Anda di halaman 1dari 20

LAPORAN AKHIR

PERENCANAAN PEMUTAKHIRAN DATA DAN PEMETAAN DIGITAL PBB-P2 CIKARANG BARAT KABUPATEN BEKASI

BAB II TINJAUAN KEBIJAKAN

BAB II
TINJAUAN KEBIJAKAN
2.1 KEBIJAKAN KAWASAN INDUSTRI
2.1.1 UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN
2014 TENTANG PERINDUSTRIAN
Pembangunan nasional harus memberi manfaat sebesar-besarnya untuk
kesejahteraan rakyat dalam rangka mewujudkan masyarakat adil dan makmur di
dalam Negara Republik Indonesia yang merdeka, bersatu dan berdaulat
berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara epublik Indonesia Tahun
1945, yang diselenggarakan berdasarkan prinsip demokrasi ekonomi.
Pembangunan nasional dilaksanakan dengan memanfaatkan kekuatan dan
kemampuan sumber daya yang tangguh dan didukung oleh nilai-nilai budaya luhur
bangsa, guna mewujudkan kedaulatan, kemandirian dan ketahanan bangsa untuk
kepentingan nasional. Pembangunan nasional di bidang ekonomi dilaksanakan
untuk menciptakan struktur ekonomi yang mandiri, sehat dan kukuh dengan
menempatkan pembangunan Industri sebagai penggerak utama.
Globalisasi dan liberalisasi membawa dinamika perubahan yang sangat cepat dan
berdampak luas bagi perekonomian nasional. Di satu sisi pengaruh yang paling
dirasakan adalah terjadi persaingan yang semakin ketat dan di sisi lain membuka
peluang kolaborasi sehingga pembangunan Industri memerlukan berbagai
dukungan dalam bentuk perangkat kebijakan yang tepat, perencanaan yang
terpadu, dan pengelolaan yang efisien dengan memperhatikan prinsip-prinsip tata
kelola yang baik.
Pembangunan sektor Industri telah memiliki landasan hukum Undang-Undang
Nomor 5 Tahun 1984 tentang Perindustrian sebagai penjabaran operasional
Undang-Undang Dasar 1945 khususnya Pasal 33. Namun, landasan hukum tersebut
sudah tidak memadai sehingga perlu diganti dengan undang-undang yang baru
guna mengantisipasi dinamika perubahan lingkungan strategis, baik yang bersifat
internal maupun eksternal.
Perubahan internal yang sangat berpengaruh adalah dengan diberlakukan Undang-
Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah, telah membawa
konsekuensi pergeseran peran dan misi Pemerintah Pusat, Pemerintah Daerah
Provinsi, Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota dalam perumusan dan pelaksanaan
kebijakan nasional di bidang pembangunan Industri. Perubahan eksternal yang

BAB II TINJAUAN KEBIJAKAN II-1


LAPORAN AKHIR
PERENCANAAN PEMUTAKHIRAN DATA DAN PEMETAAN DIGITAL PBB-P2 CIKARANG BARAT KABUPATEN BEKASI

berpengaruh terhadap pembangunan Industri ditandai dengan telah diratifikasi


perjanjian internasional yang bersifat bilateral, regional, dan multilateral yang
mempengaruhi kebijakan nasional di bidang Industri, investasi, dan perdagangan.
Penyempurnaan Undang-Undang tentang Perindustrian bertujuan untuk menjawab
kebutuhan dan perkembangan akibat perubahan lingkungan strategis dan sekaligus
mampu menjadi landasan hukum bagi tumbuh, berkembang, dan kemajuan Industri
nasional.
Undang-Undang tentang Perindustrian yang baru diharapkan dapat menjadi
instrumen pengaturan yang efektif dalam pembangunan Industri dengan tetap
menjamin aspek keamanan, keselamatan, dan kesehatan manusia serta kelestarian
fungsi lingkungan hidup. Pokok-pokok pengaturan dalam undang-undang yang baru
meliputi penyelenggaraan urusan pemerintahan di bidang Perindustrian, Rencana
Induk Pembangunan Industri Nasional, Kebijakan Industri Nasional, perwilayahan
Industri, pembangunan sumber daya Industri, pembangunan sarana dan prasarana
Industri, pemberdayaan Industri, tindakan pengamanan dan penyelamatan
Industri, perizinan, penanaman modal bidang Industri dan fasilitas, Komite Industri
Nasional, peran serta masyarakat, serta pengawasan dan pengendalian.
Terkait Izin Usaha Industri dan Izin Usaha Kawasan Industri, setiap kegiatan usaha
Industri wajib memiliki izin usaha Industri. Kegiatan usaha Industri diantaranya
yaitu Industri kecil; Industri menengah; dan Industri besar.
(3) Izin usaha Industri diberikan oleh Menteri. Menteri dapat melimpahkan sebagian
kewenangan
pemberian izin usaha Industri kepada gubernur dan bupati/walikota.
(5) Izin usaha Industri meliputi:
a. Izin Usaha Industri Kecil;
b. Izin Usaha Industri Menengah; dan
c. Izin Usaha Industri Besar.
Perusahaan Industri yang telah memperoleh izin wajib melaksanakan kegiatan
usaha Industri sesuai dengan izin yang dimiliki dan menjamin keamanan dan
keselamatan alat, proses, hasil produksi, penyimpanan, serta pengangkutan.
Setiap Perusahaan Industri yang memiliki izin usaha Industri dapat melakukan
perluasan.
Perusahaan Industri yang melakukan perluasan dengan menggunakan sumber daya
alam yang diwajibkan memiliki Analisis Mengenai Dampak Lingkungan wajib
memiliki izin perluasan.
Izin Usaha Industri dan/atau Izin Perluasan Industri, Tanda Daftar Industri atau izin
yang sejenis, yang telah dimiliki oleh Perusahaan Industri dan Izin Usaha Kawasan
Industri dan/atau Izin Perluasan Kawasan Industri yang telah dimiliki oleh
Perusahan Kawasan Industri yang telah dikeluarkan berdasarkan Undang-Undang
Nomor 5 Tahun 1984 tentang Perindustrian (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 1984 Nomor 22, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
3274) dan peraturan pelaksanaannya dinyatakan tetap berlaku sepanjang
Perusahaan Industri atau Perusahaan Kawasan Industri yang bersangkutan masih
beroperasi sesuai dengan izin yang diberikan.
BAB II TINJAUAN KEBIJAKAN II-2
LAPORAN AKHIR
PERENCANAAN PEMUTAKHIRAN DATA DAN PEMETAAN DIGITAL PBB-P2 CIKARANG BARAT KABUPATEN BEKASI

