Urban Planning
In Indonesia
Hengki Atmadji
2023
Hengki Atmadji
Tata Kota
(KK-16451)
Pokok Bahasan
Kuliah 1 : Pengertian Perencanaan
1 Kuliah 2 : Pengertian Kota
Kuliah 3 : Pengertian Perencanaan Kota
Kuliah 4 : Data dan Analisis Perencanaan Kota
2 Kuliah 5 : Analisis Penduduk
Kuliah 6 : Produk dan Muatan Rencana Tata Ruang Kota
Kuliah 7 : Perencanaan Penggunaan Lahan
3 Kuliah 8 : Perencanaan Transportasi Kota
Kuliah 9 : Perencanaan Prasarana Perkotaan
Kuliah 10 : Perencanaan Lingkungan dan Kawasan Khusus
4 Kuliah 11 : Peraturan Zonasi
Kuliah 12 : Perancangan Kota
Kuliah 13 : Perencanaan Kota Tematik
5 Kuliah 14 : Peranan Komputer dalam Perencanaan Kota
Tata Kota
(KK-16451)
https://www.vectorstock.com/royalty-free-vector/action-plan-concept-
with-icons-vector-11861920
Four
2 Tujuan Perencanaan 7 Karakter Perencanaan
• Merupakan suatu hasil rangkaian kerja untuk merumuskan sesuatu yang didasari oleh
suatu pola tindakan yang definitive menurut pertimbangan yang sistematis akan membawa
kentungan tetapi dengan anggapan akan ada tindakan selanjutnya yang merupakan
rangkaian kegiatan yang sistematis lainnya
• Merupakan suatu aktivitas universal manusia, suatu keahlian dasar dalam kehidupan yang
berkaitan dengan pertimbangan suatu hasil sebelumnya diadakan pemilihan di antara
berbagai alternative yang ada.
• Adalah interpretasi atau penjabaran gagasan atau ide ke dalam bentuk wujud nyata.
(Hidayat, 2019)
• Perencanaan merupakan kegiatan menetapkaan tujuan serta merumuskan dan
mengatur pendayagunaan manusia, informasi, finansial, metode dan waktu untuk
memaksimalisasikan efisiensi dan efetivitas pencaaian tujuan (Ulbert Silalahi, M.A)
• Perencanaan adalah perhitungan dan penentuan tentang sesuatu yang akan dijalankan
dalam mencapai tujuan tertentu oleh siapa dan bagaimana (Prajudi Atmosudirdjo)
1. Perencanaan adalah jalan atau cara untuk mengantifikasi dan merekam perubahan (a way
to anticipate and offset change).
2. Perencanaan memberikan pengarahan (direction) kepada administrator-administrator
maupun non-administrator.
3. Perencanaan juga dapat menhindari atau setidak-tidaknya memperkecil tumpang-tindih
dan pemborosan (wasteful) pelaksanaan aktivitas-aktivitas.
4. Perencanaan menetapkan tujuan-tujuan dan standar-standar yang akan digunakan untuk
memudahkan pengawasan.
(Tjokroamidjojo, 1994)
Perlunya Perencanaan Pembangunan
3. Untuk memberikan arahan dan koordinasi yang lebih baik pada pelaku
pembangunan
untuk mewujudkan pembanguan yang terpadu, sinergi dan saling
menunjang.
(Sjafrizal, 2007)
4. Pendekatan Perencanaan-1 (Sektor Publik)
1. Pendekatan Politik
Proses penyusunan rencana, pembangunan didasarkan atas penjabaran visi dan misi dan program kepala daerah
yang bersangkutan dan bersifat indikatif.
2. Pendekatan Teknokrat
Perencanaan dilaksanakan dengan menggunakan metode dan kerangka berpikir ilmiah oleh lembaga atau satuan
kerja yang secara fungsional bertugas untuk itu. Melibatkan-mengakomodasi keilmiahan dan perkembangan
teknologi .
3. Pendekatan Partisipatif
Seluruh lapisan masyarakat ikut dalam merencakan proses pembangunan :Partisipasi masyarakat adalah
keikutsertaan untuk mengakomodasi kepentingan mereka dalam proses penyusunan rencana pembangunan.
4. Pendekatan Top - Down
Pendekatan dgn inisiatif dari organisasi/ unit/ lembaga ATAS yg ditindaklanjuti (diterjemahkan) ke BAWAH.Sifat-
sifat :Substansi dr pusat ke daerah ke daerah yang lebih mikro lagi.
5. Pendekatan Bottom - Up
Pendekatan dengan inisiatif dari lembaga/ organisasi Bawah yang ditindaklanjuti –diterjemahkan ke Atas.Sifat-sifat
:Substansi dari daerah mikro ke daerah yang lebih luas (ke pusat).
(Iwan Setiabudi)
Pendekatan Perencanaan-2 (Sektor Privat)
1. Top down approach
Ini adalah kebalikan dari Bottom up approach, yaitu pimpinan organisasi yang terlebih dulu
merumuskan rencana kemudian dipaparkan kepada anggota di bawah kepemimpinannya.
2. Bottom up approach
Pendekatan ini dilakukan dengan cara menyerap data dan informasi dari struktur paling
bawah organisasi kemudian dirumuskan oleh pimpinan menjadi sebuah rencana utuh.
3. Interactive approach
Kondisi interactive approach ini adalah penyusunan rencana yang dilakukan secara
bersamaan oleh pimpinan dan anggota organisasi. Mereka duduk bersama dalam satu forum
untuk membahas secara rinci rumusan rencana yang akan ditetapkan.
4 Dual level approach
Pendekatan ini maksudnya adalah pimpinan dan anggota menyusun rumusan rencana
mereka masing-masing kemudian disatukan menjadi rencana utuh. Pimpinan akan
menyusun rencananya sendiri, begitu juga dengan anggota.
https://www.studimanajemen.com/2012/09/pendekatan-perencanaan.html#:~:text=Pendekatan%20perencanaan%20adalah%20sudut%20pandang,dengan%20aktivitas%20dan%20tujuan%20organisasi.
(Achmad Djunaedi, 2018)
(Achmad Djunaedi, 2018)
5. Ruang Lingkup Dan Jangka Waktu Perencanaan
A. Ruang Lingkup Perencanaan (Sjafrizal, 2007)
1. Perencanaan Makro
2. Perencanaan Sektoral
3. Perencanaan Wilayah (Regional)
4. Perencaanaan Proyek (Kegiatan)
2. Physical Planning;
Menyusun land use, sistem infrastruktur, utilities (banyak dilakukan dalam pemb. kota)
3. Alocative;
Lebih bersifat kordinasi/menghindari konflik untuk efesiensi system , hal ini sering disebut sebagai
regulatory planning
4. Innovatif:
Bukan hanya untuk efisiensi tapi lebih pada improving/pengembangan sistem dan memperkenalkan
pendekatan baru
Catatan:Economic dan physical plan sering overlap, demikian juga allocatif dan innovative, planning Urban dan Regional
Planning mencakup unsur 1, 2, 3, dan 4.
Tahap 2 Tahap 4
Merumuskan Mengembangkan
Keadaan Saat Ini. Rencana/Kegiatan
https://www.prosesindustri.com/2015/01/proses-perencanaan-dalam-manajemen.html
Contoh Dokumen Perencanaan
Tata Kota
(KK-16451)
Tata Kota
(KK-16451)
https://www.google.com/search?q=urban+ecology&tbm=isch&ved=2ahUKEwj
n59vG-ML5AhVti9gFHaZ0AvwQ2-
Kota dapat diartikan sebagai suatu sistem jaringan kehidupan manusia yang ditandai dengan kepadatan yang
tinggi dan diwarnai dengan strata sosial ekonomi yang heterogen dengan coraknya yang materialistis dengan
wilayah belakangnya (Bintarto, 1977)
Kota dapat dicirikan dari penduduknya yang makin bertambah dan makin padat, bangunan-bangunannya yang
semakin rapat dan wilayah terbangun terutama permukiman yang cenderung semakin luas, serta semakin
lengkapnya fasilitas kota yang mendukung kegiatan sosial dan ekonomi kota (Branch, 1995).
Kota adalah suatu permukiman yang bangunan rumahnya rapat, dan penduduknya bernafkah bukan pertanian.
Suatu hal yang khas bagi suatu kota adalah bahwa kota itu umumnya mandiri atau serba lengkap (self contained),
yang berarti penduduk kota bukan hanya bertempat tinggal saja di dalam kota itu, tetapi bekerja mencari nafkah
dan berekreasi pun dilakukan di dalam kota itu. Kota menyediakan segala fasilitas bagi kehidupan baik sosial
maupun ekonomi (Dickinson dalam Jayadinata, 1999).
Kota menurut perspektif sosial (Ferdinand Tönnies, 1887)
- Hubungan antar masyarakat kota bersifat gesellschaft/society/patembayan
- Hubungan antar masyarakat desa bersifat gemeinschaft/community/paguyuban
Ruang Kota menurut persepktif Antropologi Sosial (Hall dalam Suparlan, 2004)
- Fixed feature fungsinya jelas untuk 1 kegunaan
- Semi fixed feature fungsinya lebih dari 1 kegunaan
- Informal batas-batasnya tidak dapat dilihat
Ir. Sutami
Kota adalah suatu daerah yang memiliki koleksi, distribusi, dan produksi (koldip), di berbagai
wilayah yang ada di sekitarnya
Kawasan Perkotaan adalah wilayah yang mempunyai kegiatan utama bukan pertanian dengan
susunan fungsi kawasan sebagai tempat permukiman perkotaan, pemusatan dan distribusi
pelayanan jasa pemerintahan, pelayanan sosial, dan kegiatan ekonomi.
(PP No. 59/2022)
Kota Dibentuk oleh ; 1) elemen fisik dan 2) elemen non fisik. Elemen fisik
tersebut merupakan elemen dasar pembentuk kota.
• Doxiadis : elemen kota terdiri dari ; nature, antropos, society, shells, network
• Kevin Lynch : elemen kota terdiri dari ; path, edge, district, node and
landmark
• Patrick Geddes : elemen kota terdiri dari; place, work, and folk
• Hamid Shirvani : elemen kota terdiri dari : land use, the age and condition of
buildings, traffic and parking, open spaces/green open spaces (GOS),
pedestrian ways, support for activities, signage preservation,
• Kus Hadinoto : elemen kota ; wisma, karya, marga, suka, penyempurna
(Hidayat, 2019)
3. Perkembangan dan Pertumbuhan Kota (1)
(Lewis Mumford)
1. Tahap Eopolis : Perkembangan desa yang teratur menuju arah kehidupan kota.
2. Tahap Polis : Perkembangan kota yang sebagian penduduknya masih berorientasi pada sektor
agraris.
3. Tahap Metropolis : Perkembangan kota yang telah mengarah pada kegiatan industri.
4. Tahap Megapolis : Wilayah perkotaan yang terdiri atas gabungan beberapa kota metropolis.
5. Tahap Tyranopolis : Perkembangan kota yang ditandai dengan kekacauan, kemacetan lalu
lintas, dan tingkat kriminalitas tinggi.
6 Tahap Nekropolis : Suatu kota yang mulai ditinggalkan penduduknya dan menjadi kota mati.
https://docplayer.info/68284524-Geografi-sesi-desa-kota-2-a-pengertian-kota-a-peraturan-menteri-dalam-negeri-ri-no-4-tahun-b-r-bintarto-b.html
Perkembangan dan Pertumbuhan Kota (2)
(Bintarto)
1. Perkembangan Horizontal
Cara perkembangan ini mengarah ke luar. Artinya daerah bertambah, sedangkan ketinggian
dan kuantitas lahan yang terbangun tetap. Perkembangan dengan cara ini ini terjadi di pinggir
kota, karena harga lahan masih lebih murah dan dekat jalan raya yang mengarah ke kota
2. Perkembangan Vertikal
Cara perkembangan ini mengarah ke atas. Artinya, daerah pembangunan dan kuantitas lahan
yang terbangun tetap, sedangkan ketinggian bangunan bertambah. Perkembangan dengan
cara ini sering terjadi di pusat kota dan di pusat-pusat perdagangan yang memiliki nilai
ekonomi. Hal itu dikarenakan harga lahan di daerah tersebut mahal
3. Perkembangan Interstisital
Cara perkembangan ini ke dalam. Artinya, daerah dan ketinggian bangunan rata-rata tetap
sama, sedangkan kuantitas lahan yang terbangun bertambah. Perkembangan dengan cara ini
sering terjadi di pusat kota serta antara pusat dan pinggir kota yang kawasannya sudah
dibatasi dan hanya dapat dipadatkan
https://docplayer.info/68284524-Geografi-sesi-desa-kota-2-a-pengertian-kota-a-peraturan-menteri-dalam-negeri-ri-no-4-tahun-b-r-bintarto-b.html
Perkembangan Kota Jakarta
https://www.researchgate.net/figure/Expansion-of-built-up-areas-in-Jakarta-and-its-
surrounding-areas-Djakapermana-2008_fig2_237757739
http://wikimapia.org/#lang=en&lat=-6.387636&lon=106.925812&z=9&m=o
Fase Perkembangan Kota Depok
1695 Cornelis Chastelein membeli tanah di depok seluas 1.224 hektar untuk kegiatan
pertanian/perkebunan Depok Lama
1871 Pembentukan Pemerintahan Kota (Gemeente) Depok
1873 Pembangunan Jalur KA Jakarta-Bogor oleh Nederlansch Indisch Spoorweg
Maatschappij (NISM) Stasiun Depok
1930 Peresmian Elektrifikasi jalur KA Jakarta-Bogor
1953 Penyerahan Tanah Partikelir Depok ke Pemerintah Indonesia (Kawedanan Depok)
1976 Pemerintah (melalui Perum Perumanas) membangun Depok sebagai Dormitory Town
1982 Pembentukan Kota Administratif Depok di bawah Kabupaten Bogor
1987 Peresmian kampus baru UI
1992 Pelebaran Jalan Margonda sebagai akses utama
1999 Pembentukan Pemerintah Kota Depok
2003 Peresmian Jalan Juanda oleh Menteri Kimpraswil
2019 Peresmian jalan Tol Cijago Seksi II (Cisalak-Margonda) oleh Presiden
2019 Peresmian Jalan Tol Desari Seksi I
2. Teori Sektor (Homer Hoyt, 1939) 4. Teori Konsektoral (Tipe Eropa) (Peter Mann, 1965)
5. Teori Poros (Babcok ,1932) 7. Teori Ketinggian Bangunan (Bergel, 1955)
(Sitorus, 2019)
5. Citra, Identitas dan Morfologi Kota
A. Citra Kota
Citra dan identitas kawasan seakan telah menjadi tolak ukur bagi kualitas suatu lingkungan khususnya menyangkut
cara pandang orang terhadap nilai lingkungan tersebut (Lynch dalam Suryani).
1. Path (jalur) adalah elemen yang paling penting dalam citra kota. Path merupakan rute-rute sirkulasi yang
biasanya digunakan orang untuk melakukan pergerakan
2. Edge (tepian) adalah elemen linear yang tidak dipakai/dilihat sebagai Path. Edge berada pada batas antara
dua kawasan tertentu dan berfungsi sebagai pemutus linear, misalnya pantai, tembok, batasan antara lintasan
kereta api, sungai, dan topografi.
3. Node (simpul) merupakan simpul atau lingkaran daerah strategis dimana arah atau aktivitasnya saling
bertemu dan dapat diubah ke arah atau aktivitas yang lain, misalnya persimpangan lalu lintas, stasiun, lapangan
terbang, pasar, taman, Square dan sebagainya.
4.District (kawasan) merupakan kawasan-kawasan kota dalam skala dua dimensi. Sebuah kawasan / District
memiliki ciri khas yang mirip (baik dalam hal bentuk, pola, dan wujudnya), dan khas pula dalam batasnya
5.Landmark (tetenger) merupakan lambang dan simbol untuk menunjukkan suatu bagian kota, biasanya
dapat berupa bangunan gapura batas kota (yang menunjukkan letak batas bagian kota), atau tugu kota.
http://eprints.itenas.ac.id/1425/5/05%20Bab%202%20242016063.pdf
Contoh foto Ilustrasi Citra Kota
Path : seluruh jalur transportasi Edge : jalan sebagai pembatas 2 district yang berbeda
Node : Simpul transportasi (Stasiun Gambir) District : kawasan dengan fungsi yang sama
https://kabar24.bisnis.com/read/20180614/15/806510/
https://investor.id/national/144213/jembatan-ampera-dan-musi-jadi-agenda-utama berita-foto-menikmati-kemegahan-masjid-raya-baiturrahman
C. Morfologi Kota
Morfologi kota/perkotaan adalah 'studi bentuk perkotaan' dan memiliki kehadiran abadi
dalam geografi manusia, serta disiplin serumpun lainnya (https://www.sciencedirect.com/topics/earth-
and-planetary-sciences/urban-morphology)
morfologi adalah ilmu yang mempelajari bagaimana setiap elemen satuan membangun sebuah
kota, bagaimana sebuah individual project berkontribusi pada collective project (Loeckx dan
Vermeulen dalam Syafi’I, 2020)
https://www.researchgate.net/figure/A-few-examples-of-common-patterns-of-urban-form-t
hat-have-been-identified-and-documented_fig2_330191703 http://wikimapia.org/#lang=en&lat=-6.383211&lon=106.812236&z=17&m=o
6. Permasalahan di Kota & Kawasan Perkotaan
1. Kemiskinan 3. Perkembangan tidak terkendali 5. Urbanisasi
1. Redevelopment adalah upaya penataan kembali suatu kawasan kota dengan terlebih dahulu melakukan
pembongkaran sarana dan prasarana pada sebagian atau seluruh kawasan tersebut yang telah dinyatakan tidak
dapat dipertahankan lagi kehadirannya
2. Gentrifikasi merupakan upaya peningkatan vitalitas suatu kawasan kota melalui upaya peningkatan kualitas
bangunan atau lingkungannya tanpa menimbulkan perubahan berarti terhadap struktur fisik kawasan tersebut.
3. Rehabilitasi merupakan upaya untuk mengembalikan kondisi suatu bangunan atau unsure-unsur kawasan
kota yang telah mengalami kerusakan, kemunduran atau degradasi, sehingga dapat berfungsi kembali
sebagaimana mestinya.
4. Preservasi merupakan upaya untuk memelihara dan melestarikan lingkungan pada kondisinya yang ada dan
mencegah terjadinya proses kerusakannya.
5. Konservasi merupakan upaya untuk melestarikan, melindungi serta memanfaatkan sumber daya suatu
tempat, seperti kawasan dengan kehidupan budaya dan tradisi yang mempunyai arti, kawasan dengan
kepadatan penduduk yang ideal, cagar budaya, hutan lindung dan sebagainya.
