Anda di halaman 1dari 150

KATA PENGANTAR

Industri Hijau merupakan salah satu tujuan penyelenggaraan


Perindustrian sebagaimana disebutkan dalam pasal 3 Undang-
Undang No. 3 Tahun 2014 tentang Perindustrian. Untuk mendorong
terwujudnya industri hijau, Kementerian Perindustrian memberikan
Penghargaan Industri Hijau kepada perusahaan industri yang telah
memberikan kontribusi terhadap perekonomian negara, memberi
manfaat pada masyarakat dan ikut berperan serta dalam menjaga
kelestarian fungsi lingkungan melalui pemanfaatan sumber daya
yang efisien dan penerapan proses produksi yang ramah lingkungan.
Pemberian penghargaan ini bertujuan untuk memotivasi perusahaan
industri agar lebih meningkatkan upaya-upaya menuju industri hijau.
Penilaian Penghargaan Industri Hijau mengacu pada kriteria dan
mekanisme penilaian sebagaimana tercantum dalam pedoman
penilaian. Pedoman ini dapat menjadi acuan bagi semua pihak
terkait sehingga memiliki pemahaman yang sama tentang ketentuan,
tata cara dan kriteria penilaian sehingga proses penilaian dapat
berjalan secara konsisten, transparan, akuntabel, adil dan dapat
dipertanggungjawabkan.
Agar kriteria penilaian yang digunakan dapat aplikatif dan sesuai
dengan kondisi industri, maka dilakukan evaluasi secara berkala
terhadap pedoman penilaian dengan mempertimbangkan berbagai
faktor terkait dan isu-isu strategis sektor industri. Dengan
diterbitkannya revisi pedoman ini, diharapkan pelaksanaan program
Penghargaan Industri Hijau dapat berjalan lancar, efektif dan calon
penerima Penghargaan Industri Hijau terseleksi dengan baik.

Jakarta, 20 Februari 2014


Kepala Badan Pengkajian Kebijakan Iklim
dan Mutu Industri

ARRYANTO SAGALA

i
ii
LANDASAN PERATURAN

PEDOMAN PENILAIAN

PENGHARGAAN INDUSTRI HIJAU

iii
iv
Peraturan Menteri Perindustrian
Nomor: 05/M-IND/PER/1/2011

Menteri Perindustrian Republik Indonesia

PERATURAN

MENTERI PERINDUSTRIAN REPUBLIK INDONESIA


NOMOR : 05/M-IND/PER/1/2011

TENTANG

PROGRAM PENGANUGERAHAN PENGHARGAAN INDUSTRI


HIJAU

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

MENTERI PERINDUSTRIAN REPUBLIK INDONESIA,

Menimbang : a. bahwa dalam rangka mendorong motivasi


perusahaan industri untuk mewujudkan industri
hijau yang berwawasan lingkungan, efisien
terhadap penggunaan sumber daya alam serta
bermanfaat bagi masyarakat, dipandang perlu
untuk memberikan penghargaan kepada
perusahaan industri yang telah melakukan upaya
pengelolaan lingkungan hidup;

b. bahwa dalam rangka pemberian penghargaan


industri hijau dimaksud perlu dilakukan seleksi
dan penilaian;

c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana


dimaksud dalam huruf a dan b perlu dikeluarkan
Peraturan Menteri Perindustrian.

v
Peraturan Menteri Perindustrian
Nomor: 05/M-IND/PER/1/2011

Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1984 tentang


Perindustrian (Lembaran Negara Tahun 1984
Nomor 22, Tambahan Lembaran Negara Nomor
3274);

2. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang


Perlindungan Dan Pengelolaan Lingkungan Hidup
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
2009 Nomor 140, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 5059);

3. Peraturan Pemerintah Nomor 17 Tahun 1986


tentang Kewenangan Pengaturan Pembinaan Dan
Pengembangan Industri (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 1986 Nomor 23,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 3330);

4. Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 42


Tahun 2002 tentang Pedoman Pelaksanaan
Anggaran Pendapatan Dan Belanja Negara
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
2004 Nomor 73, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 4214) sebagaimana
telah diubah dengan Keputusan Presiden Republik
Indonesia Nomor 72 Tahun 2004 (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor
92, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 4418);

5. Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 7


Tahun 2005 tentang Rencana Pembangunan
Jangka Menengah Nasional;

6. Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor


84/P Tahun 2009 tentang Pembentukan Kabinet
Indonesia Bersatu II Periode Tahun 2009-2014;

vi
Peraturan Menteri Perindustrian
Nomor: 05/M-IND/PER/1/2011

7. Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 47


Tahun 2009 tentang Pembentukan Dan Organisasi
Kementerian Negara;

8. Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 24


Tahun 2010 tentang Kedudukan,Tugas Dan
Fungsi Kementerian Negara serta
Susunan Organisasi, Tugas Dan Fungsi Eselon I
Kementerian Negara;

9 Peraturan Menteri Perindustrian Nomor 105/M-


IND/PER/10/2010 tentang Organisasi Dan Tata
Kerja Kementerian Perindustrian.

MEMUTUSKAN:
Menetapkan : PERATURAN MENTERI PERINDUSTRIAN
TENTANG PROGRAM PENGANUGERAHAN
PENGHARGAAN INDUSTRI HIJAU

Pasal 1

Dalam Peraturan Menteri ini yang dimaksud


dengan:
1. Program penganugerahan penghargaan
industri hijau adalah program pemberian
penghargaan bagi perusahaan industri yang
telah melakukan upaya pengelolaan
lingkungan hidup sehingga dapat
meminimalisasi pencemaran dan perusakan
lingkungan hidup akibat kegiatan industri.

2. Industri hijau adalah industri berwawasan


lingkungan yang menyelaraskan pertumbuhan
dengan kelestarian lingkungan hidup,

vii
Peraturan Menteri Perindustrian
Nomor: 05/M-IND/PER/1/2011

mengutamakan efisiensi dan efektivitas


penggunaan sumberdaya alam serta
bermanfaat bagi masyarakat.

3. Perusahaan industri adalah perusahaan yang


melakukan kegiatan di bidang usaha industri
yang berbentuk perorangan, badan usaha atau
badan hukum dan berkedudukan di Indonesia.

4. Menteri adalah Menteri yang


menyelenggarakan urusan pemerintahan di
bidang perindustrian.

Pasal 2

Program penganugerahan penghargaan industri


hijau bertujuan mendorong kepedulian perusahaan
industri dalam melakukan proses produksi yang
ramah lingkungan dalam rangka mewujudkan
industri hijau.

Pasal 3

(1) Penganugerahan penghargaan industri hijau


kepada perusahaan industri dilakukan melalui
tahap seleksi dan penilaian.

(2) Penilaian sebagaimana dimaksud pada ayat (1)


dapat dilakukan terhadap semua jenis kegiatan
industri yang telah melakukan upaya
pengelolaan lingkungan hidup.

(3) Kegiatan industri sebagaimana dimaksud pada


ayat (2) dikelompokkan ke dalam 3 (tiga)
kategori yaitu :
a. Kategori Industri Besar (swasta);
b. Kategori Industri Khusus Badan Usaha
Milik Negara;
c. Kategori Industri Kecil dan Menengah.

viii
Peraturan Menteri Perindustrian
Nomor: 05/M-IND/PER/1/2011

Pasal 4

(1). Penilaian sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3


ayat (1) terhadap perusahaan industri meliputi :
a. Penerapan produksi bersih, termasuk
penerapan proses reuse, recycle dan reduce;
b. Kepatuhan terhadap kewajiban pemenuhan
dokumen lingkungan sesuai dengan
peraturan perundangan yang berlaku
termasuk pelaporan pelaksanaannya;
c. Pengelolaan limbah padat, cair dan udara;
dan
d. Program kepedulian terhadap masyarakat
sekitar.

(2) Ketentuan dan tata cara penilaian


penganugerahan penghargaan industri hijau
diatur lebih lanjut dengan Peraturan Kepala
Badan Pengkajian Kebijakan Iklim dan Mutu
Industri;

Pasal 5

(1) Pelaksanaan seleksi dan penilaian terhadap


perusahaan industri dilakukan oleh Tim
Teknis.

(2) Hasil evaluasi Tim Teknis sebagaimana


dimaksud pada ayat (1) disampaikan kepada
Dewan Pertimbangan.

(3) Tim Teknis dan Dewan Pertimbangan


sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat
(2) ditetapkan oleh Menteri.

ix
Peraturan Menteri Perindustrian
Nomor: 05/M-IND/PER/1/2011

Pasal 6

(1) Perusahaan industri yang akan menerima


penganugerahan industri hijau ditetapkan oleh
Menteri.

(2) Perusahaan industri yang terpilih sebagai


industri hijau diberikan penghargaan.

(3) Penganugerahan penghargaan industri hijau


sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dilaksanakan setiap 1 (satu) tahun sekali.

Pasal 7

Segala biaya yang diperlukan untuk pelaksanaan


penganugerahan penghargaan industri hijau
dibebankan kepada Anggaran Badan Pengkajian
Kebijakan Iklim Usaha dan Mutu industri.

Pasal 8

Peraturan menteri ini mulai berlaku sejak tanggal


ditetapkan.

Ditetapkan di Jakarta
pada tanggal 7 Januari 2011
MENTERI PERINDUSTRIAN

MOHAMAD S HIDAYAT

Tembusan Peraturan Menteri ini


disampaikan kepada:
1. Ketua Badan Pemeriksa Keuangan;
2. Dirjen Perbendaharaan Departemen Keuangan;

x
Peraturan Menteri Perindustrian
Nomor: 05/M-IND/PER/1/2011

3. Kepala BPKP;
4. Sekretaris Jenderal Kementerian Perindustrian;
5. Inspektur Jenderal Kementerian Perindustrian;
6. Kepala Biro Keuangan dan Kepala Biro Hukum
dan Organisasi Kementerian Perindustrian;
7. Kepala KPKN;
8. Pertinggal.
--------------------------------------------------------------------------

xi
KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN RI Pengkajian
Peraturan Kepala Badan
BADAN PENGKAJIAN KEBIJAKAN Kebijakan
IKLIM DANIklim dan Mutu INDUSTRI
MUTU Industri
No. 56/BPKIMI/PER/2/2014
Jalan Jenderal Gatot Subroto Kav. 52-53, Lantai 19 Jakarta 12950 Kotak Pos : 3538 JKSMG
Telp. +62-21-5255509-5251429, Fax. 021-5251429

PERATURAN
KEPALA BADAN PENGKAJIAN KEBIJAKAN IKLIM DAN MUTU
INDUSTRI
NOMOR: 56/BPKIMI/PER/2/2014

TENTANG

PERUBAHAN KETIGA ATAS PERATURAN KEPALA BADAN


PENGKAJIAN KEBIJAKAN IKLIM DAN MUTU INDUSTRI
NOMOR 151/BPKIMI/PER/7/2011 TENTANG PEDOMAN PENILAIAN
PENGANUGERAHAN PENGHARGAAN INDUSTRI HIJAU

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA


KEPALA BADAN PENGKAJIAN KEBIJAKAN IKLIM DAN MUTU
INDUSTRI

Menimbang : a. bahwa kriteria penilaian penghargaan industri hijau


yang tercantum dalam Peraturan Kepala Badan
Pengkajian Kebijakan Iklim dan Mutu Industri Nomor
151/BPKIMI/PER/7/2011 sebagaimana telah beberapa
kali diubah terakhir dengan Peraturan Kepala Badan
Pengkajian Kebijakan Iklim dan Mutu Industri Nomor
61/BPKIMI/PER/4/2013 dianggap masih memiliki
beberapa kekurangan;

b. bahwa untuk memberikan penilaian yang lebih objektif,


adil, dan dapat dipertanggungjawabkan perlu
melakukan perubahan terhadap kriteria penilaian
penghargaan industri hijau;

c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana


dimaksud dalam huruf a dan huruf b perlu menetapkan
Peraturan Kepala Badan Pengkajian Kebijakan Iklim

xii
Peraturan Kepala Badan Pengkajian
Kebijakan Iklim dan Mutu Industri
No. 56/BPKIMI/PER/2/2014

dan Mutu Industri tentang Perubahan Ketiga Atas


Peraturan Kepala Badan Pengkajian Kebijakan Iklim
dan Mutu Industri Nomor 151/BPKIMI/PER/7/2011
tentang Pedoman Penilaian Penganugerahan
Penghargaan Industri Hijau;

Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2014 tentang


Perindustrian (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2014 Nomor 4, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 5492);

2. Peraturan Kepala Badan Pengkajian Kebijakan Iklim


dan Mutu Industri Nomor 151/BPKIMI/PER/7/2011
tentang Pedoman Penilaian Penganugerahan
Penghargaan Industri Hijau sebagaimana telah beberapa
kali diubah terakhir dengan Peraturan Kepala Badan
Pengkajian Kebijakan Iklim dan Mutu Industri Nomor
61/BPKIMI/PER/4/2013;

MEMUTUSKAN:
Menetapkan : PERUBAHAN KETIGA ATAS PERATURAN KEPALA
BADAN PENGKAJIAN KEBIJAKAN IKLIM DAN
MUTU INDUSTRI NOMOR 151/BPKIMI/PER/7/2011
TENTANG PEDOMAN PENILAIAN
PENGANUGERAHAN PENGHARGAAN INDUSTRI
HIJAU

Pasal I

Pedoman Penilaian Penghargaan Industri Hijau


sebagaimana tercantum dalam Lampiran Peraturan Kepala
Badan Pengkajian Kebijakan Iklim dan Mutu Industri
Nomor 151/BPKIMI/PER/7/2011 tentang Pedoman
Penilaian Penganugerahan Penghargaan Industri Hijau yang
telah beberapa kali diubah terakhir dengan Peraturan Kepala
Badan Pengkajian Kebijakan Iklim dan Mutu Industri

xiii
Peraturan Kepala Badan Pengkajian
Kebijakan Iklim dan Mutu Industri
No. 56/BPKIMI/PER/2/2014

Nomor 61/BPKIMI/PER/4/2013 diubah sebagaimana


tercantum dalam Lampiran Peraturan Kepala Badan ini.

Pasal II

Peraturan Kepala Badan ini mulai berlaku pada tanggal


ditetapkan.

Ditetapkan di Jakarta
pada tanggal 20 Februari 2014

KEPALA BADAN PENGKAJIAN


KEBIJAKAN IKLIM DAN MUTU INDUSTRI

ARRYANTO SAGALA

SALINAN Peraturan Kepala Badan ini


disampaikan kepada :
1. Menteri Perindustrian;
2. Wakil Menteri Perindustrian;
3. Sekretaris Jenderal;
4. Direktur Jenderal Basis Industri Manufaktur;
5. Direktur Jenderal Industri Agro;
6. Direktur Jenderal Industri Unggulan Berbasis Teknologi Tinggi;
7. Direktur Jenderal Industri Kecil dan Menengah;
8. Inspektorat Jenderal;
9. Kepala Biro Hukum dan Organisasi.

xiv
LAMPIRAN PERATURAN KEPALA BADAN PENGKAJIAN
KEBIJAKAN, IKLIM, DAN MUTU INDUSTRI
NOMOR : 56/BPKIMI/PER/2/2014
TANGGAL : 20 FEBRUARI 2014

PEDOMAN PENILAIAN
PENGHARGAAN INDUSTRI HIJAU

Bab I PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
2. Tujuan
3. Lingkup Penilaian
Bab II TIM PELAKSANA PENGHARGAAN INDUSTRI HIJAU
1. Sekretariat
2. Tim Teknis
3. Dewan Pertimbangan
Bab III PENGUSULAN DAN SELEKSI PESERTA
1. Tata Cara Pengusulan dan Seleksi Peserta
2. Dokumen Kelengkapan Peserta
Bab IV KRITERIA DAN CARA PENILAIAN
1. Kriteria Penilaian
2. Cara Penilaian
3. Kualifikasi Hasil Penilaian
Bab V PANDUAN TEKNIS PENILAIAN
1. Proses Produksi
2. Kinerja Pengelolaan Limbah/Emisi
3. Manajemen Perusahaan

xvi
Lampiran Peraturan Kepala Badan Pengkajian
Kebijakan Iklim dan Mutu Industri
No. 56/BPKIMI/PER/2/2014

Bab VI MEKANISME PENILAIAN PENGHARGAAN INDUSTRI HIJAU


1. Sosialisasi
2. Waktu dan Tempat Pendaftaran Peserta
3. Seleksi Kelengkapan Administrasi
4. Verifikasi Dokumen
5. Verifikasi Lapangan
6. Evaluasi Hasil Penilaian
7. Penyampaian Hasil Penilaian
8. Sanggahan Perusahaan dan Verifikasi Ulang
9. Penyampaian Hasil Penilaian kepada Dewan Pertimbangan
10. Review Hasil Penilaian
11. Penetapan Penerima Penghargaan Industri Hijau
12. Penganugerahan Penghargaan Industri Hijau
13. Evaluasi
Bab VII AGENDA KEGIATAN

Lampiran :
1. Formulir Pendaftaran
2. Kuesioner Penghargaan Industri Hijau
3. Format Sinopsis

KEPALA BADAN PENGKAJIAN


KEBIJAKAN IKLIM DAN MUTU INDUSTRI

ARRYANTO SAGALA

xvii
Lampiran Peraturan Kepala Badan Pengkajian
Kebijakan Iklim dan Mutu Industri
No. 56/BPKIMI/PER/2/2014

xviii
Lampiran Peraturan Kepala Badan Pengkajian
Kebijakan Iklim dan Mutu Industri
No. 56/BPKIMI/PER/2/2014

BAB I
PENDAHULUAN

1. LATAR BELAKANG
Pembangunan industri mempunyai dampak positif dalam skala
mikro dan makro terhadap ekonomi. Dampak positif skala
mikro terlihat dari hasil-hasil pembangunan industri yang
ditunjukkan terhadap share PDB, share export, dan
terciptanya peluang kerja. Peran strategisnya sebagai
penyumbang PDB yang cukup signifikan ditunjukan dengan
surplus ekspor terhadap impor selama satu dasawarsa
terakhir. Sedangkan dampak positif skala makro adalah
terjadinya percepatan pertumbuhan fisik dan terciptanya
kesempatan kerja.

Selain peran strategisnya sebagai penyumbang PDB, sektor


industri merupakan pengguna sumberdaya alam yang cukup
besar. Disisi lain, adanya keterbatasan ketersediaan sumber
daya alam dan keterbatasan daya dukung lingkungan dalam
menerima limbah dan emisi industri, maka pembangunan
industri yang berpedoman pada keberlangsungan nilai
ekonomi, keterlibatan sosial dan perlindungan terhadap
kualitas lingkungan hidup atau yang dikenal dengan istilah
industri hijau harus segera dilakukan.

Industri hijau adalah industri yang dalam proses produksinya


mengutamakan upaya efisiensi dan efektivitas penggunaan

1
Lampiran Peraturan Kepala Badan Pengkajian
Kebijakan Iklim dan Mutu Industri
No. 56/BPKIMI/PER/2/2014

sumberdaya secara berkelanjutan sehingga mampu


menyelaraskan pembangunan industri dengan kelestarian
fungsi lingkungan hidup serta dapat memberi manfaat bagi
masyarakat.

Pengembangan Industri Hijau juga merupakan salah satu


usaha untuk mendukung komitmen Pemerintah Indonesia
dalam menurunkan emisi gas rumah kaca, sebagaimana telah
disampaikan oleh Presiden dalam pertemuan mengenai
perubahan iklim di Copenhagen, bahwa Indonesia bertekad
menurunkan emisi gas rumah kaca sebesar 26% pada tahun
2020. Komitmen ini membutuhkan usaha dan tindakan nyata
yang menyeluruh termasuk sektor industri yang merupakan
salah satu penyumbang emisi karbon.

Kementerian Perindustrian Republik Indonesia telah


melakukan berbagai upaya untuk mendorong berkembangnya
industri hijau, antara lain melalui pemberian Penghargaan
Industri Hijau.

Penghargaan Industri Hijau merupakan penghargaan yang


diberikan kepada industri yang antara lain telah melakukan
upaya penghematan penggunaan sumber daya alam dan
penggunaan energi terbarukan, yang dilaksanakan melalui
berbagai tahap seleksi dan verifikasi berdasarkan sistem
penilaian yang akan dievaluasi secara berkala.

2
Lampiran Peraturan Kepala Badan Pengkajian
Kebijakan Iklim dan Mutu Industri
No. 56/BPKIMI/PER/2/2014

Agar terlaksananya proses penilaian yang sistematis, konsisten


dan dapat dipertanggungjawabkan, diperlukan suatu pedoman
yang memuat ketentuan, tata cara dan kriteria penilaian
Penghargaan Industri Hijau.

2. TUJUAN
Pedoman ini bertujuan memberikan acuan yang seragam bagi
Tim Teknis, Dewan Pertimbangan, perusahaan industri yang
akan mengikuti program penghargaan, dan pihak lain yang
terkait dalam penilaian Penghargaan Industri Hijau sehingga
proses penilaian dapat berjalan secara konsisten, transparan,
akuntabel, adil dan dapat dipertanggungjawabkan.

