PEDOMAN TEKNIS
PENGEMBANGAN PENGOLAHAN
DAN PEMASARAN HASIL PERKEBUNAN
TAHUN 2016
Kata Pengantar i
Daftar Isi ii
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang 1
B. Sasaran Nasional 13
C. Tujuan 16
VII. PEMBIAYAAN 65
VIII. PENUTUP 66
LAMPIRAN
A. Latar Belakang
B. Sasaran Nasional
1) Mendukung Program Peningkatan
Produksi dan Produktivitas melalui
kegiatan penanganan pascapanen dan
pengolahan di provinsi sentra
produksi;
2) Terfasilitasinya kebutuhan kelompok
tani/gapoktan dalam memperoleh dan
memanfaatkan teknologi pascapanen
dan pengolahan secara optimal;
Pedoman Teknis Kegiatan Dukungan Pengolahan dan Pemasaran 13
Hasil Perkebunan Tahun 2016
3) Meningkatnya nilai tambah, daya saing
komoditas perkebunan dalam
memenuhi pasar ekspor dan substitusi
impor;
4) Terciptanya sistem Pelayanan
Informasi Pasar yang cepat, tepat,
kontinyu, up to date dan dapat
dipercaya serta langsung dapat
dimanfaatkan oleh para pengguna
informasi;
5) Tersedianya data dan informasi pasar
yang berkualitas, akurat, up to date,
kontinyu dan lengkap;
6) Tersebarnya informasi pasar kepada
masyarakat luas;
7) Meningkatnya kualitas SDM pelaksana
kegiatan PIP;
8) Meningkatnya dukungan pengembangan
mutu dan standarisasi bidang
perkebunan;
9) Meningkatnya dukungan program
peningkatan produksi dan produktivitas
tanaman perkebunan berkelanjutan
melalui kegiatan pembinaan usaha
perkebunan berkelanjutan di provinsi;
b. Pemasaran Internasional
1) Pertemuan Fasilitasi Pengembangan
Akses Pasar Perdagangan
Internasional dilaksanakan dalam
bentuk seminar, kunjungan lapang
(filed trip) atau temu bisnis (bisnis
matching);
2) Peserta meliputi gapoktan
berorientasi ekspor, eksportir atau
calon eksportir produk perkebunan,
Dinas Perkebunan
Pedoman Teknis Kegiatan Dukungan Pengolahan dan Pemasaran 31
Hasil Perkebunan Tahun 2016
Provinsi/Kabupaten, Lembaga
Keuangan/Perbankan, Penyuluh
Pertanian, dan calon importer;
3. Pembinaan Usaha
a. Ruang lingkup kegiatan Pembinaan
Usaha Perkebunan Berkelanjutan
meliputi:
1) Sosialisasi peraturan perundang-
undangan yang terkait dengan
legalitas dan perizinan usaha
perkebunan kepada petugas
dinas yang membidangi
perkebunan di
provinsi/kabupaten/kota,
petugas instansi pemerintah
terkait lainnya, dan petugas
perusahaan perkebunan (PBS
dan PTPN) serta pelaku usaha
lainnya;
b. Tingkat Provinsi
- Menyusun Petunjuk Teknis kegiatan
pembinaan usaha perkebunan
berkelanjutan, meliputi: a).
Koordinasi dan Suprevisi Gerakan
Nasional Penyelamatan Sumber
Daya Alam (GNPSDA) Sub Sektor
Pedoman Teknis Kegiatan Dukungan Pengolahan dan Pemasaran 48
Hasil Perkebunan Tahun 2016
Perkebunan b). Pembinaan
dan Monev Penerapan Perkebunan
Berkelanjutan pada Kelapa Sawit
dan c). Sosialisasi Standar
Perkebunan Kopi Berkelanjutan
Indonesia;
- Melakukan konsultasi/koordinasi
dengan Direktorat Pengolahan dan
Pemasaran Hasil Perkebunan,
Ditjen Perkebunan;
- Melakukan koordinasi dengan Dinas
Kabupaten/Kota yang membidangi
perkebunan dan instansi/lembaga
terkait di provinsi dan
kabupaten/kota;
- Melakukan koordinasi dengan
perusahaan perkebunan (PTPN dan
PBS) di provinsi dan
kabupaten/kota;
- Melaksanakan kunjungan lapangan
untuk memonitor dan mengevaluasi
perusahaan perkebunan (PTPN dan
PBS) serta kelompok tani kopi
berkelanjutan;
- Melaksanakan sosialiasi peraturan
perundang-undangan yang terkait
Pedoman Teknis Kegiatan Dukungan Pengolahan dan Pemasaran 49
Hasil Perkebunan Tahun 2016
dengan perkebunan serta
sosialisasi pedoman perkebunan
berkelanjutan;
- Menyusun laporan Monitoring dan
Evaluasi kegiatan pembinaan usaha
dan perkebunan berkelanjutan dan
menyampaikannya ke Direktorat
Pengolahan dan Pemasaran Hasil
Perkebunan, Ditjen Perkebunan;
- Dinas yang membidangi perkebunan
di 8 provinsi prioritas melakukan
penyiapan data perizinan dan data
spasial lokasi kebun melalui
monitoring dan evaluasi ke
kabupaten serta ke perusahaan
perkebunan;
- Dinas yang membidangi perkebunan
di 8 provinsi prioritas melakukan
pertemuan/rapat evaluasi terhadap
hasil verifikasi pengumpulan data
GNPSDA, sesuai jadwal yang
disepakati bersama Ditjen
Perkebunan dan KPK.
- Daerah
Dinas perkebunan provinsi penerima
dana dekonsentrasi Penerapan Sistem
Jaminan Mutu dan Keamanan Pangan,
bertanggung jawab terhadap
pelaksanaan Bimbingan Teknis
Penerapan Sistem Jaminan Mutu dan
Keamanan Pangan;
Dinas perkebunan provinsi melakukan
identifikasi pelaku usaha perkebunan
sebagai calon penerap sistem jaminan
mutu dan keamanan pangan yang
pelaksanaanya dikoordinasikan dengan
dinas perkebunan Kabupaten/kota;
Fasilitator sistem jaminan mutu dan
keamanan pangan dinas perkebunan
kabupaten/Kota melakukan
pendampingan pelaksanaan penerapan
Pedoman Teknis Kegiatan Dukungan Pengolahan dan Pemasaran 51
Hasil Perkebunan Tahun 2016
sistem jaminan mutu dan keamanan
pangan (sistem kendali internal);
Calon Penerima/Calon Lokasi (CPCL)
yang telah ditetapkan oleh kepala
dinas perkebunan provinsi harus
menerapkan sistem jaminan mutu dan
keamanan pangan secara konsisten
dan berkesinambungan;
Dinas perkebunan Kabupaten/Kota
yang menjadi sentra bokar di provinsi
penerima dana dekonsentrasi SJM
Bokar bertanggung jawab untuk
meregistrasi UPPB yang telah
melakukan sistem jaminan mutu
bokar;
Dinas perkebunan kabupaten/kota
yang menjadi sentra kakao di provinsi
penerima dana dekonsetrasi
bertanggung jawab untuk meregistrasi
UFPBK serta mendampingi
poktan/gapoktan dalam mengajukan
permohonan sertifikasi jaminan
keamanan pangan bagi UFPBK kepada
OKKP-D.
D. Simpul Kritis
Beberapa hal yang harus diperhatikan
yang menjadi simpul kritis dalam
pelaksanaan kegiatan:
a) Kelompok sasaran penerima bantuan
bukan kelompok yang baru dibentuk
dan organisasinya berfungsi dengan baik
sehingga bantuan yang diberikan dapat
dimanfaatkan dan dikelola secara
optimal serta meningkatkan nilai
tambah dan pendapatan
petani/kelompok tani/ gapoktan;
b) Proses pelaksanaan pengadaan
barang/jasa sesuai aturan dan tepat
waktu untuk menghindari
Pedoman Teknis Kegiatan Dukungan Pengolahan dan Pemasaran 55
Hasil Perkebunan Tahun 2016
keterlambatan pelaksanaan
program/kegiatan;
c) Penggunaan lahan untuk pembangunan
UPH/sarana lainnya dilengkapi dengan
Surat hibah/perjanjian pemanfaatan
lahan;
d) Penyerahan barang/sarana bantuan
kepada kelompok tani harus dilengkapi
dengan berita acara serah terima
barang dan surat kesanggupan
pemanfaatan alat/sarana;
e) Peserta harus sesuai dengan kriteria
yang dipersyaratkan;
f) Pemilihan Narasumber berdasarkan
kompetensi yang dimilikinya.
V. PEMBINAAN, PENGENDALIAN,
PENGAWALAN, DAN PENDAMPINGAN
Pembinaan kelompok dilakukan secara
terorganisir dan berkelanjutan sehingga
kelompok mampu mengembangkan usahanya
secara mandiri. Untuk itu diperlukan
dukungan dana pembinaan lanjutan yang
bersumber dari APBD.
VII. PEMBIAYAAN
Kegiatan ini dibiayai dengan dana APBN
(Tugas Pembantuan Direktorat Jenderal
Perkebunan, Kementerian Pertanian) yang
ditampung dalam DIPA Direktorat Jenderal
Perkebunan tahun 2016.
A. Komoditas Kakao
C. Komoditas Pala
NO. PROVINSI KABUPATEN JUMLAH (KT)
3
1 Papua barat 1 Fakfak 3
D. Komoditas Lada
PROVINSI KABUPATEN JUMLAH(KT)
3
1 Lampung 1 lampung Timur 2
2 Kalbar 2 Sanggau 1
F. Komoditas Karet
PROVINSI KABUPATEN JUMLAH(KT)
44
1 Sumut 1 Labuhan Batu Utara 3
2 Asahan 3
2 Sumbar 3 Dharmasraya 4
4 Kota Sawalunto 5
3 Riau 5 Kampar 2
6 Kuantan Singingi 2
4 Sumsel 7 Musi Banyuasin 4
8 Ogan Komering Ilir 2
G. Komoditas Kelapa
PROVINSI KABUPATEN JUMLAH(KT)
25
Bolaang
1 Sulut 1 4
Mongondow
2 Minahasa Tenggara 4
3 Minahasa Selatan 6
2 Riau 4 Pelalawan 2
3 Kalbar 5 Sambas 3
Maluku Tenggara
4 Maluku 6 2
Barat
7 Kep. Aru 2
5 Malut 8 Kep. Morotai 2
NO. JUMLAH
PROVINSI KABUPATEN
(UNIT)
12
1 Sumbar 1 Sijunjung 1
2 Aceh 2 Aceh Tamiang 1
3 Sumut 3 Asahan 1
4 Tapanuli Utara 1
4 Riau 5 Rokan Hulu 1
5 Sumsel 6 Ogan Ilir 1
7 Musi Rawas 1
6 Bengkulu 8 Bengkulu Tengah 1
7 Banten 9 Lebak 1
8 Jambi 10 Tebo 1
11 Merangin 1
9 Kalsel 12 Balangan 1
Pedoman Teknis Kegiatan Dukungan Pengolahan dan Pemasaran 78
Hasil Perkebunan Tahun 2016
LOKASI DAN VOLUME KEGIATAN
KOORDINASI DAN SUPERVISI GERAKAN NASIONAL
PENYELAMATAN SUMBER DAYA ALAM (GNPSDA)
SUB SEKTOR PERKEBUNAN
1. Aceh 1
2. Sumatera Utara 1
3. Sumatera Barat 1
4. Riau 1
5. Jambi 1
6. Sumatera Selatan 1
7 Lampung 1
8 Kalimantan Barat 1
9 Kalimantan Timur 1
10 Kalimantan Selatan 1
11 Kalimantan Barat 1
JUMLAH 11
1 Aceh 1
2 Sumatera Utara 1
3 Sumatera Barat 1
4 Riau 1
5 Jambi 1
6 Sumatera Selatan 1
7 Lampung 1
8 Kep. Bangka Belitung 1
9 Banten 1
10 Jawa Barat 1
11 Jawa Tengah 1
12 D.I. Yogyakarta 1
13 Jawa Timur 1
14 Kalimantan Barat 1
15 Kalimantan Tengah 1
16 Kalimantan Selatan 1
17 Sulawesi Tengah 1
18 Sulawesi Selatan 1
19 Sulawesi Tenggara 1
20 Bali 1
21 Nusa Tenggara Barat 1
Pedoman Teknis Kegiatan Dukungan Pengolahan dan Pemasaran 102
Hasil Perkebunan Tahun 2016
NO PROPINSI Volume (Keg)
22 Maluku Utara 1
JUMLAH 22
1 Aceh 1
2 Sumatera Utara 1
3 Sumatera Barat 1
4 Jambi 1
5 Lampung 1
6 Jawa Barat 1
7 Jawa Tengah 1
8 D.I. Yogyakarta 1
9 Jawa Timur 1
10 Kalimantan Selatan 1
11 Sulawesi Utara 1
12 Sulawesi Selatan 1
13 Bali 1
14 Papua Barat 1
JUMLAH 14
1 Kalimantan Barat 1
2 Sumatera Selatan 1
3 Riau 1
4 Kalimantan Selatan 1
5 Jambi 1
6 Kalimantan Tengah 1
7 Lampung 1
8 Sumatera Utara 1
9 Sumatera Barat 1
10 Bengkulu 1
JUMLAH 10
7 Sulawesi Tenggara 1
8 Sulawesi Barat 1
9 Sulawesi Tengah 1
10 Maluku 1
11 Papua 1
12 Papua Barat 1
JUMLAH 12
7 Sulawesi Tenggara 1
8 Sulawesi Barat 1
9 Sulawesi Tengah 1
10 Maluku 1
11 Papua 1
12 Papua Barat 1
JUMLAH 12
A. KOMODITAS KAKAO
1. Kotak Fermentasi Kakao
Spesifikasi :
Kapasitas 40-50 Kg/Batch tipe bak kayu
Jenis kayu meranti/yang sejenis
Ketebalan papan kayu : 20 – 30 mm
Siku penguat : plat aluminium atau kayu
Dimensi : 40 x 40 x 50 cm
1 set terdiri dari dua kotak kayu yang
dilengkapi dengan 1 unit kaki/dudukan
sebagai penyangga salah satu kotak
Setiap sisi kotak diberi lubang dengan
jarak secukupnya
5. Para para
Spesifikasi :
Ukuran : 80 x 200 cm
Tinggi kaki : minimal 1 m
Sungkup dengan plastik UV transparan
6. Timbangan duduk
Spesifikasi :
Kapasitas minimal 500 Kg
Ukuran : 48 x 62 cm
Pintu :
- Bahan : besi hollow uk. 40x40x4 mm,
kawat harmonika + plastik UV
- Ukuran p x l = 185 x 105 cm
Rak pengering sebanyak 4 set, masing
masing set terdiri dari 6 unit para para
berukuran 90 x 53 cm2. Rak dibuat dalam
2 susun, tiap susun terdiri dari 3 para
para yang dipasang berderet dengan
rangka kayu Uk. 4/6, alas para para dari
kawat ayakan plastik.
