Pada bab ini dibahas mengenai metodologi pekerjaan Penyusunan Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan Kecamatan Cerme
Koridor Jalan Cerme Lor Cerme Kidul berdasarkan standar teknis dan peraturan perundang-undangan.
Untuk dapat menyelesaikan kegiatan pekerjaan Penyusunan Rencana Tata Bangunan dan
Lingkungan Kecamatan Cerme Koridor Jalan Cerme Lor – Cerme Kidul dengan baik, maka perlu
disusun metodologi pelaksanaan dan rencana kegiatan. Dalam metodologi pelaksanaan memuat
tentang urutan langkah-langkah kegiatan yang akan dilakukan oleh Konsultan untuk mencapai
hasil seperti yang diharapkan, sedangkan rencana kegiatan merupakan rincian langkah-langkah
yang telah disusun pada metodologi pelaksanaan. Pendekatan dan asas yang digunakan terkait
Pada dasarnya dalam kegiatan ini digunakan pendekatan Mixed Scanning Planning Approach,
dimana kajian sistem yang lebih makro tetap menjadi bagian dari kajian sistem yang lebih mikro,
walaupun tidak secara menyeluruh. Hal ini dengan pertimbangan bahwa dengan melakukan
pendekatan ini maka kajian yang dilakukan menjadi lebih lengkap, karena mempertimbangkan
konseptual dan analitis mencakup pertimbangan perencanaan yang luas, dimana dalam
pertimbangan luas tersebut tercakup berbagai unsur atau subsistem yang membentuk
Dilandasi oleh suatu kebijakan umum yang merumuskan tujuan yang ingin dicapai
Didasari oleh seperangkat spesifikasi tujuan yang lengkap, menyeluruh, dan terpadu.
Peramalan yang tepat serta ditunjang oleh sistem informasi (masukan data) yang
Namun demikian, pendekatan ini ternyata banyak dikritik karena dianggap memiliki
informasi dan arahan yang relevan bagi stakeholders, cakupan seluruh unsur dirasakan sukar
direalisasikan, dukungan sistem informasi yang lengkap dan andal biasanya membutuhkan
dana dan waktu yang cukup besar, serta umumnya sistem koordinasi kelembagaan belum
menyeluruh.
menyeluruh. Dikemukakan oleh Charles E. Lindblom, dkk, pendekatan ini memiliki 3 ciri
utama, yaitu:
Rencana terpilah tidak perlu ditunjang oleh penelaahan serta evaluasi alternatif
Dengan terbatasnya lingkup perencanaan, yaitu pada unsur atau subsistem tertentu
saja, maka ada anggapan bahwa pelaksanaan menjadi lebih mudah dan realistik.
Namun ternyata, pendekatan ini juga masih memiliki kelemahan-kelemahan, seperti karena
kurang berwawasan menyeluruh sering terjadi dampak ikutan yang tidak terduga
sebelumnya, dianggap hanya merupakan usaha penyelesaian jangka pendek yang kurang
mengkaitkan dengan sasaran dan tujuan jangka panjang, serta dianggap sebagai
4-2
Penyusunan Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan (RTBL) Kecamatan Cerme
Koridor Jalan Cerme Lor - Cerme Kidul
LAPORAN PENDAHULUAN
penyelesaian permasalahan secara “tambal sulam” yang bersifat sementara sehingga harus
Planning Approach atau Third Approach (Amitai Etzioni), yang merupakan kombinasi
memperdalam tinjauan atas unsur yang strategis terhadap permasalahan menyeluruh. Ciri
Perencanaan mengacu pada garis kebijakan umum yang ditentukan pada tingkat tinggi
Ramalan mendalam menyangkut unsur yang diutamakan dilandasi oleh ramalan singkat
Dinilai sebagai penghematan waktu dan dalam dalam lingkup penelaahan, analisis, serta
Untuk menunjang hasil ramalan dan analisis sekilas, maka proses pemantauan,
Dengan pendekatan Mixed Scanning Planning Approach, maka secara lebih substantif,
Pendekatan eksternal, yang berarti bahwa dalam pekerjaan ini dipertimbangkan faktor-
seperti kebijakan-kebijakan yang mengikat atau harus diacu, kondisi dinamika global, dan
lain-lain. Dari pendekatan ini nantinya akan teridentifikasi gambaran tentang peluang yang
tercipta dan tantangan yang harus dijawab dalam penataan ruang suatu wilayah atau
kawasan.
Pendekatan internal, yang berarti bahwa dalam pekerjaan ini dipertimbangkan faktor-
faktor lingkungan strategis yang berpengaruh, seperti kondisi fisik dan lingkungan,
kependudukan, perekonomian, kelembagaan, dll. Pendekatan ini terkait dengan potensi yang
dimiliki dan permasalahan yang akan dihadapi dalam penataan ruang suatu wilayah.
4-3
Penyusunan Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan (RTBL) Kecamatan Cerme
Koridor Jalan Cerme Lor - Cerme Kidul
LAPORAN PENDAHULUAN
Kedua pendekatan itu lebih lanjut akan dikembangkan dengan didukung pula oleh
kerangka pengembangan dan pembangunan. Kata tersebut merujuk pada abilility of something
to be sustained. Pendekatan Sustainability Development saat ini umum digunakan dalam hal-hal
yang terkait dengan kebijakan lingkungan atau etika bisnis, terutama sejak dipublikasikannya
istilah ini dalam dokumen Bruntland Report oleh World Commission on Environtment and
diartikan sebagai:
"development that meets the needs of the present without compromising the ability of future generations to meet their
own needs. In a way that "promote[s] harmony among human beings and between humanity and nature".
hidup yang sangat penting artinya bagi generasi saat ini dan masa mendatang. Oleh karena itu,
pembangunan keberlanjutan menempatkan 3 pilar utama yang satu sama lainnya saling terkait
lingkungan hidup. Dengan didasari oleh pendekatan eksternal, internal, dan sustainability, maka
Penataan ruang yang berdaya guna dan berhasil guna, artinya penataan ruang yang
mewujudkan kualitas ruang yang sesuai dengan potensi dan fungsi ruang.
Penataan ruang yang terpadu, artinya penataan ruang yang dianalisis dan dirumuskan
menjadi satu kesatuan dari berbagai kegiatan pemanfaatan ruang yang dilaksanakan oleh
Penataan ruang yang serasi, selaras, dan seimbang, artinya penataan ruang yang dapat
Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan. Tahapan-tahapan penyusunan Rencana Tata Bangunan
4-4
Penyusunan Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan (RTBL) Kecamatan Cerme
Koridor Jalan Cerme Lor - Cerme Kidul
LAPORAN PENDAHULUAN
Penentuan kawasan perencanaan
Dalam menentukan kawasan perencanaan dilakukan deliniasi ulang berdasarkan deliniasi awal
ditambah analisa yang lebih mendalam dari konsultan dengan memperhatikan luasan 5-60
Ha dan kombinasi dari batas administratif, batas non administratif, kawasan yang memiliki
kesatuan karakter tematis, kawasan yang memiliki sifat campuran serta jenis kawasan.
Dalam proses ini dilakukan inventarisasi data (baik berasal dari survey primer atau survey
potensi dan masalah yang telah diinventarisasi sebelumnya yang dikombinasikan dengan
keadaan fisik eksisting kawasan dengan memperhatikan sasaran pembangunan kawasan yang
Sehingga diperlukan penanganan khusus dalam hal pengaturan RTH, reklame, parkir
kendaraan, utilitas, rambu/marka jalan, pengaturan jalur sepeda, pengaturan akses masuk
angkutan kendaraan berat, perencanaan drainase serta aspek lainnya apabila diperlukan.
Dalam proses perumusannya diperlukan penampungan aspirasi masyarakat agar produk yang
Dalam proses ini dilakukan penyusunan aturan yang selanjutnya dijadikan rujukan dalam
berikut kedalaman materi dan pelaporan pada tiap tahapan, yang ditunjukkan dalam alur pikir
4-5
Penyusunan Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan (RTBL) Kecamatan Cerme
Koridor Jalan Cerme Lor - Cerme Kidul
LAPORAN PENDAHULUAN
Gambar 4.1 Alur Pikir Penyusunan Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan Kecamatan Cerme Koridor
Jalan Cerme Lor – Cerme Kidul
4-6
Penyusunan Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan (RTBL) Kecamatan Cerme
Koridor Jalan Cerme Lor - Cerme Kidul
LAPORAN PENDAHULUAN
4.3.1 Metode Survei Dan Pengumpulan Data
Dalam perencanaan, diperlukan analisis yang teliti, semakin rumit permasalahan yang
dihadapi maka kompleks pula analisis yang akan dilakukan. Untuk dapat melakukan analisis yang
baik, diperlukan data/informasi, teori konsep dasar dan alat bantu memadai, sehingga kebutuhan
data sangat mutlak diperlukan. Metode pengumpulan data dilakukan dengan cara : 1. Metode
literatur, yaitu suatu metode yang digunakan untuk mendapatkan data dengan cara
mengumpulkan, mengidentifikasi, mengolah data tertulis dan metode kerja yang digunakan. 2.
Metode observasi, yaitu suatu metode yang digunakan untuk mendapatkan data dengan cara
melakukan survei langsung ke lokasi. Hal ini sangat diperlukan untuk mengetahui kondisi lokasi
yang sebenarnya dan lingkungan sekitar lokasi. 3. Metode kepustakaan, yaitu pengumpulan data
atau bahan yang diperoleh dari bukubuku kepustakaan. 4. Metode wirelessnet dan website, yaitu
Untuk mendukung tercapainya maksud dan tujuan serta manfaat bagi kegiatan
Penyusunan Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan Kecamatan Cerme Koridor Jalan Cerme Lor
– Cerme Kidul, maka dibutuhkan data perencanaan. Dan berkaitan dengan kebutuhan data yang
Data Sekunder, yaitu data yang didapatkan dalam bentuk dokumen (baik berbentuk buku
terbitan maupun peta), jurnal, literatur ataupun peraturan-peraturan yang berasal dari
instansi/lembaga yang terkait dengan pekerjaan ini. Data ini juga bisa didapatkan dari situs
Data Primer, yaitu data yang didapatkan dari hasil pengukuran/pengamatan langsung di
Pelaksanaan survei pengumpulan data untuk mendapatkan kedua jenis data tersebut
Survei instansional
Survei ini dilakukan pada instansi terkait. Cara memperoleh data sekunder adalah dengan
Survei Lapangan
Survei Lapangan dilakukan dengan cara wawancara dengan informan kunci (Pejabat, Tokoh
serta plotting.
Survei Pengukuran
4-7
Penyusunan Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan (RTBL) Kecamatan Cerme
Koridor Jalan Cerme Lor - Cerme Kidul
LAPORAN PENDAHULUAN
Survei ini dilakukan khususnya untuk mendapatkan peta dasar dan peta kondisi eksisting
kawasan perencanaan, bila dibutuhkan data lebih rinci pada suatu kawasan.