3. LINGKUP PENILAIAN
Lingkup penilaian dibagi menjadi 2 (dua) kelompok sebagai
berikut :
a) Kategori Industri Kecil dan Menengah (IKM)
Kriteria IKM adalah industri yang memiliki kekayaan bersih
paling banyak Rp 10.000.000.000,- (sepuluh milyar
rupiah) tidak termasuk tanah dan tempat usaha.

b) Kategori Industri Besar


Kriteria industri besar adalah industri yang memiliki
kekayaan bersih lebih dari Rp 10.000.000.000,- (sepuluh
milyar rupiah) tidak termasuk tanah dan tempat usaha.

3
Lampiran Peraturan Kepala Badan Pengkajian
Kebijakan Iklim dan Mutu Industri
No. 56/BPKIMI/PER/2/2014

BAB II
TIM PELAKSANA PENILAIAN PENGHARGAAN
INDUSTRI HIJAU

1. Sekretariat
Sekretariat bertugas melakukan persiapan, penyebarluasan
informasi, menerima pendaftaran, seleksi kelengkapan
administrasi, entry database, pengaturan jadwal kegiatan,
koordinasi dan hal-hal lain terkait dengan pelaksanaan
kegiatan Penghargaan Industri Hijau.

2. Tim Teknis
Tim Teknis bertugas melakukan verifikasi dokumen, verifikasi
lapangan, dan penilaian. Tim Teknis terdiri dari wakil
pemerintahan, perguruan tinggi, lembaga penelitian, lembaga
konsultan dan instansi terkait lainnya. Kriteria anggota Tim
Teknis antara lain adalah sebagai berikut :
a) Memiliki pengetahuan dalam bidang proses produksi
industri.
b) Memiliki pengetahuan dalam bidang pengelolaan
lingkungan hidup.
c) Memiliki pengetahuan tentang manajemen industri.

4
Lampiran Peraturan Kepala Badan Pengkajian
Kebijakan Iklim dan Mutu Industri
No. 56/BPKIMI/PER/2/2014

3. Dewan Pertimbangan
Dewan Pertimbangan bertugas melakukan review dan
memberi masukan terhadap hasil penilaian perusahaan
industri peserta Penghargaan Industri Hijau yang dilakukan
oleh Tim Teknis serta menyampaikan calon penerima
penghargaan kepada Menteri Perindustrian. Dewan
Pertimbangan terdiri dari wakil pemerintahan, perguruan
tinggi, lembaga penelitian, dan instansi terkait lainnya. Kriteria
anggota Dewan Pertimbangan adalah sebagai berikut :
a) Memiliki pengetahuan dalam bidang proses produksi
industri.
b) Memiliki pengetahuan dalam bidang pengelolaan
lingkungan hidup.
c) Memiliki pengetahuan tentang manajemen industri.
d) Memiliki pengetahuan dalam bidang kebijakan publik,
ekonomi, dan hukum.

5
Lampiran Peraturan Kepala Badan Pengkajian
Kebijakan Iklim dan Mutu Industri
No. 56/BPKIMI/PER/2/2014

BAB III
PENGUSULAN DAN SELEKSI PESERTA

1. Tata Cara Pengusulan dan Seleksi Peserta


a) Penghargaan Industri Hijau bersifat partisipatif dan
terbuka bagi semua industri nasional. Setiap perusahaan
industri dapat mengajukan diri secara langsung atau
dapat juga diusulkan oleh Asosiasi Industri dan instansi
yang menangani pembinaan industri di pusat dan daerah;
b) Pengajuan dan usulan peserta disampaikan kepada
Sekretariat Penghargaan Industri Hijau;
c) Sekretariat akan melakukan seleksi kelengkapan
administrasi terhadap industri yang mendaftar;
d) Sekretariat menyampaikan hasil seleksi kelengkapan
administrasi peserta kepada Tim Teknis;

Asosiasi
Industri
Pengusaha
Industri

Instansi
Pembina

Gambar 1. Mekanisme Pengusulan dan Seleksi Peserta


Penghargaan Industri Hijau

6
Lampiran Peraturan Kepala Badan Pengkajian
Kebijakan Iklim dan Mutu Industri
No. 56/BPKIMI/PER/2/2014

2. Dokumen Kelengkapan Peserta


Perusahaan peserta Penghargaan Industri Hijau wajib
menyampaikan formulir pendaftaran, kuesioner dan sinopsis
yang telah diisi, yang dilengkapi dengan dokumen sebagai
berikut:
1) Dokumen legalitas usaha (fotokopi Izin Usaha Industri
atau Tanda Daftar Industri, dan HO);
2) Fotokopi NPWP dan SPT Pajak Penghasilan tahun
terakhir;
3) Fotokopi lembar pengesahan dokumen AMDAL atau UKL
dan UPL atau SPPL;
4) Fotokopi laporan pelaksanaan pengelolaan dan
pemantauan lingkungan hidup 1 tahun terakhir bagi
industri yang wajib dilengkapi dokumen AMDAL atau UKL
dan UPL;
5) Deskripsi proses produksi yang dilengkapi dengan
diagram alir;
6) Neraca massa/bahan, neraca energi dan neraca air.

7
Lampiran Peraturan Kepala Badan Pengkajian
Kebijakan Iklim dan Mutu Industri
No. 56/BPKIMI/PER/2/2014

BAB IV
PENILAIAN

1. Kriteria Penilaian
Kriteria penilaian dibedakan antara industri besar dengan
industri kecil dan menengah (IKM).
Untuk industri besar, penilaian didasarkan pada hal-hal
berikut:
a) Proses Produksi, meliputi program efisiensi produksi,
penggunaan material input, energi, air, teknologi proses,
sumber daya manusia dan lingkungan kerja di ruang
proses produksi.
b) Kinerja Pengelolaan Limbah/Emisi, meliputi program
penurunan emisi CO2e, pemenuhan baku mutu
lingkungan dan sarana pengelolaan limbah/emisi.
c) Manajemen Perusahaan, meliputi sertifikasi, Corporate
Social Responsibility, penghargaan dan kesehatan
karyawan.
Kriteria penilaian selengkapnya dapat dilihat pada Tabel 1
berikut.

8
Lampiran Peraturan Kepala Badan Pengkajian
Kebijakan Iklim dan Mutu Industri
No. 56/BPKIMI/PER/2/2014

Tabel 1
Kriteria Penilaian Penghargaan Industri Hijau
Kategori Industri Besar

NO ASPEK KRITERIA BOBOT INDIKATOR SKOR


PENILAIAN (%)
PROSES
A 70
PRODUKSI
1) Program a. Kebijakan perusahaan - Ada komitmen manajemen puncak (top 4
efisiensi produksi dalam penerapan management), ada perencanaan
efisiensi produksi (rencana kerja), dilaksanakan sesuai
dengan rencana serta dilakukan
pemantauan/evaluasi
- Ada komitmen manajemen puncak (top 3
management), ada perencanaan
(rencana kerja), dilaksanakan sesuai
dengan rencana, tapi tidak dilakukan
pemantauan/evaluasi

10
Lampiran Peraturan Kepala Badan Pengkajian
Kebijakan Iklim dan Mutu Industri
No. 56/BPKIMI/PER/2/2014

NO ASPEK KRITERIA BOBOT INDIKATOR SKOR


PENILAIAN (%)
- Ada komitmen manajemen puncak (top 2
management), ada perencanaan
(rencana kerja), tapi belum
dilaksanakan
- Ada komitmen manajemen puncak (top 1
management) tapi belum tersedia
program atau rencana kerja
- Belum ada komitmen manajemen 0
puncak (top management)
b. Tingkat capaian - 76 - 100% tercapai 4
penerapan program
sesuai dengan - 51 - 75% tercapai 3
komitmen
perusahaan dalam - 26 - 50% tercapai 2
meningkatkan
efisiensi produksi - 1 - 25% tercapai 1

- Belum tercapai atau tidak ada program 0

11
Lampiran Peraturan Kepala Badan Pengkajian
Kebijakan Iklim dan Mutu Industri
No. 56/BPKIMI/PER/2/2014

NO ASPEK KRITERIA BOBOT INDIKATOR SKOR


PENILAIAN (%)
2) Material Input a. Sertifikasi/izin - 100% material input yang digunakan 4
Material Input dan memiliki sertifikat/izin dan MSDS
MSDS
- 91 - 99% material input yang 3
digunakan memiliki sertifikat/izin dan
MSDS
- 81 - 90% material input yang 2
digunakan memiliki sertifikat/izin dan
MSDS
- 70 - 80% material input yang 1
digunakan memiliki sertifikat/izin dan
MSDS
- ≤ 70% material input yang digunakan 0
memiliki sertifikat/izin dan MSDS

b. Rasio material input - Penggunaan material input 4


terhadap produk menghasilkan per unit produk rata-rata
98 - 100%
- Penggunaan material input 3
menghasilkan per unit produk rata-rata
91 - 97%

12
Lampiran Peraturan Kepala Badan Pengkajian
Kebijakan Iklim dan Mutu Industri
No. 56/BPKIMI/PER/2/2014

NO ASPEK KRITERIA BOBOT INDIKATOR SKOR


PENILAIAN (%)
- Penggunaan material input 2
menghasilkan per unit produk rata-rata
81 - 90%
- Penggunaan material input 1
menghasilkan per unit produk rata-rata
71 - 80%
- Penggunaan material input 0
menghasilkan per unit produk rata-rata
≤70%
c. Upaya efisiensi - Telah melakukan efisiensi penggunaan 4
Penggunaan Material material input (raw material index
Input reduction) > 7,5%
- Telah melakukan efisiensi penggunaan 3
material input (raw material index
reduction) 5,1 – 7,5%
- Telah melakukan efisiensi penggunaan 2
material input (raw material index
reduction) 2,6 – 5,0%
- Telah melakukan efisiensi penggunaan 1
material input (raw material index
reduction) 0 – 2,5%

13
Lampiran Peraturan Kepala Badan Pengkajian
Kebijakan Iklim dan Mutu Industri
No. 56/BPKIMI/PER/2/2014

NO ASPEK KRITERIA BOBOT INDIKATOR SKOR


PENILAIAN (%)
- Belum melakukan upaya efisiensi 0
penggunaan material input
d. Substitusi material - Telah melakukan substitusi 4
input >7,5%
- Telah melakukan substitusi 3
5,1 – 7,5%
- Telah melakukan substitusi 2
2,6 – 5,0%
- Telah melakukan substitusi 1
1 – 2,5%
- Belum melakukan substitusi 0

3.) Energi a. Upaya efisiensi - Telah melakukan efisiensi penggunaan 4


energi energi (energy index reduction)
> 7,5%
- Telah melakukan efisiensi penggunaan 3
energi (energy index reduction)
5,1 – 7,5%
- Telah melakukan efisiensi penggunaan 2
energi (energy index reduction)

14
Lampiran Peraturan Kepala Badan Pengkajian
Kebijakan Iklim dan Mutu Industri
No. 56/BPKIMI/PER/2/2014

NO ASPEK KRITERIA BOBOT INDIKATOR SKOR


PENILAIAN (%)
2,6 – 5,0%
- Telah melakukan efisiensi penggunaan 1
energi (energy index reduction)
0 – 2,5%
- Belum ada upaya efisiensi energi 0

b. Upaya Penggunaan - Rasio penggunaan energi terbarukan 4


Energi Terbarukan terhadap total penggunaan energi
> 3%
- Rasio penggunaan energi terbarukan 3
terhadap total penggunaan energi
2,1 – 3,0%
- Rasio penggunaan energi terbarukan 2
terhadap total penggunaan energi
1,1 – 2,0%
- Rasio penggunaan energi terbarukan 1
terhadap total penggunaan energi
0,1 – 1,0%
- Belum ada penggunaan energi 0
terbarukan

15
Lampiran Peraturan Kepala Badan Pengkajian
Kebijakan Iklim dan Mutu Industri
No. 56/BPKIMI/PER/2/2014

NO ASPEK KRITERIA BOBOT INDIKATOR SKOR


PENILAIAN (%)
c. Melakukan audit - Melakukan audit energi setiap tahun 4
energi secara berkala - Melakukan audit energi 2 tahun sekali 3
yang dibuktikan ada
catatan - Melakukan audit energi 3 tahun sekali 2
- Melakukan audit energi > 3 tahun 1
sekali
- Belum pernah melakukan audit energi 0
4) Air a. Upaya efisiensi air - Telah melakukan efisiensi penggunaan 4
air (water index reduction) >15%

- Telah melakukan efisiensi penggunaan 3


air (energy index reduction)
10,1 – 15,0%

- Telah melakukan efisiensi penggunaan 2


air (water index reduction)
5,1 – 10,0%

- Telah melakukan efisiensi penggunaan 1


air (water index reduction) 0,1 – 5,0%

- Belum ada upaya efisiensi air 0

16
Lampiran Peraturan Kepala Badan Pengkajian
Kebijakan Iklim dan Mutu Industri
No. 56/BPKIMI/PER/2/2014

NO ASPEK KRITERIA BOBOT INDIKATOR SKOR


PENILAIAN (%)
b. Penggunaan air daur - >30% 4
ulang untuk proses - 21-30% 3
produksi dan atau
- 11-20% 2
utilitas
- 1-10% 1
- Belum melakukan daur ulang air 0
c. Upaya konservasi - Upaya konservasi sumber air sudah 4
sumber air (misalnya berjalan
membuat sumur - Sudah melakukan kajian, perencanaan 3
resapan, bio pori teknis dan konstruksi
atau penampungan - Sudah melakukan kajian dan 2
air hujan) perencanaan teknis
- Sudah melakukan kajian 1
- Belum melakukan upaya konservasi air 0
d. Melakukan audit - Melakukan audit penggunaan air setiap 4
penggunaan air tahun
secara berkala yang - Melakukan audit penggunaan air 2 3
dibuktikan ada
tahun sekali
catatan
- Melakukan audit penggunaan air 3 2
tahun sekali

17
Lampiran Peraturan Kepala Badan Pengkajian
Kebijakan Iklim dan Mutu Industri
No. 56/BPKIMI/PER/2/2014

NO ASPEK KRITERIA BOBOT INDIKATOR SKOR


PENILAIAN (%)
- Melakukan audit penggunaan air > 3 1
tahun sekali
- Belum pernah melakukan audit 0
penggunaan air
5) Teknologi a. Penerapan Reduce, - Melakukan Reduce, Reuse, Recycle 4
Proses Reuse, Recycle (3R) (3R) dalam kegiatan proses produksi
- Melakukan Reduce dalam kegiatan 3
proses produksi
- Melakukan Reuse dalam kegiatan 2
proses produksi
- Melakukan dalam Recycle kegiatan 1
proses produksi
- Belum melakukan Reduce, Reuse, 0
Recycle (3R) dalam kegiatan proses
produksi
b. Segregasi air - Sudah melakukan segregasi air 4
buangan dari proses buangan dari proses produksi dan
produksi pengolahan di IPAL sudah terpisah
dengan air hujan dan limbah domestik
- Sudah melakukan segregasi air 3
buangan dari proses produksi, namun

18
Lampiran Peraturan Kepala Badan Pengkajian
Kebijakan Iklim dan Mutu Industri
No. 56/BPKIMI/PER/2/2014

NO ASPEK KRITERIA BOBOT INDIKATOR SKOR


PENILAIAN (%)
pengolahan di IPAL masih bercampur
dengan air hujan dan limbah domestik
- Sudah ada fasilitas segregasi, namun 2
belum/tidak beroperasi

- Sudah ada perencanaan segregasi air 1


buangan
- Belum ada perencanaan segregasi air 0
buangan

c. Peningkatan - Melakukan penggantian 4


Teknologi Proses mesin/peralatan
- Melakukan modifikasi mesin/peralatan 3

- Sudah ada perencanaan penggantian 2


mesin/peralatan

- Sudah ada perencanaan modifikasi 1


mesin/peralatan
- Belum ada perencanaan penggantian 0
atau modifikasi mesin/peralatan

19
Lampiran Peraturan Kepala Badan Pengkajian
Kebijakan Iklim dan Mutu Industri
No. 56/BPKIMI/PER/2/2014

NO ASPEK KRITERIA BOBOT INDIKATOR SKOR


PENILAIAN (%)
d. Kinerja Peralatan

1.) Batch System - Overall Equipment Effectiveness 4


≥ 85,0%
- Overall Equipment Effectiveness 3
60,0 - 84,9%
- Overall Equipment Effectiveness 2
40,0 - 59,9 %
- Overall Equipment Effectiveness 1
20,0 - 39,9 %
- Overall Equipment Effectiveness 0
< 20,0%
2.) Continuous - Overall Equipment Effectiveness 4
System ≥ 95,0%
- Overall Equipment Effectiveness 3
70,0 - 94,9%
- Overall Equipment Effectiveness 2
50,0 - 69,9%
- Overall Equipment Effectiveness 1
30,0 - 49,9%

20
Lampiran Peraturan Kepala Badan Pengkajian
Kebijakan Iklim dan Mutu Industri
No. 56/BPKIMI/PER/2/2014

NO ASPEK KRITERIA BOBOT INDIKATOR SKOR


PENILAIAN (%)
- Overall Equipment Effectiveness 0
<30,0%
e. Penerapan SOP - Tersedia tiga SOP (penanganan 4
penanganan material material input, proses produksi dan
input, proses maintenance); dilaksanakan
produksi, dan - Tersedia dua SOP (penanganan 3
material input dan/atau proses
maintenance
produksi dan/atau maintenance);
dilaksanakan
- Tersedia satu SOP (penanganan 2
material input/proses
produksi/maintenance); dilaksanakan
- Tersedia minimal satu jenis SOP 1
(penanganan material input/proses
produksi/maintenance); tetapi tidak
dilaksanakan
- Belum memiliki SOP penanganan 0
material input dan/atau proses
produksi dan/atau maintenance
f. Inovasi produk - Dalam tahap sudah atau sedang 4
ramah lingkungan memperoleh paten

21
Lampiran Peraturan Kepala Badan Pengkajian
Kebijakan Iklim dan Mutu Industri
No. 56/BPKIMI/PER/2/2014

NO ASPEK KRITERIA BOBOT INDIKATOR SKOR


PENILAIAN (%)
- Komersial 3
- Sedang dalam tahap uji coba 2
- Masih dalam tahap kajian 1
- Belum ada inovasi 0
g. Tingkat produk - ≤ 0,5% 4
reject dan defect
- 0,6 – 1,0% 3
terhadap total
produk - 1,1 – 1,5% 2
- 1,6 – 2,0% 1
- > 2,0% 0
6) Sumber Daya a. Peningkatan - Peningkatan kapasitas SDM proses 4
Manusia kapasitas SDM produksi >50%
proses produksi - Peningkatan kapasitas SDM proses 3
dalam rangka produksi 25,6 – 50,0%
peningkatan efisiensi - Peningkatan kapasitas SDM proses 2
produksi produksi 12,6 – 25,0%
- Peningkatan kapasitas SDM proses 1
produksi 1,0 – 12,5%

22
Lampiran Peraturan Kepala Badan Pengkajian
Kebijakan Iklim dan Mutu Industri
No. 56/BPKIMI/PER/2/2014

NO ASPEK KRITERIA BOBOT INDIKATOR SKOR


PENILAIAN (%)
- Belum ada upaya peningkatan 0
kapasitas SDM
b Jumlah SDM yang - Jumlah SDM yang sudah memiliki 4
sudah memiliki Sertifikat kompetensi > 15%
Sertifikat kompetensi - Jumlah SDM yang sudah memiliki 3
Sertifikat kompetensi >10,1 – 15,0%
- Jumlah SDM yang sudah memiliki 2
Sertifikat kompetensi >5,1 – 10,0%
- Jumlah SDM yang sudah memiliki 1
Sertifikat kompetensi > 1,0 – 5,0%
- Belum ada SDM yang memiliki sertifikat 0
kompetensi
7) Lingkungan Melakukan - Ada program, dijalankan secara berkala 4
Kerja di Ruang pemantauan dan setiap 6 bulan sekali
Proses Produksi penilaian kinerja K3L
- Ada program, dijalankan secara berkala 3
sesuai Permenaker
setiap 1 tahun sekali
No. 23 Tahun 2011
- Ada program, dijalankan secara berkala 2
setiap 2 tahun sekali
- Ada program, dijalankan secara berkala 1
lebih dari 2 tahun sekali

23
Lampiran Peraturan Kepala Badan Pengkajian
Kebijakan Iklim dan Mutu Industri
No. 56/BPKIMI/PER/2/2014

NO ASPEK KRITERIA BOBOT INDIKATOR SKOR


PENILAIAN (%)
- Belum ada program pemantauan dan 0
penilaian kinerja K3L

-
B KINERJA PENGELOLAAN LIMBAH / EMISI 20

1. Program Upaya penurunan emisi - Memiliki KPI dan memenuhi target 4


Penurunan Emisi CO2e ≥100%
CO2e
- Memiliki KPI dan memenuhi target 3
67 - 99%
- Memiliki KPI dan memenuhi target 2
34 - 66%
- Memiliki KPI dan memenuhi target 1
0 - 33%
- Belum memiliki KPI penurunan emisi 0
CO2e
2. Pemenuhan a. Limbah Cair - 100% memenuhi 4
Baku Mutu
- 91 – 99% memenuhi 3
Lingkungan

