Anda di halaman 1dari 20

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Perencanaan

Perencanaan merupakan fungsi dasar atau undamental dari pada suatu

proses administrasi dan manajemen yang dapat dijadikan fungsi-fungsi

manajemen lainnya seperti organizing, staffing, directing dan controling. Fungsi-

fungsi manajemen tersebut dalam pelaksanaan kegiatannya harus terlebih dahulu

direncanakan agar resiko yang ditanggung relatif kecil dimasa depan. Karena

perencanaan ditujukan kepada yang akan datang yang penuh dengan

ketidakpastian, maka dampak perencanaan baru akan terasa pada masa yang akan

datang.

Perencanaan bagi manajemen modern adalah suatu gejala yang umum dan

mutlak diperlukan terutama bagi usaha-usaha yang mempunyai lapangan luas,

oleh karena itu perencanaan dalam setiap organisasi bagaimanapun juga adalah

merupakan fungsi utama yang harus dilakukan untuk menentukan berbagai

langkah kegiatan yang akan digunakan dimasa yang akan datang dalam rangka

pencapaian suatu tujuan. Maka seorang pegawai harus berusaha memberi

keseimbangan kepada kegiatan-kegiatannya dengan pertimbangan yang tepat atas

alternatif-alternatif, kebijaksanaan-kebijaksanaa, prosedur-prosedur, dan program-

program untuk masa depan yang akan datang yang mengandung perubahan dan

ketidakpastian akibat adanya perubahan kondisi dan situasi.

Menurut Sarwoto (1986:68) mengemukakan sebagai berikut :

“perencanaan bagi administrasi modern adalah suatu gejala yang umum dan

28
29

mutlak diperlukan terutama bagi usaha yang mempunyai lapangan luas, selain

urgensinya yang pertama yang harus dilakukan dalam rangka pencapaian tujuan”.

Perencanaan jelas sebagai salah satu fungsi administrasi dan manajemen,

memegang peran yang sangat penting, kenyataan ini membuktikan bahwa tanpa

perencanaan maka pelaksanaan perencaan pembangunan daerah tidak akan

berjalan secara baik karena tidak adanya pedoman dalam melaksanakan kegiatan.

Peneliti sebelum menguraikan lebih lanjut, terlebih dahulu akan dibahas

npengertian perencanaan dari beberapa pendapat para sarjana antara lain

dikemukakan oleh G.R Terry dalam Hasibuan (1986:94) adalah sebagai berikut :

Perencanaan adalah fungsi manajer untuk menentukan yang akan datang,


apa yang akan dilakukan oleh suatu kelompok atau seorang individu dan
bagaimana tujuan-tujuan itu harus dicapai.(G.R Terry,1986:94)
Suatu layanan yang diberikan aparatur pemerintah itu harus menjamin

efisiensi dan keadilan serta harus memiliki kualitas yang mantap. Kualitas

merupakan harapan semua orang atau pelanggan.

Selanjutnya perencanaan menurut James A.F Stoner (1992:200)

mengemukakan sebagai berikut :

Perencanaan adalah merupakan pekerjaan setiap pemimpin, sebelum dapat


mengorganisasi, memimpin atau mengendalikan mereka harus membuat
rencana yang memberikan maksud dan arah kepada organisasi dengan
memutuskan apa yang harus dilakukan kapan dan bagaiman itu harus
dilakukan dan siapa yang harus melakukannya.(Stoner,1992:200)
Pengertian dari perencanaan tersebut, maka perencanaan merupakan suatu

usaha tindakan-tindakan yang secara sadar dilakukan berdasarkan keputusan-

keputusan dan kebijaksanaan-kebijaksanaan untuk dilaksanakan dimasa yang akan


30

datang, berdasarkan fakta yang ada sehingga hasil yang diharapkan dapat tercapai

dengan baik dan lancar sesuai dengan yang telah ditetapkan.

Kiranya benar para sarjana mengatakan bahwa perencanaan merupakan

organic pertama dari administrasi dan manajemen karena ia merupakan dasar dari

titik tolak dari kegiatan pelaksanaan selanjutnya. Perencanaan juga merupakan

persiapan yang teratur dan perlu diambil sebelum perencanaan pembangunan

daerah disusun berdasarkan pada pengalaman masa lalu untuk ditetapkan pada

masa yang akan datang.

Pengertian perencanaan menurut Bintoro Tjokroamidjodjo (1995:12)

sebagai berikut : “perencanaan dalam arti seluas-luasnya tidak lain adalah suatu

proses mempersiapkan secara sistematis kegiatan-kegiatan yang akan dilakukan

untuk mencapai suatu tujuan tertentu. Oleh karena itu pada hakekatnya terdapat

pada jenis kerja manusia”. Berdasarkan pendapat di atas, maka perencanaan

merupakan suatu usaha atau tindakan-tindakan untuk pelaksanaan kegiatan-

kegiatan ini disusun secara sistematis sehingga tujuan dapat dicapai dengan baik.

