Anda di halaman 1dari 32

LAPORAN

RANCANGAN PROYEK PERUBAHAN

PENYUSUNAN PEDOMAN UNTUK PENILAIAN TINGKAT KESIAPTERAPAN


MANUFAKTUR DI LINGKUNGAN BPPI KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN

Disusun Oleh:
RAJA ANDRIE AGUSVINUS
NIP. 198408242009111001

PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN INDUSTRI


KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN
DIKLAT KEPEMIMPINAN TINGKAT IV ANGKATAN I
TAHUN 2019
LEMBAR PERSETUJUAN

RANCANGAN PROYEK PERUBAHAN

JUDUL PROYEK PERUBAHAN

PENYUSUNAN PEDOMAN UNTUK PENILAIAN TINGKAT KESIAPTERAPAN


MANUFAKTUR DI LINGKUNGAN BPPI KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN

Disusun Oleh:
RAJA ANDRIE AGUSVINUS
NIP. 198408242009111001

Telah disetujui tanggal: Agustus 2019

di Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia Industri

Mentor Coach

Hendra Yetty Indrani Dharmayanti


BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Dalam rangka mewujudkan pembangunan industri yang tangguh dan


berdaya saing tinggi, maka penguasaan teknologi dan inovasi penelitian dan
pengembangan (litbang) industri sangat mutlak diperlukan. Peran dari litbang
industri sangat diharapkan sebagai dasar dari pembangunan ekonomi suatu
bangsa dalam mengelola sumber daya alam untuk menghasilkan produk berdaya
saing. Teknologi dan inovasi litbang industri merupakan salah satu faktor
penggerak utama keberhasilan dalam memenangkan persaingan global.
Berdasarkan Perpres Peraturan Presiden (Perpres) No. 69 Tahun 2018
tentang Perubahan Atas Peraturan Presiden No. 29 Tahun 2015 Tentang
Kementerian Perindustrian Kementerian Perindustrian, BPPI mengemban tugas
menyelenggarakan penelitian dan pengembangan di bidang perindustrian. Dalam
melaksanakan tugas, BPPI menyelenggarakan fungsi sebagai berikut:
1. Penyusunan kebijakan teknis, rencana, dan program penelitian,
pengkajian, pengembangan dan promosi di bidang teknologi industri,
jasa industri, standardisasi industri, dan industri hijau, serta diseminasi
dan perlindungan hak kekayaan intelektual di bidang industri;
2. Pelaksanaan penelitian, pengkajian, dan pengembangan dan promosi di
bidang teknologi industri, jasa industri, standardisasi industri, dan industri
hijau, serta diseminasi dan perlindungan hak kekayaan intelektual di
bidang industri;
3. Pemantauan, evaluasi, dan pelaporan pelaksanaan penelitian,
pengkajian, pengembangan dan promosi di bidang teknologi industri,
jasa industri, standardisasi industri, dan industri hijau, serta diseminasi
dan perlindungan hak kekayaan intelektual di bidang industri;
4. Pelaksanaan administrasi Badan Penelitian dan Pengembangan Industri;
dan Pelaksanaan fungsi lain yang diberikan oleh menteri.
Dalam melaksanakan tugas dan fungsi tersebut, BPPI didukung 5 (lima) unit kerja
setingkat Eselon II di pusat dan 24 (dua puluh empat) Unit Pelaksana Teknis (UPT) yang
tersebar di beberapa daerah. Puslitbang Industri Agro adalah salah satu unit Eselon II
yang berada di lingkungan BPPI.
Puslitbang Industri Agro sebagai salah satu unit Eselon II di lingkungan BPPI
memiliki tugas menurut Peraturan Menteri Perindustrian No. 35 Tahun 2018 yaitu
melaksanakan penyusunan kebijakan teknis, rencana, progam, pelaksanaan,
pemantauan, evaluasi, dan pelaporan pelaksanaan penelitian, pengkajian, dan
pengembangan serta penerapan dan pengawasan teknologi industri, jasa industri serta
diseminasi dan perlindungan kekayaan intelektual di bidang industri Agro.
Adapun fungsi-fungsi yang dilaksanakan oleh Puslitbang Industri Agro adalah
sebagai berikut:
a. Penyiapan penyusunan kebijakan teknis, rencana, dan program penelitian,
pengkajian dan pengembangan serta penerapan dan pengawasan teknologi
industri, jasa industri serta diseminasi dan perlindungan kekayaan intelektual di
bidang industri makanan, hasil laut, hasil perikanan, minuman, tembakau, bahan
penyegar, hasil hutan dan hasil perkebunan.
b. Penyiapan pelaksanaan penelitian, pengkajian dan pengembangan serta
penerapan dan pengawasan teknologi industri, jasa industri serta diseminasi
dan perlindungan kekayaan intelektual intelektual di bidang industri makanan, hasil
laut, hasil perikanan, minuman, tembakau, bahan penyegar, hasil hutan dan hasil
perkebunan.
c. Penyiapan pemantuan, evaluasi dan pelaporan pelaksanaan penelitian, pengkajian
dan pengembangan serta penerapan dan pengawasan teknologi industri, jasa
industri serta diseminasi dan perlindungan kekayaan intelektual di bidang industri
makanan, hasil laut, hasil perikanan, minuman, tembakau, bahan penyegar, hasil
hutan dan hasil perkebunan.
Didalam melaksanakan tugas dan fungsi diatas, maka Puslitbang Industri Agro
memiliki struktur organisasi yang dikelompokkan ke dalam fungsi pembinaan
berdasarkan komoditas sebagaimana struktur dibawah ini, :

