Anda di halaman 1dari 47

DUKUNGAN PERLINDUNGAN

PERKEBUNAN

PEDOMAN TEKNIS
SEKOLAH LAPANG PENGENDALIAN HAMA TERPADU
(SL-PHT)
TANAMAN PERKEBUNAN

TAHUN 2013

DIREKTORAT JENDERAL PERKEBUNAN


KEMENTERIAN PERTANIAN
DESEMBER 2012
KATA PENGANTAR

Pedoman Teknis Kegiatan Sekolah Lapang


Pengendalian Hama Tepadu (SL-PHT) di daerah
tahun 2013 disusun dalam rangka memberikan
acuan dan arahan pelaksanaannya kepada Dinas
yang membidangi Perkebunan dan Perangkat
Perlindungan Perkebunan di Provinsi dan
Kabupaten/Kota.

Sistematika Pedoman Teknis ini terdiri dari


Bab I. Pendahuluan, berisi Latar Belakang,
Sasaran Kegiatan, dan Tujuan; Bab II.
Pendekatan Pelaksanaan Kegiatan memuat
tentang Prinsip Pendekatan Pelaksanaan
Kegiatan dan Spesifikasi Teknis; Bab III.
Pelaksanaan Kegiatan, berisi Ruang Lingkup,
Pelaksana dan Penanggung Jawab Kegiatan,
Lokasi, Jenis dan Volume, dan Simpul Kritis;
Bab IV. Pembinaan, Pengendalian, Pengawalan
dan Pendampingan; Bab V. Monitoring, Evaluasi
dan Pelaporan; Bab VI. Pembiayaan serta Bab
VII. Penutup.

Pedoman Teknis ini sebagai acuan Dinas


yang membidangi Perkebunan di
Provinsi/Kabupaten/ Kota dalam menyusun
Petunjuk Pelaksanaan dan Petunjuk Teknis yang
lebih spesifik berdasarkan kondisi daerah
setempat.
Semoga Pedoman Teknis ini dapat memberi
manfaat bagi pelaksanaan kegiatan di daerah
sesuai dengan target dan sasaran yang
direncanakan.

Jakarta, Desember 2012


Direktur Jenderal

Ir.Gamal Nasir, MS.


Nip. 19560728 198603 1 001
DAFTAR ISI

Halaman
KATA PENGANTAR ........................... i
DAFTAR ISI .................................... iii
DAFTAR LAMPIRAN ............................ v

I. PENDAHULUAN .......................... 1
A. Latar Belakang ...................... 1
B. Sasaran Kegiatan ................... 3
C. Tujuan ............................... 3

II. PENDEKATAN PELAKSANAAN KEGIATAN 4


A. Prinsip Pendekatan Pelaksanaan
Kegiatan ............................. 4
B. Spesifikasi Teknis .................. 9

III. PELAKSANAAN KEGIATAN ............. 16


A. Ruang Lingkup ...................... 16
B. Pelaksana dan Penanggung Jawab
Kegiatan ............................. 17
C. Lokasi, Jenis dan Volume ......... 21
D. Simpul Kritis ......................... 22

IV. PEMBINAAN, PENGENDALIAN,


PENGAWALAN DAN PENDAMPINGAN . 25
A. Pembinaan, Pengendalian,
Pengawalan dan Pendampingan .. 25
B. Pelaksanaan pembinaan,
pengendalianpengawalan ......... 26

iii
V. MONITORING, EVALUASI DAN
PELAPORAN ............................. 27
A. Monitoring............................ 27
B. Evaluasi .............................. 27
C. Pelaporan ............................ 27

VI. PEMBIAYAAN ............................ 30

VII. PENUTUP ................................. 31

LAMPIRAN

iv
DAFTAR LAMPIRAN

Halaman
Lampiran 1. Model tes Ballot Box ......... 32
Lampiran 2 Matrik Analisa Pasangan
Terperinci ........................ 33
Lampiran 3. Matrik Kualitas SL-PHT......... 34
Lampiran 4. Format wawancara dengan
Kuesioner ........................ 35
Lampiran 5. Jenis dan Volume Komponen
SL-PHT .......................... 41

v
I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Organisme Pengganggu Tumbuhan (OPT)


merupakan salah satu faktor yang
menyebabkan rendahnya produksi dan
kualitas hasil tanaman perkebunan. Akibat
serangan OPT, diperkirakan terjadi
kehilangan produksi sekitar 30% - 40%.
Untuk menghindari kerugian akibat serangan
OPT, sampai saat ini masih banyak petani
dan masyarakat yang mengartikan
pengendalian OPT sama dengan penggunaan
pestisida kimia sintetis. Penggunaan
pestisida kimia yang berlebihan dapat
menimbulkan resistensi, resurjensi dan
ledakan hama sekunder, pencemaran
lingkungan dan gangguan kesehatan.
Dalam Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1992
tentang Sistem Budidaya Tanaman pada
Pasal 20 mengamanatkan bahwa
Perlindungan Tanaman dilaksanakan dengan
sistem Pengendalian Hama Terpadu (PHT)
dan pelaksanaannya menjadi tanggung jawab
masyarakat dan pemerintah. Prinsip PHT
adalah menggunakan pestisida secara
bijaksana apabila berdasarkan hasil
pengamatan, perlakuan lain dinilai tidak
akan mampu mengendalikan OPT yang ada.

1
Agar petani pekebun tahu, mampu dan mau
menerapkan PHT di kebunnya secara
mandiri, maka petani perlu dibekali
pengetahuan dan keterampilan tentang
prinsip PHT yaitu 1). Budidaya Tanaman
Sehat, 2). Pelestarian dan Pemanfaatan
Musuh Alami, 3). Pengamatan Rutin dan
4).Petani menjadi Ahli PHT. Pengetahuan
dan keterampilan tersebut dapat diperoleh
petani melalui Sekolah Lapang Pengendalian
Hama Terpadu (SLPHT).
Petani yang sudah mengikuti SL-PHT sejak
tahun 1997 sampai dengan tahun 2012
berjumlah sekitar 140.195 petani. Jumlah
petani yang telah mengikuti SL-PHT masih
sangat kurang yaitu baru mencapai 0,78%
dari total jumlah petani perkebunan rakyat
di seluruh Indonesia.

