TAHUN 2015
i
DAFTAR ISI
Hal.
KATA PENGANTAR i
DAFTAR ISI ii
DAFTAR LAMPIRAN iv
I. PENDAHULUAN 1
A. Latar Belakang 1
B. Sasaran Nasional 3
C. Tujuan 3
V. PEMBINAAN, PENGENDALIAN,
PENGAWALAN DAN PENDAMPINGAN 16
ii
VI. MONITORING , EVALUASI DAN
PELAPORAN 18
A. Jenis Laporan 18
B. Waktu Penyampaian Laporan 19
VII. PEMBIAYAAN 20
VIII. PENUTUP 20
iii
DAFTAR LAMPIRAN
Hal
Lampiran 1. Lokasi Kegiatan Penanganan 22
Pascapanen Perkebunan
Refocusing dan APBN-P 2015
Lampiran 2 Spesifikasi Sarana/Alat/Mesin 33
Pascapanen Perkebunan
Lampiran 3. Peningkatan Keterampilan SDM 50
Kelompok tani
Lampiran 4. Format Laporan Monitoring Dan 51
Evaluasi Pembangunan
Perkebunan 2015 Satker Dinas
Perkebunan Provinsi/Kabupaten
Lampiran 5. Format Laporan Perkembangan 52
fisik Pelaksanaan Kegiatan
Satker Dinas Perkebunan
Provinsi/Kabupaten
iv
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Perkebunan merupakan salah satu sektor
andalan bagi perkembangan perekonomian di Indonesia.
Selain sebagai penyumbang devisa negara, sektor
perkebunan juga berkontribusi sebagai penyedia
lapangan kerja bagi masyarakat Indonesia. Perkebunan
sebagai sektor andalan perekonomian Indonesia tidak
lepas dari permasalahan yang harus dihadapi antara
lain masih rendahnya kualitas hasil (produk) yang
diperoleh dari usaha perkebunan, baik itu produk
primer maupun produk sekunder. Kualitas produk
primer yang kurang baik akan berdampak pada kualitas
hasil pengolahan sekundernya. Hal ini dapat
mengakibatkan permasalahan dalam pemasaran produk
komoditas perkebunan. Rendahnya mutu selain karena
pengaruh perlakuan budidaya, juga karena penanganan
pascapanen yang belum diterapkan sesuai standar.
Salah satu aspek yang berpengaruh terhadap
kualitas produk primer adalah penanganan pascapanen.
Pascapanen hasil perkebunan adalah tahapan kegiatan
yang dimulai dari pemanenan sampai hasil tersebut
dipasarkan baik untuk dikonsumsi langsung maupun
untuk bahan baku industri. Berdasarkan UU Nomor 12
tahun 1992, Pascapanen adalah meliputi kegiatan
pembersihan, pengupasan, sortasi, pengawetan,
pengemasan, penyimpanan, standardisasi mutu, dan
transportasi hasil produksi budidaya pertanian.
Pascapanen bertujuan untuk meningkatkan mutu,
menekan tingkat kehilangan dan/atau kerusakan,
memperpanjang daya simpan dan meningkatkan daya
guna dan nilai tambah hasil produk budidaya pertanian.
Sedangkan di dalam Permentan Nomor 44/Permentan/
1
OT.140/10/2009, dijelaskan bahwa penanganan
pascapanen merupakan serangkaian kegiatan yang
dilakukan setelah panen sampai dengan siap dikonsumsi
dan/atau diolah, meliputi : pengumpulan, perontokan,
pembersihan, pengupasan, trimming, sortasi,
perendaman, pencelupan, pelilinan, pelayuan,
pemeraman, fermentasi, penggulungan, penirisan,
perajangan, pengepresan, pengawetan, pengkelasan,
pengemasan, penyimpanan, standarisasi mutu dan
pengangkutan hasil pertanian asal tanaman.
Kegiatan penanganan pascapanen tanaman
perkebunan di tingkat petani umumnya belum
memperhatikan penerapan teknologi penanganan
pascapanen sesuai anjuran, juga masih dijumpai
penggunaan alat yang sederhana dengan perlakuan
secara tradisional, serta panen yang dilakukan tidak
tepat waktu, sehingga mutu produk yang dihasilkan
rendah dan kurang memiliki daya saing.
