STANDARDISASI INDUSTRI.
BAB I
KETENTUAN UMUM
Pasal 1
Dalam Peraturan Menteri ini yang dimaksud dengan:
1. Standar adalah persyaratan teknis atau sesuatu yang Standar adalah persyaratan teknis yang
dibakukan, termasuk tata cara dan metode yang disusun dibukukan dalam bentuk dokumen cetak
berdasarkan konsensus semua pihak/ Pemerintah/ dan elektronik. Dokumen adalah bentuk
keputusan internasional yang terkait dengan pembukuan.
memperhatikan syarat keselamatan, keamanan,
kesehatan, lingkungan hidup, perkembangan ilmu UU 3/2014, mengatur tentang SNI, ST dan
pengetahuan dan teknologi, pengalaman, serta PTC
perkembangan masa kini dan masa depan untuk
memperoleh manfaat yang sebesar-besarnya. UU 20/2014, hanya mengatur tentang SNI
karena UU ini untuk kepentingan BSN,
jadi wajar bila standar tidak
mendefinisakan ST dan PTC. Karena
pengaturan ST dan PTC ada dalam ruang
lingkup Kemenperin.
2. Standardisasi Industri adalah proses merumuskan, (PP 28/2021)
menetapkan, menerapkan, memelihara, memberlakukan
dan mengawasi standar bidang Industri yang
5
yang berkaitan dengan pemberian jaminan tertulis bahwa dalam Permenperin ini, karena
barang dan/atau jasa Industri telah memenuhi Standar di Permenperin tidak mengatur tentang
bidang industri dan/atau Peraturan Menteri. personal.
14. Surveilan adalah pengawasan oleh LSPro kepada Pelaku Surveilan didefinisikan pengawasan
Usaha atau Perusahaan Industri yang telah memiliki karena juga terdapat kegiatan surveilan
Sertifikat SNI dan/atau Sertifikat Kesesuaian sebagai khusus yang merupakan pengawasan.
bagian dari proses Sertifikasi.
Definisi mengacu ISO/IEC 17000
Adakah kegiatan penilaian kesesuaian yang dilakukan
secara sistematik dan berulang sebagai dasar untuk UU 3/2014 Pasal 52 ayat 6 huruf a dan b,
memelihara validitas Sertifikat SNI atau Sertifikat barang dan jasa yang sni diberlakukan
Kesesuaian wajib, wajib dibubuhi tanda SNi, dan yang
ST dan PTC diberlakukan wajib, wajib
dibubuhi tanda kesesuaia, yang artinya
9
15. Sertifikat SNI adalah bukti kesesuaian yang diberikan oleh Dulu sertifikat dikeluarkan oleh LSPro,
Lembaga Sertifikasi Produk kepada Pelaku Usaha yang sekarang dengan mekanisme SPPT SNI
mampu menghasilkan barang dan/atau jasa industri dan Kesesuain.
sesuai dengan ketentuan SNI.
Istilah sertifikat SNI terdapat dalam PP 28,
Pasal 54 ayat 1
16. Sertifikat Kesesuaian adalah bukti kesesuaian yang Frasa Standardisasi Industri menjelaskan
diberikan oleh Lembaga Sertifikasi Produk kepada Pelaku proses, sehingga diganti dengan
Usaha yang mampu menghasilkan barang, jasa, sistem breakdown.
12
kesesuaian.
20. Lembaga Sertifikasi Produk yang selanjutnya disebut
LSPro adalah lembaga terakreditasi yang melakukan Dalam Pasal 1 ini adalah definisi LSPro,
kegiatan sertifikasi produk barang dan/atau jasa Industri terkareditasi sebagaimana dimaksud pp
dan menerbitkan Sertifikat SNI/Sertifikat Kesesuaian 28/2021, pasal 38 adalah persyaratan. terkait
sesuai persyaratan SNI, ST dan/atau PTC yang penggunan kata terakreditasi sebagaimana
diberlakukan secara wajib. usulan BSN apakah mengakomodir ketentuan
dalam Pasal 38 ayat (7).
21. Laboratorium Uji adalah lembaga terakreditasi
yang Definisi ini sebagai pembatasan definisi
melakukan kegiatan pengujian kesesuaian mutu terhadap dalam pengaturan RPermenperin ini.
contoh barang sesuai persyaratan SNI, ST, dan/atau PTC
yang diberlakukan secara wajib. Laboratorium uji bukan hanya untuk
mendukung kegiatan LSPro dalam rangka
sertifikasi namun digunakan juga dalam
fungsi pengawasan
dan/atau pemberlakuan SNI, ST, dan/atau PTC yang untuk melakukan pengawasan terhadap
pelaksanaan penerapan atau pemberlakuan
diberlakukan secara wajib. standar Industri.
UU No 3/2014 Pasal 51
Menjelaskan mengenai sukarela
PP 28/2021 Pasal 55
Menyebutkan Menteri diamanatkan untuk
mengatur terkait tata cara pengawasan
pelaksanaan penilaian kesesuaian oleh
LPK (Pasal 55 ayat 2) dalam penerapan
dan pemberlakuan SNI (Pasal 55 ayat 1)
Pasal 9
(1) Pemberlakuan SNI, ST, dan/atau PTC secara wajib Ayat 1 sudah sesuai dengann UU 3/2014
ditetapkan oleh Menteri. Pasal 52 ayat (1) dan pasal 10 1 PP
(2) Penetapan pemberlakuan SNI, ST, dan/atau PTC secara 2/2017
wajib sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan
28
Pasal 11
(1) Pengecualian atas Standar di bidang Industri yang Narasi disesuaikan dengan
diberlakukan secara wajib sebagaimana dimaksud dalam PP 2/2017 Pasal 10 ayat 6
Pasal 10 huruf c dilakukan terhadap barang industri Pp 28/2021 Pasal 36 ayat 2
berdasarkan:
a. sifat teknisnya merupakan produk sejenis yang memiliki
standar tersendiri dengan ruang lingkup, klasifikasi
dan/atau syarat mutu yang berbeda dengan standar
yang diwajibkan;
b. keperluannya merupakan produk contoh untuk
keperluan riset dan pengembangan produk;
c. keperluannya merupakan barang contoh dalam rangka
31
PP 28/2021
Pasal 38, ayat (13), Ketentuan lebih
lanjut mengenai : a). tata cara
penunjukan Lembaga penilaian
kesesuaian sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) dan/atau pada ayat (7), dan b).