2.1.1 Rencana

Sebagai suatu negara, Indonesia mempunyai tujuan pembangunan yaitu

menciptakan suatu tatanan masyarakat yang adil, makmur dan sentosa

sebagaimana yang dicita – citakan dalam Pembukaan Undang-undang Dasar

1945, dimana penyelenggaraan pembangunan tersebut haruslah dengan seksama,

efektif, efisien dan terpadu dengan memperhatikan berbagai keragaman dan

potensi daerah baik dari segi sosial, ekonomi maupun budaya.


31

Untuk mewujudkan pembangunan tersebut disusun sistem perencanaan

yang bersifat menyeluruh, terpadu, sistematik, dan bersinergi dengan perubahan

zaman. Acuan pokok dalam menentukan perencanaan adalah Undang-undang

Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional

(SPPN). Dengan demikian pedoman perencanaan pembangunan daerah harus

mengacu kepada SPPN.

Berdasarkan pemikiran di atas, dalam upaya mewujudkan pembangunan

Kabupaten Subang harus disusun suatu pola perencanaan guna memberikan

manfaat percepatan terwujudnya suatu kesejahteraan bagi masyarakat serta

memberi kontribusi yang memadai bagi pembangunan regional Jawa Barat

maupun pembangunan nasional. Pola perencanaan tersebut telah ditetapkan dalam

bentuk Peraturan Daerah Kabupaten Subang Nomor 12 Tahun 2008 tentang

Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJPD) Kabupaten Subang

Tahun 2005-2025, yang di tuangkan dalam bentuk rencana Pembangunan Jangka

Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten Subang Tahun 2009-2014.

Dengan telah ditetapkannya Peraturan Daerah tersebut maka Bappeda

menyusun dan menjabarkannya ke dalam Rencana Strategis (Renstra) Badan

Perencanaan Pembangunan Daerah Kabupaten Subang dalam kurun waktu lima

tahun. Diharapkan Rencana Stategis Bappeda tersebut mampu mengakselerasi

pencapaian Visi Kabupaten Subang sesuai Tupoksi Bappeda yakni dalam bidang

perencanaan umum.

Maksud disusunnya Rencana Strategis Bappeda Kabupaten Subang

adalah sebagai pedoman umum (guide line) dan arahan bagi segenap pimpinan

dan jajaran staf Bappeda didalam melaksanakan tugas, fungsi dan tanggung jawab
32

dalam menyusun berbagai kebijakan, program dan kegiatan yang berhubungan

dengan proses perencanaan pembangunan di Kabupaten Subang.

Sebagai pedoman umum yang berlaku secara internal, maka secara

substansial rencana strategis ini berisikan arahan makro tentang segala hal yang

harus dilakukan untuk mencapai tujuan dan sasaran internal dan eksternal

organisasi Bappeda, oleh karena itu agar dapat diimplementasikan secara nyata,

selanjutnya harus diterjemahkan secara lebih detail dalam bentuk Rencana

Kegiatan Tahunan oleh masing-masing Kepala Bidang dan Sub Bidang di

lingkungan internal Bappeda Kabupaten Subang.

Adapun penyusunan rencana strstegis ini adalah :

a. Menetapkan Visi, Misi dan Arah Pembangunan Bappeda yang mengacu

kepada RPJMD dan Peraturan Daerah Nomor 12 Tahun 2008 tentang RPJPD

Kabupaten Subang Tahun 2005 – 2025 serta sebagai pedoman dalam

Penyusunan Renja Bappeda dalam kurun waktu lima tahun ke depan;

b. Mewujudkan kesamaan pandangan, sikap dan komitmen antara pimpinan dan

staf Bappeda Kabupaten Subang dalam melaksanakan tugas, fungsi dan

tanggung jawab dengan baik melalui perumusan bersama visi, misi, tujuan,

dan strategi yang akan dilaksanakan selama lima tahun ke depan;

c. Menginventarisari berbagai bentuk kekurangan dan potensi yang dimiliki

sebagai kelemahan dan kelebihan yang harus diperbaiki serta dikembangkan

menjadi peluang untuk mencapai tingkat kinerja yang telah disepakati

bersama;

d. Mewujudkan perencanaan pembangunan yang berkualitas.


33

2.1.2 Perencanaan

Perencanaan pada azasnya berkisar pada dua hal, pertama ialah

penentuan pilihan secara sadar mengenai tujuan konkret yang hendak dicapai

dalam jangka waktu tertentu atas dasar nilai yang dimiliki masyarakat yang

bersangkutan, yang kedua ialah pilihan-pilihan diantara cara-cara alternatif yg

efisien serta rasional guna mencapai tujuan tersebut.