Berdasarkan kenyataan tersebut, untuk
mendorong peningkatan produksi tanaman perkebunan
baik secara kuantitas maupun kualitas, diperlukan
upaya pembinaan kepada para petani perkebunan agar
dapat menerapkan teknologi pascapanen yang baik dan
benar berbasis Good Handling Practices (GHP) serta
menerapkan prinsip-prinsip Good Agricultural Practices
(GAP), sehingga pada akhirnya bisa mendapatkan nilai
tambah dan kesejahteraan yang lebih baik dari hasil
usaha taninya.
2
B. Sasaran Nasional
1. Mendukung Program Peningkatan Produksi dan
Produktivitas melalui kegiatan penanganan
pascapanen di provinsi sentra produksi.
2. Dihasilkannya produk yang bermutu sesuai
dengan permintaan pasar sehingga memiliki nilai
tambah dan daya saing baik di tingkat lokal
maupun global.
3. Terfasilitasinya kebutuhan kelompok tani/
gapoktan dalam memperoleh dan memanfaatkan
teknologi pascapanen secara optimal.
C. Tujuan
Tujuan disusunnya pedoman teknis peralatan
penanganan pascapanen tanaman perkebunan
adalah :
1. Memberikan petunjuk dan acuan bagi petugas di
provinsi dan kabupaten/kota dalam pelaksanaan
kegiatan penanganan pascapanen tanaman
perkebunan.
2. Meningkatkan pencapaian mutu produk hasil
perkebunan melalui penanganan pascapanen di
tingkat petani/kelompok tani.
3. Meningkatkan nilai tambah, daya saing dan
harga jual hasil perkebunan.
3
II. PENDEKATAN PELAKSANAAN KEGIATAN
4
panitia/pejabat pengadaan di Dinas yang
membidangi Perkebunan setempat.
4. Proses pengadaan barang/jasa yang dilakukan
harus berdasarkan Perpres No. 54 tahun 2010
dan No. 70 tahun 2012 beserta perubahannya
tentang pengadaan barang/jasa pemerintah.
5. Seluruh tahapan kegiatan yang dilakukan oleh
petani atau kelembagaannya dilaksanakan
dengan bimbingan dan pendampingan oleh
petugas daerah yang ditunjuk.
6. Seluruh tahapan dan pelaksanaan kegiatan harus
dilakukan pencatatan secara tertib sebagai
bahan penyusunan laporan akhir.
B. Spesifikasi Teknis
Alat dan mesin yang digunakan untuk
penanganan pascapanen harus memenuhi
persyaratan sebagai berikut :
1. Perawatan dan pengoperasiannya mudah;
2. Permukaan peralatan yang berhubungan dengan
bahan yang diproses tidak boleh berkarat dan
tidak mudah mengelupas;
3. Tidak mencemari hasil seperti unsur atau
fragmen logam yang lepas, minyak pelumas,
bahan bakar, tidak bereaksi dengan produk,
jasad renik, dan lain-lain;
4. Mudah dikenakan tindakan sanitasi.
5
Lokasi kegiatan secara rinci sebagaimana
pada lampiran 1. Spesifikasi alat dan mesin
pascapanen perkebunan yang akan diberikan untuk
kelompok tani seperti pada lampiran 2.
Selain kegiatan pengadaan alat dan mesin
pascapanen untuk kelompok tani, dalam kegiatan
penanganan pascapanen tanaman perkebunan
terdapat kegiatan peningkatan keterampilan dan
kemampuan kelompok tani melalui pertemuan
teknis pascapanen perkebunan (materi seperti
pada lampiran 3).
6
kemampuan kelompok tani melalui pertemuan
teknis.
B. Pelaksana Kegiatan
Tugas dan fungsi petugas tingkat Pusat,
Provinsi dan Kabupaten/kota sebagai berikut :
1. Kegiatan Tingkat Pusat :
a. Penyusunan Pedoman Teknis.
b. Sosialisasi, Pembinaan dan Pengawalan
kegiatan.
c. Monitoring dan Evaluasi kegiatan.
d. Pelaporan hasil pelaksanaan kegiatan.