Kepala Pusat Litbang


Industri Agro

Kasubag TU dan Program

Kabid. Industri Kabid. Industri Minuman, Kabid. Industri Hasil


Makanan, Hasil Laut, dan Hasil Tembakau,dan Bahan
Hutan dan Perkebunan
Perikanan Penyegar

Kasubbid. Industri Kasubbid. Industri Kasubbid. Industri Hasil


Makanan Minuman Hutan

Kasubbid Industri Hasil Kasubbid. Industri Hasil Kasubbid. Industri Hasil


Laut, dan Perikanan Tembakau dan Bahan Perkebunan
Penyegar
B. Area Proyek Perubahan dan Ruang Lingkup

1. Area yang akan menjadi Proyek Perubahan adalah :

Puslitbang Industri Agro yang memiliki tugas pokok dan fungsi untuk
melaksanakan penelitian di bidang industri agro dan mengembangkan
penelitian untUk dapat dikomersialisasikan oleh dunia industri maka diperlukan
pedoman dalam rangka menilai tingkat kesiapan hasil penelitian untuk
diterapkan di dunia industri. Adapun pedoman tingkat kesiapterapan manufaktur
yang dikembangkan harus dapat digunakan dengan mudah, efektif, efisien oleh
para stakeholder dan shareholder.

2. Ruang Lingkup yang menjadi Proyek Perubahan adalah :

 Pembuatan pedoman sebagi alat ukur untuk tingkat kesiapterapan


manufaktur hasil penelitian litbang di lingkungan Badan Penelitian dan
Pengembangan Industri khususnya terkait dengan litbang industri agro.

C. Tujuan dan Manfaat

1. Tujuan dari proyek perubahan yang akan dilakukan adalah :


 Tersusunnya pedoman tingkat kesiapterapan manufaktur untuk hasil
penelitian bidang industri agro yang akan dikomersilkan
 Tersedianya sistim digital untuk penilaian tingkat kesiapterapan manufaktur
hasil penelitian bidang industri agro yang efisien dan efektIF

2. Manfaat yang diharapkan dari proyek perubahan ini adalah :


 Dengan adanya pedoman ini maka diharapkan dapat meningkatkan jumlah
hasil penelitian bidang agro industri yang dapat dikomersialisasikan dan
dimanfaatkan oleh dunia industri.
 Dengan adanya pedoman ini maka diharapkan agar para peneliti dapat
merencanakan, menyusun, mengembangkan dan melaksanakan penelitian
yang berorientasi kepada problem solving dan business-oriented.
 Dengan adanya pedoman ini , maka evaluasi dapat mudah dilakukan
terhadap hasil penelitian yang on going untuk dikomersialisasikan.
 Dengan adanya sistim aplikasi digital penilaian tingkat kesiapan manufaktur ,
maka para penilai kesiapterapan manufaktur akan dapat bekerja secara
optimal, efektif, dan efisien. Selain itu, sistim aplikasi digital penilaian tingkat
kesiapan manufaktur juga akan menjadi alat monitoring, alat penyimpanan
data, dan alat tukar informasi diantara para stakeholder terkait dengan
penelitian yang akan dikomersialisasikan di level manufaktur.
 Penelitian yang dihasilkan dapat memenuhi kebutuhan industri terkini dan
aktual.

D. Kriteria Keberhasilan

Sesuai dengan tujuan yang diharapkan dari proyek perubahan yang


dilaksanakan, maka kriteria keberhasilan proyek perubahan ini adalah :

1. Kriteria keberhasilan proyek perubahan jangka pendek


a. Disusunnya pedoman tingkat kesiapterapan manufaktur untuk hasil
penelitian industri bidang agro
2. Kriteria keberhasilan proyek perubahan jangka panjang
a. Meningkatnya hasil penelitian industri di bidang agro yang dapat
dikomersialisasikan dan diterapkan di dunia industri
b. Meningkatnya jumlah penelitian industri di bidang agro yang berorientasi
kepada bisnis dan problem solving
c. Dikembangkannya sistem platform digitalisasi untuk menilai tingkat
kesiapterapan manufaktur hasil penelitian industri di bidang agro
d. Terjalinnya kerja sama yang sinergis antara litbang industri Kemenperin
dengan dunia usaha / dunia industri
BAB II
DESKRIPSI PROYEK PERUBAHAN