B. KOMODITAS KOPI
1. Pulper 1.000 Kg/jam
Spesifikasi :
Kapasitas 1.000 Kg/jam
Motor penggerak ber-SNI
10. Terpal
Spesifikasi :
Ukuran minimal 6 x 4 m (menyesuaikan)
Tipe bahan terpal A 12
C. KOMODITAS PALA
1. Mesin pemecah cangkang
Spesifikasi :
Kapasitas : 50 Kg/jam
Dimensi (p x l x t) 150 cm x 90 cm x 125
cm
Bahan Plat MS, Rangka Plat Siku
Penggerak Dinamo ¾ PK/ Motor Bensin
5,5 PK
2. Terpal
Spesifikasi :
Ukuran minimal 6 x 4 m ,
Tipe bahan terpal A 12
D. KOMODITAS LADA
1. Mesin Perontok Lada
Pedoman Teknis Kegiatan Dukungan Pengolahan dan Pemasaran 124
Hasil Perkebunan Tahun 2016
Spesifikasi :
Kapasitas 650 – 700 Kg/Jam
Motor penggerak ber-SNI
3. Terpal
Spesifikasi :
Ukuran minimal 6 x 4 m (menyesuaikan)
Tipe bahan terpal A 12
4. Lantai Jemur
Spesifikasi :
Ukuran luas + 150 m
Ketebalan jadi: 0.2 m
Coran beton bertulang
6. Para para
Spesifikasi :
7. Timbangan duduk
Spesifikasi :
Kapasitas minimal 500 Kg
Ukuran : 48 x 62 cm
8. Sumur Bor
Menggunakan mesin pompa air 16 KVA
Pipa hisap 15 – 25 m (tergantung kondisi
ketersediaan mata air)
Pipa penahan tanah 20 – 30 m
Pipa pengantar panjang 50 – 100 m
Kedalaman sumur ± 15 - 30 m (tergantung
kondisi ketersediaan mata air)
9. Bangunan Penyimpanan
Ukuran luas + 54 M2 (6 m x 9 m) atau
menyesuaikan standar harga bangunan
setempat dan pagu anggaran.
Tinggi bangunan minimal 3 M
Pondasi batu dengan tiang beton
bertulang.
Dinding bata merah diplester, lantai
minimal disemen.
Atap asbes.
Ventilasi udara secukupnya dan terdapat
pintu keluar.
2. Mangkok sadap
Spesifikasi :
Bahan plastik polipropilena
Volume ±500 cc
Tinggi ±9 cm, diameter bibir 13 cm
Berat ±25 gram
3. Talang sadap
Spesifikasi :
Pedoman Teknis Kegiatan Dukungan Pengolahan dan Pemasaran 127
Hasil Perkebunan Tahun 2016
Bahan dari besi tipis
Ukuran panjang 6 – 6,5 cm
Lebar permukaan ±1,5 cm
Lebar pangkal yang bergerigi untuk
ditancapkan ke pohon ±2,5 cm
5. Bak pembeku
Spesifikasi :
Bahan terbuat dari alumunium
Tebal ±0,8 mm
Volume ±12 liter
Bagian atas 60 x 40 cm
Bagian bawah 55 x 35 cm
Tinggi ±10 – 20 cm
Bibir ditekuk keluar, didalam tekukan
diberi kawat/tulang
6. Bahan pembeku
Spesifikasi :
Sesuai dengan ketentuan yang berlaku
F. KELAPA
1. Rumah Pengasapan
Pedoman Teknis Kegiatan Dukungan Pengolahan dan Pemasaran 128
Hasil Perkebunan Tahun 2016
Spesifikasi :
Bangunan semi permanen 4 x 5 m
penutup atap 5 x 6 m
Terdapat para-para terbuat dari bambu
kayu atau kawat setinggi 2 m
Terdapat lubang pembakaran 60 x 60 cm
Ruang pembakaran 3 m2
2. Lantai Jemur
Spesifikasi :
Permanen disemen dengan memakai besi
beton
Pinggir/dinding keliling memakai batu
(4 x 6 m)
G. METE
1. Kacip mete model Rem dan model Engkol
(sistem terpadu)
Spesifikasi :
Tipe REM
Kapasitas 30 – 50 kg/hari
Penggerak manual
2. Lantai jemur
Spesifikasi :
2) Peserta
Peserta pertemuan teknis adalah petani yang
berasal dari kelompok tani/gapoktan penerima
bantuan sarana pascapanen/pengolahan di
kabupaten setempat.
A. Latar Belakang
2
kontinyu, dengan produk yang berkualitas dan harga
bersaing serta mudah diakses oleh konsumen.
Kegiatan peningkatan akses pemasaran hasil
perkebunan dapat dilakukan dalam bentuk pertemuan
seperti workshop, temu bisnis, koordinasi penguatan
jaringan pemasaran, fasilitasi sistem resi gudang dan
lain-lain.
B. Tujuan
Tujuan penyusunan “Pedoman Pelaksanaan Kegiatan
Peningkatan Akses Pemasaran” ini adalah sebagai
acuan bagi pembina di tingkat Pusat, Propinsi dan untuk
melaksanakan kegiatan Peningkatan Akses Pemasaran
Hasil Perkebunan.
C. Sasaran
Sasaran yang ingin dicapai dengan disusunnya
Pedoman Pelaksanaan Kegiatan Peningkatan Akses
Pemasaran ini adalah :
3
a. Meningkatnya Akses Pemasaran Produk Perkebunan
melalui berbagai sarana pemasaran misalnya pasar
lelang, pasar tradisional, sistem resi gudang, dll.
b. Meningkatnya kerjasama pemasaran produk
perkebunan dengan industri pengolahan, eksportir,
dan pelaku usaha lainnya.
c. Meningkatnya pendapatan petani/pekebun.
D. Indikator Keberhasilan
Indikator keberhasilan dari kegiatan Peningkatan Akses
Pemasaran Hasil Perkebunan yaitu :
a. Terbangunnya jaringan pemasaran antara
petani/pekebun, kelompok tani/gapoktan dengan
Industri Pengolahan, pelaku usaha pemasaran,
maupun sesama pelaku pemasaran.
b. Meningkatnya jumlah petani/poktan /gapoktan yang
terlibat dalam kegiatan pemasaran hasil Perkebunan.
c. Meningkatkan gairah petani/poktan/gapoktan untuk
berusaha disubsektor perkebunan.
4
II. PELAKSANAAN KEGIATAN PENINGKATAN AKSES
PEMASARAN HASIL PERKEBUNAN
5
pendukung lainnya seperti lembaga pembiayaan,
pelaku usaha pengemasan, dan lain-lain.
Pola pertemuan dalam bentuk : Fasilitasi Pertemuan /
Workshop Peningkatan Akes Pemasaran.
8
A. Sumber Biaya
9
Belanja perjalanan biasa
- Perjalanan dalam rangka identifikasi permasalahan
akses pemasaran perkebunan
10
b. Biaya honor yang terkait dengan output kegiatan
merupakan biaya yang diberikan kepada staf yang
ditugaskan dalam penyelenggaraan kegiatan.
c. Biaya Belanja Jasa Profesi merupakan biaya yang
diberikan kepada Narasumber dan Moderator yang terlibat
pada saat acara berlangsung.
d. Belanja Perjalanan Dinas Paket Meeting Luar Kota
Biaya yang disediakan untuk biaya akomodasi dan
konsumsi serta ruang pertemuan kegiatan pertemuan
peningkatan akses pemasaran, biaya perjalanan staf
Direktorat Jenderal Perkebunan yang ditugaskan dalam
pelaksanaan kegiatan dan biaya perjalanan Narasumber
kegiatan.
e. Belanja Perjalanan Biasa merupakan biaya yang
disediakan dalam rangka identifikasi permasalahan Akses
Pemasaran Perkebunan.
11
III. PELAKSANAAN KEGIATAN FASILITASI EMASARAN
KARET
A. Kegiatan Provinsi (Dekonsentrasi)
12
Pola pertemuan dalam bentuk : Temu Usaha,
Fasilitasi kerjasama pemasaran, Workshop,
dll.
13
Pelaku usaha seperti pedagang besar, industri
pengolahan, eksportir dan lembaga-lembaga
pembiayaan dan lainnya.
Lembaga Pembiayaan.
Akademisi, peneliti yang berkaitan dengan
pemasaran karet. Asosiasi industry
pengolahan karet
Asosiasi petani/pekebun karet
Narasumber pertemuan Fasilitasi
Pemasaran Karet disesuaikan dengan
permasalahan pemasaran serta tujuan yang
ingin dicapai oleh pelaksana kegiatan.
Narasumber dapat berasal dari : Direktorat
Jenderal Perkebunan, Dinas/Instansi yang
membidangi Perkebunan,
Perdagangan/Perindustrian, Pelaku Usaha
Pemasaran Karet, Industry Pengolahan,
Asosiasi Industry Pengolahan, Akademisi,
Peneliti, Pengelola Pasar Lelang atau
lembaga pemasaran lainnya.
14
Moderator pertemuan Fasilitasi Pemasaran
Karet dapat berasal dari Dinas Perkebunan
Provinsi dan/atau Direktorat Jenderal
Perkebunan.
15
sehingga kegiatan dapat dilakukan dengan baik
untuk mencapai tujuan yang diinginkan.
9) Pelaksanaan Kegiatan
Pelaksanaan kegiatan oleh Dinas Perkebunan
Provinsi yang menerima dana dekonsentrasi
disesuaikan dengan waktu kesiapan pelaksana
kegiatan pada tahun 2016.
e. Waktu Pelaksanaan
16
Pelaksanaan kegiatan yang dibiayai dana
dekonsentrasi ini adalah tahun
2016 oleh Dinas Perkebunan Provinsi. Waktu
pelaksanaan kegiatan ditentukan oleh pelaksana
kegiatan dekonsentrasi, sebelum kegiatan
dilaksanakan agar terlebih dahulu berkoordinasi
dengan Direktorat Pengolahan dan Pemasaran
Hasil Perkebunan (c/q. Subdit Pemasaran) minimal
2 minggu sebelum pelaksanaan kegiatan.
f. Lokasi
Lokasi kegiatan pertemuan Fasilitasi Pemasaran
Karet adalah di 11 (sebelas) Provinsi seperti
tercantum pada Lampiran.
B. Sumber Biaya
17
Kegiatan Fasilitasi Pemasaran Karet
Belanja Bahan
- Perbanyakan materi kegiatan
- Perbanyakan materi laporan
18
Penjelasan tentang penggunaan dana kegiatan diatas,
adalah sebagai berikut :
a. Biaya Belanja Bahan merupakan biaya yang digunakan
untuk pembelian ATK, perbanyakan materi dan
penggandaan laporan kegiatan.
b. Biaya honor yang terkait dengan output kegiatan
merupakan biaya yang diberikan kepada staf Dinas
Perkebunan yang ditugaskan dalam penyelenggaraan
kegiatan.
c. Biaya Belanja Jasa Profesi merupakan biaya yang
diberikan kepada Narasumber dan Moderator yang terlibat
pada saat acara berlangsung.
d. Belanja Perjalanan Biasa merupakan biaya yang
disediakan bagi Staf Dinas Perkebunan Provinsi dalam
rangka melakukan koordinasi dan pembinaan ke
Kabupaten dan Konsultasi ke Direktorat Jenderal
Perkebunan (Pusat) terkait dengan kegiatan pemasaran
komoditi karet.
19
e. Belanja Perjalanan Dinas Paket Meeting Luar Kota
merupakan biaya yang dipergunakan untuk pengadaan
akomodasi dan konsumsi serta ruang meeting pertemuan
kegiatan Fasilitasi Pemasaran Karet dan biaya perjalanan
Narasumber kegiatan.
20
IV. PENUTUP
21
I. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Efisiensi dibidang produksi dan pemasaran
agar komoditas yang diperdagangkan bisa bersaing
menjadi tuntutan pada era perdagangan di pasar
bebas. Perdagangan komoditas perkebunan pada
era globalisasi ekonomi saat ini, mengakibatkan
terjadinya transparansi pasar yang sangat kuat.
Pada umumnya skala usaha komoditi
perkebunan di Indonesia masih relatif rendah,
tersebar, dengan kualitas produk yang beragam.
Rantai tata niaga pemasaran produk perkebunan
segar masih panjang, sehingga disatu sisi
memberikan tekanan pada konsumen dalam
bentuk harga yang tinggi dan berfluktuasi, di sisi
lain tekanan pada produsen dalam bentuk proporsi
harga yang diterima relatif rendah.
Disparitas harga antar daerah diakibatkan
oleh, kondisi geografis Indonesia yang terdiri dari
pulau-pulau yang dihubungkan oleh lautan dan
selat, serta sentra produsen komoditas
perkebunan yang banyak terletak di remote area
dan daerah peripheral, sementara konsumen
maupun industri terletak di pusat-pusat kota.
Kondisi ini mengakibatkan terciptanya daerah
surplus dan minus sebagai akibat dari
ketidakseimbangan penawaran dan permintaan di
sentra– sentra konsumen.
Ketidakseimbangan supply dan demand
disuatu pasar seringkali mengakibatkan
1
terjadinya fluktuasi harga , baik di sentra
produsen maupun sentra konsumen. Pada
umumnya fluktuasi harga juga diakibatkan
oleh ketidakseimbangan supply yang
disebabkan oleh sifat komoditi yang sangat
tegantung dari musim / iklim.
Keberhasilan pembangunan pemasaran
komoditas pertanian sangat ditentukan oleh
kualitas penyusunan kebijakan dan perencanaan
pembangunan pemasaran, yang sangat ditentukan
oleh ketersediaan informasi pasar yang aktual,
akurat dan kontinue. Untuk mendukung
ketersediaan informasi pasar yang aktual, akurat
dan terpercaya ini diperlukan pelayanan informasi
pasar yang baik, sehingga diharapkan akan
dimanfaatkan sebagai penyusunan kebijakan yang
tepat sesuai dengan perkembangan pasar.
Kegiatan Pelayanan Informasi Pasar (PIP) secara
umum telah dilaksanakan sejak awal tahun 1970
pada Direktorat Bina Usaha Tani, di setiap
Direktorat Jenderal, Departemen Pertanian. Pada
kegiatan ini, data harga dikumpulkan oleh Dinas
Pertanian Provinsi dan Kabupaten seluruh
Indonesia, dan dikirimkan ke Pusat Data secara
mingguan melalui surat/pos, dengan tujuan untuk
melakukan pendataan secara statistik.
Pada tahun 1979 Direktorat Jenderal
Tanaman Pangan mulai melaksanakan Pelayanan
Informasi Pasar sistem harian yang mencakup
sebagian besar komoditas tanaman pangan dan
hortikultura, dengan tujuan untuk memberikan
2
informasi harga secara harian kepada para pelaku
pasar melalui Radio. Sampai dengan tahun 1999
kegiatan ini sudah teralokasi di 27 propinsi, tetapi
dengan terjadinya reorganisasi di Departemen
Pertanian pada tahun 2000, kegiatan PIP di tingkat
pusat tidak dapat terlaksana secara optimal,
meskipun kegiatan ini masih dilaksanakan di daerah.
Pada tahun 2001–2005 kegiatan PIP di tingkat
pusat dikoordinasikan oleh Subdit Pasar Domestik,
pada masingmasing Direktorat Pengolahan dan
Pemasaran Hasil Tanaman Pangan, Hortikultura,
Peternakan dan Perkebunan, pada Direktorat
Jenderal Pengolahan dan Pemasaran Hasil
Pertanian.
Sejak tahun 2006, kegiatan PIP dari seluruh
sub sektor pertanian dikoordinasikan oleh Sub
Direktorat Analisis dan Informasi pada Direktorat
Pemasaran Domestik, Direktorat Jenderal
Pengolahan dan Pemasaran Hasil Pertanian.
Mulai tahun 2016, kegiatan PIP
dikoordinasikan oleh masing – masing subsektor
(Perkebunan, Tanaman Pangan, Hortikultura dan
Peternakan) akibat dari dileburnya fungsi
Direktorat Jenderal Pengolahan dan Pemasaran
Hasil Pertanian ke Direktorat Jenderal Komoditi.
Dan PIP hasil perkebunan akan dikoordinasikan
oleh Direktorat Pengolahan dan Pemasaran Hasil
Perkebunan.
3
1.2. Tujuan
Tujuan penyusunan pedoman teknis
Pelayanan Informasi Pasar (PIP) Perkebunan ini
adalah :
1. Memberikan panduan teknis tentang tata cara
pelaksanaan kegiatan PIP.
2. Sebagai bahan acuan dalam
mengembangkan sistem pengumpulan
data/informasi pasar disesuaikan dengan
kondisi masing-masing daerah.