SL-PHT yang sudah dilaksanakan selama tiga


belas tahun dan sudah menunjukkan hasil
yang cukup memuaskan antara lain dari hasil
penelitian Dampak SL-PHT oleh beberapa
mahasiswa S2 pada kopi, kakao, teh dan lada
rata-rata peningkatan produktivitas hasil
tanaman petani alumni SL-PHT mencapai 25-
27%. Selain itu, yang lebih penting terjadinya
perubahan positif terhadap pengetahuan,
keterampilan dan sikap petani.
Mengingat masih kurangnya jumlah petani
yang mempunyai pengetahuan dan

2
keterampilan tentang empat prinsip PHT
dalam pengelolaan kebunnya, maka kegiatan
SL-PHT petani perlu dilaksanakan secara
berkesinambungan. Untuk itu pada tahun
2013 akan dilaksanakan pelatihan SL-PHT
sebanyak 202 kelompok tani (5.050 petani) di
24 provinsi, 95 kabupaten, dengan peserta
perempuan minimal 25 %.

B. Sasaran Kegiatan

Sasaran nasional dari pelaksanaan SL-PHT


adalah terlaksananya kegiatan SL-PHT pada
202 KT di 24 provinsi, 95 kabupaten.

C. Tujuan

Tujuan pelaksanaan kegiatan SL-PHT :


1. Meningkatkan pengetahuan, sikap dan
keterampilan petani/kelompok tani
tentang empat prinsip PHT yaitu :
1).Budidaya Tanaman Sehat,
2).Pelestarian dan Pemanfaatan Musuh
Alami
3).Pengamatan Rutin/Berkala,dan
4).Petani menjadi Ahli PHT.
2. Meningkatkan kepedulian petani/
kelompok tani agar tahu, mau dan
mampu secara mandiri menerapkan PHT
dalam pengelolaan kebunnya.

3
II. PENDEKATAN PELAKSANAAN KEGIATAN

A. Prinsip Pendekatan Pelaksanaan Kegiatan

1. Pendekatan Umum
Prinsip pendekatan umum meliputi hal
yang bersifat administratif dan
manajemen kegiatan.
1.1 SK Tim Pelaksana Kegiatan
a. Penetapan SK Tim Pelaksana
Kegiatan oleh Kepala Dinas/KPA
paling lambat 1 (satu) minggu
setelah diterimanya penetapan
Satker dari Menteri Pertanian.
b. Penanggung jawab dan pelaksana
kegiatan SL-PHT untuk TP provinsi
ditetapkan oleh Kepala Dinas
Provinsi.
c. Penanggung jawab dan pelaksana
kegiatan SL-PHT untuk TP
kabupaten/kota ditetapkan oleh
Kepala Dinas kabupaten/kota.
1.2 Rencana kerja
Rencana kerja pelaksanaan masing-
masing kegiatan disusun paling
lambat 1 (satu) minggu setelah
ditetapkannya SK Tim pelaksana dan
mengacu kepada Pedoman Teknis
dari Ditjen Perkebunan.

4
1.3 Juklak, Juknis
Penyelesaian Juklak/Juknis untuk
kegiatan TP Provinsi/Kabupaten/Kota
paling lambat 2 (dua) minggu setelah
ditetapkannya SK Tim pelaksana dan
mengacu kepada Pedoman Teknis
dari Ditjen Perkebunan.
1.4 Revisi
Pengajuan revisi kegiatan paling
lambat bulan Februari 2013 dan
diajukan oleh KPA masing-masing
Satker.
1.5 Koordinasi dan Sosialisasi
Koordinasi dilakukan oleh pelaksana
dengan BBP2TP Medan, Surabaya,
Ambon dan BPTP Pontianak (sesuai
dengan wilayah kerja), dan Dinas
Kabupaten Kota dimana terdapat
lokasi kegiatan dilaksanakan.
Sedangkan sosialisasi dilaksanakan
kepada petani calon lokasi kegiatan
SL-PHT.
1.6 Monitoring dan Evaluasi
Monitoring dan evaluasi dilakukan
selama kegiatan berlangsung minimal
2 (dua) kali disesuaikan dengan
sumber daya yang ada.

5
1.7 Laporan
a. Laporan perkembangan
pelaksanaan kegiatan disampaikan
sesuai dengan jadual dan form
Pedoman SIMONEV.
b. Laporan akhir kegiatan
disampaikan ke pusat paling
lambat 2 (dua) minggu setelah
kegiatan selesai dan tidak
melewati bulan Desember 2013.

2. Prinsip Pendekatan Teknis

SL-PHT bertujuan untuk meningkatkan


pengetahuan, sikap dan keterampilan
petani/kelompok tani tentang empat
prinsip PHT yaitu :
a. Budidaya Tanaman Sehat;
b. Pelestarian dan Pemanfaatan Musuh
Alami;
c. Pengamatan rutin/berkala;
d. Petani menjadi ahli PHT.
Dengan SL-PHT diharapkan petani/
kelompok tani tahu, mau dan mampu
secara mandiri menerapkan PHT dalam
pengelolaan kebunnya.