A. IDENTIFIKASI PERMASALAHAN

Berdasarkan data Global Competitiveness Index yang dikeluarkan World


Economic Forum (WEF), daya saing Indonesia periode 2015 – 2016 mencapai
peringkat 37 dari 140 negara (skor 4.5). Pada periode 2016 – 2017 mencapai 41
dari 138 negara (skor 4.5) dan pada periode 2017 – 2018 Indonesia menduduki
peringkat 36 dari 137 negara (skor 4.7). Daya saing Indonesia meningkat terkait
penerapan penelitian ke dalam industri atau teknologi tepat guna yang dapat
langsung dimanfaatkan oleh masyarakat. Indonesia menempati peringkat ke-31
dalam inovasi. Di dalam global value chain, nilai tambah terbesar produk industri
dihasilkan pada proses R&D dan purna jual, kemudian diikuti proses branding,
pemasaran, desain, dan distribusi. Pada tahun 2018, Indonesia dengan pilar
inovasi menduduki peringkat 68 dengan skor 37, subpilar kapasitas inovasi
menduduki peringkat ke-32, subpilar belanja teknologi tinggi pemerintah peringkat
ke-12 dari 140 negara. Hal ini membuat Indonesia harus terus berjuang untuk
meningkatkan kesiapterapan teknologi berupa ketersediaan teknologi terbaru,
penyerapan teknologi di perusahaan, dan transfer teknologi dari investasi langsung
pemodal asing.
Jika melihat hasil penelitian Litbang Industri yang dihasilkan di lingkungan
BPPI seperti pada gambar di bawah ini :

250
200 185
200 161
150
95
100 62 62 54 54
50 37 32
0
2014 2015 2016 2017 2018

Jumlah Litbang Litbang TRL 6

Gambar di atas memperlihatkan bahwa secara kuantitas jumlah litbang


yang dihasilkan oleh Balai Besar dan Baristand Industri sejak Tahun 2014
cenderung menurun. Begitu pula proporsi litbang yang mencapai level TRL
(Technology Readiness Level / Tingkat Kesiapan Teknologi) level 6
cenderung menurun mengikuti jumlah total litbang. Penurunan jumlah litbang
ini disebabkan oleh berkurangnya alokasi anggaran kegiatan serta
meningkatnya persyaratan/kriteria kualitas litbang yang dikategorikan sebagai
litbang yang siap diterapkan.

Secara kuantitas , hasil litbang yang telah mencapai level tingkat


kesiapan di level 6 menurun terus dari tahun 2014 di jumlah 62, dan di tahun
2018 sejumlah 32. Akan tetapi secara persentase mengalami penaikan
dimana persentase litbang yang telah mencapai level 6 di tahun 2018 adalah
sebanyak 59.2% dibandingkan persentase di tahun 2014 adalah sebesar
besar 8.5 %. Harapan idealis jangka panjang adalah semua hasil litbang di
lingkungan BPPI memiliki level TRL 6 ke atas agar bisa diterapkan di dunia
industri.

Terdapat beberapa masalah dan kendala yang telah teridentifikasi


menjadi penyebab dari masih belum optimalnya hasil litbang industri agro
yang siap untuk diterapkan. Masalah-masalah ini disandingkan juga dengan
kondisi ideal yang diharapkan, sebagaimana terlampir dari tabel berikut :

Identifikasi Permasalahan terkait Masih Kurangnya Tingkat Kesiapterapan


Manufaktur terhadap Hasil Litbang Industri Agro

N Kondisi Saat Ini Kondisi Yang Diharapkan


o
1. Jumlah sumber daya teknis di Jumlah sumber daya teknis cukup secara
Puslitbang Industri Agro sangat kuantitas dan kualitas
terbatas ( fungsional peneliti : 2 orang,
calon peneliti : 2 orang)
2. Informasi mengenai hasil litbang yang Terdapat data base informasi terkait hasil
siap dikomersialisasikan minim litbang yang siap ditawarkan untuk
dikomersialiasikan
3. Panduan terkait Tingkat Kesiapan Panduan terkait Tingkat Kesiapan
Teknologi sudah ada tapi belum Teknologi optimal digunakan dalam
optimal digunakan. penyusunan proposal litbang
4. Panduan terkait Tingkat Kesiapterapan Sudah ada Panduan terkait Tingkat
Manufaktur terhadap hasil litbang yang Kesiapterapan Manufaktur sebagai
akan dikomersialkan belum ada pedoman bagi para peneliti
5. Hasil litbang yang dikomersialiasikan Hasil litbang yang dikomersialisasikan
masih minim semakin meningkat setiap tahun
6. Belum optimal dan efektifnya Monitoring terhadap kemajuan hasil
monitoring kemajuan hasil litbang yang litbang yang akan diterapkan secara
akan diterapkan secara komersil komersil dapat dilakukan optimal dan
efektif
7. Litbang yang disusun masih banyak Litbang yang disusun harus berorientasi
yang belum berorientasi kepada pasar kepada pasar dan dunia industri
dan dunia industri