Data yang dikumpulkan adalah segala jenis informasi yang diperlukan untuk melakukan
analisis kawasan dan wilayah sekitarnya. Kelengkapan data yang diakomodasikan dalam
Penyusunan RTBL Kecamatan Cerme Koridor Jalan Cerme Lor - Cerme Kidul :
Data-data lain secara lebih lengkap yang dibutuhkan serta keterkaitannya dengan
analisa dan output yang diharapkan dapat dilihat pada tabel desain survey berikut:
Metode
Data yang
No Sumber data pengambilan Metode analisis Output
diperlukan
data
1 Peta Regional Hasil Observasi Analisis kebijakan Struktur
Peta Kota Survei Survei Analisis tata guna lahan Peruntukan Lahan
Peta Fisik dasar primer instansi Analisis arah pengembangan Sistem Ruang
kawasan Dinas Analisa Konfigurasi Ruang Terbuka dan Tata
Peta Guna Lahan Pekerjaan Analisa Figure Ground Hijau
Peta Status umum Analisa Muka Bangunan Intensitas
lahan Kebijakan Analisa Luasan Bangunan Pemanfaatan
Peta Jaringan wilayah Analisa Citra Kawasan Lahan
Peta Status (RTRW, Analisa Fungsi Bangunan Tata Bangunan\
lahan RDTR) Analisa Bangunan Sistem Sirkulasi
Bersejarah/vital dan Jalur
Analisa Pergerakan Penghubung
Analisa Potensi & Sistem Prasarana
Permasalahan & Utilitas
Analisa tata kualitas Lingkungan
lingkungan Tata Kualitas
Analisa system prasarana & Lingkungan
utilitas
Analisa daya dukung & daya
tampung
Analisa Kebencanaan
4-8
Penyusunan Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan (RTBL) Kecamatan Cerme
Koridor Jalan Cerme Lor - Cerme Kidul
LAPORAN PENDAHULUAN
Metode
Data yang
No Sumber data pengambilan Metode analisis Output
diperlukan
data
2 Foto lokasi & Hasil Survei - Observasi Analisa Tata Guna Lahan Struktur
bangunan primer - Bangunan Analisa Arah Pengembangan Peruntukan Lahan
penting/vital focal point Analisa Citra Kawasan Tata Bangunan
- Peta tata Analisa Fungsi Bangunan Sistem Ruang
guna lahan Analisa Bangunan Terbuka dan Tata
Bersejarah/vital Hijau
Analisa tata kualitas Tata Kualitas
lingkungan Lingkungan
Sistem Sirkulasi
dan Jalur
Penghubung
3 Demografi & Hasil Survei - Observasi Analisa Potensi & Sistem Sirkulasi
social budaya primer kondisi Permasalahan dan Jalur
sosial Analisa Partisipatif Penghubung
masyarakat Analisa daya dukung & daya Sistem Ruang
tampung Terbuka dan Tata
Hijau
Sistem Prasarana
& Utilitas
Lingkungan
4 Perekonomian Hasil Survei Observasi Analisa Potensi & Sistem Sirkulasi
primer LHR Permasalahan dan Jalur
Penghubung
Sistem Ruang
Terbuka dan Tata
Hijau
Sistem Prasarana
& Utilitas
Lingkungan
5 Kondisi fisik dan Hasil Survei Observasi Analisa Tata Guna Lahan Struktur
lingkungan primer Analisa Arah Pengembangan Peruntukan Lahan
Analisa Potensi & Sistem Sirkulasi
Permasalahan dan Jalur
Analisa daya dukung & daya Penghubung
tampung Sistem Ruang
Terbuka dan Tata
Hijau
Sistem Prasarana
& Utilitas
Lingkungan
6 Prasarana dan Hasil Survei Observasi Analisa Komparatif dengan Sistem Sirkulasi
Fasilitas primer standart dan Jalur
Analisa Potensi & Penghubung
Permasalahan Sistem Ruang
Analisa system prasarana & Terbuka dan Tata
utilitas Hijau
7 Fasade Hasil Survei Observasi Analisa Muka Bangunan Intensitas
Bangunan primer KDB Analisa Luasan Bangunan Pemanfaatan
KLB Analisa Citra Kawasan Lahan
KTB Analisa Fungsi Bangunan
KDH Analisa Bangunan
Bersejarah/vital
4-9
Penyusunan Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan (RTBL) Kecamatan Cerme
Koridor Jalan Cerme Lor - Cerme Kidul
LAPORAN PENDAHULUAN
Metode
Data yang
No Sumber data pengambilan Metode analisis Output
diperlukan
data
Skyline bangunan
Analisa tata kualitas
lingkungan
8 Intensitas Hasil Survei Observasi Analisa Luasan Bangunan Intensitas
bangunan primer Peta guna Pemanfaatan
lahan Lahan
9 Tata hijau Hasil Survei Observasi Analisa Citra Kawasan Tata Bangunan
primer RTH Analisa Komparatif dengan Sistem Sirkulasi
standart dan Jalur
Analisa Potensi & Penghubung
Permasalahan Sistem Ruang
Terbuka dan Tata
Hijau
10 Kebencanaan BPBD Survey Analisa Kebencanaan Sistem Prasarana
(rawan bencana Hasil Survei instansi & Utilitas
dan historis primer Observasi Lingkungan
bencana Lokasi rawan
bencana
11 Kapasitas & Hasil Survei Observasi Analisa Pergerakan Sistem Sirkulasi
dimensi jalan primer dan Peta jalan dan Jalur
Dinas Penghubung
Perhubungan
12 Perabot jalan Hasil Survei Observasi Analisa Komparatif dengan Sistem Sirkulasi
primer standart dan Jalur
Penghubung
Sistem Ruang
Terbuka dan Tata
Hijau
13 Kebijakan Hasil Survei Dinas Pekerjan Analisa Kebijakan Struktur
terkait sekunder umum/ Analisa Tata Guna Lahan Peruntukan Lahan
Perhubungan Analisa Arah Pengembangan Intensitas
Permen Analisa Konfigurasi Ruang Pemanfaatan
Analisa Figure Ground Lahan
Analisa Pergerakan Sistem Sirkulasi
Analisa system prasarana & dan Jalur
utilitas Penghubung
Sistem Ruang
Terbuka dan Tata
Hijau
Sistem Prasarana
& Utilitas
Lingkungan
Titik geotagging Data Metode Analisis Tata Kualitas Bangunan Tata Kualitas
web/melalui wirelessnet Lingkungan
data internet dan website
Sumber: Hasil Pemikiran, 2020
4-10
Penyusunan Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan (RTBL) Kecamatan Cerme
Koridor Jalan Cerme Lor - Cerme Kidul
LAPORAN PENDAHULUAN
4.3.2 Metode Analisa
4.3.2.1 Analisa Kebijakan
Pengkajian kebijaksanaan pembangunan dimaksudkan untuk mengetahui strategi dan
kebijaksanaan pembangunan yang telah dicanangkan serta memiliki pengaruh bagi kawasan yang
Kebijakan-kebijakan lain yang berhubungan dan terkait Penyusunan Rencana Tata Bangunan
dan Lingkungan Kecamatan Cerme Koridor Jalan Cerme Lor – Cerme Kidul.
sesuai dengan kondisi eksisting alam. Dalam perencanaan kota, biasanya telah ditetapkan
kawasan dalam kota. Dalam kawasan tersebut telah ditentukan fungsi bangunan yang
diperbolehkan dibangun pada lahan yang dimaksud. Sehingga dalam mencari lahan perlu dicari
informasi tentang tata guna lahan yang telah ditentukan oleh pemerintah setempat. Tata guna
Kawasan permukiman
Kawasan permukiman ini ditandai dengan adanya perumahan yang disertai prasana dan
sarana serta infrastrukutur yang memadai. Kawasan permukiman ini secara sosial
mempunyai norma dalam bermasyarakat. Kawasan ini sesuai pada tingkat kelerengan 0-15%
Kawasan perumahan
wilayah tanpa didukung oleh sarana dan prasarana yang memadai. Kawasan ini sesuai pada
Kawasan perkebunan
Perkebunan ini ditandai dengan dibudidayakannya jenis tanaman yang bisa menghasilkan
materi dalam bentuk uang. Kawasan ini sesuai pada tingkat kelerengan 8-15% (landai).
Kawasan pertanian
Kawasan pertanian ditandai oleh adanya jenis budidaya satu tanaman saja.
4-11
Penyusunan Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan (RTBL) Kecamatan Cerme
Koridor Jalan Cerme Lor - Cerme Kidul
LAPORAN PENDAHULUAN
Kawasan terbuka hijau ini dapat berupa taman yang hanya ditanami oleh tumbuhan yang
rendah dan jenisnya sedikit. Namun dapat juga berupa hutan yang didominasi oleh berbagai
Kawasan perdagangan
Kawasan perdagangan ini biasanya ditandai dengan adanya bangunan pertokoan yang menjual
Kawasan industri
Kawasan industri ditandai dengan adanya proses produksi baik dalam jumlah kecil maupun
Kawasan perairan
Kawasan perairan ini ditandai oleh adanya aktifitas perairan, seperti budidaya ikan,
Faktor kependudukan
penduduk. Perkembangan jumlah penduduk tidak saja dipengaruhi oleh natural growth, akan
tetapi arus masuk (pergerakan penduduk) migrasi. Pertumbuhan penduduk yang tinggi
perkantoran yang esensinya menggunakan lahan sangatlah mempengaruhi tata guna lahan.
munculnya kutub-kutub pertumbuhan, atau meningkatnya daerah lain akibat dari aktifitas yang
berbeda dalam sebuah kota sehingga pergerakan penduduk didasari kebutuhan akan pekerjaan,
Terdapat 2 (dua) masalah dalam meminimalkan pergerakan akibat land use yaitu :
Bangkitan lalu lintas, Bangkitan lalu lintas tergantung dari land use sebuah daerah
lalu lintas maupun pergerakan yang berbeda-beda. Beberapa tipe antara lain :
Tipe land use yang menghasilkan lalu lintas yang berbeda dengan land use lainnya
Land use yang berbeda menghasilkan tipe lalu lintas yang berbeda (pejalan kaki, truk,
mobil)
Land use yang berbeda menghasilkan lalu lintas pada waktu yang berbeda.
4-12
Penyusunan Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan (RTBL) Kecamatan Cerme
Koridor Jalan Cerme Lor - Cerme Kidul
LAPORAN PENDAHULUAN
Jarak yang terlalu jauh yang mengakibatkan land use yang jauh jaraknya akan ditinggalkan
dan akan beralih fungsi, sehingga alih fungsi ini akan menimbulkan masalah baru.
pengembangan kawasan, metode yang digunakan adalah : “Metode Super Impose yaitu analisa
peta secara tumpang tindih dari beberapa peta variabel untuk mendapatkan hasil akhir yang
terpadu”.
Asumsi : Tingkat perkembangan suatu lokasi (aktivitas dan land use) mengindikasikan fungsi
Aksesibilitas Lokasi
Sistem pusat pelayanan (pusat kota, BWK, unit lingkungan, kecamatan, kawasan
fungsional dll).
semakin tinggi IPL suatu lokasi menunjukan tingginya aktifitas dan produktivitas
Intensitas kegiatan
Kerapatan bangunan
4-13
Penyusunan Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan (RTBL) Kecamatan Cerme
Koridor Jalan Cerme Lor - Cerme Kidul
LAPORAN PENDAHULUAN
Asumsi : Kemampuan lahan yang menyangkut kelayakan dan limitasi akan menentukan dan
membatasi jenis, volume dan intensitas kegiatan yang sesuai untuk dialokasikan, dengan
Ketersediaan Ruang
Alokasi jenis dan volume kegiatan bergantung pada ketersediaan ruang yaitu :
Redevelopment
Status dan nilai lahan menentukan alokasi kegiatan dan implementasi rencana
pembangunan fasilitas sosial dan umum, karena proses alih fungsi lahan relatif lebih
Kelayakan Lahan
Asumsi : Suatu kegiatan akan optimal jika dialokasikan pada lokasi yang sesuai dengan
karakter dan jenis kegiatannya serta keterkaitannya dengan alokasi kegiatan lainnya.