6
Pendekatan teknis pelaksanaan SL-PHT
sebagai berikut:

a. SL-PHT dilaksanakan oleh Pemandu


Lapang (PL) dengan pembinaan oleh
Pusat (Direktorat Perlindungan
Perkebunan), Dinas Provinsi/
Kabupaten/Kota yang membidangi
perkebunan.
b. Waktu pelaksanaan disesuaikan
dengan karakter/sifat/ fenologi
tanaman dan serangan OPT.
c. Dilakukan dalam kelompok yang
terdiri dari 25 petani laki-laki dan
perempuan. Selanjutnya kelompok
tersebut dibagi menjadi 5 sub
kelompok kecil masing-masing 5
petani.
d. Kebun sebagai sarana belajar utama,
dan diskusi dilakukan di saung SL-PHT.
e. Sosialisasi setelah penetapan CP/CL.
f. Satu kelompok mengusahakan
komoditas perkebunan yang sama.
g. Tersedia pemandu lapang di
provinsi/kabupaten/kota pelaksana
SL-PHT. Jika di kabupaten/kota tidak
tersedia pemandu dapat menggunakan
pemandu lapang dari provinsi/
kabupaten/kota terdekat.

7
h. Untuk memenuhi kekurangan jumlah
pemandu lapang SL-PHT dapat
memanfaatkan tenaga pemandu
lapang bersertifikat yang telah purna
bakti dan petugas/petandu yang telah
selesai mengikuti pelatihan pemandu
lapang (PL) SL-PHT.
i. Penetapan PL oleh Kepala Dinas
Provinsi/kabupaten kota yang
membidangi perkebunan dimana
pelatihan SL-PHT dilaksanakan.

3. Tindak Lanjut
Berdasarkan hasil monitoring dan evaluasi
perlu dilakukan tindak lanjut sebagai
berikut:

a. Kelompok tani yang telah


mendapatkan pelatihan SL-PHT agar
menerapkan PHT dan menyebar
luaskannya kepada petani di
sekitarnya.
b. Dinas provinsi/kabupaten/kota
melalui dana APBD agar memfasilitasi
SL-PHT untuk petani lainnya.
c. Dinas Kabupaten/kota memfasilitasi
pembinaan/pendampingan pada
petani alumni SL-PHT, agar
penerapan PHT dan kelembagaan

8
petani semakin baik dan
berkelanjutan.

B. Spesifikasi Teknis

1. Kriteria

a. Peserta
1) Petani pemilik/penyewa atau petani
penggarap;
2) Jumlah peserta perempuan minimal
25 % dan tidak dalam keadaan
hamil tua;
3) Berumur minimal 17 tahun dan
sehat;
4) Dapat menulis dan membaca;
5) Sanggup mengikuti SL-PHT
selama 16 kali pertemuan tanpa
terputus;
6) Tidak diperbolehkan ganti peserta.

b. Pemandu Lapang (PL)


Setiap kelompok SL-PHT dipandu oleh
2 orang Pemandu Lapang (PL) yang
telah bersertifikat. Dalam kondisi
tertentu 1 kelompok SL-PHT dapat
dipandu oleh 1 orang PL dibantu 1
orang petugas teknis yang mempunyai
kemampuan sebagai pemandu.

9
c. Pertemuan dilakukan di saung
pertemuan dan kebun praktek
berlangsung dari jam 07.30-14.00
Pengaturan waktu dan materi sebagai
berikut :
No Waktu Materi/Kegiatan
1 07.30-10.30 Analisis
Agroekosistem
(AAES)
2 10.30-11.00 Istirahat
3 11.00-12.00 Dinamika
Kelompok
4 12.00-14.00 Topik Khusus

d. Lokasi SL-PHT mudah dijangkau oleh


pemandu dan peserta, tersedia kebun
praktek seluas ±1 ha.
e. Kebun praktek dibagi atas 2 petak
perlakuan yaitu petak PHT dan Non
PHT (kebiasaan pengendalian yang
dilakukan oleh petani). Setiap petak
dibagi 5 sub petak kebun praktek.
f. Setiap sub kelompok mengelola 2 sub
petak kebun praktek (PHT dan Non
PHT).

10
2. Metode

a. SL-PHT dilaksanakan oleh PL dan


dikoordinasikan oleh Dinas Provinsi/
Kabupaten/ Kota yang menangani
perkebunan.
b. Pertemuan dilaksanakan sebanyak 16
kali dengan interval satu minggu
secara kontinyu.
c. Pertemuan mingguan dipandu oleh
dua orang Pemandu Lapang (PL) yang
bekerja sebagai tim dan
mendatangkan/mengundang nara
sumber jika diperlukan.
d. Pendekatan andragogi (metoda
belajar orang dewasa) yaitu belajar
dari pengalaman di lapangan sehingga
mereka tahu, mau dan mampu
menerapkannya secara mandiri.
e. Proses belajar mengajar dilakukan
dengan metoda partisipasi aktif,
mencari, dan menumbuhkan
kepercayaan sendiri, serta mengambil
keputusan bersama dalam
menentukan tindakan pengelolaan
kebun.
f. Proses belajar SL-PHT pada setiap
pertemuan adalah melakukan/
mengalami, mengungkapkan,

11
menganalisa, menyimpulkan,
menerapkan dan mengalami kembali.
g. Pada setiap kali pertemuan dilakukan
kegiatan-kegiatan yaitu Analisis
Agroekosistem (AAES), Dinamika
Kelompok dan Topik Khusus.
h. Sarana SL-PHT yaitu :
1) Kebun
2) Saung Pertemuan
i. Bahan dan Alat SL-PHT yaitu :
1) Kertas koran
2) Alat tulis
3) Pupuk
4) APH
5) Dekomposer
6) Petunjuk Lapangan
7) Bahan dan perlengkapan praktek
lain

j. Materi SL-PHT:
1) Mengacu pada kurikulum SL-PHT
yang disusun berdasarkan
kebutuhan peserta (hasil Analisa
Kebutuhan Pelatihan dan Test
Ballot Box awal).
2) Merupakan penjabaran dari 4
(empat) prinsip PHT yaitu
budidaya tanaman sehat,
pelestarian dan pemanfaatan
musuh alami, pengamatan kebun

12
secara teratur (berkala) dan
petani menjadi ahli PHT.
3) Dikelompokkan kedalam Topik
Umum, Topik Khusus, Penunjang
dan Dinamika Kelompok dengan
kegiatan utama Analisis
Agroekosistem (AAES).