evaluasi administratif dan evaluasi
38
Bagian Kesatu
Umum
Pasal 19
(1) Penilaian kesesuaian terhadap SNI, ST, dan/atau PTC yang Ayat 1 sesuai dengan PP 28/2021 pasal 38
diberlakukan secara wajib dilakukan oleh LPK yang telah ayat 1
terakreditasi sesuai dengan ruang lingkupnya dan ditunjuk
oleh Menteri. Ayat 2 sesuai dengan PP 28/2021 pasal 38
(2) LPK yang ditunjuk terdiri atas: ayat 3
a. LSPro;
b. Laboratorium Uji; dan/atau
c. Lembaga Inspeksi. Domisili LPK
(3) LSPro sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf a harus Ketentuan ini sesuai PP 28/2021, Pasal 38
memenuhi kriteria sebagai berikut: ayat (4) huruf d, ayat (5) huruf d dan ayat
a. memiliki perizinan berusaha di bidang Industri jasa (6) huruf d.
sertifikasi yang efektif atau penetapan tugas dan fungsi
kelembagaan bagi LSPro yang dimiliki oleh Pemerintah
Pusat atau Pemerintah Daerah sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan;
39
b. memiliki sendiri:
1. Laboratorium Uji untuk lingkup yang sesuai
terakreditasi berdasarkan SNI ISO/IEC 17025, bagi
LSPro yang melakukan pengujian; atau
2. Lembaga Inspeksi untuk lingkup yang sesuai dan
terakreditasi berdasarkan SNI ISO/IEC 17020, bagi
LSPro yang melakukan inspeksi;
c. telah terakreditasi oleh KAN untuk lingkup yang sesuai;
dan
d. berdomisili atau berkedudukan di wilayah hukum negara
Republik Indonesia.
(4) Laboratorium Uji sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
huruf b harus memenuhi kriteria sebagai berikut:
a. memiliki Perizinan Berusaha di bidang Industri jasa
pengujian Laboratorium yang efektif atau penetapan
tugas dan fungsi kelembagaan bagi Laboratorium Uji
yang dimiliki oleh Pemerintah Pusat atau Pemerintah
Daerah sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan;
b. telah terakreditasi berdasarkan SNI ISO/IEC 17025;
c. telah terakreditasi oleh KAN untuk lingkup yang sesuai;
40
dan
d. berdomisili atau berkedudukan di wilayah hukum negara
Republik Indonesia.
(5) Lembaga Inspeksi sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
huruf c harus memenuhi kriteria sebagai berikut:
a. memiliki Perizinan Berusaha di bidang Industri jasa
inspeksi periodik yang efektif atau penetapan tugas dan
fungsi kelembagaan bagi Lembaga Inspeksi yang dimiliki
oleh Pemerintah Pusat atau Pemerintah Daerah sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan;
b. telah terakreditasi berdasarkan SNI ISO/IEC 17020;
c. telah terakreditasi oleh KAN untuk lingkup yang sesuai;
dan
d. berdomisili atau berkedudukan di wilayah hukum negara
Republik Indonesia.
Pasal 20
(1) Dalam pemberlakuan SNI, ST dan /atau PTC secara wajib Ayat 1 sesuai Pasal 38 PP 28/2021 ayat 7
Menteri dapat menunjuk:
a. LSPro yang belum memenuhi kriteria terakreditasi oleh Ayat 2 sesuai Psal 38 PP 28/2021 ayat 8
KAN untuk lingkup yang sesuai;
b. Laboratorium Uji yang belum memenuhi kriteria
terakreditasi oleh KAN untuk lingkup yang sesuai;
41
dan/atau
c. Lembaga Inspeksi yang belum memenuhi kriteria
terakreditasi oleh KAN untuk lingkup yang sesuai.
(2) Penunjukan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dilakukan dengan ketentuan:
a. belum tersedia LSPro, Laboratorium Uji, dan/atau
Lembaga Inspeksi yang telah terakreditasi oleh KAN
untuk lingkup yang sesuai tetapi sudah terakreditasi
dengan ruang lingkup yang sejenis; atau
b. telah tersedia LSPro, Laboratorium Uji, dan/atau
Lembaga Inspeksi yang telah terakreditasi oleh KAN
untuk lingkup yang sesuai tetapi jumlahnya belum
memadai.
(3) Penunjukan LPK yang belum memenuhi kriteria
terakreditasi oleh KAN sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
berlaku untuk jangka waktu 2 (dua) tahun.
(4) Dalam hal LSPro, Laboratorium Uji, dan/atau Lembaga
Inspeksi belum terakreditasi oleh KAN untuk ruang lingkup
yang sesuai dalam jangka waktu sebagaimana dimaksud
pada ayat (3), Menteri dapat mencabut penunjukannya
sebagai LPK untuk ruang lingkup dimaksud.