7
c. Penetapan Kelompok Sasaran untuk alokasi
APBN melalui TP kabupaten/kota.
d. Koordinasi/konsultasi ke provinsi dan
koordinasi ke lokasi dalam rangka persiapan,
pelaksanaan, pembinaan dan pengawalan
kegiatan.
e. Monitoring serta evaluasi.
f. Pelaporan hasil pelaksanaan kegiatan.
10
7. Penanganan Pascapanen Cengkeh
No Lokasi Jenis Volume (KT)
Refocusing APBN-P Jumlah
1 Jateng Pengadaan 2 - 2
2 Gorontalo sarana, alat dan 3 - 3
mesin 1
3 Jabar 1 -
pascapanen
4 Banten 2 - 2
5 NTT 2 - 2
6 Maluku 2 - 2
11
9. Penanganan Pascapanen Kelapa
No Lokasi Jenis Volume (KT)
Refocusing APBN-P Jumlah
1 Sumut* Penyediaan 2 - 2
2 Jabar* sarana/alat 3 2 5
3 Banten pascapanen 2 1 3
4 Jateng 6 2 8
5 DIY 2 - 2
6 Kalbar 2 1 3
7 Sulsel* 2 1 3
8 Sulbar 2 1 3
9 Sulut 14 3 17
10 Sultra 7 1 8
11 Gorontalo 2 - 2
12 NTT 2 - 2
13 Maluku 4 - 4
14 Malut* 4 - 4
12
D. Simpul Kritis
Beberapa hal yang harus diperhatikan yang
menjadi simpul kritis dalam pelaksanaan kegiatan :
1. Kelompok sasaran penerima bantuan bukan
kelompok yang baru dibentuk dan organisasinya
berfungsi dengan baik sehingga bantuan yang
diberikan dapat dimanfaatkan dan dikelola
secara optimal.
2. Proses pelaksanaan pengadaan barang dilakukan
sesuai peraturan dan tepat waktu untuk
menghindari keterlambatan pelaksanaan
program.
3. Penyerahan barang kepada kelompok tani harus
dilengkapi dengan berita acara serah terima
barang.
4. Penggunaan lahan untuk kelompok tani harus
dilengkapi dengan surat hibah atau pinjam pakai
dan diketahui pihak dinas setempat dan aparat
desa.
13
A. Pelaksanaan Pengadaan Barang
1. Proses pengadaan barang yang dilakukan harus
mengacu kepada Perpres no. 54 tahun 2010
berikut perubahannya (Perpres No. 70 tahun
2012) tentang Peraturan Pengadaan Barang dan
Jasa.
2. Dalam rangka percepatan pelaksanaan kegiatan,
persiapan pengadaan barang dimulai dari Maret
2015 sekaligus pengumuman pelelangan.
3. Kontrak pengadaan alat/mesin paling lambat
harus sudah ditandatangani awal triwulan II
tahun 2015.
14
penetapan kelompok tani sasaran adalah sebagai
berikut :
a. Kelompok yang bersangkutan sudah ada/telah
eksis dan aktif, berpengalaman, bukan
bentukan baru, dapat dipercaya serta mampu
mengembangkan usaha/kegiatan melalui
kerjasama kelompok, dengan jumlah anggota
minimal 20 orang.
b. Kelompok yang bersangkutan tidak mendapat
penguatan modal atau fasilitasi lain untuk
kegiatan yang sama/sejenis pada saat yang
bersamaan atau mendapat modal pada tahun-
tahun sebelumnya (kecuali kegiatan yang
diprogramkan secara bertahap dan saling
mendukung).
c. Kelompok yang bersangkutan tidak
bermasalah dengan perbankan, kredit atau
sumber permodalan lainnya .
d. Kelompok yang mengalami kesulitan untuk
mengakses sumber permodalan, sehingga sulit
untuk menerapkan rekomendasi teknologi
anjuran secara penuh dan memanfaatkan
peluang pasar.
4. Penyerahan sarana/alat/mesin pascapanen
kepada kelompok tani harus dilengkapi dengan
Berita Acara Serah Terima Barang antara PPK
pelaksana kegiatan dengan Ketua Kelompok Tani
yang bersangkutan dengan dibubuhi Materai
6.000 rupiah.