Materi SL-PHT sebagai berikut:

Materi SL-PHT
No. Materi/ Petunjuk Lapangan (Petlap)
Kegiatan
1. Persiapan SL- - Apa ini ?
PHT - Analisa Kebutuhan
Pelatihan
- Kontrak Belajar
- Pengorganisasian warga
belajar
- Test Ballot Box Awal
2. Merancang Ploting Petak PHT dan Non
Petak Studi PHT
3. Topik Umum - Ekosistem Dasar
- Analisis agroekosistem
(AAES)
4. Topik Khusus
a. a. Budidaya - - Pembibitan
Tanaman - - Penyambungan (sambung
samping dan sambung
pucuk) untuk komoditi kopi

13
No. Materi/ Petunjuk Lapangan (Petlap)
Kegiatan
dan kakao
- - Penanaman
- - Pemangkasan
- - Pupuk dan pemupukan
- - Pohon pelindung
- - Panen
- Dan lainnya sesuai
komoditas SL-PHT

b. OPT dan - - Hama/penyakit/gulma


Musuh - - Predator
Alami/APH - - Parasitoid
-- - Agens Pengendali Hayati
- - Koleksi Serangga

c. Dampak - Mitigasi dan Adaptasi DPI


Perubahan - Dampak perubahan iklim
Iklim (DPI) terhadap serangan OPT
dan
Penanganan
Kebakaran

5. Materi
Pendukung
Pestisida - Pestisida kimia
- Dampak penggunaan
pestisida kimia
- Pestisida Nabati

14
No. Materi/ Petunjuk Lapangan (Petlap)
Kegiatan
6. Dinamika
Kelompok
a. Perkenalan Rantai nama dan buat
barisan
b.Pengakraban Kapal tenggelam
c.Kreativitas 9 titik 4 garis
d.Kerjasama Menggambar bersama
e.Pemecahan Samson Delilah
Masalah
f.Komunikasi Bermain tali
7. Evaluasi - Ballot Box (Akhir)
- Analisa Pasangan Terperinci

k. Monitoring dan evaluasi


penyelenggaraan SL-PHT dilakukan
dengan beberapa model yaitu:
1) Test Ballot Box;
2) Matrik analisa pasangan
terperinci;
3) Matrik kualitas SL-PHT;
4) Melakukan wawancara dengan
menggunakan kuesioner.

Model 1), 2), 3), dan 4) disajikan pada


Lampiran 1,2,3, dan 4.

15
III. PELAKSANAAN KEGIATAN

A. Ruang Lingkup

a. Peserta dan komoditas


SL-PHT diperuntukkan bagi petani
Perkebunan Rakyat yang belum pernah
mengikuti kegiatan SL-PHT atau kegiatan
yang sejenis. Kelompok tani peserta SL-
PHT merupakan kelompok tani yang
mengusahakan/membudidayakan
komoditas perkebunan sejenis.
b. Tahapan kegiatan SL-PHT meliputi
pemilihan dan penetapan CP/CL,
sosialisasi SL-PHT, pemilihan dan
penetapan kebun praktek dan saung
pertemuan, penyiapan petunjuk lapang,
pelaksanaan SL-PHT, pembinaan, monev
dan pelaporan.
c. Indikator Kinerja
No Indikator Uraian
1 Input/Masukan - Dana
- SDM
- Data dan
informasi
- Teknologi
2 Output/Keluaran Terlaksananya SL-
PHT sebanyak 202
kelompok tani yang
tersebar di 24

16
provinsi, 95
kabupaten.

3 Outcome/hasil Jumlah kelompok


SL-PHT yang tahu,
mampu dan mau
menerapkan PHT
sebanyak 202
kelompok tani yang
tersebar di 24
provinsi, 95
kabupaten.

B. Pelaksana dan Penanggung Jawab Kegiatan


1. Pelaksana dan penanggung jawab
kegiatan SL-PHT untuk TP provinsi adalah
dinas provinsi yang membidangi
perkebunan dan untuk TP kabupaten
adalah dinas kabupaten yang membidangi
perkebunan.
2. Dinas yang membidangi perkebunan
provinsi/kabupaten/kota dalam
melaksanakan kegiatan agar
berkoordinasi dengan BBP2TP Medan,
Surabaya, Ambon dan BPTP Pontianak
(sesuai dengan wilayah kerja) dan pihak-
pihak terkait lainnya.

17
3. Kewenangan dan tanggung jawab :
3.1 Direktorat Perlindungan
Perkebunan.
a. Menyiapkan Terms of Reference
(TOR) dan Pedoman Teknis;
b. Melakukan bimbingan,
pembinaan, monitoring dan
evaluasi.
3.2 Dinas Provinsi yang membidangi
perkebunan
a. Menetapkan Tim Pelaksana
kegiatan SL-PHT tingkat provinsi;
b. Melakukan koordinasi dengan
Direktorat Jenderal Perkebunan,
BBP2TP Medan, Surabaya, Ambon
dan BPTP Pontianak (sesuai
dengan wilayah kerja) dan Dinas
Kabupaten/Kota yang
membidangi perkebunan, serta
institusi terkait lainnya;
c. Membuat Petunjuk Pelaksanaan
untuk kegiatan SL-PHT;
d. Melakukan verifikasi CP/CL
bersama Dinas Kabupaten;
e. Menetapkan CP/CL SL-PHT;
f. Melakukan pengawalan,
pembinaan, monitoring dan
evaluasi, berkoordinasi dengan

18
Dinas Kabupaten yang
membidangi perkebunan
setempat;
g. Sosialisasi SL-PHT bersama-sama
Dinas Kabupaten/Kota yang
membidangi perkebunan;
h. Menyampaikan laporan
pelaksanaan SL-PHT ke Direktorat
Jenderal Perkebunan cq.
Direktorat Perlindungan
Perkebunan.
3.3 Dinas Kabupaten/Kota yang
membidangi perkebunan
a. Menetapkan Tim Pelaksana
kegiatan SL-PHT;
b. Melakukan koordinasi dengan
Dinas Provinsi yang membidangi
perkebunan, BBP2TP Medan,
Surabaya, Ambon dan BPTP
Pontianak (sesuai dengan wilayah
kerja), Direktorat Jenderal
Perkebunan, dan pihak terkait
lainnya;
c. Membuat juknis SL-PHT;
d. Melakukan verifikasi dan
penetapan CP/CL;
e. Melakukan sosialisasi, pembinaan
dan monev SL-PHT;

19
f. Menyampaikan laporan
pelaksanaan SL-PHT ke Dinas
Provinsi dan Direktorat Jenderal
Perkebunan cq. Direktorat
Perlindungan Perkebunan.