Pasal 21
42
(1) Dalam hal LSPro, Laboratorium Uji, dan/atau Lembaga Ayat 1 sampai huruf a sesuai dengan
Inspeksi berdomisili atau berkedudukan di luar wilayah Pasal 38 ayat 12 PP 28/2021.
hukum negara Republik Indonesia, hasil sertifikasi produk,
hasil pengujian, dan/atau hasil inspeksinya dapat diakui Ayat 1 huruf b, ini untuk mengikat bahwa
sepanjang: Lab uji dan Lembaga inspeksi dimiliki oleh
a. terdapat perjanjian saling pengakuan antarnegara di LSPro. Selama ini sertifikasi LSPro tidak
bidang regulasi teknis sesuai dengan ketentuan dilakukan oleh LSPro luar negeri, yang
peraturan perundang-undangan; dan diakui hanya hasil uji laboratoium uji dan
b. laporan hasil uji/inspeksi berasal dari Laboratorium Lembaga inspeksi luar negeri, bukan
Uji/Lembaga Inspeksi yang dimiliki oleh LSPro penerbit sertifikasi. Namun adanya ketentuan Lab
sertifikat. uji dan Lembaga inspeksi harus dimiliki
(2) Ketentuan lebih lanjut mengenai penunjukan LSPro, oleh LSPro maka ditambah huruf b ini.
Laboratorium Uji, dan/atau Lembaga Inspeksi sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) diatur dalam Peraturan Menteri Serta untuk mengikat bahwa LSPro harus
mengenai pemberlakuan SNI, ST, dan/atau PTC secara bertanggung jawab pada hasil uji Lab uji
wajib untuk masing-masing produk. dan Lembaga Inspeksi
Pasal 22
(1) LPK yang telah ditunjuk oleh Menteri wajib: Ayat 1 sesuai dengan PP 28/2021 Pasal
a. melakukan penilaian kesesuaian bagi barang, jasa, 39
sistem dan/atau proses yang diberlakukan secara wajib
sesuai dengan Peraturan Menteri mengenai Pasal 39 PP 28/2021
pemberlakuan SNI, ST, dan/atau PTC secara wajib; Untuk mengurusi ini tidak mungkin
43
b. melaksanakan penilaian kesesuaian secara benar langsung kepada Menteri, maka akan
berdasarkan fakta dan tidak memihak kepada diturunkan ke Kepala BSKJI, jadi perlu
kepentingan pihak yang dinilai, serta bebas dari tekanan dibuat SOP untuk menurunkan dari
pihak lain termasuk tekanan dari organisasi yang Menteri ke Kepala BSKJI, dapat berupa
berkaitan atau yang membawahinya; sistem SIINas.
c. melaporkan hasil penilaian kesesuaian yang telah
diterbitkan, diperpanjang, dibekukan untuk sementara Pemberian kewenangan Menteri untuk
atau yang telah dicabut kepada Menteri Kepala BSKJI memberikan instruksi kepada Kepala
paling lambat 7 (tujuh) hari kerja sejak tanggal BSKJI dilakukan dalam Permen
penerbitan perpanjangan, dan/atau pembekuan untuk Pemberlakuan Wajib.
sementara atau pencabutan;
d. melakukan surveilan secara berkala sesuai dengan
sistem sertifikasi yang ditetapkan dan/atau berdasarkan
pengaduan atau instruksi dari Menteri Kepala BSKJI
serta melaporkan hasil surveilan kepada Menteri Kepala
BSKJI paling lambat 7 (tujuh) hari kerja sejak tanggal
penetapan hasil surveilan bagi LSPro;
e. menggunakan personel yang kompeten,
berkewarganegaraan Indonesia, berdomisili di Indonesia,
lancar berbahasa Indonesia, memahami peraturan
perundang-undangan dan telah diregistrasi oleh
44
(1) Evaluasi kompetensi sebagaimana dimaksud dalam Pasal PP 28/2021 Pasal 38 ayat 13 huruf b
23 huruf d dilakukan melalui verifikasi dan penilaian mengamanatkan untuk dilakukan evaluasi
kemampuan. kompetensi
(2) Evaluasi kompetensi melalui verifikasi sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) dilakukan oleh tim yang dibentuk Hasil evaluasi dari KAN tidak langsung
oleh Kepala BSKJI. ditunjuk, karena akreditasi oleh KAN
(3) Anggota tim verifikasi sebagaimana dimaksud pada ayat (2) hanya dibuktikan sertifikat akreditasi,
harus memenuhi kriteria sebagai berikut: namun kemampuan persentase pengujian
a. bagi pejabat AMMI, telah mengikuti dan lulus pelatihan dan inspeksi keseluruhan tidak
Auditor SNI ISO 9001, SNI ISO 22000, SNI ISO/IEC dicantumkan. Dengan harapan 100 %.
17025 atau SNI ISO/IEC 17065 yang dibuktikan dengan
sertifikat; dan/atau Selain itu, saat Kemenperin
b. bagi pejabat fungsional auditor, telah mengikuti dan memberlakukan SNI Wajib yang baru,
lulus pelatihan Auditor SNI ISO 9001, SNI ISO 22000, terkadang belum ada LPK yang belum
SNI ISO/IEC 17025 atau SNI ISO/IEC 17065 yang terakreditasi.
dibuktikan dengan sertifikat.
Pelaksanaan evaluasi administrasi dan
kompetensi ini merupakan amanat :
PP 28/2021, Pasal 38
ayat (9) : Penunjukan lembaga penilaian
Kesesuaian sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) dan ayat (7) dilakukan berdasarkan hasil
evaluasi administratif dan evaluasi
kompetensi.