2.1.2 PERATURAN PEMERINTAH NO 10 TAHUN 2021 TENTANG PAJAK


DAERAH DAN RETRIBUSI DAERAH DALAM RANGKA MENDUKUNG
KEMUDAHAN BERUSAHA DAN LAYANAN DAERAH
Peraturan Pemerintah No 10 Tahun 2021 Tentang Pajak Daerah dan Retribusi
Daerah dalam Rangka Mendukung Kemudahan Berusaha dan Layanan Daerah ini
bertujuan:
a. memperkuat peran Pemerintah Daerah dalam rangka mendukung Kebijakan
Fiskal Nasional; dan
b. mendukung pelaksanaan penyederhanaan perizinan dan kebijakan
kemudahan berusaha dan layanan daerah.
Untuk mencapai tujuan, ruang lingkup Peraturan Pemerintah ini meliputi:
a. penyesuaian tarif Pajak dan Retribusi;
b. evaluasi rancangan Perda dan Perda mengenai Pajak dan Retribusi;
c. pengawasan Perda mengenai pajak dan Retribusi;
d. dukungan insentif pelaksanaan kemudahan berusaha; dan
e. sanksi administratif.
Pemerintah Pusat sesuai dengan program prioritas nasional dapat melakukan
penyesuaian tarif pajak dan/atau Retribusi yang telah ditetapkan dalam Perda
mengenai Pajak dan/atau Retribusi. Program prioritas nasional berupa proyek
strategis nasional yang ditetapkan oleh Pemerintah Pusat sesuai dengan ketentuan
peraturan perulndang-undangan. Penyesuaian tarif Pajak dan/atau Retribusi
ditetapkan dengan Peraturan Presiden.
Peraturan Presiden paling sedikit mengatur:
a. proyek strategis nasional yang mendapat fasititas penyesuaian tarif;
b. jenis Pajak dan/atau Retribusi yang akan disesuaikan;
c. besaran penyesuaian tarif;
d. mulai berlakunya penyesuaian tarif;
e. jangka waktu penyesuaian tarif; dan
f. daerah yang melakukan penyesuaian tarif.
Pemerintah Daerah dalam melaksanakan pemungutan Pajak dan/atau Retribusi
mengikuti besaran tarif yang ditetapkan dalam Peraturan Presiden. Dalam hal
jangka waktu penyesuaian tarif pajak dan/atau Retribusi yang ditetapkan dalam
Peraturan Presiden, tarif yang ditetapkan dalam Perda mengenai Pajak dan/atau
Retribusi dapat diberlakukan kembali.
Dalam hal pelaksanaan penyederhanaan perizinan berusaha, menyebabkan
berkurangnya pendapatan asli daerah yang bersumber dari Pajak dan Retribusi,
Pemerintah Pusat dapat memberikan dukungan insentif anggaran bagi Pemerintah
Daerah sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. Dukungan
insentif anggaran bagi Pemerintah Daerah dapat diberikan berupa transfer ke
daerah. Pengalokasian anggaran dukungan insentif mengikuti mekanisme anggaran
BAB II TINJAUAN KEBIJAKAN II-3
LAPORAN AKHIR
PERENCANAAN PEMUTAKHIRAN DATA DAN PEMETAAN DIGITAL PBB-P2 CIKARANG BARAT KABUPATEN BEKASI

pendapatan dan belanja negara yang dilaksanakan sesuai dengan ketentuan


peraturan perundang-undangan.

2.1.3 PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 28


TAHUN 2021 TENTANG PENYELENGGARAAN BIDANG
PERINDUSTRIAN
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 28 Tahun 2021 Tentang
Penyelenggaraan Bidang Perindustrian menegaskan bahwa Menteri, gubernur, dan
atau bupati wali kota dapa memberikan Fasilitas Nonfiskal kepada Perusahaan
Industri kecil dan Perusahaan Industri menengah yang menerapkan SNI, Spesifikasi
Teknis, dan/atau Pedoman Tata Cara yang diberlakukan secara wajib. Bentuk
Fasilitas Nonfiskal meliputi pembiayaan dalam proses penilaian kesesuaian dalam
rangka sertifikasi SNI, Spesifikasi Teknis, danf atau Pedoman Tata Cara yang
diberlakukan secara wajib.
Perusahaan Industri kecil dan Perusahaan Industri menengah dapat menerima
Fasilitas Nonfiskal paling sedikit memenuhi ketentuan:
a. memiliki Perizinan Berusaha; dan
b. telah menyelesaikan seluruh kewajiban perpajakan.
Selain Fasilitas Nonfiskal, Perusahaan Industri kecil dan Perusahaan Industri
menengah yang menerapkan SNI, Spesihkasi Teknis, danf atau Pedoman Tata Cara
yang diberlakukan secara wajib dapat diberikan fasilitas fiskal sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan.
berdasarkan hal tersebut, maka perlu bagi perusahaan/industri memenuhi
kewajiban pajaknya guna memperoleh fasilitas nonfiskal yang dapat menunjang
keberlangsungan industri tersebut.

2.1.4 PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 142


TAHUN 2015 TENTANG KAWASAN INDUSTRI
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 142 Tahun 2015 Tentang Kawasan
Industri dimaksudkan untuk mendukung kegiatan Industri sehingga dibangun
infrastruktur industri.
Pembangunan Kawasan Industri bertujuan untuk:
a. mempercepat penyebaran dan pemerataan pembangunan Industri;
b. meningkatkan upaya pembangunan Industri yang berwawasan lingkungan;
c. meningkatkan daya saing investasi dan daya saing Industri; dan
d. memberikan kepastian lokasi sesuai tata ruang.

Pembangunan Kawasan Industri dilaksanakan di Kawasan Peruntukan Industri (KPI)


sesuai dengan Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW).

