NOMOR: 250/M/SK/10/1994
TANGGAL: 20 Oktober 1994
TENTANG
PEDOMAN TEKNIS PENYUSUNAN PENGENDALIAN DAMPAK TERHADAP
LINGKUNGAN HIDUP PADA SEKTOR INDUSTRI
MENTERI PERINDUSTRIAN
BAB I
KETENTUAN UMUM
Pasal 1
Dalam Surat Keputusan ini yang dimaksud dengan:
1. Industri, jenis industri, bidang usaha industri dan perusahaan industri adalah
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 1 Undang-undang No. 5 Tahun 1984 tentang
Perindustrian.
2. Pengelolaan lingkungan hidup, Analisis Mengenai Dampak Lingkungan
(AMDAL), Kerangka Acuan (KA), Analisis Dampak Lingkungan (Andal),
DAMpak Penting, Rencana Pengelolaan Lingkungan (RKL) dan Rencana
Pemantauan Lingkungan (RPL), Pemrakarsa, Instansi yang bertanggung jawab
adalah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 1 Peraturan Pemerintah No. 51 Tahun
1993 tentang Analisis Mengenai Dampak Lingkungan.
3. Upaya Pengelolaan Lingkungan (UKL) dan Upaya Pemantauan Lingkungan
(UPL) adalah rencana kerja dan atau pedoman kerja yang berisi program
pengelolaan lingkungan yang dibuat secara sepihak oleh pemrakarsa dan sifatnya
mengikat.
4. Surat Pernyataan Pengelolaan Lingkungan (SPPL) adalah pernyataan yang dibuat
oleh perusahaan industri yang sifatnya mengikat dalam menunjang program
pembangunan industri yang berwawasan lingkungan.
5. Pencemaran akibat kegiatan industri atau pencemaran industri adalah
penurunan kualitas lingkungan hidup karena masuknya atau dimasukkannya zat
_____________________________________________________________________________________________________________________________PT. ERM INDONESIA
MPP250-1994.PDF 3
pencemar dalam bentuk padat, cair, gas, kebisingan, debu, getaran dan lain
sebagainya yang berasal dari kegiatan industri yang kualitasnya melebihi Nilai
Ambang Batas (NAB) yang berlaku kedalam lingkungan atau kedalam tanah,
badan air dan udara.
6. Komisi AMDAL Pusat adalah Komisi yang dibentuk berdasarkan Surat
Keputusan Menteri Perindustrian yang bertugas dan memiliki wewenang untuk
menilai dokumen AMDAL yang diajukan pemrakarsa.
7. Komisi AMDAL Daerah adalah Komisi yang dibentuk oleh Gubernur Kepala
Daerah Tingkat I yang bertugas dan memiliki wewenang untuk menilai dokumen
AMDAL yang diajukan pemrakarsa.
8. Pedoman Teknis Penyusunan AMDAL, UKL, UPL dan SPPL disingkat Pedoman
Teknis adalah Pedoman baku untuk penyusunan dokumen AMDAL, UKL dan
UPL serta SPPL bagi pemerakarsa di lingkungan Departemen Perindustrian.
9. Menteri adalah Menteri Perindustrian.
BAB II
KEGIATAN USAHA INDUSTRI YANG DAPAT MENCEMARKAN LINGKUNGAN
HIDUP DAN KEWAJIBAN PERUSAHAAN INDUSTRI
Pasal 2
Setiap perusahaan industri, perusahaan Kawasan industri dan industri dan perusahaan
Kawasan Berikat diwajibkan untuk melakukan pengendalian dampak akibat kegiatan
usaha industrinya terhadap lingkungan hidup.
Pasal 3
Kegiatan usaha industri sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 dibagi dalam 3 (tiga)
klasifikasi:
1. Kegiatan usaha industri yang mempunyai potensi dampak penting terhadap
lingkungan hidup.