Ayat (13) :
50
Pasal 28
(1) Verifikasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 27 ayat (1)
dilakukan:
a. bagi LSPro, melalui pemeriksaan lapangan atas
kesesuaian kompetensi sumber daya manusia LSPro
yang meliputi auditor, petugas pengambil contoh, dan
personil pengambil keputusan, dengan dokumen yang
diajukan sesuai dengan format F.13a;
b. bagi Laboratorium Uji/Lembaga Inspeksi, melalui
pemeriksaan lapangan atas kesesuaian lingkup
kompetensi, peralatan utama, dan personil inspektor
atau penguji dengan dokumen yang diajukan, sesuai
dengan format F.13b.
(2) Tim verifikasi menyusun berita acara verifikasi LPK sesuai
dengan format F.14 dan menyampaikan laporan hasil
verifikasi kepada Kepala BSKJI, sesuai dengan format F.15.
51
Pasal 29
(1) Evaluasi kompetensi melalui penilaian kemampuan
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 27 ayat (1) dilakukan
oleh tim penilai kemampuan yang ditetapkan oleh Kepala
BSKJI.
(2) Anggota tim penilai kemampuan sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) terdiri atas unsur:
a. BSKJI;
b. Ditjen Pembina Industri; dan/atau
c. BSN/KAN.
(3) Tim penilai kemampuan melakukan penilaian kelayakan
penunjukan LPK dengan memperhatikan:
a. laporan hasil pemeriksaan kelengkapan dokumen
pengajuan LPK;
b. laporan hasil verifikasi LPK; dan
c. pertimbangan hasil pengawasan LPK, apabila ada.
(4) Penilaian kemampuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dilakukan terhadap aspek:
a. legalitas;
b. kepatuhan terhadap regulasi;
c. kompetensi;
52
d. infrastruktur; dan
e. kinerja terakhir.
(5) Ketentuan lebih lanjut mengenai aspek penilaian
kemampuan sebagaimana dimaksud pada ayat (4)
tercantum dalam Lampiran II yang merupakan bagian tidak
terpisahkan dari Peraturan Menteri ini.
Pasal 30
(1) Tim penilai menyampaikan laporan hasil penilaian
kemampuan kepada Kepala BSKJI sesuai dengan format
F.16.
(2) Kepala BSKJI menyampaikan laporan pelaksanaan proses
penunjukan LPK kepada Menteri yang paling sedikit
memuat:
a. hasil evaluasi administrasi;
b. hasil evaluasi kompetensi; dan
c. calon LPK yang akan ditunjuk.
Pasal 31
(1) Berdasarkan laporan sebagaimana dimaksud dalam Pasal
30 ayat (2), Menteri menetapkan penunjukan LPK dengan
Peraturan Menteri.
(2) Penetapan penunjukan LPK sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) dapat dilakukan bersamaan dengan penetapan
53
ayat (1) dilakukan oleh LPK yang telah terakreditasi KAN 55 PP 28/2021
untuk ruang lingkup yang sesuai dan ditunjuk oleh
Menteri.
Pasal 34
(1) Pengujian sebagaimana dimaksud dalam Pasal 33 ayat (2)
merupakan kegiatan untuk menetapkan 1 (satu) atau lebih
karakteristik bahan atau proses berdasarkan SNI dan/atau
ST.
(2) Pengujian sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan
oleh Laboratorium Uji.
(3) Hasil pengujian yang dilakukan oleh Laboratorium Uji
sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dinyatakan dalam
bentuk laporan hasil uji atau sertifikat pengujian.
Pasal 35
(1) Inspeksi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 33 ayat (2)
merupakan kegiatan pemeriksaan dan/atau verifikasi
terhadap jasa, proses dan/atau instalasi serta penentuan
kesesuaian terhadap persyaratan tertentu yang didasarkan
pada SNI dan/atau PTC.
(2) Inspeksi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan
oleh Lembaga Inspeksi.
(3) Hasil inspeksi yang dilakukan oleh Lembaga Inspeksi
55
4. ST;
5. ST dan PTC; atau
6. PTC,
secara wajib; dan
b. menggunakan merek milik sendiri.
(3) Dalam hal Pelaku Usaha merupakan produsen di luar
negeri, Sertifikat SNI dan/atau Sertifikat Kesesuaian
diberikan apabila:
a. telah memenuhi pemberlakuan SNI, ST, dan/atau PTC
secara wajib;
b. menggunakan merek milik sendiri; dan
c. memiliki perwakilan resmi dan/atau pemegang lisensi di
wilayah Negara Republik Indonesia.
(4) Dalam hal terdapat kerja sama merek dan/atau maklun,
Pelaku Usaha atau Perusahaan Industri dapat diberikan
Sertifikat SNI dan/atau Sertifikat Kesesuaian apabila:
a. merek yang digunakan oleh Pelaku Usaha atau
Perusahaan Industri merupakan merek milik pemberi
kerja sama atau pemberi maklun;
b. pemberi kerja sama atau pemberi maklun harus
berdomisili di Indonesia atau memiliki perwakilan resmi
57
PP 28/202
- Pasal 39 huruf c dan Pasal 53,, yang
mewajibkan LPK melakukan
pelaporan melalui SIINas,
- Pasal 43 yang mewajibkan Menteri
untuk melakukan pengawasan
seluruh rangkaian kegiatan
penerapan dan pemberlakuan, yang
mewajibkan enyampaikan pelaporan
melalui SIINAS,
- Pasal 54 kewajiban membubuhkan
QR Code pada Sertifikat SNI dan
Sertifikat Kesesuaian yang didapat
dari Menteri yang diberikan melalui
60
SIINas
CATATAN – Industri harus
mendaftar di SIINAS (PP 2/2017) –
jadi hanya mengintergrasikan saja
karena industry sudah terdaftar
SIINas
Pasal 39
(1) Pelaku Usaha atau Perusahaan Industri yang mengajukan
permohonan penilaian kesesuaian sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 38 harus:
a. menginput data dengan mengisi formulir isian;
b. memilih SNI, ST dan/atau PTC yang akan diajukan
untuk dilakukan penilaian kesesuaian;
c. memilih LSPro yang akan melakukan penilaian
kesesuaian;
d. mengunggah bukti kepemilikan merek; dan
e. mengunggah dokumen pendukung yang dipersyaratkan
terkait pengajuan penilaian kesesuaian sesuai dengan
Peraturan Menteri mengenai pemberlakuan SNI, ST
dan/atau PTC secara wajib.