Menteri, gubernur, bupati/walikota, sesuai dengan kewenangannya bertanggung


jawab atas pencapaian tujuan pembangunan Kawasan Industri. Kewenangan
bupati/walikota meliputi:
a. perencanaan pembangunan Kawasan Industri;
b. penyediaan infrastruktur Industri;

BAB II TINJAUAN KEBIJAKAN II-4


LAPORAN AKHIR
PERENCANAAN PEMUTAKHIRAN DATA DAN PEMETAAN DIGITAL PBB-P2 CIKARANG BARAT KABUPATEN BEKASI

c. pemberian kemudahan dalam perolehan/pembebasan lahan pada wilayah


daerah yang diperuntukkan bagi pembangunan Kawasan Industri;
d. pelayanan terpadu satu pintu sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan;
e. pemberian insentif dan kemudahan lainnya sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan;
f. penataan Industri untuk berlokasi di Kawasan Industri; dan
g. pengawasan pelaksanaan pembangunan Kawasan Industri.

Setiap Perusahaan Industri di dalam Kawasan Industri wajib:


a. memenuhi ketentuan perizinan usaha Industri;
b. memenuhi ketentuan Tata Tertib Kawasan Industri yang berlaku;
c. memelihara daya dukung lingkungan di sekitar kawasan termasuk tidak
melakukan pengambilan air tanah;
d. melakukan pembangunan pabrik dalam batas waktu paling lama 4 (empat)
tahun sejak pembelian dan/atau penyewaan lahan, dan dapat diperpanjang
1 (satu) tahun; dan
e. mengembalikan kaveling Industri kepada Perusahaan Kawasan Industri
apabila dalam batas waktu yang ditentukan sebagaimana dimaksud pada
huruf tidak melakukan pembangunan pabrik.
Perusahaan Kawasan Industri dan Perusahaan Industri di dalam Kawasan Industri
diberikan insentif
perpajakan. Insentif perpajakan diberikan berdasarkan pengelompokan WPI. Dalam
hal pemberian insentif perpajakan terdapat perubahan pengelompokan WPI, diatur
dalam peraturan menteri yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang
keuangan berdasarkan usulan Menteri.

2.1.5 PERATURAN MENTER! KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR


105/PMK.010/2016 TENTANG PEMBERIAN FASILITAS
PERPAJAKAN DAN KEPABEANAN BAGI PERUSAHAAN INDUSTRI DI
KAWASAN INDUSTRI DAN PERUSAHAAN KAWASAN INDUSTRI
Perusahaan Industri di Kawasan Industri dan Perusahaan Kawasan Industri yang
melakukan kegiatan usaha di WPI dan merupakan Wajib Pajak badan dapat
diberikan fasilitas perpajakan dan/ atau kepabeanan. WPI dikelompokkan menjadi:
a. WPI maju;
b. WPI berkembang;
c. WPI potensial I; dan
d. WPI potensial II.
Fasilitas perpajakan dan/ atau kepabeanan dapat berupa:
a. fasilitas Pajak Penghasilan yakni:
1. fasilitas Pajak Penghasilan untuk penanaman modal di bidang-bidang usaha
tertentu dan/ atau di daerah-daerah tertentu; atau
2. fasilitas pengurangan Pajak Penghasilan badan;

BAB II TINJAUAN KEBIJAKAN II-5


LAPORAN AKHIR
PERENCANAAN PEMUTAKHIRAN DATA DAN PEMETAAN DIGITAL PBB-P2 CIKARANG BARAT KABUPATEN BEKASI

b. fasilitas pembebasan Pajak Pertambahan Nilai atas impor dan/ atau penyerahan
mesin dan peralatan pabrik yang merupakan satu kesatuan, baik dalam keadaan
terpasang maupun terlepas, yang digunakan secara langsung dalam proses
menghasilkan Barang Kena Pajak oleh Pengusaha Kena Pajak yang
menghasilkan Barang Kena Pajak terse but, tidak termasuk suku cadang; dan/
atau
c. fasilitas pembebasan bea masuk atas impor mesin serta barang dan bahan yang
dilakukan oleh Perusahaan Industri di Kawasan Industri dan Perusahaan
Kawasan Industri yang melakukan kegiatan usaha · di bidang industri yang
menghasilkan barang dan/ atau jasa.
Pembebasan bea masuk atas mesin serta barang dan bahan dapat diberikan atas
mesin serta barang dan bahan yang berasal dari Kawasan Pelabuhan Bebas dan
Perdagangan Bebas, Kawasan Ekonomi Khusus, atau Tempat Penimbunan Berikat.
Pembebasan bea masuk diberikan sepanjang mesin serta barang dan bahan
tersebut memiliki kriteria sebagai berikut:
a. belum diproduksi di dalam negeri;
b. sudah diproduksi di dalam negeri namun belum memenuhi spesifikasi yang
dibutuhkan; atau
c. sudah diproduksi di dalam negeri namun jumlahnya belum mencukupi
kebutuhan industri, berdasarkan daftar mesm, barang dan bahan yang
ditetapkan oleh menteri yang bertanggungjawab di bidang perindustrian atau
pejabat yang ditunjuk, setelah berkoordinasi dengan instansi teknis yang terkait.
Dalam hal Perusahaan Industri di Kawasan Industri dan Perusahaan Kawasan
Industri diberikan fasilitas Pajak tidak dapat diberikan fasilitas Pajak Penghasilan.

