Anda di halaman 1dari 10

Keputusan Menteri Perindustrian No.

25O Tahun 1994 Tentang : Pedoman Teknis Penyusunan Pengendalian Dampak Terhadap Lingkungan Hidup Pada Sektor Industri
MENTERI PERINDUSTRIAN, Menimbang : a. bahwa dalam melaksanakan pembangunan industri berwawasan lingkungan yang berkelanjutan, wajib dilakukan upaya pencegahan dan penanggulangan pencemaran akibat kegiatan industri terhadap lingkungan hidup; b. bahwa untuk memantapkan dan memberi arah pelaksanaan upaya sebagaimana dimaksud padaa huruf a perlu ditetapkan Pedoman Teknis penyusunan pengendalian dampak terhadap lingkungan Hidup pada sektor industri. c. bahwa untuk itu perlu dikeluarkan Surat Keputusan. Mengingat : 1. Undang-Undang No. 4 Tahun 1982 tentang Ketentuanketentuan Pokok Pengelolaan Lingkungan Hidup; 2. Undang-Undang No. 5 Tahun 1984 tentang Perindustrian; 3. Peraturan Pemerintah No. 17 Tahun 1986 tentang Kewenangan Pengaturan, Pembinaan, dan Pengernbangan Industri; 4. Peraturan Pemerintah No. 13 Tahun 1987 tentang Izin Usaha Industri; 5. Peraturan Pemerintah No. 22 Tahun 1986 Jo. No.14 Tahun 1990 tentang Kawasan Berikat; 6 Peraturan Pemerintah No 51 Tahun 1993 tentang Analisis Mengenai Dampak Lingkungan 7. Keputusan Presiden R.I. No. 44 Tahun 1974 tentang Pokokpokok Organisasi Departemen; 8. Keputusan Presiden RI. No.15 Tahun 1984 tentang Susunan Organisasi Departemen sebagaimana telah diubah beberapa kali terakhir dengan Keputusan Presiden R.I No.14 Tahun 1994; 9. Keputusan Presiden R.I. No. 16 Tahun 1987 tentang Penyederhanaan Pemberian Izin Usaha Industri; 10. Keputusan Presiden R.I. No. 53 Tahun 1989 Jo. No. 98 Tahun 1993 tentang Kawasan Industri; 11. Keputusan Presiden R.I. No. 96/M Tahun 1993 tentang Pembentukan Kabinet Pembangunan VI; 12. Surat Keputusan Menteri Perindustrian No. 148/M/SK/4/1985 tentang Pengamanan Bahan Beracun Dan Berbahaya Di Perusahan Industri; 13. Surat Keputusan Menteri Perindustrian No. 20/ M/SK/1/1986 tentang Lingkup Tugas Departemen Perindustrian Dalam pengendalian Pencernaran Industri terhadap Lingkungan Hidup;

14. 15.

Surat Keputusan Menteri Perindustrian No.291/M/SK/10/1989 Jo. 230/M/SK/i0/1993 tentangTata Cara Perizinan Dan Standar Teknis Kawasan Industri; Surat Keputusan Menteri Perindustrian No. 86/M/SK/5/1994 tentang Organisasi dan Tata Kerja Departernen Perindustrian; Surat Keputusan Menteri Perindustrian No.152/M/SK/6/1994 tentang Pembentukan Kornisi Analisis Menyenai Dampak Lingkungan Pusat Departemen Perindustrian.