15
5. Penyerahan sarana/alat/mesin pascapanen
kepada kelompok tani paling lambat harus sudah
dilakukan pada akhir triwulan 2 (bulan Juni)
2015
17
VI. MONITORING, EVALUASI DAN PELAPORAN
Sistem Monitoring, Evaluasi dan Pelaporan
dilaksanakan berdasarkan Keputusan Menteri
Pertanian nomor 31/Permentan/OT.140/3/2010
tanggal 19 Maret 2010 tentang Pedoman Sistem
Pemantauan, Evaluasi dan Pelaporan Pembangunan
Pertanian.
Dinas yang membidangi perkebunan
kabupaten dan provinsi wajib melakukan
monitoring, evaluasi dan pelaporan secara
berjenjang dilaporkan kepada Direktorat Jenderal
Perkebunan, dengan ketentuan sebagai berikut :
A. Jenis Laporan
Tim Teknis Kabupaten/Kota dan Tim Pembina
Provinsi wajib membuat laporan tentang
pelaksanaan kegiatan yang terdiri dari :
1. SIMONEV yang meliputi :
Kemajuan pelaksanaan kegiatan sesuai
indikator kinerja;
Perkembangan kelompok sasaran dalam
pengelolaan kegiatan lapangan berikut
realisasi fisik dan keuangan;
Permasalahan yang dihadapi dan upaya
penyelesaian di tingkat kabupaten dan
provinsi;
18
Format laporan menggunakan format yang
telah ditentukan. Format laporan Monev
seperti pada Lampiran 4.
2. Laporan Perkembangan fisik yang sesuai tahapan
pelaksanaan kegiatan dengan materi meliputi :
nama petani/kelompok tani, desa/kecamatan/
kabupaten, luas areal kebun (milik kelompok
tani), waktu pelaksanaan, perkembangan,
kendala dan permasalahan, upaya pemecahan
masalah.
3. Laporan Akhir, berisi realisasi kegiatan yang
berhasil dilaksanakan hingga akhir tahun
anggaran, permasalahan yang dihadapi dan
usulan tindak lanjut yang perlu dilakukan, yang
dibuat setelah program berakhir.
19
Pembinaan Usaha Direktorat Jenderal
Perkebunan, disampaikan paling lambat tanggal
7 bulan laporan.
3. Laporan akhir ditujukan kepada Direktorat
Pascapanen dan Pembinaan Usaha Direktorat
Jenderal Perkebunan, disampaikan paling
lambat tanggal 31 Desember 2015.
VII. PEMBIAYAAN
Kegiatan penanganan pascapanen perkebunan
dibiayai dengan dana APBN (refocusing dan APBNP)
yang dialokasikan pada DIPA Ditjen Perkebunan
Tugas Pembantuan provinsi atau Kabupaten/Kota
Tahun Anggaran 2015.
VIII. PENUTUP
20
satu cara untuk memfasilitasi kelompok-kelompok
petani yang bergerak dalam bidang perkebunan
agar mandiri dalam menjalankan usahataninya
yang pada akhirnya kelompok-kelompok tersebut
berkembang dan menjadi kekuatan ekonomi di
perdesaan, yang tidak saja dapat meningkatkan
kesejahteraan petani dan mengurangi kemiskinan,
tetapi juga dapat meningkatkan ekonomi secara
nasional.