2.2 KEBIJAKAN TATA RUANG


2.2.1 Peraturan Daerah Nomor 22 Tahun 2010 tentang Rencana Tata
Ruang Wilayah Provinsi Jawa Barat Tahun 2009-2029
Dalam Peraturan Daerah Nomor 22 Tahun 2010 tentang Rencana Tata Ruang
Wilayah Provinsi Jawa Barat Tahun 2009-2029 terdapat rencana mengenai
penetapan Kawasan Cikarang sebagai sebagai PKL Perkotaan, dengan wilayah
pelayanan kabupaten/kota dan beberapa kecamatan.
Kawasan Cikarang merupakan kawasan yang di dominasi dengan kegiatan industri,
sehingga pemerintah menetapkan rencana Pembangunan lokasi industri yang
ditetapkan dengan ketentuan untuk mengoptimalkan kawasan industri yang telah
ada di koridor Cikarang- Cikampek. selain itu, ditetapkan pula rencana
pengembangan infrastruktur wilayah di WP Bodebekpunjur yang terdiri atas :
Pembangunan jalan tol Bogor Ring Road, Depok- Antasari, Jagorawi-Cinere,
Cimanggis-Cibitung, Cikarang-Tanjungpriok,
Adapun rencana optimalisasi kawasan industri yang ada di Kabupaten Bekasi
meliputi :
1. Kawasan Industri MM2100, terletak di Cibitung Kabupaten Bekasi;
2. Kawasan Industri EJIP (NEGAI), terletak di Cikarang, Cibarusah Kabupaten
Bekasi;
BAB II TINJAUAN KEBIJAKAN II-6
LAPORAN AKHIR
PERENCANAAN PEMUTAKHIRAN DATA DAN PEMETAAN DIGITAL PBB-P2 CIKARANG BARAT KABUPATEN BEKASI

3. Kawasan Industri Internasional Bekasi, terletak di Desa Sukaresmi,


Kabupaten Bekasi;
4. Kawasan Industri Jababeka terletak di Cikarang, Kabupaten Bekasi;
5. Kawasan Industri Lippo Cikarang, terletak di Cikarang, Kabupaten Bekasi;
6. Kawasan Industri Patria Manunggal Jaya, terletak di Cikarang, Kabupaten
Bekasi;
7. Kawasan Industri Gobel, terletak di Cibitung, Kabupaten Bekasi; dan
8. Pusat kawasan industri dan pergudangan bertaraf internasional marunda,
terletak di Kabupaten Bekasi.

2.2.2 Peraturan Daerah Nomor 12 Tahun 2011 tentang RTRW Kabupaten


Bekasi Tahun 2011-2031
Rencana struktur ruang di Kabupaten Bekasi berdasarkan perda No 12 tahun 2011
meliputi rencana pengembangan sistem perkotaan, rencana system jaringan
prasarana utama serta rencana system jaringan sumber daya air.

A. Rencana Struktur Ruang


Salah satu yang dibahas dalam rencana struktur ruang yaitu sistem perkotaan.
Sistem perkotaan di Kabupaten Bekasi dibangun dengan beberapa pusat kegiatan
seperti pusat kegiatan nasional, pusat kegiatan lokal, pusat kegiatan lokal promosi,
pusat pelayanan kawasan, serta pusat pelayanan lingkungan.

Tabel 2. 1 Rencana Sistem Perkotaan di Kabupaten Bekasi


Sistem Perkotaan
PKN PKL PKLp PPK PPL
• PKN Setu • PKL • PKLp • PPK Serang • PPK Babelan PPL Nagasari; PPL
• PKN Cikarang Cikarang Baru • PPK Hegarmukti; PPL
Tambun Pusat Selatan • PPK Tambun Sukabungah;
Selatan • PKL • PKLp Bojongmangu Utara PPL Cibarusah
Tarumajaya Cikarang • PPK • PPK Sukakarya kota;
• PKL Utara Kedungwaringin • PPK PPL Serang; PPL
Cibarusah • PKLp • PPK Karang Cabangbun Sukaragam; PPL
• PKL Cikarang Bahagia gin Cibening; PPL
Sukatani Barat • PPK Tambelang • PPK Sukawangi Tamansari; PPL
• PKL • PKLp • PPK Pebayuran • PPK Tanjungbaru;
Cibitung Cikarang Muaragemb PPL Karang
Timur ong Satria;
PPL Bahagia;
PPL Pusaka
Rakyat;
PPL Pantai
Bahagia; PPL
Sindang Jaya;
PPL Sukamantri;
PPL Karanghaur;
PPL Karang Mukti;
PPL Karang
Mekar
PPL Sukatenang;
PPL Sukamulya.
Sumber : Perda Kabupaten Bekasi Nomor 12 Tahun 2011

BAB II TINJAUAN KEBIJAKAN II-7


LAPORAN AKHIR
PERENCANAAN PEMUTAKHIRAN DATA DAN PEMETAAN DIGITAL PBB-P2 CIKARANG BARAT KABUPATEN BEKASI

Penetapan sistem pusat kegiatan Kabupaten Bekasi memperhatikan perwilayahan


pengembangan. Perwilayahan pengembangan di Kabupaten Bekasi meliputi 4
wilayah pengembangan. Untuk lebih jelasnya mengenai wilayah pengembangan
dan pelayanannya di Kabupaten Bekasi dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 2. 2 Wilayah Pengembangan dan Wilayah Pelayanan di Kabupaten Bekasi


Wilayah
Lokasi Wilayah Pelayanan Fungsi
Pengembangan
Bekasi bagian Tambun Selatan, pengembangan industri,
WP I tengah, dengan Cibitung, Cikarang perdagangan dan jasa,
pusat di Utara, Cikarang Barat, perumahan dan permukiman,
perkotaan Cikarang Timur, dan pariwisata dan
Tambun Cikarang Selatan pendukung kegiatan industri
Bekasi bagian Cikarang Pusat, Setu, pengembangan pusat
selatan, dengan Serang Baru, pemerintahan kabupaten,
pusat di Cibarusah, dan industri, perumahan dan
WP II
perkotaan Bojongmangu permukiman skala besar,
Sukamahi pertanian dan pariwisata
Bekasi bagian Sukatani, Karang pengembangan pertanian
timur, dengan Bahagia, Pebayuran, lahan basah, perumahan dan
pusat di Sukakarya, permukiman
perkotaan Kedungwaringin,
WP III Sukamulya Tambelang, Sukawangi,
dan
Cabangbungin
Bekasi bagian Tarumajaya, pengembangan wilayah, simpul
utara, dengan Muaragembong, transportasi laut dan udara,
pusat di Babelan, dan Tambun pertambangan, Industri,
perkotaan Utara perumahan dan permukiman,
WP IV Pantai Makmur, pertanian lahan basah dan
pelestarian kawasan
hutan lindung
Sumber : Perda Kabupaten Bekasi Nomor 12 Tahun 2011

Selain itu, dalam Perda Kab. Bekasi No. 12 Tahun 2011 Tentang Rencana Tata
Ruang Wilayah Tahun 2011-2031 terdapat rencana pengembangan transportasi
salah satunya sistem transportasi darat. Untuk sistem transportasi darat seperti
jalan bebas hambatan, jalan nasional, jaringan jalan provinsi, jaringan jalan
kabupaten, rencana pengembangan terminal penumpang Tipe A dengan alternative
lokasi di Kecamatan Cikarang Utara, Kecamatan Cikarang Barat, atau Kecamatan
Cikarang Selatan. Rencana pengembangan terminal tipe C di Kec. Tambun Utara,
Kec, Tarumajaya, Kec. Sukatani, dan Kec. Cibarusah dan lokasi lain yang
disesuaikan dengan kebutuhan.