3.4 Pemandu Lapang


a. Memandu SL-PHT dan
menyiapkan seluruh keperluan
yang terkait dengan pelaksanaan
SL-PHT mengacu kepada
pedoman pelaksanaan SL-PHT;
b. Membantu dinas kabupaten
dalam melakukan survey CP/CL
kegiatan SL-PHT;
c. Berkoordinasi dalam pelaksanaan
SL-PHT dengan Dinas Provinsi dan
Kabupaten/kota yang
membidangi perkebunan;
d. Menyampaikan laporan
perkembangan pelaksanaan SL-
PHT ke dinas
provinsi/kabupaten/kota yang
membidangi perkebunan.

20
3.5 Kelompok Tani/Petani :
a. Mengikuti sosialisasi SL-PHT;
b. Melakukan seluruh tahapan SL-
PHT;

C. Lokasi, Jenis dan Volume

SL-PHT dilaksanakan di 24 provinsi, 95


kabupaten dan 202 kelompok tani yaitu
Provinsi Aceh (Kabupaten Aceh Barat dan
Aceh Besar), Provinsi Bengkulu (Kabupaten
Kepahiang dan Bengkulu Tengah), Provinsi
Sumatera Selatan (Kabupaten OKI dan Musi
Banyuasin), Provinsi Kep. Babel (Kabupaten
Belitung dan Bangka Selatan), Provinsi
Lampung (Kabupaten Tanggamus, Waykanan
dan Lampung Utara), Provinsi Banten
(Kabupaten Pandeglang), Provinsi Jabar
(Kabupaten Tasikmalaya, Sukabumi,
Bandung, dan Bandung Barat), Provinsi Jawa
Tengah (Kabupaten Purbalingga dan
Pekalongan), Provinsi DI Yogyakarta
(Kabupaten Gunung Kidul dan Kulonprogo),
Provinsi Jatim (Kabupaten Tulungagung dan
Blitar), Provinsi Bali (Kabupaten Jembrana,
Tabanan, Badung, Buleleng, dan Bangli),
Provinsi NTB (Kabupaten Lombok Timur),
Provinsi Kalbar (Kabupaten Kuburaya,
Melawi, Sambas, dan Bengkayang), Provinsi
Kaltim (Kabupaten Kutai Kartanegara),

21
Provinsi Sulsel (Kabupaten Enrekang, Tana
Toraja, Wajo, dan Soppeng), Provinsi Sultra
(Kabupaten Bombana dan Konawe Selatan),
Provinsi Gorontalo (Kabupaten Boalemo),
Provinsi Sulteng (Kabupaten Parigi Moutong),
dan Provinsi Malut (Kabupaten Halmahera
Barat).

SL-PHT Tebu dilaksanakan di 7 Provinsi di 29


Kabupaten dan 62 kelompok tani yaitu
Provinsi DIY (Kabupaten Sleman, Kulonprogo,
Bantul dan Gunung Kidul), Provinsi Jawa
Tengah (Kabupaten Purworejo, Pati,
Purbalingga, Magelang, Rembang,
Pekalongan, Kudus, Jepara, dan Pemalang),
Provinsi Jawa Barat (Kabupaten Cirebon,
Indramayu, Kuningan, Majalengka dan
Subang), Provinsi Jawa Timur (Kabupaten
Bondowoso, Sidoarjo, Mojokerto, Ngawi,
Jember, dan Madiun) Provinsi Sumatera
Selatan (Kabupaten Ogan Ilir), Provinsi
Sulawesi Selatan (Kabupaten Bone dan
Takalar), Provinsi Lampung (Kabupaten
Lampung Utara dan Way Kanan).

D. Simpul Kritis
a. SL-PHT dilaksanakan pada akhir tahun
sehingga jumlah pertemuan kurang dari
16 kali dengan interval pertemuan kurang
dari satu minggu. Pelaksanaan kegiatan
disesuaikan dengan karakteristik masing-
masing komoditas.

22
b. Silabus materi/topik yang telah disusun
tidak disampaikan sesuai dengan analisa
kebutuhan pelatihan. Pemandu Lapang
harus menyampaikan silabus materi/topik
untuk 16 kali pertemuan yang didasarkan
atas analisa kebutuhan pelatihan.
c. Pre-test dalam bentuk Ballot Box sering
tidak dilakukan menyebabkan materi
yang dibutuhkan oleh petani tidak
diketahui, sehingga peningkatan
pengetahuan dan keterampilan petani
tidak dapat diukur setelah mengikuti SL-
PHT. Pre-test harus disiapkan oleh
pemandu lapang sebelum pelaksanaan SL-
PHT.

d. Keterbatasan jumlah Pemandu lapang SL-


PHT dapat mengakibatkan pelaksanaan
kegiatan Sl-PHT kurang maksimal. Untuk
itu perlu memaksimalkan fungsi petugas
yang telah mengikuti pelatihan dan
memberdayakan petugas purna bakti yang
bersertifikat.

e. Praktek perbanyakan APH dan pembuatan


pupuk organik/pupuk kandang/bokashi
tidak dilakukan, padahal setelah SL-PHT
petani diharapkan mampu membuat
sendiri sesuai kebutuhan. Pembuatan
pupuk organik/bokashi dan perbanyakan
APH merupakan salah satu materi yang
wajib diberikan dengan menggunakan

23
bahan baku yang tersedia di lokasi
setempat. Untuk itu perlu dijadwalkan
dalam agenda pelatihan.