6. Resettlement adalah proses pemindahan penduduk dari lokasi pemukiman yang sudah tidak sesuai
dengan peruntukannya ke lokasi baru yang sudah disiapkan sesuai dengan rencana permukiman kota.
http://library.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2013-2-00737-AR%20Bab2001.pdf
8. Tantangan Kota Masa Depan
(SDGs)
1 5
Sejarah dan kecenderungan Rencana Tata Ruang Wilayah
perencanaan kota Kota (RTRW)
Mesjid
Pasar
Kotagede
Penjara
Alun-alun
Pemerintahan
Kabupaten
Bandung 1924
https://jejakkolonial.blogspot.com/2017/06/secuil-eropa-di-kota-lama-semarang.html https://peta-kota.blogspot.com/2011/05/peta-kota-palangkaraya.html
Rencana Induk DCI Djakarta 1965-1985 Bumi Serpong Damai (Kab. Tangerang) 1989
Rencana Tata Ruang DKI Jakarta 2012 Kotabaru Parahyangan (Kab. Bandung Barat) 2002
https://www.researchgate.net/figure/Land-Use-and-Development-Phase-Source-Townland-Final-Report
2. Lingkup Perencanaan Kota
Terminologi yang sering digunakan untuk menjelaskan aktivitas perencanaan kota/perkotaan
sangatlah beragam: perencanaan tata ruang (spatial planning), perencanaan tata guna lahan
(land use planning), perencanaan fisik (physical planning). Namun intinya adalah menyangkut
ruang, sesuatu ada dimana, secara statis atau dinamis, melindungi kawasan dan tapak
tertentu, keterkaitan antara aktivitas-aktivitas yang berbeda dan jaringan dalam suatu
kawasan; serta interseksi dan simpul secara nyata yang secara fisik berlokasi bersama-sama
dalam suatu kawasan (UN-Habitat, 2009)
Sesungguhnya, perencanaan perkotaan menyangkut perencanaan lingkungan binaan (built
environment), lebih dari sekedar tatanan fisik yang merupakan bagian dari lingkungan binaan
tersebut. Ditinjau dari lingkupnya, secara rinci perencanaan perkotaan mencakup antara lain
perencanaan tata guna lahan, transportasi, sarana-prasarana, pengembangan ekonomi,
sosial, dan lingkungan (Kustiwan)
Perencanaan kota : Penyiapan dan antisipasi kondisi kota pada masa yang akan datang dengan
titik berat pada aspek spasial dan tata guna lahan yang dimaksudkan untuk mewujudkan
peningkatan kualitas lingkungan kehidupan dan penghidupan masyarakat kota mencapai
kesejahteraan (Kustiwan)
3. Tujuan Perencanaan Kota
Penyusunan rencana kota, yang
dimaksudkan untuk mewujudkan
peningkatan kualitas lingkungan kehidupan
dan penghidupan masyarakat kota dalam
mencapai kesejahteraan. Secara lebih rinci
tujuan perencanaan kota antara lain adalah:
1. Penyediaan fasilitas umum yang
memadai;
2. Penyediaan utilitas;
3. Penyediaan perumahan (lokasi,
distribusi, estetika); serta
4. Pengembangan sistem transportasi
kota.
(Hidayat, 2019)
Beberapa faktor yang perlu dipertimbangkan dalam
perencanaan kota antara lain :
1. Merencanakan dari kondisi yang sudah ada (eksist) dengan berbagai kegiatan yang
kompleks.
2. Jumlah penduduk yang dinamis dengan kepadatannya ( inmigrasi,outmigrasi, mortal dan
natalitas)
3. Perkembangan Teknologi (smart dan IT, Light cities ), green cities, vertical building,
compact cities
4. Lahan dibutuhkan terbatas dan mahal.
5. Potensi dan karakteristik kegiatannya: non pertanian. Seperti Industri, perdagangan,
perbankan, jasa, pariwisata, dsb
6. Tatanan budaya–sosial masyarakatnya lebih dinamis, “mungkin individualsme”, sensitives
terhadap tekologi dan informasi luar
7. Sangat tergantung moda transportasi yang motorik, engine, listrik, yang relatif mahal
8. Tingkat polutan yang tinggi dan di Indonesia ada yang berada pada jalur “patahan/sesar“
(Djakapermana, 2019)
4. Hirarkhi Perencanaan Kota
Nama Cakupan Wilayah Perencanaan Skala
PPK Margonda
PPK Bojongsari
PPK Tapos
PPK Citayam
Perda No 9/2022
Rencana Pola Ruang Wilayah Kota Depok
Proses Penyusunan RTRW Kota
4. Perumusan
2. Pengumpulan Konsepsi
Data Rencana
Penyusunan
Pengolahan
Rancangan
Persiapan Data dan
Peraturan
Informasi
RDTR
1 2 3 4 5
Pengumpulan Penyusunan
Data dan Konsepsi
Infrmasi RDTR
https://fdokumen.com/document/pengembangan-kawasan-tod-dalam- https://fakta.news/berita/masterplan-selesai-kawasan-ktt-dukuh-atas-siap-digarap
panduan-rancang-kota-kawasan-berorientasi-transit.html?page=19
https://fdokumen.com/document/pengembangan-kawasan-tod-dalam-panduan-rancang-kota-
https://rumahpengetahuan.web.id/tod-diawali-di-dukuh-atas/ kawasan-berorientasi-transit.html?page=21
Proses Penyusunan Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan
1 3 5
2 4
01 02 03
Input Proses Output
To get your company’s name To get your company’s name To get your company’s name
out there, you need to make out there, you need to make out there, you need to make
sure you promote that’s why sure you promote that’s why sure you promote that’s why
we provide. we provide. we provide.
Tahapan Penyusunan Rencana Kota
Marketing is the study and management of exchange relationships. Marketing is the business process of creating relationships with and satisfying customers.
To get your company’s name out To get your company’s name out To get your company’s name out
there, you need to make sure. there, you need to make sure. there, you need to make sure.
2. Data untuk Perencanaan Tata Ruang
A.Pengertian Data : Data adalah sekumpulan keterangan ataupun fakta yang dibuat dengan
kata-kata, kalimat, simbol, angka, dan lainnya. Data disini didapatkan melalui sebuah proses
pencarian dan juga pengamatan yang tepat berdasarkan sumber-sumber tertentu.
(Sumber : https://www.gramedia.com/literasi/pengertian-data/)
C. Menurut Perolehan
1. Data Sekunder : Data yang didapat melalui survey sekunder di instansi pemerintah
dan/atau pemerintah daerah (pemda), instansi swasta dan lainnya
2. Data Primer : Data yang didapat melalui survey primer di lokasi/lapangan
D. Menurut Wujudnya :
1. Data Hard copy : Data yang berbentuk fisik
2. Data Soft copy : Data yang berbentuk digital
E. Menurut penggolongannya
1. Data Kuantitatif : data terukur
2. Data Kualitatif : data tidak terukur
F. Menurut bentuknya
1. Data Deskriptif : Data dalam bentuk kalimat penjelasan
2. Data Tabular : Data dalam bentuk tabel
3. Data Grafis : Data dalam bentuk gambar
Pengertian Analisis adalah suatu aktivitas yang terdiri dari serangkaian kegiatan seperti,
mengurai, membedakan, memilah sesuatu untuk dapat dikelompokkan kembali menurut
kriteria tertentu dan kemudian dicari kaitannya lalu ditafsirkan maknanya (Wiradi dalam
https://sarjanaekonomi.co.id/jenis-jenis-analisis/)
Jenis Analisis
1. Analisis Deskriptif : bertujuan untuk memberikan deskripsi atau gambaran
mengenai subjek penelitian berdasarkan data variabel
yang diperoleh dari kelompok subjek tertentu.
1. Analisis Diagnosis : bertujuan untuk mencari tahu akar masalah dan latar belakang dari
suatu kondisi.
2. Analisis Prediktif : bertujuan memprediksi tren di masa datang
3. Analisis Spatial : bertujuan meneliti dan juga mengeksplorasi dari dari sudut pandang
keruangan
3. Data dan Analisis Rencana Tata Ruang Wilayah Kota
A. Data Primer
1) Data dan informasi dari aspirasi masyarakat, termasuk pelaku usaha dan
komunitas adat yang didapat melalui metode penyebaran angket, forum
diskusi publik, wawancara orang per orang, kotak aduan, dan lainnya;
serta
2) Data dan informasi terkait kondisi fisik dan sosial ekonomi wilayah kota,
jenis guna lahan/bangunan, intensitas ruang, maupun infrastruktur
perkotaan yang didapat melalui metode observasi lapangan.
0.00676603
0.04995368
I
1
1
C
0.2
0.2
K Q
0.278 0.000376
0.278 0.002777
Contoh Analisis
Ruang Terbuka Hijau (RTH) Taman Kota 0.00021992 1 0.2 0.278 1.22E-05
Taman Kecamatan 0.00048157 1 0.2 0.278 2.68E-05
3 Taman Kelurahan 0.00244264 1 0.2 0.278 0.000136
Taman RT 2.5296E-05 1 0.2 0.278 1.41E-06
Pemakaman 0.00152979 1 0.2 0.278 8.51E-05
Total Kawasan Lindung 0.06141893 1 0.278 0.003415
B Kawasan Budidaya
1 Badan Jalan (BJ) Badan Jalan 0.01381897 1 0.7 0.278 0.002689
2 Kawasan Peruntukan Industri (KPI) Kawasan Peruntukan Industri 0.09154841 1 0.8 0.278 0.02036
3 Pariwisata (W) Pariwisata 0.00031446 1 0.5 0.278 4.37E-05
4 Perkantoran (KT) Perkantoran 0.00137052 1 0.7 0.278 0.000267
5 Zona Pertambangan (PP) Pertambangan Mineral Bukan Logam 0.01355052 1 0 0.278 0
Perumahan (R) Perumahan Kepadatan Rendah 0.19970744 1 0.3 0.278 0.016656
6 Perumahan Kepadatan Sedang 0.10184209 1 0.6 0.278 0.016987
Perdagangan dan Jasa (K) Perdagangan dan Jasa Skala Kota 0.00779866 1 0.7 0.278 0.001518
8 Perdagangan dan Jasa Skala SWP 0.00137032 1 0.7 0.278 0.000267
9 Pertanian (P) Tanaman Pangan 0.49305077 1 0.1 0.278 0.013707
Sarana Prasarana Umum (SPU) SPU Skala Kota 0.00555576 1 0.4 0.278 0.000618
SPU Skala Kecamatan 0.00097201 1 0.4 0.278 0.000108
SPU Skala Kelurahan 0.00280896 1 0.4 0.278 0.000312
10 SPU Skala RW 0.00037326 1 0.4 0.278 4.15E-05
11 Pertahanan dan Keamanan (HK) Pertahanan dan Keamanan 0.00011512 1 0.7 0.278 2.24E-05
12 Peruntukan Lainnya (P) Pergudangan 0.00029054 1 0.7 0.278 5.65E-05
Campuran Intensitas Campuran Intensitas
13 Menengah/Sedang '(C) Menengah/Sedang 0.00409325 1 0.5 0.278 0.000569
Total Kawasan Budidaya 0.93858107 0.074222
Total Luas Rencana Pola Ruang 1.00 0.077636
A. Kebutuhan Data Penyusunan Rencana Detal Tata Ruang dan Peraturan Zonasi
1. Data Primer :
a. Aspirasi Masyarakat
b. Kondisi pemanfaatan ruang
c. Kondisi sosial ekonomi budaya masyarakat
2. Data Sekunder :
a. data wilayah administrasi j. data peruntukan ruang RTRW
b. data Kependudukan k. data informasi perizinan pemanfaatan ruang eksisting
b. data bidang pertanahan l. data persetujuan dan rekomendasi KKPR
c. data informasi kebencanaan m. data ketersediaan prasarna dan sarana
d. data kebijakan pembangunan daerah n. data peluang ekonomi
e. data fisiografis o. data kemampuan keunagan pembangunan daerah
f. data kondisi fisik tanah p. data kelembagaan pembangunan daerah
g. data sosial budaya q. data RDTR yang bersebelahan
h. data penggunaan lahan eksisting r. data kawasan dan bangunan
i. data penatagunaan lahan s. data isu pembangunan yang berkelanjutan
(Permen ATR BPN No. 11/2021)
Data Khusus Penyusunan Peraturan Zonasi :
a. Jenis penggunaan lahan yang ada
b. Jenis kegiatan pemanfaatan ruang
c. Jenis dan intensitas kegiatan yang ada
d. Identifikasi masalah kegiatan dan kondisi fisik
e. Kajian dampak kegiatan terhadap zona
f. Standar teknis dan administratif
3. Peta-peta :
a. Peta dasar dan peta tematik
b. Peta Wilayah Sungai (WS) dan Daerah Aliran Sungai (DAS)
c. Peta klimatologis
d. Peta kawasan rawan bencana
e. Peta kawasan obyek vital nasional (optional)
f. Peta lokasi industri dan klaster industri (optional)
g. Peta sebaran lahan gambut (optional)
h. Peta kawasan hutan (optional)
i. Peta kawasan pertanian (optional)
j. Peta destinasi wisata (optional)
k. Peta lokasi bangunan bersejarah (optional)
l. Peta terpapar dampak perubahan iklim (optional)
(Permen ATR No. 11/2021)
B. Analisis Penyusunan Rencana Detail Tata Ruang dan Peraturan Zonasi
1) analisis struktur internal WP;
2) analisis sistem penggunaan lahan (land use);
3) analisis kedudukan dan peran WP dalam wilayah yang lebih luas;
4) analisis sumber daya alam dan fisik atau lingkungan WP;
5) analisis sosial budaya;
6) analisis kependudukan;
7) analisis ekonomi dan sektor unggulan;
8) analisis transportasi (pergerakan);
9) analisis sumber daya buatan;
10) analisis kondisi lingkungan binaan;
11) analisis kelembagaan;
12) analisis karakteristik peruntukan zona;
13) analisis jenis dan karakteristik kegiatan
14) analisis kesesuaian kegiatan terhadap peruntukan/zona/sub zona;
15) analisis dampak kegiatan terhadap jenis peruntukan/zona/sub zona;
16) analisis pertumbuhan dan pertambahan penduduk pada suatu zona;
17) analisis gap antara kualitas peruntukan/zona/sub zona yang diharapkan dengan kondisi yang terjadi di lapangan;
18) analisis karakteristik spesifik lokasi;
19) analisis ketentuan dan standar setiap sektor terkait; dan
20) analisis kewenangan dalam perencanaan, pemanfaatan ruang, dan pengendalian pemanfaatan ruang.
Permen PU No 6/2007)
Terima Kasih
Tata Kota
(KK-16451)
Tata Kota
https://commons.wikimedia.org/wiki/File:Group_people_icon.jpg (KK-16451)
Tema-2 Proses Perencanaan Kota
Kuliah-5 Analisis Kependudukan
Ir. Hengki Atmadji, M.PWK, IAP
Outline
Marketing is the study and management of exchange relationships. Marketing is the business process of creating relationships with and satisfying customers.
https://www.siarandepok.com/baca/20190219/ https://megapolitan.kompas.com/read/
https://m.medcom.id/nasional/metro/zNAv6p6b https://sekolah.data.kemdikbud.go.id/index.php/
ruang-terbuka-hijau-di-kota-depok-meningkat.html
chome/profil/C7083D1D-45F1-4C4F-9D27-FABE4E22999D 2022/05/23/15232371/sampah-di-tpa-cipayung-depok-
-pembangunan-jalan-tol-cijago-dilanjutkan melebihi-kapasitas-kini-capai-25-juta-kubik?page=all
4. Analisis Demografi dalam Perencanaan Kota
Jenis Analisis Demografi terkait perencanaan kota
1. Distribusi penduduk
2. Kepadatan penduduk
3. Struktur penduduk
4. Pertumbuhan penduduk
5. Proyeksi penduduk
A. Distribusi Penduduk
• Merupakan persebaran penduduk secara keruangan berdasarkan karakteristik tertentu.
• Distribusi penduduk terdiri dari :
Distribusi geografis distribusi penduduk per benua, distribusi penduduk per pulau,
Distribusi administrasi distribusi penduduk per kelurahan, distribusi penduduk
per kecamatan, distribusi penduduk per kabupaten/kota, distribusi
penduduk per provinsi (LDFEUI dalam Handayani dan Waskitaningsih, 2019)
𝑃𝑖
% Penduduk = × 100
𝑃
Keterangan :
Pi = Jumlah penduduk wilayah i
P = Total penduduk
Analisis distribusi penduduk berkaitan dengan pemenuhan sarana perkotaan
(SNI 03-1733-2004)
B. Kepadatan Penduduk
• Menunjukkan rata-rata jumlah penduduk tiap satuan luas wilayah tertentu.
• Suatu wilayah dengan kepadatan penduduk yang tinggi biasa disebut dengan kota.
• Kepadatan penduduk umumnya dinyatakan dalam jiwa/km2 (Handayani dan Waskitaningsih, 2019)
No. Kecamatan Kepadatan
(Jiwa/Km2)
1 Sawangan 6.324
2 Bojongsari 6.927
3 Pancoran Mas 15.650
4 Cipayung 14.974
5 Sukmajaya 17.947
6 Cilodong 10.350
7 Cimanggis 15.030
8 Tapos 8.713
9 Beji 15.273
10 Limo 9.957
11 Cinere 13.653
12 Kota Depok 11.635
(BPS Kota Depok 2022)
Analisis kepadatan penduduk berkaitan dengan
pengendalian intensitas pemanfaataan ruang dan pembangunan kota
Pengembangan zona perumahan (R1-R2)
Pusat Pelayanan Kota (PPK) di sekitar pusat kegiatan diarahkan
dengan tingkat kepadatan penduduk
tinggi pembangunan perumahan
vertikal (apartemen/rusun)
PPK Margonda
PPK Bojongsari
PPK Tapos
1 2
Rencana tata ruang wilayah kota paling sedikit Rencana tata ruang wilayah kota memperhatikan:
mengacu pada: a. rencana pembangunan jangka panjang daerah provinsi;
a. Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional; b. rencana pembangunan jangka menengah daerah provinsi;
b. RTR pulau/kepulauan; c. rencana pembangunan jangka panjang daerah kota;
c. RTR KSN; dan d. rencana pembangunan jangka menengah daerah kota;
d. rencana tata ruang wilayah provinsi. e. perkembangan permasalahan regional dan global serta hasil
pengkajian implikasi penataan ruang kota;
(PP No. 21/2021)
f. upaya pemerataan pembangunan dan pertumbuhan serta
stabilitas ekonomi;
g. keselarasan aspirasi pembangunan nasional dan pembangunan
3 daerah;
h. daya dukung dan daya tampung lingkungan hidup;
Mengacu pada hasil Analisis : i. kondisi dan potensi sosial Masyarakat;
1. kondisi eksisting j. neraca penatagunaan tanah dan neraca penatagunaan sumber
2. kebutuhan pengembangan daya air;
k. pemanfaatan nrang darat, ruang laut, dan ruang udara, termasuk
(Permen ATR No. 11/2021)
ruang di dalam bumi; dan
1. kebijakan pembangunan nasional yang bersifat strategis.
(PP No. 21/2021)
Contoh RTRW Kota Semarang (Perda No. 14/2011)
A. Tujuan Kebijakan dan Strategi Penataan Ruang
Tujuan penataan ruang adalah terwujudnya Kota Semarang sebagai pusat perdagangan dan jasa berskala
internasional yang aman, nyaman, produktif, dan berkelanjutan
Strategi pemantapan pusat pelayanan kegiatan yang memperkuat kegiatan perdagangan dan jasa
berskala internasional sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a meliputi :
a. menetapkan hirarki sistem pusat pelayanan secara berjenjang;
b. mengembangkan pelayanan pelabuhan laut dan bandar udara sebagai pintu gerbang nasional;
c. mengembangkan pusat perdagangan modern dan tradisional berskala internasional;
B. Rencana Struktur Ruang
Rencana pengembangan sistem pusat pelayanan : Hirarkhi pusat pelayanan
a. rencana pembagian wilayah kota (BWK); dan • Pusat Pelayanan Kota
• Sub Pusat Pelayanan kota
b. rencana penetapan pusat pelayanan.