A. Rencana Pola Ruang Kabupaten Bekasi


Rencana pola ruang di Kabupaten Bekasi terbagi dua yakni kawasa lindung dan
kawasan budidaya. Untuk lebih jelasnya mengenai rencana pola ruang di Kabupaten
Bekasi dapat dilihat pada subbab selanjutnya.

1) Kawasan Lindung di Kabupaten Bekasi


Rencana kawasan lindung di Kabupaten Bekasi terdiri dari kawasan yang
memberikan perlindungan terhadap kawasan bawahannya, kawasan perlindungan
BAB II TINJAUAN KEBIJAKAN II-8
LAPORAN AKHIR
PERENCANAAN PEMUTAKHIRAN DATA DAN PEMETAAN DIGITAL PBB-P2 CIKARANG BARAT KABUPATEN BEKASI

setempat, kawasan rawan bencana, kawasan lindung geologi, serta kawasan rawan
gerakan tanah. Untuk lebih jelasnya mengenai kawasan lindung di Kabupaten
Bekasi dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 2. 3 Rencana Pola Ruang Kawasan Lindung di Kabupaten Bekasi


Fungsi Lokasi Luas (Ha)
Kawasan yang Memberikan Perlindungan terhadap Kawasan Bawahannya
Kawasan resapan air Kecamatan Setu, Kecamatan Cibarusah, 3.883
Kecamatan Bojongmangu.
Kawasan perlindungan setempat
Kawasan sempadan sungai • Di sebelah luar sepanjang kaki tanggul di luar 4.246
kawasan perkotaan dan di sebelah luar sepanjang
kaki tanggul di dalam kawasan perkotaan meliputi:
kali jambe, kali sadang, kali cikedokan, kali ulu, kali
siluman, kali serengseng, kali sepak, kali jaeran
• Tepi sungai untuk yang mempunyai kedalaman
tidak lebih dari 3 (tiga) meter meliputi kali
cilemahabang, kali cikarang, kali belencong
• Sungai kecil yang tidak bertanggul di luar
kawasan perkotaan meliputi: kali citarum, kali
bekasi, kali ciherang, kali cibeet
• Sungai yang terpengaruh oleh pasang surut air laut
dan berfungsi sebagai jalur hijau meliputi: kali
citarum, kali
ciherang , kali cbl
Kawasan sempadan pantai Kecamatan babelan, kecamatan tarumajaya, 566
kecamatan muaragembong
Kawasan situ • Situ rawa binong, desa hegar mukti 149
kecamatan cikarang pusat
• Situ bojongmangu, desa medalkrisna
kecamatan bojongmangu
• Situ burangkeng, desa ciledug kecamatan setu
• Situ taman, desa cikarageman kecamatan setu
• Situ ceper, desa skasari kecamatan serang baru
• Situ ciantra, desa sukadami kecamatan cikarang
selatan
• Situ pagadungan, Desa Jaya Sampurna,
Kecamatan Serang Baru
• Situ leungsir, jaya sampurna kecamatan serang baru
• Situ cibeureum, desa lambangjaya kecamatan
tambun selatan
• Situ cibungur, desa sukamukti
kecamatan bojongmangu
• Situ tegal abidin, desa karang mulya
kecamatan bojongmangu
• Situ cipalahlar, desa wibawamulya
kecamatan cibarusah
• Situ liang maung, desa ridogalih kecamatan
cibarusah.
Kawasan ruang terbuka • Ruang terbuka hijau (RTH) publik berupa taman 12.885
hijau (RTH) kota, tempat pemakaman umum, dan jalur hijau
sepanjang jalan dan sungai
• Ruang terbuka hijau (RTH) privat berupa kebun
atau halaman rumah, gedung milik masyarakat
dan swasta yang ditanami tumbuhan.

BAB II TINJAUAN KEBIJAKAN II-9


LAPORAN AKHIR
PERENCANAAN PEMUTAKHIRAN DATA DAN PEMETAAN DIGITAL PBB-P2 CIKARANG BARAT KABUPATEN BEKASI

Fungsi Lokasi Luas (Ha)


Kawasan rawan bencana alam
Kawasan rawan bencana Kecamatan muaragembong
gelombang pasang
Kawasan rawan bencana Kecamatan tambun utara
banjir
Kecamatan tambun selatan Kecamatan tarumajaya
Kecamatan cibitung Kecamatan cikarang timur
Kecamatan cikarang utara Kecamatan cabangbungin
Kecamatan kedungwaringin Kecamatan pebayuran
Kecamatan sukakarya Kecamatan sukatani Kecamatan
sukawangi Kecamatan tambelang
Kecamatan babelan.
Kawasan rawan bencana Kecamatan bojongmangu
longsor
Kawasan lindung geologi
Kawasan rawan bencana alam Kecamatan muaragembong 33.000
geologi abrasi
Kawasan yang
memberikan
perlindungan terhadap
air
tanah
Kawasan rawan gerakan 1.401
tanah
Sumber : Perda Kabupaten Bekasi Nomor 12 Tahun 2011

1) Kawasan Budidaya di Kabupaten Bekasi


Kawasan budidaya yang ada di Kabupaten Bekasi meliputi kawasan peruntukkan
hutan produksi, kawasan pertanian, kawasan perikanan, kawasan pertambangan,
kawasan industri, kawasan pariwisata, kawasan permukiman serta kawasan pesisir
dan laut. Untuk lebih jelasnya mengenai kawasan budidaya di Kabupaten Bekasi
dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 2. 4 Rencana Pola Ruang Kawasan Budidaya di Kabupaten Bekasi