Dengan demikian dari hasil analisis kecenderungan perkembangan dan daya dukung ruang
akan didapatkan rekomendasi tentang kegiatan yang memungkinkan dialokasikan pada ruang
4-14
Penyusunan Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan (RTBL) Kecamatan Cerme
Koridor Jalan Cerme Lor - Cerme Kidul
LAPORAN PENDAHULUAN
Analisa fisik dasar kawasan, yaitu analisa terhadap kondisi fisik dasar di kawasan
Analisa topografi, berfungsi untuk melihat kemiringan atau kelerengan lahan sehingga
diketahui kemampuan daya dukung lahan untuk pengembangan tapak sesuai dengan
15 – 30 % = Fasilitas
30 – 40 % = Lindung terbatas
adalah untuk bangunan, maka metode yang digunakan adalah dengan Metode Cut and
Fill.
mempengaruhi orientasi bangunan, meliputi: arah matahari, arah angin dan suhu. Ketiga
faktor ini akan menentukan hadap bangunan yang paling sesuai dan layak.
perencanaan, meliputi: kedalaman air tanah, sumber air, arah lintasan air. Dari sini akan
ditemukan daerah genangan, sungai, daerah puncak atau garis punggung dimana arah
aliran air terpecah dan terbentuklah pola drainase yang akan direncanakan.
Analisa jenis tanah, yaitu untuk menentukan kesesuaian tapak dalam menunjang
bangunan gedung dan jalan, serta dapat memberikan wawasan terhadap komunitas
Analisa daerah rawan bencana, yaitu analisa terhadap daerah-daerah yang rawan
Analisa kelayakan lahan, yaitu analisa terhadap kondisi fisik dasar di kawasan tapak untuk
menentukan lahan yang layak dikembangkan, lahan dapat dikembangkan bersyarat dan lahan
4-15
Penyusunan Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan (RTBL) Kecamatan Cerme
Koridor Jalan Cerme Lor - Cerme Kidul
LAPORAN PENDAHULUAN
yang tidak dapat dikembangkan. Dari analisa ini dapat diketahui luasan lahan yang dapat
dimanfaatkan untuk pengembangan kawasan industri. Dalam analisa ini digunakan Teknik
Superimpose terhadap peta kondisi fisik dasar kawasan dan peta penggunaan tanah.
Analisa kesesuaian pengembangan kegiatan, yaitu analisa mengenai aktivitas yang ada
di kawasan tapak dan aktivitas yang muncul terkait dengan pengembangan kegiatan
pada kawasan tapak sesuai dengan jenis kegiatan yang telah ditentukan.
Analisa kebutuhan lahan, yaitu analisa mengenai kebutuhan ruang beserta luasan
Analisa zoning kawasan, yaitu analisa mengenai pengelompokan kawasan mikro pada
kawasan tapak sesuai dengan pengelompokan kegiatan. Dalam analisa ini digunakan
teknik hubungan fungsional antar kegiatan, sehingga dalam penzoningan ini masing-
kawasan tapak yang mencakup sirkulasi kendaraan dan sirkulasi pejalan kaki. Pengaturan ini
diperlukan agar pergerakan pengguna kawasan tapak merasa nyaman dan aman. Analisa ini
mencakup:
Sirkulasi kendaraan,
Prasarana penunjang.
Sistem sirkulasi tidak begitu saja terjadi secara kebetulan, sistem sirkulasi dapat
Sistem Grid
Sistem Grid biasanya terjadi karena adanya perpotongan jalan yang sama tegak lurus
satu sama lain dengan lebar jalan yang rata-rata sama. Sistem Grid ini mudah diikuti
4-16
Penyusunan Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan (RTBL) Kecamatan Cerme
Koridor Jalan Cerme Lor - Cerme Kidul
LAPORAN PENDAHULUAN
karena orientasinya mudah, sehingga dapat digunakan untuk mendistribusikan arus lalu
Sistem Radial
Suatu sistem radial mengarahkan arus lalu lintas menuju suatu pusat umum yang padat
dengan berbagai aktivitas, namun pusat tersebut dapat tumbuh sedemikian rupa
sehingga sulit diatur. Karena pusat itu bersifat tetap dan kaku sehingga sulit diubah,
Sistem Linier
Pada dasarnya Sistem Linier merupakan pola garis lurus yang menghubungkan dua titik
penting, misalnya jalur rel kereta api, kanal atau terusan, jalan raya antar kota, dan
sebagainya. Mengingat sifatnya, sistem ini cenderung mudah mengalami kepadatan atau
kemacetan lalu lintas. Untuk mengatasinya diadakan suatu penyaluran yang dikenal
dengan sistem loop, suatu jalan “melambung” yang keluar dari jalur utama disuatu titik
untuk kemudian kembali lagi masuk ke jalur utama tadi di titik yang lain.
Sistem Kurva linier merupakan gabungan dari pola garis lurus dan garis lengkung yang
memanfaatkan topografi, dengan cara mengikuti bentuk lahan sedekat mungkin. Pada
sistem kurva linier jalan-jalan tembusnya lebih sedikit dibanding dengan sistem Grid.
4-17
Penyusunan Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan (RTBL) Kecamatan Cerme
Koridor Jalan Cerme Lor - Cerme Kidul
LAPORAN PENDAHULUAN
Cul - de - sac atau jalan buntu yang mempunyai panjang maksimum 150 meter, yang
sering digunakan. Dengan sistem kurva linier, suasana jalan menjadi lebih menarik
Modifikasi Grid
Pola ini pada dasarnya dari pola grid yang dimodifikasi dengan sistem loop ditengahnya
atau pada kedua sisi. Pada bagian loop selain memungkinkan untuk kawasan terbangun
Cul De Sac
Pola ini dibuat dengan membuat pengelompokan pada satu pola jaringan jalan secara
tertutup. Pola ini akan efisien bila jaraknya kurang 150 meter.
Loop
Pola ini dibuat dengan membuat sistem melingkar pada satu ruas jalan. Seperti halnya
dengan pola grid yang dimodifikasi, maka sistem loop ini pada bagian tengahnya selain
dapat digunakan sebagai kawasan terbangun juga dapat digunakan untuk ruang terbuka
hijau.
4-18
Penyusunan Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan (RTBL) Kecamatan Cerme
Koridor Jalan Cerme Lor - Cerme Kidul
LAPORAN PENDAHULUAN
pola aksisting figure ground dengan cara penambahan, pengurangan, atau pengubahan pola
geometris dan juga merupakan bentuk analisa hubungan antara massa bangunan dengan ruang
terbuka.
Terdapat 6 (enam) tipologi pola yang dibentuk oleh hubungan massa dan ruang yaitu
Angular : konfigurasi yang dibentuk oleh massa dan ruang secara menyiku.
Aksial : konfigurasi massa bangunan dan ruang di sekitar poros keseimbangan yang
Grid : konfigurasi massa dan ruang yang dibentuk perpotongan jalan-jalan secara tegak
lurus.
Kurva linier : konfigurasi massa bangunan dan ruang secara linier (lurus menerus).
Organis : konfigurasi massa dan ruang yang dibentuk secara tidak beraturan.
Tekstur Perkotaan
Tekstur merupakan derajat keteraturan dan kepadatan massa dan ruang. Menurut variasi
massa dan ruangnya, secara teoritik ada tiga tipologi tekstur perkotaan yaitu
Tekstur homogen : konfigurasi yang dibentuk oleh massa dan ruangnya yang realtif
4-19
Penyusunan Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan (RTBL) Kecamatan Cerme
Koridor Jalan Cerme Lor - Cerme Kidul
LAPORAN PENDAHULUAN
Tekstur heterogen : konfigurasi yang dibentuk oleh massa dan ruangnya yang ukuran,
Tekstur tidak jelas : konfigurasi yang dibentuk oleh massa dan ruangnya yang ukuran,
Kepadatan massa terhadap ruang merupakan bagian penting dalam tekstur perkotaan maka
Sistem hubungan di dalam figure/ground mengenal dua kelompok elemen, yaitu solid (massa
bangunan) dan void (ruang). Secara teoritik ada 3 (tiga) elemen dasar yang bersifat solid
serta 4 (empat) elemen dasar yang bersifat void. Tiga elemen solid (blok) adalah
blok tunggal : terdapat satu massa bangunan dalam sebuah blok yang dibatasi jalan atau
elemen alamiah
blok yang mendefinisi sisi : konfigurasi massa bangunan yang menjadi pembatas sebuah
ruang dan
blok medan : konfigurasi yang terdiri dari kumpulan massa bangunan secara tersebar
secara luas.
4-20
Penyusunan Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan (RTBL) Kecamatan Cerme
Koridor Jalan Cerme Lor - Cerme Kidul
LAPORAN PENDAHULUAN
Elemen void (ruang) sama pentingnya, karena elemen ini mempunyai kecenderungan untuk
berfungsi sebagai sistem yang memiliki hubungan erat tata letak dan gubahan massa
sistem tertutup yang linear : ruang yang dibatas oleh massa bangunan yang memanjang
dengan kesan terutup, biasanya adalah ruang berada di dalam atau belakang bangunan
sistem tertutup yang memusat : ruang yang dibatas oleh massa bangunan dengan kesan
terutup,
sistem terbuka yang sentral : ruang yang dibatasi oleh massa dimana kesan ruang
bersifat terbuka namun masih tampak terfokus (misalnya alun-alun, taman kota, dan
lain-lain) dan
elemen sistem terbuka yang linear merupakan tipologi ruang yang berkesan terbuka
4-21
Penyusunan Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan (RTBL) Kecamatan Cerme
Koridor Jalan Cerme Lor - Cerme Kidul
LAPORAN PENDAHULUAN
4.3.2.6 Analisa Fasade/Muka Bangunan
Fasade merupakan elemen estetis dari sebuah bangunan yang sekaligus juga sebagai
identitas karya arsitektur yang dijadikan sebagai point of interest dan dapat
elemen pertama bangunan yang dapat ditangkap secara visual, Fasade dapat digunakan sebagai
penanda untuk memberi gambaran pada orang tentang letak suatu bangunan tertentu. Misalnya,
menggambarkan bentuk, keunikan atau kondisi Fasade bangunan yang dimaksud atau Fasade
Dalam konteks arsitektur kota, Fasade bangunan tidak hanya bersifat 2 (dua) dimensi,
akan tetapi bersifat 3 (tiga) dimensi yang dapat merepresentasikan masing-masing bangunan
tersebut dalam kepentingan publik (kota) atau sebaliknya. Untuk itu komponen Fasade bangunan
Saat memasuki sebuah bangunan dari arah jalan, seseorang melewati berbagai gradasi dari
sesuatu yang disebut “publik”. Posisi jalan masuk dan makna arsitektonis yang dimilikinya
menunjukan peran dan fungsi bangunan tersebut. Pintu masuk menjadi tanda transisi dari
bagian publik (eksterior) ke bagian privat (interior). Pintu masuk adalah elemen pernyataan
diri dari penghuni bangunan. Terkadang posisi entrance memberi peran dan fungsi
demonstratif terhadap bangunan. Lintasan dari gerbang ke arah bangunan membentuk garis
maya yang menjadi datum dari gubahan. Di sini dapat diamati apakah keseimbangan yang
Zona lantai dasar merupakan elemen urban terpenting dari Fasade. Alas dari sebuah
bangunan, yaitu lantai dasarnya, merupakan elemen perkotaan terpenting dari suatu Fasade.
Karena berkaitan dengan transisi ke tanah, sehingga pemakaian material untuk zona ini
harus lebih tahan lama dibandingkan dengan zona lainnya. Lantai dasar memiliki suatu makna
tertentu dalam kehidupan perkotaan. Karena daerah ini merupakan bagian yang paling
langsung diterima oleh manusia, seringkali lantai dasar menjadi akomodasi pertokoan dan
Jendela dan pintu dilihat sebagai unit spasial yang bebas. Elemen ini memungkinkan
pemandangan kehidupan urban yang lebih baik, yaitu adanya bukaan dari dalam bangunan ke
luar bangunan. Fungsi jendela sebagai sumber cahaya bagi ruang interior, yaitu efek
4-22
Penyusunan Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan (RTBL) Kecamatan Cerme
Koridor Jalan Cerme Lor - Cerme Kidul
LAPORAN PENDAHULUAN
penetrasi cahaya pada ruang interior. Jendela juga merupakan bukaan bangunan yang
fungsionalnya, jendela juga dapat menjadi elemen dekoratif pada bidang dinding.