• Pusat Lingkungan
Rencana pengembangan sistem jaringan meliputi :
a. rencana pengembangan sistem jaringan Transportasi darat, laut, udara
transportasi;
b. rencana pengembangan sistem jaringan energi; Energi listrik, BBM dan gas
c. rencana pengembangan sistem jaringan
telekomunikasi; Telekomunikasi jaringan kabel, nirkabel
d. rencana pengembangan sistem jaringan prasarana
SDA air baku, penyediaan air bersih, rob. banjir
sumber daya air;
e. rencana pengembangan pengembangan sistem
Infrastruktur sampah, air limbah, drainase, jalur pejalan
infrastruktur perkotaan; dan
kaki, jalur dan tempat evakuasi bencana
f. rencana pengembangan sistem prasarana dan
sarana perkotaan lainnya. Prasarana lain jalan sepeda, sistem angkutan umum
kegiatan sektor informal
(Perda No 14/2011)
RENCANA STUKTUR RUANG
C. Rencana Pola Ruang
Kawasan lindung meliputi: Kawasan budidaya meliputi :
a. kawasan yang memberikan perlindungan terhadap a. kawasan hutan produksi;
kawasan bawahannya; b. kawasan perumahan;
b. kawasan perlindungan setempat; c. kawasan perdagangan dan jasa;
c. ruang terbuka hijau; d. kawasan perkantoran;
d. kawasan suaka alam, pelestarian alam, dan cagar e. kawasan pendidikan;
budaya; dan f. kawasan industri;
e. kawasan rawan bencana alam. g. kawasan olah raga;
h. kawasan wisata;
i. kawasan transportasi;
j. kawasan pertahanan dan keamanan;
k. kawasan peruntukan pertanian;
l. kawasan peruntukan perikanan;
m. kawasan peruntukan pertambangan;
n. kawasan pelayanan umum; dan
o. kawasan ruang terbuka non hijau.
https://gistaru.atrbpn.go.id/rdtrinteraktif/
(Pebup No. 46/2021)
Peraturan Zonasi Kawasan Perkotaan Purbalingga
Zona Perdagangan dan Jasa
Contoh Perhitungan :
Bangunan berlantai 2 dengan luas
- Lantai 1 = 60 m2
- Lantai 2 = 60 m2
Berdiri di atas sebidang lahan dengan luas 100 m2
60 + 60
Sumber : kuliahdesain.com KLB = = 1,2
100
Koefisien Dasar Hijau (KDH)
KDH adalah angka prosentase perbandingan antara luas seluruh ruang terbuka di luar
bangunan gedung yang diperuntukkan bagi pertamanan/penghijauan dengan luas
persil/kavling (Permen ATR/BPN Nomor 11 Tahun 2021).
Contoh Perhitungan :
Kavling Luas kavling : 100 m2
Luas daerah hijau/taman : 10 m2
Permukaan tanah
Sumber : https://www.pngegg.com/id/png-nxgql
Garis Sempadan Bangunan (GSB)
GSB adalah jarak minimum antara garis pagar terhadap dinding bangunan terdepan. GSB
ditetapkan dengan mempertimbangkan keselamatan, resiko kebakaran, kesehatan,
kenyamanan, dan estetika (Permen ATR No. 11/2021)
Jarak Bebas Antar Bangunan (JBAB)
Jarak bebas antar bangunan (JBAB) minimal yang harus memenuhi ketentuan tentang jarak bebas yang ditentukan oleh jenis
peruntukan dan ketinggian bangunan (Permen ATR/BPN Nomor 11 Tahun 2021).
Bangunan Komersial
JBAB JBAB
Jarak Bebas Samping (JBS)
Jarak Bebas Samping (JBS) merupakan jarak minimum antara batas petak samping terhadap
dinding bangunan terdekat (Permen ATR/BPN Nomor 11 Tahun 2021).
Jalan
Batas Kavling
JBS
Jalan
Batas Kavling
JBB
https://www.pngwing.com/id/free-png-cnwlo
3. Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan
A. Materi Pokok Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan
a. Program Bangunan dan Lingkungan analisis kawasan dan wilaah perencanaan, analisis
analisispengembangan pembangunan berbasis
masyarakat, konsep dasar perancanagan RTBL
b. Rencana Umum dan Panduan Rancangan struktur peruntukan ruang, intensitas
pemanfaatan lahan, tata bangunan,
sistem sirkulasi dan jalur penghubung,
sistem ruang terbuka dan tata hijau,
sistem prasarana dan utilitas lingkungan
ketentuan dasar implementasi rancangan,
prinsip pengembangan rancangan
c. Rencana Investasi skenario strategi rencana investasi, pole kerjasama operasional investasi
d. Ketentuan Pengendalian Rencana strategi pengendalian rencana, arahan pengendalian
rencana
e. Pedoman Pengendalian Pelaksanaan pengendalian pelaksaan, pengelolaan kawasan
(Permen PU No. 6/PRT/M/2007)
B. Contoh RTBL Kawasan Perdagangan dan Jasa Kota Salatiga
Peruntukan Lahan Makro Peruntukan Lahan Mikro
Perpetakan
Rencana Tapak Rencana Aksesibilitas dan Sistem Parkir
Ruang Terbuka Hijau
Tata Bangunan
Area City Walk
adalah permukaan bumi atau lapisan bumi yang paling atas atau terluar, dan merupakan
benda alam yang mempunyai sifat fisik, kimia, dan biologi tertentu serta berdimensi tiga
seperti ruang yang mempunyai dimensi panjang, lebar, dan kedalaman atau tinggi (KBBI, 2008)
merupakan keseluruhan kemampuan muka daratan beserta segala gejala di bawah
permukaannya yang bersangkut paut dengan pemanfaatannya bagi manusia (Aristian, 2018)
Penggunaan lahan pada hakehatnya merupakan perwujudan keseluruhan kehidupan
masyarakat dalam ruang” (Bintarto dalam Rusmawn, 2007)
Penggunaan lahan (land use) adalah modifikasi lahan yang dilakukan oleh manusia
terhadap lingkungan hidup menjadi lingkungan terbangun seperti lapangan, pertanian, dan
permukiman (FAO dalam Sitawati)
Penggunaan lahan adalah segala campur tangan manusia, baik secara permanen maupun
secara siklus terhadap suatu kelompok sumberdaya alam dan sumber daya buatan secara
keseluruhan disebut lahan, dengan tujuan untuk mencukupi kebutuhan-kebutuhannya baik
secara kebendaan maupun spiritual ataupun dua-duanya (Malingreau dalam Kusumaningrat
dkk, 2017)).
Penggunaan lahan yaitu ikut sertanya kegiatan manusia terhadap lahan baik permanen
atau tidak dapat berubah dan daur,yang tujuannya adalah memenuhi kebutuhan manusia
(Hatia dan Wilis, 2020)
Nilai Ekonomi Lahan
1. Ruang, sebagai ruangan atau permukaan dimana kehidupan berlangsung
2. Alam, Dalam hal ini keadaannya ditentukan oleh aksesnya ke sinar matahari, hujan, angin,
perubahan iklim, dan berbeda kondisi evaporasi, tanah dan topografi.
3. Faktor Produksi, dalam hal ini lahan bersama-sama dengan tenaga kerja, modal dan
pengelolaan sebagai faktor produksi
4. Barang konsumsi, sebagai barang konsumsi lahan mempunyai nilai (value),
5. Situasi, meliputi lokasi dalam kaitannya dengan pasar, kenampakan geografi
(geographic features), sumberdaya lain dan negara lainnya
6. Milik, meliputi real estate dan mempunyai konotasi legal.
7. Modal, rata-rata investor melihat lahan sebagai sumberdaya yang harus dibeli atau disewa
seperti barang modal lainnya
(Sitorus, 2019)
Pendekatan Manajemen Lahan Perkotaan
Salah satu pendekatan dalam manajemen tata guna lahan perkotaan adalah pendekatan
ekonomi atau economic base approach.
(Hidayat, 2019)
(Sitorus, 2019)
(Sitorus, 2019)
2. Tipe Penggunaan Lahan Kota/Perkotaan
(Hidayat, 2019)
Manfaat perencanaan penggunaan lahan
• Perkembangan ekonomi menjadi semakin positif
• Pemerataan fungsi lahan yang benar,
• Menjaga sumber daya alam agar tidak rusak
• Mengatur struktur kota yang tertata dengan baik untuk mengurangi terjadinya
kemacetan.
• Dapat mengurangi dampak negatif terjadinya bencana alam di suatu wilayah.
https://prospeku.com/artikel/tata-guna-lahan
4. Prinsip perencanaan penggunaan lahan (1)
1. bertujuan untuk keseimbangan sosial, ekonomi dan lingkungan yang berkelanjutan
kebutuhan;
2. menghasilkan rencana penggunaan lahan yang mengikat secara hukum
3. diintegrasikan ke dalam lembaga negara yang memiliki mandat resmi untuk perencanaan lintas sektor.
4. adalah dialog.
5. adalah proses yang mencakup semua.
6. didasarkan pada diferensiasi pemangku kepentingan dan sensitivitas gender.
7. mendorong keterlibatan masyarakat.
8. realistis dan berorientasi pada kondisi lokal.
9. didasarkan pada metodologi “ringan”
10. dalam hal metodologi dan konten berbeda
11. mempertimbangkan dan menghargai pengetahuan lokal.
12. mempertimbangkan strategi tradisional untuk memecahkan masalah dan konflik.
13. mengikuti ide subsidiaritas
14. mengintegrasikan aspek bottom-up dengan aspek top-down (“vertikal integrasi").
15. didasarkan pada kerjasama antar disiplin dan membutuhkan sector koordinasi ("integrasi horizontal").
16. adalah proses yang mengarah pada peningkatan kapasitas pemangku kepentingan.
17. membutuhkan transparansi.
18. berorientasi pada masa depan (“visioner”).
19. adalah proses berulang.
20. berorientasi pada implementasi.
21. terkait dengan perencanaan keuangan.
22. Berkaitan dengan ruang dan tempat (“orientasi spasial”).
(GTZ, 2011)
Prinsip perencanaan penggunaan lahan (2)
(1) kesesuaian lahan atau kemampuan lahan untuk mengetahui potensi penggunaan untuk
penggunaan yang sedang direncanakan;
(2) ketersediaan lahan atau aspek legalitas/hukum untuk mengetahui ketersediaan lahan
untuk penggunaan yang sedang direncanakan (Sitorus, 2016)
(3) Melibatkan seluruh pemangku kepentingan, dan mempromosikan keterlibatan
masyarakat (GTZ, 1999)
(4) Model perencanaan kombinasi top down dan bottom up
(5) Multidisiplin, dan membutuhkan koordinasi lintas sektoral
(6) Transparan
(7) Berorientasi ke masa depan/visioner
(8) Implementasi rencana
https://ilmugeografi.com/geografi-teknik/tata-guna-lahan
5. Faktor yang mempengaruhi perencanaan penggunaan lahan
faktor-faktor yang mempengaruhi perubahan lahan adalah
• topografi,
• penduduk,
• nilai lahan,
• aksesibilitas,
• sarana dan prasarana
• serta daya dukung lingkungan (Chapin dalam Sari dan Dewanti, 2018)
Faktor yang mempengaruhi perubahan penggunaan lahan dipengaruhi oleh empat faktor,
yakni :
• Adanya konsentrasi penduduk dengan segala aktivitasnya,
• Aksesibilitas terhadap pusat kegiatan dan pusat kota,
• jaringan jalan dan sarana transportasi, dan
• orbitasi (Cullingworth dalam Sari dan Dewanti, 2018)
6. Tahapan perencanaan penggunaan lahan
1. Persiapan 1. Survey pendahuluan atas data-data yang
2. Pengumpulan data dan analisis meliputi :
3. Perumusan rencana a. studi pustaka
4. Negisasi dan pengambilan keputusan b. survey lapangan
5. Implementasi c. pekerjaan studio (memadukan peta
6. Monitoring dan updating dasar dan peta tematik untuk digunakan
laporan)
(GTZ, 2013)
2. Melakukan penilaian kapabilitas lahan
dari hasil tahapan pertama untuk
berbagai peruntukan lahan
3. Menyiapkan rencana lokasi dan tujuan
dari peruntukan lahan
http://perkimtaru.pemkomedan.go.id/artikel-966-tata-guna-lahan.html
Kriteria Teknis Kawasan Pengembangan Perkotaan
Kriteria Teknis kawasan Permukiman Kriteria Teknis kawasan Perdagangan Jasa
1. Topografi datar sampai bergelombang 1. Tidak terletak pada kawasan lindung dan
(kelerengan lahan 0 - 25%); kawasan bencana alam;
2) Tersedia sumber air, baik air tanah maupun 2) Lokasinya strategis dan mudah dicapai dari
air yang diolah oleh penyelenggara dengan seluruh penjuru kota;
jumlah yang cukup. Untuk air PDAM suplai air 3) Dilengkapi dengan sarana antara lain tempat
antara 60 - 100 liter/org/hari; parkir umum, bank/ATM, pos polisi, pos
3) Tidak berada pada daerah rawan bencana pemadam kebakaran, kantor pos pembantu,
(longsor, banjir, erosi, abrasi); tempat ibadah, dan sarana penunjang kegiatan
4) Drainase baik sampai sedang; komersial serta kegiatan pengunjung;
5) Tidak berada pada wilayah sempadan
sungai/pantai/waduk/danau/mata
air/saluran pengairan/rel kereta api dan
daerah aman penerbangan;
6) Tidak berada pada kawasan lindung;
7) Tidak terletak pada kawasan budi daya
pertanian/penyangga;
8) Menghindari sawah irigasi teknis
Kriteria Teknis Kawasan Industri Kriteria Teknis Kawasan Pariwisata
Karakteristik lokasi dan kesesuaian lahan kawasan 1) Memiliki struktur tanah yang stabil;
peruntukan industri yang berorientasi bahan 2) Memiliki kemiringan tanah yang
mentah:
memungkinkan dibangun tanpa memberikan
1) kemiringan lereng : kemiringan lereng yang sesuai
untuk kegiatan industri berkisar 0% - 25%, pada
dampak negatif terhadap kelestarian
kemiringan > 25% - 45% dapat dikembangkan lingkungan;
kegiatan industri dengan perbaikan kontur, serta 3) Merupakan lahan yang tidak terlalu subur dan
ketinggian tidak lebih dari 1.000 meter dpl; bukan lahan pertanian yang produktif;
2) hidrologi : bebas genangan, dekat dengan sumber 4) Memiliki aksesibilitas yang tinggi;
air, 5) Tidak mengganggu kelancaran lalu lintas pada
drainase baik sampai sedang; jalur jalan raya regional;
3) klimatologi : lokasi berada pada kecenderungan 6) Tersedia prasarana fisik yaitu listrik dan air
minimum arah angin yang menuju permukiman
bersih;
penduduk;
4) geologi : dapat menunjang konstruksi bangunan,
7) Terdiri dari lingkungan/bangunan/gedung
tidak berada di daerah rawan bencana longsor; bersejarah dan cagar budaya;
5) lahan : area cukup luas minimal 20 ha; karakteristik 8) Memiliki nilai sejarah, ilmu pengetahuan dan
tanah bertekstur sedang sampai kasar, berada budaya, serta keunikantertentu;
pada 9) Dilengkapi fasilitas pengolah limbah (padat
tanah marginal untuk pertanian. dan cair).
https://www.pinterest.com/pin/329325791480164355/
Zoning Map City of Gashena
https://www.researchgate.net/figure/Proposed-land-use-plan-of-Gashena-
Industry-and-Urban-Development-Bureau-Amhara-Regional_fig15_338655831
Rencana Zonasi
Kecamatan Tebet
Tata Kota
(KK-16451)
Tata Kota
(KK-16451)
https://rtig.org.uk/events/2022-01-19-planning-public-transport-networks
Usaha pemindahan atau pergerakan sesuatu, biasanya orang atau barang dari suatu lokasi
yang disebut lokasi asal ke lokasi lain yang biasa disebut lokasi tujuan untuk keperluan
tertentu dengan mempergunakan alat tertentu pula (Miro, 1997)
Pergerakan adalah aktivitas kita sehari-hari, bergerak dengan alasan tertentu ke berbagai
tujuan (Tamin, 20000)
Perjalanan adalah pergerakan satu arah dari zona asal (origin) ke zona tujuan (destination)
(Tamim, 2000)
4. Terminal
3. Jalan
Kebutuhan
Aksesibilitas Perjalanan
Penyediaan Kebutuhan
Transportasi Transportasi
Beimborn, 1984
Siklus penggunaan lahan - transportasi
Ciri pergerakan spasial
• Suatu perjalanan dilakukan untuk melakukan kegiatan tertentu di lokasi yang dituju, dan
lokasi kegiatan tersebut ditentukan oleh pola tata guna lahan kota tersebut. Faktor tata
guna lahan sangat berperan (Tamim, 2000).
• Pola sebaran tata guna lahan suatu kota akan sangat mempengaruhi pola perjalanan orang
4. Perlunya perencanaan transportasi
tujuan umum perencanaan transportasi adalah untuk mengakomodasikan kebutuhan hidup
manusia akan kcrnudahan untuk bergerak (Morlok, 1984)
Tujuan Dasar Perencanaan transportasi adalah untuk memperkirakan jumlah dan lokasi
kebutuhan akan transportasi (jumlah perjalanan, baik untuk angkutan umum ataupun
angkutan pribadi) pada masa yang akan datang (tahun rencana) untuk kepentingan
kebijaksanaan investasi perencanaan transportasi (Sutrisni, 2014)
Tujuan perencanaan transportasi : agar transportasi efektif dan efisien (Balitbang Kemen PU, 2013)
5. Karakteristik dasar perencanaan transportasi
(Tamim, 2000)
6. Bangkitan dan tarikan pergerakan
Bangkitan pergerakan (trip generation) : suatu pergerakan berbasis rumah yang mempunyai tempat
asal (origin) dan/atau tujuan(destination) adalah rumah, atau pergerakan yang dibangkitkan oleh pergerakan
berbais bukan rumah.