Fungsi Lokasi Luas (Ha)
Kawasan peruntukan hutan produksi
Hutan produksi tetap Kecamatan Muaragembong 5.170
Hutan produksi terbatas Kecamatan Cabangbungin
Kecamatan Babelan
Rencana kawasan peruntukan pertanian
kawasan pertanian tanaman Kecamatan Cabangbungin, Kecamatan Sukawangi, 35.244
pangan Kecamatan Sukakarya, Kecamatan Sukatani,
Kecamatan Karang Bahagia, Kecamatan Pebayuran,
Kecamatan Kedungwaringin, Kecamatan Cikarang
Timur, Kecamatan Setu, Kecamatan Serang Baru,.
Kecamatan Cibarusah,
Kecamatan Bojongmangu.
kawasan hortikultura Kecamatan Cibarusah, Kecamatan Serang Baru, 2.417
Kecamatan
Bojongmangu.
kawasan perkebunan Kecamatan Cikarang Selatan, Kecamatan Setu, 710
Kecamatan Serang Baru, Kecamatan Cibarusah,
Kecamatan

BAB II TINJAUAN KEBIJAKAN II-10


LAPORAN AKHIR
PERENCANAAN PEMUTAKHIRAN DATA DAN PEMETAAN DIGITAL PBB-P2 CIKARANG BARAT KABUPATEN BEKASI

Fungsi Lokasi Luas (Ha)


Bojongmangu.

kawasan peternakan pengembangan kegiatan peternakan rakyat


meliputi: Kecamatan Sukatani, Kecamatan
Sukakarya, Kecamatan
Pebayuran
pengembangan kawasan peternakan meliputi
Kecamatan
Bojongmangu dan Kecamatan Cibarusah.
Kawasan Peruntukan
Perikanan

peruntukan Perikanan Tangkap Kecamatan Tarumajaya, Kecamatan Babelan,


Kecamatan Muaragembong

peruntukan Budidaya Perikanan Kecamatan Muaragembong, Kecamatan


Tarumajaya, Kecamatan Cikarang Pusat,
Kecamatan Bojongmangu,. Kecamatan Setu,
Kecamatan Serang Baru, Kecamatan
Cikarang Selatan, Kecamatan Sukakarya,
Kecamatan Tambun Selatan.
Kawasan Peruntukan
Pertambangan

pertambangan minyak dan gas Kecamatan Babelan, Kecamatan Cibitung, Kecamatan


bumi Tambun Utara, Kecamatan Tambun Selatan,
Kecamatan Cikarang Timur, Kecamatan Cibarusah,
Kecamatan Cabangbungin, Kecamatan Sukawangi,
Kecamatan Sukakarya, Kecamatan Cikarang Utara,
Kecamatan Karang
Bahagia.
pertambangan mineral Kecamatan Cikarang Selatan, Kecamatan
Cibarusah, Kecamatan Cikarang Pusat, Kecamatan
Cikarang Timur,
Kecamatan Bojongmangu, Kecamatan Serang Baru.
Kawasan Peruntukan Industri

industri besar Kecamatan Cikarang Pusat, Kecamatan Cikarang Utara,


Kecamatan Cikarang Selatan, Kecamatan Cikarang
Timur, Kecamatan Cikarang Barat, Kecamatan
Tarumajaya, Kecamatan Cabangbungin, Kecamatan
Babelan, Kecamatan
Sukawangi.
industri menengah Kecamatan Serang Baru, Kecamatan Tambun Utara,
Kecamatan Tambun Selatan, Kecamatan Karang
Bahagia.
Industri mikro dan rumah tangga Kecamatan Setu

Kawasan Peruntukan
Pariwisata

BAB II TINJAUAN KEBIJAKAN II-11


LAPORAN AKHIR
PERENCANAAN PEMUTAKHIRAN DATA DAN PEMETAAN DIGITAL PBB-P2 CIKARANG BARAT KABUPATEN BEKASI

Fungsi Lokasi Luas (Ha)


pengembangan wisata alam Kecamatan Tarumajaya, Kecamatan Babelan, 1.104
Kecamatan
muaragembong.
pengembangan wisata budaya Kecamatan Tambun Selatan

pengembangan wisata buatan/ Kecamatan Cikarang Selatan, Kecamatan Serang


binaan manusia Baru, Kecamatan Muaragembong, Kecamatan Setu,
Kecamatan Cikarang Timur,Kecamatan Cikarang
Pusat, Kecamatan Cikarang Barat, Kecamatan
Cikarang Utara, Kecamatan
Bojongmangu.
Kawasan Peruntukan lokasi kawasan permukiman tersebar di seluruh 13.918
Permukiman kecamatan

Kawasan Peruntukan Pesisir Kecamatan Muaragembong, Kecamatan Tarumajaya,


dan Kecamatan Babelan.
Laut
Sumber : Perda Kabupaten Bekasi Nomor 12 Tahun 2011

BAB II TINJAUAN KEBIJAKAN II-12


LAPORAN AKHIR
PERENCANAAN PEMUTAKHIRAN DATA DAN PEMETAAN DIGITAL PBB-P2 CIKARANG BARAT KABUPATEN BEKASI

Gambar 2. 1 Peta Pembagian Wilayah Pengembangan

BAB II TINJAUAN KEBIJAKAN II-13


LAPORAN AKHIR
PERENCANAAN PEMUTAKHIRAN DATA DAN PEMETAAN DIGITAL PBB-P2 CIKARANG BARAT KABUPATEN BEKASI

Gambar 2. 2 Peta Rencana Pola Ruang

BAB II TINJAUAN KEBIJAKAN II-14


LAPORAN AKHIR
PERENCANAAN PEMUTAKHIRAN DATA DAN PEMETAAN DIGITAL PBB-P2 CIKARANG BARAT KABUPATEN BEKASI

Gambar 2. 3 Peta Rencana Struktur Ruang

BAB II TINJAUAN KEBIJAKAN II-15


LAPORAN AKHIR
PERENCANAAN PEMUTAKHIRAN DATA DAN PEMETAAN DIGITAL PBB-P2 CIKARANG BARAT KABUPATEN BEKASI

2.3 KEBIJAKAN PEMBANGUNAN


2.3.1 Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Provinsi Jawa
Barat Tahun 2018-2023
Berdasarkan rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Provinsi
Jawa Barat Tahun 2018-2023, Provinsi Jawa Barat mempunyai visi yaitu :

“Terwujudnya Jawa Barat Juara Lahir Batin dengan Inovasi dan


Kolaborasi”.