21
Lampiran 1
1) Komoditas Nilam
REFOCUSING APBNP
PROVINSI KABUPATEN (KT) (KT)
- 7
1 Aceh 1 Aceh Utara - 1
2 Jabar 2 Sumedang - 1
3 Jatim 3 Trenggalek - 1
4 Nganjuk - 1
4 Gorontalo 5 Gorontalo - 1
6 Pohuwato - 1
7 Gorontalo 1
-
Utara
KT : Kelompok Tani
2) Komoditas Tebu
REFOCUSING APBNP
PROVINSI KABUPATEN (KT) (KT)
- 2
1 Aceh 1 Bener Meriah - 1
2 Aceh Tengah - 1
22
3) Komoditas Kakao
REFOCUSING APBNP
PROVINSI KABUPATEN
(KT) (KT)
23 13
1 Aceh 1 Gayo Lues 1 1
2 Ntb 2 Lombok Tengah 1 1
3 NTT 3 Ende 1 -
4 Manggarai 1 -
Timur
4 Sulbar 5 Polewali 1 1
Mandar
6 Majene 1 -
5 Sultra 7 Kolaka 1 1
8 Konawe 1 1
6 Banten 9 Lebak 1 1
7 Sulsel 10 Luwu Utara 1 1
11 Luwu Timur 1 1
12 Bantaeng 1 1
8 Sulteng 13 Morowali Utara 1 -
14 Kota Palu 1 -
9 Kalteng 15 Barito Utara 1 1
10 Jateng 16 Jepara 1 -
11 Jatim 17 Kediri 1 1
23
REFOCUSING APBNP
PROVINSI KABUPATEN
(KT) (KT)
12 Bali 18 Jembrana 1 1
13 Sumbar 19 Padang 2 1
Pariaman
14 Gorontalo 20 Gorontalo Kab. 1 -
21 Boalemo 1 -
22 Gorontalo 1 -
Utara
4) Komoditas Kopi
REFOCUSING APBNP
PROVINSI KABUPATEN
(KT) (KT)
14 18
1 Aceh 1 Aceh tengah 1 -
2 Sulsel 2 Enrekang 1 1
3 Ntb 3 Sumbawa 1 -
4 Jabar 4 Kuningan 1 1
5 Garut - 1
5 Jateng 6 Kendal - 2
7 Magelang - 1
8 Semarang - 2
6 Jatim 9 Lumajang - 1
10 Blitar - 1
24
REFOCUSING APBNP
PROVINSI KABUPATEN
(KT) (KT)
11 Pasuruan - 1
7 Bali 12 Buleleng 1 -
8 NTT 13 Manggarai
1 1
Timur
14 Ngada 1 1
9 Lampung 15 Lampung Barat 2 2
10 Sumut 16 Samosir 1 1
11 Sumsel 17 Muara Enim 1 -
18 OKU Selatan 1 -
12 Bengkulu 19 Rejang lebong 1 1
20 Kepahyang 1 1
5) Komoditas Pala
REFOCUSING APBNP
PROVINSI KABUPATEN
(KT) (KT)
10 8
1 Maluku 1 Halmahera
Utara Barat 1 1
2 Tidore
Kepulauan 1 1
3 Halmahera
Utara 1 1
25
REFOCUSING APBNP
PROVINSI KABUPATEN
(KT) (KT)
4 Kota Ternate 1 1
2 Maluku 5 SBT 1 1
3 Jawa Barat 6 Sukabumi 1 -
7 Kuningan 1 -
4 Sulawesi 8 Kep. Sangihe
1 1
Utara
9 Kota Bitung 1 1
5 Papua barat 10 Fakfak 1 1
6) Komoditas Lada
PROVINSI KABUPATEN REFOCUSING APBNP
(KT) (KT)
2 2
1 Babel 1 Bangka Selatan 1 1
2 Lampung 2 lampung Timur 1 1
7) Komoditas Cengkeh
REFOCUSING APBNP
PROVINSI KABUPATEN
(KT) (KT)
12 -
1 Jateng 1 Semarang 2 -
26
REFOCUSING APBNP
PROVINSI KABUPATEN
(KT) (KT)
2 Gorontalo 2 Gorontalo 2 -
3 Bone Bolango 1 -
3 Jabar 4 Sukabumi 1 -
4 Banten 5 Pandeglang 2 -
Manggarai
5 NTT 6 2 -
Timur
6 Maluku 7 Buru Selatan 2 -
8) Komoditas Karet
REFOCUSING APBNP
PROVINSI KABUPATEN
(KT) (KT)
69 34
1 Aceh 8 6
1 Aceh Tamiang 2 2
2 Aceh Utara 2 2
3 Biereun 2 1
4 Aceh Jaya 2 1
2 Sumut 4 2
Labuhan Bt.