Memperhatikan : 1. Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup No.Kep.11/MENLH/3/1994 tentang Jenis Usaha Atau Kegiatan yang wajib Dilengkapi Dengan Anailsis Mengenai Dampak lingkungan. 2. Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup No.Kep.12/MENLH/3/1994 tentang Pedoman Umurn Upaya Pengelolaan Lingkungan dan Upaya Pemantauan Lingkungan. 3. Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup No.Kep.14/MENLH/3/1994 tentang Pedoman Umurn Upaya tentang Pedoman Umum Penyusunan Analisis Mengenai Darnpak Lingkungan. 4. Surat dari Bapedal No. B-1426/II/08/94 perihal Klarifikasi atas Kep.Meneg.LH nomor : KEP-11/MENLH/3/94 dan nomor KEP-12/MENLH/3/94. MEMUTUSKAN Mencabut : 1. Surat Keputusan Menteri Perindustrian No.134/M/SK/4/1988 tentang Pencegahan Dan Penangulangan Pencemaran Sebagai Akibat Kegiatan Usaha Industri Terhadap Lingkungan Hidup. 2. Surat Keputusan Menteri Perindustrian No.138/M/SK/1O/1991 tentang Pedoman Teknis Penyusunan Analisis Mengenai Dampak Lingkungan Departemen Penindustrian. Menetapkan : KEPUTUSAN MENTERI PERINDUSTRIAN TENTang PEDOMAN TEKNIS PENYUSUNAN PENGENDALIAN DAMPAK TERHADAP LINGKUNGAN HIDUP PADA FAKTOR INDUSTRI. BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Surat Keputusan ini yang dimaksud dengan :

1. 2.

3.

4.

5.

6. 7. 8.

9.

Industri, jenis industri, bidang usaha industri dan perusahaan industri adalah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 1 Undang-Undang No. 5 Tahun 1984 tentang Perindustrian. Pengelolaan lingkungan hidup, Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL), Kerangka Acuan (KA), Analisis Dampak Lingkungan (AMDAL), Dampak Penting, Rencana Pengelolaan Lingkungan (RKL) dan Rencana Pemantauan Lingkungan (RPL) , Pemrakarsa Instansi yang bertanggung jawab adalah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 1 Peraturan Pemerintah No. 51 Tahun 1993 tentang Analisis Mengenai Dampak Lingkungan. Upaya Pengengelolaan Lingkungan (UKL) dan Upaya Pemantauan Lingkungan (UPL) adalah rencana Kerja dan atau pedoman kerja yang berisi program pengelolaan lingkungan yang dIbuat secara sepihak oleh Pemrakarsa dan sifatnya mengikat Surat Pernyataan Pengelolaan Lingkungan (SPPL) adalah pernyataan yang dibuat oleh perusahaan industri yang sifatnya mengikat dalam menunjang program pembangunan industri yang berwawasan lingkungan. Pencemaran akibat kegiatan industri atau pencemaran industri adalah penurunan kualitas lingkungan hidup karena masuknya atau dimasukkannya zat pencemar dalam bentuk padat, cair, gas, Kebisingan, debu, getaran dan lain sebagainya yang berasal dari kegiatan industri yang kualitasnya melebihi Nilai Ambang Batas (NAB) yang berlaku kedalam lingkungan atau kedalam tanah, badan air dan udara. Komisi AMDAL Pusat adalah Komisi yang dibentuk berdasarkan Surat Keputusan Menteri Perindustrian yang bertugas dan memiliki wewenang untuk menilai dokumen AMDAL yang diajukan pemrakarsa. Komisi AMDAL Daerah adalah Komisi yang dibentuk oleh Gubernur Kepala Daerah Tingkat I yang bertugas dan memiliki wewenang untuk menilai dokumen AMDAL yang diajukan pemrakarsa. Pedoman Teknis Penyusunan AMDAL, UKL, UPL dan SPPL disingkat Pedoman Teknis adalah Pedoman baku untuk penyusunan dokumen AMDAL, UKL dan UPL serta SPPL bagi pemrakarsa dilingkungan Departemen Perindustrian. Menteri adalah Menteri Perindustrian BAB II Kegiatan Usaha Industri yang dapat Mencemarkan Lingkungan Hidup dan Kewajiban Perusahaan Industri

Pasal 2 Setiap perusahaan industri, perusahaan Kawasan Industri dan perusahaan Kawasan Berikat diwajibkan untuk melakukan pengendalian dampak akibat kegiatan usaha industrinya terhadap lingkungan hidup. Pasal 3