B. PEMILIHAN ISU STRATEGIS

Berdasarkan permasalahan yang telah dikemukan di atas, maka perlu


dilakukan pemilihan prioritas masalah yang akan menjadi fokus dan area
perubahan. Instrumen yang digunakan untuk memilih prioritas masalah adalah
analasis USG (Urgency, Seriousness, Growth). Metode USG menggunakan tiga
kriteria penilaian, yaitu:
1. Urgency (Urgensi) : seberapa mendesak isu tersebut harus dibahas
dikaitkan dengan waktu yang tersedia serta seberapa keras tekanan
waktu tersebut untuk memecahkan masalah yang menyebabkan isu.
2. Seriousness (Keseriusan) : seberapa serius isu tersebut perlu dibahas
dikaitkan dengan akibat yang timbul dengan penundaan pemecahan
masalah yang menimbulkan isu tersebut
3. Growth (Perkembangan) : seberapa kemungkinan masalah penyebab isu
akan semakin buruk kalau dibiarkan

No Permasalahan U S G Sko Priori


r tas
1. Jumlah sumber daya teknis di Puslitbang Industri Agro 5 4 4 13 III
sangat terbatas ( fungsional peneliti : 2 orang, calon
peneliti : 2 orang)
2. Informasi mengenai hasil litbang yang siap 4 4 4 12 IV
dikomersialisasikan minim
3. Panduan terkait Tingkat Kesiapan Teknologi sudah ada 5 3 3 11 V
tapi belum optimal digunakan.
4. Panduan terkait Tingkat Kesiapterapan Manufaktur 5 5 5 15 I
terhadap hasil litbang yang akan dikomersialkan
belum ada
5. Hasil litbang yang dikomersialiasikan masih minim 4 4 4 12 I
6. Belum optimal dan efektifnya monitoring kemajuan 5 5 4 14 II
hasil litbang yang akan diterapkan secara komersil
7. Litbang yang disusun masih banyak yang belum 4 4 4 12 IV
berorientasi kepada pasar dan dunia industri
Identifikasi Prioritas Area Proyek Perubahan
Keterangan:
1. Sangat tidak penting
2. Tidak Penting
3. Penting
4. Penting Sekali
5. Sangat Penting Sekali

Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa yang menjadi prioritas untuk segera dipecahkan
masalahnya adalah belum adanya Panduan terkait Tingkat Kesiapterapan Manufaktur
yang akan dikomersialkan dan sistem monitoring kemajuan hasil litbang yang akan
diterapkan secara komersil. Dengan mengacu kepada tupoksi dari Puslitbang Industri
Agro, bahwa dalam rangka menyiapan pelaksanaan penelitian, pengkajian dan
pengembangan serta penerapan dan pengawasan teknologi industri, maka perlu
segera dipecahkan masalah utama yaitu pembuatan Panduan terkait Tingkat
Kesiapterapan Manufaktur yang akan dikomersialisasikan. Dengan adanya Panduan
ini, diharapkan semakin memperbaiki kualitas penelitian dan dapat diterima oleh dunia
industri
C. DATA & METODE PENGUMPULAN DATA

1. Data yang diperlukan dalam proyek perubahan ini adalah :

a. Proposal penelitian yang dilakukan oleh BPPI


b. Literatur terkait tahapan komersialisasi hasil litbang
c. Data perusahaan yang telah bekerjasama dengan BPPI dalam
penerapan litbang
d. Roadmap penelitian Balai dan Baristand
e. Kebijakan Prioritas Riset Nasional
2. Metode Pengumpulan Data :
a. Studi literatur dan studi dokumen
b. Benchmarking hasil litbang industri
c. Interview dengan expert
d. Rapat-rapat
e. Focus Group Discussion
f. Penyebaran kuesioner
D. METODE ANALISA

Komersialiasi Litbang
Masih Sangat Rendah

Kualitas Penelitian belum bisa


diterima oleh Dunia Industri

Belum mampu
Isu yang diangkat belum
memetakan risiko Penelitian baru terbatas Penelitian terbatas
menjawab masalah waktu
penerapan skala lab
aktual
manufaktur

Belum memiliki
Peneliti tidak
panduan terkait Peneliti masih fokus berkolaborasi dengan
kesiapterapan pada teknologi dasar dunia usaha
manufaktur
Pohon Masalah

Hasil identifikasi prioritas masalah yang dilakukan menggunakan matriks


USG selanjutnya dilakukan analisis untuk memetakan hubungan masalah utama
atau isu prioritas dengan menggunakan pohon masalah (tree diagram)
sebagaimana tabel diatas.
Dari pohon diagram diatas terlihat bahwa saat ini peneliti belum memiliki
suatu panduan terkait tingkat kesiapterapan manufaktur untuk penelitian yang
sedang dilakukan. Akibat dari belum adanya panduan ini, maka peneliti tidak bisa
memetakan secara komprehensif, resiko dari penerapan manufaktur terhadap hasil
litbang yang akan dikomersialisasikan. Dan apabila tidak mampu memetakan
resiko tersebut,maka akan berpengaruh terhadap kualitas penelitian yang pada
gilirannya akan menghambat penerapan komersialisasi industri.
Secara umum setidaknya ada sembilan risiko yang terkait dengan tingkat
kesiapterapan manufaktur, yaitu:

1. Teknologi dan Basis Industri: Membutuhkan analisis kemampuan teknologi


nasional dan basis industri untuk mendukung desain, pengembangan,
produksi, operasi, dukungan pemeliharaan yang tidak terputus dari sistem dan
pembuangan akhir (dampak lingkungan).