24
IV. PEMBINAAN, PENGENDALIAN, PENGAWALAN
DAN PENDAMPINGAN

A. Pembinaan, Pengendalian, Pengawalan dan


Pendampingan
Kegiatan pembinaan, pengendalian dan
pengawalan dana TP Provinsi/kabupaten/
Kota dilakukan secara terencana dan
terkoordinasi dengan unsur penanggung
jawab kegiatan di Pusat, BBP2TP Medan/
Surabaya/Ambon/BPTP Pontianak, dan pihak
terkait lainnya.
Pelaksanaan kegiatan pembinaan,
pengendalian dan pengawalan diutamakan
pada tahapan yang menjadi simpul-simpul
kritis kegiatan yang telah ditetapkan.
Dalam melaksanakan kegiatan pembinaan,
pengendalian dan pengawalan dilakukan
koordinasi secara berjenjang sesuai dengan
tugas fungsi dan kewenangan masing-masing
unit pelaksana kegiatan.
Sasaran kegiatan pembinaan, pengendalian,
dan pengawalan meliputi pelaksana kegiatan
(Man), pembiayaan (Money), Metode, dan
bahan-bahan yang dipergunakan (Material).
Kegiatan pembinaan, pengendalian dan
pengawalan harus dapat memberikan
rekomendasi, dan solusi terhadap
permasalahan dalam proses pelaksanaan
kegiatan sehingga mampu mengakselerasi

25
pencapaian target, tujuan dan sasaran
kegiatan yang ditetapkan.
B. Pelaksanaan Pembinaan, Pengendalian,
Pengawalan
Pelaksanaan kegiatan pembinaan,
pengendalian dan pengawalan minimal
dilaksanakan satu kali pada setiap jenis
kegiatan yang dilaksanakan.
Waktu pelaksanaan kegiatan hendaknya
selalu di koordinasikan dengan pusat,
provinsi dan kabupaten/kota sehingga
pelaksanaan kegiatan pembinaan,
pengendalian dan pengawalan menjadi lebih
efektif dan efisien.
Direktorat Perlindungan Perkebunan
melakukan pembinaan dan pengawalan SL-
PHT.
Dinas yang membidangi Perkebunan tingkat
provinsi dan kabupaten/kota melakukan
pembinaan, pengendalian, dan pengawalan
SL-PHT tingkat provinsi, kabupaten/kota.

26
V. MONITORING, EVALUASI DAN PELAPORAN

A. Monitoring
Monitoring ditujukan untuk mengetahui
perkembangan pelaksanaan dan kemajuan
kegiatan SL-PHT yang telah dicapai.
Monitoring dilaksanakan oleh petugas Dinas
yang membidangi perkebunan di tingkat
provinsi dan kabupaten/kota pada wilayah
kerja masing-masing. Pelaksanaan
monitoring minimal satu kali selama kegiatan
berlangsung.

B. Evaluasi
Evaluasi dilaksanakan untuk mengetahui
ketepatan/kesesuaian pelaksanaan kegiatan
dan hasil yang dicapai dibandingkan dengan
yang direncanakan serta
realisasi/penyerapan anggaran. Hasil
evaluasi sebagai umpan balik perbaikan
pelaksanaan selanjutnya.
Evaluasi kegiatan SL-PHT dilakukan oleh
Direktorat Perlindungan Perkebunan, serta
Dinas yang membidangi perkebunan Provinsi
pada wilayah kerja masing-masing.

C. Pelaporan
Setiap kegiatan didokumentasikan dalam
bentuk laporan tertulis sebagai
pertanggungjawaban pelaksanaan kegiatan.

27
Laporan SL-PHT dibuat oleh pelaksana
kegiatan dan dilaporkan secara berjenjang
kepada penanggung jawab/pembina kegiatan
mengacu kepada pedoman outline
penyusunan laporan dan SIMONEV serta
bentuk laporan lainnya sesuai dengan
kebutuhan.
1. Jenis Laporan :
1.1 Laporan Mingguan
Laporan Mingguan berisi laporan
kemajuan (fisik dan keuangan)
pelaksanaan kegiatan SL-PHT setiap
minggu berjalan dan disampaikan
kepada Direktorat Perlindungan
Perkebunan setiap minggu hari
Jum’at.
1.2 Laporan Bulanan
Laporan Bulanan berisi laporan
kemajuan (fisik dan keuangan)
pelaksanaan kegiatan SL-PHT setiap
bulan berjalan dan disampaikan
kepada Direktorat Jenderal
Perkebunan paling lambat tanggal 5
pada bulan berikutnya.
1.3 Laporan Triwulan
Laporan Triwulan berisi laporan
kemajuan (fisik dan keuangan)
pelaksanaan kegiatan SL-PHT setiap
triwulan dan disampaikan setiap

28
triwulan kepada Direktorat Jenderal
Perkebunan, paling lambat tanggal 5
pada bulan pertama triwulan
berikutnya.
1.4 Laporan Akhir
Laporan Akhir merupakan laporan
pelaksanaan kegiatan SL-PHT,
setelah seluruh rangkaian kegiatan
SL-PHT selesai dilaksanakan.
Laporan akhir disampaikan kepada
Direktorat Perlindungan Perkebunan,
paling lambat 2 minggu setelah
kegiatan selesai. Laporan
disampaikan melalui surat dan e-
mail
2. Out Line Laporan