Kegiatan usaha industri sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 dibagi dalam 3 (tiga) klasifikasi : 1. Kegiatan usaha lndustri yang mempunyai potensi dampak penting terhadap lingkungan hidup 2. Kegiatan usaha industri yang tidak mempunyai dampak penting dan atau secara teknologi dapat dikelola dampak pentingnya. 3. Kegiatan usaha industri yang mempunyai dampak terhadap lingkungan hidup diluar klarifikasi sebagaimana dimaksud pada butir 1 dan 2. (1) (2) Pasal 4 Bagi kegiatan usaha industri yang mempunyai potensi dampak penting terhadap lingkungun hidup wajib disusun AMDAL. Jenis kegiatan Usaha industri sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup yang dituangkan dalam Surat Keputusan Menteri sebagaimana tercantum dalam Lampiran I Surat Keputusan ini. Apabila dalam pelaksanaan terdapat keraguan atas jenis kegiatan usaha industri dan tidak terdapat dalam Keputusan Negara Lingkungan Hidup sebgaimana dimaksud ayat (2), yang diperkirakan berpotensi dampak penting Menteri berkonsultasi dengan Menteri Negara Lingkungan Hidup mengenai penetapan wajib AMDAL bagi kegiatan industri yang bersangkutan. Pasal 5 Bagi kegiatan Usaha industri yang tidak mempunyai dampak penting dan atau secara teknologi dapat dikelola dampak pentingnya terhadap lingkungan hidup wajib disusun UKL dan UPL Jenis kegiatan usaha industri sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) adalah tercantum pada Lampiran II Surat Keputusan ini Penyusunan UKL dan UPL sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) tidak termasuk bagian dari AMDAL dan tidak dievaluasi oleh Komisi AMDAL. Pasal 6 Bagi perusahaan industri yang melakukan kegiatan usaha industri yang mempunyai dampak terhadap lingkungan hidup sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 angka 3, wajib menyampaikan SPPL. Jenis kegiatan usaha industri sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) adalah semua jenis kegiatan usaha industri di luar yang tercantum dalam Lampiran I dan Lampiran II Surat Keputusan ini.

(3)

(1) (2) (3)

(1) (2)

Pasal 7 Kewajiban sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4, Pasal 5 dan Pasal 6 dikecualikan bagi kegiatan usaha industri kecil yang tidak wajib memiliki Surat Tanda Pendaftaran Industri Kecil (STPIK). Pasal 8

(1)

(2)

Perubahan jenis kegiatan usaha industri sebagaimana dimaksud pada Pasal 4 ayat (2) dilakukan oleh Menteri Negara Lingkungan Hidup sekurang-kurangnya sekali dalam lima tahun berdasarkan usulan Menteri. Perubahan jenis kegiatan usaha industri sebagaimana tercantum dalam Lampiran II hanya dapat dilakukan oleh Menteri. Pasal9 Kegiatan usaha Industri yang mempunyai potensi dampak penting dan berlokasi di Kawasan Industri atau Kawasan Berikat atau Kornplek Industri yang telah dilengkapi studiAMDAL, tidakwajib disusun AMDAL tetapi wajib disusun RKL dan RPL berdasarkan RKL dan RPL Kawasan Industri atau Kawasan Berikat atau Kornplek Industri yang bersangkutan. Kegiatan usaha industri yang tidak mempunyai dampak penting dan atau secara teknologi dapat dikelola dampak pentingnya dan berlokasi di Kawasan Industri atau Kawasan Berikat atau Komplek Industri yang telah di studi AMDAL, wajib disusun UKL dan UPL. Pembuatan SPPL, tetap diberlakukan bagi kegiatan usaha industri yang mempunyai dampak terhadap lingkungan hidup sebagaimana dimaksud pada Pasal 3 angka 3 dan berlokasi di Kawasan Industri atau Kawasan Berikat atau Komplek Industri yang telah dilengkapi studi AMDAL. Kewajiban sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4, Pasal 5 dan Pasal 6 diberlakukan bagi kegiatan usaha industri yang berlokasi di Kawasan Industri atau Kawasan Berikat atau Komplek Industri yang belum dilengkapi studi AMDAL. BAB III PELAKSANAAN EVALUASI AMDAL