(2) Dalam hal permohonan diajukan oleh Pelaku Usaha yang
61
Pasal 42
(1) Dalam hal penilaian kesesuaian telah selesai, LSPro
menyampaikan hasil penilaian kesesuaian kepada Kepala
BSKJI melalui SIINas.
(2) Hasil penilaian kesesuaian sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) paling sedikit berisi:
a. tanggal pelaksanaan audit kecukupan;
b. metode dan tanggal pelaksanaan audit kesesuaian;
c. nama auditor;
d. nama petugas pengambil contoh;
e. hasil pelaksanaan audit kecukupan dan kesesuaian;
f. tipe dan jenis produk;
g. Laboratorium Uji atau Lembaga Inspeksi yang
digunakan;
h. konsep Sertifikat SNI atau Sertifikat Kesesuaian yang
akan diterbitkan beserta lampirannya; dan
i. laporan hasil uji atau inspeksi yang meliputi:
1. nomor dan judul SNI, ST, dan/atau PTC;
2. tanggal penerimaan sampel uji/pelaksanaan
pengujian/inspeksi; dan
3. nomor, tanggal dan laporan hasil uji atau hasil
inspeksi.
64
Pasal 43
(1) Kepala BSKJI melakukan evaluasi atas hasil penilaian
kesesuaian.
(2) Dalam melakukan evaluasi sebagaimana dimaksud pada
ayat (1), Kepala BSKJI membentuk tim.
(3) Tim sebagaimana dimaksud pada ayat (2) paling sedikit
terdiri atas unsur:
a. pejabat struktural dan/atau fungsional di lingkungan
BSKJI; dan
b. PPSI.
Pasal 44
(1) Dalam melakukan evaluasi, tim sebagaimana dimaksud
dalam pasal 43:
a. memeriksa kelengkapan dan kebenaran dokumen
laporan yang disampaikan oleh LSPro; dan
b. memastikan proses penilaian kesesuaian telah
dilaksanakan sesuai Peraturan Menteri mengenai
pemberlakuan SNI, ST dan/atau PTC secara wajib.
(2) Tim menyampaikan laporan hasil evaluasi kepada Kepala
BSKJI paling lambat 5 (lima) kerja sejak doterimanya hasil
penilaian kesesuaian dari LSpro.
Pasal 45
(1) Dalam hal berdasarkan laporan hasil evaluasi ditemukan
65
(1) Persetujuan penggunaan Tanda SNI atau Tanda Kesesuaian Tanda Kesesuaian bukan merupakan
diberikan oleh Menteri kepada Pelaku Usaha atau perizinan berusaha.
Perusahaan Industri yang telah memiliki Sertifikat SNI atau
Sertifikat Kesesuaian.
(2) Persetujuan penggunaan Tanda SNI atau Tanda Kesesuaian
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diberikan untuk
jangka waktu dan jumlah barang tertentu.
Pasal 49
(1) Untuk mendapatkan persetujuan penggunaan Tanda SNI
atau Tanda Kesesuaian sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 48, Pelaku Usaha atau Perusahaan Industri harus
mengajukan permohonan persetujuan penggunaan Tanda
SNI atau Tanda Kesesuaian kepada Menteri melalui SIINas.
(2) Dalam mengajukan permohonan persetujuan penggunaan
Tanda SNI atau Tanda Kesesuaian sebagaimana dimaksud
pada ayat (1), Pelaku Usaha atau Perusahaan Industri
harus:
a. menginput data dengan mengisi formulir isian; dan
b. mengunggah dokumen pendukung yang diperlukan
antara lain:
1. bukti kapasitas produksi, tingkat utilisasi, rencana
produksi untuk pabrik yang berlokasi di dalam negeri;
68
dan
2. bukti kapasitas produksi dan rencana importasi untuk
pabrik yang berlokasi di luar negeri.
Pasal 50
(1) Kepala BSKJI melakukan evaluasi atas permohonan
persetujuan penggunaan Tanda SNI atau Tanda
Kesesuaian.
(2) Dalam melakukan evaluasi sebagaimana dimaksud pada
ayat (1), Kepala BSKJI membentuk tim.
(3) Tim sebagaimana dimaksud pada ayat (2) paling sedikit
terdiri atas unsur:
a. BSKJI; dan
b. Ditjen Pembina Industri.
Pasal 51
(1) Dalam melakukan evaluasi, tim melakukan: Ayat 4, hanya untuk menyampaikan hasil
a. pemeriksaan atas kebenaran isian formulir dengan evaluasi, bisa langsung dapat diproses
dokumen pendukung; dan pemberian persetujuan, bila hasilnya perlu
b. penilaian kelayakan permintaan jangka waktu dan/atau diverifikasi maka perhitungannya diulang
jumlah barang yang diajukan. lagi.
(2) Dalam hal :
a. Ditemukan ketidaksesuaian antara isian formulir dengan
dokumen pendukung; dan/atau
69
SIINas.