2. Desain: Membutuhkan pemahaman tentang kematangan dan stabilitas dari


desain sistem yang berkembang dan dampak terkait pada kesiapan
manufaktur.

3. Biaya dan Pendanaan: Membutuhkan analisis kecukupan dana untuk


mencapai target manufaktur tingkat kematangan. Meneliti risiko yang terkait
dengan mencapai target biaya produksi.

4. Bahan: Membutuhkan analisis risiko yang terkait dengan bahan (termasuk


bahan dasar / mentah, komponen, suku cadang setengah jadi, dan
subassemblies).

5. Kemampuan Proses dan Pengendalian: Membutuhkan analisis risiko bahwa


proses manufaktur dapat mencerminkan maksud desain (pengulangan dan
keterjangkauan) dari karakteristik kunci.

6. Manajemen Mutu: Membutuhkan analisis risiko dan upaya manajemen untuk


mengontrol kualitas, dan mendorong perbaikan terus-menerus.

7. Tenaga Kerja Manufaktur (Teknik dan Produksi): Membutuhkan penilaian


keterampilan yang diperlukan, ketersediaan, dan jumlah yang dibutuhkan
personil untuk mendukung usaha manufaktur.
8. Fasilitas: Membutuhkan analisis kemampuan dan kapasitas fasilitas kunci
manufaktur (prime, subkontraktor, pemasok, vendor, dan pemeliharaan /
perbaikan).

9. Manajemen Manufaktur : Membutuhkan analisis orkestrasi dari semua


elemen yang diperlukan untuk menerjemahkan desain ke dalam sistem yang
terintegrasi dan dapat diimplementasikan (sasarn program untuk
keterjangkauan dan ketersediaan).

Proyek perubahan ini akan menghasilkan pedoman berdasarkan kesembilan


aspek yang ada diatas untuk meminimalkan resiko penerapan manufaktur dari hasil
litbang yang akan dikomersialisasikan.
E. ROADMAP/MILESTONE PROJECT PERUBAHAN

Tahapan-tahapan dalam proyek perubahan ini adalah :

Jangka Pendek Jangka Menengah Jangka Panjang


Menyusun Pedoman Menyusun instrumen Mengembangkan
Tingkat Kesiapterapan legal terkait Pedoman sistem penilaian terkait
Manufaktur Tingkat Kesiapterapan Pedoman Tingkat
Manufaktur Kesiapterapan
Manufaktur secara
digital

2- 3 Bulan ( Oktober 8-12 Bulan ( Juli 12-14 Bulan


2019) 2020) ( Desember 2020)

Untuk jangka pendek maka target yang realistis di jangka waktu dua sampai
tiga bulan adalah penyusunan Pedoman Tingkat Kesiapterapan Manufaktur. Untuk
jangka menengah maka perlu disusun instrument legal terkait Pedoman Tingkat
Kesiapterapan Manufaktur karena akan berkorelasi dengan peraturan Penjaminan
Resiko Teknologi. Barulah pada jangka panjang akan dibuat sistem penilaian yang
terdigitalisasi untuk memudahkan penilaian dan sekaligus untuk menjadi database
dari penelitian-penelitian yang akan dikomersialisasikan.

Adapun milestone dari proyek perubahan jangka pendek adalah sebagai berikut:

No. Kegiatan Waktu (Bulan/Minggu) Output

Agustus September Oktober


3 4 1 2 3 4 1 2 3
1 Sosialisasi Proyek Absensi,
Perubahan Notulensi
2 Pembentukan Tim
SK Tim
Proyek perubahan
3 Studi Literatur Bahan Draft
4 Penyusunan Draft
Draft Pedoman
Pedoman
5 Presentasi Draft Notulensi dan
Pedoman Masukan
6 Penyempurnaan Draft Draft Pedoman
Pedoman Revisi
7 Benchmarking ke Balai Data/Saran/
dan Dunia Industri Masukan
8 FGD Penetapan
Pedoman
Pedoman
9 Sosialisasi Bukti Sosialisasi
10 Pencetakan Pedoman Buku Pedoman
11 Penyusunan Laporan
Laporan Akhir
Proyek Perubahan
F. STAKEHOLDER PROYEK PERUBAHAN (PIHAK TERDAMPAK +/- PERUBAHAN)

Dalam rangka mendukung proyek perubahan agar berjalan sesuai dengan


rencana maka perlu mendapat dukungan positif dari para stakeholder
sebagai berikut:

Stakeholder
Internal
Kepala
Puslitbang IA

Kepala Bidang Kepala Bidang Kepala Bidang


IMHLP Mimtegar(Mentor) IHHP

Kepala
Staf Bidang SubBidang Industri
Mimtegar Minuman
(Project Leader)

Eselon IV Eselon IV
Bidang lain Bidang

Staf Bidang lain Staf Bidang lain


Peneliti/ Peneliti/
Perekayasa Perekayasa
Baristand Industri Balai Besar

Komando
Koordinasi
Konsultasi

Adapun hubungan dan pengaruh antar stakeholder dapat dijelaskan


sebagaimana tabel dibawah ini :