5 2 1
Utara
6 Asahan 2 1
27
REFOCUSING APBNP
PROVINSI KABUPATEN
(KT) (KT)
3 Sumbar 4 2
7 Dharmasraya 2 1
8 Sijunjung 2 1
4 Riau 4 5
Kuantan
9 2 2
Singingi
10 Kampar 2 3
5 Sumsel 15 4
11 OKU 2 2
12 Musi Rawas 9 -
Ogan
13 4 2
Komering Ilir
6 Bengkulu 4 2
Bengkulu
14 2 1
Utara
15 Lebong 2 1
7 Jambi 2 1
16 Batang Hari 2 1
8 Jabar 8 0
17 Sukabumi 2 -
18 Cianjur 2 -
19 Pangandaran 2 -
28
REFOCUSING APBNP
PROVINSI KABUPATEN
(KT) (KT)
20 Ciamis 2 -
9 Banten 3 5
21 Lebak 1 3
22 Pandeglang 2 2
10 Jateng 2 -
23 Cilacap 2 -
11 Kalsel 5 3
24 Balangan 2 2
25 Banjar 1 -
26 Tapin 2 1
12 Babel 2 1
27 Belitung
2 1
Timur
13 Kalbar 4 2
28 Ketapang 2 1
29 Sanggau 2 1
14 Kaltim 4 1
30 Kutai Barat 2 1
31 Kutai Kartanegara 2 0
29
9) Komoditas Kelapa
REFOCUSING APBNP
PROVINSI KABUPATEN
(KT) (KT)
54 12
1 Sumut 2 -
1 Batu Bara 2 -
2 Jabar 3 2
2 Sukabumi 1 2
3 Ciamis 2 -
3 Banten 2 1
4 Pandeglang 2 1
4 Jateng 6 2
5 Cilacap 2 1
6 Kebumen 2 1
7 Purworejo 2 -
5 DIY 2 -
8 Bantul 2 -
6 Kalbar 2 1
9 Pontianak 2 1
7 Sulsel 2 1
10 Bulukumba 2 1
8 Sulbar 2 1
30
Mamuju
11 2 1
Tengah
9 Sulut 14 3
Minahasa
12 5 1
Utara
Minahasa
13 6 2
Selatan
Bolaang
14 3 -
Mongondow
Sulawesi
10 7 1
Tenggara
15 Bombana 4 -
Kolaka
16 3 1
Utara
11 Gorontalo 2 -
Bone
17 2 -
Bolango
12 NTT 2 -
Timor
18 Tengah 2 -
Selatan
13 Maluku 4 -
Maluku
19 2 -
Tenggara
20 Kota Tual 2 -
14 Malut 4 -
Halmahera
21 2 -
Barat
31
Halmahera
22 2 -
Utara
32
Lampiran 2
SPESIFIKASI SARANA/ALAT/MESIN
PASCAPANEN PERKEBUNAN
A. KOMODITAS NILAM
1. Alat Penyuling Nilam
Spesifikasi :
Kapasitas : 100-200 Kg
Diameter tabung : 760 mm
Material tabung : stainless steel 3 mm
Sumber Pemanas : Kayu bakar
2. Bangunan UPH nilam
Spesifikasi :
Bangunan terdiri dari 2 lantai :
- Lantai pertama untuk ruang produksi,
tungku, ruang penampungan minyak dan
bak pendinginan,
- Lantai kedua untuk ruang pelayuan dan
input ketel suling.
Bahan :
- Lantai pertama : lantai plester, luas 7.5 x
4 m2, dinding tembok bata merah di
plester dan acian semen, dengan ventilasi
dari kawat ram,
- Pondasi batu kali dengan tiang beton
bertulang,
- Lantai kedua : lantai papan dengan pagar
keliling bahan kayu, tiang kolom kayu,
- Atap rangka kayu dan asbes,
- Tangga kayu, posisi dari samping luar.
33
B. KOMODITAS TEBU
2. Alat pengolah gula tebu
Spesifikasi :
Kapasitas giling : 900 – 1.500 Kg/jam
Motor Penggerak ber-SNI 24 PK
Wajan stainless steel
Pengaduk stainless steel
Timbangan duduk
Cetakan gula
3. Rumah produksi
Spesifikasi :
Terdiri dari dua bangunan : penggilingan dan
pemasak gula tebu
Ukuran bangunan penggilingan : 4 x 6 m2,
tinggi 3.25 m, atap seng, rangka atap kayu,
pintu rolling door, lantai keramik, plafon
triplek
Ukuran bangunan pemasak gula merah :
4 x 6 m2, tinggi 1,2 m, atap seng dan lantai
semen.