Selanjutnya perencanaan menurut James A.F Stoner (1992:200)

mengemukakan sebagai berikut :

Perencanaan adalah merupakan pekerjaan setiap pemimpin, sebelum dapat


mengorganisasi, memimpin atau mengendalikan mereka harus membuat
rencana yang memberikan maksud dan arah kepada organisasi dengan
memutuskan apa yang harus dilakukan kapan dan bagaimana itu harus
dilakukan dan siapa yang harus melakukannya.(Stoner,1992:200)
Berdasarkan kedua pendapat di atas peranan diatur oleh norma-norma

yang berlaku, peranan yang melekat pada diri seseorang harus dibedakan dengan

posisi dalam pergaulan kemasyarakatan. Posisi seseorang dalam masyarakat

merupakan unsur statis yang menunjukan pada fungsi, penyesuain diri dan

sebagai proses, suatu konsep tentang apa yang dilakukan oleh individu dalam

masyarakat sebagai organisasi serta merupakan rangkaian peraturan-peraturan

yang membimbing seseorang dalam kehidupan kemasyarakatan.

Pendapat tersebut menandakan, bahwa terbentuknya suatu pemerintahan

tak lepas dari sejarah terbentuknya masyarakat. Hubungan antara pemerintah

dengan masyarakat merupakan hubungan yang saling ketergantungan, pemerintah

dibentuk oleh masyarakat dan melalui peran pemerintah, masyarakat diatur dan

dipenuhi kebutuhannya. Di lain pihak masyarakat membutuhkan peran


34

pemerintah sebagai pihak yang mengatur kehidupannya, sehingga terciptalah

ketertiban dan ketentraman.

2.2 Prinsip-prinsip, Sifat-sifat Perencanaan, Tahap-tahap Perencanaan

Dan Langkah-langkah Perencanaan

2.2.1 Prnsip-prinsip Perencanaan

Menurut Siagian (1996:111) mengemukakan ada 10 prinsip dari pada

perencanaan yang perlu diketahui agar perencanaan dapat dilaksanakan dengan

baik. Adapun prinsip-prinsip tersebut sebagai berikut :

1. Rencana harus mempermudah tercapainya tujuan yang telah ditentukan


sebelumnya.
2. Rencana harus dibuat oleh orang-orang yang sungguh-sungguah memahami
tujuan organisasi.
3. Rencana harus dibuat oleh orang-orang yang sungguh-sungguh mendalami
teknik-teknik perencanaan.
4. Rencana harus disertai oleh suatu perinci yang teliti.
5. Rencana tidak boleh lepas sama sekali dari pemikiran perencanaan.
6. Rencana harus bersifat sederhana
7. Rencana harus luwes
8. Didalam rencana terdapat tempat pengambilan resiko
9. Rencana harus bresifat praktis
10.Rencan harus merupakan forecasting
(Siagian, 1996:111)

Berdasarkan uraian di atas, bahwa perencanaan dapat tercapai apabila

perencanaan tersebut harus melihat prinsip-prinsip perencanaan yang dapat

terlaksana dengan baik dan tidak ada kesalahan dalam melaksanakan perencanaan.

Apabila pimpinan organisasi memahami dengan sungguh-sungguh maka dari

ke 10 prinsip perencanaan itu dan berusaha menerapkan dalam menjalankan

perencanaan, maka pimpinan itu akan berhasil merumuskan suatu rencan yang

baik.
35

Adapun prinsip-prinsip menurut Ibnu Symsi S.U (1994:77) sebagai berikut :

1. Prinsip konstribusi sasaran


2. Prinsip sehatnya dan teraturnya organisasi
3. Prinsip faktor pembatas
4. Prinsip keterkaitan organisasi
5. Prinsip perencanaan yang terkoordinasi
6. Prinsip penggunaan waktu
7. Prinsip efisiensi
8. Prinsip keluwesan
9. Prinsip perubahan situasi dan kondisi yang terkendali
10.Prinsip penerimaan
(Ibnu Symsi, 1994:77)

Berdasarkan uraian di atas, maka jelaslah bahwa suatu organisasi dalam

penyusunan perencanaan pembangunan daerah harus berdasarkan prinsip-prinsip

perencanaan tersebut agar tewujud suatu perencanaan pembangunan daerah yang

efektif. Sehingga perencanaan yang dilaksanakan menjadi lebih baik dan dapat

dijadikan kegiatan perencanaan pembangunan daerah.