No Stakeholder Jenis Hubungan Posisi Peranan


1 Kepala Kunci Internal Positif Memberikan arahan dan
Puslitbang pengembangan Pedoman
Industri Agro Tingkat Kesiap terapan
Manufaktur
2 Kepala Bidang Primer Internal Positif Sebagai Pembimbing dan
Industri mendukung kelancaran
Mimtegar proyek dan koordinasi
dengan bidang lain
3 Kepala Bidang Primer Internal Positif Memberikan masukan
Industri MHLP dan saran terhadap draft
pedoman sesuai bidang
industri
4 Kepala Bidang Primer Internal Positif Memberikan masukan
Industri Hasil dan saran terhadap draft
Hutan dan pedoman sesuai bidang
Perkebunan industri
5 Kepala Subbid. Primer Internal Positif Sebagai project leader
Industri proyek perubahan
Minuman
6 Staf Bidang Primer Internal Positif Mendukung proyek
Mimtegar perubahan dan
membantu project leader
7 Eselon IV Bidang Primer Internal Positif Sebagai tim untuk
Lain membantu penyusunan
pedoman
8 Staff Bidang Sekunde Internal Positif Membantu kelancaran
Lain r proyek perubahan
9 Peneliti Balai Primer Eksternal Netral Sebagai sumber data dan
Besar masukan
10 Peneliti Primer Eksternal Netral Sebagai sumber data dan
Baristand masukan

G. ANGGARAN
Rencana Anggaran yang dibutuhkan dalam rangka proyek perubahan adalah
sebesar Rp 47.300.000,- dengan rincian sebagai berikut :

1. Konsumsi rapat ; 7 org x 5 kali x Rp 60,000 = Rp 2.100.000


2. Fotocopy ; 3500 lbr x Rp 200,- = Rp 700.000
3. Dokumen laporan = Rp 2.000.000
4. Belanja perjalanan dinas untuk 3 daerah
Untuk 3 orang = Rp 15.000.000
5. Belanja paket meeting FGD dalam kota = Rp 27.500.000

Total = Rp 47.300.000,-

H. STRATEGI KOMUNIKASI

Dengan melihat peta stakeholder yang ada, dan berdasarkan kuadran


pengelompokan stakeholders (influence dan interest), maka strategi komunikasi
yang dijalankan adalah sebagai berikut :

1. Promoters (high influence, high interest) memiliki kepentingan besar terhadap program
dan juga kekuatan untuk membantu membuatnya berhasil (atau menggagalkannya). Pada
proyek perubahan ini yang termasuk dalam promoters adalah Kepala Pusat Litbang
Industri Agro, Kepala Bidang Industri Minuman,Hasil Tembakau dan Bahan Penyegar
dan Staf Bidang Mimtegar. Strategi berkomunikasi yang tepat dengan promoters adalah
manage closely, yaitu dengan melakukan: instruksi, konsultasi, diskusi dan laporan.
2. Latents (high influence, low interest) tidak memiliki kepentingan khusus maupun terlibat
dalam kegiatan, tetapi memiliki kekuatan besar untuk mempengaruhi program jika mereka
menjadi tertarik. Pada proyek perubahan ini yang termasuk dalam defenders adalah
Kepala Bidang IMHLP, Kepala Bidang IHHP, Eselon IV Bidang IMHLP dan IHHP serta
staff. Strategi berkomunikasi yang tepat dengan kelompok stakeholder latent adalah keep
satisfy, yaitu dengan melakukan: koordinasi, konsultasi, diskusi dan persuasif.
3. Apathetics (low influence, low interest) kurang memiliki kepentingan maupun kekuatan,
bahkan mungkin tidak mengetahui adanya kegiatan. Pada proyek perubahan ini yang
termasuk dalam defenders adalah Peneliti Balai dan Baristand.

I. POTENSI KENDALA

Kendala yang bisa terjadi dan muncul dalam pelaksanaan proyek perubahan ini
adalah :

1. Pemotongan anggaran
2. Pemindahan atau reposisi pejabat dan staff
3. Penugasan mendadak yang membutuhkan perhatian lebih
4. Konflik komunikasi dan manajemen internal
BAB III

PELAKSANAAN PROYEK PERUBAHAN

A. CAPAIAN PROYEK PERUBAHAN/


Pelaksanaan Proyek Perubahan dilaksanakan mulai dari tanggal 19 Agustus – 18
Oktober 2019.
Tahapan dari pelaksanaan Proyek Perubahan ini adalah sebagai berikut :
 Penjelasan Proyek Perubahan kepada Tim Proyek Perubahan yang terdiri dari
Eselon III, IV, dan staff dari Bidang Industri Minuman, Hasil Tembakau, dan Bahan
Penyegar – Puslitbang Industri Agro – BPPI. Kegiatan pembentukan tim kerja
sesuai dengan target waktu dan dijelaskan langkah-langkah tahapan kerja
Pengarahan Ibu Kapuslitbang Industri Agro dan Mentor terkait dengan Pedoman Tingkat
Kesiapterapan Manufaktur

 Studi Literatur dan Penyusunan Pedoman, dilakukan oleh Tim Proyek Perubahan
dengan melibatkan Tim dari Puslitbang Industri Agro, Puslitbang IKFTLMATE,
Puslitbang Industri Hijau, dan Pusat Standardisasi. Studi Literatur dilaksanakan
dalam sebulan dengan rapat – rapat pembahasan diskusi dan penyusunan draft
pedoman sebagai output akhir.