Tarikan pergerakan (trip attraction): suatu pergerakan berbasis rumah yang mempunyai tujuan tempat
asal dan atau tujuan bukan rumah atau pergerakan yang tertarik oleh pergerakan berbasis bukan rumah
• Pendapatan
• Pemilikan kendaraan
• Struktur keluarga
• Ukuran rumah tangga
• Nilai lahan Y = A+ B1X1 + B2X2 + B3X3 ….BzXz
• Kepadatan permukiman Y = peubah tidak bebas
• aksesibilitas X = peubah bebas
B. = koefisien regresi
A = konstanta
(Tamim, 2000)
(Amijaya dan Suprayitno, 2018)
Contoh bangkitan perjalanan tiap zona Kota Surabaya
(Solichin, 2011)
7. Distribusi perjalanan
Matriks Asal Tujuan (MAT)
(Tamim, 2000)
Model sebaran perjalanan berbentuk Matriks Asal Tujuan
(MAT) dengan kriteria :
• Luas area studi transportasi
• Jumlah zona
• Satuan yang digunakan
• Data eksisting yang tersedia (Balitbang PU, 2013)
T= 𝑖 𝑂𝑖 = 𝑑 𝐷𝑑 = 𝑖 𝑑 𝑇𝑖𝑑 Contoh desireline pattern Kota Surakarta Contoh desireline pattern Kota Palembang
https://bicaratransportasi.wordpress.com/
(Sutrisni, 2014) tag/matriks-asal-tujuan-perjalanan/
(Maemunah, 2010)
(BPTJ. 2018)
8. Pemilihan moda
Pemilihan moda bertujuan untuk mengetahui proporsi orang yang akan menggunakan
setiap moda (Tamim, 2000) Total Pergerakan
Model Pemilihan moda : Bermotor Tidak bermotor Tidak bermotor Tidak bermotor
• Moda transportasi pribadi (Becak) (Sepeda)
• Moda transportasi umum Jalan Rel Jalan Raya Mobil Sepeda Motor
Bis Paratransit
KA MRT LRT
Pemilihan moda paratransit
Umum
https://oto.detik.com/berita/d-5888598/operasikan-bus-listrik-hingga- https://tirto.id/jumlah-penumpang-krl-commuter-line-naik-15-persen-pada-
revitalisasi-halte-ini-rencana-transjakarta-di-2022 maret-2022-gqlJ
(BPTJ, 2018)
9. Pemilihan rute
Alasan pemilihan rute :
• Pembebanan all-or nothing pengguna jalan
secara rasional memilih rute terpendek yang
meminimalkan hambatan
• Pembebanan banyak ruas pengguna jalan
tidak mengetahui informasi yang tepat tentang
rute tercepat
• Pembebanan berpeluang pengguna jalan
menggunakan beberapa faktor dengan
meminimalkan hambatan.
https://www.google.com/search?q=pilihan+alernatif+rute+di+aplikasi+google&tbm=isch&ved=
2ahUKEwiHms7wr4X6AhUvALcAHWU2AuEQ2-cCegQIABAA&oq=pilihan+alern
Jaringan Jalan tol di Jabodetabek
https://setkab.go.id/en/jorr2-toll-road-to-operate-this-year/
Rute Sarana Angkutan Umum berbasis Jalan
(BPTJ, 2018)
Rute sarana angkutan umum berbasis Rel
(BPTJ, 2018)
https://kumparan.com/berita-bisnis/rute-krl-jabodetabek-
2022-terbaru-dan-terlengkap-1xuDJdLo3vJ
(BPTJ, 2018)
(BPTJ, 2018)
Tata Kota
(KK-16451)
Tata Kota
(KK-16451)
https://www.iconfinder.com/icons/3145999/tap_water_flow_
water_supply_water_system_water_tap_icon
Tema-3 Perencanaan Makro
Kuliah-9 Perencanaan Prasarana Kota
Ir. Hengki Atmadji, M.PWK, IAP
Outline
01
Peranan air
02
Kebutuhan air
03Sistem
04
Sub sistem
05
Sub sistem
dalam di kota/ penyediaan pelayanan air baku
kehidupan perkotaan air minum
06
Sub sistem
07
Sub sistem
08
Sub sistem
09
Tantangan
produksi distribusi pelayanan layanan
air minum
perkotaan
1. Peranan air dalam kehidupan
http://www.lepenkencana.com/lepen.php?r=water&lang=id
https://hellosehat.com/nutrisi/tips-makan-sehat/tips-banyak-minum-air-putih/
3. Sistem Penyediaan Air Minum (SPAM)
Jenis SPAM :
1. SPAM jaringan perpipaan
2. SPAM bukan jaringan perpipaan
https://rri.co.id/palembang/daerah/1570568/9-agustus-
https://newstempo.github.io/kabar/post/laju-pertumbuhan-penduduk-indonesia/ distribusi-air-bersih-pdam-palembang-distop
Analisis kebutuhan air minum
Cara Perhitungan : Contoh Soal :
1. Hitung jumlah penduduk yang akan dilayani - Proyeksi jumlah penduduk Kota Depok 3.230.581 jiwa
- Rencana tingkat pelayanan SPAM Tirta Asasta = 80%
Proyeksi penduduk kota 20 tahun YAD
- Standar kebutuhan air minum = 250 l/orang/hari
2. Hitung rencana tingkat pelayanan SPAM - Kebutuhan non domestik = 20% kebutuhan domestik
misal 80% dari proyeksi jumlah penduduk - Faktor jam puncak = 10%
3. Hitung kebutuhan air domestik,Gunakan standar - Faktor kehilangan air = 5%
kebutuhan air perkotaan Hitung proyeksi kebutuhan air minum Kota Depok?
250 l/orang/hari (0,002 l/dt) - Tingkat layanan = 80% × 3.230.581 = 2.584.465 jiwa
4. Hitung kebutuhan air non domestik - Standar kebutuhan =250 l/orang/hari = 0,002894 l/dt
20 % dari total kebutuhan air domestik
Tabel Perhitungan Kebutuhan Air Kota Depok
5. Perhitungkan faktor jam puncak No Kebutuhan Jumlah Standar debit (l/dt)
10 % dari total kebutuhan 1 Penduduk 2,584,465 0.002894 7,478.20
2 Non domestik (20% domestik) 1,495.64
6 Perhitugkan tingkat kehilangan air Total kebutuhan 8,973.84
misalnya 5 % Faktor Jam Puncak (10%) 897.38
Total kebutuhan 9,871.22
Faktor kehilangan air (5%) 493.56
Grand Total kebutuhan air 9,377.66
(PP No 122/2015)
3. Pipa intake
http://ciptakarya.pu.go.id/dok/ebook/visual/
Prasarana%20dan%20Sarana%20Air%20Minum.pdf
https://batampos.co.id/2020/10/12/bp-batam-pastikan-
ketersediaan-air-baku-di-batam-terjamin/
https://www.goriau.com/berita/baca/belum-difungsikan-bangunan-
intake-air-baku-sungai-jurong-ii-duri-sudah-rusak-parah.html
http://ciptakarya.pu.go.id/dok/ebook/visual/
Prasarana%20dan%20Sarana%20Air%20Minum.pdf
6. Sub sistem produksi
(PUPR-NUWSP)
Persyaratan kualitas air minum
(NUWSP-PUPR)
https://badami.bandung.go.id/forum/thread/read/6/19/953
9. Tantangan pelayanan air minum perkotaan
https://www.timesindonesia.co.id/read/news/222922/ https://www.merdeka.com/uang/air-laut-disulap-bisa-diminum
desa-sumberagung-di-kabupaten-malang-alami-kekeringan -warga-ntt-kini-bisa-dapat-air-bersih-murah.html
Terima kasih
Tata Kota
(KK-32216)
Tata Kota
https://www.panduanrumah.com/site-plan-perumahan-
(KK-16451)
apa-manfaatnya/site-plan-perumahan-di-jakarta/
Sarana Pendidikan
Taman Kanak kanak = 1 TK = 1.250 penduduk pendukung (SNI 03 1733 2004)
- Kebutuhan TK = 1.432 : 1.250 = 1,14 = 1 unit
Sekolah Dasar = 1 SD =1.600 penduduk pendukung (SNI 03 1733 2004)
- kebutuhan SD = 1.432 : 1.600 = 0.89 = 1 unit
Sarana kesehatan
Posyandu = 1 Posyandu = 1.250 penduduk pendukung (SNI 03 1733 2004)
- Kebutuhan Posyandu = 1.432 : 1.250 = 1,14 = 1 unit
5. Output perencanaan lingkungan perumahan
https://www.tokopedia.com/sportarchery/gambar-master-plan-
perumahan-site-plan-perumahan-gambar-berwarna
6. Pengertian perencanaan kawasan pariwisata
Pariwisata adalah berbagai macam kegiatan wisata dan didukung berbagai fasilitas serta layanan yang
disediakan oleh masyarakat, pengusaha, Pemerintah, dan Pemerintah Daerah. (UU No. 10 Tahun 2009)
1. Pariwisata sebagai sebuah perjalanan
Pergerakan wisatawan dari satu wilayah ke wilayah lain menjadi perhatian para perencana pariwisata dan bentuk
perencanaan lebih mengarah pada perencanaan spasial. Christaller17, Airey18, dan Leiper19 mewakili arus pemikiran ini.
3. Pendekatan lingkungan
untuk perencanaan pariwisata muncul sebagai efek pariwisata menjadi lebih nyata dan sebagian karena global
gerakan konservasi tahun 1960-an (Krippendorf, 1982). Selama periode ini perhatian berpindah jauh dari fokus
perencanaan ekonomi dan fisik yang sempit dan mulai menangani lingkungan kekhawatiran.
4. Pendekatan masyarakat
Pendekatan komunitas, pada dasarnya merupakan bentuk 'bottom up‘ perencanaan, menekankan
pembangunan di masyarakat daripada pembangunan masyarakat (Hall, 1998).
(Troubat)
Pendekatan perencanaan pariwisata (2)
1. Pendekatan secara kontinu, inkremental, dan fleksibel (continous, incremental, and flexible approach)
menjelaskan bahwa perencanaan dianggap berjalan secara tetap atau hanya terjadi perubahan-perubahan kecil
yang tidak signifikan
2. Pendekatan sistem (system approach) menjelaskan keterkaitan hubungan antarsubsistem. Pendekatan ini
menarik karena melihat sebuah destinasi pariwisata tidak sebagai sebuah destinasi tunggal, tetapi saling
terkait satu sama lain.
3. Pendekatan komprehensif (comprehensive approach) atau disebut pula pendekatan holistik menjelaskan
pengamatan luas pada faktor-faktor yang berpengaruh dan diduga berpengaruh pada perkembangan
kehidupan pariwisata.
4. Pendekatan terintegrasi (integrated approach) menjelaskan perencanaan terintegrasi antarkomponen di
dalamnya, demikian pula dengan berbagai perencanaan lain yang ada di area yang sama.
5. Pendekatan pembangunan yang berkelanjutan (environmental and sustainable development approach)
menjelaskan bentuk perencanaan dengan memberikan perhatian besar pada keberlangsungan kehidupan
lingkungan dan menjamin tidak rusaknya sumber daya yang ada.
6. Pendekatan komunitas (community approach) menjelaskan pentingnya keterlibatan komunitas dalam proses
perencanaan.
7. Pendekatan implementatif (implementable approach) menjelaskan bentuk perencanaan yang dapat
iimplementasikan secara realistis dan dijabarkan dalam bentuk rencana aksi.
8. Proses sistemis (application of a systemic planning process) menjelaskan kegiatan sekuensial dari kegiatan
perencanaan yang dilakukan (Hermantoro)
8. Kebutuhan data perencanaan kawasan pariwisata
A. Tapak Kawasan C. Wilayah sekitar
• Lokasi • Kependudukan
• Luas • Kondisi sosial dan budaya masyarakat
• Ketinggian • Perekonomian lokal dan sektor unggulan
• Penggunaan lahan eksisting • Prasarana dan sarana penunjang
• Daya dukung tanah • Lainnya
• Lansekap
• Air tanah
• Lainnya
D. Kebijakan
• Kebijakan pengembangan sector pariwisata
• Kebijakan tata ruang daerah
B. Kepariwisataan
• Daya tarik/atraksi wisata
• Akomodasi wisata
• Aksesibilitas dari jalan utama
• Kecenderungan kepariwisataan
• Potensi asal wisatwan
• lainnya
9. Analisis perencanaan kawasan pariwisata
A. Site Analisis D. Program kebutuhan ruang
• Lokasi tapak • Atraksi utama
• Daya Tarik wisata • Fasilitas pendukung
• Konteks perencanaan • Ruang terbuka hijau
• Transportasi/Aksesibilitas • Sirkulasi
• Kebijakan rencana tata ruang • Infrastruktur
• Parkir E. Administrasi Pengelolaan
• Lahan efektif pengembangan • Pembiayaan pembangunan
B. Pariwisata • O/M
• Demografi wisatawan • Manajemen
• Asal wisatawan
• Pola pengeluaran/belanja
• Perilaku wisatawan
• Pola kunjungan wisata & peak season
• Transportasi yang digunakan
• Dll
C. Kebutuhan Wisatawan
• Akomodasi
• Souvenir
• Kuliner
• Fasilitas pendukung lainnya (musholla, toilet , ruang P3K, dll)
Contoh Program Kebutuhan Ruang
Pariwisata
Community Access
Development Transportasi, fasilitas
terminal, bandara,
Keterlibatan mayarakat. Tujuan pelabuhan dan moda
Wisata transportasi
Ancillary Amenities
Kelembagaan, peraturab dan Akomodasi, rumah makan,
kebijakan yang mendukung took cinderamata,
terlaksanakannya pariwisata penukaran uang, biro
perjalanan, pusat informasi
wisata.
Konsep Zonasi Kawasan Pariwisata
https://www.slideshare.net/fataaddhawy/zonasi-destinasi-
(Fata Adhawy)
pariwisata
10. Output perencanaan kawasan pariwisata
kawasan pariwisata
Taman Safari Indonesia-Cisarua
https://www.researchgate.net/figure/Plan-of-Beautiful-Indonesia-
Miniature-Park-Taman-Mini-Indonesia-Indah-TMII_fig4_281003921
Ciputra Waterpark-Surabaya
http://www.angelkawai.com/2016/06/
day-safari-tour-di-taman-safari-bogor.html https://desainwaterpark.wordpress.com/
masterplan-waterpark/
Terima Kasih
Tata Kota
(KK-16451)
Tata Kota
(KK-16451)
Tema-4 Perencanaan Mikro
Kuliah-11 Peraturan Zonasi
Ketentuan Ketentuan
Kegiatan dan Tata
Penggunaan Bangunan
Lahan
1 2 3 4 5
Pengendalian Pemanfaatan Ruang adalah upaya untuk mewujudkan tertib Tata Ruang (PP No. 21/2021)
Zona adalah kawasan yang memiliki fungsi dan karakteristik lingkungan dan/atau ketentuan peruntukan yang
spesifik (Zulkaidi dan Natalivan, 2006)
Contoh Zona perumahan, zona perkantoran, zona perdagangan, zona industri, dll
Peraturan zonasi (PZ) adalah ketentuan yang mengatur tentang klasifikasi zona, pengaturan lebih lanjut
mengenai pemanfaatan lahan, dan prosedur pelaksanaan pembangunan kota (Zulkaidi dan Natalivan, 2006)
PZ disusun untuk setiap zona peruntukan baik zona budidaya maupun zona lindung dengan memperhatikan
esensi fungsinya yang ditetapkan dalam rencana rinci tata ruang dan bersifat mengikat/regulatory. Dalam
sistem regulatory, seluruh kawasan perkotaan terbagi habis ke dalam zona peruntukan ruang yang
tergambarkan dalam peta rencana pola ruang (Lampiran Permen ATR No. 11/2021)
2. Ketentuan kegiatan dan penggunaan lahan
Klasifikasi kegiatan penggunaan lahan
• Kegiatan yang diizinkan (I) : memiliki sifat sesuai dengan peruntukan ruang yang
direncanakan.
• Kegiatan yang diizinkan terbatas (T) : Pemanfaatan bersyarat secara terbatas bermakna
bahwa kegiatan dan penggunaan lahan dibatasi
dengan ketentuan (operasi, luas, jumlah pemanfaatan)
• Kegiatan yang diizinkan bersyarat (B) : Pemanfaatan bersyarat tertentu bermakna bahwa
untuk mendapatkan izin atas suatu kegiatan atau
penggunaan lahan diperlukan persyaratan-persyaratan
tertentu (dokumen AMDAL, UKL/UPL, disinsentif)
• Kegiatan yang dilarang (X) : memiliki sifat tidak sesuai dengan peruntukan lahan
yang direncanakan dan dapat menimbulkan dampak
yang cukup besar bagi lingkungan di sekitarnya.
Contoh kegiatan dan penggunaan lahan
Menengah/Sedang (C-
Campuran Intensitas
Instalasi Pengolahan
Instalasi Pengolahan
Air Minum/IPAM (PL-
Peruntukan Industri
Zona Transportasi
Zona Pengelolaan
Skala Kota (SPU-1)
Zona Perkantoran
Skala Kecamatan
(SPU-2)
(KT)
No. kode Jenis Kegiatan Berusaha menurut KBLI*
3)
4)
3)
4)
3)
Hingga 5 digit mengacu KBLI BPS terbaru
8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24
C Industri Pengolahan
23 107 Industri Makanan lainnya I X X X X X X X X X X X X X X X X
25 110 Industri Minuman I X X X X X X X X X X X X X X X X
55 262 Industri Komputer dan Perlengkapannya I X X X X X X X X X X X X X X X X
G Perdagangan Besar & Eceran; Reparasi & Perawatan Mobil & Sepeda
Motor
110 463 Perdagangan Besar Makanan, Minuman dan Tembakau
111 464 Perdagangan Besar Barang Keperluan Rumah Tangga
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
T1
T1
i
i
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
Kegiatan diizinkan (I)
112 465 Perdagangan Besar Mesin, Peralatan dan Perlengkapan X X X X X X X T1 I X X X X X X X X
I Penyediaan Akomodasi & Penyediaan Makan Minum
132 551 Penyediaan akomodasi jangka pendek/hotel (bintang/melati)/pondok wisata dan lainnya
133 559 Penyedia Akomodasi Lainnya
135 562 Jasa Boga untuk Event Tertentu (Event Catering) & Penyediaan Jasa Boga periode tertentu
X
X
X
i
X
X
T2
I
B2
T2
I
B2
X
X
X
X
X
X
X
X
X
T2
X
B2
I
T2
B2
i
T2
B2
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
Kegiatan diizinkan terbatas (T)
J Informasi dan Komunikasi
137 581 Aktivitas Penerbitan Buku, Majalah dan Terbitan Lainnya X X X X X X X I I X I X X X X X X
142 602 Aktivitas Penyiaran dan Pemrograman Televisi
144 612 Aktivitas Telekomunikasi tanpa Kabel
K Aktivitas Keuangan dan Asuransi
X
T2
X
T2
X
T2
X
T2
X
T2
X
T2
X
T2
I
I
I
I
X
T2
I
I
X
T2
X
T2
X
T2
X
T2
X
T2
X
T2 Kegiatan diizinkan bersyarat (B)
150 641 Perantara Moneter/Bank X X X X X X X X I X I X X X X X X
155 649 Aktivitas Jasa Keuangan Lainnya, Bukan Asuransi, Penjamin dan Dana Pensiun X X X X X X X X X X i X X X X X X
158 653 Dana Pensiun X X X X X X X X X X i X X X X X X
L Real Estat
163 681 Real Estat yang dimiliki Sendiri atau disewa dan Kawasan Pariwisata X X X X X X X I i X i X X X X X X
Kegiatan dilarang (X)
164 682 Real Estat Atas Dasar Balas Jasa (Fee) atau Kontrak X X X X X X X I i X i X X X X X X
M Aktivitas Profesional, Ilmiah dan Teknis
166 692 Aktivitas Akuntansi, Pembukuan dan Pemeriksa; Konsultasi Pajak X X X X X X X I I X I X X X X X X
168 702 Aktivitas Konsultasi Manajemen X X X X X X X I I X I X X X X X X
169 711 Aktivitas Arsitektur dan Keinsinyuran Serta Konsultasi Teknis YBDI X X X X X X X I I X I X X X X X X
N Aktivitas Penyewaan & Sewa Guna Usaha Tanpa Hak Opsi,
Ketenagakerjaan, Agen Perjalanan & Penunjang Usaha Lainnya
184 781 Aktivitas Penempatan Tenaga Kerja X X X X X X X I I X I X X X X X X
188 791 Aktivitas Agen Perjalanan & Penyelenggara Tur X X X X X X X I I X I X X X X X X
191 802 Aktivitas Jasa Sistem Keamanan X X X X X X X I I X I X X X X X X
O Administrasi Pemerintahan, Pertahanan & Jaminan Sosial Wajib
200 841 Administrasi Pemerintahan & Kebijakan Ekonomi & Sosial X X T2 T2 I I I X X X I X X X X X X
842 Penyedia Layanan Untuk Masyarakat dalam Bidang Hubungan Luar Negeri, Pertahanan,
201 Keamanan dan Ketertiban X X X X X X X X X X X X i X X X X
202 843 Jaminan Sosial Wajib X X X X X X X I I X I X i X X X X
P Pendidikan
203 851 Pendidikan Anak Usia Dini & Dasar X X T1 T1 I I I X X X X X X X X X X
204 852 Pendidikan Menengah X X T1 T1 I I I X X X X X X X X X X
205 853 Pendidikan Tinggi X X X X I X X X X X X X X X X X X
Q Aktivitas Kesehatan Manusia & Aktivitas Sosial
208 861 Aktivitas Rumah Sakit X X X X I X X X X X X X X X X X X
209 862 Aktivitas Praktik Dokter & Dokter Gigi X X T1 T1 I I I I T1 T1 X X X X X X X
210 869 Aktivitas Pelayanan Kesehatan Manusia Lainnya X X X X I T2 X T2 X X X X X X X X X
R Kesenian, Hiburan dan Rekreasi
217 900 Aktivitas Hiburan, Kesenian & Kreativitas X I X X T2 T2 X X X X X X X X X X X
218 910 Perpustakaan, Arsip, Museum & Kegiatan Kebudayaan Lainnya X I X X I X X X X X X X X X X X X
219 920 Aktivitas Perjudian dan Pertaruhan X X X X X X X X X X X X X X X X X
3. Ketentuan Intensitas pemanfaatan ruang
Koefisien Dasar Bangunan atau KDB adalah Contoh Kasus :
Tuan Amir memiliki lahan kosong di jalan Arjuna Depok
koefisien perbandingan antara luas lantai Seluas 200 m2. Tuan Amir berniat membangun rumah
dasar bangunan gedung dengan luas tinggal.
persil/kavling (Permen ATR No. 11/2021) Berdasarkan rencana kota dan peraturan zonasi, lahan yang
dimiliki Tuan Amir berada dalam Zona Perumahan Kepadatan
Sedang (R3) dengan nilai Koefisien Dasar Bangunan (KDB)
60%
Pertanyaan :
1. Berapakah luas total lantai bangunan ruko/ rukan Tuan
Amir yang boleh dibangun sesuai ketentuan rencana
kota?