2.2.2 Sifat-sifat Perencanaan

Rencana adalah kegiatan-kegiatan yang akan dilaksanakan dalam proses

kerjasama untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan, oleh karena itu dalam

membuat rencana harus diperhatikan hal-hal agar menjadi dasar pembuatan

rencana, yang akhirnya rencana tersebut dapat dijadikan pedoman dalam

melaksanakan kegiatan.

Sehubungan dengan hal tersebut Manullang (1996:11) mengemukakan

sebagai berikut :

Suatu rencana yang baik disamping harus menerapkan prinsip-prinsip

perencanaan juga harus mengandung sifat-sifat sebagai berikut :


36

1. Pemakaian kata-kata yang sederhan artinya kata-kata yang dipergunakan dalam


suatu rencana harus mudah dimengerti, hal ini agar tidak timbul penafsiran-
penafsiran yang berbeda, sering bahwa pembuatan rencana tidak melalui
orang-orang yang melaksanakan rencana, karena susunan kata-kata dan kalimat
harus mudah dimengerti.
2. Flesibel artinya rencana tersebut harus dapat menyelesaikan dengan keadaan
yang selalu berubah-ubah dan tidak dapat diduga sebelumnya.
3. Mempunyai stabilitas artinya suatu rencana harus mempunyai sifat stabil yang
berarti tidak setiap kali berubah atau tidak dipakai sama sekali.
4. Ada dalam pertimbangan artinya suatu rencana harus ada pertimbangan pada
pemberian waktu dan faktor-faktor produksi kepada setiap unsur organisasi
seimbang dengan kebutuhannya.
5. Meliputi semua tindakan yang diperlukan artinya rencana tersebut harus
meliputi segala aspek, sehingga dengan demikian akan menjamin koordinasi
dari tindakan-tindakan seluruh organisasi.
(Manullang, 1996:11)

Berdasarkan uraian di atas, maka suatu rencana dapat terlaksana apabila

prinsip-prinsip tersebut di laksanakan dengan baik sehingga perencanaan menjadi

lebih baik. Oleh karena itu sifat-sifat rencana harus diperhatikan dengan baik agar

perencanaan pembangunan tidak terabaikan begitu saja.

2.2.3 Tahap-tahap Perencanaan

Bintoro Tjokroamidjojo (1996:57) mengemukakan tahap-tahap dalam suatu

prose perencanaan sebagai berikut :

a. Penyusunan rencana
Penyusun rencan ini terdiri dari unsur-unsur sebagai berikut :
1. Tinjauan keadaan
2. Perkiraan keadaan masa yang akan dilalui rencana
3. Penetapan tujuan rencana
4. Identifikasi kebijaksanaan atau kegiatan uasaha yang perlu dilakukan
dalam rencana
5. Tahap persetujuan rencana
b. Penyusunan program rencana
c. Pelaksanaan rencana
d. Dilakukan pengawasan atas pelaksanaan rencana
e. Dilakukan evaluasi
(Bintoro Tjokroamidjojo, 1996:57)
37

2.2.4 Langkah-langkah perencanaan

Perencanaan agar memperoleh hasil yang tersusun dengan baik, maka

diperlukan suatu pendekatan, pendekatan tersebut antara lain harus memandang

proses perencanaan sebagai masalah yang memerlukan pemikirang dengan

mempergunakan taknik-teknik ilmiah. Sehingga perncanaan pembangunan daerah

dapat terlaksana.

Sejalan dengan pendapat Sigian (1996:114) bahwa dalam pembuatan

perencanaan dipandang sebagai masalah yang harus dipecahkan dengan sistematis

serta didasarkan kepada 7 langkah sebagai berikut :

1. Mengetahui sifat hakiki dari masalah yang dihadapi diterapkan dalam


bidang perencanaan, hal ini berarti pimpinan organisasi harus mengetahui
mengapa rencana itu disusun.
2. Kumpulan data-data ini yaitu :
a. Fakta-fakta yang relevan dengan tujuan yang dikehendaki
dimaksud.
b. Informasi dari unit organisasi yang lebih rendah.
c. Saran dari pada anggota organisasi terutama yang mereka nantinya
akan menjadi pelaksana rencana.
d. Ide bawahan yang mungkin sangat berhubungan dengan
pembuatan rencana.
e. Kritik dari dalam dan luar organisasi sering pula berbentuk angka-
angkla yang sangat erat hubungannya dengan proses pencapaian
keputusan, karenanya data itu harus lengkap dan dapat dipercaya.
3. Penganalisaan data-data. Data akan mempunyai arti apabila data itu
diinterpretasikan sedemikian rupa sehingga membantu pimpinan dalam
pengambilan keputusan.
4. Penentuan beberapa alternatif. Hasil penganalisaan data-data biasanya
akan menunjukan beberapa alternatif yang dapat ditempuh dalam
menghasilkan sesuatu. Pimpinan harus mempertimbangkan dengan teliti,
kebaikan-kebaikan dan keburukan-keburukan setiap alternatif untuk tiba
pada kesimpulan alternatif yang baik.
5. Memilih cara yang kelihatannya terbaik. Hasil pemikiran dianalisa yang
matang, tentang setiap alternatif harus memungkinkan pimpinan memilih
salah satu alternatif yang ada yang dipilih tentunya alternatif yang terbaik.
6. Pelaksanaan. Ditetapkan dalam proses perencanaan, pelaksanaan berarti
pembuatan rencana sendiri.
38