2. Kegiatan usaha industri yang tidak mempunyai dampak penting dan atau secara
teknologi dapat dikelola dampak pentingnya
3. Kegiatan usaha industri yang mempunyai dampak terhadap lingkungan hidup di
luar klasifikasi sebagaimana dimaksud pada butir 1 dan 2.
Pasal 5
(1) Bagi kegiatan usaha industri yang tidak mempunyai dampak penting dan atau
secara teknologi dapat dikelola dampak pentingnya terhadap lingkungan hidup
wajib disusun UKL dan UPL.
(2) Jenis kegiatan usaha industri sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) adalah seperti
tercantum pada Lampiran II Surat Keputusan ini.
(3) Penyusunan UKL dan UPL sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) tidak termasuk
bagian dari AMDAL dan tidak dievaluasi oleh Komisi AMDAL.
Pasal 6
(1) Bagi perusahaan industri yang melakukan kegiatan usaha industri yang
mempunyai dampak terhadap lingkungan hidup sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 3 angka 3, wajib menyampaikan SPPL.
(2) Perubahan jenis kegiatan usaha industri sebagaimana dimaksud dalam ayat (1)
adalah semua jenis kegiatan usaha industri di luar yang tercantum dalam
Lampiran I dan Lampiran II Surat Keputusan ini.
Pasal 7
Kewajiban sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4, Pasal 5 dan Pasal 6 dikecualikan bagi
kegiatan usaha industri yang tidak wajib memiliki Surat Tanda Pendaftaran Industri
kecil (STPIK).
Pasal 9
(1) Kegiatan usaha industri yang mempunyai potensi dampak penting dan berlokasi
di kawasan industri atau Kawasan Berikat atau Komplek Industri yang telah
dilengkapi studi AMDAL, tidak wajib disusun ANDAL tetapi wajib disusun RKL
dan RPL Kawasan Industri atau Kawasan Berikat atau Komplek Industri yang
bersangkutan.
(2) Kegiatan usaha industri yang tidak mempunyai dampak penting dan atau secara
teknologi dapat dikelola dampak pentingnya dan berlokasi di kawasan Industri
atau Kawasan Berikat atau Komplek Industri yang telah dilengkapi studi AMDAL,
wajib disusun UKL dan UPL.
(3) Pembuatan SPPL, tetap berlaku bagi kegiatan usaha industri yang mempunyai
dampak terhadap lingkungan hidup sebagaimana dimaksud pada Pasal 3 angka 3
dan berlokasi di Kawasan Industri atau Kawasan Berikat atau Komplek Industri
yang telah dilengkapi studi AMDAL.
(4) Kewajiban sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4, Pasal 5 dan Pasal 6 diberlakukan
bagi kegiatan usaha industri yang berlokasi di Kawasan industri atau Kawasan
Berikat atau Komplek Industri yang belum dilengkapi studi AMDAL.
BAB III
PELAKSANAAN EVALUASI AMDAL
Pasal 10
(1) Komisi AMDAL Pusat melakukan penilaian atau evaluasi ANDAL, RKL dan RPL
kegitan usaha industri, Kawasan Industri, Kawasan Berikat, dan komplek Industri
yang Izin Usahanya diberikan oleh Menteri atau Pejabat yang mendapat
pelimpahan wewenang untuk memberikan Izin Usaha baik dalam rangka
PMA/PMDN maupun dalam rangka non PMA/PMDN
(2) Kegiatan usaha industri yang kewenangan pemberian Izin Usaha Industrinya oleh
_____________________________________________________________________________________________________________________________PT. ERM INDONESIA
MPP250-1994.PDF 6
Menteri telah dilimpahkan kepada Kepala Kantor Wilayah di Propinsi atau Kepala
Kantor Departemen Perindustrian di Kabupaten/Kotamadya, penilaian ANDAL,
RKL dan RPL dilakukan oleh Komisi AMDAL Daerah.
