PERKEBUNAN
PEDOMAN TEKNIS
SEKOLAH LAPANG PENGENDALIAN HAMA TERPADU
(SL-PHT)
TANAMAN PERKEBUNAN
TAHUN 2013
Halaman
KATA PENGANTAR ........................... i
DAFTAR ISI .................................... iii
DAFTAR LAMPIRAN ............................ v
I. PENDAHULUAN .......................... 1
A. Latar Belakang ...................... 1
B. Sasaran Kegiatan ................... 3
C. Tujuan ............................... 3
iii
V. MONITORING, EVALUASI DAN
PELAPORAN ............................. 27
A. Monitoring............................ 27
B. Evaluasi .............................. 27
C. Pelaporan ............................ 27
LAMPIRAN
iv
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Lampiran 1. Model tes Ballot Box ......... 32
Lampiran 2 Matrik Analisa Pasangan
Terperinci ........................ 33
Lampiran 3. Matrik Kualitas SL-PHT......... 34
Lampiran 4. Format wawancara dengan
Kuesioner ........................ 35
Lampiran 5. Jenis dan Volume Komponen
SL-PHT .......................... 41
v
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
1
Agar petani pekebun tahu, mampu dan mau
menerapkan PHT di kebunnya secara
mandiri, maka petani perlu dibekali
pengetahuan dan keterampilan tentang
prinsip PHT yaitu 1). Budidaya Tanaman
Sehat, 2). Pelestarian dan Pemanfaatan
Musuh Alami, 3). Pengamatan Rutin dan
4).Petani menjadi Ahli PHT. Pengetahuan
dan keterampilan tersebut dapat diperoleh
petani melalui Sekolah Lapang Pengendalian
Hama Terpadu (SLPHT).
Petani yang sudah mengikuti SL-PHT sejak
tahun 1997 sampai dengan tahun 2012
berjumlah sekitar 140.195 petani. Jumlah
petani yang telah mengikuti SL-PHT masih
sangat kurang yaitu baru mencapai 0,78%
dari total jumlah petani perkebunan rakyat
di seluruh Indonesia.
2
keterampilan tentang empat prinsip PHT
dalam pengelolaan kebunnya, maka kegiatan
SL-PHT petani perlu dilaksanakan secara
berkesinambungan. Untuk itu pada tahun
2013 akan dilaksanakan pelatihan SL-PHT
sebanyak 202 kelompok tani (5.050 petani) di
24 provinsi, 95 kabupaten, dengan peserta
perempuan minimal 25 %.
B. Sasaran Kegiatan
C. Tujuan
3
II. PENDEKATAN PELAKSANAAN KEGIATAN
1. Pendekatan Umum
Prinsip pendekatan umum meliputi hal
yang bersifat administratif dan
manajemen kegiatan.
1.1 SK Tim Pelaksana Kegiatan
a. Penetapan SK Tim Pelaksana
Kegiatan oleh Kepala Dinas/KPA
paling lambat 1 (satu) minggu
setelah diterimanya penetapan
Satker dari Menteri Pertanian.
b. Penanggung jawab dan pelaksana
kegiatan SL-PHT untuk TP provinsi
ditetapkan oleh Kepala Dinas
Provinsi.
c. Penanggung jawab dan pelaksana
kegiatan SL-PHT untuk TP
kabupaten/kota ditetapkan oleh
Kepala Dinas kabupaten/kota.
1.2 Rencana kerja
Rencana kerja pelaksanaan masing-
masing kegiatan disusun paling
lambat 1 (satu) minggu setelah
ditetapkannya SK Tim pelaksana dan
mengacu kepada Pedoman Teknis
dari Ditjen Perkebunan.
4
1.3 Juklak, Juknis
Penyelesaian Juklak/Juknis untuk
kegiatan TP Provinsi/Kabupaten/Kota
paling lambat 2 (dua) minggu setelah
ditetapkannya SK Tim pelaksana dan
mengacu kepada Pedoman Teknis
dari Ditjen Perkebunan.
1.4 Revisi
Pengajuan revisi kegiatan paling
lambat bulan Februari 2013 dan
diajukan oleh KPA masing-masing
Satker.