2. Berapa lantai ruko/rukan yang diperbolehkan sesuai
ketentuan rencana kota
Jawab :
1. Luas total lantai Bangunan ruko/rukanTuan Amir adalah
= Nilai KLB × Luas tanah
= 1,8 × 300 m2
= 540 m2
2. Lantai bangunan = luas total lantai : luas lantai dasar
= 540 m2: 180 m2 (luas lantai dasar)
= 3 lantai
Koefisien Dasar Hijau atau KDH adalah: Koefisien Tapak Basement atau KTB adalah
angka prosentase perbandingan antara luas angka prosentasi luas tapak bangunan yang
seluruh ruang terbuka di luar bangunan dihitung dari proyeksi dinding terluar
gedung yang diperuntukkan bagi bangunan dibawah permukaan tanah
pertamanan/penghijauan dengan luas terhadap luas perpetakan atau lahan
persil/kavling (Permen ATR No. 11/2021) perencanaan yang dikuasai sesuai RTRW,
RDTR dan PZ (Permen ATR No. 11/2021)
Basement
Contoh Kasus : 1. Luas total lantai bangunan gedung perkantoran
PT Maju Jaya memiliki lahan kosong di jalan Margonda Depok = Nilai KLB × luas lahan
seluas 2.000 m2. PT Maju Jaya akan membanguna gedung = 3 × 2.000 m2 = 6.000 m2
Kantor di lahan kosong miliknya tersbut.
Berdasarkan ketentuan rencana kota yang berlaku adalah 2. Ketinggian (lantai) bangunan gedung perkantoran
Sebagai berikut : Lantai bawah bangunan = Nilai KDB × luas lahan
• Peruntukan : Perkantoran = 60% × 2.000m2 = 1.200 m2
• KDB : 60% jumlah lantai bangunan = Luas total lantai : luas lantai bawah
• KLB 3 = 6.000 m2 : 1.200 m2
• KDH : 20% = 5 lantai
• KTB 50%
Pertanyaan : 3. Luas RTH Privat =Nilai KDH × luas lahan
1. berapa luas total lantai gedung perkantoran yang akan = 20% × 2.000 m2 = 400 m2
dibangun?
2. Berapa lantai ketinggian gedung tersebut? 4. Luas lantai basemen gedung perkantoran
3. Berapa luas RTH privat yang jarus tersedia? = Nilai KTB × luas lahan
4. Berapa luas lantai basemen gedung? = 50% × 2.000 m2 = 1.000 m2
5. Berapa luas area parkir dan sirkulasi?
5 Luas area parkir dan sirkulasi
= Luas lahan – luas bangunan bawah – luas RTH privat
= 2.000 m2 – 1.200 m2 – 400 m2 = 400 m2
4. Ketentuan tata bangunan
Ketinggian Bangunan (TB) adalah tinggi Garis Sempadan Bangunan (GSB) adalah
maksimum bangunan gedung yang diizinkan jarak minimum antara garis pagar terhadap
pada lokasi tertentu dan diukur dari jarak dinding bangunan terdepan. GSB ditetapkan
maksimum puncak atap bangunan terhadap dengan mempertimbangkan keselamatan,
(permukaan) tanah yang dinyatakan dalam resiko kebakaran, kesehatan, kenyamanan,
satuan meter (Permen ATR No. 11/2021) dan estetika (Permen ATR No. 11/2021)
https://www.google.com/search?q=gambar+ilustrasi+keinggian+bangunan
Jarak bebas antar bangunan (JBAB) minimal
yang harus memenuhi ketentuan tentang jarak
bebas yang ditentukan oleh jenis peruntukan
dan ketinggian bangunan (Permen ATR No. 11/2021)
5. Ketentuan prasarana dan sarana minimal
Ketentuan prasarana dan sarana pendukung minimal mengatur jenis prasarana dan sarana
pendukung minimal apa saja yang harus ada pada setiap zona peruntukan.
Prasarana yang diatur dalam peraturan zonasi dapat berupa prasarana parkir, aksesibilitas
untuk difabel, jalur pedestrian, jalur sepeda, bongkar muat, dimensi jaringan jalan,
kelengkapan jalan, dan kelengkapan prasarana lainnya yang diperlukan.
Ketentuan prasarana dan sarana minimal ditetapkan sesuai dengan ketentuan mengenai
prasarana dan sarana yang diterbitkan oleh instansi yang berwenang.
1
Pengertian perancangan kota
2
Perkembangan perancangan kota
3
Kaitan perancangan kota dengan
perencanaan kota
4
https://www.arsitur.com/2018/09/8-elemen-perancangan-kota.html
Contoh Tata Guna Lahan Kawasan Malioboro Yogyakarta
Eksisting Rencana Pola Ruang
Badan Air
Campuran Intensitas
Menengah/Sedang
Cagar Budaya
http://wikimapia.org/#lang=en&lat=-7.793083&lon=110.366399&z=17&m=w https://gistaru.atrbpn.go.id/rdtrinteraktif/
Contoh Tata Bangunan
https://www.rentalmobiljogja.co.id/tentang-alun-alun-kidul-yogyakarta-tempo-dulu-dan-era-sekarang/
5. Jalur Pejalan Kaki
https://jogja.wahananews.co/serba-serbi/mau-ke-jogja-kenali-arah-mata-angin-dalam-bahasa-jawa-agar-tak-tersesat-3IHY2Kl1rC
Contoh Preservasi dan Konservasi
https://www.portal-alamat.com/2017/05/alamat-lengkap-bank-bni-di-seluruh_18.html
Dinas PUP ESDM DIY
Dinas PUP ESDM DIY
Terima kasih
Tata Kota
(KK-16451)
Tata Kota
(KK-16451)
https://123dok.com/document/yr8r5kvz-peran-serta-
masyarakat-dalam-mewujudkan-smart-environment.html
Tema-5 Perencanaan Khusus
Kuliah-13 Perencanaan Tematik
Kawasan
Berorientasi
Kota Baru Kota Hijau
Transit
02 04 06
Kota Taman Super Blok Kota Cerdas Kota Kompak
01 03 05 07
1. Kota Taman (garden city)
Faktor Sosial ekonomi yang mendasari : Lokasi : Lechworth di pinggiran Kota London
Luas Permukiman : 1.000 acre (404,68 Ha)
Degradasi lingkungan kota akibat industri Luas Pertanian : 5.000 Acre (2.0223,42 Ha)
dan urbanisasi di Kota London tahun 1884 Penduduk : 32.000 jiwa
Kepadatan : 30 jiwa/Acre (80 jiwa/Ha)
Gerakan kota taman adalah metode
perencanaan perkotaan yang dicetuskan
pada tahun 1898 oleh Sir Ebenezer
Howard di Britania Raya. Kota taman
dibangun berbentuk permukiman
terencana yang dikelilingi "sabuk hijau",
terdiri dari kawasan permukiman, industri
dan pertanian yang tersebar merata.
https://docplayer.info/73068910-Garden-city-latar-belakang-ebenezer-howard.html
https://www.google.com/search?q=garden+city+ebenezer+howard&sxsrf=ALiCzsaVXAqDzu7_B
33YVG7cIpA8JtmhIw%3A1664351152813&ei=sPszY86KMf2NseMPjaKCmAo&ved=0
Garden City@Lechworth
https://www.archdaily.com/904454/re-imagining-the-garden-city
2. Kota Baru
Pengertian Kota Baru :
• Merupakan alternatif upaya untuk memecahkan dan mengatasi masalah pertumbuhan permukiman tersebar
yang tidak terkendali dan kemacetan kota-kota besar, karena semakin berkembangnya kegiatan usaha dan
penduduk kota besar akibat perkembangan industri secara besar-besaran pada awal abad ke-20 (Whittick
dalam Ngangi 2018)
• Kota baru yang sengaja dibangun untuk aktivitas pemerintahan, dirancang sebagai kota mandiri, dengan
menyediakan aktivitas (pekerjaan) bagi penduduknya agar kota baru dapat menjadi tempat bermukim para
pendatang (Alonso dalam Bourne, 1978: 536) https://perencanaankota.blogspot.com/2014/11/pengertian-dan-fungsi-kota-
baru.html
• Kota yang dirancang dan direncanakan untuk bisa "mandiri" dengan ukuran luas yang relatif kecil dalam
komunitas yang seimbang (Perloff dan Sandbery dalam Batudoka, 2005)
https://www.researchgate.net/figure/Land-Use-and-Development-Phase-Source-Townland-Final-Report
3. Superblok
• Gagasan awal superblok dikemukakan oleh seorang arsitek dan urbanis asal Perancis, Le Corbusier
pada 1924. Konsep yang dituangkan dalam proyek Ville Radieuse atau Radiant City tersebut
memang tidak pernah terealisasi, tetapi telah mengilhami pengembangan superblok di berbagai
Negara https://www.rumah.com/panduan-properti/superblok-58832
• Kota menjadi lingkungan yang berkelanjutan (dan sehat), kompak dan terhubung dengan
penggunaan lahan campuran, dan potensi modal sosial yang tinggi. Model Superblock juga bekerja
untuk mencapai yang ambisius target yang ditetapkan oleh Tujuan Pembangunan Berkelanjutan
(SDGs) yang mendefinisikan pembangunan kota dan masyarakat yang berkelanjutan dalam SDG 11
sebagai hal yang mendesak isu dan titik leverage untuk mengatasi tantangan global terkait dengan
kemiskinan, ketimpangan, iklim, degradasi lingkungan, kemakmuran, perdamaian, dan keadilan
(PBB, 2015) (Mueller, 2020).
• Secara desain konsep superblok menggabungkan beberapa fungsi dalam satu lokasi lahan. Fungsi
gabungan yang biasanya terdapat pada kawasan superblok diantaranya fungsi hunian, fungsi
perdagangan, fungsi perkantoran, dan fungsi rekreasi (Elizato,2019). Setiap blok bangunan saling
terhubung melalui sirkulasi pejalan kaki (Harmoni, 2019)(Lam, 2019)( Pickard, 2003) (Shofa, 2020).
Prinsip Superblok
Prinsip perencanaan superblok adalah (Radoine dalam Shofa, 2020) :
(1) Efisiensi lahan;
(2) Pengurangan pergerakan kendaraan;
(3) Penghematan penggunaan energi.
(4) tersedianya ruang pejalan kaki
(5) ruang terbuka hijau
(6) sirkulasi kendaraan dan parkir
Contoh Kawasan Superblok SCBD
https://wikimapia.or
https://www.scbd.com/menu/page/milestone
Berada di luar core Menyediakan beragam tipe hunian, Single family housing, town
commercial area. Jangkauan harga maupun densitas. house, apartemen
Residential area 10 menit berjalan kaki
(radius 400 m s/d 800 m)
Berada di luar kawasan TOD Jangkauan 20 menit berjalan kaki di Sekolah umum, single family
(>800 meter) seberang arteri. Kepadatan lebih housing
Secondary area rendah memiliki banyak jalan
menuju area transit
Fungsi lain-lain Berada di luar kawasan TOD. Daerah yang dekat dengan transit Rural residential, industrial uses,
yang mendukung fungsi transit travel commercials complexes
(Kementerian PUPR, 2020)
Utilisasi Kawasan TOD Blok M-ASEAN
(Jakpro, 2021)
7. Kota Kompak (compact city)
Pengertian
• Kota dengan peningkatan kepadatan penduduk permukiman dan kawasan terbangun,
intensifikasi aktivitas ekonomi, sosial, dan budaya perkotaan, ukuran, struktur dan
bentuk kota yang dimanipulasi dalam rangka mencapai manfaat keberlanjutan
lingkungan, sosial, dan global, yang diperoleh dari pemusatan fungsi-fungsi perkotaan:
kota kompak digagas tidak sekadar untuk menghemat konsumsi energi, tetapi juga
diyakini lebih menjamin keberlangsungan generasi yang akan datang (BPIW PUPR)
http://bank-data.bpiw.pu.go.id/dictionary/words?q=Kota+kompak+%28compact+city%29&id=1067
• adalah konsep perencanaan kota dan desain kota, yang mempromosikan kepadatan
hunian yang relatif tinggi dengan penggunaan lahan campuran (Wikipedia Inggris)
Latar belakang
Merupakan gagasan Dantzing dan Saaty (1973). Ide tersebut terinspirasi dari ide Le Corbusier mengenai
Radiant City. Visi nya adalah untuk meningkatkan kualitas kehidupan perkotaan Ide tersebut sesuai dengan
prinsip perkembangan yang berkelanjutan. Secara umum ide dari compact city menciptakan kekompakan
dan kepadatan yang dapat menghindari permasalahan yang ditimbulkan oleh kota modern, menyelamatkan
perkembangan daerah pedesaan, mendukung fasilitas lokal sehingga menjadikannya lebih otonomi (Laskara)
Main elements of compact city
https://www.researchgate.net/figure/Compact-city- https://www.researchgate.net/figure/Main-elements-of-a-compact-
characteristics_tbl1_259567794/download city_fig1_281197173
Perbandingan pembangunan kota secara acak dan compact city strategy
(Laskara)
Keterkaitan Compact city dengan sustainable development
Sistem
Teknologi Informas
Informasi Geografis
Data
Sistem
dalam
Informasi
SIG
Sistem Pemrosesan
Informasi Data
Perkotaan Spasial
1. Teknologi Informasi
Pengertian
Teknologi informasi adalah suatu teknologi yang digunakan untuk mengolah data, termasuk
memproses, mendapatkan, menyusun, menyimpan, memanipulasi data dalam berbagai cara
untuk menghasilkan informasi yang berkualitas, yaitu informasi yang relevan, akurat dan
tepat waktu, yang digunakan untuk keperluan pribadi, bisnis, dan pemerintahan dan
merupakan informasi yang strategis untuk pengambilan keputusan (Hilda, 2016).
Teknologi Informasi (TI) dan Perencanaan Wilayah dan Kota (PWK)
Hampir seluruh bagian perencanaan harus menggunakan teknologi informasi. Begitu banyak
fungsi dan peranan teknologi informasi dalam sebuah perencanaan, diantaranya sebagai
berikut :
1. Membantu mencari informasi dalam sebuah perencanaan
2. Sebagai alat dalam penyusunan perencanaan
3. Sebagai alat dalam pemaparan hasil perencanaan
4. Penggunaan aplikasi pemetaan atau GIS (Hilda, 2016)
http://tentangpwk.blogspot.com/2016/10/peranan-teknologi-informasi-dalam.html
2. Sistem Informasi
• kombinasi dari manusia, fasilitas atau alat teknologi, media, prosedur dan pengendalian
yang bermaksud menata jaringan komunikasi yang penting, proses atau transaksi tertentu
dan rutin, membantu manajemen dan pemakai intern dan ekstern dan menyediakan dasar
pengambilan keputusan yang tepat (F. Nash).
• sebagai tipe khusus dari sistem kerja dimana manusia dan/mesin melakukan pekerjaan
dengan menggunakan sumber daya untuk memproduksi produk tertentu dan/jasa bagi
pelanggan (Alter).
https://bsi.today/pengertian-sistem-informasi/
Tujuan dan Fungsi Sistem Informasi
https://bsi.today/pengertian-sistem-informasi/
3. Sistem Informasi Perkotaan
Suatu sistem informasi perkotaan harus mencakup 4 basic information system yaitu :
• Land information system
• Resources Information System
• Activities Information System
• People Information System
(Morris dan Juppenlatz dalam Akbar 1993)
(Akbar, 1993)
(Akbar, 1993)
4. Sistem Informasi Geografis
Pengertian
• Sistem informasi khusus yang mengelola data yang memiliki informasi spasial (bereferensi
keruangan) (Riyanto et al, 2019)
• GIS (Geographic Information System) atau sistem informasi geografis adalah alat berbasis
komputer untuk memetakan dan menganalisis hal-hal yang ada dan peristiwa-peristiwa
yang terjadi di bumi (Panatagama, 2021)
• GIS menggunakan data yang berbasis spasial yaitu sebuah data yang berorientasi geografi,
memiliki sistem koordinat tertentu sebagai dasar referensinya (Santikayasa, 2022)
• Suatu komponen yang terdiri dari perangkat keras, perangkat lunak, sumber daya manusia
dan data yang bekerja bersama secara efektif untuk memasukkan, menyimpan,
memperbaiki, memperbaharui, mengelaola, memanipulasi, mengintegrasikan dan
menambahkan data dalam suatu informasi berbasis geografis (GTZ-DeCGG)
Komponen Sistem Informasi Geografis
(GTZ-deCGG)
GIS dan Proses Perencanaan
Perumusan Tujuan
Pengumpulan Data
Alternatif Rencana
Implementasi
Monitoring
(Agung, 1993)
Tahapan Sistem Informasi Geografis
(GTZ-deCGG)
5. Data dalam SIG
• Semakin kecil ukuran permukaan bumi yang
A. Data Spasial Vektor dan Raster
direpresentasikan maka akan semakin tinggi resolusinya.