Laporan akhir dibuat sesuai out line


sebagai berikut :
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL (jika ada)
DAFTAR GAMBAR (jika ada)
DAFTAR LAMPIRAN (jika ada)
I. PENDAHULUAN
A. Latar belakang
B. Tujuan dan Sasaran
C. Ruang Lingkup Kegiatan
D. Indikator Kinerja

29
II. TINJAUAN PUSTAKA
III. PELAKSANAAN KEGIATAN
A. Waktu dan Lokasi
B. Alat dan Bahan
C. Metode
D. Tahap Aktivitas/Kegiatan/
Pelaksanaan
E. Simpul Kritis Kegiatan
F. Pelaksana
G. Pembiayaan
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
V. KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
B. Saran/rekomendasi
C. Rencana Tindak Lanjut
VI. DAFTAR PUSTAKA
VII. LAMPIRAN

VI. PEMBIAYAAN
Kegiatan SL-PHT perkebunan di daerah
antara lain didanai dari APBN tahun
anggaran 2013 melalui anggaran
Dekonsentrasi dan Tugas Pembantuan (TP)
Ditjen. Perkebunan.

30
VII. PENUTUP
Kegiatan SL-PHT merupakan kegiatan yang
tidak terpisahkan dari kegiatan
perlindungan. Dari hasil pelaksanaannya
diharapkan mampu menghasilkan SDM
petani yang handal dan mampu
menyelesaikan permasalahan OPT di
kebunnya masing-masing.
Pelaksanaan SL-PHT diharapkan
memberikan kontribusi yang nyata bagi
perlindungan terutama dalam
menghasilkan produk perkebunan yang
kualitas, kuantitas dan kontinuitasnya
terjamin.
Keberhasilan pelaksanaan kegiatan SL-PHT
memerlukan dukungan seluruh pemangku
kepentingan terkait baik di pusat maupun
daerah. Untuk itu diperlukan koordinasi,
komitmen dan kerjasama, serta upaya yang
sungguh-sungguh dari semua pihak terkait
sesuai dengan kewenangan, tugas dan
fungsi masing-masing.

-----ooo-----

31
Lampiran 1. Model Test Ballot Box

Test Ballot Box adalah salah satu metode evaluasi untuk


mengukur kemampuan petani peserta SL-PHT sebelum dan
setelah mengikuti SL-PHT.

Pengelompokan soal ballot box meliputi pengetahuan dan


pengambilan keputusan sebagai berikut :

1. Pengetahuan.

 Fungsi serangga yang ada di kebunnya


 Fungsi tanaman selain tanaman pokok yang ada di
kebunnya
 Gejala kelainan yang terjadi pada tanaman pokok di
kebunnya
 Pupuk
 Pestisida

2. Pengambilan keputusan mengenai :

 Keberadaan serangga yang ada di kebunnya


 Keberadaan tanaman selain tanaman pokok yang ada di
kebunnya
 Kebaradaan gejala kelainan yang terjadi pada tanaman
pokok di kebunnya
 Kondisi kebun dikaitkan dengan keadaan iklim/cuaca saat
itu

Test ballot box awal dan akhir menggunakan soal yang sama
baik jenis maupun jumlah soalnya. Jumlah soal 20-25 pertanyaan
tergantung kondisi lapangan.

32
Lampiran 2. Matrik Analisa Pasangan Terperinci

HAL-HAL YANG HAL-HAL YANG BAGAIMANA CARA


SUDAH BAIK PERLU DIPERBAIKI MEMPERBAIKINYA
1. ......................... 1. ......................... 1. .........................
2. ......................... 2. ......................... 2. .........................
3. ......................... 3. ......................... 3. .........................
4. ......................... 4. ......................... 4. .........................
5. ......................... 5. ......................... 5. .........................
dst dst dst

33
Lampiran 3. Matrik Kualitas SL-PHT

KEGIATAN TAHAP CATATAN PETUNJUK


KUALITAS

Apa ini? Proses


pertanyaan
Hasil
Topik Umum Tujuan
Analisa
Pengamatan &
Agroekosistem
penyajian
(AAES)
keadaan
Agroekosistem
dalam gambar
Analisa Analisa
Agroekosistem keadaan
(lanjutan) Agroekosistem
Hasil
Topik Khusus Tujuan
(Untuk
Proses
beberapa
aspek PHT) Hasil

Dinamika Tujuan
Kelompok
Proses
Hasil
Ballot box Persiapan
Hasil

34
Lampiran 4. Format wawancara dengan quesioner

Propinsi :
Kabupaten :

I. IDENTITAS PETANI
Petunjuk : Berilah tanda ‫ ކ‬pada □

Nama …………………………………………………
1. Petani Responden ……………….
2. Jenis Kelamin □ Laki-laki □ Perempuan
3. Umur …………Tahun (lahir tahun ……………)
□ Kawin □ Kawin belum □ Janda □
4. Status perkawinan Duda
□ SD □ SLTP □ SLTA □ SM/D3 □ S1 □
5. Pendidikan Lainnya
6. Desa ……………………………
7. Kecamatan …………………………....
Nama Kelompok
8. tani . …………………………..
Status kepemilikan □ Pemilik □ Bagi hasil □ Penyewa □
9. kebun Penggarap
1
0 Luas kepemilikan ………………. Ha

II. PERSIAPAN SL-PHT


1 Apakah ada sosialisasi kepada petani oleh
. Petugas Dinas / Pemandu Lapang □ Ya □

35
tidak
2 Kapan sosialisasi dilaksanakan Tgl. .....
3 Apakah Bapak /Ibu hadir pada acara □
. sosialisasi □ Ya tidak

4 □
. Apakah materi-materi yang disampaikan pada □ Ya tidak
saat sosialiasi, Bapak / Ibu mengerti
5 □
. Apakah Bapak/Ibu setuju diadakan SL-PHT □ Ya tidak