3. Menciptakan Sistem Pelayanan Informasi Pasar
yang cepat, tepat, kontinyu, up to date dan
dapat dipercaya agar langsung dapat
dimanfaatkan oleh para pengguna informasi.
4
II. SISTEM PELAYANAN INFORMASI PASAR
HASIL PERTANIAN
6
beberapa kabupaten yang produksinya terbesar
berdasarkan data produksi yang tersedia pada
Dinas lingkup Perkebunan. Dari kabupaten sentra
terpilih kemudian ditentukan 2-3 kecamatan
sentra.
Harga tingkat produsen/harga jual petani
adalah harga penjualan petani kepada pedagang
pengumpul, pedagang antar daerah atau kepada
pabrik pengolahan hasil pertanian. Atau sebaliknya
adalah pembelian pedagang pengumpul
/perusahaan pengolahan kepada petani. Lokasi
pengembangan PIP dan komoditi di sentra produksi
sesuai dengan alokasi dana Dekonsentrasi tahun
2016 seperti tercantum pada lampiran.
7
2.1.3. Data Harga Eksportir
Harga tingkat eksportir dikumpulkan oleh
petugas PIP propinsi di seluruh Indonesia. Lokasi
pasar merupakan tempat transaksi/jual-beli
produk perkebunan untuk tujuan ekspor. Harga
tingkat eksportir yaitu harga penjualan oleh eksportir.
8
2.1.6. Data Analisa Ekonomi Usahatani (Biaya
Usahatani)
Data Analisa Ekonomi Usahatani (Biaya Usahatani)
sangat diperlukan untuk mengetahui tingkat
keuntungan petani. Data ini dikumpulkan setahun
sekali untuk komoditi unggulan. Data yang
dikumpulkan meliputi :
a. Penerimaan (R = Revenue), merupakan penjualan
hasil produksi, dimana nilai penerimaan diperoleh
dari perhitungan harga per satuan hasil dikalikan
dengan volume hasil produksi.
b. Pengeluaran (C= Cost), merupakan penjumlah
semua biaya-biaya yang dikeluarkan selama proses
produksi.
c. Keuntungan (B= Benefit), merupakan hasil yang
diperoleh dari pengurangan nilai penerimaan
dengan pengeluaran. Di dalam perhitungan
keuntungan dicantumkan juga perhitungan :
1) R-C rasio, merupakan perhitungan dari
perbandingan antara penerimaan (R) dengan
pengeluaran (C).
2) B-C rasio, merupakan perhitungan dari
perbandingan antara keuntungan (B) dengan
pengeluaran (C)
3) Keuntungan perbulan, merupakan asumsi dari
keuntungan yang diterima per bulan selama satu
kali periode proses produksi.
4) Keuntungan per satuan hasil, merupakan asumsi
9
dari keuntungan yang diterima persatuan hasil
produksi
Secara rinci, contoh tabel perhitungan analisa
usaha tani tercantum pada lampiran.
10
c. Data perusahaan meliputi provinsi,
kabupaten/kota, alamat, nomor telpon,
nomor faximili, alamat e-mail dan nama
contact person)
d. Jenis usaha (produsen/perdagangan
domestik/ eksportir/importir/usaha
lainnya)
e. Skala Usaha (kecil/menengah/besar)
f. Jenis Komoditi ( perkebunan)
g. Jenis Produk (segar dan atau olahan)
h. Jumlah penawaran/supply (ton)
2.1.9. Komoditas
Jenis komoditas yang tercakup dalam
pelaksanaan PIP ini adalah komoditas unggulan
propinsi atau kabupaten/kota, dengan kriteria
sebagai berikut :
a. Komoditas yang banyak dihasilkan di daerah
sentra produksi, secara kontinyu artinya
komoditi harus tersedia setiap hari di lokasi
pencatatan.
b. Jumlah komoditas relatif besar
c. Komoditas sudah diperdagangkan antar
daerah (antar kabupaten atau antar
kecamatan)
11
2.1.9 Responden
Seperti yang telah dijelaskan sesuai dengan
jenis data yang dikumpulkan, maka responden yang
dijadikan sebagai sumber informasi tersebut
adalah sebagai berikut:
a. Responden untuk harga produsen adalah :
1) Petani (harga penjualan kepada pedagang
pengumpul atau perusahaan pengolahan
hasil)
2) Pedagang pengumpul (harga pembelian dari
petani)
3) Eksportir (harga pembelian dari petani
apabila melakukan pembelian langsung
kepada petani.
12
Sebagai contoh:
Responden A Rp. 2 100,-
Responden B Rp. 1700,
Responden C Rp. 2150,-
Responden D Rp. 2200,-
Responden E Rp. 2500,
Harga yang terjadi adalah :
(2100+2150+2200) : 3 = 2150.
14
f. Responden untuk data biaya biaya
pemasaran adalah:
1) petani/produsen komoditas perkebunan
2) pedagang pengumpul, pedagang grosir
dan pedagang pengecer (semua
pedagang yang terlibat dalam satu mata
rantai pemasaran) serta eksportir
15
Musim Kering II/MK II). Untuk data supplier
dikumpulkan setiap bulan.
17
Pengiriman Data Demand
Data demand yang dimaksud adalah :
1) Data demand mingguan di tingkat
kabupaten
2) Data demand mingguan di tingkat provinsi
2.2.3. Pelaporan
Seperti yang telah diuraikan diatas bahwa
seluruh petugas PIP harus melaporkan data harga
secara harian dan data produksi/tonase secara
bulanan ke Pusat (Subdit Pemasaran Hasil
19
Perkebunan, Dit. Pengolahan dan Pemasaran
Hasil Perkebunan). Petugas PIP juga harus
mengirimkan Buletin Pemasaran atau Laporan
Tahunan kepada Pusat PIP secara periodik (bulanan
atau tahunan).
2.3.2. Kelembagaan
Dalam melaksanakan kegiatan PIP diperlukan
petugas khusus (Petugas PIP dan atau Pejabat
fungsional APHP) yang secara rutin bertugas untuk
mengumpulkan, mengolah serta menganalisa data
informasi pasar. Petugas PIP dan atau Pejabat
20
fungsional APHP adalah pegawai tetap pada dinas
perkebunan propinsi dan atau kabupaten pada
Subdinas yang menangani kegiatan pemasaran.
Jabatan fungsional Analisis Pasar Hasil
Pertanian (APHP) ditetapkan berdasarkan
Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur
Negara Dan Reformasi Birokrasi Nomor 6 Tahun
2012 tentang Jabatan Fungsional Analisa Pasar
Hasil Pertanian Dan Angka Kreditnya.
Ketentuan pelaksanaan jabfung APHP diatur
berdasarkan Peraturan Bersama Menteri Pertanian
dan Kepala Badan Kepegawaian Negara Nomor
59/PERMENTAN/OT.140/09/2012 dan Nomor 10
Tahun 2012 tentang Ketentuan Pelaksanaan
Peraturan Menteri PAN dan Reformasi Birokrasi
tentang Jabatan Fungsional Analis Pasar Hasil
Pertanian.
2.4. Sumber Dana
Sumber dana kegiatan PIP berasal dari APBN,
APBD I dan APBD II. Untuk dana APBN TA 2016,
dana PIP perkebunan terdapat pada Program
Peningkatan Produksi dan Produktivitas
Tanaman Perkebunan Berkelanjutan, yang
dialokasikan untuk pelaksankan pertemuan
petugas dan Pembina PIP di Pusat dan didaerah
melalui dana dekonsentrasi yang dialokasikan pada
Dinas lingkup Perkebunan di 31 Propinsi , dengan
rincian sebagai berikut:
21
2.4.1. Kegiatan PIP di Pusat
22
3) Persiapan kegiatan pertemuan
- Penyusunan Jadwal dan atau materi
kegiatan
- Surat Undangan peserta, narasumber dan
moderator dan lain-lain
- Sambutan Pembukaan dan arahan pimpinan
- Perlengkapan ATK, dll.
- Administrasi pelaksanaan kegiatan
Belanja bahan
23
- Administrasi , fotocopy,dll
- Penggandaan laporan Informasi pasar domestik
perkebunan
24
2.4.2. Kegiatan di Provinsi
Belanja bahan
- ATK komputer supplies, penggandaan, dll
25
Belanja Peralatan dan Mesin untuk diserahkan
kepada masyarakat
- Pengadaan alat komunikasi untuk
pengumpulan data/ informasi
26
- Pengumpulan data ke lokasi
Pusat
1. Belanja bahan adalah biaya yang
dipergunakan untuk biaya bahan pertemuan
seperti fotocopi, penggandaan laporan, dll
2. Belanja jasa profesi adalah biaya yang
dipergunakan untuk membiayai honor
narasumber dan moderator kegiatan
pertemuan PIP.
3. Belanja perjalan biasa adalah biaya perjalanan
yang akan dilakukan untuk melakukan
identifikasi dan sinkronisasi informasi pasar ke
daerah sentra produksi
4. Belanja perjalan Dinas Paket meeting Luar
Kota
adalah biaya yang dipergunakan untuk
akomodasi dan konsumsi maupun ruang
pertemuan, serta biaya perjalanan dinas
petugas dari Direktorat Jenderal Perkebunan
pada pertemuan PIP di daerah dan biaya
perjalanan narasumber kegiatan.
27
Propinsi dan Kabupaten
1. Belanja bahan adalah biaya yang
dipergunakan untuk biaya bahan – bahan
yang diperlukan dalam kegiatan PIP di
daerah.
2. Biaya perjalanan pertemuan koordinasi dan
pertemuan petugas PIP, merupakan biaya
yang digunakan untuk memfasilitasi
perjalanan dinas pembina PIP dan petugas
PIP untuk menghadiri pertemuan yang
dilaksnakan oleh Pusat.
3. Belanja Peralatan dan Mesin, merupakan
biaya yang digunakan untuk pengadaan
fasilitasi alat pengolahan data dan
komunikasi.
4. Honor operasional pengumpulan dan
pengiriman data merupakan honor yang
diberikan per bulan kepada petugas PIP
untuk pengumpulan data informasi
pemasaran komoditas pertanian (harga, dan
lain-lain) ke lokasi serta biaya pengiriman
data melalui SMS Sender.
5. Honor operasional entry dan pengolahan data
merupakan honor yang diberikan per bulan
kepada petugas entry data dan petugas
pengolah data PIP
6. Biaya Penyusunan dan Pengiriman Data Base ,
BUT dan Biaya pemasaran adalah biaya yang
digunakan Petugas PIP untuk melaksanakan
28
kegiatan tersebut.
7. Biaya penyebaran Informasi pasar melalui
media massa merupakan biaya yang
diperguanakan untuk penyebaran PIP di media
massa
8. Biaya penyusunan Buletin Informasi Pasar
merupakan biaya yang dipergunakan dlam
rangka penyusunan Buletin informasi pasar
29
III. PENUTUP
30
Pedoman Teknis Pengembangan Kemitraan dan Kewirausahaan-2016 1
I. TEMU USAHA KEMITRAAN
A. Tujuan
B. Sasaran
C. Output
D. Outcome
F. Jadwal Pelaksanaan
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
1. Identifikasi
kelompok-
kelompok petani
yang potensial
untuk dimitrakan
2 Identifikasi
perusahaan calon
mitra bagi
kelompok-
kelompok petani
yang potensial
3. Pertemuan
kemitraan (Temu
Usaha)
4. Koordinasi dengan
berbagai
stakeholder dalam
rangka mendukung
kemitraan
G. Anggaran
H. Pelaporan
B. Sasaran
Sasaran yang diinginkan dari kegiatan Bimbingan Teknis
Kemitraan dan Kewirausahaan adalah terlatihnya para pelaku
usaha tentang konsep dan pola kemitraan dan kewirausahaan
perencanaan usaha d
C. Output
Output Bimbingan Teknis TOT Usaha agribisnis
Perkebunan adalah terbinanya Poktan/Gapoktan, Koperasi Tani,
LM3 Agribisnis, Subak Abian, Asosiasi yang telah melakukan
kemitraan
E. Metode Pelaksanaan
a) Tahap Persiapan
b) Tahap Pelaksanaan
F. Jadwal Pelaksanaan
Bulan
Jenis Kegiatan
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11
Bimbingan Teknis
TOT Usaha
agribisnis
Perkebunan
G. Anggaran
H. Pelaporan
PENUTUP
..........................................
NIP. ...........................................
A. Tujuan
B. Sasaran
C. Output
D. Outcome
Berkembangnya agrowisata.
E. Metode Pelaksanaan
Bulan
No Jenis Kegiatan
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
1 Rapat
Koordinasi dan
Sinkronisasi
2 Pemantapan
rencana
pengembangan
agrowisata
3. Pelaksanaan
Gelar Potensi
Agrowisata
4.. Pelaporan
G. Anggaran
H. Pelaporan
1. Latar Belakang
1
Disisi lain, saat ini mulai banyak terjalin berbagai
perjanjian perdagangan antara Indonesia dengan negara
mitra dagang baik dalam forum bilateral, regional dan
multilateral termasuk kerjasama komoditi dalam bentuk
Free Trade Agreement (FTA). Kesepakatan perdagangan
bebas atau Free Trade Agreement (FTA) antar negara
yang merupakan wujud dari liberalisasi perdagangan tidak
bisa dibendung lagi oleh suatu negara secara individual.
Karena dalam situasi seperti ini satu negara tidak lagi
dapat berdiri sendiri, tetapi saling tergantung satu dengan
yang lain.
2
Indonesia – Pakistan sedangkan yang saat ini masih
dalam tahap negosiasi perundingan antara lain Indonesia
– Korea CEPA, Indonesia – EFTA CEPA, Indonesia – EU
CEPA, Indonesia – Australia CEPA. Dalam forum
regional, Indonesia terlibat dalam forum ASEAN-FTA dan
RCEP (Regional Comprehensive Economic Partnership)
sedangkan dalam forum multilateral Indonesia aktif dalam
WTO. AEC (Asean Economic Community) akan
implementatif pada 31 Desember 2015 dan RCEP
(dengan 16 negara) akan implementatif pada 1 Januari
2016.
3
Indonesia, agar hasil perundingan perdagangan
internasional tersebut bisa peningkatan ekspor produk
perkebunan.
4
mengalokasikan Dana Dekonsentrasi berupa kegiatan
Fasilitasi Pengembangan Akses Pasar Perdagangan
internasional yang dapat berupa Kegiatan Sosialisasi
Hasil Negosiasi dan Diplomasi di Forum Perdagangan
Internasional atau forum temu bisnis (business matching)
dengan mendatangkan calon pembeli (buyer) dari luar
negeri / negara tujuan ekspor.
2. Tujuan
3. Sasaran
5
memanfaatkan informasi maupun kegiatan temu bisnis
tersebut untuk membantu para pelaku/calon eksportir hasil
perkebunan dalam meningkatkan akses ke pasar-pasar
tujuan ekspor yang sesuai untuk komoditas unggulan
perkebunan di daerahnya masing-masing.
6
8) Jawa Barat,
9) Jawa Tengah,
10) DI Yogyakarta,
11) Jawa Timur,
12) Kalimantan Barat,
13) Kalimantan Tengah,
14) Kalimantan Selatan,
15) Kalimantan Timur,
16) Sulawesi Utara,
17) Sulawesi Selatan,
18) Maluku,
19) Bali,
20) Maluku Utara.
5. Ruang Lingkup
7
pengembangan dan peningkatan akses pasar
internasional.
8
perkebunan, pengembangan market intelligence
produk perkebunan, fasilitasi masalah permodalan
antara gapoktan dengan lembaga pembiayaan, dan
lain-lain.
9
II. Mekanisme Pelaksanaan Kegiatan Fasilitasi
Pengembangan Akses Pasar Perdagangan
Internasional
1. Instansi Pelaksana :
2. Peserta :
10
Sangat diharapkan bahwa peserta yang mengikuti cara ini
mewakili semua kabupaten dan unsur yang disebutkan di
atas, agar dapat bermanfaat dan tepat sasaran.