24
Lampiran Peraturan Kepala Badan Pengkajian
Kebijakan Iklim dan Mutu Industri
No. 56/BPKIMI/PER/2/2014

NO ASPEK KRITERIA BOBOT INDIKATOR SKOR


PENILAIAN (%)
- 81 – 90% memenuhi 2

- 70 - 80% memenuhi 1
- ≤70% memenuhi 0

b. Limbah Gas dan - 100% memenuhi 4


Debu
- 91 – 99% memenuhi 3
- 81 – 90% memenuhi 2
- 70 - 80% memenuhi 1

- ≤70% memenuhi 0

3. Sarana a. Operasional sarana - Sarana lengkap dan seluruhnya 4


Pengelolaan pengelolaan limbah beroperasi dengan baik
Limbah / Emisi dan emisi (sesuai
- Sarana lengkap, tapi hanya beroperasi 3
persyaratan yang
sebagian

25
Lampiran Peraturan Kepala Badan Pengkajian
Kebijakan Iklim dan Mutu Industri
No. 56/BPKIMI/PER/2/2014

NO ASPEK KRITERIA BOBOT INDIKATOR SKOR


PENILAIAN (%)
berlaku) - Sarana tidak lengkap dan semua 2
sarana beroperasi dengan baik
- Sarana tidak lengkap dan tidak 1
dioperasikan
- Belum ada sarana pengelolaan limbah / 0
emisi
b. Pengelolaan Limbah - Terdapat sarana, beroperasi serta 4
B3 (perizinan dan memiliki izin
prasarana sesuai - Terdapat sarana, beroperasi tapi tidak 3
persyaratan yang memiliki izin
berlaku) - Terdapat sarana, memiliki izin tidak 2
beroperasi
- Terdapat sarana, tapi tidak memiliki 1
izin dan tidak beroperasi
- Belum ada sarana pengelolaan limbah 0
B3
C MANAJEMEN PERUSAHAAN 10

1) Sertifikasi a. Produk - 76 - 100% produk memiliki sertifikat 4


- 51 - 75% produk memiliki sertifikat 3

26
Lampiran Peraturan Kepala Badan Pengkajian
Kebijakan Iklim dan Mutu Industri
No. 56/BPKIMI/PER/2/2014

NO ASPEK KRITERIA BOBOT INDIKATOR SKOR


PENILAIAN (%)
- 26 - 50% produk memiliki sertifikat 2

- 1 – 25% produk memiliki sertifikat 1

- Belum ada produk memiliki sertifikat 0

b. Sistem Manajemen - Memiliki > 3 sertifikat 4

- Memiliki 3 sertifikat 3

- Memiliki 2 sertifikat 2

- Memiliki 1 sertifikat 1

- Belum ada sertifikat 0

2) CSR a. Penerapan CSR - Ada kebijakan CSR, dilaksanakan, 4


dilakukan pemantauan dan evaluasi
serta ada pelaporan
- Ada kebijakan CSR, sudah 3
dilaksanakan, dilakukan pemantauan
dan evaluasi, tapi tidak ada pelaporan

27
Lampiran Peraturan Kepala Badan Pengkajian
Kebijakan Iklim dan Mutu Industri
No. 56/BPKIMI/PER/2/2014

NO ASPEK KRITERIA BOBOT INDIKATOR SKOR


PENILAIAN (%)
- Ada kebijakan CSR, sudah 2
dilaksanakan, namun belum dilakukan
pemantauan, evaluasi dan pelaporan
- Ada kebijakan CSR namun belum 1
dilaksanakan
- Belum ada kebijakan CSR 0
b. Alokasi dana CSR - ≥2% dari keuntungan perusahaan 4
- ≥1% dari keuntungan perusahaan 3
- <1% dari keuntungan perusahaan 2
- <0,5% dari keuntungan perusahaan 1
- Belum ada alokasi dana CSR 0

3) Penghargaan Penghargaan terkait - > 3 penghargaan 4


bidang produksi dan
pengelolaan - 3 penghargaan 3
lingkungan industri - 2 penghargaan 2
yang pernah diterima
yang diterima selama - 1 penghargaan 1

28
Lampiran Peraturan Kepala Badan Pengkajian
Kebijakan Iklim dan Mutu Industri
No. 56/BPKIMI/PER/2/2014

NO ASPEK KRITERIA BOBOT INDIKATOR SKOR


PENILAIAN (%)
2 tahun terakhir - Belum ada penghargaan 0

4) Kesehatan Pemeriksaan - Dilakukan secara periodik setiap 3 4


karyawan kesehatan karyawan bulan
- Dilakukan secara periodik setiap 6 3
bulan
- Dilakukan secara periodik setiap 1 2
tahun
- Dilakukan secara periodik >1 tahun 1
- Belum pernah dilakukan pemeriksaan 0
kesehatan

29
Lampiran Peraturan Kepala Badan Pengkajian
Kebijakan Iklim dan Mutu Industri
No. 56/BPKIMI/PER/2/2014

Sedangkan untuk industri kecil dan menengah (IKM),


penilaian didasarkan pada hal-hal berikut :
a) Proses Produksi, meliputi program efisiensi produksi,
material input, energi, air, teknologi proses dan sumber
daya manusia.
b) Pengelolaan Lingkungan dan Keselamatan Kerja, meliputi
limbah dan lingkungan kerja.
c) Manajemen Perusahaan, meliputi sertifikasi, Corporate
Social Responsibility dan penghargaan.

Kriteria penilaian selengkapnya dapat dilihat pada Tabel 2


berikut.
Lampiran Peraturan Kepala Badan Pengkajian
Kebijakan Iklim dan Mutu Industri
No. 56/BPKIMI/PER/2/2014

Tabel 2
Kriteria Penilaian Penghargaan Industri Hijau
Kategori Industri Kecil dan Menengah (IKM)

NO ASPEK KRITERIA BOBOT INDIKATOR SKOR


PENILAIAN (%)
A PROSES 70
PRODUKSI
1) Program a. Kebijakan - Ada program sudah dilaksanakan 4
Efisiensi perusahaan seluruhnya
Produksi dalam penerapan
efisiensi produksi - Ada program sudah dilaksanakan 3
sebagian

- Tidak ada program namun dilaksanakan 2

- Ada program belum dilaksanakan 1

- Belum ada program 0

31
Lampiran Peraturan Kepala Badan Pengkajian
Kebijakan Iklim dan Mutu Industri
No. 56/BPKIMI/PER/2/2014

NO ASPEK KRITERIA BOBOT INDIKATOR SKOR


PENILAIAN (%)
b. Tingkat capaian - > 45 % tercapai 4
penerapan - 31 – 45 % tercapai 3
komitmen
perusahaan - 16 - 30 % tercapai 2
dalam - 1 - 15 % tercapai 1
meningkatkan
efisiensi produksi - Belum tercapai atau tidak ada program 0
2) Material a. Rasio material - Penggunaan material input menghasilkan 4
Input input terhadap per unit produk rata-rata >75%
produk
- Penggunaan material input menghasilkan 3
per unit produk rata-rata 66 - 75%

- Penggunaan material input menghasilkan 2


per unit produk rata-rata 56 - 65%

- Penggunaan material input menghasilkan 1


per unit produk rata-rata 46 – 55 %

- Penggunaan material input menghasilkan 0


per unit produk rata-rata ≤45%

32
Lampiran Peraturan Kepala Badan Pengkajian
Kebijakan Iklim dan Mutu Industri
No. 56/BPKIMI/PER/2/2014

NO ASPEK KRITERIA BOBOT INDIKATOR SKOR


PENILAIAN (%)
b. Substitusi - Telah melakukan substitusi material input 4
material input >30 %
- Telah melakukan substitusi material input 3
21 – 30 %
- Telah melakukan substitusi material input 2
11 – 20 %

- Telah melakukan substitusi material input 1


1 – 10 %
- Belum melakukan substitusi material input 0
ramah lingkungan
c. Penanganan - Ditempatkan di gudang/ruangan khusus 4
material input untuk material input, dilakukan
pemantauan mutu material, menerapkan
prinsip FIFO (first in first out), dipisahkan
berdasarkan jenis material.
- Ditempatkan di gudang/ruangan khusus 3
untuk material input, dilakukan
pemantauan mutu material, menerapkan
prinsip FIFO (first in first out)

33
Lampiran Peraturan Kepala Badan Pengkajian
Kebijakan Iklim dan Mutu Industri
No. 56/BPKIMI/PER/2/2014

NO ASPEK KRITERIA BOBOT INDIKATOR SKOR


PENILAIAN (%)
- Ditempatkan di gudang/ruangan khusus 2
untuk material input, dilakukan
pemantauan mutu material
- Ditempatkan di gudang/ruangan khusus 1
untuk material input.
- Belum ada upaya penanganan material 0

d. Sertifikasi/izin - > 45 % material input yang digunakan 4


material input memiliki sertifikat/izin
- 31 - 45 % material input yang digunakan 3
memiliki sertifikat/izin
- 16 - 30 % material input yang digunakan 2
memiliki sertifikat/izin
- 1 - 15 % material input yang digunakan 1
memiliki sertifikat/izin
- Material input yang digunakan belum 0
memiliki sertifikat/izin

34
Lampiran Peraturan Kepala Badan Pengkajian
Kebijakan Iklim dan Mutu Industri
No. 56/BPKIMI/PER/2/2014

NO ASPEK KRITERIA BOBOT INDIKATOR SKOR


PENILAIAN (%)
3) Energi a. Manajemen - Sudah melakukan pencatatan dengan 4
Energi evaluasi secara rutin dan sudah ada
tindak lanjut hasil evaluasi
- Sudah melakukan pencatatan dengan 3
evaluasi secara rutin
- Sudah melakukan pencatatan dengan 2
rutin
- Sudah melakukan pencatatan tapi 1
bersifat tidak rutin
- Belum ada pencatatan konsumsi energi 0

b. Upaya efisiensi - Telah melakukan efisiensi penggunaan 4


energi energi (energy index reduction) > 7,5 %
- Telah melakukan efisiensi penggunaan 3
energi (energy index reduction) 5,1 – 7,5
%
- Telah melakukan efisiensi penggunaan 2
energi (energy index reduction) 2,6 – 5,0
%

35
Lampiran Peraturan Kepala Badan Pengkajian
Kebijakan Iklim dan Mutu Industri
No. 56/BPKIMI/PER/2/2014

NO ASPEK KRITERIA BOBOT INDIKATOR SKOR


PENILAIAN (%)
- Telah melakukan efisiensi penggunaan 1
energi (energy index reduction) 1,0 – 2,5
%
- Belum ada upaya efisiensi energi 0

c. Upaya - Rasio penggunaan energi terbarukan 4


Pemanfaatan terhadap total penggunaan energi > 3%
Energi
Terbarukan - Rasio penggunaan energi terbarukan 3
terhadap total penggunaan energi 2,1 –
3,0%

- Rasio penggunaan energi terbarukan 2


terhadap total penggunaan energi 1,1 –
2,0 %

- Rasio penggunaan energi terbarukan 1


terhadap total penggunaan energi 0,1 -
1%

- Belum ada penggunaan energi 0


terbarukan

36
Lampiran Peraturan Kepala Badan Pengkajian
Kebijakan Iklim dan Mutu Industri
No. 56/BPKIMI/PER/2/2014

NO ASPEK KRITERIA BOBOT INDIKATOR SKOR


PENILAIAN (%)
4) Air a. Upaya efisiensi/ - Telah melakukan efisiensi penggunaan air 4
konservasi Air (water index reduction) >10 %
- Telah melakukan efisiensi penggunaan air 3
(energy index reduction) 7 - 10 %

- Telah melakukan efisiensi penggunaan air 2


(water index reduction) 5 - 6 %

- Telah melakukan efisiensi penggunaan air 1


(water index reduction) 1- 4 %

- Belum ada upaya efisiensi/konservasi air 0


5) Teknologi a. Penerapan - Menerapkan proses reduce dan reuse 4
Proses program reduce bahan baku dan air
dan reuse - Menerapkan proses reduce dan reuse 3
bahan baku
- Menerapkan proses reduce bahan baku 2
dan air
- Menerapkan prosesreduce bahan baku 1
- Belum menerapkan proses reduce dan 0
reuse

37
Lampiran Peraturan Kepala Badan Pengkajian
Kebijakan Iklim dan Mutu Industri
No. 56/BPKIMI/PER/2/2014

NO ASPEK KRITERIA BOBOT INDIKATOR SKOR


PENILAIAN (%)
b. Peningkatan - Melakukan penggantian mesin/peralatan 4
Teknologi Proses
dan - Melakukan modifikasi mesin/peralatan 3
Mesin/Peralatan - Sudah ada perencanaan penggantian 2
mesin/peralatan
- Sudah ada perencanaan modifikasi 1
mesin/peralatan
- Belum ada perencanaan penggantian 0
atau modifikasi mesin/peralatan
c. Penerapan SOP - Tersedia SOP/Instruksi Kerja/Form Kerja 4
proses produksi dengan lengkap, dilaksanakan seluruhnya
(operasional
mesin/peralatan, - Tersedia SOP/Instruksi Kerja/Form Kerja 3
material input dengan lengkap, dilaksanakan sebagian
bahan baku,
saja
maintenance
mesin/peralatan)
- Tersedia SOP/Instruksi Kerja/Form Kerja, 2
tapi tidak lengkap dan dilaksanakan
seluruhnya

38
Lampiran Peraturan Kepala Badan Pengkajian
Kebijakan Iklim dan Mutu Industri
No. 56/BPKIMI/PER/2/2014

NO ASPEK KRITERIA BOBOT INDIKATOR SKOR


PENILAIAN (%)
- Tersedia SOP/Instruksi Kerja/Form Kerja, 1
tapi tidak lengkap dan dilaksanakan
sebagian saja

- Belum ada SOP sama sekali 0

d. Tingkat produk - ≤ 0,5 % 4


reject dan defect
terhadap total - 0,6 – 1,0 % 3
produk
- 1,1 – 1,5 % 2

- 1,6 – 2,0 % 1

- > 2,0 % 0

6) Sumber Program - Menyertakan > 15,0 % SDM 4


Daya peningkatan
Manusia kapasitas SDM - Menyertakan 11 – 15 % SDM 3
manufaktur
- Menyertakan 6 - 10 % SDM 2

39
Lampiran Peraturan Kepala Badan Pengkajian
Kebijakan Iklim dan Mutu Industri
No. 56/BPKIMI/PER/2/2014

NO ASPEK KRITERIA BOBOT INDIKATOR SKOR


PENILAIAN (%)
- Menyertakan 1 - 5 % SDM 1

- Belum ada program peningkatan 0


kapasitas SDM
B PENGELOLAAN LINGKUNGAN DAN 20
KESELAMATAN KERJA

1. Limbah a. Pengelolaan - Melakukan pengolahan limbah sesuai 4


llimbah ketentuan

- Memisahkan dan mengumpulkan limbah 3


berdasarkan jenis

- Melakukan pencatatan volume dan jenis 2


limbah
- Langsung dibuang sesuai ketentuan yang 1
berlaku

- Belum ada upaya pengelolaan limbah 0

40
Lampiran Peraturan Kepala Badan Pengkajian
Kebijakan Iklim dan Mutu Industri
No. 56/BPKIMI/PER/2/2014

NO ASPEK KRITERIA BOBOT INDIKATOR SKOR


PENILAIAN (%)

b. Pemanfaatan - Digunakan kembali di perusahaan sendiri 4


limbah untuk proses produksi
- Digunakan kembali di perusahaan sendiri, 3
bukan untuk proses industri
- Digunakan oleh pihak lain untuk proses 2
industri
- Digunakan oleh pihak lain, bukan untuk 1
proses industri
- Belum ada upaya pemanfaatan 0

c. Pengujian - Dilakukan secara periodik setiap 3 bulan 4


kualitas limbah
- 3
Dilakukan secara periodik setiap 6 bulan
- 2
Dilakukan secara periodik setiap 1 tahun
- 1
Dilakukan secara periodik > 1 tahun
- Belum pernah melakukan pengujian 0
kualitas limbah

41
Lampiran Peraturan Kepala Badan Pengkajian
Kebijakan Iklim dan Mutu Industri
No. 56/BPKIMI/PER/2/2014

NO ASPEK KRITERIA BOBOT INDIKATOR SKOR


PENILAIAN (%)
d. Pemenuhan baku - >75% memenuhi baku mutu 4
mutu limbah cair
- 51 - 75% memenuhi baku mutu 3

- 26 - 50% memenuhi baku mutu 2

- 1 - 25% memenuhi baku mutu 1

- Belum memenuhi baku mutu 0

e. Pemenuhan baku - >75% memenuhi baku mutu 4


mutu limbah gas
dan debu - 51 - 75% memenuhi baku mutu 3

- 26 - 50% memenuhi baku mutu 2

- 1 - 25% memenuhi baku mutu 1

- Belum memenuhi baku mutu 0

42
Lampiran Peraturan Kepala Badan Pengkajian
Kebijakan Iklim dan Mutu Industri
No. 56/BPKIMI/PER/2/2014

NO ASPEK KRITERIA BOBOT INDIKATOR SKOR


PENILAIAN (%)
2.Lingkungan Keselamatan, - Sudah menerapkan sistem ventilasi 4
Kerja Kesehatan Kerja (sirkulasi udara) di ruangan proses
dan Lingkungan produksi, menerapkan penggunaan alat
(K3L) perlindungan diri (APD), memasang
rambu-rambu K3L dan tersedia alat P3K

- Sudah menerapkan penggunaan alat 3


perlindungan diri (APD), memasang
rambu-rambu K3L, dan tersedia alat P3K

- Sudah memasang rambu-rambu K3L dan 2


tersedia alat P3K

- Sudah memasang rambu-rambu K3L 1

- Belum melakukan upaya K3L diatas 0

43
Lampiran Peraturan Kepala Badan Pengkajian
Kebijakan Iklim dan Mutu Industri
No. 56/BPKIMI/PER/2/2014

NO ASPEK KRITERIA BOBOT INDIKATOR SKOR


PENILAIAN (%)
C MANAJEMEN PERUSAHAAN 10

1) Sertifikasi a. Produk - >45 % produk memiliki sertifikat 4

- 31 - 45 % produk memiliki sertifikat 3

- 16 - 30 % produk memiliki sertifikat 2

- 1 - 15 % produk memiliki sertifikat 1

- Belum ada produk memiliki sertifikat 0

b. Sistem - Sudah menerapkan ISO 4


Manajemen
- Sudah menerapkan GKM 3

- Sudah menerapkan 5K 2

- Sedang dalam tahap persiapan 1

- Belum menerapkan 0

44
Lampiran Peraturan Kepala Badan Pengkajian
Kebijakan Iklim dan Mutu Industri
No. 56/BPKIMI/PER/2/2014

NO ASPEK KRITERIA BOBOT INDIKATOR SKOR


PENILAIAN (%)
2) CSR Kepedulian - Ya, konsisten dilakukan setiap 6 bulan 4
terhadap sosial,
ekonomi dan - Ya, konsisten dilakukan setiap 1 tahun 3
lingkungan - Ya, kadang-kadang 2
sekitar - Ya, sesuai permintaan masyarakat 1

- Sampai saat ini belum dilaksanakan 0


3) Penghargaan - > 3 penghargaan 4
Penghargaan terkait bidang
- 3 penghargaan 3
produksi dan
pengelolaan - 2 penghargaan 2
lingkungan
- 1 penghargaan 1
industri yang
pernah diterima - Belum ada penghargaan 0

45
Lampiran Peraturan Kepala Badan Pengkajian
Kebijakan Iklim dan Mutu Industri
No. 56/BPKIMI/PER/2/2014

2. Cara Penilaian
Cara penilaian untuk kategori industri besar :
a) Penilaian dilakukan berdasarkan kriteria sebagaimana
tercantum pada Tabel 1.
b) Pemberian skor untuk masing-masing kriteria adalah 0-4.
c) Penilaian setiap aspek merupakan jumlah perolehan skor
dari setiap aspek dibagi dengan skor maksimal dikali
dengan bobot aspek.
Bobot Aspek Proses Produksi = 70% (0,7)
Skor Maksimal Aspek Proses Produksi= 92
Bobot Aspek Kinerja Pengelolaan Limbah/Emisi = 20%
(0,2)
Skor Maksimal Aspek Kinerja Pengelolaan Limbah/Emisi
=20
Bobot Aspek Manajemen Perusahaan = 10% (0,1)
Skor Maksimal Aspek Manajemen Perusahaan = 24
d) Total Perolahan Nilai merupakan hasil penjumlahan dari
masing-masing nilai setiap aspek dikali 100.