(3) Laporan realisasi produksi atau impor sebagaimana
dimaksud pada ayat (2), divalidasi oleh Kepala BSKJI dan
Dirjen Pembina Industri melalui SIINas.
(4) Pelaku Usaha atau Perusahaan Industri yang tidak
menyampaikan laporan realisasi produksi atau impor
sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) tidak dapat
mengajukan permohonan surat persetujuan penggunaan
Tanda SNI atau Tanda Kesesuaian secara elektronik untuk
periode berikutnya.
Bagian Kempat
Surveilan
Pasal 56
(1) Dalam hal tahapan Sertifikasi SNI dan/atau Sertifikasi
Kesesuaian yang diatur dalam Peraturan Menteri mengenai
pemberlakuan SNI, ST, dan/atau PTC secara wajib
mempersyaratkan surveilan, LSPro yang menerbitkan
Sertifikat SNI dan/atau Sertifikat Kesesuaian wajib
melakukan surveilan.
(2) Surveilan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan
secara:
a. berkala; dan/atau
74
b. khusus.
(3) Surveilan secara berkala dilakukan secara periodik sesuai
dengan Peraturan Menteri mengenai pemberlakuan SNI, ST,
dan/atau PTC secara wajib.
(4) Surveilan secara khusus dilakukan sewaktu-waktu dalam
hal terdapat:
a. pengaduan dari orang-perorangan/masyarakat/
instansi/lembaga; atau
b. instruksi dari Kepala BSKJI.
(5) Dalam hal LSPro melaksanakan surveilan secara berkala
sebagaimana dimaksud pada ayat (3), LSPro
memberitahukan jadwal pelaksanaan surveilan kepada
Pelaku Usaha atau Perusahaan Industri.
Pasal 57
(1) LSPro harus melaporkan hasil surveilan berkala dan hasil
surveilan khusus kepada Kepala BSKJI melalui SIINas.
(2) Pelaporan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) paling
sedikit terdiri atas:
a. tanggal pelaksanaan surveilan;
b. nama auditor;
c. nama petugas pengambil contoh;
d. hasil pelaksanaan surveilan; dan
75
Bagian Keempat
Pembinaan Kepada Sumber Daya Manusia Standardisasi
Industri
Pasal 65
(1) Menteri melakukan pembinaan kepada sumber daya Dalam rangka mendukung
manusia Standardisasi Industri.
(2) Pembinaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat PP 2/2017,
berupa bantuan teknis dan pendidikan dan pelatihan. pasal 14 pembinaan kepada Pembinaan
(3) Sumber daya manusia Standardisasi Industri sebagaimana terhadap pengujian, inspeksi, dan
dimaksud pada ayat (1) terdiri atas: sertifikasi barang dan/atau jasa Industri
a. auditor; yang dilakukan oleh lembaga penilaian
b. petugas pengambil contoh; kesesuaian;
c. petugas penguji; pasal 15 Menteri menyediakan,
d. petugas inspeksi atau inspector; meningkatkan dan mengembangkan
e. pejabat fungsional AMMI; Sarana dan Prasarana laboratorium
f. PPSI; dan pengujian standar Industri;
g. PPNS Bidang Perindustrian.
(4) Pelaksanaan pembinaan oleh Menteri sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) dapat didelegasikan kepada Kepala
BSKJI.
Bagian Kelima
Pembinaan Kepada Masyarakat
82
Pasal 66
(1) Menteri melaksanakan pembinaan kepada masyarakat PP 2/2017, pasal 12, pembinaan kepada
berupa pemasyarakatan Standardisasi Industri dan Perusahaan Industri dan masyarakat,;
menumbuhkembangkan budaya Standar.
(2) Pelaksanaan pembinaan sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) dilakukan oleh Ditjen Pembina Industri atau Kepala
BSKJI sesuai tugas, fungsi dan wewenang untuk
melakukan pembinaan jenis-jenis Industri sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan.
(3) Pembinaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat
dilakukan oleh gubernur dan/atau bupati/walikota sesuai
tugas, fungsi, dan wewenang masing-masing.
BAB VIII Sesuai dengan Pasal 16 PP 2/2017
PENELITIAN, PENGEMBANGAN, DAN KERJA SAMA Dalam rangka pengembangan
Standardisasi Industri, Menteri melakukan
:
a. penelitian dan pengembangan
standardisasi industry, dan
b. kerja sama Standardisasi Indsutri di
tingkat nasional dan internasional
Pasal 67
(1) Penelitian, pengembangan, dan kerja sama Standardisasi Ayat 2 sesuai PP 2/2017 Pasal 17
83
teknologi; dan;
b. penelitian dan pengembangan guna peningkatan
pengakuan dan keberterimaan hasil penilaian kesesuaian
(2) Penelitian dan pengembangan terkait penerapan standar
Industri sebagaimana dimaksud dalam pasal 67 ayat (2)
huruf b dilakukan dalam bentuk:
a. perumusan skema penerapan dan/atau pemberlakuan;
b. pelaksanaan penerapan dan/atau pemberlakuan;
c. pelaksanaan pengawasan; dan
d. pelaksanaan evaluasi penerapan dan/atau
pemberlakuan, Standar di bidang Industri.
(3) Penelitian dan pengembangan terkait standar internasional
untuk disesuaikan dengan tingkat perlindungan, perbedaan
iklim, lingkungan, geologi, geografis, atau kemampuan
teknologi sebagaimana dimaksud dalam pasal 67 ayat (2)
huruf c dilakukan dalam bentuk:
a. identifikasi kebutuhan Standar di bidang Industri;
b. perumusan dan pengembangan Standar di bidang
Industri yang sesuai dengan kondisi lingkungan, geologi,
geografis nasional;
c. harmonisasi Standar di bidang Industri dengan Standar
85
internasional; dan
d. penguatan Standar di bidang Industri dalam
pengembangan Standar internasional.