1.5 Koordinasi dan Sosialisasi
Koordinasi dilakukan oleh pelaksana
dengan BBP2TP Medan, Surabaya,
Ambon dan BPTP Pontianak (sesuai
dengan wilayah kerja), dan Dinas
Kabupaten Kota dimana terdapat
lokasi kegiatan dilaksanakan.
Sedangkan sosialisasi dilaksanakan
kepada petani calon lokasi kegiatan
SL-PHT.
1.6 Monitoring dan Evaluasi
Monitoring dan evaluasi dilakukan
selama kegiatan berlangsung minimal
2 (dua) kali disesuaikan dengan
sumber daya yang ada.
5
1.7 Laporan
a. Laporan perkembangan
pelaksanaan kegiatan disampaikan
sesuai dengan jadual dan form
Pedoman SIMONEV.
b. Laporan akhir kegiatan
disampaikan ke pusat paling
lambat 2 (dua) minggu setelah
kegiatan selesai dan tidak
melewati bulan Desember 2013.
6
Pendekatan teknis pelaksanaan SL-PHT
sebagai berikut:
7
h. Untuk memenuhi kekurangan jumlah
pemandu lapang SL-PHT dapat
memanfaatkan tenaga pemandu
lapang bersertifikat yang telah purna
bakti dan petugas/petandu yang telah
selesai mengikuti pelatihan pemandu
lapang (PL) SL-PHT.
i. Penetapan PL oleh Kepala Dinas
Provinsi/kabupaten kota yang
membidangi perkebunan dimana
pelatihan SL-PHT dilaksanakan.
3. Tindak Lanjut
Berdasarkan hasil monitoring dan evaluasi
perlu dilakukan tindak lanjut sebagai
berikut:
8
petani semakin baik dan
berkelanjutan.
B. Spesifikasi Teknis
1. Kriteria
a. Peserta
1) Petani pemilik/penyewa atau petani
penggarap;
2) Jumlah peserta perempuan minimal
25 % dan tidak dalam keadaan
hamil tua;
3) Berumur minimal 17 tahun dan
sehat;
4) Dapat menulis dan membaca;
5) Sanggup mengikuti SL-PHT
selama 16 kali pertemuan tanpa
terputus;
6) Tidak diperbolehkan ganti peserta.
9
c. Pertemuan dilakukan di saung
pertemuan dan kebun praktek
berlangsung dari jam 07.30-14.00
Pengaturan waktu dan materi sebagai
berikut :
No Waktu Materi/Kegiatan
1 07.30-10.30 Analisis
Agroekosistem
(AAES)
2 10.30-11.00 Istirahat
3 11.00-12.00 Dinamika
Kelompok
4 12.00-14.00 Topik Khusus
10
2. Metode
11
menganalisa, menyimpulkan,
menerapkan dan mengalami kembali.
g. Pada setiap kali pertemuan dilakukan
kegiatan-kegiatan yaitu Analisis
Agroekosistem (AAES), Dinamika
Kelompok dan Topik Khusus.
h. Sarana SL-PHT yaitu :
1) Kebun
2) Saung Pertemuan
i. Bahan dan Alat SL-PHT yaitu :
1) Kertas koran
2) Alat tulis
3) Pupuk
4) APH
5) Dekomposer
6) Petunjuk Lapangan
7) Bahan dan perlengkapan praktek
lain
j. Materi SL-PHT:
1) Mengacu pada kurikulum SL-PHT
yang disusun berdasarkan
kebutuhan peserta (hasil Analisa
Kebutuhan Pelatihan dan Test
Ballot Box awal).
2) Merupakan penjabaran dari 4
(empat) prinsip PHT yaitu
budidaya tanaman sehat,
pelestarian dan pemanfaatan
musuh alami, pengamatan kebun
12
secara teratur (berkala) dan
petani menjadi ahli PHT.
3) Dikelompokkan kedalam Topik
Umum, Topik Khusus, Penunjang
dan Dinamika Kelompok dengan
kegiatan utama Analisis
Agroekosistem (AAES).