B. Data Atribut/Tabular
• Data raster sangat baik untuk menggambarkan keadaan
jenis tanah, vegetasi dan kelembaban tanah.
• Kelemahan data raster terletak pada besarnya ukuran
1. Data Vector file, semakin tinggi resolusi gambar maka ukuran file
Data vektor adalah data yang menampilkan pola keruangan akan semakin besar.
dalam bentuk titik, garis, kurva atau poligon.
• Data vektor sangat baik untuk merepresentasikan fitur-fitur
jaringan jalan, gedung, rel kereta dan letak koordinat.
• Kelemahan data ini adalah ketidakmampuannya dalam
mengakomodasi perubahan fenomena yang bersifat
gradual.
2. Data Raster
• Data raster adalah data yang menampilkan sisi ruang bumi
dalam bentuk pixel (picture element) yang membentuk
grid/petak dan dihasilkan dari penginderaan jauh. Pada data
raster, resolusi tergantung pada ukuran pixel-nya.
https://geograph88.blogspot.com/2014/12/data-raster-dan-data-vektor.html
3. Data Atribut Data Atribut
• Data atribut merupakan data yang memberi
No. Kecamatan Kepadatan
deskripsi atau penjelasan tentang suatu fenomena (Jiwa/Km2)
yang ada di permukaan bumi atau penjelasan 1 Sawangan 6.324
setiap objek yang ada di permukaan bumi. 2 Bojongsari 6.927
• Data ini merepresentasikannya dalam bentuk kata-
3 Pancoran Mas 15.650
kata, angka, atau tabel.
4 Cipayung 14.974
• Data atribut paling cocok digunakan untuk
menggambarkan gejala topografi karena datanya 5 Sukmajaya 17.947
berupa kualitatif dan deskriptif. Contoh paling 6 Cilodong 10.350
sederhana dari data atribut adalah data jumlah 7 Cimanggis 15.030
penduduk, data tingkat kesuburan tanah, data 8 Tapos 8.713
kandungan mineral dalam tanah, dan sebagainya. 9 Beji 15.273
https://www.quipper.com/id/blog/geografi-un-sma/kenali-jenis-data-sistem-
informasi-geografi-ini-supaya-lebih-afdol/ 10 Limo 9.957
11 Cinere 13.653
12 Kota Depok 11.635
(BPS Kota Depok, 2022)
(Panatagama, 2021)
6. Geoprocessing
Geoprocessing adalah kemampuan SIG untuk Jenis Geoprocessing :
analisis data dan mengaplikasi fungsi-fungsi • Buffer
pada data spasial • Clip
• Intersect
• Union
• Merge
• Dissolve
Input Proses Output
GTZ-deCGG
1. Buffer
Buffering, yaitu analisis yang akan menghasilkan buffer/penyangga yang bisa berbentuk
lingkaran atau poligon yang melingkupi suatu objek sebagai pusatnya, sehingga kita bisa
mengetahui berapa parameter objek dan luas wilayahnya. (https://www.geografi.org/2018/02/analisis-spasial-
dalam-sistem-informasi.html)
Membuat zona buffer pada jarak tertentu dari fiture (point, line, polygon) (GTZ-deCGG)
(GTZ-deCGG)
2. Clip
Pada dasarnya pekerjaan ini adalah “memotong” atau menggunting suatu theme.
Proses ini menghasilkan theme baru dengan tipe sesuai dengan theme obyek yang
dipotong (titik, garis, dan polygon) (Adil, 2016)
Menentukan areal pada input yang berada dalam areal clip feature. Tidak ada atribut yang
berpindah dari clip feature ke output (GTZ-deCGG)
(GTZ-deCGG)
3. Intercept
Proses ini pada dasarnya tidak jauh berbeda dengan clipping tetapi pada intersect, theme
baru merupakan data spasial irisan kedua theme yang menjadi masukannya dengan theme
overlay sebagai batas intersect-nya (Adil, 2016).
Menentukan areal yang overlapping antara fitur input. Output yang dihasilkan adalah fitur
yang ada di kedua input masing-masing (GTZ-deCGG).
(GTZ-deCGG)
4. Union
Proses ini akan menghasilkan theme baru dengan mengkombinasikan dua theme. Output
theme yang dihasilkan merupakan gabungan dari kedua features, berikut atribut datanya (Adil,
2016).
Menentukan areal yang berada pada salah atu layer saja atau kedua/beberapa layer. Semua
fitur yang ada pada layer input akan menjadi output. Union daapt dilakukan pada 2 atau lebih
layer (GTZ-deCGG)
(GTZ-deCGG)
5. Merge
Proses ini mirip dengan union akan dihasilkan sebuah theme baru yang merupakan kombinasi
dari beberapa theme yang bersisian, tetapi unsur unsur spasial tersebut tidak saling
memotong. Data atribut masing-masing theme otomatis akan tergabung (Adil, 2016)
Menggabungkan fitu yang sama (pont-point, line-line dan polygon-polygon) pada layer
berbeda. Layer harus saling berbatasan boleh overlap (GTZ-deCGG).
(GTZ-deCGG)
6. Dissolve
Proses ini pada dasarnya akan menyatukan atau menghilangkan batas-batas unsur-unsur
spasial yang tepat bersebelahan namun terletak dalam suatu theme yang sama atau dengan
perkataan lain dissolve merupakan operasi yang digunakan untuk menyatukan features yang
mempunyai nilai atribut yang sama (Adil, 2016)
(GTZ-deCGG)
Fungsi dari Analisis Spasial
Analisis spasial merupakan proses pemeriksaan lokasi, atribut, dan hubungan fitur dalam data spasial melalui
overlay dan teknik analisis lainnya untuk menjawab pertanyaan atau mendapatkan pengetahuan yang berguna.
Analisis spasial mengekstrak atau menciptakan informasi baru dari data spasial (Prahasta, 2009)
1.Klasifikasi (reclassify), yaitu suatu kegiatan yang mengklasifikasikan kembali suatu data hingga pada
akhirnya menjadi sebuah data spasial yang baru dan berdasarkan pada
kriteria atau atribut tertentu.
2. Jaringan atau Network, yaitu sebuah fungsionalitas yang merujuk pada data – data spasial titik- titik
ataupun garis – garis sebagai jaringan yang tidak terpisahkan.
3. Overlay, merupakan fungsionalitas yang menghasilkan layer data spasial baru, di mana
layer tersebut merupakan hasil dari kombinasi minimal dua layer yang
menjadi masukannya.
4. Buffering, adalah fungsi yang akan menghasilkan layer spasial baru menghasilkan layer data
spasial baru dengan bentuk poligon serta memiliki jarak tertentu dari
unsur–unsur spasial yang menjadi masukkannya.
5. 3D Analysis, fungsi ini terdiri atas sub – sub fungsi yang berkaitan dengan presentasi data
spasial yang terdapat di dalam ruang 3 dimensi atau permukaan
digital.
6. Digital Image Processing, untuk fungsionalitas ini nilai ataupun intensitas dianggap sebagai fungsi sebar `
atau spasial.
(Prahasto, 2009)
1. Analisis Klasifikasi 2. Analisis Jaringan 3. Analisis Overlay
https://grindgis.com/blog/open-source-gis- https://www.geotekno.com/tutorial-arcgis-
http://yoghaken.blogspot.com/2014/10/bufferi software-3d-map pengolahan-citra-satelit-digital/678
ng-di-arcgis-10-untuk-analisis.html
UNIVERSITAS INDONESIA
MAGISTER KAJIAN PENGEMBANGAN PERKOTAAN
Kuliah Umum
Penyusunan
Rencana Detail Tata Ruang
Tahapan Perumusan
Tahapan Persiapan. 2 5 Konsep Rencana
Penyusunan
RDTR Tahapan Perumusan
Pendahuluan 1 6 Peraturan Zonasi
BAGIAN I
1. PENDAHULUAN
2. PERSIAPAN
3. PENGUMPULAN DATA
Pendahuluan
A B C D E F G H
Lingkup Pertimbangan Rencana Detail Proses
Perencanaan Perencanaan Tata Ruang Penyusunan
Kota Kota RDTR-PZ
1.A Pengertian Perencanaan Kota
Perencanaan kota berkaitan dengan pengembangan lahan terbuka ("situs greenfields") dan revitalisasi bagian kota yang ada,
sehingga melibatkan penetapan tujuan, pengumpulan dan analisis data, peramalan, desain, pemikiran strategis, dan
konsultasi publik. Semakin, teknologi sistem informasi geografis (GIS) telah digunakan untuk memetakan sistem perkotaan
yang ada dan untuk memproyeksikan konsekuensi dari perubahan. (https://www.britannica.com/topic/urban-planning).
Perencanaan Kota adalah profesi yang berhubungan dengan penggunaan lahan spasial yang mempengaruhi aspek fisik,
lingkungan, ekonomi dan sosial dari lingkungan perkotaan dan pedesaan. (https://worldurbanplanning.com/what-is-urban-
planning/)
Perencanaan kota adalah proses teknis dan politik yang berkaitan dengan kontrol penggunaan lahan dan desain lingkungan
perkotaan, termasuk jaringan transportasi, untuk membimbing dan memastikan pembangunan pemukiman dan masyarakat
yang tertib. (https://www.definitions.net/definition/urban+planning)
Studi atau profesi yang berhubungan dengan pertumbuhan dan fungsi kota dan kota, termasuk masalah lingkungan, zonasi,
infrastruktur, dll. (https://www.collinsdictionary.com/dictionary/english/urban-planning).
Secara teori, perencanaan kota adalah proses menguraikan solusi yang bertujuan baik untuk meningkatkan atau requalify
daerah perkotaan yang ada, serta untuk menciptakan urbanisasi baru di wilayah tertentu. Sebagai disiplin dan sebagai
metode tindakan, perencanaan kota berkaitan dengan proses produksi, penataan, dan alokasi ruang kota.
(https://www.archdaily.com/984049/what-is-urban-planning).
Perencanaan wilayah dan kota (regional and city planning) pada dasarnya adalah perencanaan yang ruang lingkupnya
dilakukan berdasarkan skala spasial dimana aktivitas perencanaan tersebut dilakukan (Kustiwan, 2014).
Perencanaan Tata Ruang adalah suatu proses untuk menentukan Struktur Ruang dan Pola Ruang yang meliputi penyusunan
dan penetapan Rencata Tata Ruang (PP No. 21 Tahun 2021).
1.B Lingkup Perencanaan Kota
Terminologi yang sering digunakan untuk menjelaskan aktivitas perencanaan kota/perkotaan
sangatlah beragam: perencanaan tata ruang (spatial planning), perencanaan tata guna lahan
(land use planning), perencanaan fisik (physical planning). Namun intinya adalah menyangkut
ruang, sesuatu ada dimana, secara statis atau dinamis, melindungi kawasan dan tapak
tertentu, keterkaitan antara aktivitas-aktivitas yang berbeda dan jaringan dalam suatu
kawasan; serta interseksi dan simpul secara nyata yang secara fisik berlokasi bersama-sama
dalam suatu kawasan (UN-Habitat, 2009)
Sesungguhnya, perencanaan perkotaan menyangkut perencanaan lingkungan binaan (built
environment), lebih dari sekedar tatanan fisik yang merupakan bagian dari lingkungan binaan
tersebut. Ditinjau dari lingkupnya, secara rinci perencanaan perkotaan mencakup antara lain
perencanaan tata guna lahan, transportasi, sarana-prasarana, pengembangan ekonomi,
sosial, dan lingkungan (Kustiwan)
Perencanaan kota : Penyiapan dan antisipasi kondisi kota pada masa yang akan datang dengan
titik berat pada aspek spasial dan tata guna lahan yang dimaksudkan untuk mewujudkan
peningkatan kualitas lingkungan kehidupan dan penghidupan masyarakat kota mencapai
kesejahteraan (Kustiwan)
1.C Tujuan Perencanaan Kota
Penyusunan rencana kota, yang
dimaksudkan untuk mewujudkan
peningkatan kualitas lingkungan kehidupan
dan penghidupan masyarakat kota dalam
mencapai kesejahteraan. Secara lebih rinci
tujuan perencanaan kota antara lain adalah:
1. Penyediaan fasilitas umum yang
memadai;
2. Penyediaan utilitas;
3. Penyediaan perumahan (lokasi,
distribusi, estetika); serta
4. Pengembangan sistem transportasi
kota (Hidayat, 2019)
1.D Beberapa faktor yang perlu dipertimbangkan dalam
perencanaan kota antara lain :
1. Merencanakan dari kondisi yang sudah ada (eksist) dengan berbagai kegiatan yang
kompleks.
2. Jumlah penduduk yang dinamis dengan kepadatannya ( inmigrasi,outmigrasi, mortal dan
natalitas)
3. Perkembangan Teknologi (smart dan IT, Light cities ), green cities, vertical building,
compact cities
4. Lahan dibutuhkan terbatas dan mahal.
5. Potensi dan karakteristik kegiatannya: non pertanian. Seperti Industri, perdagangan,
perbankan, jasa, pariwisata, dsb
6. Tatanan budaya–sosial masyarakatnya lebih dinamis, “mungkin individualsme”, sensitives
terhadap tekologi dan informasi luar
7. Sangat tergantung moda transportasi yang motorik, engine, listrik, yang relatif mahal
8. Tingkat polutan yang tinggi dan di Indonesia ada yang berada pada jalur “patahan/sesar“
(Djakapermana, 2019)
1.E Hirarkhi Perencanaan Kota
Nama Cakupan Wilayah Perencanaan Skala
Penetapan Wilayah
2. Rencana Detail Tata Ruang Perencanaan dapat
(RDTR) dan Peraturan Zonasi (PZ) * mencakup wilayah 1 : 5.000
administratif maupun
fungsional.
Wilayah kabupaten
yang disusun RDTRnya
1.F RDTR dan Peraturan Zonasi
Penyusunan
Pengolahan
Rancangan
Persiapan Data dan
Peraturan
Informasi
RDTR
1 2 3 4 5
Pengumpulan Penyusunan
Data dan Konsepsi
Informasi RDTR
4. Keluaran
2. B. Membuat kerangka kerja dan jadwal pelaksanaan kerja (M.711000.002.01)
1
3
2.F. Membuat usulan delineasi alternatif Wilayah Perencanaan
1. Tujuan Perencanaan (cermati kembali KAK)
Akomodasi kegiatan bersifat strategis nasional
Penataan kawasan;
Akomodasi pengembangan kegiatan investasi
Tujuan lainnya
3. Delineasi mempertimbangkan :
• Batas adminsitrasi kecamatan/desa/kelurahan
• Batas fisik (alami dan buatan)
• Lahan terbangun (built up area)/batas
fungsional perkotaan
3. Mencari Kontak Person di daerah (Bappeda, Dinas PU, BPN/Kantah, Dinas LH, Dinas
Permukiman, Dinas Pertanian dll)
4. Koordinasi dengan Kontak Person Dinas PUPR terkait pekerjaan, arahan lokasi wilayah
perencanaan/penyepakatan lokasi, jadwal survey, kebutuhan data, diskusi/FGD, info tempat
menginap, sewa kendaraan, sewa peralatan lain dan lainnya
2.I. Menyusun laporan pendahuluan dan bahan paparan
1. Mengacu pada KAK dan Dokumen Usulan Teknis
2. Penajaman metodologi pelaksanaan pekerjaan, ruang lingkup (lokasi dan substansi),
jadwal pelaksanaan pekerjaan dan titik kritisnya.
3. Lengkapi dengan data/info terbaru dan isu strategis hasil desk study
5. Membuat Surat survey dari Dinas PUPR ke OPD dan Kecamatan/Desa terkait
3.B.1 Data
A.Pengertian Data : Data adalah sekumpulan keterangan ataupun fakta yang dibuat dengan
kata-kata, kalimat, simbol, angka, dan lainnya. Data disini didapatkan melalui sebuah proses
pencarian dan juga pengamatan yang tepat berdasarkan sumber-sumber tertentu.
(Sumber : https://www.gramedia.com/literasi/pengertian-data/)
C. Menurut Perolehan
1. Data Sekunder : Data yang didapat melalui survey sekunder di instansi pemerintah
dan/atau pemerintah daerah (pemda), instansi swasta dan lainnya
2. Data Primer : Data yang didapat melalui survey primer di lokasi/lapangan
D. Menurut Wujudnya :
1. Data Hard copy : Data yang berbentuk fisik
2. Data Soft copy : Data yang berbentuk digital
E. Menurut penggolongannya
1. Data Kuantitatif : data terukur
2. Data Kualitatif : data tidak terukur
F. Menurut bentuknya
1. Data Deskriptif : Data dalam bentuk kalimat penjelasan
2. Data Tabular : Data dalam bentuk tabel
3. Data Grafis : Data dalam bentuk gambar
4. Data Audio/Video
3.B.2 Keterkaitan Data dalam Perencanaan
Kaitan data-analisis-rencana
7. Waktu efektif : Senin – Jumat : 15.00 – 17.00/Sabtu-Minggu 08.00 -14.00 waktu setempat
8. Koordinasi Tim : Evaluasi hasil pengumpulan data dan tindak lanjut serta rencana
kerja esok hari
1. Data Sekunder (untuk RDTR) 2. Data Sekunder (untuk Peraturan Zonasi) :
a. data wilayah administrasi a. Jenis penggunaan lahan yang ada pada daerah
b. data Kependudukan yang bersangkutan;
b. data bidang pertanahan b. Jenis kegiatan pemanfaatan ruang;
c. data informasi kebencanaan c. Jenis dan intensitas kegiatan yang ada pada daerah yang
d. data kebijakan pembangunan daerah bersangkutan;
e. data fisiografis d. Identifikasi masalah dari masing-masing kegiatan
f. data kondisi fisik tanah e. serta kondisi fisik (tinggi bangunan dan lingkungannya);
g. data sosial budaya e. Kajian dampak kegiatan terhadap zona yang bersangkutan;
h. data penggunaan lahan eksisting f. Standar teknis dan administratif yang dapat dimanfaatkan
i. data penatagunaan lahan dari peraturan perundang-undangan nasional maupun daerah;
g. Peraturan perundang-undangan pemanfaatan lahan dan
bangunan, serta prasarana di daerah terkait.
j. data peruntukan ruang RTRW
k. data informasi perizinan pemanfaatan ruang eksisting
l. data persetujuan dan rekomendasi KKPR 3. Data Primer :
m. data ketersediaan prasarana dan sarana a. Aspirasi masyarakat (Jaring ASMARA)
n. data peluang ekonomi b. Kondisi pemanfaatan ruang
o. data kemampuan keunagan pembangunan daerah c. Kondisi kegiatan penggunaan lahan
p. data kelembagaan pembangunan daerah c. Kondisi sosial ekonomi budaya masyarakat
q. data RDTR yang bersebelahan d. Kondisi sarana dan prasarana perkotaan
r. data kawasan dan bangunan e. Kondisi tata bangunan (GSB, Ketinggian dsb.
s. data isu pembangunan yang berkelanjutan f. Kondisi lingkungan hidup
g. Pengukuran sampel (missal traffic counting
h. Pengambilan sampel : kualitas air dll
i. Lain-lain sesuai karakteristik WP
Contoh Data Primer
2. Mengusulkan pihak2 yang harus diundang (Tim Supervisi pekerjaan, Tim Teknis Tata Ruang/
Forum Penataan Ruang, camat dan kades LSM, pemerhati lingkungan/pembangunan, tomas,
toga, ormas, pakar penataan ruang, akademisi, DPRD, dunia usaha organisasi wanita
perempuan, organisasi pemuda, PLN/Telkom/PDAM dan lainnya yang dianggap perlu).