(3) Penilaian ANDAL, RKL dan RPL yang dilakukan oleh Komisi AMDAL Daerah
sebagaimana dimaksud dalam ayat (2) wajib mengikutsertakan Kepala Kantor
Wilayah Departemen Perindustrian atau Pejabat yang ditunjuk.
BAB IV
PELAKSANAAN PENGISIAN UKL DAN UPL
Pasal 11
Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Industri melakukan koordinasi dan dan
bekerjasama Direktur Jenderal terkait dalam pegnarahan pengisian dokumen UKL dan
UPL kegiatan usaha industri baik dalam rangka PMA/PMDN maupun dalam rangka
non PMA/PMDN yang dalam operasinya dilaksanakan oleh Kepala Pusat Penelitian dan
Pengemabngan Sumberdaya, Prasarana dan Wilayah Industri bekerjasama dengan Tim
Pengarah yang anggota-anggotanya berasal dari unit-unit terkait di lingkungan
Departemen Perindustrian.
Pasal 12
Kepala Kantor Wilayah Departemen Perindustrian di Propinsi dan Kepala Kantor
Departemen di Kabupaten/Kotamadya bekerjasama degnan Biro Lingkungan Hidup
Pemerintah Daerah Tingkat I dan Bagian Lingkungan Hidup Pemerintah Daerah Tingkat
II dalam melakukan pengarahan pengisian dokumen UKL dan UPL bagi kegiatan usaha
industri yang Izin Usaha Industrinya oleh Menteri telah dilimpahkan kepada Kepala
Kantor Wilayah Departemen Perindustrian di Propinsi dan kepala Kantor Departemen
Prindustrian di Kabupaten/Kotamadya , yang dalam operasionalnya dilaksanakan oleh
Kepala Bidang Bina Program Kantor Wilayah Departmen Perindustrian di Propinsi dan
Kepala Seksi Monitor Pelaporan Kantor Departemen Perindustrian di
Kabupaten/Kotamadya.
Pasal 13
(1) Izin Tetap dan Izin Perluasan dari kegiatan usaha industri sebagaimana dimaksud
pada Pasal 4 dapat diberikan setelah perusahaan industri, Perusahaan Kawasan
Industri, Perusahaan Kawasan Berikat melaksanakan pengendalian dampaknya
terhadap lingkungan hidup sebagaimana tercantum dalam RKL dan RPL yang
disetujui oleh Menteri.
(2) Izin Tetap dan Izin Perluasan dari kegiatan usaha Industri sebagaimana dimaksud
pada Pasal 5 dapat diberikan setelah penyusunan UKL dan UPL oleh Pemrakarsa.
(3) Izin Tetap dan Izin Perluasan dan atau Surat Tanda Pendaftaran Industri Kecil dari
kegiatan Industri sebagaimana dimaksud pada Pasal 6 dapat diberikan setelah
pembuatan SPPL oleh Pemrakarsa
BAB VI
TATA CARA PENYUSUNAN AMDAL, UKL & UPL
Pasal 14
(1) Penyusunan AMDAL dapat dilakukan oleh Pemrakarsa dengan melibatkan tenaga
ahlinya yang berkualifikasi ilmu lingkungan atau memakai jasa konsultan
Lingkungan.
(2) Penyusunan UKL dan UPL dapat dilakukan oleh Pemrakarsa tanpa melibatkan
tenaga ahli yang berkualifiksi ilmu lingkungan atau jasa konsultan Lingkungan.
(3) Untuk memenuhi penilaian yang obyektif atas ANDAL, RKL dan RPL, UKL dan
UPL, pemerakarsa industri diwajibkan menggunakan jasa laboratorium yang
diakreditasi oleh Pemerintah.