3. Narasumber :
4. Metode Pelaksanaan :
11
paparan dan diskusi. Agar peserta dapat menerima materi
dan berdiskusi dengan baik, sebelum paparan
diselenggarakan sesi ice breaking. Setelah acara utama
para peserta akan melakukan kunjungan lapang (field trip)
ke lokasi petani/gapoktan perkebunan yang berorientasi
ekspor. Sedangkan dalam format temu bisnis, kegiatan
dapat berupa pertemuan langsung antara calon importir /
buyer dengan pelaku usaha / poktan perkebunan.
12
Ditjen PEN,
Kemendag
Fasilitasi Pembiayaan LPEI /
Ekspor Bagi Produk Perbankan
Perkebunan
Permasalahan ekspor Kadin daerah
produk perkebunan yang
dihadapioleh daerah
Successtory Pelaku Usaha Komoditi
/Eksportir unggulan
setempat
7. Pelaporan
a. Pertanggung Jawaban
13
b. Laporan Pelaksanaan
c. Database Peserta
14
diharapkan bisa menjadi inisiator dan fasilitaror jaringan
komunikasi tersebut, menggunakan aplikasi teknologi
informasi yang tersedia dan mudah dioperasikan oleh
anggota jaringan.
15
III. PENUTUP
16
perkebunan dan memberikan kontribusi pada peningkatan
perekonomian daerah.
17
DAFTAR LAMPIRAN
18
Lampiran 1. Jadwal Pelaksanaan Dana Dekonsentrasi Fasilitasi
Pengembangan Akses Pasar Perdagangan Internasional TA 2016
NO PROVINSI BULAN
JAN FEB MAR APR MEI JUN JUL AGU SEP OKT NOV DES
1 Daerah Istimewa
Aceh
2 Sumatera Utara
3 Sumatera Barat
4 Riau
5 Jambi
6 Sumatera
Selatan
7 Lampung
8 Jawa Barat
9 Jawa Tengah
10 DI Yogyakarta
11 Jawa Timur
12 Kalimantan
Barat
13 Kalimantan
Tengah
19
14 Kalimantan
Selatan
15 Kalimantan
Timur
16 Sulawesi Utara
17 Sulawesi
Selatan
18 Maluku
19 Bali
20 Maluku Utara
20
Lampiran 2. Format Laporan Pelaksanaan
Kata Pengantar
Daftar Isi
I. Pendahuluan
a. Latar Belakang
b. Tujuan
IV. Kesimpulan
V. Penutup
21
Lampiran 3. Kuisioner Bagi Gapoktan
Jumlah Anggota :
Mitra Eksportir :
22
23
PEDOMAN TEKNIS PENGOLAHAN HASIL PERKEBUNAN 2016
KATA PENGANTAR
i
PEDOMAN TEKNIS PENGOLAHAN HASIL PERKEBUNAN 2016
ii
PEDOMAN TEKNIS PENGOLAHAN HASIL PERKEBUNAN 2016
DAFTAR ISI
iii
PEDOMAN TEKNIS PENGOLAHAN HASIL PERKEBUNAN 2016
iv
PEDOMAN TEKNIS PENGOLAHAN HASIL PERKEBUNAN 2016
DAFTAR LAMPIRAN
v
PEDOMAN TEKNIS PENGOLAHAN HASIL PERKEBUNAN 2016
vi
PEDOMAN TEKNIS PENGOLAHAN HASIL PERKEBUNAN 2016
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Keberhasilan Pengembangan Pengolahan Hasil
Perkebunan membutuhkan pengetahuan
tentang ciri produk perkebunan, hal ini akan
menentukan keputusan bisnis yang akan
diambil oleh pelaku usaha perkebunan, baik
petani produsen, maupun pihak lain yang
bergerak dalam bidang perkebunan.
1
PEDOMAN TEKNIS PENGOLAHAN HASIL PERKEBUNAN 2016
2
PEDOMAN TEKNIS PENGOLAHAN HASIL PERKEBUNAN 2016
3
PEDOMAN TEKNIS PENGOLAHAN HASIL PERKEBUNAN 2016
4
PEDOMAN TEKNIS PENGOLAHAN HASIL PERKEBUNAN 2016
5
PEDOMAN TEKNIS PENGOLAHAN HASIL PERKEBUNAN 2016
6
PEDOMAN TEKNIS PENGOLAHAN HASIL PERKEBUNAN 2016
7
PEDOMAN TEKNIS PENGOLAHAN HASIL PERKEBUNAN 2016
8
PEDOMAN TEKNIS PENGOLAHAN HASIL PERKEBUNAN 2016
9
PEDOMAN TEKNIS PENGOLAHAN HASIL PERKEBUNAN 2016
10
PEDOMAN TEKNIS PENGOLAHAN HASIL PERKEBUNAN 2016
11
PEDOMAN TEKNIS PENGOLAHAN HASIL PERKEBUNAN 2016
12
PEDOMAN TEKNIS PENGOLAHAN HASIL PERKEBUNAN 2016
2) Pelaporan
Hasil yang sudah dibahas pada
pertemuan evaluasi di Provinsi termasuk
keberhasilannya (succes story), harus
dibawa pada pertemuan Optimalisasi
Unit Pengolahan Hasil Perkebunan di
tingkat pusat, yang akan dilaksanakan
bulan November 2016.
13
PEDOMAN TEKNIS PENGOLAHAN HASIL PERKEBUNAN 2016
14
PEDOMAN TEKNIS PENGOLAHAN HASIL PERKEBUNAN 2016
15
PEDOMAN TEKNIS PENGOLAHAN HASIL PERKEBUNAN 2016
f. Pelaporan
Penyusunan laporan berisi seluruh tahapan
mulai dari persiapan sampai akhir
pelaksanaan kegiatan.
16
PEDOMAN TEKNIS PENGOLAHAN HASIL PERKEBUNAN 2016
a. Tujuan:
Membangun dan menumbuh kembangkan
unit pengolahan hasil perkebunan berbasis
kelompok dalam rangka meningkatkan
kesejahteraan petani dan membuka
kesempatan kerja.
b. Sasaran:
Terbangunnya 55 unit usaha pengolahan
hasil perkebunan berbasis kelompok.
c. Lokasi
Kabupaten Penerima Dana Tugas
Pembantuan TA 2016.
d. Ruang lingkup kegiatan
Ruang lingkup kegiatan meliputi: fasilitasi
sarana dan prasarana pengolahan komoditi
perkebunan yang terdiri dari fasilitasi
bangunan unit pengolahan hasil, alat dan
mesin pengolahan, fasilitasi pengelola
usaha/site manajer, serta running usaha
komersial.
17
PEDOMAN TEKNIS PENGOLAHAN HASIL PERKEBUNAN 2016
18
PEDOMAN TEKNIS PENGOLAHAN HASIL PERKEBUNAN 2016
19
PEDOMAN TEKNIS PENGOLAHAN HASIL PERKEBUNAN 2016
20
PEDOMAN TEKNIS PENGOLAHAN HASIL PERKEBUNAN 2016
2) Tahap Pelaksanaan
Dalam tahap pelaksanaan antara lain
meliputi:
a) Pengadaan gedung pengolah hasil
Pengadaan gedung pengolah hasil
mengacu pada Perpres 70 tahun
2012 tentang Peraturan
Pengadaan Barang dan Jasa.
21
PEDOMAN TEKNIS PENGOLAHAN HASIL PERKEBUNAN 2016
Nomor
35/Permentan/OT.140/7/2008
tentang persyaratan dan
penerapan cara pengolahan hasil
pertanian asal tumbuhan yang
baik (Good Manufacturing
Practices).
22
PEDOMAN TEKNIS PENGOLAHAN HASIL PERKEBUNAN 2016
23
PEDOMAN TEKNIS PENGOLAHAN HASIL PERKEBUNAN 2016
24
PEDOMAN TEKNIS PENGOLAHAN HASIL PERKEBUNAN 2016
25
PEDOMAN TEKNIS PENGOLAHAN HASIL PERKEBUNAN 2016
1) Berpengalaman dan
mempunyai jiwa wirausaha
dan memiliki latar belakang
pendidikan minimal SMA
2) Berasal/berdomisili dalam
wilayah dimana unit usaha
kelompok berada
3) Site manager tidak sebagai
pengurus poktan/gapoktan
26
PEDOMAN TEKNIS PENGOLAHAN HASIL PERKEBUNAN 2016
27
PEDOMAN TEKNIS PENGOLAHAN HASIL PERKEBUNAN 2016
28
PEDOMAN TEKNIS PENGOLAHAN HASIL PERKEBUNAN 2016
29
PEDOMAN TEKNIS PENGOLAHAN HASIL PERKEBUNAN 2016
30
PEDOMAN TEKNIS PENGOLAHAN HASIL PERKEBUNAN 2016
31
PEDOMAN TEKNIS PENGOLAHAN HASIL PERKEBUNAN 2016
A. Tingkat Pusat
1. Menyusun pedoman teknis untuk
mengarahkan kegiatan-kegiatan dalam
mencapai tujuan dan sasaran yang
ditetapkan.
2. Menggalang kerjasama kemitraan dengan
Provinsi dan Kabupaten/kota dalam
melaksanakan advokasi, pengendalian,
pemantauan dan evaluasi.
3. Melaksanakan pengawalan, pembinaan dan
pemanfaatan alat dan mesin.
4. Menyusun laporan perkembangan kegiatan
pengolahan hasil perkebunan.
B. Tingkat Provinsi
32
PEDOMAN TEKNIS PENGOLAHAN HASIL PERKEBUNAN 2016
C. Tingkat Kabupaten/kota
33
PEDOMAN TEKNIS PENGOLAHAN HASIL PERKEBUNAN 2016
34
PEDOMAN TEKNIS PENGOLAHAN HASIL PERKEBUNAN 2016
35
PEDOMAN TEKNIS PENGOLAHAN HASIL PERKEBUNAN 2016
A. Jenis Laporan
36
PEDOMAN TEKNIS PENGOLAHAN HASIL PERKEBUNAN 2016
37
PEDOMAN TEKNIS PENGOLAHAN HASIL PERKEBUNAN 2016
38
PEDOMAN TEKNIS PENGOLAHAN HASIL PERKEBUNAN 2016
VI. PENUTUP
39
PEDOMAN TEKNIS PENGOLAHAN HASIL PERKEBUNAN 2016
LAMPIRAN
LAMPIRAN
40
PEDOMAN TEKNIS PENGOLAHAN HASIL PERKEBUNAN 2016
41
PEDOMAN TEKNIS PENGOLAHAN HASIL PERKEBUNAN 2016
Hasil Penilaian :
Perolehan Angka : Jumlah Jawaban
14
42
PEDOMAN TEKNIS PENGOLAHAN HASIL PERKEBUNAN 2016
1. Sekretariat kelompok
a. Belum ada
b. Ada tetapi tidak resmi
c. Ada tetapi tidak difungsikan
d. Ada tetapi masih tidak tetap dan berfungsi
e. Ada, alamat jelas, mudah dihubungi dan berfungsi
2. Pengelola / Pengurus Kelompok
a. Tidak berfungsi
b. Hanya ketua yang berfungsi yang lain tidak
c. Berfungsi seadanya
d. Berfungsi tetapi belum sepenuhnya
e. Berfungsi sesuai tugas masing-masing
3. Administrasi Kelompok
a. Belum ada
b. Sudah ada tetapi belum dijalankan pencatatannya
c. Kadang-kadang dicatat
d. Sudah ada tetapi belum tertib
e. Sudah ada dan tertib
4. Peraturan (AD/ART)
a. Belum mengerti
b. Baru ada aturan-aturan lisan
c. Sudah ada tetapi belum lengkap
d. Sudah ada, lengkap, belum disahkan dalam rapat
anggota
e. Sudah ada dan sudah disahkan pada rapat anggota
5. Rencana kerja Kelompok
a. Belum dibicarakan
b. Dibicarakan lisan saja
c. Dibicarakan dan tertulis per pekerjaan saja
d. Dibicarakan tertulis tetapi belum untuk 1 tahun
43
PEDOMAN TEKNIS PENGOLAHAN HASIL PERKEBUNAN 2016
44
PEDOMAN TEKNIS PENGOLAHAN HASIL PERKEBUNAN 2016
46
PEDOMAN TEKNIS PENGOLAHAN HASIL PERKEBUNAN 2016
47
PEDOMAN TEKNIS PENGOLAHAN HASIL PERKEBUNAN 2016
11 Laporan a) Belum ada e) Ada, lengkap, rutin dan - Membuat format laporan kondisi
kondisi selalu dibahas anggota kelompok
anggota - Membuat laporan kondisi anggota
kelompok kelompok sesuai hasil monitoring
anggota kelompok
49
PEDOMAN TEKNIS PENGOLAHAN HASIL PERKEBUNAN 2016
Catatan :
Kolom 2 adalah kriteria dari 14 pertanyaan pada kuisioner penilaian kelembagaan.
Kolom 3 adalah fakta dilapangan sesuai hasil penilaian kelembagaan awal.
50
PEDOMAN TEKNIS PENGOLAHAN HASIL PERKEBUNAN 2016
Kolom 4 adalah target yang ingin dicapai sesuai dengan kemampuan usaha
kelompok.
Kolom 5 adalah perencanaan kegiatan untuk mencapai target berdasarkan pada
fakta awal yang ada dilapangan.
Kolom 6 adalah perkiraan waktu yang dibutuhkan untuk merealisasikan target.
Kolom 7 adalah evaluasi dari pelaksanaan kegiatan sesuai kolom 6 menggunakan 14
pertanyaan pada kuisioner penilaian kelembagaan sebagai dasar rencana tindak
lanjut atau rencana kerja usaha kelompok yang baru untuk mencapai target.