(1)

(2)

(3)

(4)

(1)

(2)

(3)

Pasal 10 Komisi AMDAL Pusat melakukan penilaian atau evaluasi AMDAL, RKL dan RPL kegiatan usaha industri, Kawasan Industri, Kawasan Berikat dan Komplek Industri yang Izin Usahanya dlberikan oleh Menteri atau Pejabat yang mendapat pelimpahan wewenang untuk memberikan Izin Usaha baik dalam rangka PMA/ PMDN maupun dalam rangka non PMA/ PMDN. Kegiatan usaha industri yang kewenangan pemberian Izin Usaha Industrinya oleh Menteri telah dilimpahkan kepada Kepala Kantor Wilayah di Propinsi atau Kepala Kantor Departemen Perindustrian di Kabupaten/Kotamadya, penilalan AMDAL, RKL dan RPL dilakukan oleh AMDAL Daerah. Penilaian AMDAL, RKL dan RPL yang dilakukan oleh Komisi AMDAL Daerah sebagaimana dimaksud dalam ayat (2) wajib mengikutsertakan Kepala Kantor Wilayah Departemen Perindustrian atau Pejabat yang ditunjuk.

BAB IV PELAKSANAAN PENGISIAN UKL DAN UPL Pasal 11 Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Industri rnelakukan koordinasi dan bekerjasama dengan Direktur Jenderal terkait dalam pengarah pengisian UKL dan UPL kegiatan usaha industri baik dalam rangka PMA/PMDN dalam rangka non PMA/ PMDM yang dalam operasionalnya dilaksanakan oleh Kepala Pusat Penelitian dan Pengembangan Sumberdaya, Prasarana dan Wilayah Industri bekerjasama dengan Tim Pengarah yang anggotaanggotanya berasal dari unit-unit terkait di lingkungan Departemen Perindustrian. Pasal 12 Kepala Kantor Wilayah Departemen Perindustrian di Propinsi dan Kepala Kantor Departemen di Kabupaten/ Kotamadya dengan Biro Lingkungan Hidup Pemerintah Daerah Tingkat I dan Bagian Lingkungan Hidup Pemerintah Daerah Tk. II dalam melakukan pengarahan pengisian dokumen UKL dan UPL bagi kegiatan usaha industri yang izin Usaha Industrinya oleh Menteri telah dilimpahkan kepada Kepala Kantor Wilayah Departemen Perindustrian Propinsi dan Kepala Kantor Departemen Perindustrian di Kabupaten / Kotamadya yang dalam operasionalnya dilaksanakan oleh Kepala Bidang Bina Program Kantor Wilayah Departemen Perindustrian di Propinsi dan Kepala Seksi Monitor Pelaporan Kantor Departemen Peridustrian di Kabupaten / Kotamadya. BAB V PERIZINAN (1) Pasal 13 Izin Tetap dan Izin Perluasana dari kegiatan usaha industri sebagaimana dimaksud pada Pasal 4 dapat diberikan setelah perusahaan industri, perusahaan kawasan berikat melaksanakan pengendalian dampaknya terhadap lingkungan sebagaimana tercantum terhadap lingkungan hidup sebagaimana tercantum dalam RKL dan RPL yang disetujui oleh Menteri. Izin Tetap dan Izin Perluasan dari kegiatan usaha industri sebagaimana dimaksud pada Pasal 5 dapat diberikan setelah penyusunan UKL dan UPL olh pemrakarsa. Izin Tetap dan Izin Perluasan dan atau Surat Tanda Pendaftaran Industri Kecil dan kegiatan industri sebagaimana dimaksud pada Pasal 5 dapat diberikan setelah pembuatan SPPL oleh Pemrakarsa Pasal 14

(2) (3)

(1) (2) (3) (4)

(5) (6)