7. Penelitian hasil yang dicapai. Biasanya suatu rencana yang telah dibuat
sebelum dilaksanakan oleh seluruh organisasi terlebih dahulu
diadakanpercobaan dalam bentuk sederhana. Hasil dari percobaan
dianalisa dengan keinginan, kebutuhan, jika kesimpulan yang positf yang
diperoleh haruslah dilaksanakan seluruhnya dalam organisasi sebagai
keseluruhan pula.
(Siagian, 1996:114)

Pendapat tersebut menandakan, bahwa terbentuknya suatu pemerintahan tak

lepas dari sejarah terbentuknya masyarakat. Hubungan antara pemerintah dengan

masyarakat merupakan hubungan yang saling ketergantungan, pemerintah

dibentuk oleh masyarakat dan melalui peran pemerintah, masyarakat diatur dan

dipenuhi kebutuhannya. Di lain pihak masyarakat membutuhkan peran

pemerintah sebagai pihak yang mengatur kehidupannya, sehingga terciptalah

ketertiban dan ketentraman.

Kemudian Manullang (1996:42) menyebutkan langkah-langkah perencanaan

sebagai berikut :

1. Menetapkan tugas dan tujuan


2. Mengobservasi dan menganalisa
3. Mengadakan kemungkinan-kemungkinan
4. Memuat sintesa
5. Menyusun rencana
(Manullang,1996:42)

Peran dan fungsi pemerintah dihadapkan pada pelaksanaan tugas yang

sangat luas dan kompleks, mulai dari hal yang bersifat pelayanan operasional

sampai pada hal yang bersifat ideologi dan spiritual, pemerintah memegang

peranan sentral dalam pembangunan yaitu menetapkan kebijakan umum dan

melaksanakannya.

Seperti halnya pendapat dari Stoners (1992:202) langkah-langkah

perencanaan sebagai berikut :


39

1. Tetapkan tujuan/perangkat tujuan


2. Tentukan situasi sekarang
3. Identifikasi pendukung dan penghambat tujuan
(Stoners,1992:202)

Pendapat tersebut di atas menyatakan bahwa kegiatan perencanaan oleh

pemerintah, merupakan fungsi utama sebagai upaya untuk mencapai tujuan

bersama, dengan demikian pemerintah memiliki peran dan fungsi melakukan

pelayanan untuk memenuhi kebutuhan seluruh masyarakat. Dalam membahas

pengertian perencanaan, sebaiknya terlebih dahulu dibahas mengenai pengertian

perencanaan.

2.3 Pembangunan

Pembangunan Daerah pada dasarnya merupakan bagian integral dari

Pembangunan Nasional yang diupayakan berjalan secara serasi, efektif, efisien

dan berkesinambungan dengan memberdayakan seluruh potensi daerah yang

dimiliki, serta berupaya mengejawantahkan berbagai aspirasi masyarakat.

Pembangunan merupakan suatu proses yang berkesinambungan, dimana generasi

sekarang harus pula memikirkan kepentingan generasi masa mendatang

Agar pembangunan daerah mencapai tujuan secara optimal, proses

pelaksanaannya harus mengikuti kaidah baku manajemen pembangunan yang

pada umumnya mencakup perencanaan, pelaksanaan dan penilaian, serta

pengendalian.

Kegiatan pengendalian termasuk pada upaya pembimbingan atau

pembinaan dari ketiga unsur manajemen pembangunan tersebut di atas, yakni


40

mengendalikan proses perencanaan, mengendalikan proses pelaksanaan dan

mengendalikan proses penilaian.