51
PEDOMAN TEKNIS PENGOLAHAN HASIL PERKEBUNAN 2016
53
PEDOMAN TEKNIS PENGOLAHAN HASIL PERKEBUNAN 2016
54
PEDOMAN TEKNIS PENGOLAHAN HASIL PERKEBUNAN 2016
Lanjutan Lampiran 1b
LEMBAR JAWABAN
Tanggal _____Bulan__________Tahun ______
Data Dasar
1. Nama kelompok :
2. Alamat :
3. Pengurus :
a. Ketua :
b. Sekretaris :
c. Bendahara :
1 a b c d e 8 a b c d e
2 a b c d e 9 a b c d e
3 a b c d e 10 a b c d e
4 a b c d e 11 a b c d e
5 a b c d e 12 a b c d e
6 a b c d e 13 a b c d e
7 a b c d e
Yang menilai :
Nama :
55
PEDOMAN TEKNIS PENGOLAHAN HASIL PERKEBUNAN 2016
Waktu Monev/
No Indikator Fakta di Lapangan Target Rencana Kegiatan
Pelaksanaan RTL
1 2 3 4 5 6 7
1 Sumber bahan b) Tidak dari f) Dari kelompok - Identifikasi sumber bahan baku - 1 tahun sesuai
baku kelompok 76%-100% lainnya program yang
- Menambah anggota kelompok disusun
pemilik bahan baku
- Melakukan pencatatan
pengadaan bahan baku dengan
formulir yang mampu telusur
2 Ketersediaan a) ≤20% kapasitas e) 81%-100% - Identifikasi sumber bahan baku - 1 tahun sesuai
bahan baku produksi kapasitas produksi - Menjalin kerjasama dengan program yang
tercukupi tercukupi penyedia bahan baku disusun
- Melakukan upaya peningkatan
produksi dan produktivitas
(ekstensifikasi dan intensifikasi)
- Mendokumentasikan program
diatas
3 Rata-rata produksi b) ≤ 20% f) 81% – 100% target - Menyusun program kerja - 1 tahun sesuai
olahan per tahun kapasitas produksi produksi pengolahan hasil per tahun program yang
- Sosialisasi rencana kerja selama disusun
1 Tahun kepada semua
anggota/pengelola
56
PEDOMAN TEKNIS PENGOLAHAN HASIL PERKEBUNAN 2016
57
PEDOMAN TEKNIS PENGOLAHAN HASIL PERKEBUNAN 2016
6 Sarana dan a. Belum memenuhi e) 76%-100% memenuhi - Identifikasi sarana prasarana - 1 tahun sesuai
prasarana persyaratan GMP persyaratan GMP yang rusak/tidak memenuhi GMP program yang
pengolahan hasil - Revitalisasi sarana prasarana disusun
yang rusak/tidak memenuhi
standar GMP
- Menambahkan sarana yang
kurang
- Membuat program dan
pencatatan pelaksanaan
kegiatan
7 SOP Proses b) Belum ada f) Sudah ada, sudah - Tim GMP menyusun SOP Proses - 1 tahun sesuai
disahkan, sudah - SOP proses dibahas secara program yang
diterapkan, dan internal disusun
sudah tercatat
- Perbaikan SOP proses
- Verifikasi SOP proses
- Pengesahan SOP proses
- Pelaksanaan SOP proses
- Pencatatan dan dokumentasi
penerapan SOP proses
8 SOP Sanitasi b) Belum ada f) Sudah ada, sudah - Tim GMP menyusun SOP sanitasi - 1 tahun sesuai
disahkan, sudah - SOP sanitasi dibahas secara program yang
diterapkan, dan internal disusun
sudah tercatat
- Perbaikan SOP sanitasi
- Verifikasi SOP sanitasi
58
PEDOMAN TEKNIS PENGOLAHAN HASIL PERKEBUNAN 2016
59
PEDOMAN TEKNIS PENGOLAHAN HASIL PERKEBUNAN 2016
Dinas Propinsi :
Bulan :
Tanggal laporan :
Realisasi
No Kabupaten/Kota Kegiatan Pagu anggaran Fisik Keuangan Kendala RTL
Target Realisasi Rp %
61
PEDOMAN TEKNIS PENGOLAHAN HASIL PERKEBUNAN 2016
Dinas Propinsi :
Bulan :
Tanggal laporan :
Realisasi
No Kabupaten/Kota Kegiatan Pagu Fisik Keuangan Kendala RTL
Anggaran Target Realisasi Rp %
62
PEDOMAN TEKNIS PENGOLAHAN HASIL PERKEBUNAN 2016
Propinsi :
Kapasitas
Pemasaran
Produksi
Sertifikasi
Nama Gapoktan Jenis Produksi
Kab Jenis Uph & Tahun Jaminan Upaya
No Alamat, Cp Dan Olahan & Merk Kendala
/Kota
Hp
Bantuan Alat Penerimaan
Dagang
Mutu/ Nama Penanganan
Ter Ter Perijinan*) mitra Tujuan
pasang pakai
usaha
I. Data Umum
64
PEDOMAN TEKNIS PENGOLAHAN HASIL PERKEBUNAN 2016
Catatan : ................................................................
Catatan :
*Sarana dan Prasarana harus memenuhi standar GMP
Informasi lainnya : …..................................................................
65
PEDOMAN TEKNIS PENGOLAHAN HASIL PERKEBUNAN 2016
66
PEDOMAN TEKNIS PENGOLAHAN HASIL PERKEBUNAN 2016
Kelompok
Pagu
No Nama barang Penerima Volume
(Rp)
Bantuan/Alamat
Fasilitasi Pengolahan
Kelapa
1 Mesin Parut Kelapa 2 Unit
2 Mesin Pemeras Santan 1 unit
3 Mesin Penyaring Minyak 1 Unit
Kelapa
4 Mesin 1 unit
Pengemas/Pengunci
Tutup Botol
Mesin
5 Pemurni Minyak Kelapa 1 unit
Menyetujui, Mengetahui,
1. Poktan/Gapoktan : Kepala Dinas
Prop/Kab/Kota
…………………………
2. Tim Teknis Kab/Kota :
67
PEDOMAN TEKNIS PENGOLAHAN HASIL PERKEBUNAN 2016
68
PEDOMAN TEKNIS PENGOLAHAN HASIL PERKEBUNAN 2016
69
PEDOMAN TEKNIS PENGOLAHAN HASIL PERKEBUNAN 2016
Volume : 500 ml
Diameter atas : 11 CM
Tinggi : 9 cm
7 Talang sadap Bahan : Seng
Ketebalan : 0,2 MM
Jumlahgerigi : 6-8 buah
pangkal
Lebar : 4 cm
Panjang : 7 cm
8 Pisau sadap Bahan : Baja kualitas tinggi
Sudut mata : 55"
dalam
Tinggi lipatan : 1,5 cm
mata
Tinggi lengkung : 7 cm
pisau
Panjang : 10 cm
lengkungan
Lebar Pisau : 8,1 cm
Lebar mata : 1,7 cm
pisau
Tebal pisau : 0,2 cm
Tebal mata : 0, 1 cm
pisau
9 Timbangan Duduk Kapasitas : 500 Kg
Luas kantai : 37 x 53 cm
timbang
Tinggi : 100 cm
Timbangan
Tinggi lantai : 60 cm
Tinggi pagar : 60 cm
Bahan : Besi
Roda : 4 bh
71
PEDOMAN TEKNIS PENGOLAHAN HASIL PERKEBUNAN 2016
72
PEDOMAN TEKNIS PENGOLAHAN HASIL PERKEBUNAN 2016
73
PEDOMAN TEKNIS PENGOLAHAN HASIL PERKEBUNAN 2016
74
PEDOMAN TEKNIS PENGOLAHAN HASIL PERKEBUNAN 2016
75
PEDOMAN TEKNIS PENGOLAHAN HASIL PERKEBUNAN 2016
76
PEDOMAN TEKNIS PENGOLAHAN HASIL PERKEBUNAN 2016
77
PEDOMAN TEKNIS PENGOLAHAN HASIL PERKEBUNAN 2016
Provinsi : .....................................
Kabupaten/Kota : .....................................
Nama Poktan/ Gapoktan : .....................................
Alamat : .....................................
Asal Bahan
No. Jenis Bahan Baku Volume (Kg) Harga (Rp)
Baku
Total
Total
78
PEDOMAN TEKNIS PENGOLAHAN HASIL PERKEBUNAN 2016
Total Harga
No. Jenis Produk Volume (Kg) Harga (Rp)
Jual (Rp)
Total
IV. REKOMENDASI
a. ……………………….
b. ……………………….
c. ……………………….
d. ……………………….
e. ……………………….
..........,......... 2016
2. ......................
79
PEDOMAN TEKNIS PENGOLAHAN HASIL PERKEBUNAN 2016
81
PEDOMAN TEKNIS PENGOLAHAN HASIL PERKEBUNAN 2016
1.............................., ......................
2. ............................., ......................
3. ............................., ......................
82
PEDOMAN TEKNIS PENGOLAHAN HASIL PERKEBUNAN 2016
83
PEDOMAN TEKNIS PENGOLAHAN HASIL PERKEBUNAN 2016
2. .....................,
( .................................)
3. .....................,
Catatan : BAST ini dibuat dalam 6 (enam) rangkap dengan 2
(dua) lembar bermaterai Rp. 6000,- (enam ribu rupiah)
84
DAFTAR ISI
A. Latar Belakang
Keberhasilan Pengembangan Pengolahan Hasil
Perkebunan membutuhkan pengetahuan
tentang ciri produk perkebunan, hal ini akan
menentukan keputusan bisnis yang akan
diambil oleh pelaku usaha perkebunan, baik
petani produsen, maupun pihak lain yang
bergerak dalam bidang perkebunan.
2) Pelaporan
Hasil yang sudah dibahas pada
pertemuan evaluasi di Provinsi termasuk
keberhasilannya (succes story), harus
dibawa pada pertemuan Optimalisasi
Unit Pengolahan Hasil Perkebunan di
tingkat pusat, yang akan dilaksanakan
bulan November 2016.
2) Tahap Pelaksanaan
Dalam tahap pelaksanaan antara lain
meliputi:
a) Pengadaan gedung pengolah hasil
Pengadaan gedung pengolah hasil
mengacu pada Perpres 70 tahun
2012 tentang Peraturan
Pengadaan Barang dan Jasa.
1) Berpengalaman dan
mempunyai jiwa wirausaha
dan memiliki latar belakang
pendidikan minimal SMA
2) Berasal/berdomisili dalam
wilayah dimana unit usaha
kelompok berada
3) Site manager tidak sebagai
pengurus poktan/gapoktan
4) Site manager dan asisten site
manager yang terpilih
ditetapkan dengan SK kepala
dinas provinsi
A. Tingkat Pusat
1. Menyusun pedoman teknis untuk
mengarahkan kegiatan-kegiatan dalam
mencapai tujuan dan sasaran yang
ditetapkan.
2. Menggalang kerjasama kemitraan dengan
Provinsi dan Kabupaten/kota dalam
melaksanakan advokasi, pengendalian,
pemantauan dan evaluasi.
3. Melaksanakan pengawalan, pembinaan dan
pemanfaatan alat dan mesin.
4. Menyusun laporan perkembangan kegiatan
pengolahan hasil perkebunan.
B. Tingkat Provinsi
C. Tingkat Kabupaten/kota
A. Jenis Laporan
VI. PENUTUP
LAMPIRAN
LAMPIRAN
PEDOMAN TEKNIS PENGOLAHAN HASIL PERKEBUNAN 2016
Hasil Penilaian :
Perolehan Angka : Jumlah Jawaban
14
1. Sekretariat kelompok
a. Belum ada
b. Ada tetapi tidak resmi
c. Ada tetapi tidak difungsikan
d. Ada tetapi masih tidak tetap dan berfungsi
e. Ada, alamat jelas, mudah dihubungi dan berfungsi
2. Pengelola / Pengurus Kelompok
a. Tidak berfungsi
b. Hanya ketua yang berfungsi yang lain tidak
c. Berfungsi seadanya
d. Berfungsi tetapi belum sepenuhnya
e. Berfungsi sesuai tugas masing-masing
3. Administrasi Kelompok
a. Belum ada
b. Sudah ada tetapi belum dijalankan pencatatannya
c. Kadang-kadang dicatat
d. Sudah ada tetapi belum tertib
e. Sudah ada dan tertib
4. Peraturan (AD/ART)
a. Belum mengerti
b. Baru ada aturan-aturan lisan
c. Sudah ada tetapi belum lengkap
d. Sudah ada, lengkap, belum disahkan dalam rapat
anggota
e. Sudah ada dan sudah disahkan pada rapat anggota
5. Rencana kerja Kelompok
a. Belum dibicarakan
b. Dibicarakan lisan saja
c. Dibicarakan dan tertulis per pekerjaan saja
d. Dibicarakan tertulis tetapi belum untuk 1 tahun
PEDOMAN TEKNIS PENGOLAHAN HASIL PERKEBUNAN 2016
11 Laporan a) Belum ada e) Ada, lengkap, rutin dan - Membuat format laporan kondisi
kondisi selalu dibahas anggota kelompok
anggota - Membuat laporan kondisi anggota
kelompok kelompok sesuai hasil monitoring
anggota kelompok
PEDOMAN TEKNIS PENGOLAHAN HASIL PERKEBUNAN 2016
Catatan :
Kolom 2 adalah kriteria dari 14 pertanyaan pada kuisioner penilaian kelembagaan.
Kolom 3 adalah fakta dilapangan sesuai hasil penilaian kelembagaan awal.
PEDOMAN TEKNIS PENGOLAHAN HASIL PERKEBUNAN 2016
Kolom 4 adalah target yang ingin dicapai sesuai dengan kemampuan usaha
kelompok.
Kolom 5 adalah perencanaan kegiatan untuk mencapai target berdasarkan pada
fakta awal yang ada dilapangan.
Kolom 6 adalah perkiraan waktu yang dibutuhkan untuk merealisasikan target.
Kolom 7 adalah evaluasi dari pelaksanaan kegiatan sesuai kolom 6 menggunakan 14
pertanyaan pada kuisioner penilaian kelembagaan sebagai dasar rencana tindak
lanjut atau rencana kerja usaha kelompok yang baru untuk mencapai target.
PEDOMAN TEKNIS PENGOLAHAN HASIL PERKEBUNAN 2016
Lanjutan Lampiran 1b
LEMBAR JAWABAN
Tanggal _____Bulan__________Tahun ______
Data Dasar
1. Nama kelompok :
2. Alamat :
3. Pengurus :
a. Ketua :
b. Sekretaris :
c. Bendahara :
1 a b c d e 8 a b c d e
2 a b c d e 9 a b c d e
3 a b c d e 10 a b c d e
4 a b c d e 11 a b c d e
5 a b c d e 12 a b c d e
6 a b c d e 13 a b c d e
7 a b c d e
Yang menilai :
Nama :
Waktu Monev/
No Indikator Fakta di Lapangan Target Rencana Kegiatan
Pelaksanaan RTL
1 2 3 4 5 6 7
1 Sumber bahan b) Tidak dari f) Dari kelompok - Identifikasi sumber bahan baku - 1 tahun sesuai
baku kelompok 76%-100% lainnya program yang
- Menambah anggota kelompok disusun
pemilik bahan baku
- Melakukan pencatatan
pengadaan bahan baku dengan
formulir yang mampu telusur
2 Ketersediaan a) ≤20% kapasitas e) 81%-100% - Identifikasi sumber bahan baku - 1 tahun sesuai
bahan baku produksi kapasitas produksi - Menjalin kerjasama dengan program yang
tercukupi tercukupi penyedia bahan baku disusun
- Melakukan upaya peningkatan
produksi dan produktivitas
(ekstensifikasi dan intensifikasi)
- Mendokumentasikan program
diatas
3 Rata-rata produksi b) ≤ 20% f) 81% – 100% target - Menyusun program kerja - 1 tahun sesuai
olahan per tahun kapasitas produksi produksi pengolahan hasil per tahun program yang
- Sosialisasi rencana kerja selama disusun
1 Tahun kepada semua
anggota/pengelola
PEDOMAN TEKNIS PENGOLAHAN HASIL PERKEBUNAN 2016
6 Sarana dan a. Belum memenuhi e) 76%-100% memenuhi - Identifikasi sarana prasarana - 1 tahun sesuai
prasarana persyaratan GMP persyaratan GMP yang rusak/tidak memenuhi GMP program yang
pengolahan hasil - Revitalisasi sarana prasarana disusun
yang rusak/tidak memenuhi
standar GMP
- Menambahkan sarana yang
kurang
- Membuat program dan
pencatatan pelaksanaan
kegiatan
7 SOP Proses b) Belum ada f) Sudah ada, sudah - Tim GMP menyusun SOP Proses - 1 tahun sesuai
disahkan, sudah - SOP proses dibahas secara program yang
diterapkan, dan internal disusun
sudah tercatat
- Perbaikan SOP proses
- Verifikasi SOP proses
- Pengesahan SOP proses
- Pelaksanaan SOP proses
- Pencatatan dan dokumentasi
penerapan SOP proses
8 SOP Sanitasi b) Belum ada f) Sudah ada, sudah - Tim GMP menyusun SOP sanitasi - 1 tahun sesuai
disahkan, sudah - SOP sanitasi dibahas secara program yang
diterapkan, dan internal disusun
sudah tercatat
- Perbaikan SOP sanitasi
- Verifikasi SOP sanitasi
PEDOMAN TEKNIS PENGOLAHAN HASIL PERKEBUNAN 2016
Dinas Propinsi :
Bulan :
Tanggal laporan :
Realisasi
No Kabupaten/Kota Kegiatan Pagu anggaran Fisik Keuangan Kendala RTL
Target Realisasi Rp %
Dinas Propinsi :
Bulan :
Tanggal laporan :
Realisasi
No Kabupaten/Kota Kegiatan Pagu Fisik Keuangan Kendala RTL
Anggaran Target Realisasi Rp %
Propinsi :
Kapasitas
Pemasaran
Produksi
Sertifikasi
Nama Gapoktan Jenis Produksi
Kab Jenis Uph & Tahun Jaminan Upaya
No Alamat, Cp Dan Olahan & Merk Kendala
/Kota
Hp
Bantuan Alat Penerimaan
Dagang
Mutu/ Nama Penanganan
Ter Ter Perijinan*) mitra Tujuan
pasang pakai
usaha
I. Data Umum
Catatan : ................................................................