Pintu memainkan peran yang menentukan dalam konteks bangunan, karena pintu
mempersiapkan tamu sebelum memasuki ruang, karena itu makna pintu harus
dipertimbangkan dari berbagai sudut pandang . Kegiatan memasuki ruang pada sebuah
bangunan pada dasarnya adalah suatu penembusan dinding vertikal4, dapat dibuat dengan
berbagai desain dari yang paling sederhana seperti membuat sebuah lubang pada bidang
dinding sampai ke bentuk pintu gerbang yang tegas dan rumit. Posisi pintu pada sebuah
bangunan sangat penting untuk lebih mempertegas fungsi pintu sebagai bidang antara ruang
luar dan ruang dalam bangunan. Karena letak atau posisi sebuah pintu sangat erat
hubungannya dengan bentuk ruang yang dimasuki, dimana akan menentukan konfigurasi jalur
Pagar pembatas
Suatu pagar pembatas (railling) dibutuhkan ketika terdapat bahaya dalam penggunaan
ruangan. Pagar pembatas juga merupakan pembatas fisik yang digunakan jika ada
Ada 2 (dua) macam tipe atap: yaitu tipe atap mendatar dan atap (face style) yang lebih
sering dijumpai yaitu tipe atap menggunung (alpine style). Atap adalah bagian atas dari
bangunan. Akhiran atap dalam konteks Fasade di sini dilihat sebagai batas bangunan dengan
langit. Garis langit (skyline) yang dibentuk oleh deretan Fasade dan sosok bangunannya,
tidak hanya dapat dilihat sebagai pembatas, tetapi sebagai obyek yang menyimpan rahasia
Tanda-tanda (signs) adalah segala sesuatu yang dipasang oleh pemilik toko, perusahaan,
kantor, bank, restoutan dan lain-lain pada tampak muka bangunannya, dapat berupa papan
informasi, iklan dan reklame. Tanda-tanda ini dapat dibuat menyatu dengan bangunan, dapat
juga dibuat terpisah dari bangunan. Tanda pada bangunan berupa papan informasi, iklan atau
reklame merupakan hal yang penting untuk semua jenis bangunan fungsi komersial. Karena
komersial.
4-23
Penyusunan Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan (RTBL) Kecamatan Cerme
Koridor Jalan Cerme Lor - Cerme Kidul
LAPORAN PENDAHULUAN
Sedangkan ornamen merupakan kelengkapan visual sebagai unsur estetika pada Fasade
bangunan. Ornamentasi pada Fasade bangunan fungsi komersial, selain sebagai unsur
dekoratif bangunan juga meruapakan daya tarik atau iklan yang ditujukan untuk menarik
perhatian orang.
Komponen visual yang menjadi objek transformasi dan modifikasi dari Fasade bangunan
dapat diamati dengan membuat klasifikasi melalui prinsip-prinsip gagasan formatif berikut ini.
pada bidang maupun benda suatu lingkungan binaan, segi tiga, lingkaran, segi empat beserta
varian-variannya.
Simetri : gagasan formatif yang mengarahkan desain bangunan melalui keseimbangan yang
keseimbangan diagonal.
menjadi perbedaan gelap terang yang terjadi pada elemen Fasade. Tingkat perbedaan
Ritme : tipologi gambaran yang menunjukan komponen bangunan dalam bentuk repetasi baik
dalam skala besar maupun skala kecil. Komponen yang dimaksud dapat berupa kolom, pintu,
jendela atau ornamen. Semakin sedikit ukuran skala yang berulang, dikategorikan ritme
Proporsi : perbandingan antara satu bagian dengan bagian lainnya pada salah satu elemen
batasan yang diterapkan pada bentuk, sifat alami bahan, fungsi struktur atau oleh proses
produksi.
Skala : menunjukkan perbandingan antara elemen bangunan atau ruang dengan suatu elemen
aspek konfigurasi dan aspek penampilan agar dapat menampilkan bentuk dan massa bangunan,
yang didasarkan pada skala dan massa kawasan tersebut sebagai bagian dari kawasan perkotaan
untuk membentuk dan mengarahkan kegiatan yang ada. Analisa wujud bangunan ini mencakup
elemen-elemen:
4-24
Penyusunan Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan (RTBL) Kecamatan Cerme
Koridor Jalan Cerme Lor - Cerme Kidul
LAPORAN PENDAHULUAN
Sempadan bangunan, yaitu jarak antara as jalan dengan bangunan maupun dengan pagar
halaman dan jarak bangunan dengan batas persil. Variabel-variabel yang diperlukan untuk
Koefisien Dasar Bangunan (KDB), yaitu merupakan angka perbandingan luas lahan yang
tertutup bangunan dan bangunan-bangunan dalam tiap petak peruntukan dibanding dengan
luas petak peruntukan. Variabel-variabel yang diperlukan dalam menganlisa KDB ini adalah:
Lebar jalan,
GSB,
Envelop bangunan,
Tinggi bangunan.
Luas bangunan
KDB = x100%
Luas lahan
Pergerakan,
Lebar jalan,
GSB,
Envelop bangunan,
Tinggi bangunan.
Yang dimaksud dengan koefisien dasar bangunan adalah luas lahan tapak yang tertutup
sebagai berikut :
wilayah kota, disamping itu KDB juga berperan untuk menentukan kepadatan antar bengunan
4-25
Penyusunan Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan (RTBL) Kecamatan Cerme
Koridor Jalan Cerme Lor - Cerme Kidul
LAPORAN PENDAHULUAN
Sehubungan dengan posisi KDB sebagai penentu kepadatan bangunan maka bagi perumahan
Kepadatan Rendah
Kepadatan Sedang
Kepadatan Tinggi
Kepadatan penduduk yang terkait dengan upaya pemenuhan ruang gerak yang layak.
Ijin pelayanan pendirian bangunan yang dikeluarkan oleh instasnsi yang berwenang.
Koefisien Lantai Bangunan (KLB), adalah jumlah luas lantai bangunan dibanding luas kapling
Tinggi bangunan,
Envelop bangunan,
KDB.
Koefisien lantai bangunan merupakan perkalian antara jumlah lantai bangunan dengan luas
kavling atau KDB yang ada. Secara sistematis di formalisasikan sebagai berikut :
𝐾𝐿𝐵 = 𝐿𝑎𝑛𝑡𝑎𝑖 𝐵𝑎𝑛𝑔𝑢𝑛𝑎𝑛 𝑥 𝐾𝐷𝐵
KLB dengan peruntukannya mempunyai nilai atau harga yang dinyatakan sebagai berikut:
KLB Dasar
Menyatakan intensitas dan skala pengembangan yang diijinkan dalam kondisi wajar.
KLB Maksimum
4-26
Penyusunan Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan (RTBL) Kecamatan Cerme
Koridor Jalan Cerme Lor - Cerme Kidul
LAPORAN PENDAHULUAN
Menyatakan intensitas dan skala pembangunan yang diijinkan apabila diterapkan
intensitas.
Mengendalikan tinggi bangunan yang berpengaruh pada segi estetika bangunan dan
Upaya mempertahankan fungsi kegiatan dengan mencegah konflik tata guna lahan di
kawasan sekitarnya.
Dengan adanya analisa KLB ini, maka dapat ditentukan ketinggian bangunan yang merupakan
penetapan ketinggian bangunan maksimum sesuai dengan kondisi bangunan terhadap jalan,
daya dukung tanah terhadap bangunan serta kondisi lingkungannya. Selain itu, diperoleh pula
garis langit kawasan yang merupakan garis titik tertinggi bangunan yang terbentuk oleh
Perbedaan ketinggian bangunan ini bertujuan untuk menciptakan suasana ruang yang
menarik dan tidak monoton. Terbentuknya garis langit yang tepat akan membentuk ruang
Tinggi Bangunan
Penentuan tinggi bangunan didasarkan pada envelop bangunan (D/H). Berdasarkan standar,
D/H = 1 D/H = 2
4-27
Penyusunan Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan (RTBL) Kecamatan Cerme
Koridor Jalan Cerme Lor - Cerme Kidul
LAPORAN PENDAHULUAN
19 M
15 M
Koefisien daerah hijau, yaitu angka perbandingan antara ruang terbuka hijau dengan dasar
KDB,
Koefisien tapak basement, yaitu angka perbandingan antara luas basement dengan luas
KDB,
KLB.
Elevasi/peil bangunan, yaitu tinggi dasar bangunan berdasarkan titik ukur yang ditentukan
dari titik tertinggi as jalan dimana persil berada. Variabel yang harus diamati adalah:
Tinggi persil,
Tinggi jalan,
Topografi,
Bentuk drainase.
Gubahan massa, yaitu tata letak massa bangunan diatas persil yang dipengaruhi oleh kondisi
luas persil dan skala urban space. Ada beberapa aspek yang harus ditinjau dalam
kawasan perencanaan.
4-28
Penyusunan Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan (RTBL) Kecamatan Cerme
Koridor Jalan Cerme Lor - Cerme Kidul
LAPORAN PENDAHULUAN
Yang dimaksud adalah jarak bangunan dengan aspal atau jarak terluar bagian bangunan
Damija adalah daerah milik jalan dengan jarak antara as jalan dengan pinggir perkerasan
jalan. GSB bermanfaat untuk mengendalikan tata letak bangunan terhadap jalan. Selain itu
GSB merupakan batas garis untuk menentukan pemunduran massa bangunan dan sekaligus
Besarnya jarak antar bangunan dalam satu persil untuk semua klasifikasi bangunan yang
Jarak antara bangunan suatu persil yang sama tingginya untuk semua klasifikasi
Bila bangunan yang berdampingan itu tidak sama tingginya, jarak antar bangunan
1
𝑡𝑖𝑛𝑔𝑔𝑖 𝑏𝑎𝑛𝑔𝑢𝑛𝑎𝑛 𝐴 + 𝑡𝑖𝑛𝑔𝑔𝑖 𝑏𝑎𝑛𝑔𝑢𝑛𝑎𝑛 𝐵
2
2
4-29
Penyusunan Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan (RTBL) Kecamatan Cerme
Koridor Jalan Cerme Lor - Cerme Kidul
LAPORAN PENDAHULUAN
Persyaratan jarak antar bangunan bagi bangunan-bangunan baru yang akan
lingkungannya, jarak antar bangunan ditetapkan lebih lanjut oleh Kepala Daerah sesuai
Garis Sempadan Bangunan (GSB) adalah jarak antara ruas jalan dengan dinding terluar
bangunan. GSB dihitung atau diukur dari batas Damija (Daerah Milik Jalan) ke dinding
terluar bangunan.
Garis sempadan adalah semua garis yang ditetapkan atau akan ditetapkan oleh kepala
daerah berkenaan dengan pembangunan yang teratur yang dalam mendirikan dan
memperbaharui seluruhnya atau sebagian dari suatu bangunan di tepi jalan umum atau
pengairan umum, ke arah jalan atau pengairan itu, tidak boleh dilintasi.
Patokan umum yang bersifat mendasar mengenai jarak bebas antar bangunan yang
Jarak minimal bangunan rumah yang tidak dibangun hingga batas persil adalah 2
meter.
Untuk bangunan rumah tinggal biasa yang terbuat dari bahan mudah terbakar atau
dinding bilik, sampai pada dinding semacam itu dari bangunan lainnya sekurang-
Kompleks bangunan yang terdiri hingga 6 buah dalam 1 persil, antara kompleks
Bangunan yang bukan termasuk rumah tinggal biasa seperti rumah susun, rumah
ketentuan jarak bebas minimal antar bangunan tidak boleh kurang dari sepenuhnya
jaringan transportasi umum kota, maka jarak yang diharuskan di atas dikurangi
dengan 1 meter.