Perumusan tujuan dan sasaran pembangunan jangka menengah Jawa Barat periode
2018- 2023 dilakukan melalui pendekatan teknokratik dan partisipatif yang holistik,
sebagai penjabaran visi dan misi Provinsi Jawa Barat Tahun 2018-2023 dalam upaya
pencapaian arah kebijakan dan sasaran pokok RPJPD Provinsi Jawa Barat Tahun
2005-2025 periode berkenaan.
Indikasi pencapaian visi RPJPD Provinsi Jawa Barat Tahun 2005- 2025, ditandai
dengan:
1. Provinsi termaju dalam bidang penyelenggaraan pemerintahan yang bermutu,
akuntabel dan berbasis ilmu pengetahuan.
2. Provinsi termaju dalam bidang pengembangan masyarakat yang cerdas,
produktif dan berdaya saing tinggi (society development).
3. Provinsi termaju dalam bidang pengelolaan pertanian dan kelautan.
4. Provinsi termaju dalam bidang energi baru dan terbaharukan.
5. Provinsi termaju dalam bidang industri manufaktur, industri jasa dan industri
kreatif.
6. Provinsi termaju dalam bidang infrastruktur yang handal dan pengelolaan
lingkungan hidup yang berimbang untuk pembangunan berkelanjutan.
7. Provinsi termaju dalam bidang pengembangan budaya lokal dan menjadi
destinasi wisata dunia.

Dalam rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Provinsi Jawa


Barat Tahun 2018-2023, tertulis bahwa WP Bodebekpunjur ditetapkan dengan tema
pengembangan untuk mengendalikan perkembangan fisik wilayah, dengan arah
pengembangannya yaitu :
- Melengkapi fasilitas pendukung PKL
- Mengembangkan infrastruktur strategis
- Mengembangkan perdagangan jasa, industri non polutan dan industri kreatif,
pariwisata
- Investasi padat modal yang efisien lahan, air baku, energi, teknologi tinggi,
nonpolutif
- Pengendalian pemanfaatan lahan di kawasan konservasi, pelibatan swasta dan
masyarakat dalam kegiatan ekonomi, peningkatan SDM lokal
- Peningkatan produksi dan distribusi pangan (padi, jagung, kedelai dan protein
hewani)

BAB II TINJAUAN KEBIJAKAN II-16


LAPORAN AKHIR
PERENCANAAN PEMUTAKHIRAN DATA DAN PEMETAAN DIGITAL PBB-P2 CIKARANG BARAT KABUPATEN BEKASI

Adapun fokus pengembangan yang diarahkan di WP Bodebekpunjur yaitu :


a. Kota Bogor, Depok, dan Bekasi: Kota satelit utk mendorong pengembangan
PKN Kawasan Perkotaan Jakarta; Simpul pelayanan dan jasa perkotaan;
perdagangan dan jasa serta industri padat tenaga kerja.
b. Kab. Bogor, Bekasi: Kawasan penyangga dalam sistem PKN Kawasan Perkotaan
Jakarta; Industri ramah lingkungan (tidak banyak menggunakan air tanah).
c. Kawasan Puncak (Bogor-Cianjur): Fokus pada kegiatan rehabilitasi dan
revitalisasi kawasan lindung; kawasan penyangga dalam sistem PKN Kawasan
Perkotaan Jakarta.

2.3.2 Peraturan Daerah Nomor 7 Tahun 2017 tentang RPJMD Kabupaten


Bekasi Tahun 2017-2022
Berdasarkan RPJMD Kabupaten Bekasi Tahun 2017-2022, Kabupaten Bekasi
mempunyai visi yaitu “Terwujudnya Kabupaten Bekasi BERSINAR (Berdaya Saing,
Sejahtera, Indah, dan Ramah Lingkungan) Tahun 2022”. Dalam mewujudkan visi
tersebut maka ditetapkan 8 misi yaitu :
1) Meningkatkan kinerja tata kelola pemerintahan yang responsif, profesional,
transparan dan akuntabel.
2) Memantapkan pembangunan sumber daya manusia yang berkualitas.
3) Memantapkan perekonomian daerah melalui penguatan sektor perindustrian,
perdagangan, pertanian dan pariwisata.
4) Meningkatkan pemberdayaan ekonomi masyarakat melalui pengembangan
usaha mikro, kecil, menengah, dan koperasi.
5) Meningkatkan kualitas hidup masyarakat melalui pemantapan penyediaan
kebutuhan dasar yang layak.
6) Mewujudkan Kabupaten Bekasi yang lebih nyaman dan asri melalui penataan
ruang dan pembangunan infrastruktur yang terpadu.
7) Mewujudkan lingkungan masyarakat yang agamis dan tentram melalui
pengembangan nilai-nilai budaya lokal.
8) Mewujudkan pengelolaan sumber daya alam dan lingkungan hidup yang
berkelanjutan.

Setelah terdapat misi, maka akan dijabarkan kedalam tujuan dan sasaran sebagai
berikut:
Tabel 2. 5 Tujuan dan Sasaran Pembangunan Dalam RPJMD
Misi Tujuan Sasaran
Misi I : Meningkatkan 1 Mewujudkan pelayanan 1 Terwujudnya sinergi dan
kinerja tata kelola prima yang responsif, efektivitas perencanaan,
pemerintahan yang profesional, transparan dan pelaksanaan, pengendalian dan
responsif, profesional, akuntabel secara cepat dan pengawasan pembangunan
transparan dan akurat serta menjamin kepastian batas
akuntabel wilayah dalam mewujudkan
pemerintahan yang akuntabel
dan kredibel
2 Meningkatnya integritas
dan profesionalitas ASN

