangnya kegiatan perekonomian, sosial dan
budaya, tegaknya hukum dan ketertiban, dan
bangkitnya peran dan partisipasi masyarakat.
Strategi yang dapat dilakukan dapat di analisis dari aspek
policy dimana terdapat beberapa strategi kebijakan yang telah
dilakukan oleh Pemerintah Kabupaten Bandung dalam
mengantisipasi kerawanan bencana alam di antaranya telah
terbit Peraturan Daerah No. 2 Tahun 2013 Tentang
Penyelenggaraan Penanggulangan Bencana yang
menjelaskan bahwa “Penyelenggaraan penanggulangan
bencana terdiri atas 3 (tiga) tahap meliputi: prabencana; saat
tanggap darurat; dan pascabencana. mengenai prabencana
dalam implementasinya masih ditemukan beberapa hal yang
belum optimal terkait dengan aspek kemampuan pengelolaan
dan operasional aparat penanggulangan bencana serta
kurikulum. Namun demikian pada tataran praktis manajemen
bencana sudah terdapat perencanaan dan pelaksanaan yang
dapat berjalan dengan baik
V. Kesimpulan
Dapat disimpulkan bahwa dalam menghadapi masa depan, penting
bagi pemerintah dan masyarakat Indonesia untuk terus bekerja sama dan
berkolaborasi dalam menciptakan kota-kota yang berkelanjutan dan
memberdayakan guna bagi seluruh lapisan masyarakat. Dengan mengambil
langkah-langkah strategi dan memanfaatkan peluang yang ada, Indonesia dapat
mengatasi tantangan pembangunan dan mencapai tujuan pembangunan
berkelanjutan.
Tantangan dalam perencanaan wilayah dan kota tidak dapat
diabaikan, namun berbagai peluang juga dapat dimanfaatkan untuk mencapai tujuan
pembangunan berkelanjutan. Penerapan teknologi, pemanfaatan sumber daya lokal,
dan partisipasi masyarakat merupakan beberapa peluang yang dapat dioptimalkan
dalam perencanaan wilayah dan kota di Indonesia.
Melalui perencanaan wilayah dan kota yang berkelanjutan,
Indonesia dapat menciptakan kota-kota yang lebih manusiawi, efisien, dan ramah
lingkungan. Perencanaan wilayah dan kota yang baik tidak hanya akan
mempengaruhi kehidupan warga kota saat ini, tetapi juga akan memberikan warisan
yang berharga untuk generasi mendatang. Dengan perencanaan wilayah dan kota
yang berorientasi pada kemiskinan, Indonesia dapat menjadi teladan bagi negara-
negara lain dalam mencapai pembangunan yang inklusif dan berkelanjutan.
REFERENSI
https://pustaka.ut.ac.id/lib/wp-content/uploads/pdfmk/PWKL4309-M1.pdf
https://www.academia.edu/40881680/Perencanaan_dan_perancangan_mountain
_resort_di_lembang_bandung_barat
https://www.researchgate.net/publication/373683728_Perencanaan_Pembangun
an
http://file.upi.edu/Direktori/FPMIPA/JUR._PEND._BIOLOGI/197212031999031-
WAHYU_SURAKUSUMAH/Sistem_Penataan_ruang_dan_lingkungan
_kota_bandung_dan_sekita.pdf
https://repository.upi.edu/44572/4/S_GEO_1403497_Chapter1.pdf
https://jabarekspres.com/berita/2022/01/14/pemkab-bandung-barat-siapkan-
penataan-drainase-dan-trotoar-di-lembang/
https://bandung.kompas.com/read/2024/01/11/173436378/banjir-lumpur-terjang-
permukiman-warga-di-lembang-bandung-barat
https://jabar.tribunnews.com/2021/10/21/fakta-baru-penyebab-banjir-lembang-
https://eprints2.ipdn.ac.id/id/eprint/811/1/2385-Article%20Text-8816-1-
10-20220315.pdfdputr-temukan-5-truk-sampah-di-drainase
https://medium.com/@nputrisalma/perencanaan-wilayah-dan-kota-di-indonesia-
tantangan-dan-peluang-22b5ed862b1b
https://www.detik.com/jabar/berita/d-6312418/lini-masa-bandung-dalam-20-
tahun-jumlah-penduduk-bertambah-306-ribu
https://www.detik.com/jabar/jabar-gaskeun/d-6496357/9-program-ini-jadi-fokus-
utama-pemkab-bandung-di-tahun-2023

Anda mungkin juga menyukai