C. KOMODITAS KAKAO
1. Kotak Fermentasi Kakao
Spesifikasi :
Kapasitas 40-50 Kg/ Batch tipe bak kayu
Jenis kayu meranti
Ketebalan papan kayu : 20 – 30 mm
Siku penguat : plat aluminium
Dimensi : 40 x 40 x 50 cm3
34
1 set terdiri dari dua kotak kayu yang
dilengkapi dengan 1 unit kaki/ dudukan
sebagai penyangga salah satu kotak
3. Terpal
Spesifikasi :
Ukuran 6 x 5 m2
Type bahan terpal A 12
4. Para para
Spesifikasi :
Ukuran : 80 x 200 cm2
Tinggi kaki : 1 m
Sungkup dengan plastik tranparan
5. Lantai Jemur
Spesifikasi :
Ukuran : 15 x 10 m2
ketebalan : 0.2 m
coran bertulang beton
6. Timbangan duduk
Spesifikasi :
Kapasitas 500 Kg
Ukuran : 48 x 62 cm
35
D. KOMODITAS KOPI
1. Pulper 1.000 Kg/ jam
Spesifikasi :
Kapasitas 1.000 Kg/ jam
Motor penggerak ber-SNI
36
7. Alat Ukur Kadar Air
Spesifikasi :
Skala meter : 9-20 %
Tipe Digital
8. Terpal
Spesifikasi :
Ukuran 6 x 5 m2
Type bahan terpal A 12
9. Para para
Spesifikasi :
Ukuran : 80 x 200 cm2
Tinggi kaki : 1 m
Sungkup dengan plastik tranparan
37
E. KOMODITAS PALA
1. Mesin pemecah cangkang
Spesifikasi :
Kapasitas : 300-400 kg/ jam
Motor Penggerak ber-SNI
2. Terpal
Spesifikasi :
Ukuran 6 x 5 m2 ,
Type bahan terpal A 12
5. Bangunan penyulingan
Spesifikasi :
Ukuran 30 m2
Terdiri dari ruang penyulingan, bak
pendingin dan gudang
38
6. Rumah asar pala (pengeringan)
Spesifikasi :
Ukuran luas 20 m2
F. KOMODITAS LADA
1. Mesin Perontok Lada
Spesifikasi :
Kapasitas 650 – 700 Kg/Jam
Motor penggerak ber-SNI
2. Terpal
Spesifikasi :
Ukuran 6 x 5 m2 ,
Type bahan terpal A 12
3. Lantai Jemur
Spesifikasi :
Ukuran : 15 x 10 m2
ketebalan jadi : 0.2 m
coran beton bertulang
4. Bak Perendaman
Spesifikasi :
Ukuran luas : 8 x 6 m2 , Kedalaman : 1.2 m
Dinding bak : batu merah
pondasi batu kali
saluran inlet/outlet : pipa PVC
39
G. KOMODITAS CENGKEH
1. Terpal
Spesifikasi :
Ukuran 6 x 5 m2 ,
Type bahan terpal A 12
2. Lantai Jemur
Spesifikasi :
Ukuran : 15 x 10 m2
ketebalan jadi : 0.2 m
coran beton bertulang
H. KOMODITAS KARET
1. Pisau sadap
Spesifikasi :
Mata pisau terbuat dari baja, sudut mata
(dalam 40o bentuk V sedang)
Panjang gagang terbuat dari besi 19,5 cm
Panjang dari gagang ke lubang 8,5 cm
Panjang lengkungan 6,5 cm
Panjang gagang 13,5 - 14,5 cm
Panjang pisau berikut gagang keseluruhan
34,5 cm
Lebar gagang pisau 2,5 cm
Tebal gagang pisau ± 0,2 cm
Lebar mata pisau 3,0 cm
2. Mangkok sadap
Spesifikasi :
Bahan plastik pilyproline
40
Volume ± 500 cc
Tinggi ± 9 cm, diameter bibir 13 cm
Berat ± 25 gram
3. Talang sadap
Spesifikasi :
Bahan dari besi tipis
Ukuran panjang 6 – 6,5 cm
Lebar permukaan 1,5 cm
Lebar pangkal yang bergerigi untuk
ditancapkan ke pohon 2,5 cm
5. Bak pembeku
Spesifikasi :