Materi SL-PHT
No. Materi/ Petunjuk Lapangan (Petlap)
Kegiatan
1. Persiapan SL- - Apa ini ?
PHT - Analisa Kebutuhan
Pelatihan
- Kontrak Belajar
- Pengorganisasian warga
belajar
- Test Ballot Box Awal
2. Merancang Ploting Petak PHT dan Non
Petak Studi PHT
3. Topik Umum - Ekosistem Dasar
- Analisis agroekosistem
(AAES)
4. Topik Khusus
a. a. Budidaya - - Pembibitan
Tanaman - - Penyambungan (sambung
samping dan sambung
pucuk) untuk komoditi kopi
13
No. Materi/ Petunjuk Lapangan (Petlap)
Kegiatan
dan kakao
- - Penanaman
- - Pemangkasan
- - Pupuk dan pemupukan
- - Pohon pelindung
- - Panen
- Dan lainnya sesuai
komoditas SL-PHT
5. Materi
Pendukung
Pestisida - Pestisida kimia
- Dampak penggunaan
pestisida kimia
- Pestisida Nabati
14
No. Materi/ Petunjuk Lapangan (Petlap)
Kegiatan
6. Dinamika
Kelompok
a. Perkenalan Rantai nama dan buat
barisan
b.Pengakraban Kapal tenggelam
c.Kreativitas 9 titik 4 garis
d.Kerjasama Menggambar bersama
e.Pemecahan Samson Delilah
Masalah
f.Komunikasi Bermain tali
7. Evaluasi - Ballot Box (Akhir)
- Analisa Pasangan Terperinci
15
III. PELAKSANAAN KEGIATAN
A. Ruang Lingkup
16
provinsi, 95
kabupaten.
17
3. Kewenangan dan tanggung jawab :
3.1 Direktorat Perlindungan
Perkebunan.
a. Menyiapkan Terms of Reference
(TOR) dan Pedoman Teknis;
b. Melakukan bimbingan,
pembinaan, monitoring dan
evaluasi.
3.2 Dinas Provinsi yang membidangi
perkebunan
a. Menetapkan Tim Pelaksana
kegiatan SL-PHT tingkat provinsi;
b. Melakukan koordinasi dengan
Direktorat Jenderal Perkebunan,
BBP2TP Medan, Surabaya, Ambon
dan BPTP Pontianak (sesuai
dengan wilayah kerja) dan Dinas
Kabupaten/Kota yang
membidangi perkebunan, serta
institusi terkait lainnya;
c. Membuat Petunjuk Pelaksanaan
untuk kegiatan SL-PHT;
d. Melakukan verifikasi CP/CL
bersama Dinas Kabupaten;
e. Menetapkan CP/CL SL-PHT;
f. Melakukan pengawalan,
pembinaan, monitoring dan
evaluasi, berkoordinasi dengan
18
Dinas Kabupaten yang
membidangi perkebunan
setempat;
g. Sosialisasi SL-PHT bersama-sama
Dinas Kabupaten/Kota yang
membidangi perkebunan;
h. Menyampaikan laporan
pelaksanaan SL-PHT ke Direktorat
Jenderal Perkebunan cq.
Direktorat Perlindungan
Perkebunan.
3.3 Dinas Kabupaten/Kota yang
membidangi perkebunan
a. Menetapkan Tim Pelaksana
kegiatan SL-PHT;
b. Melakukan koordinasi dengan
Dinas Provinsi yang membidangi
perkebunan, BBP2TP Medan,
Surabaya, Ambon dan BPTP
Pontianak (sesuai dengan wilayah
kerja), Direktorat Jenderal
Perkebunan, dan pihak terkait
lainnya;
c. Membuat juknis SL-PHT;
d. Melakukan verifikasi dan
penetapan CP/CL;
e. Melakukan sosialisasi, pembinaan
dan monev SL-PHT;
19
f. Menyampaikan laporan
pelaksanaan SL-PHT ke Dinas
Provinsi dan Direktorat Jenderal
Perkebunan cq. Direktorat
Perlindungan Perkebunan.
20
3.5 Kelompok Tani/Petani :
a. Mengikuti sosialisasi SL-PHT;
b. Melakukan seluruh tahapan SL-
PHT;
21
Provinsi Sulsel (Kabupaten Enrekang, Tana
Toraja, Wajo, dan Soppeng), Provinsi Sultra
(Kabupaten Bombana dan Konawe Selatan),
Provinsi Gorontalo (Kabupaten Boalemo),
Provinsi Sulteng (Kabupaten Parigi Moutong),
dan Provinsi Malut (Kabupaten Halmahera
Barat).