5. Dokumentasi Foto dan Video (bila perlu) selama pelaksaaan FGD/Konsultasi Publik
1. Text naratif-deskriptif
2. Tabel
3. Diagram/Chart (Optional)
4. Foto
5. Peta
4.C. Teknik Analisis
Kawasan Andalan/
Level Kaitan
No. Struktur Ruang Pola Ruang Wilayah Sektor Strategis
Kebijakan ke WP
Pengembangan
1 RTRW Jekulo bukan PKN, bukan PKW Jekulo tidak terlihat Kabupaten Kudus bagian Pertaian, industri, Sangat kecil
Nasional Kawasan Andalan pertambangan, perikanan,
(PP No. Wanarakuti migas
13/2017)
2 RTRW Jekulo Bukan PKW dan PKL Jekulo sebagaimana Kab. Kab. Kudus bagian dari Pertanian, industri,
Provinsi Kudus pada umumnya Wilayah Pengembangan perdagangan dan jasa,
(Perda No. fungsinya Pertanian Wanarakuti perikanan,
16/2019) Pertambangan
Q= C ×A ×I ×R
Teknik komparasi tingkat pertumbuhan penduduk
Q = debit (m3)
C = koefisien run off %
A = Area (Ha)
No. Wilayah T-5 T-4 T-3 T-2 T-1
I = intensitas hujan(ml)
R = Konstanta (0,278) 1 Kab/Kota
2 Kec. ...........
a. Analisis Sumber Daya Air b. Analisis Daya Dukung Lahan Pertanian Pangan
𝑆≥𝐷
S = Supply (m3/tahun)
D= Demand (m3/tahun
Potensi air hujan =m3/tahun
Kebutuhan air domestik = 90 m3/orang/tahun
Kebutuhan air perkotaan = 20% kebtuhan air domestik
Kebutuhan air pertanian = 720.000 m3/Ha/tahun (2 x tanam)
Kebutuhan air industri = 1.296.000 m3/tahun
Teknik Superimpose Peta/GIS Permen PU No. 20/2007 a. Analisis Proyeksi Jumlah Penduduk
1. Metode Geometrik Pt = Po (1+r) 𝑡
Dimana :
Pt = Jumlah penduduk tahun akhir proyeksi (jiwa)
Po = Jumlah penduduk tahun awal proyeksi (Jiwa)
r = tingkat pertumbuhan penduduk (%)
t = jangka waktu proyeksi
a. Location Quotient
a. Analisis Interaksi antar 2 kutub Metode Gravity Model b. Analisis Volume Lalu lIntas Metode Level of Service
c. Analisis Proyeksi Kebutuhan Daya Listrik f. Analisis Proyeksi Timbulan air Limbah
Analisis Kelembagaan Penataan Ruang memuat deskripsi Analisis Pembiayaan Pembangunan memuat deskripsi tentang :
kualititatif tentang : 1. Perwujudan RDTR yang dibiayai oleh :
1. Perlunya pengendalian pemanfaatan ruang • Pemerintah Pusat
• Hal yang harus dikendalikan • Pemerintah Provinsi
• Penguatan tugas dan fungsi sub bid pengendalian • Pemerintah Kabupaten
2. Pelaksanaan rencana detail tata ruang 2. Perwujudan RDTR yang dibiayai oleh Swasta
• Perizinan berusaha dan non berusaha 3. Perwujudan RDT yang dibiayai oleh masyarakat
• KKPR 4. Insentif dan disinsentif
3. Penguatan personil pengendalian pemanfaatan ruang
• Peningkatan kompetensi ASN pengendalian
4. Penguatan peran masyarakat
• Pelibatan unsur masyarakat dalam FPR kabupaten
11. Analisis Lingkungan Binaan
a. Analisis Figure and Ground c. Analisis Ketersediaan RTH dan RTNH e. Analisis Vista Kawasan
b. Analisis Aksesibilitas pejalan kaki/pesepeda d. Analisis Intensitas Bangunan f. Analisis Cagar Budaya
12. Analisis Karakteristik Peruntukan Zona 13. Jenis dan Karakteristik Kegiatan yang Saat Ini Berkembang
dan Mungkin Akan Berkembang di Masa Mendatang
a. Ketentuan Penggunaan Lahan :
Rincian penggunaan lahan eksisting 1. Unduh Klasifikasi Baku Lapangan Usha Industri (KBLI) 2020
Kualitas penggunaan lahan copas dari Permen ATR No 11/2021
d. Ketentuan Khusus :
Kawaan Cagar Budaya
Kawasan Pertambangan Batuan
Lahan Sawah Dilindungi (LSD) 2. Buat Matriks Kegiatan dan Penggunaan Lahan
Ruang Bebas di bawah SUTET
Dampak Kegiatan :
1. Fisik
2. Ekonomi
3. Sosiall
4. Kualitas Lingkungan
5. Transportasi
16. Pertumbuhan dan Pertambahan Penduduk Pada Suatu Zona
• Visi adalah rumusan umum yang diinginkan pada akhir periode perencanaan (UU
No. 25/2004).
• Visi dirumuskan dengan menjabarkan kebijakan yang bersifat lebih tinggi seperti :
• Kebijakan Pembangunan (RPJM Nasional atau RPJM Provinsi atau RPJM
Kabupaten/Kota
• Kebijakan Penetaan Ruang (RTRW Nasional atau RTRW Provinsi, atau RTRW
Kabupaten/Kota
• Visi dicapai dengan mempertimbangkan :
• Trend perkembangan yang berlangsung
• Skenario pengembangan
Skenario Pengembangan
Engine of growth ? (leading sector, sektor primer, sektor sekunder, sektor tersier)
Hubungan dengan wilayah belakang (hinterland)?
Peran kawasan dalam konteks perekonomian regional?
5.B. Konsep Pengembangan
Konsep Skematik Pengembangan Konsep Skematik Pengembangan
Kecamatan Bajenis Kota Tebingtinggi Kecamatan Ringinarum Kabupaten Kendal
5.C. Perumusan Tujuan Penataan Ruang
Tujuan penataan WP berfungsi:
a. sebagai acuan untuk penyusunan rencana pola ruang, penyusunan rencana struktur ruang, penyusunan ketentuan
pemanfaatan ruang, penyusunan peraturan zonasi; dan
b. untuk menjaga konsistensi dan keserasian pengembangan wilayah perencanaan dengan RTRW kabupaten/kota
Praktisi Mengajar
MATA KULIAH
PERENCANAAN KOTA
Kuliah-11 : Rencana Tata Ruang Wilayah Kota
10 Mei 2023
Perumusan
Tahapan Persiapan 2 5 Konsepsi RTRW
Our
Review
Perencanaan Kota
1 Agenda 6
Penyusunan
Ranperda
1. Review : Pengertian Perencanaan Kota
Perencanaan kota berkaitan dengan pengembangan lahan terbuka ("situs greenfields") dan revitalisasi bagian kota yang ada,
sehingga melibatkan penetapan tujuan, pengumpulan dan analisis data, peramalan, desain, pemikiran strategis, dan
konsultasi publik. Semakin, teknologi sistem informasi geografis (GIS) telah digunakan untuk memetakan sistem perkotaan
yang ada dan untuk memproyeksikan konsekuensi dari perubahan. (https://www.britannica.com/topic/urban-planning).
Perencanaan Kota adalah profesi yang berhubungan dengan penggunaan lahan spasial yang mempengaruhi aspek fisik,
lingkungan, ekonomi dan sosial dari lingkungan perkotaan dan pedesaan. (https://worldurbanplanning.com/what-is-urban-
planning/)
Perencanaan kota adalah proses teknis dan politik yang berkaitan dengan kontrol penggunaan lahan dan desain lingkungan
perkotaan, termasuk jaringan transportasi, untuk membimbing dan memastikan pembangunan pemukiman dan masyarakat
yang tertib. (https://www.definitions.net/definition/urban+planning)
Studi atau profesi yang berhubungan dengan pertumbuhan dan fungsi kota dan kota, termasuk masalah lingkungan, zonasi,
infrastruktur, dll. (https://www.collinsdictionary.com/dictionary/english/urban-planning).
Secara teori, perencanaan kota adalah proses menguraikan solusi yang bertujuan baik untuk meningkatkan atau requalify
daerah perkotaan yang ada, serta untuk menciptakan urbanisasi baru di wilayah tertentu. Sebagai disiplin dan sebagai metode
tindakan, perencanaan kota berkaitan dengan proses produksi, penataan, dan alokasi ruang kota.
(https://www.archdaily.com/984049/what-is-urban-planning).
Perencanaan wilayah dan kota (regional and city planning) pada dasarnya adalah perencanaan yang ruang lingkupnya
dilakukan berdasarkan skala spasial dimana aktivitas perencanaan tersebut dilakukan (Kustiwan, 2014).
Perencanaan Tata Ruang adalah suatu proses untuk menentukan Struktur Ruang dan Pola Ruang yang meliputi penyusunan dan
penetapan Rencata Tata Ruang (PP No. 21 Tahun 2021).
Lingkup Perencanaan Kota
Terminologi yang sering digunakan untuk menjelaskan aktivitas perencanaan kota/perkotaan
sangatlah beragam: perencanaan tata ruang (spatial planning), perencanaan tata guna lahan
(land use planning), perencanaan fisik (physical planning). Namun intinya adalah menyangkut
ruang, sesuatu ada dimana, secara statis atau dinamis, melindungi kawasan dan tapak
tertentu, keterkaitan antara aktivitas-aktivitas yang berbeda dan jaringan dalam suatu
kawasan; serta interseksi dan simpul secara nyata yang secara fisik berlokasi bersama-sama
dalam suatu kawasan (UN-Habitat, 2009)
Sesungguhnya, perencanaan perkotaan menyangkut perencanaan lingkungan binaan (built
environment), lebih dari sekedar tatanan fisik yang merupakan bagian dari lingkungan binaan
tersebut. Ditinjau dari lingkupnya, secara rinci perencanaan perkotaan mencakup antara lain
perencanaan tata guna lahan, transportasi, sarana-prasarana, pengembangan ekonomi,
sosial, dan lingkungan (Kustiwan)
Perencanaan kota : Penyiapan dan antisipasi kondisi kota pada masa yang akan datang dengan
titik berat pada aspek spasial dan tata guna lahan yang dimaksudkan untuk mewujudkan
peningkatan kualitas lingkungan kehidupan dan penghidupan masyarakat kota mencapai
kesejahteraan (Kustiwan)
Tujuan Perencanaan Kota
Penyusunan rencana kota, yang
dimaksudkan untuk mewujudkan
peningkatan kualitas lingkungan kehidupan
dan penghidupan masyarakat kota dalam
mencapai kesejahteraan. Secara lebih rinci
tujuan perencanaan kota antara lain adalah:
1. Penyediaan fasilitas umum yang
memadai;
2. Penyediaan utilitas;
3. Penyediaan perumahan (lokasi,
distribusi, estetika); serta
4. Pengembangan sistem transportasi
kota (Hidayat, 2019)
Tenaga Ahli yang dibutuhkan untuk menyusun
Rencana Tata Ruang Wilayah Kota
(1) Perencanaan Wilayah dan Kota
(2) sistem informasi geografis;
(3) ekonomi wilayah;
(4) infrastruktur;
(5) geologi/geofisika;
(6) transportasi;
(7) lingkungan;
(8) kebencanaan;
(9) kependudukan;
(10) sosial dan budaya;
(11) ilmu tanah;
(12) hukum; dan
(13) bidang keahlian lainnya sesuai karakteristik wilayah kota
(Permen ATR No. 11/2021)
Beberapa faktor yang perlu dipertimbangkan dalam
perencanaan kota antara lain :
1. Merencanakan dari kondisi yang sudah ada (eksist) dengan berbagai kegiatan yang
kompleks.
2. Jumlah penduduk yang dinamis dengan kepadatannya ( inmigrasi,outmigrasi, mortal dan
natalitas)
3. Perkembangan Teknologi (smart dan IT, Light cities ), green cities, vertical building,
compact cities
4. Lahan dibutuhkan terbatas dan mahal.
5. Potensi dan karakteristik kegiatannya: non pertanian. Seperti Industri, perdagangan,
perbankan, jasa, pariwisata, dsb
6. Tatanan budaya–sosial masyarakatnya lebih dinamis, “mungkin individualsme”, sensitives
terhadap tekologi dan informasi luar
7. Sangat tergantung moda transportasi yang motorik, engine, listrik, yang relatif mahal
8. Tingkat polutan yang tinggi dan di Indonesia ada yang berada pada jalur “patahan/sesar“
(Djakapermana, 2019)
4. Hirarkhi Perencanaan Kota
Nama Cakupan Wilayah Perencanaan Skala
7. Waktu efektif : Senin – Jumat : 15.00 – 17.00/Sabtu-Minggu 08.00 -14.00 waktu setempat
8. Koordinasi Tim : Evaluasi hasil pengumpulan data dan tindak lanjut serta rencana
kerja esok hari
Data primer, terdiri atas:
1) Data dan informasi dari aspirasi masyarakat, termasuk pelaku usaha
dan komunitas adat yang didapat melalui metode penyebaran
angket, forum diskusi publik, wawancara orang per orang, kotak
aduan, dan lainnya; serta
2) Data dan informasi terkait kondisi fisik dan sosial ekonomi wilayah
kota, jenis guna lahan/bangunan, intensitas ruang, maupun
infrastruktur perkotaan yang didapat melalui metode observasi
lapangan.
Contoh Data Primer
2. Mengusulkan pihak2 yang harus diundang (Tim Supervisi pekerjaan, Tim Teknis Tata Ruang/
Forum Penataan Ruang, camat dan kades LSM, pemerhati lingkungan/pembangunan, tomas,
toga, ormas, pakar penataan ruang, akademisi, DPRD, dunia usaha organisasi wanita
perempuan, organisasi pemuda, PLN/Telkom/PDAM dan lainnya yang dianggap perlu).
5. Dokumentasi Foto dan Video (bila perlu) selama pelaksaaan FGD/Konsultasi Publik
1 3 5
2 4
Skenario Pengembangan
Engine of growth ? (leading sector, sektor primer, sektor sekunder, sektor tersier)
Hubungan dengan wilayah belakang (hinterland)?
Peran kawasan dalam konteks perekonomian regional?
5.B. Konsep Pengembangan Spasial Kota
Gambarkan Skematik Konsep Pengembangan Konsep Skematik Pengembangan
Spasial Kota Kecamatan Bajenis Kota Tebingtinggi
Pengembangan ekonomi kota harus
diwadahi dan dialokasikan dalam ruang
kota
Sebaran Pusat Pelayanan kegiatan
Kawasan-kawasan yang harus dilindungi
Sistem jaringan pergerakan
5.C. Rencana Tata Ruang Wilayah Kota
Format : Template
Praktisi Mengajar
MATA KULIAH
PERENCANAAN KOTA
Kuliah-13 : Perkembangan Pendekatan
dan Paradigma Baru Perencanaan Kota
24 Mei 2023, 12.30-15.00 WIB
Perkembangan
1 Pendekatan Perencanaan
Kota (Teori dan Praktek)
Paradigma Baru
2 Perencanaan Kota
3
I. PERKEMBANGAN PENDEKATAN PERENCANAAN KOTA (EROPA)
Soedwiwahjono, 2022)
Soedwiwahjono, 2022)
Sejarah Perencanaan Pembangunan Kota di Indonesia
1. Masa Hindu-Budha Pendekatan Kekuasan Politik (Kerajaan)
Wilwatikta (Kec. Trowulan, Kab. Mojokerto)
https://atmadjihengki.blogspot.com/2022/10/perencanaan-kota.html
Samarang 1741
Batavia 1667
Ibukota Kabupaten Kendal
Pasar
Jalan Arteri Primer
mengarah Kiblat
Mesjid Agung Kendal
Penjara
Alun-alun
Kantor Bupati
Pendekatan Perbaikan Kualitas Permukiman Kota
Semarang (Nieuw Tjandi 1917) Jakarta (Nieuw Gondangdia dan Menteng 1910)
Medan (Djati Oeloe, Kp. Sekip, Padang Loemba, Sidodadi 1923) Malang (Burgenbuurt, Tjelaket, Eilandenbuurt, 1917)
Kotabaru Kebajoran (1948)
1948 2022
Rencana Induk DCI Djakarta 1965-1985
Pendekatan Ekonomi (Bisnis Properti) Bumi Serpong Damai (Kab. Tangerang) 1989
https://www.researchgate.net/figure/Land-Use-and-Development-Phase-Source-Townland-Final-Report
Kotabaru Parahyangan (Kab. Bandung Barat) 2002
PENDEKATAN PERENCANAAN KOTA SAAT INI
(Gamas)
• Rational Comprehensive Approach, dasar dalam pertimbangan –pertimbangan
analisisnya mencakup unsur/sub-sistem; dan masalah dilihat secara komprehensif,
tidak terpilah.
• Disjointed Incremental Approach, lebih mengutamakan unsur/sub-sistem tertentu
yang perlu diprioritaskan tanpa memperhatikan wawasan yang lebih luas dan tidak
perlu penelaahan dan evaluasi alternatif rencana secara menyeluruh.
• Mixscanning Approach, merupakan pendekatan perencanaan terpilah berdasarkan
pertimbangan menyeluruh, yang tetap mengacu garis kebijakan umum pada tingkat
yang lebih tinggi.
• Advocacy Planning, berpandangan bahwa suatu badan perencanaan tidak mungkin
untuk mewakili kebutuhan masyarakat yang beragam, sehingga perencanaan harus
memperjuangkan kepentingan-kepentingan berbagai kelompok masyarakat.
• Strategic Planning, memfokuskan pada tugas-tugas strategis yang jelas dan spesifik,
berbeda dengan tujuan yang luas dan tidak terfokus dari Comprehensive Planning,
dengan karakterisitk berorientasi tindakan, partisipatif, serta analisis terhadap
lingkungan internal dan eksternal.