46
Lampiran Peraturan Kepala Badan Pengkajian
Kebijakan Iklim dan Mutu Industri
No. 56/BPKIMI/PER/2/2014

e) Contoh Perhitungan :
Tabel 3
Contoh Perhitungan Penilaian

Aspek Penilaian Bobot Jumlah Jumlah Nilai Setiap


Perolehan Skor Aspek
Skor Maksimal

Proses Produksi 70% 75 92 (75/92) x


(A) 0,7 =0,57

Kinerja 20% 15 20 (15/20) x


Pengelolaan 0,2 =0,15
Limbah/Emisi (B)

Manajemen 10% 20 24 (20/24) x


Perusahaan (C) 0,1 = 0,08

Total Perolehan (0,57 + 0,15 + 0,08) x 100 = 80


Nilai : (A+B+C) X
100

Cara penilaian untuk kategori industri kecil dan


menengah (IKM):
a) Penilaian dilakukan berdasarkan kriteria sebagaimana
tercantum pada Tabel 2.
b) Pemberian skor untuk masing-masing kriteria adalah 0-4.
c) Penilaian setiap aspek merupakan jumlah perolehan skor
dari setiap aspek dibagi dengan skor maksimal dikali
dengan bobot aspek.
Bobot Aspek Proses Produk = 70% (0,7)
Skor Maksimal Aspek Proses Produksi= 60

47
Lampiran Peraturan Kepala Badan Pengkajian
Kebijakan Iklim dan Mutu Industri
No. 56/BPKIMI/PER/2/2014

Bobot Aspek Pengelolaan Lingkungan dan Kesehatan


Kerja = 20% (0,2)
Skor Maksimal Aspek Pengelolaan Lingkungan dan
Kesehatan Kerja = 24
Bobot Aspek Manajemen Perusahaan = 10% (0,1)
Skor Maksimal Aspek Manajemen Perusahaan = 16
d) Total Perolahan Nilai merupakan hasil penjumlahan dari
masing-masing nilai setiap aspek dikali 100.

48
Lampiran Peraturan Kepala Badan Pengkajian
Kebijakan Iklim dan Mutu Industri
No. 56/BPKIMI/PER/2/2014

e) Contoh Perhitungan :
Tabel 4
Contoh Perhitungan Penilaian

Aspek Penilaian Bobot Jumlah Jumlah Nilai Setiap


Perolehan Skor Aspek
Skor Maksimal

Proses Produksi (A) 70% 60 60 (60/60) x


0,7 =0,70
Pengelolaan 20% 15 24 (15/24) x
Lingkungan dan 0,2 =0,13
Kesehatan Kerja (B)

Manajemen 10% 10 16
(10/16) x
Perusahaan (C) 0,1
= 0,06
Total Perolehan (0,70 + 0,13 + 0,06) x 100 = 89
Nilai
: (A+B+C) X 100

3. Kualifikasi Hasil Penilaian


a) Penghargaan Industri Hijau dibagi atas 5 (lima) Level
berdasarkan rentang/interval nilai yang diperoleh.

49
Lampiran Peraturan Kepala Badan Pengkajian
Kebijakan Iklim dan Mutu Industri
No. 56/BPKIMI/PER/2/2014

Tabel 5
Klasifikasi Penghargaan Industri Hijau

Klasifikasi Penghargaan Interval Nilai


Level 5 90,1 – 100,0
Level 4 80,1 – 90,0
Level 3 70,1 – 80,0
Level 2 60,1 – 70,0
Level 1 50,0 – 60,0

b) Program Penghargaan Industri Hijau bersifat partisipatif


dan sukarela (voluntary). Perusahaan industri yang
mendaftarkan diri harus memahami setiap kriteria
industri hijau.

c) Perusahaan industri dapat dikategorikan memiliki


komitmen terhadap lingkungan, jika dapat memenuhi
paling sedikit 50% dari setiap aspek penilaian.
Sedangkan perusahaan industri yang dapat memenuhi
setiap aspek penilaian dengan persentase di atas 90%,
dapat dikategorikan sebagai perusahaan yang telah
menerapkan prinsip industri hijau secara berkelanjutan.

50
Lampiran Peraturan Kepala Badan Pengkajian
Kebijakan Iklim dan Mutu Industri
No. 56/BPKIMI/PER/2/2014

BAB V
PANDUAN TEKNIS PENILAIAN

Dalam melakukan penilaian penghargaan industri hijau, Tim Teknis


mengacu kriteria yang telah ditetapkan pada Buku Pedoman
Penilaian Penghargaan Industri Hijau. Sistem penilaian
berdasarkan skala rating dengan menggunakan skor angka 0 sampai
dengan 4 (angka nol sebagai skor terendah dan angka empat
sebagai skor tertinggi). Penetapan skor didasarkan pada hasil
evaluasi/analisa dari masing-masing kriteria dengan menggunakan
indikator yang telah ada.

A. PROSES PRODUKSI

Sub Aspek KRITERIA INDIKATOR SKOR


Program a. Kebijakan Ada komitmen manajemen 4
Efisiensi perusahaan puncak (top management),
Produksi dalam ada perancanaan (rencana
kerja), dilaksanakan sesuai
penerapan
dengan rencana serta
efisiensi dilakukan pemantauan/evaluasi
produsi Ada komitmen manajemen 3
puncak (top management),
ada perancanaan (rencana
kerja), dilaksanakan sesuai
dengan rencana, tapi tidak
dilakukan pemantauan/evaluasi
Ada komitmen manajemen 2
puncak (top management),
ada perancanaan (rencana
kerja), tapi belum dilaksanakan
Ada komitmen manajemen 1
puncak (top management) tapi
belum tersedia program atau
rencana kerja
Belum ada komitmen 0
manajemen puncak (top
management)

51
Lampiran Peraturan Kepala Badan Pengkajian
Kebijakan Iklim dan Mutu Industri
No. 56/BPKIMI/PER/2/2014

Penjelasan:

1. Kebijakan perusahaan yang dapat mendukung penerapan


efisiensi produksi adalah kebijakan yang khususnya terkait
dengan produksi yaitu penghematan penggunaan material
input/bahan baku dan bahan penolong, energi dan air. Kebijakan
tersebut harus dilaksanakan dan perlu dievaluasi secara berkala
sehingga dapat berjalan optimal.

2. Sumber Data/Informasi:
Data sekunder:

 Dokumen kebijakan dan program penerapan efisiensi


produksi perusahaan.
Data Primer:

 Wawancara terkait dengan program penerapan efisiensi


produksi dan pelaksanaannya.

3. Cara/Justifikasi Penilaian:
 Identifikasi dokumen kebijakan dan program penerapan
efisiensi produksi.
 Observasi penerapan program di lapangan
 Identifikasi laporan hasil pemantauan/evaluasi program

52
Lampiran Peraturan Kepala Badan Pengkajian
Kebijakan Iklim dan Mutu Industri
No. 56/BPKIMI/PER/2/2014

Sub Aspek KRITERIA INDIKATOR SKOR

Program b. Tingkat 76 - 100% tercapai 4


Efisiensi capaian
Produksi 51 - 75% tercapai 3
penerapan
program sesuai 26 - 50% tercapai 2
dengan
1 - 25% tercapai 1
komitmen
perusahaan Belum tercapai atau tidak 0
ada program
dalam
meningkatkan
efisiensi
produksi

Penjelasan:

1. Penerapan kebijakan dan program efisiensi produksi akan


berdampak terhadap peningkatan efisiensi dan efektivitas
penggunaan sumber daya yang merupakan salah satu upaya
untuk mencapai industri yang berkelanjutan. Peningkatan
efisiensi tersebut dapat dilihat dari hasil penerapan program
yang telah menjadi komitmen perusahaan.

2. Sumber Data/Informasi:
Data sekunder:
Laporan kegiatan produksi, khususnya yang terkait dengan
penggunaan sumber daya (material input/bahan baku dan
bahan penolong, energi, air) termasuk SDM.

Data Primer:
Wawancara terkait dengan penerapan program.

3. Cara/Justifikasi Penilaian:
 Identifikasi dokumen kebijakan dan program penerapan
efisiensi produksi.
 Identifikasi pelaksanaan program.

53
Lampiran Peraturan Kepala Badan Pengkajian
Kebijakan Iklim dan Mutu Industri
No. 56/BPKIMI/PER/2/2014

 Evaluasi tingkat pencapaian program yang telah dilakukan


berdasarkan laporan tahunan perusahaan.
 Laporan evaluasi pelaksanaan program efisiensi produksi,
minimal memuat Key Performance Indicator (KPI) atau target
dan capaian.

Sub Aspek KRITERIA INDIKATOR SKOR

Material a. Sertifikasi/izin 100% material input yang 4


input material digunakan memiliki
input sertifikat/izin
91 - 99% material input 3
yang digunakan memiliki
sertifikat/izin
81 - 90% material input 2
yang digunakan memiliki
sertifikat/izin
70 - 80% material input 1
yang digunakan memiliki
sertifikat/izin
≤ 70% material input 0
yang digunakan memiliki
sertifikat/izin

Penjelasan:

1. Pemenuhan sertifikasi/izin material input dimaksudkan untuk


memenuhi standar mutu dan keamanan yang mengacu pada
standar nasional dan internasional. Bagi material input yang
sudah ada standarnya baik nasional dan internasional dapat
dibuktikan dengan sertifikasi yang dimiliki seperti SNI, ASTM,
ASME, certificate of analysis dan lain-lain. Sedangkan untuk
material input yang belum memiliki standar harus memiliki izin
penggunaan material input seperti izin penambangan untuk
industri semen, sertifikat lacak balak untuk industri pulp dan
kertas, dan lain-lain.

54
Lampiran Peraturan Kepala Badan Pengkajian
Kebijakan Iklim dan Mutu Industri
No. 56/BPKIMI/PER/2/2014

Sedangkan MSDS (material safety data sheet) merupakan


lembar keselamatan bahan yang berisi informasi mengenai sifat-
sifat zat kimia, hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pengunaan
zat kimia, pertolongan apabila terjadi kecelakaan, penanganan
zat yang berbahaya dan merupakan protokol keselamatan dan
keamanan kerja, digunakan secara luas didalam laboratorium,
industri, serta pihak-pihak yang bekerja dengan bahan kimia.

2. Sumber Data/Informasi:
Data sekunder:

 Bukti sertifikat/izin material input yang digunakan untuk


proses produksi
 MSDS yang dimiliki perusahaan.
 Untuk industri pengguna bahan non-kimia perlu memeriksa
daftar spesifikasi bahan.
 Rujukan informasi MSDS dari pemasok, distributor, industri,
lembaga riset dan lain-lain.

Data Primer:

 Wawancara terkait dengan penggunaan material input dan


sertifikasi bahan baku.

3. Cara/Justifikasi Penilaian:
 Identifikasi dan evaluasi sertifikat material input yang dimiliki
baik dari nasional maupun internasional, berupa SNI, ASTM,
ASME, certificate of analysis dan lain-lain.
 Pemeriksaan dan Evaluasi Dokumen MSDS.
 Check MSDS dengan referensi empiris terkait dengan bahan
kimia yang digunakan dan hitung persentase (proporsi)
material input yang memiliki MSDS.
 Pemeriksaan dan identifikasi spesifikasi bahan bagi bahan
non-kimia.

55
Lampiran Peraturan Kepala Badan Pengkajian
Kebijakan Iklim dan Mutu Industri
No. 56/BPKIMI/PER/2/2014

Sub Aspek KRITERIA INDIKATOR SKOR

Material b. Rasio Penggunaan material input 4


input material menghasilkan per unit
input produk rata-rata 98 –
terhadap 100%
produk
Penggunaan material input 3
menghasilkan per unit
produk rata-rata 91 – 97%

Penggunaan material 2
input menghasilkan per
unit produk rata-rata 81 –
90%

Penggunaan material 1
input menghasilkan per
unit produk rata-rata 71 –
80 %

Penggunaan material 0
input menghasilkan per
unit produk rata-rata
≤70%

Penjelasan:

1. Optimasi dan minimasi penggunaan material input/bahan baku


dan bahan penolong adalah elemen terpenting dalam penerapan
konsep industri hijau pada industri. Dengan penggunaan
material input secara efisien akan berdampak positif terhadap
pengurangan biaya produksi sekaligus mengurangi dampak
negatif terhadap lingkungan. Pemenuhan tingkat rasio satu
satuan penggunaan material input terhadap satu satuan produk
yang dihasilkan dari rata-rata industri merupakan sasaran
penerapan industri hijau.

56
Lampiran Peraturan Kepala Badan Pengkajian
Kebijakan Iklim dan Mutu Industri
No. 56/BPKIMI/PER/2/2014

Khusus industri yang berbasis agro seperti industri gula, pulp,


minuman teh, kelapa sawit, tahu dan lain-lain, maka basis
perhitungan tingkat rasio penggunaan material adalah
berdasarkan hasil ektraksi. Contoh: industri gula yang
menggunakan material inputnya tebu, maka dasar perhitungan
rasio material input terhadap produk adalah ekstrak tebu (nira).

2. Sumber Data/Informasi:
Data sekunder:

 Dokumen Penggunaan material input 3 tahun terakhir


 Neraca Massa
 Data kapasitas produksi 3 tahun terakhir
 Diagram proses produksi

Data Primer:

 Observasi lapangan dan wawancara

3. Cara/Justifikasi Penilaian:
 Analisa data penggunaan material input.
 Analisa data kapasitas produksi.
 Hitung efisiensi penggunaan material input terhadap produk
dengan rumus: rata-rata jumlah produk per tahun
dibagi rata-rata jumlah penggunaan material input
per tahun.

57
Lampiran Peraturan Kepala Badan Pengkajian
Kebijakan Iklim dan Mutu Industri
No. 56/BPKIMI/PER/2/2014

Sub Aspek KRITERIA INDIKATOR SKOR

Material c. Upaya efisiensi Telah melakukan efisiensi 4


input Penggunaan penggunaan material
Material Input input (raw material index
reduction) > 7,5%

Telah melakukan efisiensi 3


penggunaan material (raw
material index reduction)
5,1 – 7,5%

Telah melakukan efisiensi 2


penggunaan material
input (raw material index
reduction) 2,6 – 5,0%

Telah melakukan efisiensi 1


penggunaan material
input (raw material index
reduction) 0 – 2,5%

Belum ada upaya efisiensi 0


penggunaan material
input

Penjelasan:

1. Efisiensi penggunaan material input adalah upaya untuk


melakukan penghematan penggunaan material input dalam
proses produksi. Dengan penggunaan material input dalam
jumlah yang sama diharapkan jumlah produk yang dihasilkan
dapat meningkat. Indikator perhitungan efisiensi adalah
berdasarkan indeks bahan baku (raw material index), yaitu
jumlah penggunaan material input per satuan produk.

58
Lampiran Peraturan Kepala Badan Pengkajian
Kebijakan Iklim dan Mutu Industri
No. 56/BPKIMI/PER/2/2014

2. Sumber Data/Informasi:
Data sekunder:

 Data penggunaan material input dalam 3 tahun terakhir


 Data jumlah produksi dalam 3 tahun terakhir

Data Primer:

 Observasi lapangan dan wawancara terkait dengan


penggunaan material input dan kapasitas produksi

3. Cara/Justifikasi Penilaian:
 Analisa data penggunaan material input.
 Analisa data kapasitas produksi.
 Hitung intensitas material dengan rumus : jumlah material
input yang digunakan per tahun dibagi jumlah produk per
tahun.
 Hitung rata-rata penurunan intensitas material selama 3
tahun
 Bagi industri yang menyatakan proses produksinya sudah
sangat efisien, perhitungan mengacu pada benchmark yang
berlaku.
 Bagi industri yang nilai intensitas materialnya selama 3
tahun berturut-turut adalah 1, maka dapat dinilai 4.
 Perhitungan efisiensi adalah berdasarkan indeks bahan baku
(raw material index), dihitung dengan rumus: jumlah
penggunaan material input per tahun dibagi jumlah
produk per tahun.

59
Lampiran Peraturan Kepala Badan Pengkajian
Kebijakan Iklim dan Mutu Industri
No. 56/BPKIMI/PER/2/2014

Sub Aspek KRITERIA INDIKATOR SKOR

Material d. Substitusi Telah melakukan 4


input material input substitusi >75%

Telah melakukan 3
substitusi 5,1 – 7,5%

Telah melakukan 2
substitusi 2,6 – 5,0%

Telah melakukan 1
substitusi 1 – 2,5%

Belum melakukan 0
substitusi

Penjelasan:

1. Substitusi material input adalah penggantian bahan dari material


input yang sudah ada dengan bahan lain yang bertujuan untuk
meningkatkan efisiensi produksi dan/atau resource efficiency
dan/atau mengurangi dampak negatif terhadap lingkungan dan
kesehatan. Misalnya dengan melakukan substitusi suatu material
dapat mengurangi penggunaan energi, air, mengurangi waktu
proses, atau mengurangi penggunaan bahan B3 dll.

2. Sumber Data/Informasi:
Data Sekunder:

 Daftar atau informasi material input yang digunakan (faktur


pembelian bahan, manifest pengadaan bahan dari supplier,
uraian proses produksi).
 Daftar atau katalog material input ramah lingkungan dari
berbagai referensi atau pustaka yang tersedia.

60
Lampiran Peraturan Kepala Badan Pengkajian
Kebijakan Iklim dan Mutu Industri
No. 56/BPKIMI/PER/2/2014

Data Primer:

 Observasi lapangan terkait dengan proses produksi.

3. Cara/Justifikasi Penilaian:
 Identifikasi dan evaluasi jenis, kategori dan sumber material
input yang digunakan pada industri dari data yang diperoleh.
Bila diperlukan gunakan sumber informasi atau daftar
panduan berbagai bahan berdasarkan referensi yang ada
(peraturan, data empiris, hasil riset, dan lain-lain).
 Identifikasi dan evaluasi jenis material input yang digunakan
sebelum dilakukan substitusi bahan.
 Evaluasi dampak yang dihasilkan dari subsitusi material yang
dilakukan.
 Hitung persentase material subsitusi yang digunakan dengan
rumus: jumlah material substitusi dibagi dengan
total jumlah material yang digunakan.

61
Lampiran Peraturan Kepala Badan Pengkajian
Kebijakan Iklim dan Mutu Industri
No. 56/BPKIMI/PER/2/2014

Sub Aspek KRITERIA INDIKATOR SKOR

Energi a. Upaya efisiensi Telah melakukan efisiensi 4


energi penggunaan energi
(energy index reduction)
7,5 %

Telah melakukan efisiensi 3


penggunaan energi
(energy index reduction)
5,1 – 7,5%

Telah melakukan efisiensi 2


penggunaan energi
(energy index reduction)
2,6 – 5,0%

Telah melakukan efisiensi 1


penggunaan energi
(energy index reduction)
0 – 2,5%

Belum ada upaya efisiensi 0


energi

Penjelasan:

1. Konservasi energi adalah upaya sistematis, terencana, dan


terpadu guna melestarikan sumber energi serta meningkatkan
efisiensi pemanfaatannya. Efisiensi energi adalah istilah umum
yang mengacu pada penggunaan energi lebih sedikit untuk
menghasilkan jumlah output yang sama.

62
Lampiran Peraturan Kepala Badan Pengkajian
Kebijakan Iklim dan Mutu Industri
No. 56/BPKIMI/PER/2/2014

2. Sumber Data/Informasi:
Data sekunder:

 Data penggunaan energi selama 3 tahun terakhir


 Data kapasitas produksi selama 3 tahun terakhir
 Laporan Pelaksanaan Program Konservasi Energi

Data Primer:

Observasi Lapangan dan wawancara terkait dengan sumber


energi dan penggunaan energi

3. Cara/Justifikasi Penilaian:
 Analisa data penggunaan energi.
 Analisa data kapasitas produksi.
 Hitung rata-rata penurunan intensitas energi selama 3 tahun
 Bagi industri yang menyatakan penggunaan energi sudah
sangat efisien, perhitungan mengacu pada benchmark yang
berlaku.
 Hitung intensitas energi dengan rumus: jumlah
penggunaan energi per tahun dibagi jumlah produk
per tahun.

Sub Aspek KRITERIA INDIKATOR SKOR


Energi b. Upaya Rasio penggunaan Energi 4
Penggunaan Terbarukan terhadap Total
Energi penggunaan Energi > 3%
Terbarukan Rasio penggunaan Energi 3
Terbarukan terhadap Total
penggunaan Energi
2,1 – 3,0%
Rasio penggunaan Energi 2
Terbarukan terhadap Total
penggunaan Energi
1,1 – 2,0%
Rasio penggunaan Energi 1
Terbarukan terhadap Total
penggunaan Energi 0,1 - 1%
Belum ada penggunaan 0
Energi Terbarukan

63
Lampiran Peraturan Kepala Badan Pengkajian
Kebijakan Iklim dan Mutu Industri
No. 56/BPKIMI/PER/2/2014

Penjelasan:

1. Energi terbarukan adalah energi yang dihasilkan dari sumber


daya energi yang berkelanjutan, antara lain panas bumi, angin,
bioenergi, sinar matahari, aliran dan terjunan air, dan lain-lain.