(4) Perusahaan industri yang nelakukan kegiatan usaha indsutri di Kawasan Industri
atau Kawasan Berikat atau Komplek Industri sebagaimana dimaksud pada Pasal 9
wajib melakukan konsultasi dengan Perusahaan Kawasan Industri, atau
Perusahaan Kawasan Berikat atau Pengelola Komplek Industri yang bersangkutan
sebelum AMDAL, dari kegiatan usaha industrinya diajukan ke Komisi AMDAL
Pusat bagi kegiatan usaha industri yang wajib disusun AMDAL dan kepada
Pejabat sebagaimana dimaksud pada pasal 11 dan Pasal 12 bagi kegiatan usaha
industri yang wajib disusun UKL dan UPL.
_____________________________________________________________________________________________________________________________PT. ERM INDONESIA
MPP250-1994.PDF 8
(5) Pengjuan ANDAL, RKL dan RPL dilakukan secara bersamaan oleh Pemrakarsa
kepada Komisi AMDAL Pusat.
(6) Tata cara pengajuan dan penilaian KA-ANDAL, ANDAL, RKL dan RPL,
penyampaian UKL dan UPL serta SPPL diselenggarakan sesuai dengan keetnuan
sebagaimana tercantum dalam Lampiran III A, B dan C Surat Keputusan ini.
Pasal 15
Penyusunan KA ANDAL dan ANDAL kegiatan usaha industri sebagaimana dimaksud
Pasal 4 yang lokasinya berdekatan atau berkelompok dalam satu kawasan yang berciri
lingkungan sama dapat dilakukan secara bersama, tetapi penyusunan RKL dan RPL
tetap dilakukan secara terpisah.
Pasal 16
Penyusunan Kerangka Acuan ANDAL, ANDAL, RKL dan RPL Kegiatan usaha industri,
Kawasan Industri, Kawasan Berikat dan Komplek Industri, dan penyusunan UKL dan
UPL, serta pembuatan SPPL kegiatan usaha industri dilakukan sesuai dengan Pedoman
Teknis sebagaimana tercantum dalam Lampiran IV A, B, C dan D Surat Keputusan ini.
BAB VII
RENCANA PENANGGULANGAN KEADAAN DARURAT
Pasal 17
Jenis kegiatan usaha industri sebagaimana tercantum dalam Lampiran I dan Lampiran II
Surat Keputusan ini diwajibkan membuat rencana penanggulangan keadaan darurat
sebagai akibat terjadinya kebakaran, kebocoran (gas dan cairan), peledakan dan musibah
lainnya dengan memperhatikan Surat Keputusan Menteri Perindustrian No.
148/M/SK/4/1985 dan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berkaitan
dengan keselamatan dan kesehatan kerja.
Pasal 18
Perusahaan industri, perusahaan kawasan Industri, perusahaan Kawasan Berikat dan
pengelola Komplek Industri yang melakukan kegiatan usaha industri sebagaimana
tercantum dalam Lampiran I dan Lampian II Surat Keputusan ini, diwajibkan
membnetuk Unit Kerja Khusus yang membidangi dan bertanggung jawab dalam bidang
pengelolaan lingkungn yang merupakan bagian dari struktur organisasi perusahaan
_____________________________________________________________________________________________________________________________PT. ERM INDONESIA
MPP250-1994.PDF 9
yang bersangkutan atau menunjuk seseorang yang khusus bertanggung jawab dalam
bidang pengelolaan lingkungan bagi perusahaan industri yang tidak memiliki struktur
organisasi perusahaan.
BAB VIII
PELAKSANAAN PENGELOLAAN LINGKUNGAN DAN PENGENDALIAN
PENCEMARAN
Pasal 19
(1) Pemrakarsa wajib melaksanakan RKL da RPL sebagaimana ditetapkan dalam Surat
Persetujuan Menteri atau Gubernur Kepala Daerah Tingkat I.
(2) Pemrakarsa wajib melaksanakan UKL dan UPL dan SPPL yang telah disampaikan
kepada Menteri atau Pejabat yang mendapat pelimpahan wewenang dari Menteri
sebagaimana dimaksud pada Pasal 11 dan Pasal 12.