Bahan terbuat dari alumunium
Tebal ± 0,8 mm
Volume ± 12 liter
Bagian atas 60 x 40 cm
Bagian bawah 55 x 35 cm
Tinggi ± 10 cm – 20 cm
Bibir ditekuk, didalam tekukan diberi
kawat/tulang
41
6. Bahan pembeku
Spesifikasi :
Sesuai dengan bahan kebutuhan
petani/masyarakat setempat
9. Rumah pengasapan
Spesifikasi :
Bangunan permanen ukuran (4 x 6 m)
Tinggi 7 – 8 m
Peralatan pendukung lainya
I. KOMODITAS KELAPA
1. Rumah pengasapan
Spesifikasi :
Bangunan semi permanen (4 x 5 m), penutup
atap (5 x 6 m)
Terdapat para-para terbuat dari bambu kayu
atau rongga kawat setinggi 2 m
Terdapat lubang pemasukan bahan bakar 60
x 60 cm
Ruang pembakaran 3 m
2. Lantai jemur
Spesifikasi :
Permanen disemen dengan memakai besi
beton
Pinggir/dinding keliling memakai batu kali (4 x 6 m)
4. Egrek baja
Spesifikasi :
Terbuat dari besi dan diisi dengan baja
5. Kereta sorong
Spesifikasi :
Kapasitas angkut : 3 sak semen (± 160 kg)
Terbuat dari plat baja
44
6. Mesin pemeras santan
Spesifikasi :
Tipe mesin : PRS – M50
Kapasitas : 30 kg/ jam atau 50 – 80 butir per
jam
Listrik : 1500 watt, 220 Volt
Dimensi : 82 x 48 x 96 cm
7. Wajan alumunium
Spesifikasi :
Dimensi : dia ф 800 – 900 mm
Bahan alumunium/besi 3 mm
45
10. Pengayak gula kristal
Spesifikasi :
Kapasitas 200 – 300 kg/jam
Penggerak elektrik motor 1 Hp
Panjang 1000 mm
Lebar 1000 mm
Tinggi 800 mm
J Jambu Mete
1. Kacip mete model Rem dan model Engkol
(sistem terpadu)
Spesifikasi :
Tipe REM
Kapasitas 30 – 50 kg/hari
Penggerak manual
47
2. Timbangan duduk
Spesifikasi :
Kapasitas 150 kg
Kapasitas 10 kg
3. Oven dryer
Spesifikasi :
Kapasitas 100 – 125 mete
Suhu pengeringan 70 – 80 0C
Sumber panas Burner minyak tanah
Aliran udara blower
Bahan kontruksi stainless steel
4. Vaccum packing
Spesifikasi :
Ukuran ruang 440 x 420 x 75 mm
Kapasitas 20 m kubik per jam
Dimensi alat 550 x 485 x 960 mm
Bahan kontruksi stainless steel
5. Genset 5 KVA
7. Lantai jemur
Spesifikasi :
Permanen disemen dengan memakai besi
beton
Pinggir/dinding keliling memakai batu kali (4
x 6 m)
8. Plastik kemasan ukuran 5 kg dan 0,5 kg
49
Lampiran 3
2) Peserta
Peserta pertemuan teknis adalah petani yang
berasal dari kelompok tani penerima bantuan
sarana pascapanen di kabupaten setempat.
50
Lampiran 4
Posisi :
TARGET REALISASI
UPAYA TINDAK
KODE NAMA KEGIATAN KEUANGAN FISIK PERMASALAHAN
FISIK KEUANGAN LANJUT
SERAPAN % VOLUME %
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
51
Lampiran 5.
Format Laporan Perkembangan fisik Pelaksanaan Kegiatan
Satker Dinas Perkebunan Propinsi/Kabupaten/Kota
Posisi :
LOKASI JML LUAS AREAL UPAYA TINDAK
NO NAMA KEGIATAN NAMA POKTAN PROGRESS FISIK KENDALA
KEGIATAN ANGGOTA (Ha) LANJUT
1 2 3 4 5 6 7 8 9
52