2. Sumber Data/Informasi:
Data sekunder:

 Data penggunaan energi dan sumber energi yang


digunakan.
 Laporan Pelaksanaan Konservasi Energi.
 Dokumen kajian, perencanaan, desain teknik, instalasi dan
operasional penggunaan energi terbarukan pada industri.

Data Primer:

Observasi lapangan dan wawancara terkait dengan jenis energi


energi terbarukan yang digunakan.

3. Cara/Justifikasi Penilaian:
 Pemeriksaan terhadap dokumen Penggunaan Energi (jumlah
dan sumber).
 Rasio penggunaan energi terbarukan dihitung dengan
rumus: jumlah energi terbarukan yang digunakan
dibagi dengan total jumlah penggunaan energi.

64
Lampiran Peraturan Kepala Badan Pengkajian
Kebijakan Iklim dan Mutu Industri
No. 56/BPKIMI/PER/2/2014

Sub Aspek KRITERIA INDIKATOR SKOR


Energi c. Melakukan audit Melakukan audit energi 4
energi secara setiap tahun
berkala yang Melakukan audit energi 2 3
dibuktikan ada tahun sekali
catatan Melakukan audit energi 3 2
tahun sekali
Melakukan audit energi > 3 1
tahun sekali
Belum pernah melakukan 0
audit energi

Penjelasan:

1. Dalam Peraturan Pemerintah No. 70 Tahun 2009 tentang


Konservasi Energi disebutkan bahwa industri pengguna energi
diatas 6000 TOE per tahun diwajibkan untuk melakukan
konservasi energi melalui manajemen energi dan melaporkan
program konservasi energi 1 tahun sekali. Salah satu upaya
yang dilakukan untuk mendukung manajemen energi adalah
dengan melakukan audit energi.

Audit energi adalah proses evaluasi pemanfaatan energi dan


identifikasi peluang penghematan energi serta rekomendasi
peningkatan efisiensi pada pengguna energi dan pengguna
sumber energi. Batasan minimal audit energi mencakup:
kegiatan pengukuran, pemeriksaan dan pencatatan, analisa yang
menghasilkan suatu rekomendasi, dan program efisiensi energi.

2. Sumber Data/Informasi:
Data sekunder:

 Dokumen Audit Energi oleh auditor energi internal dan/atau


lembaga yang telah terakreditasi.

65
Lampiran Peraturan Kepala Badan Pengkajian
Kebijakan Iklim dan Mutu Industri
No. 56/BPKIMI/PER/2/2014

Data Primer:

 Wawancara terkait dengan kegiatan audit energi.

3. Cara/Justifikasi Penilaian:
 Pemeriksaan terhadap dokumen Pelaksanaan Audit Energi.
 Penilaian kegiatan audit energi dalam kurun waktu 3 tahun.

Sub Aspek KRITERIA INDIKATOR SKOR


Air a. Upaya Telah melakukan efisiensi 4
Efisiensi Air penggunaan air (water index
reduction) >15 %
Telah melakukan efisiensi 3
penggunaan air (energy
index reduction) 10,1 –
15,0%
Telah melakukan efisiensi 2
penggunaan air (water index
reduction) 5,1 – 10,0%
Telah melakukan efisiensi 1
penggunaan air (water index
reduction) 0,1 – 5,0%
Belum ada upaya efisiensi air 0

Penjelasan:

1. Efisiensi penggunaan air merupakan salah satu upaya untuk


menjaga keberlanjutan sumber daya air dan keberlanjutan
industri. Efisiensi penggunaan air dapat diartikan dengan
penggunaan air lebih sedikit untuk menghasilkan jumlah output
yang sama.

2. Sumber Data/Informasi:
Data sekunder:

 Data penggunaan air diproses produksi dan utilitas internal


selama 3 tahun terakhir

66
Lampiran Peraturan Kepala Badan Pengkajian
Kebijakan Iklim dan Mutu Industri
No. 56/BPKIMI/PER/2/2014

 Data kapasitas produksi selama 3 tahun terakhir


 Laporan pelaksanaan program efisiensi air diproses produksi
dan utilitas.

Data Primer:

Observasi lapangan dan wawancara terkait dengan penggunaan


air bagi industri (sumber dan jumlah kebutuhan air).

3. Cara/Justifikasi Penilaian:
 Analisa data penggunaan air.
 Hitung rata-rata penurunan intensitas penggunaan air
selama 3 tahun
 Bagi industri yang menyatakan penggunaan air sudah
sangat efisien, perhitungan mengacu pada benchmark yang
berlaku.
 Hitung intensitas penggunaan air dengan rumus: jumlah
penggunaan air per tahun dibagi jumlah produk per
tahun.

Sub Aspek KRITERIA INDIKATOR SKOR


Air b. Penggunaan >30% 4
air daur ulang 21 - 30% 3
untuk proses 11 – 20% 2
produksi dan 1 – 10% 1
utilitas
Belum melakukan daur 0
ulang air

Penjelasan:

1. Agar ketersediaan air tetap terjaga, kegiatan industri dapat


berlangsung dengan baik dan kebutuhan akan air bersih dapat
terpenuhi, metode daur ulang air merupakan langkah konkret
yang harus dilakukan. Daur ulang merupakan salah satu solusi
terbaik untuk mengatasi permasalahan akan keterbatasan
sumber daya air.

67
Lampiran Peraturan Kepala Badan Pengkajian
Kebijakan Iklim dan Mutu Industri
No. 56/BPKIMI/PER/2/2014

2. Sumber Data/Informasi:
Data sekunder:

 Data jumlah total penggunaan air untuk proses produksi dan


utilitas
 Data jumlah total air hasil daur ulang dan jumlah air hasil
daur ulang yang digunakan untuk proses produksi dan
utilitas
 Laporan audit penggunaan air diproses produksi dan utilitas.

Data Primer:

 Observasi lapangan dan wawancara terkait dengan


penggunaan air bagi industri (sumber dan jumlah kebutuhan
air).
 Observasi lapangan dan wawancara terkait dengan proses
daur ulang yang dilakukan.

3. Cara/Justifikasi Penilaian:
 Analisa data penggunaan air.
 Hitung tingkat daur ulang air dengan rumus: jumlah
penggunaan air daur ulang dibagi dengan total
jumlah penggunaan air untuk proses produksi dan
atau utilitas.

Sub Aspek KRITERIA INDIKATOR SKOR

Air c. Upaya Upaya konservasi sumber 4


Konservasi air sudah berjalan
sumber air Sudah melakukan kajian, 3
(misalnya perencanaan teknis
membuat konstruksi
sumur Sudah melakukan kajian 2
resapan, bio dan perencanaan teknis
pori atau Sudah melakukan kajian 1
penampungan Belum melakukan upaya 0
air hujan) efisiensi air

68
Lampiran Peraturan Kepala Badan Pengkajian
Kebijakan Iklim dan Mutu Industri
No. 56/BPKIMI/PER/2/2014

Penjelasan:

1. Konservasi sumberdaya air adalah upaya memelihara


keberadaan serta keberlanjutan keadaan, sifat dan fungsi
sumber daya air agar senantiasa tersedia dalam kuantitas dan
kualitas yang memadai untuk memenuhi kebutuhan mahluk
hidup, baik pada waktu sekarang maupun yang akan datang
yang dilakukan secara sistematis, terencana, dan terpadu guna
melestarikan sumber daya air yang semakin terbatas dan
menjaga kelangsungan daya dukung lingkungan. Konservasi
sumber daya air dapat dilakukan melalui kegiatan perlindungan
dan pelestarian sumber air, pengawetan air, dan pengelolaan
kualitas air. Bentuk kegiatan konservasi yang biasanya dilakukan
antara lain membuat sumur resapan, bio pori atau
penampungan air hujan.

2. Sumber Data/Informasi:
Data sekunder:

 Program konservasi sumber air yang dilakukan.


 Laporan pelaksanaan program.

Data Primer:

 Observasi lapangan dan wawancara terkait dengan program


dan upaya konservasi air.

3. Cara/Justifikasi Penilaian:
 Analisa hasil pelaksanaan program konservasi sumber air.

69
Lampiran Peraturan Kepala Badan Pengkajian
Kebijakan Iklim dan Mutu Industri
No. 56/BPKIMI/PER/2/2014

SUB ASPEK KRITERIA INDIKATOR SKOR

Air d. Melakukan audit Melakukan audit 4


penggunaan air penggunaan air setiap
secara berkala tahun
yang dibuktikan Melakukan audit 3
ada catatan penggunaan air 2 tahun
sekali
Melakukan audit 2
penggunaan air 3 tahun
sekali
Melakukan audit 1
penggunaan air >3 tahun
sekali
Belum pernah melakukan 0
audit penggunaan air

Penjelasan:

1. Audit penggunaan air adalah proses evaluasi penggunaan air


dan identifikasi peluang penghematan air serta rekomendasi
peningkatan efisiensi pada pengguna air dan pengguna sumber
air.

Batasan minimal audit penggunaan air mencakup: kegiatan


pengukuran, pemeriksaan dan pencatatan, analisa yang
menghasilkan suatu rekomendasi, dan program efisiensi
penggunaan air.

2. Sumber Data/Informasi:
Data sekunder:

 Dokumen Audit Penggunaan Air oleh auditor air internal


dan/atau lembaga yang telah terakreditasi.

Data Primer:

 Wawancara terkait dengan kegiatan audit penggunaan air.

70
Lampiran Peraturan Kepala Badan Pengkajian
Kebijakan Iklim dan Mutu Industri
No. 56/BPKIMI/PER/2/2014

3. Cara/Justifikasi Penilaian:
 Pemeriksaan terhadap dokumen Pelaksanaan Audit
Penggunaan Air.
 Penilaian kegiatan audit penggunaan air dalam kurun waktu
3 tahun.

Sub Aspek KRITERIA INDIKATOR SKOR

Teknologi a. Program Melaksanakan proses 4


Proses reduce, reuse, Reduce, Reuse, Recycle
recycle (3R) (3R) dalam kegiatan
proses produksi
Melaksanakan proses 3
Reduce dalam kegiatan
proses produksi
Melaksanakan proses 2
Reuse dalam kegiatan
proses produksi
Melaksanakan proses 1
Recycle dalam kegiatan
proses produksi
Belum menerapkan 0
proses Reduce, Reuse,
Recycle (3R) dalam
kegiatan proses produksi

Penjelasan:

1. Reduce adalah pengurangan penggunaan bahan melalui


optimalisasi proses atau operasional sehingga dapat mengurangi
timbulan limbah.
Reuse adalah kegiatan penggunaan kembali bahan-bahan atau
limbah yang masih dapat digunakan baik untuk fungsi yang
sama maupun fungsi lainnya.
Recycle adalah penggunaan kembali bahan-bahan atau sumber
daya dengan melakukan pengolahan terlebih dahulu.

71
Lampiran Peraturan Kepala Badan Pengkajian
Kebijakan Iklim dan Mutu Industri
No. 56/BPKIMI/PER/2/2014

2. Sumber Data/Informasi:
Data sekunder:

 Diagram alir proses produksi.


 Dokumen neraca massa, energi, dan air.

Data Primer:

 Wawancara terkait dengan kegiatan 3R dan observasi


implementasi 3R.

3. Cara/Justifikasi Penilaian:
 Identifikasi penerapan 3R.
 Cek signifikansi hasil penerapan 3R dengan data historis
kinerja produksi dalam 3 tahun.

Sub Aspek KRITERIA INDIKATOR SKOR

Teknologi b. Segregasi air Sudah melakukan 4


Proses buangan dari segregasi air buangan
proses dari proses produksi dan
pengolahan di IPAL sudah
produksi
terpisah dengan air hujan
dan limbah domestik
Sudah melakukan 3
segregasi air buangan
dari proses produksi,
namun pengolahan di
IPAL masih bercampur
dengan air hujan dan
limbah domestik
Sudah ada fasilitas 2
segregasi, namun
belum/tidak beroperasi
Sudah ada perencanaan 1
segregasi air buangan
Belum ada perencanaan 0
segregasi air buangan

72
Lampiran Peraturan Kepala Badan Pengkajian
Kebijakan Iklim dan Mutu Industri
No. 56/BPKIMI/PER/2/2014

Penjelasan:

1. Segregasi air buangan adalah pemisahan berbagai jenis air


buangan menurut jenis komponen, konsentrasi atau
keadaannya, sehingga dapat mempermudah, mengurangi
volume, atau mengurangi biaya pengolahan.

2. Sumber Data/Informasi
Data sekunder:

 Dokumen tata letak atau layout pabrik.


Data primer:

 Wawancara dan pemeriksaan langsung upaya segregasi air


buangan.

3. Cara/Justifikasi Penilaian:
 Identifikasi segregasi air buangan yang dilakukan oleh
perusahaan.

SUB ASPEK KRITERIA INDIKATOR SKOR

Teknologi c. Peningkatan Melakukan penggantian 4


Proses Teknologi mesin/peralatan
Proses Melakukan modifikasi 3
mesin/peralatan
Sudah ada perencanaan 2
penggantian
mesin/peralatan
Sudah ada perencanaan 1
modifikasi
mesin/peralatan
Belum ada perencanaan 0
penggantian atau
modifikasi
mesin/peralatan

73
Lampiran Peraturan Kepala Badan Pengkajian
Kebijakan Iklim dan Mutu Industri
No. 56/BPKIMI/PER/2/2014

Penjelasan:

1. Penggantian mesin/peralatan terbaru: upaya industri dalam


penggunaan mesin/peralatan yang lebih efisien dalam
penggunaan energi, air, material input, serta kemampuan dalam
meminimalisasi limbah.

Modifikasi mesin/peralatan: upaya industri dalam peningkatan


produksi bersih dengan melakukan modifikasi terhadap proses
produksi atau peralatan yang ada.
2. Sumber Data/Informasi:
Data sekunder:

 Dokumen layout tata letak mesin/alat pabrik sebelum dan


sesudah penerapan peningkatan teknologi proses dan
mesin/peralatan.
 Faktur pembelian (invoice) peralatan
 Dokumen kebijakan perusahaan, laporan modifikasi proses
dan dokumen perencanaan.
Data Primer:

 Wawancara terkait dengan peningkatan atau pengembangan


teknologi.
 Observasi implementasi program peningkatan teknologi
proses.

3. Cara/Justifikasi Penilaian:
Identifikasi program peningkatan atau pengembangan teknologi,
mesin/peralatan dan pelaksanaan di lapangan.

74
Lampiran Peraturan Kepala Badan Pengkajian
Kebijakan Iklim dan Mutu Industri
No. 56/BPKIMI/PER/2/2014

SUB ASPEK KRITERIA INDIKATOR SKOR

d. Kinerja Peralatan

Teknologi 1.) Batch System Overall Equipment 4


Proses Effectiveness
≥ 85,0%
Overall Equipment 3
Effectiveness
60,0 - 84,9%
Overall Equipment 2
Effectiveness
40,0 - 59,9 %
Overall Equipment 1
Effectiveness
20,0 - 39,9 %
Overall Equipment 0
Effectiveness
< 20,0%
2.) Continuous Overall Equipment 4
System Effectiveness
≥ 95,0%
Overall Equipment 3
Effectiveness
70,0 - 94,9%
Overall Equipment 2
Effectiveness
50,0 - 69,9%
Overall Equipment 1
Effectiveness
30,0 - 49,9%
Overall Equipment 0
Effectiveness <30,0%

75
Lampiran Peraturan Kepala Badan Pengkajian
Kebijakan Iklim dan Mutu Industri
No. 56/BPKIMI/PER/2/2014

Penjelasan:

1. Overall Equipment Effectiveness atau biasa kenal dengan


singkatan OEE merupakan ”alat ukur” untuk mengetahui tingkat
kesempurnaan proses produksi yang dilakukan. Proses yang
sempurna adalah proses yang hanya menghasilkan output yang
baik, dalam waktu secepat mungkin, tanpa ada down time.

OEE adalah matriks yang mengidentifikasi presentase waktu


produktif dari keseluruhan waktu yang digunakan untuk
menyelesaikan aktifitas produksi. Nilai OEE yang mencapai
100% menunjukkan produksi berjalan dengan sempurna dan
produktifitas yang maksimum. Artinya, lini produksi hanya
menghasilkan produk yang 100% baik, dalam waktu yang
sangat cepat sesuai alokasinya, tanpa ada down time.
Secara umum, nilai atau skor OEE dihitung dengan
mempertimbangkan tiga hal, yaitu:
a. Availability Index : waktu produksi sebenarnya dibandingkan
dengan waktu produksi yang direncanakan. Jika nilai
Availability 100%, artinya proses selalu berjalan dalam waktu
yang sesuai dengan waktu produksi yang telah direncanakan
(tidak pernah ada down time).
b. Production Performance Index : tingkat produksi sebenarnya
dibandingkan dengan tingkat produksi yang terbaik (best
demonstrated production rate). Jika nilai Performance 100%,
maka proses telah berjalan dengan kecepatan maksimal
(secara teoretis, berdasarkan Ideal Cycle Time dan Total
Pieces).
c. Quality Performance Index: kualitas produk sebenarnya
dibandingkan dengan target kualitas. Hal ini berkaitan
dengan jumlah produk defect dan scrap. Nilai 100% untuk
Quality menunjukkan bahwa produksi tidak menghasilkan
produk cacat sama sekali.

Continuous system adalah proses produksi yang menggunakan


sistem aliran terus menerus tanpa terinterupsi.

76
Lampiran Peraturan Kepala Badan Pengkajian
Kebijakan Iklim dan Mutu Industri
No. 56/BPKIMI/PER/2/2014

Batch system adalah proses produksi yang menggunakan sistem


secara bertahap.

Penilaian OEE bagi proses yang menggunakan continuous


system dan batch system menggunakan standar yang berbeda.

2. Sumber Data/Informasi:
Data sekunder:

 Data mesin/peralatan utama yang digunakan dalam proses


produksi
 Data jam atau hari operasional mesin/peralatan utama
 Data produksi, jumlah produk reject, defect dan scrap
 Hasil perhitungan Overall Equipment Effectiveness

Data Primer:

 Wawancara terkait dengan kinerja mesin/peralatan.


 Observasi di ruang produksi terkait kinerja mesin/peralatan
dan produksi.

3. Cara/Justifikasi Penilaian:
Tahapan perhitungan Overall Equipment Effectiveness meliputi:

 Availability Index = Operating Time / Planned Production


Time
 Production Performance Index = (Total Pieces / Operating
Time) / Ideal Run Rate
 Quality Performance Index = Good Pieces / Total Pieces

Overall Equipment Effectiveness dihitung dengan rumus


= Availability Index x Production Performance Index x
Quality Performance Index

Catatan: Apabila perusahaan industri dalam kegiatan proses


produksinya menggunakan sistem batch dan continuous,
penilaian dilakukan berdasarkan jenis proses yang
membutuhkan waktu lebih panjang.

77
Lampiran Peraturan Kepala Badan Pengkajian
Kebijakan Iklim dan Mutu Industri
No. 56/BPKIMI/PER/2/2014

Sub Aspek KRITERIA INDIKATOR SKOR


Teknologi e. Penerapan SOP Tersedia tiga SOP 4
Proses penanganan (penanganan material
material input, input, proses produksi
proses produksi
dan maintenance);
dan
dilaksanakan
maintenance
Tersedia dua SOP 3
(penanganan material
input dan/atau proses
produksi dan/atau
maintenance);
dilaksanakan
Tersedia satu SOP 2
(penanganan material
input/proses
produksi/maintenance);
dilaksanakan
Tersedia minimal satu 1
jenis SOP (penanganan
material input/proses
produksi/maintenance);
tetapi tidak dilaksanakan
Belum memiliki SOP 0
penanganan material
input dan/atau proses
produksi dan/atau
maintenance

Penjelasan:

1. Standard Operating Prosedur (SOP) adalah pedoman yang berisi


prosedur-prosedur standar operasional yang ada dalam suatu
organisasi/unit kerja yang digunakan untuk memastikan bahwa
semua keputusan dan tindakan, serta penggunaan fasilitas-
fasilitas proses yang dilakukan oleh orang-orang dalam
organisasi/unit kerja berjalan secara efisien dan efektif,
konsisten, standar dan sistematis.

78
Lampiran Peraturan Kepala Badan Pengkajian
Kebijakan Iklim dan Mutu Industri
No. 56/BPKIMI/PER/2/2014

2. Sumber Data/Informasi:
Data Sekunder:

 SOP penanganan material input (pemesanan, penerimaan,


penyimpanan dan pengangkutan)
 SOP proses produksi (operasional mesin/peralatan dan
maintenance mesin/peralatan).
 Laporan implementasi SOP.

Data Primer:
 Wawancara dan observasi terkait dengan penerapan SOP
dalam proses produksi.

3. Cara/Justifikasi Penilaian:
 Pemeriksaan, analisa dan evaluasi SOP.
 Evaluasi laporan pelaksanaan SOP penanganan material
input dan SOP proses produksi.