 Tim Proyek Perubahan dirasa masih belum terlalu efektif untuk membahas dan
memfinalisasi draft Pedoman MRL, maka dari itu dibentuk lagi Tim Kecil untuk
memfinalisasi draft Pedoman MRL agar lebih detail dan terperinci. Selama dua
hari, Tim Kecil melakukan perumusan draft MRL yang lebih terperinci dan detail.
 Setelah dirumuskan oleh Tim Kecil, maka draft Pedoman MRL sudah lebih
komprehensif dan mendetail dan siap untuk diuji dan dikonsultasikan ke
lingkungan shareholder dan stakeholder di BPPI
Draft Pedoman Pertanyaan Penilaian Tingkat Kesiapterapan Manufaktur :
Level I Tingkat Kesiapterapan Manufaktur (Manufacturing Readiness Level)

Thread (Sub-Tread) LEVEL Pertanyaan KRITERIA


MRL

A.0 - Kematangan 1 Apakah Kesiapan Teknologi di TRL 1 atau


Technologi lebih besar? Y/N
1 Apakah peluang penelitian pabrikan telah
B.2 - Kematangan Desain diidentifikasi? Y/N
1 Apakah implikasi biaya produksi telah
C.2 - Analisis Biaya diidentifikasi? Y/N
C.3 -Anggaran Investasi 1 Sudahkah investasi potensial
Manufaktur diidentifikasi? Y/N
1 Apakah properti material telah diidentifikasi
D.1 - Kematangan untuk penelitian? Y/N
Level II Tingkat Kesiapterapan Manufaktur (Manufacturing Readiness Level)

Thread (Sub-Tread) LEVEL Pertanyaan Pemenuhan


MRL Kriteria

A.0 - Kematangan 2 Apakah Kesiapan Teknologi di TRL 2 atau Y/N


Technologi lebih besar?
A.2 - Pengembangan 2 Apakah konsep manufaktur baru dan Y/N
Teknologi Manufaktur solusi potensial telah diidentifikasi?
B.2 - Kematangan Desain 2 Sudahkah aplikasi didefinisikan? Y/N
2 Sudahkah sasaran kinerja luas Y/N
diidentifikasi yang dapat mendorong opsi
B.2 - Kematangan Desain manufaktur?
C.1 - Pengetahuan Biaya 2 Apakah pendekatan model biaya telah Y/N
Produksi (Pemodelan ditetapkan?
Biaya)
C.2 - Analisis Biaya 2 Sudahkah elemen biaya diidentifikasi? Y/N
2 Apakah program / proyek memiliki Y/N
C.3 -Anggaran Investasi perkiraan anggaran yang wajar untuk
Manufaktur mencapai MRL 3 melalui eksperimen?
2 Sudahkah sifat dan karakteristik material Y/N
D.1 - Kematangan diprediksi?
D.2 - Ketersediaan 2 Apakah ketersediaan bahan telah dinilai? Y/N
2 Apakah evaluasi awal tentang persyaratan Y/N
D.4 - Penanganan peraturan potensial dan masalah
Khusus penanganan khusus telah selesai?
E.1 - Pemodelan dan 2 Apakah model awal telah dikembangkan, Y/N
Simulasi jika ada?
E.2 - Kematangan Proses 2 Apakah pendekatan material dan / atau Y/N
Manufaktur proses telah diidentifikasi?

Level III, IV, … , X (terlampir dalam lampiran)

 Dalam rangka mensosialisasikan draft sementara pedoman MRL, maka diadakan


FGD Penyusuan MRL yang dilaksanakan di Bogor dengan dihadiri perwakilan dari
Puslitbang Industri Agro, Puslitbang Industri KFLMATE, Sekreriat BPPI, Balai
Besar Industri Agro dan Narasumber dari pelaku usaha Industri. Banyak masukan
yang didapat dari Narasumber yang di antara nya adalah :
a. Pedoman yang disusun harus menggunakan bahasa yang mudah dimengerti
oleh dunia manufaktur secara umum
b. Pedoman yang disusun agar lebih ringkas, sederhana, dan mudah dipahami
c. Agar stakeholder dan shareholder terlibat aktif dalam penyempurnaan
pedoman penilaian tingkat kesiapterapan manufaktur.
d. Agar draft Pedoman yang disusun, segera disosialisasikan dan diminta
masukan dari pelaku usaha dan dunia industri
e. A
B. KENDALA : INTERNAL DAN EKSTERNAL