Penyusunan AMDAL dapat dilakukan oleh Pemrakasa dengan melibatkan tenaga ahlinya yang berkualifikasi ilmu lingkungan atau memakai jasa Konsultan Lingkungan. Penyusunan UKL dan UPL dapat dilakukan Pemrakarsa melibatkan tenaga ahli yang berkualifikasi ilmu lingkungan atau Konsultan Lingkungan. Untuk memenuhi penilaian yang obyektif atas ANDAL, RKL dan RPL, UKL dan UPL, pemrakarsa industri diwajibkan menggunakan laboratorium yang diakreditasi oleh Pemerintah. Perusahaan industri yang melakukan kegiatan usaha industri di Kawasan Industri atau Kawasan Berikat atau Komplek Industri sebagaimana dimaksud pada Pasal 9 wajib melakukan konsultasi dengan Perusahaan Kawasan Industri atau Perusahaan Kawasan Berikat atau Pengelola Komplek Industri yang bersangkutan sebelum AMDAL, dari kegiatan usaha industrinya diajukan ke Komisi AMDAL Pusat bagi kegiatan usaha industri yang wajib disusun AMDAL dan kepada Pejabat sebagaimana dimaksud pada Pasal 11 dan Pasal 12 bagi kegiatan usaha industri yang wajib disusun UKL dan UPL. Pengajuan ANDAL, RKL dan RPL dilakukan secara barsamaan oleh Pemrakarsa kepacla Komisi AMDAL Pusat. Tatacara pengajuan dan penilalan KA-ANDAL, ANDAL, UKL dan UPL, serta SPPL di selenggarakan sesuai dengan ketentuan sebagaimana tercanturn dalam Larnpiran III A,B dan C Surat Keputusan ini.

Pasal 15 Penyusunan KA ANDAL dan ANDAL kegiatan usaha industri sebagaimana dimaksud Pasal 4 yang lokasinya berdekatan atau berkelompok dalam satu kawasan yang berciri lingkungan sama dapat dilakukan secara bersama, tetapi penyusunan RKL dan RPL tetap dilakukan secara terpisah. Pasal 16 Penyusunan Kerangka Acuan AMDAL, ANDAL, RKL dan RPL kegiatan usaha industri, Kawasan Industri, Kawasan Berikat dan Komplek Industri, dan penyusunan UKL dan UPL, serta pembuatan SPPL kegiatan usaha industri dilakukan sesuai dengan Pedoman Teknis sebagaimana tercantum dalam Lampiran IV A, B, C dan D Surat Keputusan ini. BAB VII RENCANA PENANGGULANGAN KEADAAN DARURAT Pasal 17 Jenis kegiatan usaha industri sebagaimana tercantum dalam Lampiran I dan Lampiran II Surat Keputusan ini diwajibkan membuat rencana penanggulangan keadaan daturat sebagaimana akibat terjadinya kebakaran, kebocoran (gas dan cairan), peledakan dan musibah lainnya dengan memperhatikan Surat keputusan Menteri Perindustarian No.