Sub Aspek KRITERIA INDIKATOR SKOR

Teknologi f. Inovasi Dalam tahap sudah 4


Proses Produk atau sedang
Ramah memperoleh paten
Lingkungan
Komersial 3

Sedang dalam tahap uji 2


coba

Masih dalam tahap 1


kajian

Belum ada inovasi 0

79
Lampiran Peraturan Kepala Badan Pengkajian
Kebijakan Iklim dan Mutu Industri
No. 56/BPKIMI/PER/2/2014

Penjelasan:

1. Inovasi produk ramah lingkungan merupakan gabungan dari


berbagai macam proses yang saling mempengaruhi antara satu
dengan yang lainnya yang digunakan untuk menghasilkan
sebuah produk baru atau pengembangan suatu produk menjadi
lebih ramah lingkungan.
 Paten
Produk inovasi yang telah di uji coba baik skala laboratorium
ataupun produksi skala kecil dan telah mendapat sertifikat
paten.
 Komersial
Produk inovasi telah dipasarkan ke konsumen.
 Uji Coba
Produk yang telah melalui penelitian dalam bentuk kajian
dan telah di uji coba dalam skala laboratorium.

2. Sumber Data/Informasi:
Data sekunder:

 Laporan Pelaksanaan Riset dan Desain Produk.


 Dokumen kajian, perencanaan, desain, penelitian dan
pengembangan produk.
 Dokumen paten.

Data Primer:

 Observasi lapangan dengan melihat proses penelitian dan


pengembangan produk yang telah dilakukan dan yang
sedang berjalan.

3. Cara/Justifikasi Penilaian:
 Pemeriksaan terhadap dokumen hasil penelitian dan
pengembangan terhadap jumlah produk yang telah
dikomersialisasikan, produk yang mendapatkan paten, uji
coba produk dan kajian.

80
Lampiran Peraturan Kepala Badan Pengkajian
Kebijakan Iklim dan Mutu Industri
No. 56/BPKIMI/PER/2/2014

Sub Aspek KRITERIA INDIKATOR SKOR

Teknologi g. Tingkat ≤ 0,5 % 4


Proses produk reject 0,6 - 10% 3
dan defect 1,1 – 1,5% 2
terhadap
1,6 – 2,0% 1
total produk
≥ 2,0% 0

Penjelasan:

1. Kualitas produk adalah hal yang penting dalam kegiatan industri.


Upaya peningkatan kualitas produk, salah satunya adalah
bagaimana mengurangi tingkat defect (cacat) dari produk yang
dihasilkan. Ketidak sesuaian produk dengan pesanan akan
menghasilkan reject atas produk yang telah dikirim kepada
pelanggan. Perusahaan harus berupaya meminimalisasi tingkat
defect/reject dari produk yang dihasilkan, dengan tujuan selain
untuk menjaga kepuasan pelanggan, juga mengurangi
pemborosan atau waste karena menyebabkan biaya besar yang
tidak perlu. Terjadinya suatu defect atau cacat disebabkan
beberapa unsur seperti: material, proses produksi, kelalaian
operator, packaging, kegiatan distribusi, dan lain-lain.

2. Sumber Data/Informasi:
Data sekunder:

 Dokumen Proses produksi, QC Flow, gudang produk, dan


penjualan
 Data defect pada tiap unit atau line produksi, data Pareto
kerusakan dan perbaikan produk (rework), Failure Modes and
Effect Analysis (FMEA), dan lain-lain dalam 1 tahun terakhir

Data Primer :

Observasi lapangan pada proses produksi, QC, gudang produk,


dan wawancara terkait dengan defect/reject rate pada industri

81
Lampiran Peraturan Kepala Badan Pengkajian
Kebijakan Iklim dan Mutu Industri
No. 56/BPKIMI/PER/2/2014

3. Cara/Justifikasi Penilaian:
 Pemeriksaan terhadap dokumen proses produksi dan QC
Flow
 Analisis dan evaluasi data defect pada tiap unit atau line
produksi, data Pareto kerusakan dan perbaikan produk
(rework), Failure Modes and Effect Analysis (FMEA), dan
reject konsumen
 Satuan tingkat cacat (defect/reject) rate : DPU (defect per
unit), DPO (defect per opportunity), DPMO (defect per
million opportunities), dan lain-lain
 Data tingkat defect/reject pada perusahaan perlu
dikonversikan ke dalam rasio jumlah satuan produk cacat
(unit, berat, pcs) per produk terhadap jumlah produk yang
dihasilkan x 100%. Evaluasi dilakukan pada data
defect/reject rate rata-rata per bulan. Jika dianggap perlu
defect/reject rate rata-rata per tahun.

Sub Aspek KRITERIA INDIKATOR SKOR

Sumber Daya a. Peningkatan Peningkatan kapasitas 4


Manusia kapasitas SDM SDM proses produksi
proses produksi >50%
dalam rangka
peningkatan Peningkatan kapasitas 3
efisiensi SDM proses produksi
produksi 25,6 – 50,0%

Peningkatan kapasitas 2
SDM proses produksi
12,6 – 25,0%

Peningkatan kapasitas 1
SDM proses produksi
1,0 – 12,5%

Belum ada upaya 0


peningkatan kapasitas
SDM

82
Lampiran Peraturan Kepala Badan Pengkajian
Kebijakan Iklim dan Mutu Industri
No. 56/BPKIMI/PER/2/2014

Penjelasan:

1. Program peningkatan kapasitas SDM di bidang proses produksi


bertujuan untuk meningkatkan kompetensi SDM pada bidangnya
untuk peningkatan produktivitas, efektivitas, efisiensi, keamanan
dan keselamatan kerja pada industri (bagian engineering,
produksi, mutu, pemasaran, R&D, manajemen dan bidang lain
terkait). Salah satu bentuk pelatihan yang relevan adalah Teknik
Produksi Bersih, Manajemen Lingkungan Berorientasi
Keuntungan (MeLok), minimisasi limbah (waste minization), dan
lain-lain.

2. Sumber Data/Informasi:
Data sekunder:

 Dokumen laporan pelaksanaan program capacity building


SDM: Teknik implementasi produksi bersih, ISO 14000,
Melok, konservasi energi, 3R, Total Quality Management, Six
Sigma, Good House Keeping dan lain-lain.

Data Primer:

 Wawancara terkait dengan program peningkatan kapasitas


SDM.

3. Cara/Justifikasi Penilaian:
 Identifikasi jumlah dan jenis pelaksanaan capacity building
dan perhitungan rasio peserta program capacity building
terhadap total karyawan dalam 3 tahun terakhir.

83
Lampiran Peraturan Kepala Badan Pengkajian
Kebijakan Iklim dan Mutu Industri
No. 56/BPKIMI/PER/2/2014

Sub Aspek KRITERIA INDIKATOR SKOR

Sumber Daya b. Jumlah SDM Jumlah SDM yang sudah 4


Manusia yang sudah memiliki Sertifikat
memiliki kompetensi > 15%
Sertifikat
kompetensi Jumlah SDM yang sudah 3
memiliki Sertifikat
kompetensi >10,1 -15,0%

Jumlah SDM yang sudah 2


memiliki Sertifikat
kompetensi >5,1 -10,0%

Jumlah SDM yang sudah 1


memiliki Sertifikat
kompetensi > 1,0 – 5,0%

Belum ada SDM yang 0


memiliki sertifikat
kompetensi

Penjelasan:

1. Kompetensi kerja adalah spesifikasi dari pengetahuan dan


keterampilan atau keahlian serta penerapannya secara efektif
dalam pekerjaan sesuai dengan standard kerja yang
dipersyaratkan. Sertifikasi kompetensi adalah proses pemberian
sertifikasi kompetensi yang dilakukan secara sistematis dan
obyektif melalui uji kompetensi yang mengacu pada standar
kompetensi kerja baik yang bersifat nasional maupun
internasional. Dengan memiliki sertifikasi kompetensi, maka
seseorang akan mendapatkan bukti pengakuan tertulis atas
kompetensi yang dikuasainya. Sertifikat kompetensi dikeluarkan
oleh Lembaga Sertifikasi yang terakreditasi.

84
Lampiran Peraturan Kepala Badan Pengkajian
Kebijakan Iklim dan Mutu Industri
No. 56/BPKIMI/PER/2/2014

2. Sumber Data/Informasi:
Data sekunder:

 Bukti dokumen sertifikat kompetensi yang relevan yang


diterbitkan oleh LSP.

Data Primer:

 Wawancara terkait dengan kompetensi SDM perusahaan.

3. Cara/Justifikasi Penilaian:
 Identifikasi sertifikat kompetensi: Manajer Pengendalian
Pencemaran Air, Manajer Pengendalian Pencemaran Udara,
Manajer Energi, dan lain-lain.
 Hitung rasio jumlah SDM yang memiliki sertifikat
kompetensi terhadap jumlah SDM yang bekerja di
proses produksi.

85
Lampiran Peraturan Kepala Badan Pengkajian
Kebijakan Iklim dan Mutu Industri
No. 56/BPKIMI/PER/2/2014

Sub Aspek KRITERIA INDIKATOR SKOR


Lingkungan Melakukan Ada program, dijalankan 4
Kerja di Ruang pemantauan dan secara berkala setiap 6
Proses penilaian kinerja bulan sekali
Produksi K3L sesuai
Permenaker No.
23 Tahun 2011
Ada program, dijalankan 3
secara berkala setiap 1
tahun sekali

Ada program, dijalankan 2


secara berkala setiap 2
tahun sekali

Ada program, dijalankan 1


secara berkala lebih dari 2
tahun sekali

Belum ada program 0


pemantauan dan
penilaian kinerja K3L

Penjelasan:

1. Pemantauan dan penilaian kinerja K3L sesuai dengan


Kepmenaker No. 13 Tahun 2011 adalah upaya pengembangan
dan peningkatan implementasi K3L pada industri. Hasil
pemantauan dan penilaian merupakan dasar untuk menyusun
rencana pengembangan atau pembinaan secara berkelanjutan
dalam upaya pemenuhan parameter terkait K3L.

2. Sumber Data/Informasi:
Data sekunder:

 Laporan pelaksanaan K3L di perusahaan


 Laporan monitoring dan penilaian kinerja K3L

86
Lampiran Peraturan Kepala Badan Pengkajian
Kebijakan Iklim dan Mutu Industri
No. 56/BPKIMI/PER/2/2014

 Bukti pendukung lainnya terkait dengan monitoring terhadap


pemenuhan kinerja K3L

Data Primer:

 Wawancara terkait dengan monitoring dan penilaian kinerja


K3L

3. Cara/Justifikasi Penilaian:
Identifikasi dan evaluasi pelaksanaan monitoring dan penilaian
kinerja K3L pada industri

B. KINERJA PENGELOLAAN LIMBAH / EMISI

Sub Aspek KRITERIA INDIKATOR SKOR

Program Upaya Memiliki KPI dan 4


Penurunan penurunan memenuhi target
Emisi CO2e emisi CO2e ≥100%

Memiliki KPI dan 3


memenuhi target
67 – 99%

Memiliki KPI dan 2


memenuhi target
34 – 66%

Memiliki KPI dan 1


memenuhi target
0 – 33%

Belum memiliki KPI 0


penurunan emisi CO2e

87
Lampiran Peraturan Kepala Badan Pengkajian
Kebijakan Iklim dan Mutu Industri
No. 56/BPKIMI/PER/2/2014

Penjelasan:

1. Kegiatan industri merupakan salah satu penyumbang emisi gas


rumah kaca (GRK), yang diyakini menjadi penyebab terjadinya
pemanasan global. Oleh sebab itu perlu komitmen dan kebijakan
dari pihak perusahaan untuk ikut berpartisipasi dalam upaya
penurunan emisi GRK. Komitmen dan kebijakan tersebut
selanjutnya akan dijadikan target/ KPI perusahaan.

2. Sumber Data/Informasi:
Data sekunder:

 Kebijakan dan program penurunan emisi GRK


 KPI perusahaan terkait upaya penurunan emisi GRK
 Laporan pelaksanaan program

Data Primer:

 Wawancara terkait kebijakan, program dan implementasi


program penurunan emisi GRK.

3. Cara/Justifikasi Penilaian:
 Identifikasi kebijakan dan program penurunan emisi GRK
yang dilakukan perusahaan
 Evaluasi laporan pelaksanaan program penurunan emisi GRK

88
Lampiran Peraturan Kepala Badan Pengkajian
Kebijakan Iklim dan Mutu Industri
No. 56/BPKIMI/PER/2/2014

Sub Aspek KRITERIA INDIKATOR SKOR

Pemenuhan a. Limbah Cair 100% memenuhi 4


baku mutu
lingkungan 91 - 99% memenuhi 3

81 - 90% memenuhi 2

70 - 80% memenuhi 1

<70% memenuhi 0

Penjelasan:

1. Pemenuhan baku mutu lingkungan adalah sesuatu yang sangat


penting untuk diperhatikan. Kewajiban industri untuk melakukan
pengelolaan limbah (cair, padat, gas/debu) merupakan upaya
pengurangan dampak negatif terhadap lingkungan dan upaya
perlindungan dan pengelolaan lingkungan secara
berkesinambungan. Untuk meminimasi dampak limbah terhadap
lingkungan dapat mengacu pada baku mutu yang telah
ditetapkan. Ukuran kinerja perusahaan akan terlihat bagaimana
upaya dan target pemenuhan terhadap baku mutu lingkungan
ini dapat dicapai atau adanya perbaikan (peningkatan)
pemenuhan baku mutu yang telah ditetapkan.

2. Sumber Data/Informasi:
Data sekunder:

Bukti pemenuhan baku mutu untuk limbah cair (dokumen hasil


pengujian yang merujuk pada parameter baku mutu limbah cair)

Data Primer:

Wawancara terkait dengan upaya pemenuhan baku mutu limbah


cair.

89
Lampiran Peraturan Kepala Badan Pengkajian
Kebijakan Iklim dan Mutu Industri
No. 56/BPKIMI/PER/2/2014

3. Cara/Justifikasi Penilaian:
Evaluasi laporan baku mutu limbah cair

Sub Aspek KRITERIA INDIKATOR SKOR

Pemenuhan b. Limbah Gas dan 100% memenuhi 4


baku mutu Debu
lingkungan 91 - 99% memenuhi 3

81 - 90% memenuhi 2

70 - 80% memenuhi 1

<70% memenuhi 0

Penjelasan:

1. Pemenuhan baku mutu lingkungan adalah sesuatu yang sangat


penting untuk diperhatikan. Kewajiban industri untuk melakukan
pengelolaan limbah (cair, padat, gas/debu) merupakan upaya
pengurangan dampak negatif terhadap lingkungan dan upaya
perlindungan dan pengelolaan lingkungan secara
berkesinambungan. Untuk meminimasi dampak limbah terhadap
lingkungan dapat mengacu pada baku mutu yang telah
ditetapkan. Ukuran kinerja perusahaan akan terlihat bagaimana
upaya dan target pemenuhan terhadap baku mutu lingkungan
ini dapat dicapai atau adanya perbaikan (peningkatan)
pemenuhan baku mutu yang telah ditetapkan.

2. Sumber Data/Informasi:
Data sekunder:

Bukti pemenuhan baku mutu untuk limbah gas dan debu


(dokumen hasil pengujian yang merujuk pada parameter baku
mutu limbah gas dan debu)

90
Lampiran Peraturan Kepala Badan Pengkajian
Kebijakan Iklim dan Mutu Industri
No. 56/BPKIMI/PER/2/2014

Data Primer:

 Wawancara terkait dengan upaya pemenuhan baku mutu


limbah gas dan debu.

3. Cara/Justifikasi Penilaian:
Evaluasi laporan baku mutu limbah gas dan debu

Sub Aspek KRITERIA INDIKATOR SKOR

3. Sarana a. Operasional Sarana lengkap dan 4


Pengelolaan sarana seluruhnya beroperasi
Limbah / pengelolaan dengan baik
Emisi limbah dan
emisi (sesuai Sarana lengkap, tapi 3
persyaratan hanya beroperasi
yang sebagian
berlaku)
Sarana tidak lengkap 2
dan semua sarana
beroperasi dengan
baik

Sarana tidak lengkap 1


dan tidak dioperasikan

Belum ada sarana 0


pengelolaan limbah /
emisi

Penjelasan:

1. Pengelolaan limbah adalah kegiatan terpadu yang meliputi


kegiatan pengurangan (minimization), segregasi (segregation),
penanganan (handling), pemanfaatan dan pengolahan limbah.
Dengan demikian untuk mencapai hasil yang optimal, kegiatan-
kegiatan yang melingkupi pengelolaan limbah perlu dilakukan.
Pengolahan limbah adalah upaya terakhir dalam sistem
pengelolaan limbah setelah sebelumnya dilakukan optimasi

91
Lampiran Peraturan Kepala Badan Pengkajian
Kebijakan Iklim dan Mutu Industri
No. 56/BPKIMI/PER/2/2014

proses produksi dan pengurangan serta pemanfaatan limbah.


Pengolahan limbah dimaksudkan untuk menurunkan tingkat
cemaran yang terdapat dalam limbah sehingga aman untuk
dibuang ke lingkungan. Oleh sebab itu industri perlu memiliki
sarana pengolahan limbah yang sesuai dengan jenis limbah dan
emisi yang dihasilkannya.

2. Sumber Data/Informasi :
Data sekunder:

 Laporan operasional sarana pengelolaan limbah dan emisi

Data Primer :

 Hasil pengujian kualitas limbah dan emisi


 Pemantauan kondisi operasional sarana pengelolaan limbah
dan emisi
 Wawancara terkait dengan sarana pengelolaan limbah dan
emisi.

3. Cara/Justifikasi Penilaian :
Evaluasi Laporan operasional sarana pengelolaan limbah dan
emisi.

Sub Aspek KRITERIA INDIKATOR SKOR

Sarana b. Pengelolaan Terdapat sarana, 4


Pengelolaan Limbah B3 beroperasi serta
Limbah/Emisi (perizinan memiliki izin
dan Terdapat sarana, 3
prasarana beroperasi tapi tidak
sesuai memiliki izin
persyaratan Terdapat sarana, 2
yang memiliki izin tapi tidak
berlaku) beroperasi
Terdapat sarana, tapi 1
tidak memiliki serta izin
dan tidak beroperasi
Belum ada sarana 0
pengolahan

92
Lampiran Peraturan Kepala Badan Pengkajian
Kebijakan Iklim dan Mutu Industri
No. 56/BPKIMI/PER/2/2014

Penjelasan:

1. Limbah B3 adalah sisa suatu usaha dan atau kegiatan yang


mengandung bahan berbahaya dan atau beracun yang karena
sifat dan atau konsentrasinya dan atau jumlahnya, baik secara
langsung maupun tidak langsung, dapat mencemarkan dan
atau merusakkan lingkungan hidup, dan atau dapat
membayakan lingkungan hidup, kesehatan, kelangsungan hidup
manusia serta makhluk hidup lainnya.

Oleh karena itu setiap kegiatan yang menghasilkan limbah B3


wajib melakukan pengelolaan terhadap limbah yang dihasilkan.
Pengelolaan Limbah B3 secara spesifik telah diatur dalam PP
18/1999 yang selanjutnya disempurnakan dengan PP 85/1999.
Pada PP tersebut dijelaskan bahwa pengelolaan limbah B3
merupakan rangkaian kegiatan yang mencakup reduksi,
penyimpanan, pengumpulan, pengangkutan,
pemanfaatan,pengolahan dan penimbunan limbah B3. Semua
kegiatan pengelolaan tersebut harus memiliki perizinan
sebagaimana ketentuan yang berlaku.

2. Sumber Data/Informasi:
Data sekunder:

 Jenis limbah B3 yang dihasilkan


 Perizinan pengelolaan limbah, manifest pengiriman limbah
B3, dan keterangan pendukung lain yang dimiliki
 Laporan operasional sarana pengelolaan limbah B3

Data Primer:

 Hasil pengujian kualitas limbah B3


 Pemantauan kondisi operasional sarana pengelolaan limbah
B3
 Wawancara terkait dengan perizinan dan sarana pengelolaan
limbah B3.

93
Lampiran Peraturan Kepala Badan Pengkajian
Kebijakan Iklim dan Mutu Industri
No. 56/BPKIMI/PER/2/2014

3. Cara/Justifikasi Penilaian:
Evaluasi jenis limbah B3 yang dihasilkan, dokumen perizinan,
manifest pengiriman limbah B3, keterangan pendukung lain dan
kondisi operasional sarana pengelolaan limbah B3.

C. MANAJEMEN PERUSAHAAN

Sub Aspek KRITERIA INDIKATOR SKOR

Sertifikasi a. Produk 76 - 100% produk 4


memiliki sertifikat
51 - 75% produk memiliki 3
sertifikat
26 - 50% produk memiliki 2
sertifikat
1 - 25% produk memiliki 1
sertifikat
Belum ada sertifikat 0

Penjelasan:

1. Sertifikasi Produk ditujukan untuk memberikan jaminan


kepastian mutu produk kepada konsumen sesuai persyaratan
dan spesifikasi teknik yang berlaku. Sertifikasi produk dapat
mengacu kepada Standar Nasional maupun Internasional yang
berlaku diantaranya: SNI, GMP, ASME Code, ANSI, ASTM, API,
JIS, British Standar, dan standar lain yang berlaku.