BAB II TINJAUAN KEBIJAKAN II-17


LAPORAN AKHIR
PERENCANAAN PEMUTAKHIRAN DATA DAN PEMETAAN DIGITAL PBB-P2 CIKARANG BARAT KABUPATEN BEKASI

Misi Tujuan Sasaran


2 Meningkatkan kinerja 1 Optimalnya penggalian sumber
keuangan dan pengelolaan pendapatan daerah serta
keuangan daerah pengelolaan aset daerah
3 Meningkatkan sinergitas 1 Meningkatnya kerjasama dan
dan integrasi pembangunan sinergi dengan lembaga legislatif
daerah guna mendukung kinerja
pembangunan pemerintah
daerah
Misi II : Memantapkan 1 Meningkatkan kapasitas 1 Tersedianya akses informasi
pembangunan sumber SDM masyarakat melalui bagi masyarakat
daya manusia yang peningkatan sumber daya
berkualitas perpustakaan
2 Meningkatkan 2 Meningkatnya pemenuhan
kompetensi angkatan kesempatan kerja bagi angkatan
kerja kerja
3 Mengembangkan potensi 1 Meningkatnya prestasi
pemuda dan organisasi organisasi kepemudaan dan
pemuda dalam penguatan olahraga
kelembagaan dalam
pembangunan
2 Meningkatnya prestasi
olahraga generasi muda dan
pemberdayaan pemuda
menuju pemuda yang
produktif
Misi III : Memantapkan 1 Meningkatkan daya saing 1 Meningkatnya produktivitas
perekonomian daerah pertanian, kehutanan dan pertanian
melalui penguatan sektor kelautan perikanan
perindustrian,
perdagangan, pertanian,
dan pariwisata
2 Meningkatnya kesejahteraan
petani

3 Meningkatnya produktivitas
peternakan

4 Meningkatnya produksi dan


pengolahan hasil perikanan
budidaya dan tangkap serta
pengelolaan dan pengawasan
potensi sumber daya kelautan
terutama perikanan komersil
5 Tersedianya sarana dan
prasarana pertanian,
perikanan, dan peternakan

2 Meningkatkan daya saing 1 Meningkatnya PDRB dari


pariwisata sektor pariwisata

BAB II TINJAUAN KEBIJAKAN II-18


LAPORAN AKHIR
PERENCANAAN PEMUTAKHIRAN DATA DAN PEMETAAN DIGITAL PBB-P2 CIKARANG BARAT KABUPATEN BEKASI

Misi Tujuan Sasaran


3 Mewujudkan iklim 1 Terciptanya iklim perdagangan
perdagangan, indstri, investasi yang kondusif
yang kondusif

2 Terwujudnya Kab. Bekasi


sebagai tujuan investasi

3 Terciptanya iklim industri yang


kondusif

Misi IV : Meningkatkan 1 Menciptakan industri kecil, 1 Meningkatnya kuantitas dan


pemberdayaan ekonomi usaha mikro, kecil, mengengah, kualitas UMKM dan koperasi
masyarakat melalui dan koperasi yang
pengembangan usaha
mikro, kecil, mengengah,
dan koperasi
2 Melahirkan 5000 wirausahawan 1 Terwujudnya partisipasi
baru masyarakat dalam
pengeloalaan dan
pengembangan wirausaha
baru
Misi V : Meningkatkan 1 Meningkatkan mutu dan akses 1 Meningkatnya mutu dan
kualitas hidup masyarakat pendidikan formal dan non relevansi pendidikan
melalui pemantapan formal
penyediaan kebutuhan
dasar yang layak
2 Mewujudkan peningkatan taraf 1 Meningkatnya derajat
kesehatan secara berkelanjutan kesehatan masyarakat

3 Peningkatan kewaspadaan 1 Meningkatnya pengembangan


bencana alam dan non alam sistem penanggulangan
bencana

4 Menyediakan sarana dan 1 Meningkatnya pembangunan


prasarana hunian yang sehat, sarana sumber daya air
nyaman dan asri

2 Meningkatnya kualitas
lingkungan perumahan dan
kawasan permukiman

5 Meningkatkan kesejahteraan 1 Meningkatnya kualitas jaminan


dan kehidupan yang layak bagi sosial
anak yatim piatu/ terlantar,
disabilitas dan lanjut usia
Misi VI : Mewujudkan Kab. 1 Meningkatkan kuantitas dan 1 Meningkatnya penataan ruang
Bekasi yang lebih nyaman kualitas infrastruktur wilayah wilayah yang selaras dan
dan asri melalui penataan terintegrasi
ruang dan pembangunan
infrastruktur yang terpadu

BAB II TINJAUAN KEBIJAKAN II-19


LAPORAN AKHIR
PERENCANAAN PEMUTAKHIRAN DATA DAN PEMETAAN DIGITAL PBB-P2 CIKARANG BARAT KABUPATEN BEKASI

Misi Tujuan Sasaran


2 Meningkatnya kualitas
bangunan negara

3 Meningkatnya kualitas dan


kuantitas infrastruktur jalan
dan jembatan

4 Tertanganinya masalah banjir


di Kab. Bekasi

5 Terwujudnya penyediaan
lahan untuk pembangunan
bagi kepentingan umum

6 Terwujudnya pelayanan
transportasi yang berkualitas

Misi VII : Mewujudkan 1 Mewujudkan ketenteraman dan 1 Menurunnya tingkat konflik


lingkungan masyarakat kesejahteraan masyarakat antar umat beragama
yang agamis dan tentram
melalui pengembangan
nilai-nilai budaya lokal
2 Meningkatkan pemahaman 1 Meningkatnya peran serta
masyarakat tentang partisipasi masyarakat dalam
budaya dan politik pembangunan politik

3 Meningkatkan keamanan 1 Peningkatan peran serta


dilingkungan masyarakat kamtibmas di masyarakat
dalam penegakan perda

4 Pengembangan budaya lokal 1 Berkembangnya nilai-nilai


budaya lokal dalam sendi
kehidupan bermasyarakat

Misi VIII : Mewujudkan 1 Meningkatkan kualitas sumber 1 Meningkatnya kualitas air dan
pengelolaan sumber daya daya alam dan lingkungan udara
alam dan lingkungan hidup
hidup yang berkelanjutan
2 Meninkatnya cakupan layanan
persampahan

3 Meningkatnya ketersediaan
ruang terbuka hijau

Sumber : Lampiran RPJMD Kabupaten Bekasi Tahun 2017-2022

BAB II TINJAUAN KEBIJAKAN II-20

Anda mungkin juga menyukai