Catatan :
*Sarana dan Prasarana harus memenuhi standar GMP
Informasi lainnya : …..................................................................
[Type text]
Kelompok
Pagu
No Nama barang Penerima Volume
(Rp)
Bantuan/Alamat
Fasilitasi Pengolahan
Kelapa
1 Mesin Parut Kelapa 2 Unit
2 Mesin Pemeras Santan 1 unit
3 Mesin Penyaring Minyak 1 Unit
Kelapa
4 Mesin 1 unit
Pengemas/Pengunci
Tutup Botol
Mesin
5 Pemurni Minyak Kelapa 1 unit
Menyetujui, Mengetahui,
1. Poktan/Gapoktan : Kepala Dinas
Prop/Kab/Kota
…………………………
2. Tim Teknis Kab/Kota :
Diameter atas : 11 CM
Tinggi : 9 cm
7 Talang sadap Bahan : Seng
Ketebalan : 0,2 MM
Jumlahgerigi : 6-8 buah
pangkal
Lebar : 4 cm
Panjang : 7 cm
8 Pisau sadap Bahan : Baja kualitas tinggi
Sudut mata : 55"
dalam
Tinggi lipatan : 1,5 cm
mata
Tinggi lengkung : 7 cm
pisau
Panjang : 10 cm
lengkungan
Lebar Pisau : 8,1 cm
Lebar mata : 1,7 cm
pisau
Tebal pisau : 0,2 cm
Tebal mata : 0, 1 cm
pisau
9 Timbangan Duduk Kapasitas : 500 Kg
Luas kantai : 37 x 53 cm
timbang
Tinggi : 100 cm
Timbangan
Tinggi lantai : 60 cm
Tinggi pagar : 60 cm
Bahan : Besi
Roda : 4 bh
10 Gancu Besi ukuran : 50 cm
Gagang gancu : Besi bulat
[Type text]
Provinsi : .....................................
Kabupaten/Kota : .....................................
Nama Poktan/ Gapoktan : .....................................
Alamat : .....................................
Asal Bahan
No. Jenis Bahan Baku Volume (Kg) Harga (Rp)
Baku
Total
Total
Total Harga
No. Jenis Produk Volume (Kg) Harga (Rp)
Jual (Rp)
Total
IV. REKOMENDASI
a. ……………………….
b. ……………………….
c. ……………………….
d. ……………………….
e. ……………………….
..........,......... 2016
2. ......................
1.............................., ......................
2. ............................., ......................
3. ............................., ......................
[Type text]
2. .....................,
( .................................)
3. .....................,
Catatan : BAST ini dibuat dalam 6 (enam) rangkap dengan 2
(dua) lembar bermaterai Rp. 6000,- (enam ribu rupiah)
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kelapa sawit merupakan salah satu komoditi
perkebunan andalan utama Indonesia, selain
sebagai produsen utama dunia juga merupakan
salah satu penyumbang devisa negara dari
ekspor non migas. Selama sepuluh tahun
terakhir perkembangan areal kelapa sawit terus
meningkat, hal ini terkait dengan menariknya
harga komoditi ini di pasar dunia yang
cenderung meningkat walaupun saat ini harga
minyak sawit cenderung turun seiring dengan isu
ekonomi dunia yang cenderung melemah.
Disamping isu isu negatif dari negara pesaing
lingkunan tapi perkembangan sawit didalam
negeri tetap berjalan.
1
Ha atau sekitar 42% merupakan perkebunan
rakyat yang melibatkan sekitar 2 juta kepala
keluarga petani serta dapat sebagai penumbuh
lapangan kerja lainnya yang tidak terkait
langsung dengan produk sawit dan turunannya.
Perkebunan rakyat masih memerlukan bantuan
dari pemerintah terutama terkait dengan
kegiatan dari pasca panen sampai pemasaran
tandan buah segar (TBS) sawit. Perkebunan
sawit yang dikelola oleh rakyat mempunyai
bentuk yang bermacam-macam yaitu swadaya
atau mandiri, berkelompok dan membentuk
kelembagaan / koperasi; disamping itu proses
pemasaran antara pekebun dengan pengolah
kelapa sawit ada yang bersifat kemitraan dan
ada juga yang tidak melakukan kemitraan ( jual
lepas). Yang sering bermasalah adalah yang
tidak melakukan kemitraan karena seringkali
tidak jelas benih yang ditanam sehungga
berpengaruh terhadap rendemen minyak yang
dihasilkan dan ujung-ujungnya bermuara ke
harga TBS yang rendah.
2
Dalam perhitungan penentuan harga TBS
komponen utama yang harus diperhatikan
adalah prosentase rendemen dari umur masing-
masing tanaman dikebun, rendemen dibagi
untuk minyak sawit dan inti sawit. Perhitungan
rendemen sebaiknya dievaluasi setiap 5 tahun
sekali atau disesuaikan dengan kebutuhan
dengan masing-masing propinsi.
B. Tujuan
Tujuan dari pedoman ini adalah :
1. Untuk memberikan acuan bagi tim
penetapan harga TBS di daerah;
2. Memberi perlindungan perolehan harga yang
wajar dari TBS bagi para pekebun
3. Mengusulkan besarnya indeks “K” kepada
Gubernur
C. Sasaran
Sasaran yang akan dicapai adalah:
1. Menghindari persaingan harga yang tidak
sehat diantara pabrik kelapa sawit
2. Meningkatkan posisi tawar petani pekebun
3
II. PELAKSANAAN KEGIATAN
A. Ruang Lingkup
Ruang lingkup dari pedoman ini meliputi :
1. Pelaksanaan rapat tim penetapan TBS ;
2. Mekanisme pelaksanaan rapat tim ;
Memformulasikan besarnya indeks “K”
sebagai bahan usulan ke Gubernur;
3. Keanggotaan dari tim penetapan harga;
4. Pembinaan di propinsi dilakukan oleh
Gubernur
5. Pengawasan dilakukan oleh Gubernur
B. Pelaksana Kegiatan
Pelaksana rapat tim penetapan TBS sawit
adalah Pemerintah Daerah dengan diketuai
oleh Pemerintah Daerah propinsi atau yang
ditunjuk dengan anggota terdiri dari :
1. Pemerintah propinsi, Kabupaten/kota;
2. Dinas Perkebunan Propinsi,
Kabupaten/Kota;
3. perusahaan kelapa sawit,;
4. wakil dari petani pekebun atau kelembagaan
pekebun dan
5. instansi terkait lainnya,
4
C. Lokasi dan waktu
1. Pelaksanaan rapat tim penetapan TBS
bertempat di kantor Dinas Perkebunan
propinsi.
2. Dinas Perkebunan yang dimaksud adalah
daerah sentra produksi sawit sebanyak 20
(dua puluh) propinsi yaitu Aceh, Sumatera
Utara, Riau, Sumatera Barat, jambi,
Bengkulu, Sumatera Selatan, Bangka
Belitung, Lampung, Jawa Barat, Banten,
Kalimantan Barat, Kalimantan Timur,
Kalimantan Tengah, Kalimantan Selatan,
Sulawesi, Sulawesi Barat, Sulawesi Tengah,
Papua dan Papua Barat.
3. Waktu pelaksanaan tim penetapan harga
dilakukan selama kurun waktu tahun 2016
dan dilaksanakan paling kurang sekali setiap
bulan.
D. Simpul Kritis
Permasalahan yang sering muncul adalah tidak
transparannya hitungan untuk proses
pengolahan yang ada di pabrik, rendemen
sawit yang bervariasi dan mempunyai persepsi
yang berbeda dalam cara perhitungan indeks
“K”.
5
E. Output Kegiatan
6
III. PEMBINAAN, PENGAWASAN, MONITORING
EVALUASI DAN PELAPORAN
A. PEMBINAAN
Pembinaan secara keseluruhan dalam tim
penetapan harga dilakukan oleh Pemerintah
Daerah, sementara pembinaan terhadap
pekebun atau kelembagaan pekebun dilakukan
oleh perusahaan perkebunan yang melakukan
kemitraan sedangkan bagi pekebun yang tidak
melakukan kemitraan pembinaan menjadi
tugas dan tanggung jawab dari dinas
perkebunan.
B. PENGAWASAN
Pengawasan dilakukan oleh Pemerintah
Daerah dengan melibatkan jajaran satuan
kerja diwilayahnya yang mempunyai fungsi
sebagai pengawasan. Jajaran yang akan
melakukan pengawasan akan diatur lebih
lanjut oleh Gubernur
7
secara terjadwal kepada Direktorat Jenderal
Perkebunan.
Jenis Pelaporan:
1. Laporan Bulanan tim penetapan harga
dengan hasil kesepatan berupa:
- Besarnya nilai indeks “K” yang diusulkan ke
Gubernur;
- Besaran harga TBS sesuai umur tanaman;
- Barga CPO dan Inti sawit yang berlaku
8
IV. PEMBIAYAAN
V. PENUTUP
9
PEDOMAN TEKNIS
(Penyelenggaraan Dana Dekonsentrasi)
Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas
berkat dan rahmat-Nya “Pedoman Teknis kegiatan Penerapan
Sistem Jaminan Mutu dan Keamanan Pangan Tahun 2016”
telah selesai disempurnakan.
Pedoman ini selalu terus dalam perbaikan, untuk itu saran dari
semua pihak sangat diharapkan untuk penyempurnaan lebih
lanjut. Kiranya pedoman ini dapat dilaksanakan dengan baik
oleh semua pihak terkait. Semoga bermanfaat.
i
DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR i
DAFTAR ISI ii
DAFTAR TABEL iii
DAFTAR GAMBAR iv
I PENDAHULUAN 1
I.1 Latar Belakang 1
I.2 Tujuan 2
I.3 Sasaran 2
I.4 Hasil yang diharapkan 2
II ISTILAH DAN DEFINISI 2
III PELAKSANAAN KEGIATAN 6
3.1 Mekanisme Pelaksanaan 6
3.2 Pembinaan dan Penerapan Sistem Jaminan 10
Mutu dan Keamanan Pangan
IV PELAPORAN 19
V KETENTUAN LAIN 19
VI PENUTUP 20
VII LAMPIRAN 21
ii
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
1 Lokasi Pembinaan Penerapan Sistem 9
Jaminan Mutu dan Keamanan Pangan TA
2016
2 Jadwal Pembinaan Penerapan Sistem 9
Jaminan Mutu dan Keamanan Pangan TA
2016
3 Materi Apresiasi/Sosialisasi Sistem Jaminan 13
Mutu dan Keamanan Pangan
4 Materi Apresiasi/Sosialisasi Sistem Jaminan 14
Mutu dan Keamanan Non-Pangan (Bokar)
5 Materi Bimbingan Teknis Sistem Jaminan 16
Mutu dan Keamanan Pangan
6 Materi Bimbingan Teknis Sistem Jaminan 17
Mutu dan Keamanan non-Pangan (Bokar)
iii
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
1 Bagan alir Pembinaan dan Penerapan 10
Sistem Jaminan Mutu Keamanan Pangan
iv
PENERAPAN SISTEM JAMINAN MUTU
DAN KEAMANAN PANGAN
I PENDAHULUAN
1
1.2 Tujuan
Untuk memberikan acuan kepada petugas Dinas
Lingkup Perkebunan provinsi dalam
melaksanakan kegiatan dekonsentrasi penerapan
sistem jaminan mutu dan keamanan pangan.
1.3 Sasaran
Poktan/Gapoktan di propinsi penerima dana
dekonsentrasi agar mampu menerapkan sistem
jaminan mutu dan keamanan pangan, baik untuk
produk pangan dan sistem jaminan mutu untuk
produk non pangan.
b. Outcome:
Tersedianya produk hasil pertanian melalui
sertifikasi/registrasi/rekomendasi.
2
2. Biji Fermentasi adalah biji kakao yang
memperlihatkan ¾ atau lebih permukaan irisan
keping biji berwarna coklat, berongga dan
beraroma khas kakao;
3
standardisasi mutu dan pengangkutan hasil
pertanian alat tanaman;
4
12. Standar Sanitation Operation Procedure
(SSOP) adalah prosedur pendokumentasian
pengawasan, pemantauan dan tindakan koreksi
terhadap sanitasi yang spesifik untuk setiap lokasi
tempat makanan yang diproduksi/unit produksi,
yang harus dimiliki oleh setiap pelaku usaha;
5
III PELAKSANAAN KEGIATAN
3.1.1 Pusat
Ditjen Perkebunan melakukan koordinasi dan
melakukan pengawalan kegiatan terhadap:
Sosialisasi sistem jaminan mutu dan
keamanan pangan;
Pendampingan penyusunan dokumen
sistem mutu;
Verifikasi penerapan Sistem Kendali
Internal (SKI);
Penyiapan sertifikasi/registrasi sistem mutu
dan keamanan pangan.
3.1.2 Daerah
a. Dinas perkebunan provinsi penerima dana
dekonsentrasi Penerapan Sistem Jaminan
Mutu dan Keamanan Pangan,
bertanggung jawab terhadap pelaksanaan
Bimbingan Teknis Penerapan Sistem
Jaminan Mutu dan Keamanan Pangan;
7
melalui mekanisme sertifikasi jaminan
keamanan pangan kakao fermentasi dan
sertifikasi GHP/GMP terhadap pelaku usaha
yang sudah menerapkan sistem jaminan mutu
dan keamanan pangan.
No Provinsi
8
Tabel 2 Jadwal Pembinaan Penerapan Sistem
Jaminan Mutu dan Keamanan Pangan TA
2015
Bulan ke-
KEGIATAN 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
Fasilitasi
Penerapan
Sistem Jaminan
Mutu dan
Keamanan
Pangan
Fasilitasi
Penerapan
Sistem Jaminan
Mutu Bokar
9
3.2 Pembinaan Penerapan Sistem Jaminan Mutu dan
Keamanan Pangan
Identifikasi
Sosialisasi di Poktan
Penerapan SKI
Uji laboratorium
Verifikasi
(penerapan SKI)
Tindakan perbaikan
Permohonan Sertifikasi/registrasi
10
Uraian bagan alir pembinaan penerapan sistem jaminan
keamanan pangan sebagai berikut :
3.2.1 Identifikasi
Dinas perkebunan provinsi melakukan identifikasi
calon pelaku usaha yang akan dibina baik secara
langsung atau melalui usulan dinas perkebunan
kabupaten/kota agar siap disertifikasi/registrasi.
11
Memiliki komitmen untuk menerapkan
sistem jaminan mutu dan keamanan
pangan yang baik;
Jumlah Poktan/Gapoktan minimal 3 (tiga)
kelompok dan setiap poktan/gapoktan
diwakili oleh minimal 3 (tiga) orang yang
menangani teknis budidaya atau
penanganan pasca panen atau pengolahan
hasil perkebunan yang baik;
Poktan/gapoktan harus didampingi oleh
penyuluh dan petugas pembina dinas
perkebunan di kabupaten/kota tersebut dan
mengikuti kegiatan hingga selesai.
b. Narasumber
Pusat dan atau daerah provinsi,
kabupaten/kota;
Memilik kompentensi yang memadai
dibidangnya (pendidikan formal, pelatihan,
pengalaman pendampingan).