94
Lampiran Peraturan Kepala Badan Pengkajian
Kebijakan Iklim dan Mutu Industri
No. 56/BPKIMI/PER/2/2014

2. Sumber Data/Informasi:
Data sekunder:

 Bukti dokumen sertifikat produk yang dimiliki

Data Primer:

 Wawancara terkait dengan sertifikasi produk perusahaan

3. Cara/Justifikasi Penilaian:
 Identifikasi sertifikat produk yang dimiliki
 Evaluasi terhadap rasio produk bersertifikat dengan jumlah
produk yang dihasilkan perusahaan.

Sub Aspek KRITERIA INDIKATOR SKOR

Sertifikasi b Sistem Memiliki > 3 4


. manajemen
sertifikat
Memiliki 3 sertifikat 3
Memiliki 2 sertifikat 2
Memiliki 1 sertifikat 1
Belum ada sertifikat 0

Penjelasan:

1. Beberapa Sertifikasi Sistem Manajemen:


 EMS (Environment Management System) adalah sistem
manajemen lingkungan (SML) yang dilakukan perusahaan
yang meliputi pengelolaan seluruh aspek kegiatan
perusahaan (mulai dari masuknya bahan baku, proses sampai
dengan penangangan limbah). Penerapan sistem ini mengacu
pada standarisasi ISO 140001.
 QMS (Quality Management System) adalah sistem
manajemen mutu (SMM) yang dilakukan untuk membantu
memenuhi kualitas sesuai peraturan dan persyaratan yang

95
Lampiran Peraturan Kepala Badan Pengkajian
Kebijakan Iklim dan Mutu Industri
No. 56/BPKIMI/PER/2/2014

relevan, juga untuk meningkatkan kepuasan pelanggan.


Penerapan sistem ini mengacu pada standarisasi ISO 90001.
 Sistem Manajemen Kesehatan Dan Keselamatan Kerja
(SMK3) merupakan salah satu bagian dari sistem manajemen
yang bertujuan untuk menciptakan kesehatan dan
keselamatan di tempat kerja sehingga timbulnya kecelakaan
dan penyakit dapat dikurangi yang pada akhirnya berdampak
pada terciptanya lingkungan kerja yang aman, nyaman,
efektif, dan produktif dalam bekerja. Penerapan sistem ini
mengacu pada standarisasi SMK3 oleh Kementerian Tenaga
Kerja dan Transmigrasi atau standar ISO 18001 (OHSAS).
 Untuk industri makanan dan minuman, penilaian sertifikasi
lebih ditekankan pada SMKP (Sistem Manajemen Keamanan
Pangan) yaitu sistem manajemen yang diterapkan dalam
rangka menjamin mutu dan keamanan dari produk pangan
dan minuman yang dihasilkan. Beberapa standar yang
digunakan meliputi antara lain HACCP dan ISO 22000 serta
sertifikasi lain yang relevan dalam mendukung keamanan
mutu pangan.

2. Sumber Data/Informasi:
Data sekunder:

 Bukti dokumen sertifikat ISO 14001, ISO 9001,


SMK3/OHSAS, HACCP/ISO 22000, dan dokumen (sertifikat)
lain yang relevan dengan standar sistem manajemen
tersebut diatas.

Data Primer:

 Wawancara terkait dengan sertifikasi tersebut diatas.

3. Cara/Justifikasi Penilaian:
 Identifikasi jenis sertifikat relevan dengan sistem
manajemen (lingkungan, mutu, K3 dan keamanan pangan)

96
Lampiran Peraturan Kepala Badan Pengkajian
Kebijakan Iklim dan Mutu Industri
No. 56/BPKIMI/PER/2/2014

Sub Aspek KRITERIA INDIKATOR SKOR

CSR a. Penerapan CSR Ada kebijakan CSR, 4


dilaksanakan, dilakukan
pemantauan dan evaluasi
serta ada pelaporan

Ada kebijakan CSR, sudah 3


dilaksanakan, dilakukan
pemantauan dan evaluasi,
tapi tidak ada pelaporan

Ada kebijakan CSR, sudah 2


dilaksanakan, namun
belum dilakukan
pemantauan, evaluasi dan
pelaporan

Ada kebijakan CSR namun 1


belum dilaksanakan

Belum ada kebijakan CSR 0

Penjelasan:

1. Program Corporate Social Responsibility (CSR) adalah salah satu


kegiatan yang harus dilakukan perusahaan sebagai perwujudan
kepedulian terhadap lingkungan sosial disekitarnya. Perusahaan
tidak hanya memacu pencapaian ekonomi atau bisnis semata,
tetapi juga memberikan perhatian terhadap pengembangan
sosial, ekonomi masyarakat sekitar dan pengelolaan lingkungan.

Kebijakan CSR Perusahaan akan dituangkan dalam berbagai


bentuk kegiatan bagi masyarakat dan lingkungan sekitarnya.
Agar masyarakat bisa merasakan hasil yang maksimal dari
kegiatan CSR, maka pelaksanaannya harus berkelanjutan
(suistanable). Kegiatan CSR yang berkelanjutan akan

97
Lampiran Peraturan Kepala Badan Pengkajian
Kebijakan Iklim dan Mutu Industri
No. 56/BPKIMI/PER/2/2014

memberikan dampak positif dan manfaat yang lebih besar, baik


bagi perusahaan maupun stakeholder yang terkait. CSR yang
berkelanjutan akan bisa membentuk atau menciptakan
kehidupan masyarakat yang lebih mandiri dan sejahtera.

2. Sumber Data/Informasi:
Data sekunder:

 Program pengembangan CSR perusahaan.


 Laporan pelaksanaan program yang pernah dilakukan dalam
3 tahun terakhir.
 Data pendukung lainnya.
Data Primer:

 Wawancara terkait dengan program CSR dan hasil


penerapan yang telah dilakukan.

3. Cara/Justifikasi Penilaian:
 Identifikasi jenis kegiatan CSR
 Evaluasi hasil pelaksanaan program CSR

Sub Aspek KRITERIA INDIKATOR SKOR

CSR b. Alokasi dana ≥2% dari keuntungan 4


CSR perusahaan

≥1% dari keuntungan 3


perusahaan

<1% dari keuntungan 2


perusahaan

<0,5% dari keuntungan 1


perusahaan

Belum ada alokasi dana 0


CSR

98
Lampiran Peraturan Kepala Badan Pengkajian
Kebijakan Iklim dan Mutu Industri
No. 56/BPKIMI/PER/2/2014

Penjelasan:

1. Pelaksanaan CSR yang merupakan bentuk komitmen perusahaan


terhadap pengembangan masyarakat dan perlindungan
lingkungan memerlukan dukungan dana. Dana CSR ini biasanya
dialokasikan dari sebagian keuntungan perusahaan dengan
jumlah yang berbeda-beda pada setiap perusahaan.

2. Sumber Data/Informasi:
Data sekunder:

a) Program CSR yang telah dilakukan dalam 3 tahun terakhir


b) Laporan keuangan perusahaan dalam 3 tahun terakhir
c) Laporan pelaksanaan CSR dalam 3 tahun terakhir

Data Primer:

Wawancara terkait dengan program CSR.

3. Cara/Justifikasi Penilaian:
a) Identifikasi program yang terkait dengan CSR
b) Evaluasi persentase alokasi dana : rasio biaya pelaksanaan
program CSR terhadap profit perusahaan

Sub Aspek KRITERIA INDIKATOR SKOR

Penghargaan Penghargaan > 3 penghargaan 4


terkait bidang
produksi dan 3 penghargaan 3
pengelolaan
lingkungan 2 penghargaan 2
industri yang
pernah 1 penghargaan 1
diterima
selama 2 tahun Belum ada penghargaan 0
terakhir

99
Lampiran Peraturan Kepala Badan Pengkajian
Kebijakan Iklim dan Mutu Industri
No. 56/BPKIMI/PER/2/2014

Penjelasan:

1. Penghargaan terkait produksi dan pengelolaan lingkungan


industri adalah salah satu bukti upaya perusahaan dalam
menerapkan konsep industri hijau dalam kegiatan industrinya.
Beberapa bentuk penghargaan terkait dengan penerapan konsep
industri ramah lingkungan mulai berkembang. Beberapa bentuk
kegiatan pemberian penghargaan terkait dengan pengembangan
industri yang ramah lingkungan mulai dan terus berkembang
saat ini, antara lain:
 Penghargaan Industri Hijau oleh Kementerian Perindustrian
RI.
 Penghargaan Perusahaan Hijau (Green Business)/SRI-
Kehati.
 Penghargaan Energi Bersih oleh Kementerian ESDM RI.
 Penghargaan Pengelolaan Minyak Sawit Berkesinambungan -
Indonesian Sustainable Palm Oil (ISPO).
 Penghargaan yang relevan dari institusi internasional terkait
dengan peran industri dalam implementasi kegiatan ramah
lingkungan atau berkelanjutan.

2. Sumber Data/Informasi:
Data sekunder:

 Bukti penghargaan terkait dengan pengembangan dan


implementasi industri hijau.

Data Primer:

 Wawancara terkait dengan penghargaan yang pernah


diterima.

3. Cara/Justifikasi Penilaian:
 Identifikasi jenis penghargaan yang pernah diterima.
 Hitung jumlah penghargaan terkait dengan pengembangan
industri hijau dalam skala nasional dan internasional yang
pernah diterima dalam 3 tahun terakhir.

100
Lampiran Peraturan Kepala Badan Pengkajian
Kebijakan Iklim dan Mutu Industri
No. 56/BPKIMI/PER/2/2014

Sub Aspek KRITERIA INDIKATOR SKOR

Kesehatan Pemeriksaan Dilakukan secara 4


karyawan kesehatan periodik setiap 3 bulan
karyawan
Dilakukan secara 3
periodik setiap 6 bulan

Dilakukan secara 2
periodik setiap 1 tahun

Dilakukan secara 1
periodik >1 tahun

Belum pernah dilakukan 0


pemeriksaan kesehatan

Penjelasan:

1. Pemeriksaan kesehatan tenaga kerja sangat penting untuk


meningkatkan derajat kesehatan dan produktivitas kerja.
Kapasitas dan produktivitas pegawai sangat ditentukan oleh
keadaan kesehatannya. Dimana hal ini dipengaruhi oleh banyak
faktor termasuk kebiasaan hidup sehari-hari dan kondisi
lingkungan pekerjaan, yang pada akhirnya akan ikut
menentukan kinerja masing-masing pegawai. Tujuan dari
pemeriksaan kesehatan kepada pegawai adalah untuk memberi
jaminan pegawai tersebut cocok untuk dipekerjakan dan tetap
dalam keadaan bugar sepanjang masa kerja. Selain itu juga
sebagai deteksi dini (screening) dan penanganan penyakit akibat
kerja/penyakit yang berhubungan dengan pekerjaan.
Pelaksanaan dari pemeriksaan kesehatan pegawai juga memiliki
landasan hukum yang mengatur, yaitu sesuai dengan UU
Kesehatan No.23/1992.

101
Lampiran Peraturan Kepala Badan Pengkajian
Kebijakan Iklim dan Mutu Industri
No. 56/BPKIMI/PER/2/2014

2. Sumber Data/Informasi:
Data sekunder:

 Laporan hasil pemeriksaan kesehatan tenaga kerja dalam 3


tahun terakhir.

Data Primer:

 Wawancara terkait dengan kegiatan pemeriksaan kesehatan


tenaga kerja.

3. Cara/Justifikasi Penilaian:
Evaluasi terhadap laporan hasil pemeriksaan kesehatan tenaga
kerja.

102
Lampiran Peraturan Kepala Badan Pengkajian
Kebijakan Iklim dan Mutu Industri
No. 56/BPKIMI/PER/2/2014

BAB VI
MEKANISME PENILAIAN PENGHARGAAN INDUSTRI HIJAU

1. Sosialisasi
Sosialisasi Penghargaan Industri Hijau dilakukan mulai bulan
Maret tahun berjalan melalui seminar, media massa, poster,
leaflet, website Kementerian Perindustrian, dan lain-lain.

2. Waktu dan Tempat Pendaftaran


1) Waktu Pendaftaran :
Mulai minggu pertama hingga minggu keempat bulan
April tahun berjalan.
2) Tempat pendaftaran:
Sekretariat Penghargaan Industri Hijau
d/a : Pusat Pengkajian Industri Hijau dan Lingkungan
Hidup
Badan Pengkajian Kebijakan Iklim dan Mutu Industri
Kementerian Perindustrian
Gedung Kementerian Perindustrian Lantai 20
Jalan Gatot Subroto Kav.52-53 Jakarta Selatan
Telp/Fax : 021. 5252746
Website: www.kemenperin.go.id

3. Seleksi Kelengkapan Administrasi


Seleksi dilakukan berdasarkan kelengkapan administrasi dan
validitas dokumen pendaftaran yang telah disampaikan.

103
Lampiran Peraturan Kepala Badan Pengkajian
Kebijakan Iklim dan Mutu Industri
No. 56/BPKIMI/PER/2/2014

Dokumen yang telah benar dan lengkap disampaikan kepada


Tim Teknis paling lambat dalam waktu 5 (lima) hari kerja.

4. Verifikasi Dokumen
Verifikasi dokumen dilakukan mulai minggu pertama hingga
minggu keempat bulan Mei tahun berjalan, dengan melakukan
evaluasi terhadap dokumen pendaftaran dan formulir
pendaftaran, dan dikembalikan ke Sekretariat paling lambat
dalam 5 (lima) hari kerja.

5. Verifikasi Lapangan
Verifikasi lapangan dilakukan untuk mengevaluasi kesesuaian
dokumen dengan kondisi di lapangan, mulai minggu ketiga
bulan Mei hingga minggu keempat bulan Juni tahun berjalan.
Hasil penilaian paling lambat 5 (lima) hari kerja setelah
dilakukan verifikasi lapangan diserahkan kepada Sekretariat.

6. Evaluasi Hasil Penilaian


Hasil penilaian terhadap seluruh peserta penghargaan industri
hijau dibahas/dievaluasi oleh seluruh anggota Tim Teknis
dalam rapat pleno.

104
Lampiran Peraturan Kepala Badan Pengkajian
Kebijakan Iklim dan Mutu Industri
No. 56/BPKIMI/PER/2/2014

7. Penyampaian Hasil Penilaian


Hasil penilaian disampaikan oleh Sekretariat kepada seluruh
industri peserta Program Penghargaan Industri Hijau
selambat-lambatnya 5 (lima) hari kerja setelah rapat pleno
Tim Teknis.

8. Sanggahan Perusahaan dan Verifikasi Ulang


Penyampaian hasil penilaian kepada perusahaan industri,
penerimaan sanggahan dari perusahaan industri serta
pelaksanaan verifikasi ulang akan dilaksanakan pada minggu
ketiga bulan Juli hingga minggu kedua bulan Agustus tahun
berjalan, dengan tahapan sebagai berikut:
1) Pihak industri diberi kesempatan untuk memberi
sanggahan/klarifikasi terhadap hasil penilaian selama 5
(lima) hari kerja sejak penyampaian hasil penilaian.
2) Sanggahan disampaikan kepada Sekretariat untuk
dievaluasi oleh Tim Teknis.
3) Bila sanggahan yang disampaikan pihak industri
dinyatakan layak, dapat dilakukan verifikasi ulang oleh
Tim Teknis dalam waktu 5 (lima) hari setelah dokumen
sanggahan dinyatakan layak.
4) Hasil verifikasi ulang disampaikan kepada Sekretariat
paling lambat 5 (lima) hari kerja setelah verifikasi ulang.

105
Lampiran Peraturan Kepala Badan Pengkajian
Kebijakan Iklim dan Mutu Industri
No. 56/BPKIMI/PER/2/2014

9. Penyampaian Hasil Penilaian Kepada Dewan


Pertimbangan
Hasil verifikasi, penilaian dan rekomendasi disampaikan oleh
Sekretariat kepada Dewan Pertimbangan 5 (lima) hari setelah
diterima dari Tim Teknis.
10. Review Hasil Penilaian
1) Review hasil penilaian Tim Teknis dilakukan oleh Dewan
Pertimbangan selambat-lambatnya selama 5 (lima) hari
kerja.
2) Dewan Pertimbangan menyampaikan hasil review yang
merupakan hasil penilaian akhir kepada Menteri
Perindustrian selambat-lambatnya 5 (lima) hari kerja.

11. Penetapan Penerima Penghargaan Industri Hijau


Perusahaan industri penerima Penghargaan Industri Hijau
ditetapkan melalui Surat Keputusan Menteri Perindustrian.

12. Penganugerahan Penghargaan Industri Hijau


Penganugerahan Penghargaan Industri Hijau kepada
perusahaan industri akan dipublikasikan secara terbuka
kepada publik dan stakeholder terkait.

106
Lampiran Peraturan Kepala Badan Pengkajian
Kebijakan Iklim dan Mutu Industri
No. 56/BPKIMI/PER/2/2014

13. Evaluasi
Agar program Penghargaan Industri Hijau dapat menjadi lebih
baik dan sesuai dengan yang diharapkan maka akan dilakukan
evaluasi. Hasil evaluasi, khususnya mengenai industri yang
mendapatkan peringkat terendah dan belum lolos seleksi awal
akan disampaikan kepada direktorat terkait di lingkungan
Kementerian sebagai bahan masukan dalam rangka
pembinaan.

107
Lampiran Peraturan Kepala Badan Pengkajian
Kebijakan Iklim dan Mutu Industri
No. 56/BPKIMI/PER/2/2014

Gambar 2. Mekanisme Penilaian Penghargaan Industri Hijau

108
Lampiran Peraturan Kepala Badan Pengkajian
Kebijakan Iklim dan Mutu Industri
No. 56/BPKIMI/PER/2/2014

BAB VII
AGENDA KEGIATAN

Kegiatan Penghargaan Industri Hijau dilaksanakan selama 9


(sembilan) bulan, dengan jadwal sebagaimana tercantum pada
Tabel 6.

109
Lampiran Peraturan Kepala Badan Pengkajian
Kebijakan Iklim dan Mutu Industri
No. 56/BPKIMI/PER/2/2014

Tabel 6.
Jadwal Pelaksanaan Penghargaan Industri Hijau
Maret April Mei Juni Juli Agustus September Oktober November
No. Kegiatan 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
1 Sosialisasi
2 Pendaftaran Peserta
3 Seleksi Kelengkapan Administrasi
4 Verifikasi Dokumen
5 Verifikasi Lapangan
6 Evaluasi Hasil Penilaian
7 Penyampaian Hasil Penilaian ke Perusahaan
8 Sanggahan Perusahaan
9 Verifikasi ulang dan Penilaian
10 Penyampaian Hasil Penilaian ke Dewan Pertimbangan
11 Review Hasil Penilaian oleh Dewan Pertimbangan
12 Penetapan Oleh Menteri
13 Persiapan Penganugerahan Penghargaan Industri Hijau
14 Penganugerahan Penghargaan Industri Hijau
15 Evaluasi dan Pelaporan

110
Lampiran Peraturan Kepala Badan Pengkajian
Kebijakan Iklim dan Mutu Industri
No. 56/BPKIMI/PER/2/2014

Lampiran 1 : Formulir Pendaftaran

LEMBAR PERTAMA
UNTUK PERUSAHAAN
KEPADA:
SEKRETARIAT PENGHARGAAN INDUSTRI HIJAU
d/a : PUSAT PENGKAJIAN INDUSTRI HIJAU DAN LINGKUNGAN HIDUP
Gedung Kementerian Perindustrian Lantai 20
Jl. Jenderal Gatot Subroto Kav 52-53, Jakarta Selatan 12950
Telepon/Fax: 021-5252746
Email : industrihijau@gmail.com
www.kemenperin.go.id

FORMULIR PENDAFTARAN
PENGHARGAAN INDUSTRI HIJAU

Nomor Pendaftaran
(diisi oleh Sekretariat)
Tanggal Terima
(diisi oleh Sekretariat)
Nama Perusahaan

Jenis Industri
Alamat

Kontak Person:
Nama
No. Telp dan HP

………………….Tanggal………….Bulan…………Tahun……

Direktur Perusahaan,

(…………………………………)

111
Lampiran Peraturan Kepala Badan Pengkajian
Kebijakan Iklim dan Mutu Industri
No. 56/BPKIMI/PER/2/2014

LEMBAR KEDUA
KEPADA: UNTUK SEKRETARIAT
SEKRETARIAT PENGHARGAAN INDUSTRI HIJAU
d/a : PUSAT PENGKAJIAN INDUSTRI HIJAU DAN LINGKUNGAN HIDUP
Gedung Kementerian Perindustrian Lantai 20
Jl. Jenderal Gatot Subroto Kav 52-53, Jakarta Selatan 12950
Telepon/Fax: 021-5252746
Email : industrihijau@gmail.com
www.kemenperin.go.id

FORMULIR PENDAFTARAN
PENGHARGAAN INDUSTRI HIJAU

Nomor Pendaftaran
(diisi oleh Sekretariat)
Tanggal Terima
(diisi oleh Sekretariat)
Nama Perusahaan

Jenis Industri

Alamat

Kontak Person:
Nama
No. Telp dan HP

………………….Tanggal………….Bulan…………Tahun……

Direktur Perusahaan,

(……………………..…………)

112
Lampiran Peraturan Kepala Badan Pengkajian
Kebijakan Iklim dan Mutu Industri
No. 56/BPKIMI/PER/2/2014

INFORMASI UMUM PERUSAHAAN

1. Nama Perusahaan :
2. Alamat Kantor :

Telepon : Fax :
Alamat Pabrik :

Telepon : Fax :
Website :
3. Jenis Industri :
4. Skala Usaha : Besar/Menengah/Kecil (*pilih salah satu)
5. Contact Person :
Telepon dan HP :
Email :

113
Lampiran Peraturan Kepala Badan Pengkajian
Kebijakan Iklim dan Mutu Industri
No. 56/BPKIMI/PER/2/2014

Lampiran 2 : Kuesioner Penghargaan Industri Hijau

KUESIONER
PENGHARGAAN INDUSTRI HIJAU

Petunjuk Pengisian
1. Untuk jawaban yang melebihi lembar yang tersedia, dapat
ditambahkan pada lembar tersendiri.
2. Untuk pertanyaan pilihan ganda, beri tanda (  ) pada
jawaban yang saudara pilih. Jawaban boleh lebih dari satu.
3. Untuk pertanyaan yang memerlukan data-data pendukung
agar dilampirkan.