Untuk bangunan yang berada di tepi sungai dan rel KA, garis sempadan/jarak bangunan
Orientasi bangunan, yaitu konsep dasar arah hadap bangunan yang dilakukan berdasarkan
pertimbangan kondisi fisik seperti: unsur aksesibilitas, arah matahari, angin, kondisi iklim,
serta pemandangan yang menyenangkan (viesta). Variabel amatan yang diperlukan selain
4-30
Penyusunan Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan (RTBL) Kecamatan Cerme
Koridor Jalan Cerme Lor - Cerme Kidul
LAPORAN PENDAHULUAN
Tinggi bangunan,
Envelop.
Orientasi bangunan terhadap arah angin. Orientasi bangunan terhadap arah matahari.
Orientasi bangunan
terhadap jalan.
Orientasi bangunan
terhadap arah viesta.
Bentuk dasar bangunan, yaitu bentuk-bentuk bangunan pada suatu kawasan yang
(unity), keseimbangan, proporsi, skala, irama, urut-urutan (sequence), karakter, warna, gaya
dan bahan. Selain itu, aspek kebudayaan di kawasan perenanaan dan bentuk bangunan yang
ada di kawasan perencanaan juga sangat mempengaruhi bentuk dasar bangunan yang
dirancang.
Selubung bangunan gedung, yaitu ruang di sekitar bangunan yang dapat dirasakan oleh
menciptakan ruang pandang dan garis langit (sky line) yang dinamis pada suatu
visual. Variabel yang diperlukan dalam menganalisa selubung bangunan ini adalah:
Lebar jalan,
Tinggi bangunan.
Berikut ini contoh tinggi bangunan yang tidak sama pada satu kawasan dan jarak antar
4-31
Penyusunan Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan (RTBL) Kecamatan Cerme
Koridor Jalan Cerme Lor - Cerme Kidul
LAPORAN PENDAHULUAN
Selubung
Fasade bangunan, yaitu bentuk bidang muka bangunan pada kawasan tertentu yang
Arsitektur bangunan dan lingkungan, yaitu pengolahan bentuk bangunan untuk menghasilkan
wujud bangunan dan lingkungan yang selaras dan memberikan kesan visual yang estetis pada
satu kawasan. Dalam hal ini analisa yang dilakukan yakni mencakup:
Bahan eksterior bangunan, yaitu pemilihan bahan bangunan di suatu kawasan tertentu.
Dalam menganalisa bahan eksterior bangunan ini variable yang perlu dipertimbangkan
adalah:
Tekstur,
Warna.
jalan dapat dibuat kurang monoton dan lebih menarik melalui perhatian perancangan terhadap
pengaturan rute, pemandangan dan vista, terhadap apa yang terjadi di sepanjang sisa-sisa dari
4-32
Penyusunan Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan (RTBL) Kecamatan Cerme
Koridor Jalan Cerme Lor - Cerme Kidul
LAPORAN PENDAHULUAN
rute dari rute di depan rute tersebut. Semua dari teori yang dipergunakan di dalam rancangan
ruang eksterior – warna, keseimbangan, bentuk, garis, tekstur, irama bergabung untuk
menciptakan daya tarik pada sistem sirkulasi. Faktor-faktor estetika yang mempunyai arti
tertentu:
Penampilan bentuk alam serta pola ruang menjadi hal yang sangat penting sehubungan
tersebut.
Tapak penampilan bentuk-bentuk tanah, batu air, batu karang, danau, sungai, kedung dan
kolam.
Faktor-faktor Kultur
Terdiri atas tata guna lahan yang ada, hubungan keterkaitan lalu lintas dan transportasi,
kepadatan dan zoning, utilitas bangunan yang sudah ada dan faktor sejarah.
Gangguan-gangguan dari luar tapak baik yang bersifat visual, pendengaran ataupun yang bau
Keterpaduan (unity)
Pengertian unity adalah keterpaduan yang berarti tersusunnya beberapa unsur menjadi satu
kesatuan yang utuh dan serasi. Keterpaduan ini dapat tercapaii dengan bentuk geometris,
Bentuk Geometris
Jenis keterpaduan yang pertama dan termudah adalah dari bentuk geometris seperti
Sub Ordinasi
penonjolan untuk unsur yang lebih penting. Untuk mencapai sub ordinasi ini, maka dapat
dicapai dengan membuat; mengorientasikan semua unsur pada unsur utama, dengan
4-33
Penyusunan Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan (RTBL) Kecamatan Cerme
Koridor Jalan Cerme Lor - Cerme Kidul
LAPORAN PENDAHULUAN
Dominasi
Dominasi merupakan kebalikan dari sub ordinasi, yakni dilakukan dengan memperbesar
Bentuk Harmonis
Dicapai melalui bentuk-bentuk yang sama untuk mencapai keterpaduan yang serasi.
Keseimbangan
Keseimbangan adalah suatu nilai yang ada pada setiap obyek yang daya tarik visualnya
di kedua sisi pusat keseimbangan atau pusat daya tarik adalah seimbang. Bentuk
Bentuk keseimbangan ini tercapai kalau ada daya tarik keindahan pada setiap sisi
4-34
Penyusunan Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan (RTBL) Kecamatan Cerme
Koridor Jalan Cerme Lor - Cerme Kidul
LAPORAN PENDAHULUAN
Proporsi
Proporsi modular
Proporsi ini dicapai melalui perbandingan yang sama dalam semua bagian.
Pengulangan dari ukuran yang sama atau angka perkalian sederhana seringkali
Proporsi pola segitiga dalam bujursangkar dengan segi lima dan bintang lima
4-35
Penyusunan Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan (RTBL) Kecamatan Cerme
Koridor Jalan Cerme Lor - Cerme Kidul
LAPORAN PENDAHULUAN
Proporsi dalam bangunan digunakan untuk menentukan ukuran luas dan tinggi ruang.
dan karakteristiknya sedemikian rupa sehingga juga memuaskan akal dan mata.
Skala
Pada umumnya dapat dibagi menjadi tiga, yaitu skala heroik, skala natural, dan skala
intim.
Skala Heroik
melihatnya.
Skala Natural
Skala Intim
Merupakan penciptaan skala agar bangunan atau ruang kelihatan kecil dari ukuran
4-36
Penyusunan Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan (RTBL) Kecamatan Cerme
Koridor Jalan Cerme Lor - Cerme Kidul
LAPORAN PENDAHULUAN
Irama
Irama adalah nilai yang dicari manusia yang letaknya diantara menjemukan dan
Irama progesif
Irama progesif merupakan pengulangan tetapi tidak ada bentuk yang sama atau
jarak yang sama yang diulang. Semua berubah tetapi perubahannya yang teratur
Irama terbuka adalah pengulangan bentuk yang sama dengan jarak yang sama
Irama tertutup adalah pengulangan bentuk dan jarak yang sama dan dengan
pemberian awalan dan akhiran yang lain bentuknya atau ukurannya lain atau
jaraknya lain.
Klimak
memerlukan klimak.
perubahan pengalaman dari segi keindahan, fungsi, dan bentuk struktur. Tujuan
yang lurus, jelas dan tertentu serta penuh disiplin tidak ada kejutan atau dramatis.
Urut-urutan non formal :bersifat romantis lebih pribadi. Sumbu sering berkelok-
kelok atau patah sehingga bentuk lebih bebas, tidak simitris, sesuai dengan
pemunculan tiba-tiba dari gelap ke teran, dari kecil yang sesak ke luas yang bebas.
KEJUTAN I
Karakter
Dalam karakter dapat menceritakan tentang suasana, kesan, ekspresi fungsi, ekspresi
Berdasarkan ingatan.
Salah satu cara untuk mendapatkan karakter pada suatu bangunan adalah dengan
menggunakan garis lurus, garis lengkung untuk memberikan ekspresi yang diinginkan
seperti santai, tenang, intim, tegang, selamat datang, gembira dan lain-lain:
kepuasan.
4-38
Penyusunan Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan (RTBL) Kecamatan Cerme
Koridor Jalan Cerme Lor - Cerme Kidul
LAPORAN PENDAHULUAN
Ekspresi struktur; pola ini diperoleh dengan menonjolkan struktur bangunan pada
seluruh bangunan.
Warna
kurang berhati-hati justru akan merusak bentuk itu sendiri. Warna akan memberikan
ekspresi kepada jiwa atau pikiran manusia yang melihatnya. Oleh karena itu warna
Setiap warna mempengaruhi dan dipengaruhi oleh warna lainnya menurut kadar
Mata yang lelah karena melihat yang terpusat pada satu warna maka tingkat
Gaya
Gaya pada umumnya menunjuk pada : sejarah, bahan iklim, detail dan kepribadian.
Menurut Sejarah
Gaya ini menganut pada masa atau zaman dari suatu karya, sebagai pengarah gaya
Menurut Bahan
Gaya dapat timbul dari memilih dan cara mengolah bahan bangunan melalui disiplin
dan kejujuran yang keras serta daya khayal yang peka dapat dicapai gaya. Gaya
Menurut Iklim
Gaya ini lebih ditentukan oleh faktor iklim, seperti : angin, cahaya, hujan dan
matahari. Sebagai contoh daerah yang dingin menggunakan tembok tebal dan
hampir tidak ada overstek atap untuk masuknya sinar matahari, sedangkan daerah
4-39
Penyusunan Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan (RTBL) Kecamatan Cerme
Koridor Jalan Cerme Lor - Cerme Kidul
LAPORAN PENDAHULUAN
tropis menggunakan overstek yang lebar untuk menolak matahari dan beratap
Menurut Detail
menciptakan gaya menurut detail. Apa yang ada dalam konsep untuk seluruh
Menurut Kepribadian
Pada dasarnya gaya bangunan terutama datang dari kepribadian perencana. Gaya
ini didasarkan pada pemeliharaan dari berbagai cara pemecahan yang akhirnya
Bahan
Pengetahuan tentang bahan ini diperoleh dengan mengetahui sifat, kegunaan dan cara
yang asli tetap terjaga, bukan dengan cara meniru bahan lain.
fungsinya.
Bahan yang dipilih harus yang sesuai sifatnya dengan tujuan rancangan.
pemakaiannya.
View
Yaitu amatan terhadap pemilihan sudut pandang yang dianggap paling baik dan mempunyai
Intensitas Bangunan
Aspek yang terkait dengan intensitas bangunan ini adalah Koefisien Dasar Bangunan (KDB),
Koefisien Lantai Bangunan (KLB), Tinggi Lantai Bangunan (TLB) dan Garis Sempadan
Bangunan (GSB).
4-40
Penyusunan Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan (RTBL) Kecamatan Cerme
Koridor Jalan Cerme Lor - Cerme Kidul
LAPORAN PENDAHULUAN
Perabot Jalan
penempatannya pada jalan. Contoh perabot jalan ini adalah : halte, lampu penerangan,
tempat sampah, telpon umum, papan reklame, rambu lalu lintas, tanda-tanda (signage), dsb.
Penunjang Kegiatan
Yaitu amatan terhadap elemen kota yang mendukung dua atau lebih pusat kegiatan umum di
kawasan pusat kota yang mempunyai konsentrasi pelayanan cukup besar. Elemen kota yang
merupakan penunjang kota ini dapat berupa sarana umum seperti taman, PKL, dsb.
Linkage System
Yaitu amatan terhadap adanya suatu hubungan dari pergerakan (aktivitas) yang terjadi
pada beberapa zona makro maupun mikro, dengan atau tanpa keragaman fungsi, yang
berkaitan dengan aspek-aspek fisik, historis, ekonomi, sosial, budaya dan politik.
Preservasi adalah suatu upaya untuk melindungi bangunan, monumen dan lingkungan dari
Konservasi adalah semua kegiatan pemeliharaan suatu tempat sedemikian rupa sehingga
Merupakan penilaian terhadap seluruh bidang tanah yang tidak ditempati bangunan.
Pemilihan jenis tanaman dalam suatu perencanaan adalah suatu seni dan juga ilmu
pengetahuan, seni, karena menyangkut elemen desain seperti warna, bentuk, tekstur dan
kualitas desain yang berubah karena tanaman dipengaruhi iklim, usia dan faktor yang
mempengaruhi pertumbuhannya.