12
Tabel 3 Materi Apresiasi/Sosialisasi Sistem Jaminan
Mutu dan Keamanan Pangan
JPL Narasumber
NO MATERI (jam pelajaran)
@ 45 menit
1 Kebijakan sistem jaminan 2 Pusat/daerah
mutu dan keamanan pangan
produk perkebunan
2 Regulasi: 3 Pusat
Permentan 67 tahun 2014
tentang Persyaratan Mutu
dan Pemasaran Biji Kakao
3 Pengantar Keamanan 2 Pusat
Pangan
4 Pengantar Dokumentasi 1 Pusat
Penerapan Jaminan Mutu
dan Keamanan Pangan bagi
UFPBK
TOTAL 8
13
Tabel 4 Materi Apresiasi/Sosialisasi Sistem Jaminan
Mutu Non Pangan (Bokar)
JPL Narasumber
NO MATERI (jam pelajaran)
@ 45 menit
1 Kebijakan sistem jaminan 2 Pusat/daerah
mutu produk perkebunan
2 Regulasi: 4 Pusat
Permentan 38 tahun 2008
tentang pengolahan dan
pemasaran Bokar
Permendag 53 tahun 2009
tentang Pengawasan mutu
Rubber
SNI 06-2047-2002 Bokar
3 Pengantar Dokumentasi 1 Pusat/Daerah
Penerapan Jaminan Mutu
bagi UPPB
4 Pengantar Registrasi Unit 1 Pusat/Daerah
Pengolahan dan Pemasaran
Bokar
TOTAL 8
a. Pelaksanaan Kegiatan
Dokumen sistem mutu yang disusun adalah
Panduan sistem Kendali Internal (SKI) untuk
kelompok yang antara lain terdiri dari:
Panduan Mutu (manual);
Prosedur;
Instruksi Kerja;
Formulir Pendukung.
b. Peserta
Telah mengikuti kegiatan apresiasi dan
sosialisasi sistem jaminan mutu dan
keamanan pangan;
Memiliki komitmen dalam penerapan sistem
jaminan mutu dan keamanan pangan yang
baik;
Poktan/gapoktan harus didampingi oleh
penyuluh dan petugas pembina dinas
perkebunan di kabupaten/kota tersebut dan
mengikuti kegiatan hingga selesai.
c. Narasumber
Pusat dan atau daerah provinsi,
kabupaten/kota;
Memiliki kompentensi yang memadai
dibidangnya (pendidikan formal, pelatihan,
pengalaman pendampingan).
d. Waktu Pelaksanaan
Pelaksanaan bimbingan teknis penyusunan
doksistu dilaksanakan paling lambat 1 (satu)
bulan setelah kegiatan apresiasi dan
sosialisasi dilaksanakan.
15
Materi bimbingan teknis sistem jaminan mutu
dan keamanan pangan dan Sistem Jaminan
Mutu Bokar tertera pada tabel 5 dan 6.
16
Tabel 6 Materi Bimbingan Teknis Sistem Jaminan Mutu
dan Keamanan Non Pangan (Bokar)
JPL Narasumber
NO MATERI (jam pelajaran)
@ 45 menit
1 Review Permentan 38 1 Pusat dan
tahun 2008 tentang Daerah
pengolahan dan
pemasaran Bokar
2 Pedoman Penerapan 3 Pusat
Sistem Jaminan Mutu
Bokar
3 Pedoman Registrasi Unit 2 Pusat
Pengolahan dan
Pemasaran Bokar (UPPB)
4 SOP produksi bokar bersih 4 Pusat
5 Sistem Kendali Internal 2 Pusat dan
(Teori dan Praktek) Daerah
6 Dokumentasi sistem Mutu 3 Pusat dan
(Penyusunan dan Daerah
presentasi)
7 Rencana tindak lanjut 1 Daerah
TOTAL 16
17
3.2.5 Penerapan Sistem Jaminan Mutu dan
Keamanan Pangan
a. Dokumen sistem mutu yang telah disusun
harus diterapkan oleh poktan/gapoktan secara
konsisten dan berkesinambungan. Penerapan
sistem tersebut dapat dibuktikan dengan
membuat catatan/rekaman dengan masa
simpan tertentu;
b. Peran penyuluh/pendamping dan Tim
keamanan pangan sangat diperlukan;
c. Sebagai bukti penerapan sistem jaminan
mutu, poktan/gapoktan melakukan validasi
terhadap sampel produk melalui pengujian
keamanan pangan ke laboratorium,
sedangkan untuk bokar dilakukan secara
visual oleh petugas dinas yang kompeten;
d. Sedangkan untuk memastikan konsistensi dan
efektivitas penerapan sistem manajemen,
dilakukan audit internal oleh tim auditor
internal;
e. Untuk memastikan konsistensi dan efektivitas
penerapan sistem manajemen mutu bokar,
dilakukan verifikasi oleh petugas pengawas
mutu bokar yang sudah dilatih
18
3.2.7 Tindakan Perbaikan
IV PELAPORAN
Dinas perkebunan Provinsi penyelenggara kegiatan
dekonsentrasi ”Penerapan Sistem Jaminan Mutu dan
Keamanan Pangan” wajib memberikan laporan
pelaksanaan kegiatan kepada Direktorat Jenderal
Perkebunan melalui Direktorat Pengolahan dan
Pemasaran Hasil Perkebunan paling lambat 1
minggu setelah seluruh tahapan kegiatan selesai
dengan format sebagaimana lampiran 2.
V KETENTUAN LAIN
Dalam hal terjadi keadaan perubahan kebijakan yang
mendesak, kegiatan dekonsentrasi penerapan sistem
jaminan mutu dan keamanan pangan diharapkan
tetap dijadikan sebagai kegiatan prioritas, mengingat
bahwa kegiatan dimaksud dapat mendorong
19
peningkatan nilai tambah dan daya saing produk
yang aman dan bermutu.
VI PENUTUP
Demikian Pedoman Teknis kegiatan ini dibuat agar
dapat dijadikan sebagai acuan dalam pelaksanaan
kegiatan penerapan sistem jaminan mutu dan
keamanan pangan tahun 2016.
20
LAMPIRAN
Lampiran 1
Laporan Pelaksanaan Penerapan
Sistem Jaminan Mutu dan Keamanan Pangan
Dinas ............ Provinsi ........... Tahun 2016
Nama Poktan/Gapoktan :
Alamat :
Kontak person, nomor :
Handphone
Email :
Komoditi :
Luasan lahan :
Status Pembinaan (doksistu,
penerapan, permohonan
sertifikasi, sertifikasi)
Lembaga Penilai Keseuaian :
yang memberikan
sertifikat/registrasi/rekomendasi
Biodata narasumber :
Catatan:
Matriks di atas diisi untuk masing-masing poktan/gapoktan yang dibina
atau disertifikasi.
Lampiran Laporan :
1. Biodata poktan/gapoktan yang dibina (nama
poktan/gapoktan, daftar pengurus, alamat sekretariat, nomor
telepon, komoditi yang diusahakan, luasan, pemasaran, dll);
2. Copy sertifikat dari OKKP bila sudah sertifikasi.
KEGIATAN
PENGAWALAN REGULASI TEKNIS
Halaman
KATA PENGANTAR ........ Error! Bookmark not defined.
DAFTAR ISI ......................................................................i
DAFTAR TABEL .............................................................. ii
I. PENDAHULUAN .................................................... 1
II. TUJUAN ................................................................. 4
III. SASARAN .......................................................... 4III.
SASARAN .............................................................. 5
IV. PENGERTIAN ........................................................ 5
V. RUANG LINGKUP KEGIATAN ................................ 6
VI. MEKANISME PELAKSANAAN............................... 6
VII. PELAPORAN ..................................................... 133
VIII. PEMBIAYAAN ...................................................... 14
IX. EVALUASI DAN TINDAK LANJUT ....................... 14
X. PENUTUP ............................................................ 144
Lampiran
i
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 1. Lokasi pelaksanaan kegiatan 8
Capacity BuildingPenilaian Mutu
Biji Kakao Sesuai SNI
ii
PENGAWALAN REGULASI TEKNIS
I PENDAHULUAN
1
Standar Nasional Indonesia (SNI) adalah standar
resmi yang berlaku di Indonesia. Untuk sektor
pertanian, telah banyak standar yang dihasilkan
seperti SNI produk, SNI alat dan mesin maupun SNI
metode pengujian, hanya saja keberadaan standar
tersebut masih kurang terinformasi kepada
stakeholder terkait seperti pelaku usaha danpembina
mutu di daerah.
2
Biji kakao merupakan salah satu komoditi ekspor yang
cukup banyak memberikan sumbangan bagi devisa
(data statistik ditjen perkebunan), namun karena mutu
biji kakao Indonesia yang rendah terutama karena
tidak difermentasi, menyebabkan harga biji kakao
Indonesia lebih rendah dari negara kompetetitor
lainnya. Kondisi mutu biji kakao yang demikian juga
menyebabkan industri dalam negeri harus melakukan
impor biji kakao fermentasi dari negara lain, dan
tentunya hal ini sangat menyedihkan padahal produksi
biji kakao Indonesia cukup tinggi. Oleh karena itu
diperlukan upaya perbaikan mutu kakao, salah
satunya adalah melalui proses fermentasi.
3
menganalisa biji kakao secara tepat. Oleh karena itu
dianggap perlu untuk melaksanakan kegiatanCapacity
Building Penilaian Mutu Biji Kakao sesuai SNI.
II TUJUAN
III SASARAN
IV PENGERTIAN
5
6. Konsumen adalah pihak yang mewakili
kepentingan pengguna produk akhir baik
perorangan maupun organisasi;
VI MEKANISME PELAKSANAAN
6
1. Capacity Building Penilaian Mutu Biji Kakao
sesuai SNI
Tujuan
Kegiatan Capacity Building Penilaian Mutu Biji
Kakao sesuai SNI bertujuan untuk
mempersiapkan petugas pengawas mutu agar
mampu dan terampil dalam melakukan
pengujian mutu biji kakao sesuai parameter
yang diatur dalam Permentan 67 tahun 2014
tentangPersyaratan Mutu dan Pemasaran Biji
Kakao.
Anggaran
Dana dekonsentrasi dialokasikan dari DIPA
Ditjen Perkebunan Tahun 2016.
Lokasi
Pelaksanaan Kegiatan Capacity Building
Penilaian Mutu Biji Kakao sesuai SNI
dilaksanakan di 12 Provinsi dengan rincian
sebagai berikut :
7
Tabel 1 Lokasi pelaksanaan Kegiatan Capacity
Building Penilaian Mutu Biji Kakao sesuai
SNI
No Provinsi
Waktu
Kegiatan Capacity Building Penilaian Mutu Biji
Kakao sesuai SNI dapat diselenggarakan
mulai bulan Februarisampai Agustus2016.
Mekanisme Pelaksanaan
Kegiatan Capacity Building Penilaian Mutu Biji
Kakao sesuai SNI dilakukan di kelompok yang
merupakan cikal bakal Unit Fermentasi Biji
Kakao. Pelatihan dilaksanakan dengan pola
penyampaian materi dan praktek pengujian biji
kakao sehingga harus tersedia bahan praktek
seperti biji kakao, alat ukur kadar air,
8
timbangan digital dan alat untuk membelah biji
kakao.
Peserta
Peserta kegiatan Capacity Building Penilaian
Mutu Biji Kakao sesuai SNI antara lain adalah
:
Pembina mutu kabupaten/kota tempat
UFPBK berada;
Pengawas mutu/PMHP kabupaten/kota
tempat UFPBK berada;
Anggota kelompok UFPBK (Unit
Fermentasi dan Pengolahan Biji Kakao).
Narasumber
Narasumber berasal dari instansi pusat dan
daerah yang kompeten dalam bidang Mutu
dan Standardisasi khususnya metode
pengujian dan atau penilaian mutu biji kakao.
Materi
Materi berupa kebijakan/Permentan tentang
Persyaratan Mutu dan Pemasaran Biji Kakao,
bedah SNI biji kakao, teori dan praktek
pengujian/penilaian mutu biji kakao.
9
Tabel 2 Materi Kegiatan Penilaian Mutu Biji Kakao
sesuai SNI
NO. MATERI JPL NARASUMBER
(jam
pelajaran)
@ 45 menit
1 Kebijakan/Permentan 2jpl Pusat
tentang Persyaratan
Mutu dan Pemasaran
Biji Kakao
2 Bedah SNI biji kakao 2 jpl Pusat
3 Teori 2 jpl Pusat
pengujian/penilaian
mutu biji kakao
4 Praktek 4 jpl Pusat
pengujian/penilaian
mutu biji kakao
Total 10 jpl
Tujuan
Kegiatan Bimbingan Teknis Petugas
Registrasi Surat Tanda Pendaftaran bertujuan
untuk mempersiapkan petugas agar mampu
dan terampil dalam melakukan registrasi surat
tanda pendaftaran sesuai dengan parameter
yang diatur dalam Permentan 67 tahun 2014
tentang persyaratan mutu dan pemasaran biji
kakao.
10
Anggaran
Dana dekonsentrasi yang dialokasikan antara
Rp. 100.000.000,- s.d 120.000.000,- /lokasi.
Lokasi
Pelaksanaan Kegiatan bimbingan teknis
petugas registrasi surat tanda pendaftaran
dilaksanakan di 12 Provinsi dengan rincian
sebagai berikut :
Waktu
Kegiatan bimbingan teknis petugas registrasi surat
tanda pendaftaran dapat diselenggarakan mulai
bulan Februari sampai Agustus 2016.
11
Mekanisme Pelaksanaan
Kegiatan bimbingan teknis petugas registrasi
surat tanda pendaftaran dilakukan dengan
mengumpulkan petugas registrasi di satu
pertemuan untuk dilatih bagaimana tatya cara
melakukan pendaftaran yang sesuai dengan
Permentan 67 Tahun 2014 dimaksud.
Pelatihan dilaksanakan dengan pola
penyampaian materi.
Peserta
Peserta kegiatan bimbingan teknis petugas
registrasi surat tanda pendaftaran antara lain:
petugas yang diberi tugas untuk melakukan
registrasi surat tanda pendaftaran sesuai
dengan Permentan 67 Tahun 2014
Narasumber
Narasumber berasal dari instansi pusat dan
daerah yang kompeten dalam bidang Mutu
dan Standardisasi.
Materi
Materi berupa kebijakan/Permentan tentang
Persyaratan Mutu dan Pemasaran Biji Kakao,
teori dan praktek registrasi surat tanda
pendaftaran, Sistem Informasi Kakao
Fermentasi (SIKAF).
12
Tabel 4Materi kegiatan Bimbingan Teknis Petugas
Registrasi Surat Tanda Pendaftaran
NO. MATERI JPL
(jam pelajaran)
@ 45 menit
1 Kebijakan/Permentan tentang 2jpl
Persyaratan Mutu dan
Pemasaran Biji Kakao
2 teori dan praktek registrasi 4 jpl
surat tanda pendaftaran
3 Sistem Informasi Kakao 2 jpl
Fermentasi (SIKAF)
Total 8 jpl
VII PELAPORAN
Sebagai bentuk pertanggungjawaban kegiatan
Pengawalan Regulasi Teknis maka disusun laporan
pelaksanaan kegiatan Capacity Building Penilaian
Mutu Biji Kakao sesuai SNI dan kegiatan Bimbingan
Teknis Petugas Registrasi Surat Tanda Pendaftaran.
13
VIII PEMBIAYAAN
Biaya untuk pelaksanaan “kegiatan “Pengawalan
Regulasi Teknis” dialokasikan melalui APBN TA 2016
pada Dinas Provinsi lingkup Perkebunan.
X PENUTUP
Pedoman teknis inibersifat dinamis dan akan
disesuaikan kembali apabila terjadi perubahan sesuai
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi serta
kebutuhan masyarakat.
14
LAMPIRAN
15
PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK
INDONESIA
NOMOR : 67/Permentan/OT.140/5/2014
TENTANG
PERSYARATAN MUTU DAN PEMASARAN BIJI
KAKAO
MEMUTUSKAN:
Pasal 1
Pasal 2
(1) Peraturan ini dimaksudkan sebagai dasar
dalam pemenuhan persyaratan mutu Biji Kakao
yang beredar.