Kebijakan Perencanaan Pembangunan yang dibuat pemerintah menurut

Undang-undang Nomor : 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan

Pembangunan Nasional, harus memenuhi empat tahapan, yaitu :

1. Penyusunan Rencana;

2. Penetapan Rencana;

3. Pengendalian Pelaksanaan; dan

4. Evaluasi Pelaksanaan Rencana.

2.4 Pengertian e-Government

Berkaitan dengan pelayanan publik secara online melalui internet, maka

diperlukan upaya untuk meningkatkan perencanaan pembangunan. Salah satu

upayanya yaitu dengan mengembangkan e-Government dalam lembaga

pemerintahan. Selain sebagai upaya untuk meningkatkan pembangunan,

penerapan e-Government juga merupakan bentuk upaya pemerintah, baik

pemerintah pusat maupun pemerintah daerah dalam meningkatkan pelayanan

kepada masyarakatnya, e-Government memiliki beragam definisi tergantung

kepada sudut pandang mana pihak yang mendefinisikan serta tingkatan

perkembangan yang ada. Pemerintah Federal Amerika Serikat mendefinisikan e-

Government sebagai berikut:

”e-Government refers to the delivery of government information and


services online through the internet or other digital means” (e-
Government mengacu pada penyampaian mengenai informasi pemerintah
41

dengan melalui Internet pelayanan online atau digital lainnya)”


(Pemerintah Federal Amerika Serikat dalam Andrianto, 2007:46).

Berdasarkan uraian di atas, bahwa suatu e-Government terhadap

perencanaan pembangunan daerah sangatlah perlu diperhatikan karena apabila

perencanaan tersebut tidak menerapkan e-Government maka sangatlah tertinggal

oleh daera-daerah lain.

Sementara itu konsep e-Government, dideskripsikan cukup beragam oleh

masing-masing individu atau komunitas, e-Government menurut Bank Dunia

(World Bank) adalah:

”e-Government refers to the use by government agencies of information


technologies (such as wide area network, the internet and mobile
computing) that have the ability to transform relations with citizen,
businesses, and other arms of government (e-Government mengacu pada
penggunaan teknologi informasi oleh lembaga pemerintahan (seperti area
network yang luas, internet dan mobile komputer) yang mempunyai
kemampuan untuk mengubah hubungan dengan penduduk, pebisnis dan
cabang lain dari pemerintah)” (Bank Dunia dalam Indrajit, 2006: 2).

Menurut definisi yang dikemukakan di atas, perencanaan yang

diselenggarakan oleh Bappeda secara online merupakan suatu mekanisme

interaksi baru antara pemerintah dengan masyarakat dengan melibatkan

penggunaan teknologi informasi dengan tujuan memperbaiki mutu atau kualitas

pelayanan pemerintah kepada masyarakat. Adapun tujuan menurut Anwar dan

Oetojo dalam rangka penerapan e-Government ini adalah:

1. terciptanya hubungan secara elektronik antara pemerintah dengan


masyarakatnya sehingga dapat mengakses berbagai informasi dan
layanan dari pemerintah;
42

2. melaksanakan perbaikan dan peningkatan pelayanan masyarakat ke


arah yang lebih baik dari apa yang telah berjalan saat ini;
3. menunjang good governance dan keterbukaan;
4. meningkatkan peningkatan Pendapatan Asli Daerah (PAD);
(Anwar dan Oetojo, 2004:126).

Berdasarkan pendapat di atas, tujuan diterapkannya e-Government agar

terciptanya hubungan secara elektronik antara pemerintah dengan masyarakat

sehingga memudahkan masyarakat untuk mendapatkan informasi dan layanan dari

pemerintah dengan cara mengaksesnya melalui Internet. Tujuan lainnya adalah

untuk melaksanakan perbaikan dan peningkatan pelayanan kepada masyarakat ke

arah yang lebih baik dari apa yang telah berjalan saat ini, untuk menunjang good

governance dan transparansi serta meningkatkan peningkatan PAD.

Berkaitan dengan tujuan e-Government, Al Gore dan Tony Blair

menjelaskan manfaat yang dapat diperoleh dengan adanya e-Government:

1. memperbaiki kualitas pelayanan pemerintah kepada para stakeholder-


nya (masyarakat, kalangan usahawan, dan industri), terutama dalam
hal kinerja efektivitas dan efisiensi di berbagai kehidupan bernegara;
2. meningkatkan transparansi, kontrol, dan akuntabilitas penyelenggaraan
pemerintahan dalam rangka penerapan konsep good corporate
governance;
3. mengurangi secara signifikan total biaya administrasi, relasi, dan
interaksi yang dikeluarkan pemerintah maupun stakeholder-nya untuk
keperluan aktivitas sehari-hari;
4. memberikan peluang pemerintah untuk mendapatkan sumber-sumber
pendapatan yang baru melalui interaksinya dengan pihak-pihak yang
berkepentingan;
5. menciptakan suatu lingkungan masyarakat baru yang dapat menjawab
berbagai permasalahan yang dihadapi secara cepat dan tepat sejalan
dengan perubahan global dan tren yang ada;
6. memberdayakan masyarakat dan pihak-pihak yang lain sebagai mitra
pemerintah dalam proses pengambilan kebijakan publik secara merata
dan demokratis;
(Gore dan Blair dalam Andrianto, 2007:46-47).
43

Berdasarkan pendapat yang dikemukakan di atas, setidaknya terdapat

enam hal manfaat penggunaan teknologi informasi dengan (media Internet),

sebagai alat bantu, tujuan pemanfaatan melalui konsep e-Government

pemerintahan dapat berjalan efektif, dengan teknologi informasi atau Internet,

seluruh proses dan prosedur yang ada di pemerintahan dapat dilalui dengan cepat

dan digunakan dengan tepat.