Fungsi tanaman:
Tanaman tidak hanya mengandung/mempunyai nilai estetis saja, tapi juga berfungsi
untuk menambah kualitas lingkungan. Adapun fungsi dari tanaman adalah Visual Control
4-41
Penyusunan Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan (RTBL) Kecamatan Cerme
Koridor Jalan Cerme Lor - Cerme Kidul
LAPORAN PENDAHULUAN
iklim, Erosion Control / Pencegah erosi, Wildlife Habitats / Habitat binatang dan
Parkir
Kebutuhan akan lokasi parkir bagi pengguna kendaraan pribadi adalah cenderung sedekat
mungkin dengan tujuannya, sehingga suatu kawasan sangat perlu menyediakan tempat
parkir. Dalam mengatur perparkiran bukan kepentingan teknis semata yang menjadi
Pengaturan sirkulasi dalam daerah parkir baik untuk kendaraan maupun untuk
pedestrian.
Faktor-faktor estetika.
Untuk kebutuhan tempat parkir pada kawasan permukiman, pada umumnya tidak
menggunakan lahan parkir khusus atau lahan parkir yang digunakan untuk bersama, namun
hanya diperlukan lahan parkir untuk perorangan yaitu di depan rumah masing-masing.
Untuk kebutuhan tempat parkir pada kawasan permukiman, pada umumnya tidak
menggunakan lahan parkir khusus atau lahan parkir yang digunakan untuk bersama, namun
hanya diperlukan lahan parkir untuk perorangan yaitu di depan rumah masing-masing.
4-42
Penyusunan Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan (RTBL) Kecamatan Cerme
Koridor Jalan Cerme Lor - Cerme Kidul
LAPORAN PENDAHULUAN
Pedestrian
Salah satu unsur lagi yang sangat penting dalam merancang pola pergerakan pada kawasan
adalah perancangan untuk pejalan kaki, pentingnya perancangan ini bukan hanya terkait pada
penyediaan dan keindahan saja tetapi terkait dengan semua sistem secara keseluruhan.
Proporsi terbesar pejalan kaki adalah masyarakat berjalan secara berkelompok 3 orang
atau lebih.
Kesulitan terbesar untuk mengikuti pejalan kaki yang berkelompok ini adalah mereka
Kelompok usia muda biasanya berjalan lebih cepat dari kelompok usia tua.
Pejalan kaki yang berkelompok akan berjalan lebih pelan dibandingkan bila berjalan
sendirian.
Pejalan kaki yang membawa tas akan berjalan secepat pejalan kaki yang lainnya.
Pejalan kaki yang berjalan tanjakan landai akan berjalan secepat jalan datar.
Pejalan kaki membentuk kelompok besar akan bergerak dalam kelompoknya untuk satu
fungsi yang harus dipenuhinya; aspek skematis dan teknis dari moderenisasi arsitektural
(rasionalisme), yang pendirian teoritisnya yang lebih luas juga membentuk pertanyaan simbolik,
Fungsi primer, merupakan fungsi bangunan yang melingkupi kegiatan utama yang terjadi
Fungsi sekunder, merupakan fungsi bangunan yang ditujukan untuk melengkapi kebutuhan
Fungsi penunjang, melingkupi kelengkapan fasilitas sarana pada gedung yang mewadahi
4-43
Penyusunan Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan (RTBL) Kecamatan Cerme
Koridor Jalan Cerme Lor - Cerme Kidul
LAPORAN PENDAHULUAN
4.3.2.10 Analisa Bangunan Vital/Bersejarah
Bangunan vital merupakan bangunan dengan kepentingan orang banyak sehingga pada
kualitas bangunan tersebut perlu dilakukan perawatan dan pengawasan yang ekstra untuk
meningkatkan dan menjaga keandalan bangunan. Selain perlu dilakukan perawatan dan
pengawasan, pada bangunan tersebut harus memiliki jaminan laik fungsi yang merupakan suatu
jaminan bangunan tersebut masih memenuhi persyaratan administratif dan persyaratan teknis
sesuai dengan fungsi bangunan. Sehingga konservasi bangunan bersejarah sangat dibutuhkan
agar tetap bisa menjaga cagar budaya yang ada. Konservasi dibagi menjadi beberapa jenis, yaitu:
Preservasi, merupakan kegiatan pelestarian suatu tempat persis seperti keadaan aslinya,
jadi bangunan yang masuk kategori preservasi ini tidak mengalami tingkat perubahan dari
bentuk aslinya.
Adaptasi/Revitalisasi, adalah merubah tempat agar dapat digunakan untuk fungsi yang
lebih sesuai. Yang dimaksud dengan fungsi yang lebih sesuai adalah kegunaan yang tidak
menuntut perubahan drastis atau yang hanya memerlukan sedikit dampak minimal.
Demolisi, merupakan penghancuran atau perombakan suatu bangunan yang sudah rusak atau
tinggi dan atau bangunan pencakar langit, karena skyline merupakan penampilan siluet maupun
pemandangan dari kumpulan bangunan tinggi dan atau pencakar langit. Selain itu, skyline kota
diatur dalam peraturan tata kota yang dapat menghasilkan citra makro secara visual. Keempat
Aesthetic/Visual Regulation
Elemen visual sangat dibutuhkan dalam perancangan kota karena perancangan perkotaan
yang baik akan membuat kota menjadi lebih berkarakter dan berkualitas sehingga mendapat
4-44
Penyusunan Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan (RTBL) Kecamatan Cerme
Koridor Jalan Cerme Lor - Cerme Kidul
LAPORAN PENDAHULUAN
Height Regulation
Peraturan tentang ketinggian dibuat dengan maksud agar landmark atau monumen penting
Terdapat tiga jenis pemandangan skyline, yaitu sepanjang jalan (jika dilihat dari tempat
kita berdiri), pemandangan tepi air (sungai atau tepi laut), dan yang terakhir dilihat dari
Terdapat sebuah teori mengenai pertimbangan jarak didalam perancangan kota. Teori ini
di dalam perancangan ruas jalan. Contohnya untuk mendapatkan suatu jalur yang memiliki
secara bergantian di kiri dan kanan jalur dengan bangunan berketinggian rencah
Menempatkan bangunan tinggi atau landmark kota yang menarik dapat berkontribusi
terhadap citra buruk garis langit sebuah kota, Namun yang harus diperhatikan adalah lokasi
landmark tersebut harus dipilih dengan hati-hati sehingga layak. Kumpulan bangunan tinggi
prasarana yang ada, dimana definisi dari jalan itu sendiri adalah kesatuan sistem jaringan yang
4-45
Penyusunan Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan (RTBL) Kecamatan Cerme
Koridor Jalan Cerme Lor - Cerme Kidul
LAPORAN PENDAHULUAN
mengikat dan menghubungkan pusat-pusat pengembangan dengan wilayah yang ada pengaruhnya
jaringan jalan apa yang akan diterapkan di wilayah perencanaan sesuai dengan kondisi dan
jaringan jalan eksisting, kondisi topografi wilayah, dsb. Adapun pola-pola jaringan jalan ini
Pola Grid
Pola Radial
Pola Linier
Modifikasi Grid
Cul De Sac
Loop
Aksesbilitas
Aksesibilitas adalah jarak pencapaian dari suatu daerah ke daerah lainnya, dimana semakin
tinggi aksebilitas suatu daerah dengan daerah lainnya maka akan semakin cepat pula proses
aksesibilitas pada satu kawasan yaitu kondisi dan jenis perkerasan jalan yang ada,
sedangkan untuk indikator penunjang yaitu arah perkembangan atau pergerakan penduduk.
𝐾𝐹𝑇
𝐴𝑖 =
𝑑
Keterangan :
Ai : Nilai aksebilitas
T : Fungsi dari jenis pergerakan (regional, lokal) dan trayek pergerakan yang melayaninya.
d : Jarak
4-46
Penyusunan Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan (RTBL) Kecamatan Cerme
Koridor Jalan Cerme Lor - Cerme Kidul
LAPORAN PENDAHULUAN
Untuk mengukur indeks aksebilitas menggunakan rumus matematis sebagai berikut :
𝐸𝑗
𝐴𝑖 =
(𝑑𝑖𝑗)𝑏
Keterangan :
Ai : Nilai aksebilitas
Ej : Ukuran aktivitas (dapat menggunakan ukuran antara lain jumlah penduduk usia kerja)
B : Parameter
perhitungan :
𝑇
𝐾=
𝑃
Keterangan :
K : Kondisi jalan
(𝑃𝑖𝑝𝑗)
𝑇𝑖𝑗 =
𝑝
Keterangan :
Hirarki Jalan
Hierarkhi jalan adalah tingkat fungsi jalan dalam melayani pergerakan lalu lintas yang ada
pada suatu kawasan dengan pusat kawasan atau dengan daerah lainnya yang ada di sekitar
kawasan.
Penataan Transportasi
Penataan transportasi ini sangat menunjang sistem transportasi yang akan direncanakan,
yakni meliputi: sistem sirkulasi (kendaraan dan pejalan kaki), sistem parkir dan perabot
4-47
Penyusunan Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan (RTBL) Kecamatan Cerme
Koridor Jalan Cerme Lor - Cerme Kidul
LAPORAN PENDAHULUAN
Analisa landscape jalan memperhatikan kondisi potensi dan permasalahan koridor jalan
sehingga nantinya dalam penentuan dan penataan vegetasi maupun perabot jalan dapat
sesuai dengan tuntutan dan kebutuhan. Beberapa hal dalam penataan Landscape koridor
No Foto Keterangan
1. Tipe Penampang Jalan Yang Terbentuk
Karena Potongan Bukit
4-48
Penyusunan Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan (RTBL) Kecamatan Cerme
Koridor Jalan Cerme Lor - Cerme Kidul
LAPORAN PENDAHULUAN
No Foto Keterangan
5. Tipe Lansekap Jalan ber Median dengan
Jalur Lambat, Pemisah Jalur Ditanami.
Analisa ini akan mencakup berbagai elemen di sepanjang koridor jalan sehingga
keberadaanya perlu ditata baik kebutuhan jumlahnya, jenis elemen yang dibutuhkan,
penataan dan desain elemen yang direncanakan. Elemen-elemen yang dianalisa adalah
meliputi :
Reklame
papan pengumuman
nama jalan
penunjuk arah
pos polisi
lampu jalan
telepon umum
kotak surat
tempat sampah
penyeberangan jalan
halte
kota
lain atau membandingkan fenomena yang sama pada kelompok subjek yang berbeda. Dalam hal
Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan (RTBL), analisa komparatif digunakan untuk
membandingkan antara kondisi eksisting dengan standart yang diberlakukan oleh pemerintah,
sehingga dapat diketahui bahwa kondisi eksisting sudah sesuai dengan standart atau belum
sesuai dengan standart. Selain itu juga, analisis komparatif dapat digunakan untuk
4-49
Penyusunan Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan (RTBL) Kecamatan Cerme
Koridor Jalan Cerme Lor - Cerme Kidul
LAPORAN PENDAHULUAN
membandingkan fenomena yang terjadi di kawasan perencanaan dengan kawasan lain yang
memiliki tipologi kawasan yang serupa sehingga dapat dijadikan masukan dalam proses
perencanaan.
banyaknya berkaitan dengan kawasan perencanaan berupa apa yang akan dikembangkan dan
melandasi mengapa perlu dilakukan pengembangan. Analisis potensi dan masalah harus mampu
meyakinkan berbagai pihak, bahwa penelitian pengembangan tersebut mendesak dan perlu
dilakukan.