148/M/SK/4/1985 dan ketentuan peraturan perundang-undanganyang berkaitan dengan keselamatan dan kesehatan kerja Pasal 18 Perusahaan industri, perusahaan Kawasan Industri, perusahaan Kawasan Berikat dan pengelola Komplek industri yang melakukan kegiatan usaha industri tercantum dalam Lampiran I dan Lampiran II Surat Keputusan ini diwajibkan membentuk Unit Kerja Khusus yang membidangi dan bertanggung jawab dalam bidang pengelolaan lingkungan yang merupakan bagian dari struktur organisasi perusahaan yang bersangkutan atau menunjuk seseorang yang khusus bertanggung jawab dalam bidang pengelolaan lingkungan bagi perusahaan industri yang tidak memiliki struktur organisasi perusahaan. BAB VIII PELAKSANAAN PENGELOLAAN LINGKUNGAN DAN PENGENDALIAN PENCEMARAN (1) (2) Pasal 19 Pemrakarsa wajIb Melaksanakan RKL dan RPL sebagaimana ditetapkan dalam Surat Persetujuan Menteri atau Gubernur Kepala Daerah Tingkat I. Pemrakarsa wajib melaksanakan UKL dan UPL dan SPPL yang telah disampaikan kepada Menteri atau pejabat yang mendapat pelimpahan wewenang dari Menteri sebagaimana dimaksud pada Pasal 11 dan Pasal 12 Pasal 20 Pemantauan terhadap pelaksanaan ketentuan Pasal 19, dilakukan oleh Kepala Kantor Wilayah Departemen Perindustrian dan Kepala Kantor Departemen Perindustrian bekerjasama dengan instansi terkait di daerah. Pelaksanaan pemantauan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) khusus dalam rangka mencegah terjadinya pencemaran lingkungan akibat kegiatan industri dilakukan oleh Kepala Kantor Wilayah Departemen Perindustrian dibantu oleh Balai Penelitian dan Pengembangan Industri, Laboratorium yang ditetapkan oleh Pemerintah dan Kantor Departemen Perindustrian setempat bekerjasama dengan instansi terkait di daerah. Pasal 22. Apabila terjadi kasus gangguan terhadap lingkungan hidup akibat kegiatan industri, Kepala Kantor Wilayah Departemen atau Pejabat yang ditunjuk olehnya mengambil prakarsa dan langkah untuk mengatasi kasus gangguan tersebut bekerjasama dengan instansi terkait di daerah.

(1)

(2)

(1)

(2)

Apabila kasus sebagaimana dalam ayat (1) bersifat pencemaran fisik, pemecahan masalah dilakukan dengan mengikuti ketentuan dalam Surat Keputusan Menteri Perindustrian No. 20/M/SK/1/1996 tentang lingkup Tugas Departemen Perindustrian Dalam Pengendalian Pencemaran Industri Terhadap Lingkungan Hidup bekerjasama dengan instansi terkait di daerah. BAB IX SANKSI

Pasal 22 Perusahaan industri, perusahaan Kawasan Industri, perusahaan Kawasan Berikat dan Pengelola Kornplek Industri yang tidak menyusun AMDAL, UKL UPI dan SPPL sebagaimana dimaksud Pasal 4, Pasal 5 dan Pasal 6 Surat Keputusan ini clapat dikenakan Sanksi Administratif sebagai berikut : a. Bagi pendirian perusahaan industri, perusahaan Kawasan Industri, perusahaan Kawasan Berikat dan perusahan Komplek Industri baru, tidak diberikan izin Usaha Industri / Izin Usha atau Surat Tanda Pendaftaran Industri Kecil (STPIK) b. Bagi perusahaan industri, perusahaan Kawasan Industri, perusahaan Kawasan Berikat dan perusahaan Komplek Industri yang sudah ada pada waktu dikeluarkan Surat Keputusan ini dan telah memperoleh Izin atau Surat Tanda Pendaftaran Industri Kecil (STPIK), diberikan peringatan / teguran tertulis 3 (tiga) kali berturut-turut dengan lama waktu setiap peringatan / teguran 30 (tigapuluh) hari kerja dan apabila setelah 30 (tigapuluh) hari kerja sejak peringatan terakhir ternyata tidak melaksanakan ketentuan ini, maka Surat Izin Tetap atau Surat Tanda Pendaftaran Industri Kecil (STPIK) dicabut. Pasal 23 Setiap perusahaan industri, perusahaan Kawasan Industri, perusahaan Kawasan Berikat dan perusahaan Komplek Industri yang menimbulkan pencemaran dan kerusakan terhadap lingkungan hidup dikenakan sesuai dengan ketentuan pidana sebagaimana tercantum dalam Pasal No. 4 Tahun 1982 tentang Ketentuan-ketentuan Pokok Pengelolaan Lingkungan Hidup dan Pasal 27 Undang-Undang No. 5 Tahun 1984 tentang Perindustrian. Pasal 24 Surat Keputusan ini berlaku sejak tanggal ditetapkan. Ditetapkan di J A K A R T A Pada tanggal20 Oktober 1991 MENTERI PERINDUSTRIAN Ttd T. Ariwibowo

__________________________________

Anda mungkin juga menyukai