D. Simpul Kritis
a. SL-PHT dilaksanakan pada akhir tahun
sehingga jumlah pertemuan kurang dari
16 kali dengan interval pertemuan kurang
dari satu minggu. Pelaksanaan kegiatan
disesuaikan dengan karakteristik masing-
masing komoditas.
22
b. Silabus materi/topik yang telah disusun
tidak disampaikan sesuai dengan analisa
kebutuhan pelatihan. Pemandu Lapang
harus menyampaikan silabus materi/topik
untuk 16 kali pertemuan yang didasarkan
atas analisa kebutuhan pelatihan.
c. Pre-test dalam bentuk Ballot Box sering
tidak dilakukan menyebabkan materi
yang dibutuhkan oleh petani tidak
diketahui, sehingga peningkatan
pengetahuan dan keterampilan petani
tidak dapat diukur setelah mengikuti SL-
PHT. Pre-test harus disiapkan oleh
pemandu lapang sebelum pelaksanaan SL-
PHT.
23
bahan baku yang tersedia di lokasi
setempat. Untuk itu perlu dijadwalkan
dalam agenda pelatihan.
24
IV. PEMBINAAN, PENGENDALIAN, PENGAWALAN
DAN PENDAMPINGAN
25
pencapaian target, tujuan dan sasaran
kegiatan yang ditetapkan.
B. Pelaksanaan Pembinaan, Pengendalian,
Pengawalan
Pelaksanaan kegiatan pembinaan,
pengendalian dan pengawalan minimal
dilaksanakan satu kali pada setiap jenis
kegiatan yang dilaksanakan.
Waktu pelaksanaan kegiatan hendaknya
selalu di koordinasikan dengan pusat,
provinsi dan kabupaten/kota sehingga
pelaksanaan kegiatan pembinaan,
pengendalian dan pengawalan menjadi lebih
efektif dan efisien.
Direktorat Perlindungan Perkebunan
melakukan pembinaan dan pengawalan SL-
PHT.
Dinas yang membidangi Perkebunan tingkat
provinsi dan kabupaten/kota melakukan
pembinaan, pengendalian, dan pengawalan
SL-PHT tingkat provinsi, kabupaten/kota.
26
V. MONITORING, EVALUASI DAN PELAPORAN
A. Monitoring
Monitoring ditujukan untuk mengetahui
perkembangan pelaksanaan dan kemajuan
kegiatan SL-PHT yang telah dicapai.
Monitoring dilaksanakan oleh petugas Dinas
yang membidangi perkebunan di tingkat
provinsi dan kabupaten/kota pada wilayah
kerja masing-masing. Pelaksanaan
monitoring minimal satu kali selama kegiatan
berlangsung.
B. Evaluasi
Evaluasi dilaksanakan untuk mengetahui
ketepatan/kesesuaian pelaksanaan kegiatan
dan hasil yang dicapai dibandingkan dengan
yang direncanakan serta
realisasi/penyerapan anggaran. Hasil
evaluasi sebagai umpan balik perbaikan
pelaksanaan selanjutnya.
Evaluasi kegiatan SL-PHT dilakukan oleh
Direktorat Perlindungan Perkebunan, serta
Dinas yang membidangi perkebunan Provinsi
pada wilayah kerja masing-masing.
C. Pelaporan
Setiap kegiatan didokumentasikan dalam
bentuk laporan tertulis sebagai
pertanggungjawaban pelaksanaan kegiatan.
27
Laporan SL-PHT dibuat oleh pelaksana
kegiatan dan dilaporkan secara berjenjang
kepada penanggung jawab/pembina kegiatan
mengacu kepada pedoman outline
penyusunan laporan dan SIMONEV serta
bentuk laporan lainnya sesuai dengan
kebutuhan.
1. Jenis Laporan :
1.1 Laporan Mingguan
Laporan Mingguan berisi laporan
kemajuan (fisik dan keuangan)
pelaksanaan kegiatan SL-PHT setiap
minggu berjalan dan disampaikan
kepada Direktorat Perlindungan
Perkebunan setiap minggu hari
Jum’at.