Menurut Anwar dan Oetojo dalam menerapkan e-Government harus

memiliki komponen utama yang terdiri atas:

1. jaringan komputer atau Internet;


2. pengembangan piranti lunak layanan sistem informasi;
3. sumber daya untuk mengelola dan memelihara sistem e-Government
yang sedang dan telah dibangun
4. komponen dasar pengembangan e-Government antara lain
pengembangan pelayanan publik, memperkaya informasi melalui
website informasi, pengembangan media komunikasi dan akses
masyarakat,
(Anwar dan Oetojo, 2004:127).

Berdasarkan pendapat di atas, untuk menerapkan e-Government,

pemerintah harus memiliki komponen utama seperti komputer atau jaringan

Internet, pengembangan piranti lunak layanan sistem informasi, sumber daya

manusia yang akan mengelola dan memelihara sistem e-Government yang sedang

dan telah dibangun. Komponen dasar pengembangan e-Government antara lain

pengembangan perencanaan pembangunan melalui Internet, layanan-layanan

informasi pemerintahan melalui website informasi pemerintah, dan

pengembangan media komunikasi untuk memudahkan masyarakat berkomunikasi

dengan pemerintah seperti e-mail.


44

Menurut Nico Andrianto pada tataran pelaksanaan, terdapat tiga tingkatan

e-Government yang dicerminkan oleh tampilan situs (website) pemerintah yaitu:

1. publish (booklet) adalah jenis implementasi termudah ini biasanya


berskala kecil dan kebanyakan aplikasinya tidak memerlukan sumber
daya yang terlalu besar dan beragam. Komunikasi yang timbul dalam
tingkatan ini adalah satu arah, di mana pemerintah hanya
mempublikasikan data dan informasi agar dapat diakses secara
langsung oleh masyarakat dan pihak-pihak lainnya yang
berkepentingan. Contoh aplikasi e-Government dalam tingkatan ini
adalah masyarakat dapat membaca dan men-download berbagai
produk Undang-Undang maupun peraturan yang ditetapkan oleh
legislatif, eksekutif maupun yudikatif dan masyarakat dapat
mengetahui pertanggungjawaban keuangan pemerintah
(APBN/APBD) yang telah diaudit oleh BPK-RI melalui laporan
keuangan yang dipublikasikan oleh pemerintah.
2. interact adalah pada tingkatan ini terjadi komunikasi dua arah antara
pemerintah dan masyarakat yang berkepentingan. Terdapat dua
aplikasi yang dapat dipergunakan untuk komunikasi dua arah ini.
Pertama, bentuk portal di mana situs memberikan searching bagi
mereka yang ingin mencari informasi secara spesifik. Kedua,
pemerintah memberikan kanal di mana masyarakat dapat melakukan
diskusi dengan unit-unit tertentu yang berkepentingan, baik secara
langsung (Chatting, teleconference, web tv) maupun tidak langsung (e-
mail, frequent ask questions, newsletter,mailing list). Contoh e-
Government pada tingkatan ini adalah rakyat dapat melakukan diskusi
dengan wakilnya di DPR atau DPRD dengan menggunakan Chatting,
e-mail atau mailing list, dan pelanggan dapat menanyakan besarnya
tagihan air minum atau listrik untuk bulan ini melalui Internet dan sms.
3. transact adalah pada tingkatan ini sudah terjadi perpindahan (transfer)
uang dari satu pihak ke pihak lain sebagai sebuah konsekuensi dan
diberikannya layanan jasa oleh pemerintah. Aplikasi ini lebih rumit
karena mengharuskan adanya sistem keamanan dan perlindungan
privasi pihak-pihak yang bertransaksi. Contoh aplikasi ini adalah
masyarakat dapat mengurus permohonan memperoleh KTP atau SIM
baru atau memperpanjangnya sekaligus membayar biayanya melalui
Internet.
(Andrianto, 2007:47-50)

Berdasarkan pendapat di atas, bahwa terdapat tiga tingkatan yang

dicerminkan oleh tampilan situs (website) pemerintah dalam pelaksanaan e-

Government, pertama publish yaitu di mana pemerintah hanya mempublikasikan

data dan informasi agar dapat diakses secara langsung oleh masyarakat dan pihak-
45

pihak lainnya yang berkepentingan. Kedua, interact yaitu masyarakat dapat

berkomunikasi dengan pemerintah melalui media yang telah disediakan seperti

Chatting, e-mail dan mailing list. Ketiga, transact yaitu tingkatan ini sudah terjadi

perpindahan (transfer) uang dari satu pihak ke pihak lain sebagai sebuah

konsekuensi dan diberikannya layanan jasa oleh pemerintah.