(2) Peraturan ini bertujuan untuk:
a. meningkatkan daya saing dan nilai tambah
Biji Kakao Indonesia;
b. mendukung pengembangan industri
berbahan baku kakao dalam negeri;
c. memberikan perlindungan pada konsumen
dari peredaran Biji Kakao yang tidak
memenuhi persyaratan mutu;
d. meningkatkan pendapatan petani kakao;
dan
e. mempermudah penelusuran kembali
kemungkinan terjadinya penyimpangan
produksi dan peredaran.
Pasal 3
Pasal 4
Pasal 5
Pasal 6
Pasal 7
Pasal 8
Pasal 9
Pasal 11
BAB III
PERSYARATAN MUTU DAN PENANGANAN
Pasal 12
Pasal 13
(1) UFP-BK yang menghasilkan Biji Kakao sesuai
dengan persyaratan mutu sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 12 diberikan insentif
berupa fasilitasi pembinaan penanganan
pascapanen dan prioritas mendapatkan
bantuan.
(2) Tata cara untuk menghasilkan Biji Kakao
sesuai dengan persyaratan mutu sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) dilakukan sesuai
Pedoman Penanganan Pasca Panen Kakao yang
telah ditetapkan.
BAB IV
PEMASARAN
Pasal 14
Pasal 15
BAB V
PEMBINAAN DAN PENGAWASAN
Pasal 16
Pasal 17
Pasal 18
Pasal 19
BAB VI
PENUTUP
Pasal 20
ttd.
SUSWONO
Diundangkan di Jakarta
pada tanggal 21 Mei 2014
MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA
REPUBLIK INDONESIA,
ttd.
AMIR SYAMSUDIN
BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN
2014 NOMOR 679
LAMPIRAN PERATURAN MENTERI PERTANIAN
REPUBLIK INDONESIA
NOMOR : 67/Permentan/OT.140/5/2014
TANGGAL : 12 Mei 2014
Keterangan :
75.03 = Kode Propinsi dan
Kabupaten/Kota untuk Prop.
Gorontalo, Kab. Bone Bolango.
SJM-BK = Kode/singkatan Sertifikat
Jaminan Mutu Biji Kakao.
0005 = Nomor urut sertifikat yang
dikeluarkan oleh OKKP-D.
06/2013 = Bulan dan tahun
dikeluarkannya SJM-BK.
NO. 75.03-SKKM-0005-06/2013
Keterangan :
75.03 = Kode Propinsi dan
Kabupaten/Kota untuk Prop.
Gorontalo, Kab. Bone Bolango.
SJM-BK = Kode/singkatan Surat
Keterangan Kesesuaian Mutu.
0005 = Nomor urut SKKM yang
dikeluarkan oleh OKKP-D.
06/2013 = Bulan dan tahun dikeluarkannya
SKKM.
D. Tata Cara Memperoleh Surat Keterangan Asal
Lokasi Biji Kakao (SKAL-BK)
NO. 13.04-SKAL-BK-0000-0005-06/2013
Keterangan :
13.04 = Kode Propinsi dan
Kabupaten/Kota untuk Prop.
Sumatera Barat, Kab. Tanah Datar
0000 = Nomor urut STP-UFPBK
0005 = Nomor urut SKAL-BK yang
dikeluarkan oleh UFP-BK
06/2013 = Bulan dan tahun dikeluarkannya
SKAL–BK
5. Biji kakao yang telah memiliki Nomor SKAL-BK
harus mencantumkan Nomor SKAL-BK tersebut
pada setiap kemasannya.
6. Setiap 6 bulan sekali UFPBK harus melaporkan
penerbitan SKAL-BK kepada ketua OKKP-D
menggunakan Formulir 17.
1. Persyaratan Inspektor
a. Pendidikan dan pengalaman kerja:
(1) SMU/SMK/D1 (Pertanian) pengalaman
minimal 3 tahun dibidang pertanian.
(2) D2/D3 (Pertanian) pengalaman minimal 2
tahun dibidang pertanian.
(3) S1/S2/S3 (Pertanian) pengalaman minimal 1
tahun dibidang pertanian.
b. Lulus pelatihan Inspektor Keamanan Pangan.
MENTERI PERTANIAN
REPUBLIK INDONESIA,
Ttd.
SUSWONO
Formulir 1
Kepada Yth.
Kepala Pemerintah Kabupaten/Kota yang
membidangi Perkebunan
Di
Tempat
2. Alamat :
3. Nomor HP :
4. Nama UFP-BK :
5. Alamat UFP-BK :
6. Telepon/Faximile :
7. Kontak Person yang dapat dihubungi
a. Nama :
b. Alamat :
c. Telepon/Faximile :
Ketua UFP-BK
Kepada Yth.
Kepala Pemerintah Kabupaten/Kota yang
membidangi perkebunan
Di
Tempat
KODE
PERSYARATAN
LAMPIRAN
1A Formulir isian data umum
1B Struktur organisasi
1C Denah lahan
1D Daftar SDM yang menangani
Fermentasi dan Pemasaran
1H Akte Pendirian dan
Perubahannya
1I Sarana prasarana yang
dimiliki
1J Surat Izin Usaha Perdagangan
(SIUP)
1K Nomor Pokok Wajib Pajak
(NPWP)
1L Surat Keterangan domisili
1A
FORMULIR ISIAN DATA UMUM
.....................,..........20
Pemohon
Formulir 2
Formulir 3
KOP
INSTANSI
Nomor Pendaftaran:
……………………….
Diberikan Kepada:
………………………..
Alamat:
………………………………
Tanggal Ditetapkan :
Kepala .......................
Nama : ....................
NIP. ........................
Formulir 4
Formulir Permohonan
Sertifikat Jaminan Mutu Biji Kakao (SJM-BK)
Kepada Yth.
Ketua Otoritas Kompeten Keamanan Pangan
Daerah (OKKP-D)
Di
Tempat
Kepada Yth.:
.....................................
di -
....
Berdasarkan hasil penilaian sebagaimana
perihal diatas oleh petugas yang ditunjuk oleh
Ketua OKKP-D, tanggal ........., maka :
a. Nama UFP-BK :
b. Alamat :
c. Telepon/Faximile :
dengan ini diberitahukan bahwa, persyaratan
Permohonan Sertifikat Jaminan Mutu Biji Kakao
yang Saudara ajukan belum dapat diproses
lebih lanjut sebelum Saudara melengkapi
kekurangan persyaratan sebagai berikut:
a..................................
b..................................
c...................................
d...................................
e...................................
Demikian disampaikan, atas perhatian dan
kerjasamanya diucapkan terima kasih.
………….., ..........20...
Ketua OKKP Daerah
.......................................
NIP. ........................
Formulir 7
FORMULIR PENILAIAN LAPANG
II. PANEN
a Melalukan panen tepat waktu
b Menggunakan cara panen
yang tepat
c Menggunakan peralatan
panen yang tepat
IV STANDAR MUTU
a Melakukan pengujian mutu
sesuai prosedur
b Hasil uji sesuai dengan
persyaratan mutu biji kakao
VI PELESTARIAN LINGKUNGAN
a. Menghindari polusi yang
berasal dari lokasi usaha yang
NO PERSYARATAN MI- MA- KRI KET.
NOR YOR -TIS
dapat menggangu lingkungan
VII PENGAWASAN
a. Menerapkan system
pengawasan
b. Melakukan pencatatan
Formulir 8
Kepada Yth,
Ketua OKKP-D
di.
tempat
Nama UFPBK :
Alamat :
Telpon/HP/Fax :
Hasil Pemeriksaan :
……………….………….20..
Tim Inspektor,
Ketua Anggota
Mengetahui,
Ketua Otoritas Kompeten Kemanan Pangan
Daerah
.................................
NIP. .............................
Formulir 10
Nomor :
Lampiran :
Perihal : Klarifikasi Tindakan Perbaikan
Kepada Yth.:
......................
di
....
OKKP Daerah
.................................
NIP............................
Formulir 11
LOGO OKKP-D
Nomor Sertifikat:
……………………….
Diberikan Kepada:
……………………………..
Alamat:
………………………………
..............................
NIP. ........................
Formulir 12
Nomor :
Lampiran :
Perihal : Penyerahan Sertifikat Jaminan Mutu
Biji kakao
Kepada Yth :
………………..
di -
……………..
.............................
NIP. ...................
Formulir 13
Formulir Permohonan
Surat Keterangan Kesesuaian Mutu (SKKM)
Kepada Yth.
Ketua Otoritas Kompeten Keamanan Pangan
Daerah (OKKP-D)
Di
Tempat
Formulir 14
Nama UFP-BK :
Alamat :
Uraian Produk :
Tanggal Terima :
Tanggal Penilaian :
Hasil penilaian mutu :
……………………, ………………….20
Mengetahui : Penilai
Ketua OKKP-D
Nama Nama
NIP NIP
Formulir 15
LOGO OKKP-D
Nomor SKKM:
……………………….
Diberikan Kepada:
……………………………..
Alamat:
………………………………
Tanggal Ditetapkan :
Tanggal Berakhir :
....................................
NIP. ........................
Formulir 16
LOGO UFPBK
Nomor SKAL-BK :
Nama UFPBK :
Nomor STP-UFPBK :
Alamat :
Diskripsi barang :
- Kemasan :
- Berat total :
- Hasil pengujian :
Formulir 17
Kepada Yth.
Ketua OKKP-D
Di
Tempat
Ketua UFPBK
Nama
PEDOMAN PELAKSANAAN KEGIATAN PENGEMBANGAN
PELAYANAN INFORMASI PASAR
TAHUN 2016
Posisi :
TARGET REALISASI
UPAYA TINDAK
KODE NAMA KEGIATAN KEUANGAN FISIK PERMASALAHAN
FISIK KEUANGAN LANJUT
SERAPAN % VOLUME %
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
42
2. Format Informasi supply-demand
Supply Demand
No. Komoditi
Jumlah Pasokan (Ton) Asal Daerah Pasokan Tujuan Pengiriman Jumlah Pengiriman
(Demand)
Keterangan :
34
- Tujuan Pengiriman bisa meliputi : Perusahaan Pengolahan, Eksportir, Restoran, dll
Lampiran 2. Formulir Input Data Pasokan (Supply) dan Permintaan
Lampiran 3. Formulir Analisa Biaya Usaha Tani
35
No. Uraian Volume Satuan (Rp) Jumlah (Rp)
I PENGELUARAN
A. Tenaga Kerja
1 Pengolahan tanah s/d siap tanam ha
2 Penanaman hkp
3 pemeliharaan
Memupuk hkp
Menyiang hkw
Pengend.hama dan penyakit hkp
Penyiraman hkp
4 Panen hkp
5 Pasca Panen (Penjemuran) hkw
Jumlah A.
B. Sarana Produksi
1 Benih/bibit kg
2 Pupuk (Anorganik)
- Urea tablet/prill kg
- SP-36 kg
- ZA kg
- NPK kg
3 Pupuk Organik/Kandang/Hijau kg
4 Pestisida Cair liter
Jumlah B
C. Lain-lain Pengeluaran
- Sewa lahan Ha
Jumlah C
Total Pengeluaran / Biaya Produksi (I=A+b+C)
36
Harga Biaya Persentase
No. Unsur Biaya Profit Margin
(Rp/Kg) (Rp/Kg) (%)
I Harga tingkat Petani 13,500 67.50
37
Cara mendownload Aplikasi Deptan SMS Sender
1. Membuka browser yang terdapat pada ponsel dengan cara memasukkan alamat URL
http://m.pip.kementan.org/
2. Lalu pilih menu Download SMS Sender.
1.
2.
3. Setelah memilih menu tersebut aplikasi akan otomatis terdownload dan terinstal di
ponsel.
Tampilan Aplikasi
Cara Penggunaan
1. Pilih Jenis Laporan
- Laporan Harga Komoditas
- Laporan Supply Produsen
- Laporan Supply Tonase
- Laporan Demand Mingguan
2. Tingkat Wilayah
- Provinsi
- Kabupaten
3. Tipe Komoditas
- Pertanian
- Perkebunan
- Peternakan
4. Jenis Produk
5. Tanggal
38
Tipe Komoditas : Perkebunan
a. Peternakan Pengumpul
b. Peternakan Eksportir
5. Tanggal :
(adalah tanggal pengambilan data harga)
6. Selanjutnya akan muncul ‘filed’yang harus diisi
7. Setelah semua field terisi, selanjutnya pilih ‘send’
39
Entry Data Harga Perkebunan tingkat Pengumpul
40
B. Pengiriman Informasi Harga Tingkat Kabupaten
a. Perkebunan Produsen
5. Tanggal :
(adalah tanggal pengambilan data harga)
6. Selanjutnya akan muncul ‘filed’yang harus diisi
7. Setelah semua field terisi, selanjutnya pilih ‘send’
41
Aplikasi akan melakukan pengiriman
SMS dan menunjukkan pesan “Sending
Message.. Please Wait..” di paling
bawah, menunjukkan bahwa SMS
sedang dalam proses pengiriman.
Jangan tutup aplikasi ketika aplikasi
masih menunjukkan pesan ini.
42
Lampiran 6. Format Pengiriman Data melalui Sistem GPRS
Aplikasi web mobile PIP Kementerian Pertanian (Kementan) ini merupakan aplikasi yang
digunakan untuk menunjang penginputan data dan pelaporan harga komoditas
pertanian, perkebunan, maupun peternakan. Melalui web ini, pengguna dapat
menginput data harga komoditas maupun melihat harga komoditas tersebut sesuai
dengan tanggal dan lokasi yang diinginkan. Aplikasi ini dapat diakses dengan
menggunakan browser yang terdapat pada ponsel dengan cara memasukkan alamat URL
http://m.pip.kementan.org/
43
A. Input Harga Komoditas Tingkat Provinsi melalui Sistem GPRS
TAHAP :
Pertama, pengguna memilih Nomor Handphone yang digunakannya serta Provinsi
yang bersesuaian
Selanjutnya menekan tombol Verifikasi Data.
44
TAHAP :
Setelah menekan tombol Verifikasi Data
Selanjutnya akan muncul jenis laporan harga yang harus dipilih, misalnya memilih
Laporan harian harga grosir dan eceran komoditas beras tingkat provinsi
45
Input Harga Komoditas
Untuk Tingkat Kabupaten: PILIH TINGKAT WILAYAH Kabupaten
TAHAP :
Pertama, pengguna memilih Nomor Handphone yang digunakannya serta Kabupaten
yang bersesuaian
Selanjutnya menekan tombol Verifikasi Data.
46
TAHAP :
Setelah menekan tombol Verifikasi Data
Selanjutnya akan muncul jenis laporan harga yang harus dipilih, misalnya memilih
Laporan harian harga produsen komoditas perkebunan tingkat kabupaten
47
Lampiran 7. Format Pengiriman Data Harga melalui Sistem SMS.
48
B. Format Input Data Harga tingkat Pengumpul dan Eceran (Provinsi)
49
50
51
Lampiran 8. Format Pengiriman Data Supplier Komoditas
Perkebunan
52
- Memilih menu Supplier List
53
- Memilih menu klik untuk detail
54
- Melihat menu detail supplier list
55
- Masukkan E-mail/Login dan Password
56
- Pilih menu Manajemen Supplier : Manage Supplier : Klik
Menu Add
58
Lampiran 9. Contoh Format Pengiriman Data Informasi
Pasar melalui Fax dan E-mail (file excel)
59
Bulan :---------------- Tahun 2011 Rata2 Rata2 Perubahan
No. Komoditi Tk. Harga Satuan harga Harian/Mingguan
hr-1 hr-2 hr-3 hr-4 hr-5 Mg ini Mg Lalu (%)
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
Keterangan :
- Tingkat Harga meliputi : - Produsen (Petani/Peternak/Pekebun)
- Pengumpul/ RPA/RPH
60
- Grosir
- Konsumen (Eceran)