1.2 Laporan Bulanan
Laporan Bulanan berisi laporan
kemajuan (fisik dan keuangan)
pelaksanaan kegiatan SL-PHT setiap
bulan berjalan dan disampaikan
kepada Direktorat Jenderal
Perkebunan paling lambat tanggal 5
pada bulan berikutnya.
1.3 Laporan Triwulan
Laporan Triwulan berisi laporan
kemajuan (fisik dan keuangan)
pelaksanaan kegiatan SL-PHT setiap
triwulan dan disampaikan setiap
28
triwulan kepada Direktorat Jenderal
Perkebunan, paling lambat tanggal 5
pada bulan pertama triwulan
berikutnya.
1.4 Laporan Akhir
Laporan Akhir merupakan laporan
pelaksanaan kegiatan SL-PHT,
setelah seluruh rangkaian kegiatan
SL-PHT selesai dilaksanakan.
Laporan akhir disampaikan kepada
Direktorat Perlindungan Perkebunan,
paling lambat 2 minggu setelah
kegiatan selesai. Laporan
disampaikan melalui surat dan e-
mail
2. Out Line Laporan
29
II. TINJAUAN PUSTAKA
III. PELAKSANAAN KEGIATAN
A. Waktu dan Lokasi
B. Alat dan Bahan
C. Metode
D. Tahap Aktivitas/Kegiatan/
Pelaksanaan
E. Simpul Kritis Kegiatan
F. Pelaksana
G. Pembiayaan
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
V. KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
B. Saran/rekomendasi
C. Rencana Tindak Lanjut
VI. DAFTAR PUSTAKA
VII. LAMPIRAN
VI. PEMBIAYAAN
Kegiatan SL-PHT perkebunan di daerah
antara lain didanai dari APBN tahun
anggaran 2013 melalui anggaran
Dekonsentrasi dan Tugas Pembantuan (TP)
Ditjen. Perkebunan.
30
VII. PENUTUP
Kegiatan SL-PHT merupakan kegiatan yang
tidak terpisahkan dari kegiatan
perlindungan. Dari hasil pelaksanaannya
diharapkan mampu menghasilkan SDM
petani yang handal dan mampu
menyelesaikan permasalahan OPT di
kebunnya masing-masing.
Pelaksanaan SL-PHT diharapkan
memberikan kontribusi yang nyata bagi
perlindungan terutama dalam
menghasilkan produk perkebunan yang
kualitas, kuantitas dan kontinuitasnya
terjamin.
Keberhasilan pelaksanaan kegiatan SL-PHT
memerlukan dukungan seluruh pemangku
kepentingan terkait baik di pusat maupun
daerah. Untuk itu diperlukan koordinasi,
komitmen dan kerjasama, serta upaya yang
sungguh-sungguh dari semua pihak terkait
sesuai dengan kewenangan, tugas dan
fungsi masing-masing.
-----ooo-----
31
Lampiran 1. Model Test Ballot Box
1. Pengetahuan.
Test ballot box awal dan akhir menggunakan soal yang sama
baik jenis maupun jumlah soalnya. Jumlah soal 20-25 pertanyaan
tergantung kondisi lapangan.
32
Lampiran 2. Matrik Analisa Pasangan Terperinci
33
Lampiran 3. Matrik Kualitas SL-PHT
Dinamika Tujuan
Kelompok
Proses
Hasil
Ballot box Persiapan
Hasil
34
Lampiran 4. Format wawancara dengan quesioner
Propinsi :
Kabupaten :
I. IDENTITAS PETANI
Petunjuk : Berilah tanda ކpada □
Nama …………………………………………………
1. Petani Responden ……………….
2. Jenis Kelamin □ Laki-laki □ Perempuan
3. Umur …………Tahun (lahir tahun ……………)
□ Kawin □ Kawin belum □ Janda □
4. Status perkawinan Duda
□ SD □ SLTP □ SLTA □ SM/D3 □ S1 □
5. Pendidikan Lainnya
6. Desa ……………………………
7. Kecamatan …………………………....
Nama Kelompok
8. tani . …………………………..