Sehingga pada perencanaan, analisis potensi dan permasalahan dapat digunakan sebagai
bahan untuk dapat merumuskan perencanaan atau pengembangan dimasa yang akan datang, agar
potensi yang sudah ada dapat dikembangkan dan masalah yang ada dapat diatasi dengan baik.
identitas pada kawasan tersebut yang terdiri dari unsur-unsur sebagai berikut:
Distrik (kawasan yang berbeda bentuk dan besarnya dibandingkan dengan kawasan lain)
Unsur-unsur tersebut di atas akan membuat suatu kota mempunyai karakter tersendiri
yang berpengaruh pada penghuni kota. Karena itu pengendalian dari unsur-unsur kota akan
Pathways, yaitu garis yang biasanya dilalui orang (jalur sirkulasi). Pada unsur ini dilakukan
Dengan demikian dapat terbentuk jalur sirkulasi yang sesuai dengan peruntukan
aktivitasnya.
Pathways merupakan penghubung (chanel) dimana sesorang biasanya melalui jalur tersebut.
Pathways ini dapat merupakan; jalan, tempat pejalan kaki, kanal, jalan kereta api dll. Kesan
4-50
Penyusunan Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan (RTBL) Kecamatan Cerme
Koridor Jalan Cerme Lor - Cerme Kidul
LAPORAN PENDAHULUAN
Pathways merupakan penghubung (channel) dimana seseorang biasanya melalui jalur
tersebut. Pathways ini dapat merupakan jalan, tempat pejalan kaki, kanal, jalan kereta api,
dll. Kesan ini umumnya diperoleh ketika seseorang melakukan suatu perjalanan.
Landmark,adalah tanda kota, penekanan dilakukan pada vokal point sehingga landmarknya
tidak dinikmati dengan masuk di dalamnya tetapi dapat dilihat dari suatu jarak tertentu
untuk titik orientasinya. Untuk landmark skala kota lebih diarahkan pada kawasan yang
berhubungan dengan kawasan lain atau sirkulasi yang ada merupakan sirkulasi skala kota
Landmarks ini dapat berupa; bangunan, tanda tertentu, gunung dan lain-lain. Skala
landmarks dapat berskala kota ataupun lingkungan. Landmarks ini juga merupakan suatu
Nodes, adalah titik yang mengandung keaktifan (pusat aktivitas), yang letaknya strategis
pada suatu kota sehingga dapat dibuat titik orietasi. Untuk menghindari terjadinya
pemusatan kegiatan hanya pada satu pusat kegiatan maka perlu dibentuk node baru sehingga
Nodes merupakan titik atau lokasi yang strategis dimana pengamat dapat memasuki
kegiatan tersebut. Lokasi ini umumnya mempunyai intensitas kegiatan yang tinggi, ataupun
dapat juga merupakan konsentrasi kegiatan dalam skala tertentu, misalnya sudut jalan.
4-51
Penyusunan Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan (RTBL) Kecamatan Cerme
Koridor Jalan Cerme Lor - Cerme Kidul
LAPORAN PENDAHULUAN
Edges, merupakan batasan antara dua hal (daerah aktivitas) yang berbeda atau pemutusan
dari sutau kontinuitas. Yang perlu ditegaskan adalah adanya batasan yang konkrit antara
Edges merupakan suatu pembatas antar kegiatan atau antar jenis penggunaan. Edges ini
dapat berupa pantai, antar bangunan dengan ruang terbuka, atau antar kegiatan yang sangat
terlihat perbedaan jenisnya. Edges ini dapat berupa pembattas, atau kegiatan yang dapat
terpenetrasi.
District, adalah suatu daerah dalam kota, bukan dalam pengamatan administratif tapi dalam
ukuran dua dimensi yang bangunannya membentuk kawasan homogen. Agar terbentuk
keteraturan dan efektifitas dan efisiensi serta hubungan yang baik antar fungsi kawasan
District merupakan kawasan yang memiliki kesamaan karakter dan pengamat umumnya
meninjau secara kedalam. Distrik ini juga sering digunakan untuk referensi eksterior.
Selain itu pada analisa ini dilakukan analisis tentang RTH. Merupakan penilaian terhadap
seluruh bidang tanah yang tidak ditempati bangunan. Contoh RTH : pedestrian, taman, plaza,
4-52
Penyusunan Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan (RTBL) Kecamatan Cerme
Koridor Jalan Cerme Lor - Cerme Kidul
LAPORAN PENDAHULUAN
makam, lapangan olah raga, lapangan terbang, muka air, puncak atap dan semua ruang luar
komunal.
Fungsi RTH :
Pemilihan jenis tanaman untuk ruang terbuka hijau juga menyangkut elemen desain
seperti warna, bentuk, tekstur dan kualitas desain yang berubah karena tanaman dipengaruhi
iklim, usia dan faktor yang mempengaruhi pertumbuhannya. Pemilihan jenis tanaman tergantung
4-53
Penyusunan Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan (RTBL) Kecamatan Cerme
Koridor Jalan Cerme Lor - Cerme Kidul
LAPORAN PENDAHULUAN
Taman Kota;
Taman Rekreasi;
Hutan Kota;
Hutan Lindung;
Cagar Alam;
Kebun Raya;
Kebun Binatang;
Pemakaman Umum;
Lapangan Olahraga;
Lapangan Upacara;
Parkir Terbuka;
Jalur Pengaman Jalan, median jalan, rel kereta api, pipa gas dan pedestrian;
Vegetasi yang digunakan pada pengembangan RTHKP disesuaikan dengan bentuk dan
Botanis, merupakan campuran jenis pohon ukuran kecil, ukuran sedang, ukuran besar, perdu
4-54
Penyusunan Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan (RTBL) Kecamatan Cerme
Koridor Jalan Cerme Lor - Cerme Kidul
LAPORAN PENDAHULUAN
Arsitektural, merupakan heterogenitas bentuk tajuk membulat, menyebar, segitiga, bentuk
kolom, bentuk tiang, memayung dan menggeliat, serta mempunyai nilai eksotik dari sudut
estetika.
Penempatan RTH pada jalur jalan sesuai manfaatnya disamping sebagai unsur estetika, juga
berfungsi sebagai pembatas jalan, serta pada posisi tertentu seperti pintu masuk/batas
kota penempatannya diatur sedemikian rupa untuk memberikan kesan peralihan kawasan,
Pada prinsipnya penempatan dan pemilihan tanaman pada jalur jalan diupayakan tidak
disisi jalan (berm jalan), khususnya penempatan ditengah jalan (boulevard), atau taman pada
Aspek Fisik
mengubah ruang tebuka keras (hard space) menjadi lunak (soft space), ruang terbuka
hijau juga digunakan sebagai pendukung objek landmark, patung, sculpture, sehingga
dapat tampil lebih dominan apabila diberikan ruang sesuai jarak pandang yang
dibutuhkan pengamatnya, ruang terbuka tersebut akan tampil lebih indah dengan
pengisian tanaman; pemanfaatan RTH secara fisik yang lain adalah untuk pengaman lalu
sungai. RTH ini dapat dibuat pada lahan yang ada disudut-sudut jalan, berm jalan, tepi
Aspek Sosial
khususnya kegiatan informal, bersifat rekreatif dan edukatif. Interaksi sosial dalam
berbagai skala, mulai skala lingkungan sampai dengan interaksi masyarakat kota.
Manusia yang hidup bermasyarakat membutuhkan kontak sosial satu dengan yang lain,
oleh larena itu, keberadaan ruang terbuka hijau di suatu perkotaan sangat diperlukan
sebagai wadah kontak sosial yang dapat berfungsi pula sebagai ruang terbuka untuk
tempat hiburan, tempat bermain anak-anak, tempat berolahraga, tempat untuk upacara
4-55
Penyusunan Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan (RTBL) Kecamatan Cerme
Koridor Jalan Cerme Lor - Cerme Kidul
LAPORAN PENDAHULUAN
pada saat tertentu. RTH untuk kepentingan sosial ini dapat dibangun tersebar pada
Aspek Ekonomi
Ruang terbuka hijau dapat pula dimanfaatkan sebagai tempat berlangsungnya kegiatan
ekonomi masyarakat, seperti pasar PKL, sarana wisata, dan parkir kendaraan ditempat
umum.
Kebutuhan ruang terbuka hijau yang ada dalam suatu kawasan perkotaan dapat
memberikan keuntungan ekonomi pada masyarakart kota dari berbagai lapisan ekonomi,
misalnya ruang terbuka dapat dipergunakan untuk pameran dan menjual produk industri
lokal dan regional sehingga dapat meningkatkan pendapatan masyarakat dari sektor
industri menengah dan industri kecil. Selain itu, ruang terbuka dapat digunakan untuk
Aspek Lingkungan
Pemanfaatan ruang terbuka hijau sebagai resapan air hujan, penyeimbang ekosistem,
supply udara bersih, secara visual memberikan keteduhan dan kenyamanan, serta
Pada setiap lingkungan, penggunaan tanah dalam suatu kawasan perkotan seperti
lain harus disediakan ruang terbuka hijau untuk mencegah atau mengurangi kepadatan
bangunan.
Ditinjau dari kebutuhan lingkungan maka keberadaan ruang terbuka hijau terkait
tersedianya ruang terbuka hijau yang dapat meresapnya air hujan kedalam tanah;
Memberikan ruang terbuka yang cukup agar sinar matahari dapat masuk kedalam
RTH dapat dilaksanakan dengan Perda yang mengatur setiap pembangunan, dengan
Aspek Landscape
4-56
Penyusunan Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan (RTBL) Kecamatan Cerme
Koridor Jalan Cerme Lor - Cerme Kidul
LAPORAN PENDAHULUAN
Manusia hidup selain harus terpenuhi kebutuhan jasmani juga harus terpenuhi
kebutuha rohaninya. Dalam hubungan ini, keberadaan RTH yang dibuat untuk
lingkungan sekitarnya dapat memberikan suasana yang meyenangkan bagi semua orang
Secara fisik RTH dapat dibedakan menjadi RTH alami berupa habitat liar alami, kawasan
lindung dan taman-taman nasional serta RTH non alami atau binan seperti taman, lapangan
olahraga, pemakaman atau jalur-jalur hijau jalan. Dilihat dari fungsi RTH dapat berfungsi
Baik RTH publik maupun privat memiliki beberapa fungsi utama seperti fungsi ekologis serta
fungsi tambahan seperti estetis, ekonomi, arsitektural, dan fungsi sosial budaya. Khusus
untuk RTH dengan fungsi sosial seperti tempat istirahat, sarana olahraga dan atau area
bermain, maka RTH ini harus memiliki aksesbilitas yang baik untuk semua orang, termasuk
aksesbilitas bagi penyandang cacat. Berikut ini tipologi RTH sebagai arahan dalam
4-57
Penyusunan Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan (RTBL) Kecamatan Cerme
Koridor Jalan Cerme Lor - Cerme Kidul
LAPORAN PENDAHULUAN
4-58
Penyusunan Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan (RTBL) Kecamatan Cerme
Koridor Jalan Cerme Lor - Cerme Kidul
LAPORAN PENDAHULUAN
Fungsi RTH pada kategori ini adalah untuk perlindungan atau pengamanan, misalnya
RTH kategori ini meliputi; RTH jalur jalan, RTH sempadan sungai, RTH jaringan listrik
tegangan tinggi, RTH jalan kereta api, RTH pengaman sumber air, RTH halaman, RTH untuk
membatasi perkembangan seperti area pantai atau daerah yang dimarjinalkan (greenbelt)
Penentuan kawasan lindung di kawasan perkotaan, mengacu pada Keputusan Presiden No. 32
Tahun 1990 tentang Pengelolaan Kawasan Lindung, yang meliputi kawasan suaka alam,
pelestarian alam, cagar budaya, kawasan resapan air, hutan lindung, kawasan bergambut,
Ketentuan yang berlaku pada RTH pekarangan perumahan dibedakan atas pekarangan rumah
Kategori yang termasuk rumah besar adalah rumah dengan luasan lantai diatas 500
m²;
Ruang terbuka hijau minimum yang disarankan adalah luasan lahan kavling dikurangi
ditambah dengan perdu dan semak serta penutup tanah dan atau rumput.