Pasal 69
(1) Kerja sama Standardisasi Industri di tingkat nasional
dilakukan dengan Pelaku Usaha, instansi teknis terkait,
dan para pemangku kepentingan.
(2) Kerja sama Standardisasi Industri di tingkat internasional
dilakukan dengan negara mitra, baik secara bilateral,
regional maupun multilateral.
Pasal 70
(1) Kerja sama Standardisasi Industri di tingkat nasional
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 69 ayat (1) dilakukan
untuk:
a. menyinergikan kebutuhan Standardisasi Industri dengan
program kerja pemerintah;
b. memetakan kemampuan Laboratorium Uji nasional;
dan/atau
c. meningkatkan harmonisasi dan keberterimaan regulasi
teknis.
(2) Kerja sama Standardisasi Industri di tingkat internasional
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 69 ayat (2) dilakukan
86
untuk:
a. memperjuangkan kepentingan Indonesia dalam
pengembangan Standar internasional;
b. memfasilitasi keberterimaan hasil penilaian kesesuaian
di pasar internasional;
c. memfasilitasi pencegahan terhadap masuknya barang
dan/atau jasa Industri yang tidak memenuhi ketentuan
pemberlakuan SNI, ST, dan/atau PTC secara wajib;
d. pengembangan Standardisasi Industri dan penilaian
kesesuaian; dan/atau
e. peningkatan kompetensi sumber daya manusia di bidang
Standardisasi Industri dan penilaian kesesuaian.
Pasal 71
Pelaksanaan kerja sama Standardisasi Industri sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 70 didelegasikan kepada pejabat
pimpinan tinggi madya di lingkungan Kementerian
Perindustrian sesuai dengan lingkup tugas dan kewenangannya
masing-masing.
BAB IX PP 2/2017
PENGAWASAN Pasal 11, ayat (6), ketentuan lebih lanjut
mengenai tata cara penunjukan dan
pengawasan LPK diatur dalam Peraturan
Menteri.
87
PP 28/2021
Pasal 55, ayat (2), Ketentuan lebih lanjut
mengenai tata cara pengawasan
pelaksanaan penilaian kesesuaian oleh
Lembaga penilaian kesesuaian
sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
diatur dalam Peraturan Menteri.
Bagian Kesatu
Umum
Pasal 72
(1) Menteri melaksanakan pengawasan seluruh rangkaian: Ayat 1 sudah sesuai dengan Psal 43 PP
a. penerapan SNI secara sukarela; dan 28/2021 ayat 1
b. pemberlakuan SNI, ST, dan/atau PTC secara wajib.
(2) Pengawasan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi: (1) Menteri mengawassi pelaksanaan
a. pengawasan di pabrik; dan seluruh rangkaian :
b. koordinasi pengawasan di pasar dengan kementerian a. Penerapan SNI secara sukarela
dan/atau lembaga pemerintah nonkementerian terkait. sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 P
(3) Koordinasi pengawasan di pasar sebagaimana dimaksud 2/2017 tentang Pembangunan Saranda
pada ayat (2) huruf b dilaksanakan secara bersama-sama dan Prasarana Industri; dan
dengan menteri yang menyelenggarakan urusan b. Pemberlakuan SNI, ST dan/atau PTC
pemerintahan di bidang perdagangan sesuai dengan secara wajib sebagaimana dalam pasal 10
ketentuan peraturan perundang-undangan. PP 2/2017 tentang Pembangunan Saran
(4) Koordinasi pengawasan di pasar sebagaimana dimaksud dan Prasarana Industri
88
Pasal 79
(1) Kepala BSKJI melaporkan hasil pengawasan penerapan SNI
secara sukarela kepada Menteri.
(2) Laporan hasil pengawasan penerapan SNI secara sukarela
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) paling sedikit memuat
informasi:
a. waktu dan tempat pelaksanaan pengawasan;
b. identitas Pelaku Usaha;
c. uraian produk;
d. kesimpulan hasil pengawasan terhadap pemenuhan SNI
secara sukarela; dan
e. identitas personil pengawas.
Pasal 80
Dalam hal berdasarkan hasil pengawasan penerapan SNI
secara sukarela ditemukan ketidaksesuaian, Menteri melalui
Kepala BSKJI menyampaikan surat pemberitahuan kepada
Kepala BSN.
Bagian Ketiga
Pengawasan Pemberlakuan SNI, ST, dan/atau PTC Secara Wajib
Paragraf 1
Umum
Pasal 81
(1) Pengawasan pemberlakuan SNI, ST, dan/atau PTC secara PP 2/2017
93
Paragraf 5
Tindak Lanjut Hasil Pelaporan
Pasal 90
Menteri memberitahukan hasil pengawasan pemberlakuan SNI,
ST, dan/atau PTC secara wajib kepada Pelaku Usaha atau
101
Perusahaan Industri.
Pasal 91
(1) Dalam hal hasil pengawasan di Pabrik menyatakan barang
tidak memenuhi SNI, ST, dan/atau PTC yang diberlakukan
secara wajib, Pelaku Usaha atau Perusahaan Industri wajib
menghentikan kegiatan produksi barang dan/atau jasa
industri paling lama 3 (tiga) hari sejak pemberitahuan
diterima.
(2) Pelaku Usaha melakukan perbaikan atas barang dan/ atau
jasa Industri yang tidak memenuhi SNI, ST, dan/atau PTC
yang diberlakukan secara wajib sebagaimana dimaksud
pada ayat (l).