Pasal 20
(1) Pemantauan terhadap pelaksanaan ketentuan Pasal 19, dilakukan oleh Kepala
Kantor Wilayah Departemen Perindustrian dan Kepala Kantor Departemen
Perindustrian bekerjasama dengan instansi terkait di daerah.
(2) Pelaksanaan pemantauan sebagaimana dimaksud dalam aayat (1) khusus dalam
rangka mencegah terjadinya pencemaran lingkungan akibat kegiatan industri
dilakukan oleh Kepala Kantor Wilayah Departemen Perindustrian dibantu oleh
Balai penelitian dan Pengembangan Industri, Laboratorium yang ditetapkan oleh
Pemerintah dan Kantor Departemen Perindustrian setempat bekerjasama dengan
instansi terkait di daerah.
Pasal 21
(1) Apabila terjadi kasus gangguan terhadap lingkungan hidup akibat kegiatan
industri, Kepala Kantor Wilayah Departemen atau Pejabat yang ditunjuk olehnya
mengambil prakarsa tersebut bekerjasama dengan instansi terkait di daerah.
(2) Apabila kasus sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) bersifat pencemaran fisik,
pemecahan masalah dilakukan dnegan mengikuti ketentuan dalam Surat
Keputusan Menteri Perindustrian No. 20/M/SK/-1/1986 tentang Lingkup Tugas
Departemen Perindustrian Dalam Pengendalian Pencemaran Industri Terhadap
Lingkungan Hidup bekerjasama dengan instansi terkait di daerah.
_____________________________________________________________________________________________________________________________PT. ERM INDONESIA
MPP250-1994.PDF 10
BAB IX
SANKSI
Pasal 22
Perusahaan industri, perusahaan Kawasan Industri, perusahaan Kawasan Beriat dan
Pengelolaan Komplek Industri yang tidak menyusun AMDAL, UKL dan UPL, dan SPPL
sebagaimaa dimaksud Pasal 4, Pasal 5 dan Pasal 6 Surat Keputusan ini dapat dikenakan
Sanksi Administratif sebagai berikut:
a Bagi pendirian perusahaan industri, perusahaan Kawasan Industri, perusahaan
Kawasan Berikat dan perusahaan Komplek Industri baru, tidak diberikan Izin
Usaha Industri/Izin Usaha atau Surat Tanda Pendaftaran Industri Kecil (STPIK)
b Nagi perusahaan industri, perusahaan Kawasan Industri, perushaan Kawasan
Berikat dan perusahaan Komplek Industri yang sudah ada pada waktu
dikeluarkan Surat Keputusan ini dan telah memperoleh Izin Tetap atau Surat
Tanda Pendaftaran Industri kecil (STPIK), diberikan peringatan/teguran tertulis 3
(tiga) kali berturut-turut dengan lama waktu setiap peringatan/teguran 30
(tigapuluh) hari kerja, sejak peringatan terakhir ternyata tidak melaksanakan
ketentuan ini, maka Surat Izin Tetap atau Surat Tanda Pendaftaran Industri kecil
(STPIK) dicabut.
Pasal 23
Setiap perusahaan industri, perusahaan Kawasan Industri, perusahaan Kawasan Berikat
dn perusahaan Komplek Industri yang menimbulkan pencemaran dan kerusakan
terhadap lingkungan hidup dikenakan sanksi sesuai dengan ketentuan pidana
sebagaimana tercantum dalam Pasal 22 Undang-undang No. 4 Taun 1982 tentang
Ketentuan-ketentuan Pokok Pengelolaan Lingkungan Hidup dan Pasal 27 Undang-
undang No. 5 Tahun 1984 tentang Perindustrian.
Pasal 24
Surat Keputusan ini berlaku sejak tanggal ditetapkan
ttd
T. Ariwibowo
Menteri Perindustrian
ttd
T. Ariwibowo
ttd
ttd