4-59
Penyusunan Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan (RTBL) Kecamatan Cerme
Koridor Jalan Cerme Lor - Cerme Kidul
LAPORAN PENDAHULUAN
Kategori yang termasuk rumah sedang adalah rumah dengan luasan lantai antara
Ruang terbuka hijau minimum yang disarankan adalah luasan lahan kavling dikurangi
ditambah dengan perdu dan semak serta penutup tanah dan atau rumput.
Kategori yang termasuk rumah sedang adalah rumah dengan luasan lantai antara
Ruang terbuka hijau minimum yang disarankan adalah luasan lahan kavling dikurangi
ditambah dengan perdu dan semak serta penutup tanah dan atau rumput.
sosial budaya dapat diperoleh melalui hasil pengukuran beberapa indikator sosial (urban social
indicator) misalnya struktur sosial budaya, pelayanan sarana dan prasarana budaya, potensi
sosial budaya masyarakat atau kesiapan masyarakat terhadap suatu pengembangan. Tujuan
4-60
Penyusunan Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan (RTBL) Kecamatan Cerme
Koridor Jalan Cerme Lor - Cerme Kidul
LAPORAN PENDAHULUAN
analisis aspek sosial budaya adalah mengkaji kondisi sosial budaya masyarakat yang mendukung
atau menghambat pengembangan wilayah dan/atau kawasan, serta memiliki fungsi antara lain :
Sebagai dasar penyusunan rencana tata ruang wilayah dan/atau kawasan serta pembangunan
Menilai pelayanan sarana dan prasarana sosial budaya yang mendukung pengembangan
budaya masyarakat.
analisa kualitatif, melalui pendekatan jenis dan jumlah fasilitas untuk kemudian dapat diketahui
Jaringan Listrik
Sistem analisa pelayanan listrik ini terdiri dari ; (1) analisa distribusi, (2) analisa
penempatan gardu, (3) analisa penempatan travo dan (4) analisa penempatan tiang (jarak
antar tiang).
Sistem analisa pelayanan air minum ini terdiri dari ; (1) analisa sistem pendistribusian
(sistem lop dan sistem los), (2) analisa penempatan hidran dan (3) analisa penempatan kran
umum.
Jaringan Telepon
Untuk jaringan telepon standar yang digunakan didasarkan atas jumlah fasilitas yang
ada, dimana masing-masing fasilitas 1 sambungan. Sistem analisa pelayanan telepon terdiri
dari ; (1) analisa kebutuhan, (2) analisa pendistribusian, (3) analisa STO (stasiun otomatis)
Sistem Drainase
Untuk sistem analisa drainase ini terdiri dari ; (1) analisa daerah tangkapan air, (2) analisa
limpasan air, (3) analisa daya serap air dan (4) analisa kapasitas air hujan.
4-61
Penyusunan Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan (RTBL) Kecamatan Cerme
Koridor Jalan Cerme Lor - Cerme Kidul
LAPORAN PENDAHULUAN
Untuk sistem pembuangan sampah standar yang digunakan sama halnya dengan sistem
pembuangan limbah yaitu didasarkan atas besar buangan yang dihasilkan. Sistem utilitas
sampah manggunakan analisa yang terdiri dari ; (1) analisa kapasitas/jumlah sampah, (2)
cara pembuangan sampah, (3) analisa pendistribusian, dan (4) analisa penempatan TPS/
tranfer depo.
untuk dapat mendukung perikehidupan manusia, makhluk hidup lain, dan keseimbangan
antarkeduanya. Dengan demikian, konsep daya dukung secara umum dapat dilihat dari dua sisi
yaitu:
Dari sisi ketersediaan, dengan melihat karakteristik wilayah, potensi sumber daya alam
Dari sisi kebutuhan, yaitu dengan melihat kebutuhan manusia dan makhluk hidup lainnya dan
Daya dukung dan daya tampung lingkungan dalam perencanaan tata ruang dimaksudkan
agar pemanfaatan ruang berdasarkan tata ruang nantinya tidak sampai melampaui batas-batas
kemampuan lingkungan hidup dalam mendukung dan menampung aktivitas manusia tanpa
menyediakan ruang, kemampuan dalam menyediakan sumberdaya alam, dan kemampuan untuk
keseimbangan ekosistem. Penataan ruang yang mengabaikan daya dukung lingkungan dipastikan
akan menimbulkan permasalahan dan degradasi kualitas lingkungan hidup seperti banjir, longsor
secara alamiah ataupun akibat ulah manusia. Penyusunan Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan
(RTBL) berperan penting pada kawasan-kawasan spesifik rawan akan bencana. Pada kawasan
tersebut akan dilakukan penanganan lebih lanjut dari sekedar perencanaan kota. Penanganan-
penanganan tersebut dapat berupa upaya, strategi, dan arahan pengembangan kawasan agar
lebih terkendali, terpadu, dan berkelanjutan serta pengaturan dan pengendalian bangunan pada
4-62
Penyusunan Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan (RTBL) Kecamatan Cerme
Koridor Jalan Cerme Lor - Cerme Kidul
LAPORAN PENDAHULUAN
4.3.3 Penyusunan Konsep
Penyusunan konsep pada Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan (RTBL) terdiri dari 4
Visi pembangunan, yaitu gambaran spesifik karakter lingkungan di masa mendatang yang
akan dicapai sebagai hasil akhir penataan suatu kawasan yang direncanakan, disesuaikan
dengan seluruh kebijakan dan rencana tata ruang yang berlaku pada daerah tersebut.
Konsep perancangan struktur tata bangunan dan lingkungan, yaitu suatu gagasan
perancangan dasar pada skala makro, dari intervensi desain struktur tata bangunan dan
lingkungan yang hendak dicapai pada kawasan perencanaan, terkait dengan struktur
keruangan yang berintegrasi dengan kawasan sekitarnya secara luas, dan dengan
Konsep komponen perancangan kawasan, yaitu suatu gagasan perancangan dasar yang dapat
Blok pengembangan dan program penanganan, yaitu pembagian suatu kawasan perencanaan
menjadi blok-blok pengembangan yang lebih kecil sehingga strategi dan program
Struktur Peruntukan Lahan, merupakan komponen rancang kawasan yang berperan penting
dalam alokasi penggunaan dan penguasaan lahan/tata guna lahan yang telah ditetapkan
dalam suatu kawasan perencanaan tertentu berdasarkan ketentuan dalam rencana tata
Intensitas Pemanfaatan Lahan, adalah tingkat alokasi dan distribusi luas lantai maksimum
KDB
KLB
KDH
KTB
blok, kaveling/petak lahan, bangunan, serta ketinggian dan elevasi lantai bangunan, yang
dapat menciptakan dan mendefinisikan berbagai kualitas ruang kota yang akomodatif
terhadap keragaman kegiatan yang ada, terutama yang berlangsung dalam ruang-ruang
Blok lingkungan
Pengaturan kavling
Sistem Ruang Terbuka dan Tata Hijau, merupakan komponen rancang kawasan, yang tidak
sekadar terbentuk sebagai elemen tambahan atau pun elemen sisa setelah proses rancang
arsitektural diselesaikan, melainkan juga diciptakan sebagai bagian integral dari suatu
lingkungan yang lebih luas. Komponen penataan sistem ruang terbuka dan tata hijau terbagi
menjadi :
Tata Kualitas Lingkungan, merujuk pada upaya rekayasa elemen-elemen kawasan yang
sedemikian rupa sehingga tercipta suatu kawasan atau subarea dengan sistem lingkungan
yang informatif, berkarakter khas, dan memiliki orientasi tertentu. Komponen penataan
Identitas lingkungan
Orientasi lingkungan
Wajah jalan
4-64
Penyusunan Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan (RTBL) Kecamatan Cerme
Koridor Jalan Cerme Lor - Cerme Kidul
LAPORAN PENDAHULUAN
Sistem Prasarana dan Utilitas Lingkungan, kelengkapan dasar fisik suatu lingkungan yang
semestinya. Komponen penataan sistem prasarana dan utilitas lingkungan terbagi menjadi :
Jaringan drainase
Jaringan listrik
Jaringan telepon
Pengaman kebakaran
Jaringan evakuasi
4-65
Penyusunan Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan (RTBL) Kecamatan Cerme
Koridor Jalan Cerme Lor - Cerme Kidul
LAPORAN PENDAHULUAN
BAB 4 Metodologi Pekerjaan ......................................................................................... 4-1
4.1 Pendekatan Umum .............................................................................................. 4-1
4.2 Standar Teknis dan Studi Terdahulu .................................................................. 4-4
4.3 Metode Pelaksanaan Kegiatan ............................................................................ 4-5
4.3.1 Metode Survei Dan Pengumpulan Data ......................................................... 4-7
4.3.2 Metode Analisa ............................................................................................. 4-11
4.3.2.1 Analisa Kebijakan................................................................................. 4-11
4.3.2.2 Analisa Tata Guna Lahan ..................................................................... 4-11
4.3.2.3 Analisa Arah Pengembangan................................................................ 4-13
4.3.2.4 Analisa Konfigurasi Ruang .................................................................. 4-14
4.3.2.5 Analisa Figure Ground ......................................................................... 4-19
4.3.2.6 Analisa Fasade/Muka Bangunan.......................................................... 4-22
4.3.2.7 Analisa Luasan/Intensitas Bangunan .................................................... 4-24
4.3.2.8 Analisa Citra Kawasan ......................................................................... 4-32
4.3.2.9 Analisa Fungsi Bangunan ..................................................................... 4-43
4.3.2.10 Analisa Bangunan Vital/Bersejarah.................................................. 4-44
4.3.2.11 Analisa Skyline Bangunan................................................................ 4-44
4.3.2.12 Analisa Pergerakan ........................................................................... 4-45
4.3.2.13 Analisa Komparatif dengan Standart ................................................ 4-49
4.3.2.14 Analisa Potensi dan Permasalahan ................................................... 4-50
4.3.2.15 Analisa Tata Kualitas Lingkungan/Identitas .................................... 4-50
4.3.2.16 Analisa Partisipatif ........................................................................... 4-60
4.3.2.17 Analisa System Prasarana Utilitas .................................................... 4-61
4.3.2.18 Analisa Daya Dukung & Daya Tampung ......................................... 4-62
4.3.2.19 Analisa Kebencanaan ....................................................................... 4-62
4.3.3 Penyusunan Konsep ...................................................................................... 4-63
4.3.4 Penyusunan Rencana .................................................................................... 4-63
Gambar 4.1 Alur Pikir Penyusunan Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan Kecamatan
Cerme Koridor Jalan Cerme Lor – Cerme Kidul ............................................................... 4-6
Gambar 4.2 Pola Konfigurasi Massa Bangunan (solid) dan ruang terbuka (void)........... 4-19
Gambar 4.3 Tekstur konfigurasi masssa bangunan dan lingkungan ................................ 4-20
Gambar 4.4 Tipologi masssa bangunan (blok) ................................................................. 4-20
Gambar 4.5 Tipologi elemen ruang (urban void) ............................................................. 4-21
Gambar 4.6 Bentuk Pola Dimensi Unit Perkotaan ........................................................... 4-21
Gambar 4.7 Skyline di Vancouver, Kanada ..................................................................... 4-45
Gambar 4.8 Bagan Tipologi Ruang Terbuka Hijau .......................................................... 4-57
Gambar 4.9 Perhitungan Proporsi RTH ........................................................................... 4-60
4-66
Penyusunan Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan (RTBL) Kecamatan Cerme
Koridor Jalan Cerme Lor - Cerme Kidul
LAPORAN PENDAHULUAN
4-67
Penyusunan Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan (RTBL) Kecamatan Cerme
Koridor Jalan Cerme Lor - Cerme Kidul