2.5 Pengertian pembangunan pada Badan Perencanaan Pembangunan

Daerah Kabupaten Subang

Untuk mengetahui pengertian pembangunan, maka berikut ini peneliti akan

uraikan terlebih dahulu pengertian pembangunan menurut para sarjana. Siagian

(1994:20) mengemukakan pengertian pembangunan sebagai berikut :

Pembangunan adalah sebagai suatu usaha atau rangkaian usaha pertumbuhan


dan perubahan yang berencana dan dilakukan secara sadar oleh suatu bangsa,
negara dan pemerintah menuju moderenitas dalam rangka pembinaan bangsa.
(Siagian,1994:20)
Sedangkan menurut Ginanjar Kartasasmita (1994:57) memberikan batasan

mengenai pengertian Pembangunan adalah sebagai suatu proses perubahan kearah

yang lebih baik melalui upaya-upaya yang dilakukan secara terencana.

Berdasarkan definisi tersebut, maka peneliti dapat menyimpulkan bahwa yang

dimaksud dengan pembangunan adalah pencapaian. Dengan demikian

pembangunan dari suatu pekerjaan dilihat dari hasil yang telah dicapai apakah

sesuai atau tidak dengan tujuan atau sasaran yang telah ditetapkan.
46

Dari pengertian di atas disimpulkan yang dimaksud dengan pembangunan

adalah suatu kegiatan yang telah dilakukan secara tepat sesuai dengan tujuan yang

telah ditetapkan sebelumnya.

2.6 Hubungan Perencanaan Dengan Pembangunan

Sebagaimana telah peneliti kemukakan sebelumnya bahwa perencanaan

merupakan salah satu fungsi organik administrasi dan manajemen yang mutlak

harus dilaksanakan dalam setiap kegiatan.

Sebagaimana dikemukakan oleh siagian (1996:108) bahwa :

Perencanaan adalah keseluruhan proses pemikiran dan penentuan secara


matang dari pada hal-hal yang akan dikerjakan dimasa yang akan datang
dalam rangka pencapaian tujuan yang telah ditentukan.(Siagian,1996:108)
Berdasarkan definisi di atas, akan perencanaan adalah keputusan untuk waktu

yang akan apa yang akan dilakukan, bila akan dilakukan sekalipun waktu yang

akan datang jarang dapat diperkirakan secara tepat, terutama faktor-faktor diluar

jangkauan, tetapi dengan proses intelektual perencanaan diharapkan dapat

mendekati kebenaran.hal ini berdasarkan atas maksud atau tujuan organisasi.

Dari uraian di atas jelaslah bahwa perencanaan dimaksud untuk memperoleh

sesuatu dalam waktu yang akan datang dan usaha atau cara efektif untuk

pencapaiannya. Oleh karena itu perencanaan adalah suatu keputusan apa yang

akan diharapkan dalm waktu yang akan datang.

Tercapainya suatu tujuan antara lain tergantung pada kelancaran

penyelenggaraan pemerintah dan pelaksanaan pembangunan nasional, yang dalam

hal ini tergantung dari kesempurnaan aparatur Negara, yang berarti juga
47

kesempurnaan pembangunan. Oleh karena itu tujuan tersebut perlu karena

perencanaan dapat terlaksana dengan demikian halnya pembangunan. Tujuan

tersebut perlu disusun dengan baik agar perencanaan tercapai.

Bappeda mempunyai peran yang menentukan, yaitu sebagai pemikir,

pelaksana, perencana dan pengendali pembangunan. Dengan demikian Bappeda

mempunyai peran yang sangat penting dalam memperlancar jalannya roda

pemerintahan dan pelaksanaan pembangunan nasional.

Kedudukan Bappeda sebagaimana dikemukakan di atas bertitik tolak dari

pokok pikiran, bahwa pemerintah tidak hanya menjalankan fungsi umum

pemerintahan tetapi juga harus mampu melaksanakan fungsi pembangunan.

Pengertian di atas pembangunan harus selalu dilaksanakan agar dapat

pemerintahan ini menjadi lebih baik. Oleh karena itu tata kerja, rencana kerja dan

sebagainya harus dibuat secara benar supaya tidak ada kesalahan dalam penilaian.

Anda mungkin juga menyukai