(3) Dalam hal perbaikan sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
telah dilakukan, Pelaku Usaha meminta kepada LSPro
untuk melakukan surveilan.
(4) Dalam hal berdasarkan hasil surveilan sebagaimana
dimaksud pada ayat (3) barang dan/ atau jasa Industri
telah memenuhi SNI, ST, dan/atau PTC yang diberlakukan
secara wajib, LSPro menyampaikan laporan kepada Menteri
melalui Kepala BSKJI.
(5) Berdasarkan laporan sebagaimana dimaksud pada ayat (4),
Menteri menerbitkan surat pemberitahuan kepada Pelaku
102
Pasal 95
104
Pasal 96
Pasal 97
Pasal 101
(1) Unit kerja yang ditugaskan sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 100 menyusun laporan hasil pengawasan.
(2) Laporan hasil pengawasan sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) paling sedikit memuat informasi:
a. waktu dan tempat pelaksanaan pengawasan;
b. identitas LPK;
c. kesimpulan hasil pengawasan; dan
d. identitas personil pengawas.
(3) Kepala BSKJI melakukan evaluasi atas laporan hasil
pengawasan sebagaimana dimaksud pada ayat (1).
(4) Dalam melakukan evaluasi sebagaimana dimaksud pada
ayat (3), Kepala BSKJI dapat membentuk tim.
(5) Tim sebagimana dimaksud pada ayat (4) paling sedikit
terdiri atas unsur:
a. BSKJI; dan
b. Ditjen Pembina Industri.
Pasal 102
(1) Kepala BSKJI melaporkan hasil pengawasan LPK kepada
Menteri.
(2) Laporan hasil pengawasan LPK sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) paling sedikit memuat informasi:
109
Pasal 105
(1) PPSI mempunyai tugas melaksanakan pengawasan
terhadap pemberlakuan SNI, ST, dan/atau PTC secara
wajib di Pabrik dan di Pasar.
(2) Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud pada
ayat (1), PPSI menunjukan:
a. Surat tugas; dan
b. Kartu tanda pengenal PPSI.
Bagian Kedua
Pengangkatan dan pemberhentian
Pasal 106
PPSI diangkat dan diberhentikan oleh Menteri.
Pasal 107
Untuk dapat diangkat menjadi PPSI, calon PPSI harus
memenuhi persyaratan:
a. berstatus PNS aktif pada Kementerian Perindustrian atau
perangkat daerah provinsi/ kabupaten/kota yang
menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang
perindustrian dengan masa kerja paling sedikit 2 (dua)
tahun;
b. pangkat paling rendah Penata Muda/Golongan III/a;
c. berpendidikan paling rendah sarjana (S1);
d. setiap unsur penilaian prestasi kerja pegawai paling rendah
111
kepada Menteri.
Pasal 117
Dalam hal PPSI berkinerja tidak baik berdasarkan atas hasil
evaluasi kinerja PPSI sebagaimana dimaksud dalam Pasal 112
huruf e, Kepala BSKJI dapat langsung menyampaikan usulan
pemberhentian PPSI kepada Menteri.
Pasal 118
(1) Menteri menetapkan usulan pemberhentian PPSI
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 116 dan Pasal 117
dalam Keputusan Menteri.
(2) Keputusan Menteri mengenai pemberhentian PPSI
disampaikan oleh Kepala BSKJI ke pejabat pimpinan tinggi
madya yang membawahi PPSI.
Pasal 119
(1) Usulan pengangkatan PPSI sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 108 atau usulan pemberhentian PPSI sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 113 dapat disampaikan secara
elektronik.
(2) Ketentuan lebih lanjut mengenai penyampaian usulan
pengangkatan atau pemberhentian PPSI sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) ditetapkan oleh Kepala BSKJI.
Bagian Ketiga
Kartu Tanda Pengenal PPSI
Pasal 120
118
Pasal 128
(1) Pengumuman sebagaimana dimaksud dalam Pasal 127
huruf a dilakukan oleh Kepala BSKJI.
(2) Pengumuman sebagaimana dimaksud pada ayat (1) paling
sedikit memuat:
a. jadwal waktu pelaksanaan pembinaan; dan
b. syarat calon peserta pembinaan.
(3) Pengumuman sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
disampaikan secara elektronik melalui laman
www.kemenperin.go.id.
Pasal 129
(1) Pengusulan calon peserta sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 127 huruf b dilakukan oleh pimpinan unit kerja
paling rendah pimpinan tinggi pratama pada unit kerja di
lingkungan Kementerian Perindustrian atau perangkat
daerah Provinsi/kabupaten/kota yang menyelenggarakan
urusan pemerintahan di bidang perindustrian kepada
Kepala BSKJI.
(2) Usulan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), paling sedikit
memuat:
a. daftar riwayat hidup;
b. fotokopi keputusan pangkat terakhir;
123
Pasal 133
Ketentuan lebih lanjut mengenai penyelenggaraan pembinaan di
bidang pengawasan standardisasi Industri ditetapkan oleh
Kepala BSKJI selaku koordinator PPSI.
BAB XI
KETENTUAN PERALIHAN
125
Pasal 134
Pasal 135
Pasal 136
Pasal 137
Pasal 138
BAB XII
KETENTUAN PENUTUP
132
Pasal 139
Pasal 140
Pasal 141
Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan Menteri ini dengan penempatannya
dalam Berita Negara Republik Indonesia.
Ditetapkan di Jakarta
pada tanggal
MENTERI PERINDUSTRIAN
REPUBLIK INDONESIA,
Diundangkan di Jakarta
pada tanggal
DIREKTUR JENDERAL
PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN
KEMENTERIAN HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA
REPUBLIK INDONESIA,
WIDODO EKATJAHJANA