(Puspa)
PENDEKATAN PERENCANAAN KOTA (PENGALAMAN PRAKTISI)
Pendekatan Teknis Penyusunan Rencana 1. Pendekatan Perkembangan Perekonomian
Detail Tata Ruang Global dan Investasi
Pendekatan Kebijakan Pengembangan 2. Pendekatan UU No. 11/2020 Cipta Kerja
Tata Ruang 3. Perkembangan Kawasan Industri Tenayan
4. Pendekatan Teknis Penyusunan Rencana Detail
Pendekatan Rencana Pengembangan
Tata Ruang
Sektoral 5. Pendekatan Teknis Penyusunan Peraturan Zonasi
Pendekatan Pengembangan fungsi 6. Pendekatan Kebijakan Pembangunan Daerah
perkotaan 7. Pendekatan Kebijakan Pengembangan Tata
Pendekatan Keterkaitan Perizinan Ruang
Investasi 8. Pendekatan Proyek Strategis Nasional
Pendekatan Pemangku Kepentingan 9. Pendekatan Rencana Pengembangan Sektoral
Pendekatan Sosial Budaya 10.Pendekatan Pengembangan fungsi perkotaan
Pendekatan Lingkungan Hidup 11.Pendekatan Pemangku Kepentingan
Pendekatan Partisipasi Masyarakat 12.Pendekatan Sosial Budaya
Pendekatan Kemitraan 13.Pendekatan Lingkungan Hidup
14.Pendekatan Peran Serta Masyarakat
Ustek RDTR Perkotaan Kabupaten Purbalingga 2019 Ustek RDTR Arahan Prioritas Nasional di Sekitar KI Tenayan 2021
II. PARADIGMA BARU DALAM PERENCANAAN KOTA
Paradigma mengakar pada “cara pandang” yang muncul dari “cara melihat” dan “cara
berfikir”. Cara melihat diartikan sekedar perabaan dari luar dan penggambaran sesuatu dan
melihat apakah hal tersebut merupakan suatu masalah atau potensi.
Paradigma merupakan falsafah atau dasar untuk memandang sesuatu, pada hal ini khususnya
dalam konteks Perencanaan Wilayah dan Kota. Jika cara pandang yang dipakai kurang baik
maka output yang dihasilkan akan kurang baik pula. “Ketika suatu hal terjadi, saya dapat
meraba dan mendeskripsikan persoalan dan fenomena tersebut dari akar-akarnya
Paradigma perencanaan kota adalah cara pandang atau Point of View seorang perencana
terhadap persoalan, fenomena dan potensi yang ada di sekitarnya, kemudian diturunkan
sebagai sebuah falsafah yang menjadi sebuah pegangan untuk ilmuwan-ilmuwan baru yang
akan melahirkan konsep-konsep dan cara pandang baru yang muncul dari pergulatan mereka.
(Luru)
Paradigma baru dalam perencanaan kota
1.Partisipasi Masyarakat
2.Koordinasi Horizontal dan Vertikal
3.Keberlanjutan
4.Kelayakan Finansial
5.Subsidiaritas
6.Interaksi Perencanaan Fisik dan Perencanaan Ekonomi
(Gamas)
Tangga Partisipasi Masyarakat (Arnstein)
Resilience City :
ketahanan perkotaan adalah sejauh mana kota dapat bertahan sebelum mereka
direorganisasi menjadi rangkaian struktur dan prosedur baru (HUDEC, 2017:19). Kota tangguh
adalah jaringan sistem fisik yang stabil dan komunitas manusia yang dapat mengelola ekstrim
acara; yaitu baik tubuh dan komunitas manusia dapat bertahan dan berfungsi di bawah
tekanan selamabencana (RUS, KILAR & KOREN, 2018:313).
1. Participation(Partisipasi)
2. Rule of law (Kerangka Hukum).
3. Transparancy (Transparansi)
4. Equality (Kesetaraan)
5. Responsiveness (Daya Tanggap)
6. Strategic Vision (Wawasan Ke Depan).
7. Accountabulity (Akuntabilitas)
8. Supervision (Pengawasan).
9. Efficiency and Effectiveness(Efektif dan Efisien).
10. Professionalism (Profesionalisme)
11 Consensus Orientation (Berorientasi pada konsensus)
(Puspa,
Elemen Paradigma Lama, Paradigma Baru,
Teori, Metode dan Konsep Teori, Metode dan Konsep
Prosedur Totaliter; Pengambilan keputusan dari Atas ke Pengambilan keputusan bebas (dari bawah ke atas);
Dasar; teknokratis; Asusila; Tidak mengamati Partisipatif; kolaboratif; Jaringan
keadilan; Birokratis; Mempertimbangkan pribadi kerja sama; Memiliki umpan balik dan efisiensi;
keuntungan; Menghindari partisipasi publik; Non Kesadaran masyarakat; Saling belajar; Kebetulan
kolaboratif; Tidak efektif; Sistem tertutup; TIDAK perencanaan; Menggunakan divergen dan konvergen
masukan; Cenderung estetika fisik; Masalah pemikiran; Evaluasi sebagai bagian utama dalam
lingkungan tidak penting; Desain dan rencana cetak pengambilan keputusan
biru; Definitif; Sosial dan aspek psikologis tidak pembuatan; Pragmatisme; Pemerintahan; Alam teori kritis
penting;Globalisasi menyediakan prosedur unsur paradigma baru.
Konten Modernisme/Postmodernisme; Tersebar luas Pemberdayaan manusia dan masyarakat; Kemandirian;
mobilitas; Pekat; Kota-kota besar; Tempat umum; Mempertimbangkan kembali hubungan sosial;
Sosialisasi; Mempercantik; Kepadatan tinggi; Redundansi; Promosi desentralisasi
Keaktifan tidak penting; Kapitalisme; Mal dan dan birokrasi; Perubahan peran kekuasaan; Panjang
megamall; Tempat parkir besar; Berbasis mobil prioritas jangka vs. jangka pendek; Skala kecil;
angkutan; Menggunakan bahan bakar fosil; Revisi gaya hidup; kegiatan praktis;
Kehancuran; Mengabaikan rencana tradisional; Sifat dari
Gaya hidup berbasis mobil; Komersialisasi dan teori resiliensi memberikan unsur isi
konsumerisme; Globalisasi paradigma baru ini.
Praktisi Mengajar
MATA KULIAH
PERENCANAAN KOTA
Kuliah-14 : Permasalahan dan
Kebijakan perkotaan
29 Mei 2023, 19.30-21.30 WIB
1
Permasalahan Perkotaan
2
Tantangan Kota Masa Depan
3
Kebijakan Pembangunan Perkotaan Nasional
PP No. 59/2022
I. Permasalahan Perkotaaan (1)
1.Urbanisasi 1.Urbanisasi
2.Permukiman 2.Pengangguran
3.Lingkungan 3.Kemacetan Lalu Lintas
4.Transportasi 4.Limbah
Permasalahan Kota Medan
1.Urbanisasi
2.Kemiskinan
3.Kualitas Lingkungan Hidup
4.Keamanan dan Ketertiban
5.Kapasitas daerah
6.Pertumbuhan antar kota yang belum seimbang
7.Globalisasi
6. Permasalahan di Kota & Kawasan Perkotaan
1. Kemiskinan 3. Perkembangan tidak terkendali 5. Urbanisasi
(PU, 2011)
IV. Kaitan Permasalahan Kota dan Rencana Tata Ruang
Rencana Tata Ruang Wilayah Kota
1. Tujuan, Kebijakan dan Strategi
6. Ketentuan Pengendalian
Pemanfaatan Ruang
Biodata Pemateri
Nama : Hengki Atmadji
Kelahiran : Jakarta 18 Januari 1965
Telepon/WA: 0812-81844024
e-Mail : atmadjihengki@gmail.com
Pendidikan : Jurusan Teknik Planologi ITI (1994)
Magister Perencanaan Wilayah dan Kota UNPAK (2021)
Pelatihan : Penilaian Properti P1/P2 (2003) dan P3/P4 (2004)
Penyusunan Peraturan Zonasi (2009)
Penyusunan KLHS (2014)
Historic Urban Landscape Quick Scan Depok Lama (2022)
Pekerjaan : Konsultan Perencanaan (1988 - sekarang)
Asesor PWK (2015-Sekarang)
Anggota Forum Penataan Ruang Kota Depok (2022-Sekarang)
Organisasi : Ikatan Ahli Perencanaan Indonesia (IAP)
UNIVERSITAS CENDERAWASIH
PROGRAM STUDI PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA
MATA KULIAH
ETIKA PROFESI (TWK 4750)
Kuliah-15 : Perencanaan,
Kompetensi dan Etika Perencana Indonesia
24 Mei 2023 11.00-13.00 WIT
Dosen Tamu :
Ir. Hengki Atmadji, M.PWK IAP
Topik
Today’s 2
Kompetensi Perencana Tata
Topics Ruang Wilayah dan Kota
4
Kode Etik Perencana Indonesia
1. PENGERTIAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA
Perencanaan wilayah dan kota adalah gagasan yang mencakup seluruh rangkaian
kegiatan sosial bertujuan untuk mengantisipasi, mewakili dan mengatur
perkembangan suatu kota atau daerah. Dengan demikian mengartikulasikan kegiatan
intelektual studi dan prospektif, sosial dan ekonomi peramalan dengan kegiatan yang
lebih konkrit seperti pemrograman infrastruktur, pencadangan lahan dan pengaturan
penggunaan lahan (Pinson, 2007).
Perencanaan wilayah dan kota adalah proses dimana masyarakat mencoba untuk
mengontrol dan/atau merancang perubahan dan pembangunan di lingkungan fisik
mereka. Ini telah dipraktikkan dengan banyak nama: perencanaan kota, perencanaan
kota, perencanaan komunitas, perencanaan penggunaan lahan, dan perencanaan
lingkungan fisik. Objek perencanaan adalah "lingkungan fisik", yang berarti tanah dan
semua kegunaannya, bersama dengan segala sesuatu yang memiliki keberadaan nyata
di atas atau di bawah permukaan tanah (Simmins, 2011)
Perencanaan wilayah dan kota adalah praktik desain ruang yang membatasi intervensi di
kawasan alami untuk memastikan keseimbangan antara pertumbuhan populasi,
perumahan, dan lapangan kerja di kawasan pemukiman. Ini termasuk desain ruang yang
memungkinkan makhluk hidup untuk hidup sambil merencanakan intervensi untuk
memastikan kesesuaian dengan ekologi, geologi, iklim, dan struktur tanah karena
intervensi di alam harus seimbang (Ergen, 2018).
Perencanaan kota dan wilayah adalah untuk menciptakan lingkungan binaan dan alami
yang berkelanjutan yang memperkaya masyarakat melalui kepemimpinan, kreativitas
kewirausahaan, tanggung jawab sosial dan perencanaan dan kebijakan yang ramah
lingkungan (MSU)
Perencanaan Wilayah dan Kota adalah seni dan ilmu mengatur pembangunan penggunaan
lahan untuk keuntungan sosial, ekonomi dan politik penduduk. Ini berkaitan dengan
perumusan, implementasi desain dan pemantauan kebijakan pembangunan melalui
perencanaan tata ruang di tingkat lokal, regional dan nasional. Perencanaan Wilayah dan
Kota ditawarkan sebagai disiplin berbasis luas yang, membutuhkan banyak masukan dari
bidang lain, terutama ilmu sosial (Olajuyigbe)
Perencanaan Wilayah dan Kota ialah perencanaan tata ruang kota yang meliputi segenap
sisi kehidupan masyarakat. Pendekatan yang biasa dilakukan dalam perencanaan kota
adalah mewujudkan gambaran pola lingkungan fisik yang ada serta kaitan ruang kota
dengan fungsinya yang saling berhubungan. Pelaksanaan perencanaan kota ini bisa men-
support pembangunan berkelanjutan dalam aspek sosial, ekonomi, serta lingkungan hidup
(Wikipedia)
Perencanaan kota dan wilayah dapat didefinisikan sebagai proses pengambilan keputusan
untuk mewujudkan tujuan-tujuan ekonomi, sosial, budaya dan lingkungan hidup melalui
pengembangan visi tata ruang, strategi dan rencana, dan penerapan seperangkat prinsip-
prinsip kebijakan, alat-alat, mekanisme partisipatif kelembagaan, dan prosedur
pengaturan (UN Habitat)
Perencanaan wilayah dan kota pada dasarnya adalah perencanaan yang ruang lingkupnya
diilakukan berdasarkan skala spasial dimana aktivitas perencanaan tersebut dilakukan
(Kustiwan, 2014)
1.B. Tujuan Perencanaan
1. Perencanaan adalah jalan atau cara untuk mengantifikasi dan merekam perubahan (a way
to anticipate and offset change).
2. Perencanaan memberikan pengarahan (direction) kepada administrator-administrator
maupun non-administrator.
3. Perencanaan juga dapat menghindari atau setidak-tidaknya memperkecil tumpang-tindih
dan pemborosan (wasteful) pelaksanaan aktivitas-aktivitas.
4. Perencanaan menetapkan tujuan-tujuan dan standar-standar yang akan digunakan untuk
memudahkan pengawasan.
1. Merencanakan dari kondisi yang sudah ada (eksist) dengan berbagai kegiatan yang
kompleks.
2. Jumlah penduduk yang dinamis dengan kepadatannya ( inmigrasi,outmigrasi, mortal dan
natalitas)
3. Perkembangan Teknologi (smart dan IT, Light cities ), green cities, vertical building,
compact cities
4. Lahan dibutuhkan terbatas dan mahal. Kebutuhan lahan semakin meningkat
5. Potensi dan karakteristik kegiatannya: non pertanian. Seperti Industri, perdagangan,
perbankan, jasa, pariwisata, dsb
6. Tatanan budaya–sosial masyarakatnya lebih dinamis, “mungkin individualsme”, sensitives
terhadap tekologi dan informasi luar
7. Sangat tergantung moda transportasi yang motorik, engine, listrik, yang relatif mahal
8. Tingkat polutan yang tinggi dan di Indonesia ada yang berada pada jalur “patahan/sesar“
(Djakapermana, 2019)
1.C. Fungsi Perencanaan
1. Perencanaan sebagai Pengarah
Perencanaan merupakan upaya untuk meraih atau mendapatkan sesuatu secara lebih terkoordinasi. Dalam hal
ini perencanaan adalah sebagai pengarah atau guide dalam usaha untuk mencapai tujuan secara lebih
terkoordinasi dan terarah.
(Tjokroamidjojo, 1994)
1.E. Perlunya Perencanaan Pembangunan
3. Untuk memberikan arahan dan koordinasi yang lebih baik pada pelaku
pembangunan
untuk mewujudkan pembanguan yang terpadu, sinergi dan saling
menunjang.
(Sjafrizal, 2007)
1.F. Pendekatan Perencanaan-1 (Sektor Publik)
1. Pendekatan Politik
Proses penyusunan rencana, pembangunan didasarkan atas penjabaran visi dan misi dan program kepala daerah
yang bersangkutan dan bersifat indikatif.
2. Pendekatan Teknokrat
Perencanaan dilaksanakan dengan menggunakan metode dan kerangka berpikir ilmiah oleh lembaga atau satuan
kerja yang secara fungsional bertugas untuk itu. Melibatkan-mengakomodasi keilmiahan dan perkembangan
teknologi .
3. Pendekatan Partisipatif
Seluruh lapisan masyarakat ikut dalam merencakan proses pembangunan :Partisipasi masyarakat adalah
keikutsertaan untuk mengakomodasi kepentingan mereka dalam proses penyusunan rencana pembangunan.
4. Pendekatan Top - Down
Pendekatan dgn inisiatif dari organisasi/ unit/ lembaga ATAS yg ditindaklanjuti (diterjemahkan) ke BAWAH.Sifat-
sifat :Substansi dr pusat ke daerah ke daerah yang lebih mikro lagi.
5. Pendekatan Bottom - Up
Pendekatan dengan inisiatif dari lembaga/ organisasi Bawah yang ditindaklanjuti –diterjemahkan ke Atas.Sifat-sifat
:Substansi dari daerah mikro ke daerah yang lebih luas (ke pusat).
(Iwan Setiabudi)
(Achmad Djunaedi, 2018)
(Achmad Djunaedi, 2018)
1.H. Ruang Lingkup Dan Jangka Waktu Perencanaan
2. Physical Planning;
Menyusun land use, sistem infrastruktur, utilities (banyak dilakukan dalam pemb. kota)
3. Alocative;
Lebih bersifat kordinasi/menghindari konflik untuk efesiensi system , hal ini sering disebut sebagai
regulatory planning
4. Innovatif:
Bukan hanya untuk efisiensi tapi lebih pada improving/pengembangan sistem dan memperkenalkan
pendekatan baru
Catatan:Economic dan physical plan sering overlap, demikian juga allocatif dan innovative, planning Urban dan Regional
Planning mencakup unsur 1, 2, 3, dan 4.
Penyusunan
Rancangan
Pengolahan Peraturan
Persiapan Data dan Rencana
Informasi Tata Ruang
1 2 3 4 5
Pengumpulan Penyusunan
Data dan Konsepsi
Informasi Rencana
Tata Ruang
RTRW RTRW
Kab. Merauke Kota Jayapura
Skala 1 : 50.000 Skala 1 : 25.000 RDTR Perkotaan Merauke
(Perda Kab.) (Perda Kota) Skala 1 : 5.000
(Perkada)
Daerah (Kabupaten/Kota) (UU No. 26/2007)
Hirarkhi Perencanaan Kota
Nama Cakupan Wilayah Perencanaan Skala
Penetapan Wilayah
2. Rencana Detail Tata Ruang Perencanaan dapat
(RDTR) dan Peraturan Zonasi (PZ) * mencakup wilayah 1 : 5.000
administratif maupun
fungsional.
1. Tujuan Penataan WP
2. Rencana Detail Tata Ruang 2. Rencana Struktur Ruang
3. Rencana Pola Ruang Perkada
(RDTR) dan Peraturan Zonasi (PZ) *
4. Ketentuan Pemanfaatan Ruang
5. Peraturan Zonasi
(https://gistaru.atrbpn.go.id/rtronline/)
2. Kompetensi Ahli Perencanaan Wilayah dan Kota
5 M.711000.008.01 Melaksanakan Survei Primer dan Sekunder (Tahapan Pengumpulan Data dan Informasi)
6 M.711000.011.01 Melaksanakan Kompilasi dan Pengolahan Data Parsial (Tahapan Pengolahan Data dan Informasi)
7 M.711000.012.01 Memeriksa Hasil Kompilasi dan Pengolahan Data Parsial
8 M.711000.013.01 Mengevaluasi Hasil Kompilasi dan Pengolahan Data Parsial
9 M.711000.019.01 Melakukan Analisis Parsial Perencanaan Wilayah dan Kota
10 M.711000.022.01 Menyusun Rencana Parsial sebagai Naskah Teknis Rencana Tata Ruang Wilayah dan Kota
11 M.711000.031.01 Menyusun Laporan Pekerjaan Perencanaan (Tahapan Penyusunan Konsepsi Rencana Tata Ruang)
1. Text naratif-deskriptif
2. Tabel
3. Diagram/Chart
(Optional)
4. Foto
5. Peta
3. KODE ETIK PERENCANA INDONESIA
(Ketetapan Kongres Istimewa No. 5 Tahun 1994)
(IAP, 2023)
TANGGUNG JAWAB PERENCANA TERHADAP PEMBERI
KERJA DAN ATASAN
1
Menjaga kerahasiaan informasi dari
pemberi kerja maupun informasi lain
dari pihak pemerintahan yang masih
perlu dirahasiakan
2
tidak menggunakan informasi yang
masih rahasia untuk kepentingan pribadi
3
• Memanfaatkan wewenang,
kompetensi profesi serta
informasi yang dimiliki untuk
memenuhi kepentingan pemberi
kerja dan atasannya sejalan
dengan pelayanan terhadap
kepentingan masyarakat
Menerapkan Etos Kerja, Etika Profesi, dan
Manajemen Organisasi Kerja yang Baik
(M.711000.002.01)
Melaksanakan etika profesi secara baik dalam bekerja sesuai
dengan kerangka acuan kerja (KAK)