Apa saja yang diinformasikan pada waktu


6 sosialisasi, sebutkan

Apakah ada staf Pemda yang hadir pada □


7 saat sosialisasi SL-PHT □ Ya tidak

III. PELAKSANAAN SL-PHT


1. Kapan Pelaksanaan SL-PHT dimulai ................
2 Pada komoditi apa SL-PHT dilaksanakan ……………….
3 Apakah diadakan tes awal (Pre test)
Ya Tidak
4 Berapa orang petugas yang memandu ………………
SL-PHT …. orang
5 Siapa saja nama Pemandu Lapang SL- 1. ……………
PHT 2. ……………

36
3. ……………
6 Berapa kali pertemuan SL-PHT ………………
kali
7 Berapa kali Pemandu Lapang hadir ……………….
selama pelaksanaan SL-PHT kali
8 Berapa kali Bpk/Ibu hadir dalam ………………
pertemuan SL-PHT kali
9 Jika tidak hadir, apa alasan Bpk/Ibu ………………
kali
10 Apa saja kegiatan Bpk/Ibu selama SL- ………………
PHT ………………
………………
11 Apa saja kegiatan Bpk/Ibu pada hari-hari
tidak ada pertemuan SL-PHT selama
proses SL-PHT
12 Apakah diadakan tes akhir (Post test) SL-
PHT Ya Tidak
13 Apa saja materi yang disampaikan selama 1. ………
SL-PHT berlangsung yang Bpk/Ibu 2. ………
ketahui 3. ………
4. dst
14 Apakah Bpk/Ibu mengerti dan menguasai
materi yang disampaikan selama SL-PHT Ya Tidak
15 Materi apa saja yang paling Bpk/Ibu 1……………..
kuasai 2. ……………
3……………..

37
16 Apakah Bpk/Ibu menguasai tentang 1……………..
AAES, jika “ya” sebutkan faktor apa saja 2. ……………
yang Bpk/Ibu amati/pelajari 3……………..
4. ……………
17. Dari hasil AAES, apakah Bapak/Ibu
melakukan presentasi Ya Tidak
18 Apakah Bpk/Ibu mengerti tentang musuh 1……………..
alami, jika “ya” sebutkan musuh alami 2. ……………
yang diketahui 3……………..
4. ……………
19 Menurut Bpk/Ibu materi apa yang paling
penting Ya Tidak
20 Menurut Bpk/Ibu, apa yang dimaksud PHT ………………
……
21 Sebutkan 4 (empat) prinsip PHT yang 1. …………
Bpk/Ibu ketahui 2. …………
3. …………
4. …………
22 Setelah mengikuti SL-PHT, apakah
Bpk/Ibu mau melaksanakan PHT secara Ya Tidak
mandiri dan berkelanjutan di kebun sendiri
23 Apakah Bpk/Ibu telah menularkan ilmunya
kepada petani non SL-PHT Ya Tidak
24 Berapa orang petani non SL-PHT yang ………………
telah mengikuti cara Bpk/Ibu dalam …… orang
memelihara kebun

38
25 Nama kelompok tani peserta SL-PHT ………………
26. Berapa jumlah anggota kelompok tani SL- 1. Laki-laki
PHT : .......... orang
2. Perempuan
: ……. orang
27 Sampai saat ini, apakah Bpk/Ibu masih
tetap berkomunikasi dengan Pemandu Ya Tidak
Lapang dan sesama petani peserta SL-
PHT
28 Apa saja kegiatan kelompok, sebutkan ………………
29 Apakah kelompok tani alumni peserta SL-
PHT melakukan pertemuan rutin. Ya Tidak

30 Jika “Ya”, berapa kali pertemuan dalam 1 ………………


(satu) bulan. kali
31 Menurut Bpk/Ibu, apakah SL-PHT
bermanfaat Ya Tidak
32 Jika “Ya” apa saja manfaatnya 1. ...................
2. ...................
3. ...................
33 Berapa produksi sebelum mengikuti SL- …………..
PHT kg/ha/tahun
34 Berapa produksi setelah mengikuti SL- …………..
PHT kg/ha/tahun
35. Berapa jumlah kelompok tani yang ada di ........................
desa Bapak/Ibu kelompok

39
36 Berapa harga sebelum SL-PHT Rp.
/kg
37 Berapa harga setelah SL-PHT Rp.
/kg
38 Sebutkan nama-nama kelompok tani 1. ...................
tersebut 2. ...................
3. ...................
4. dst
39. Selama SL-PHT berlangsung, apakah ada
petugas Dinas Provinsi/Kabupaten yang Ya Tidak
mamantau ke lokasi
40. Apakah ada masalah yang dihadapi selama
mengikuti SL-PHT Ya Tidak
41. Jika “ya” sebutkan 1……………………………………..
2…………………………..…………
3…………………………..…………
42 Berkaitan dengan Pesan:
penyelenggaraan SL-
PHT, apa pesan dan
kesan Bpk/Ibu
Kesan:

Responden

40
Lampiran 5. Jenis dan Volume Komponen SL-PHT

No Jenis Kegiatan Volume Ket.


1 Honor: Total
- Honor Pemandu Lapang OJ 25.856 luas
- Honor Narasumber OJ 404 Petani
5.050
2 Pengadaan Bahan : orang
- Kertas koran Kg 808 di 24
- Bahan dan perlengkapan prov,
praktek KT 202 95 kab.
- Agens Hayati Pkt 202
- Pupuk NPK Kg 60.600
- Dekomposer Kg 202

3 Belanja barang lainnya :


- Konsumsi peserta & PL OH 87.264
- Uang saku petani OH 80.800
- Saung pertemuan Pkt 202
- Bantuan transport PL OH 6.868
- Kompensasi kebun praktek Ha 202
- Kelengkapan peserta Set 5.454
- Papan nama Bhj 202
4 Pembinaan dan monev :
- Pembinaan provinsi ke lokasi OT 1.212
- Pembinaan kabupaten ke OH 1.212
lokasi
- Narasumber provinsi ke lokasi OP 202
- Konsultasi ke Pusat OT 202

41

Anda mungkin juga menyukai