A. PROSES PRODUKSI
1. Kebijakan Perusahaan Dalam Penerapan Efisiensi
Produksi
a) Apakah perusahaan memiliki kebijakan dalam rangka
peningkatan efisiensi produksi?
 Ada komitmen top manajemen
 Ada perencanaan
 Sudah dilaksanakan
 Ada pemantauan/evaluasi
 Belum ada kebijakan/komitmen peningkatan efisiensi produksi

b) Berapa persen dari komitmen yang sudah berhasil dicapai


berdasarkan target yang ditetapkan perusahaan dalam kurun
waktu dua tahun terakhir, harap isi tabel di bawah ini:

114
Lampiran Peraturan Kepala Badan Pengkajian
Kebijakan Iklim dan Mutu Industri
No. 56/BPKIMI/PER/2/2014

No Tahun Target Capaian


(satuan/volume) (satuan/volume)
1.
2.

2. Material Input

a) Lengkapi Informasi Material Input:


Jumlah Ketersediaan
Nama Bentuk Sifat Asal Sertifikasi
No Penggunaan MSDS/Spesifi
Bahan Fisik1) Bahan2) Bahan3) bahan4)
/tahun kasi Bahan5)
1
2
3
4
5
dst

1) Bentuk fisik : padat, cair, serbuk/granular dan sebagainya


2) Sifat bahan : beracun/korosif/mudah terbakar/higroskopis/
logam berat/eksplosif/berbau/radioaktif/non toxic/tidak
berbahaya dan sebagainya
3) Asal bahan : impor atau lokal, dan bila berupa
galian/tambang/penebangan hutan/limbah dan sebagainya
agar disebutkan
4) Sertifikasi bahan : jenis sertifikasi atau izin yang dimiliki : SNI,
izin penambangan, izin impor dan sebagainya
5) Ketersediaan MSDS/Spesifikasi Bahan : Ada atau Tidak

b) Dalam kurun waktu 3 tahun terakhir, apakah perusahaan


melakukan penggantian/substitusi material input?

Ya Belum

115
Lampiran Peraturan Kepala Badan Pengkajian
Kebijakan Iklim dan Mutu Industri
No. 56/BPKIMI/PER/2/2014

Jika Ya, sebutkan substitusi material input tersebut.


Jumlah/Volume
Jenis Material input Jenis Material input Material Input
No semula (sebelum saat ini (setelah yang disubtitusi
substitusi) disubstitusi) (kg,m3,ton dan
lain-lain)
1
2
3
4
dst

c) Standard Operating Procedure (SOP) yang dimiliki perusahaan :


 Material input
 Proses produksi
 Maintenance mesin/peralatan

(Khusus untuk IKM)

Penanganan material input yang dilakukan:


 Ditempatkan di gudang/ruangan khusus untuk material input
 Dipisahkan berdasarkan jenis material
 Dilakukan pemantauan mutu material
 Menerapkan prinsip FIFO (first in first out)
 Belum ada upaya penanganan material input

116
Lampiran Peraturan Kepala Badan Pengkajian
Kebijakan Iklim dan Mutu Industri
No. 56/BPKIMI/PER/2/2014

3. Material Input, Energi dan Air


Lengkapi tabel di bawah ini untuk kurun waktu tiga tahun
terakhir
Jumlah
Jumlah Produk Jumlah Penggunaan
Jumlah
yang Penggunaan Energi
No. Tahun Penggunaan
dihasilkan Material Input (kcal atau
Air (m3)
(kg/ton) (kg/ton) joule)

1
2
3

Sumber penggunaan energi:


No Sumber Volume
1  Gas
2  Batubara
3  Solar
4  Listrik
5  Panel surya
6  Geothermal
7  Biodiesel
8  Energi berbasis
hidro
9  Lain – lainnya,
sebutkan ...............

117
Lampiran Peraturan Kepala Badan Pengkajian
Kebijakan Iklim dan Mutu Industri
No. 56/BPKIMI/PER/2/2014

Sumber penggunaan air:


No Sumber Volume
1  Air Sungai
2  Air Danau
3  Air Laut
4  Air Hujan
5  Air Sumur Dangkal
6  Air Sumur Dalam
7  PDAM
8  Lain – lainnya,
sebutkan ...............

a) Apakah perusahaan telah melakukan audit energi?


 Belum pernah melakukan audit energi
 Sudah melakukan audit energi 1 tahun sekali
 Sudah melakukan audit energi 2 tahun sekali
 Sudah melakukan audit energi 3 tahun sekali

b) Apakah perusahaan telah melakukan audit penggunaan air?


 Belum pernah melakukan audit penggunaan air
 Sudah melakukan audit penggunaan air 1 tahun sekali
 Sudah melakukan audit penggunaan air 2 tahun sekali
 Sudah melakukan audit penggunaan air 3 tahun sekali

118
Lampiran Peraturan Kepala Badan Pengkajian
Kebijakan Iklim dan Mutu Industri
No. 56/BPKIMI/PER/2/2014

c) Apakah perusahaan melakukan daur ulang terhadap air sisa


proses dan/atau air limbah?
Ya Belum

Jika Ya, berapa persen penggunaan air daur ulang terhadap total
penggunaan air untuk proses produksi dan utilitas?
 1 – 10%
 11 – 20%
 21 – 30%
 >30%

d) Untuk menjaga keberlanjutan sumber air, apakah perusahaan


telah melakukan konservasi air, seperti membuat sumur resapan,
bio pori, penampungan air hujan atau upaya lainnya?
Ya Belum

Jika Ya, sejauh mana upaya konservasi air yang telah dilakukan?
 Sudah melakukan kajian
 Sudah melakukan kajian dan perencanaan teknis
 Sudah melakukan kajian, perencanaan teknis dan konstruksi
 Upaya konservasi sumber air sudah berjalan

119
Lampiran Peraturan Kepala Badan Pengkajian
Kebijakan Iklim dan Mutu Industri
No. 56/BPKIMI/PER/2/2014

4. Teknologi Proses
a) Dalam kegiatan proses produksi, apakah perusahaan telah
melakukan upaya – upaya berikut:
 Pengurangan pemakaian (reduce) material input termasuk
penggunaan energi, air, kemasan produk, dan lain-lain
 Penggunaan kembali (reuse) material input termasuk
penggunaan energi, air, kemasan produk, dan lain-lain yang
terbuang
 Pemanfaatan kembali (recycle) material input termasuk
penggunaan energi, air, kemasan produk, dan lain-lain yang
terbuang melalui proses daur ulang

b) Terhadap air buangan yang dihasilkan dari proses produksi,


apakah perusahaan telah melakukan :
 Air buangan dari proses produksi diolah secara terpisah dengan
limbah domestik dan air hujan di IPAL
 Air buangan dari proses produksi diolah tercampur dengan
limbah domestik dan air hujan di IPAL
 Belum ada pemisahan air buangan proses produksi dengan
limbah domestik dan air hujan

c) Apakah perusahaan sudah melakukan penggantian atau


modifikasi peralatan/mesin dalam rangka meningkatkan efisiensi
proses produksi dalam 3 tahun terakhir?
Ya Belum

120
Lampiran Peraturan Kepala Badan Pengkajian
Kebijakan Iklim dan Mutu Industri
No. 56/BPKIMI/PER/2/2014

Jika Ya, mohon dilengkapi tabel dibawah ini.


No. Jenis Jenis Dampak*
Mesin/Peralatan Mesin/Peralatan Terhadap Efisiensi
Lama Baru atau Proses Produksi
modifikasi
1.
2.
3.
4.
5.
* dampak dapat berupa penghematan waktu, energi, air dan bahan baku

d) Berapa persen tingkat efektivitas kinerja mesin/peralatan yang


digunakan pada proses produksi (Overall Equipment
Effectiveness)?
 Durasi per shift (menit/hari) .................
 Durasi istirahat selain makan (menit/hari) .................
 Durasi istirahat (menit/hari) .................
 Down time (menit/hari) .................
 Ideal run rate (jumlah produk/menit) .................
 Jumlah produk yang dihasilkan (pieces) .................
 Jumlah produk reject (pieces) .................

121
Lampiran Peraturan Kepala Badan Pengkajian
Kebijakan Iklim dan Mutu Industri
No. 56/BPKIMI/PER/2/2014

5. Produk
a) Lengkapi informasi jenis produk yang dihasilkan dan sertifikasi
produk yang dimiliki.
No. Jenis Produk Sertifikasi Produk1)

1.
2.
3.
4.
5.
dst

1)Sertifikasi produk, contoh : SNI, Oeco-tex, dan lain sebagainya

b) Apakah perusahaan telah melakukan upaya inovasi terhadap


produk yang dihasilkan sehingga menjadi lebih ramah
lingkungan?
Ya Belum

Jika Ya, sudah sejauh mana upaya inovasi tersebut dilakukan ?


 Masih dalam tahap kajian
 Sedang dalam tahap uji coba
 Sudah dipasarkan/komersial
 Sudah memiliki paten

122
Lampiran Peraturan Kepala Badan Pengkajian
Kebijakan Iklim dan Mutu Industri
No. 56/BPKIMI/PER/2/2014

c) Berapa persen produk reject dan defect yang masih terjadi?


 ≤ 0,5 %
 0,6 – 1,0 %
 1,1 – 1,5 %
 1,6 – 2,0 %
 > 2,0 %
 1,1 – 1,5 %
Jelaskan penyebabnya .......

6. SDM
Lengkapi informasi tenaga kerja di industri Saudara.
No. Uraian Jumlah (orang)
1. Jumlah tenaga kerja keseluruhan
2. Jumlah tenaga kerja di proses produksi
3. Jumlah tenaga kerja di proses produksi yang sudah
mengikuti pendidikan dan/atau pelatihan
4. Jumlah tenaga kerja di proses produksi yang sudah
memiliki sertifikat kompetensi

7. Lingkungan Kerja dan Kesehatan Karyawan


a) Apakah perusahaan memiliki program pemantauan dan
penilaian kinerja K3L sesuai dengan Kepmenaker No. 14 tahun
2011?
Ya Belum

123
Lampiran Peraturan Kepala Badan Pengkajian
Kebijakan Iklim dan Mutu Industri
No. 56/BPKIMI/PER/2/2014

Jika Ya, sebutkan frekuensinya?


 setiap 6 bulan sekali
 setiap 1 tahun sekali
 setiap 2 tahun sekali
 lebih dari 2 tahun sekali
 Belum melakukan pemantauan dan penilaian kinerja K3L

b) Apakah perusahaan melakukan pemeriksaan kesehatan


karyawan secara berkala?
Ya Belum

Jika Ya, sebutkan frekuensinya?


 setiap 3 bulan sekali
 setiap 6 bulan sekali
 setiap setiap 1 tahun
 lebih dari >1 tahun
 Belum pernah dilakukan pemeriksaan kesehatan

(Khusus untuk IKM)


Upaya apa yang telah perusahaan lakukan dalam rangka
meningkatkan keselamatan, kesehatan kerja dan lingkungan?
 Memasang rambu-rambu K3L
 Menyediakan alat K3L
 Menyediakan alat perlindungan diri (APD)
 Menerapkan sistem ventilasi yang baik di ruangan proses
produksi

124
Lampiran Peraturan Kepala Badan Pengkajian
Kebijakan Iklim dan Mutu Industri
No. 56/BPKIMI/PER/2/2014

B. MANAJEMEN PERUSAHAAN
1. CSR
a) Apakah perusahaan memiliki kegiatan yang memberikan manfaat
kepada masyarakat sekitar?
Ya Belum
Jika Ya, sudah sejauh mana pelaksanaannya?
 Ada kebijakan CSR
 Program CSR sudah dilaksanakan
 Ada pemantauan
 Ada evaluasi dan pelaporan

(Khusus untuk IKM)


Apakah kegiatan CSR dilakukan secara periodik?
Ya Belum
Jika Ya, sebutkan frekuensinya? ……………………………………….

b) Apakah program CSR sebagaimana diatas dilaksanakan secara


berkelanjutan?
Ya Belum

Jika Ya, sudah berapa tahun program CSR tersebut dilaksanakan?


 1 tahun
 2 tahun
 3 tahun
 >3 tahun

125
Lampiran Peraturan Kepala Badan Pengkajian
Kebijakan Iklim dan Mutu Industri
No. 56/BPKIMI/PER/2/2014

c) Berapa persen dana perusahaan (dari keuntungan bersih) yang


dialokasikan untuk melaksanakan kegiatan CSR? ...... %

2. PENGHARGAAN
Penghargaan terkait proses produksi dan lingkungan hidup apa
saja yang pernah diterima dalam kurun waktu 2 (dua) tahun
terakhir, baik di tingkat nasional maupun internasional?

3. SISTEM MANAJEMEN
Sertifikat sistem manajemen yang telah dimiliki:
 ISO 14000s
 ISO 9000s
 SMK3
 OHSAS
 GMP
 HACCP
 Lainnya, .............

C. KINERJA PENGELOLAAN LIMBAH / EMISI


1. Program Penurunan Emisi CO2e
Apakah perusahaan telah menetapkan upaya penurunan emisi
CO2e sebagai salah satu target/Key Performance Indicator (KPI)?
Ya Belum

126
Lampiran Peraturan Kepala Badan Pengkajian
Kebijakan Iklim dan Mutu Industri
No. 56/BPKIMI/PER/2/2014

Jika Ya, sudah berapa persen tingkat capaiannya?


 1 – 33%
 34 – 66%
 67 – 99%
 ≥100%

2. Pemenuhan Baku Mutu Lingkungan


a) Berapa persen pemenuhan baku mutu limbah cair dalam 2 tahun
terakhir?
 <70% parameter
 70 - 80% parameter
 81 - 90% parameter
 91 - 99% parameter
 100% parameter

b) Berapa persen pemenuhan baku mutu limbah gas dan debu


dalam 2 tahun terakhir:
 <70% parameter
 70 - 80% parameter
 81 - 90% parameter
 91 - 99% parameter
 100% parameter

127
Lampiran Peraturan Kepala Badan Pengkajian
Kebijakan Iklim dan Mutu Industri
No. 56/BPKIMI/PER/2/2014

3. Sarana Pengelolaan Limbah dan Emisi


a) Lengkapi informasi sarana pengelolaan limbah di Perusahaan
Saudara.
No Jenis Sarana Pengelolaan Limbah Pengoperasian1)
1 IPAL
2 Cerobong dan pelengkapnya (siklon,
filter, dll)
3 Bak sampah
4 Incinerator
5 Lain-lain, sebutkan….
1) Pengoperasian : dioperasikan secara kontinu selama 24 jam;
selama 12 jam atau situasional (pilih salah satu )

b) Apakah kegiatan industri Saudara menghasilkan limbah B3?


Ya Tidak
Jika Ya, agar dilengkapi informasi berikut ini :
No. Jenis Limbah B3 Perizinan yang Sarana
yang dihasilkan dimiliki Pengelolaan
1.
2.
3.
4.

128
Lampiran Peraturan Kepala Badan Pengkajian
Kebijakan Iklim dan Mutu Industri
No. 56/BPKIMI/PER/2/2014

(Khusus untuk IKM)

D. PENGELOLAAN LINGKUNGAN
c) Apakah ada upaya pengelolaan terhadap limbah yang dihasilkan
perusahaan?
Ya Belum

Jika Ya, bentuk pengelolaan limbah yang dilakukan:


 Membuang sesuai ketentuan yang berlaku
 Melakukan pencatatan volume dan jenis limbah
 Memisahkan dan mengumpulkan limbah berdasarkan jenis
 Melakukan pengolahan limbah sesuai ketentuan

d) Apakah ada upaya pemanfaatan limbah (padat dan cair) yang


dihasilkan perusahaan?
Ya Belum

Jika Ya, untuk apa limbah tersebut digunakan?

e) Apakah Saudara melakukan pengujian kualitas limbah yang


dihasilkan perusahaan Saudara?
Ya Belum

129
Lampiran Peraturan Kepala Badan Pengkajian
Kebijakan Iklim dan Mutu Industri
No. 56/BPKIMI/PER/2/2014

Jika Ya, sebutkan frekuensinya


 setiap 3 bulan sekali
 setiap 6 bulan sekali
 setiap setiap 1 tahun
 lebih dari >1 tahun
 Belum pernah melakukan pengujian kualitas limbah

130
Lampiran Peraturan Kepala Badan Pengkajian
Kebijakan Iklim dan Mutu Industri
No. 56/BPKIMI/PER/2/2014

Lampiran 3 : Format Sinopsis

SINOPSIS

TEMA: MENGAPA PERUSAHAAN SAUDARA LAYAK UNTUK


MENDAPATKAN PENGHARGAAN INDUSTRI HIJAU

GAMBAR PRODUK
LOGO
C
PERUSAHAAN o

PT ………………………………………….
Alamat :
Telepon :
Faksimili :
Website :
Contact Person :
Email :

PROSES PRODUKSI

Agar dilengkapi Narasi terkait upaya efisiensi yang dilakukan dalam proses
dengan gambar produksi atau upaya-upaya yang telah dilakukan terkait industri
terkait dengan hijau antara lain: kebijakan perusahaan dalam penerapan
deksripsi di efisiensi produksi, susbtitusi material input, efisiensi pemakaian
samping material input, efisiensi pemakaian energi, efisiensi pemakaian
air, penggunaan Energi Baru Terbarukan dan lain-lain

KINERJA PENGELOLAAN LIMBAH/EMISI

Agar dilengkapi Narasi mengenai upaya perusahaan dalam menurunkan Emisi


dengan gambar CO2e dan pengelolaan lingkungan terkait industri hijau antara
terkait dengan lain: penerapan Reduce, Reuse, Recycle (3R) dalam proses
deksripsi di produksi, peningkatan teknologi proses, inovasi produk ramah
samping lingkungan, pengembangan Sumber Daya Manusia, dan lain-lain.

131
Lampiran Peraturan Kepala Badan Pengkajian
Kebijakan Iklim dan Mutu Industri
No. 56/BPKIMI/PER/2/2014

MANEJEMEN PERUSAHAAN

Agar dilengkapi Narasi mengenai manajemen perusahaan yang mendukung


dengan gambar upaya penerapan industri hijau antara lain: Sertifikasi produk,
terkait dengan sistem manajemen, Penerapan CSR
deksripsi di
samping

PENGHARGAAN

Agar dilengkapi
dengan gambar Narasi mengenai penghargaan-penghargaan yang diterima
terkait dengan terkait efisiensi proses produksi dan pengelolaan lingkungan
deksripsi di industri.
samping

Ketentuan:
1. Ukuran kertas A5
2. Font : Cambria, Size 10 (untuk keterangan gambar size 8)
3. Spasi : 1
4. Maksimal jumlah halaman: 4 halaman
5. Dimohon agar tidak merubah format yang tersedia
6. Softcopy dikirimkan dalam bentuk dokumen Microsoft Office
Word (.doc) via email ke industrihijau@gmail.com, dengan
email subject: Sinopsis PT. (nama perusahaan)

132
Lampiran Peraturan Kepala Badan Pengkajian
Kebijakan Iklim dan Mutu Industri
No. 56/BPKIMI/PER/2/2014

Keterangan :
 Data/bukti keterangan lain tertulis yang dapat menunjang
penjelasan Saudara (point 1.) dapat dilampirkan.

, 20……
Pimpinan Perusahaan,

( Nama Lengkap )
Jabatan:

133

Anda mungkin juga menyukai