Secara umum, proyek perubahan ini adalah kerja tim yang berkesinambungan
dan dilaksanakan secara intensif dalam periode kurang lebih dua bulan. Secara
penahapan milestone, proyek perubahan ini mencapai target penyusunan pedoman
penilaian Tingkat Kesiapterapan Manufaktur. Akan tetapi, penulis menemukan
beberapa kendala di dalam proses pelaksanaan proyek perubahan yang berasal dari
internal dan eksternal. Faktor internal adalah faktor yang masih bisa dikendalikan oleh
pelaku proyek perubahan beserta Tim Proyek Perubahan sedangkan faktor eksternal
faktor yang berada di luar pelaku proyek perubahan dan Tim Proyek Perubahan.
Adapun faktor-faktor kendala yang dihadapi adalah sebagai berikut :

ASPEK FAKTOR INTERNAL FAKTOR EKSTERNAL


Sumber Daya a. Sumber Daya Manusia yang a. Adanya penugasan dari
Manusia ada di Puslitbang Industri pimpinan kepada anggota
Agro sangat terbatas Tim Proyek Perubahan.
mengingat Puslitbang Anggota Tim Proyek
Industri Agro adalah unit Perubahan terdiri dari 4 unit
baru. Eselon II di lingkungan BPPI
b. Penulis dan Tim Proyek Pusat yang terdiri dari Es III,
Perubahan juga memiliki Es IV, dan staff
kesibukan sesuai dengan b. Adanya perubahan-
tupokis dan penugasan dari perubahan rapat yang
atasan diminta oleh Pimpinan
karena faktor-faktor eksternal
Teknis a. MRL adalah konsep baru yang diadopsi dari Amerika
Operasional Serikat. Referensi literatur MRL tidaklah banyak
b. MRL menggunakan bahasa asing yang spesifik di dunia
Teknik dan Manufaktur sehingga perlu literatur untuk
memahami bahasa asing tersebut
c. Waktu untuk mempelajari MRL dan saling tukar diskusi tidak
banyak
d. Tim banyak mengalami bongkar pasang karena kesibukan
masing-masing sehingga sedikit mengganggu
kesinambungan

C. STRATEGI MENGATASI KENDALA

Dalam rangka mengatasi kendala untuk pencapaian target Proyek Perubahan,


perlu ada upaya-upaya dan langkah strategis yang dikoordinasikan dengan
Mentor atau pejabat yang berkepentingan. Terkadang, kendala-kendala yang ada
bias diselesaikan dengan komunikasi yang baik di dalam lingkup Tim Proyek
Perubahan.

NO Kendala Strategi Mengatasi Kendala


1 Sumber Daya Manusia yang ada di Penulis dan Tim membagi tugas
Puslitbang Industri Agro sangat penyusunan Pedoman yang terdiri
terbatas mengingat Puslitbang dari 10 level untuk dipecah-pecah
Industri Agro adalah unit baru dan menjadi 4 bagian sehingga ,
Penulis beserta Tim Proyek masing-masing mendapat tugas
Perubahan juga memiliki kesibukan untuk memahami level tertentu
sesuai dengan tupokis dan secara lebih spesifik. Penulis
penugasan dari atasan kemudian akan mengompilasi tiap-
tiap level yang menjadi output tiap-
tiap kelompok
2 Adanya penugasan dari pimpinan Dibentuk kelompok yang terdiri
kepada anggota Tim Proyek dari dua atau tiga orang sehingga
Perubahan. Anggota Tim Proyek jika ada satu orang yang
Perubahan terdiri dari 4 unit Eselon II berhalangan bisa dibackup oleh
di lingkungan BPPI Pusat yang terdiri anggota tim lain
dari Es III, Es IV, dan staff dan Tim
banyak mengalami bongkar pasang
karena kesibukan masing-masing
sehingga sedikit mengganggu
kesinambungan

3 Adanya perubahan-perubahan rapat Komunikasi bisa dilakukan dengan


yang diminta oleh Pimpinan karena menggunakan media whatsapp
faktor-faktor eksternal dan setiap notulensi rapat dishare
melalui whatsapp group dan
dimintakan komentar
4 MRL adalah konsep baru yang Setiap anggota Tim yang
diadopsi dari Amerika Serikat. menemukan referensi terkait MRL
Referensi literatur MRL tidaklah akan menshare referensi dan
literatur yang ditemukannya ke
banyak dan MRL menggunakan
dalam whatsapp group untuk
bahasa asing yang spesifik di dunia dibaca dan dipelajari oleh anggota
Teknik dan Manufaktur sehingga group lain
perlu literatur untuk memahami
bahasa asing tersebut

Meskipun terdapat kendala-kendala dalam Proyek Perubahan Penyusunan


Pedoman Tingkat Kesiapterapan Manufaktur, dengan adanya media komunikasi dan rasa
memiliki terhadap keberhasilan penyusunan Pedoman ini, maka kendala internal bisa
diatasi dan kendala eksternal bisa dikurangi dampaknya dengan bantuan mentor dan
Kepala Pusat Litbang Industri Agro. Penulis mengalami bahwa dalam rangka mengatasi
kendala-kendala perlu dipadukan kemampuan teknis dan seni mengelola konflik yang
akan menjadi penyebab kendala.
BAB IV

PENUTUP

A. KESIMPULAN
Kesimpulan yang diperoleh dari pelaksanaan proyek perubahan adalah sebagai
berikut :

1.
B. REKOMENDASI

Anda mungkin juga menyukai