Status kepemilikan □ Pemilik □ Bagi hasil □ Penyewa □
9. kebun Penggarap
1
0 Luas kepemilikan ………………. Ha
35
tidak
2 Kapan sosialisasi dilaksanakan Tgl. .....
3 Apakah Bapak /Ibu hadir pada acara □
. sosialisasi □ Ya tidak
4 □
. Apakah materi-materi yang disampaikan pada □ Ya tidak
saat sosialiasi, Bapak / Ibu mengerti
5 □
. Apakah Bapak/Ibu setuju diadakan SL-PHT □ Ya tidak
36
3. ……………
6 Berapa kali pertemuan SL-PHT ………………
kali
7 Berapa kali Pemandu Lapang hadir ……………….
selama pelaksanaan SL-PHT kali
8 Berapa kali Bpk/Ibu hadir dalam ………………
pertemuan SL-PHT kali
9 Jika tidak hadir, apa alasan Bpk/Ibu ………………
kali
10 Apa saja kegiatan Bpk/Ibu selama SL- ………………
PHT ………………
………………
11 Apa saja kegiatan Bpk/Ibu pada hari-hari
tidak ada pertemuan SL-PHT selama
proses SL-PHT
12 Apakah diadakan tes akhir (Post test) SL-
PHT Ya Tidak
13 Apa saja materi yang disampaikan selama 1. ………
SL-PHT berlangsung yang Bpk/Ibu 2. ………
ketahui 3. ………
4. dst
14 Apakah Bpk/Ibu mengerti dan menguasai
materi yang disampaikan selama SL-PHT Ya Tidak
15 Materi apa saja yang paling Bpk/Ibu 1……………..
kuasai 2. ……………
3……………..
37
16 Apakah Bpk/Ibu menguasai tentang 1……………..
AAES, jika “ya” sebutkan faktor apa saja 2. ……………
yang Bpk/Ibu amati/pelajari 3……………..
4. ……………
17. Dari hasil AAES, apakah Bapak/Ibu
melakukan presentasi Ya Tidak
18 Apakah Bpk/Ibu mengerti tentang musuh 1……………..
alami, jika “ya” sebutkan musuh alami 2. ……………
yang diketahui 3……………..
4. ……………
19 Menurut Bpk/Ibu materi apa yang paling
penting Ya Tidak
20 Menurut Bpk/Ibu, apa yang dimaksud PHT ………………
……
21 Sebutkan 4 (empat) prinsip PHT yang 1. …………
Bpk/Ibu ketahui 2. …………
3. …………
4. …………
22 Setelah mengikuti SL-PHT, apakah
Bpk/Ibu mau melaksanakan PHT secara Ya Tidak
mandiri dan berkelanjutan di kebun sendiri
23 Apakah Bpk/Ibu telah menularkan ilmunya
kepada petani non SL-PHT Ya Tidak
24 Berapa orang petani non SL-PHT yang ………………
telah mengikuti cara Bpk/Ibu dalam …… orang
memelihara kebun
38
25 Nama kelompok tani peserta SL-PHT ………………
26. Berapa jumlah anggota kelompok tani SL- 1. Laki-laki
PHT : .......... orang
2. Perempuan
: ……. orang
27 Sampai saat ini, apakah Bpk/Ibu masih
tetap berkomunikasi dengan Pemandu Ya Tidak
Lapang dan sesama petani peserta SL-
PHT
28 Apa saja kegiatan kelompok, sebutkan ………………
29 Apakah kelompok tani alumni peserta SL-
PHT melakukan pertemuan rutin. Ya Tidak
39
36 Berapa harga sebelum SL-PHT Rp.
/kg
37 Berapa harga setelah SL-PHT Rp.
/kg
38 Sebutkan nama-nama kelompok tani 1. ...................
tersebut 2. ...................
3. ...................
4. dst
39. Selama SL-PHT berlangsung, apakah ada
petugas Dinas Provinsi/Kabupaten yang Ya Tidak
mamantau ke lokasi
40. Apakah ada masalah yang dihadapi selama
mengikuti SL-PHT Ya Tidak
41. Jika “ya” sebutkan 1……………………………………..
2…………………………..…………
3…………………………..…………
42 Berkaitan dengan Pesan:
penyelenggaraan SL-
PHT, apa pesan dan
kesan Bpk/Ibu
Kesan:
Responden
40
Lampiran 5. Jenis dan Volume Komponen SL-PHT
41